hubungan antara kebiasaan tidak makan pagi
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN TIDAK MAKAN PAGI
DENGAN OBESITAS PADA REMAJA
Studi observasi analitik siswa SMA N 2 Semarang tahun ajaran 2010/2011
Usulan Penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah
Diajukan oleh
Tri Ratnawati
012085797
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, healthy lifestyle menjadi masalah
yang umum yang menarik didunia kesehatan.Pola makan, tidur dan
pendidikan adalah faktor dasar yang berpengaruh pada gaya dan
kualitas hidup dari manusia. Pola makan cenderung tidak sehat dan
kurangnya aktifitas fisik akan menyebabkan akumulasi lemak
ditubuh(Milligan dkk,1998). Menurut St-Onge, et al. (2003), bahwa
proporsi makanan yang dikonsumsi anak-anak dari restoran dan
makanan cepat saji meningkat hampir 300% antara tahun 1977 dan
1996. Soft drink yang dikonsumsi oleh anak-anak juga meningkat
selama tahun itu. Hal tesebut akan menyebabkan overweight dan pada
taraf yang lebih lanjut dapat berkembang menjadi obesitas. Srivastava
(2007) berpendapat bahwa secara umum obesitas muncul sebagai
akibat interaksi antara faktor genetik dengan intake kalori berlebih dan
penurunan aktifitas fisik. Maka simple healthy lifestyle lebih berfokus
pada pola makan dan aktifitas fisik.
Obesitas sudah menjadi permasalahan serius di negara
berkembang khususnya Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi obesitas di Indonesia
pada penduduk usia > 15 tahun adalah 10,3 % (laki-laki 13,9 % dan
perempuan 23,8%), sedangkan pada anak-anak usia 6-14 tahun pada
laki-laki 9,5 % dan perempuan 6,4 % (Depkes, 2009). Permasalahan
ini tidak hanya berdasarkan data epidemologis saja melainkan pada
dampak sistemik yang diakibatkan oleh adanya obesitas. Dampak ini
muncul akibat adanya metabolic syndrome (Waki et. al, 2007;
Handschin C, 2009; Tigos C., et. al, 2008).
Penelitian yang dilakukan dibeberapa kota di Indonesia
seperti yang dilakukan oleh Kunkun dkk,1993 di Bandung, Rubiana
dkk, 1997 di Denpasar, Soepardi dkk,1998, Soebardja dan
Idjradinata,2000 menunjukkan bahwa potensi anak Indonesia untuk
menjadi obesitas sama besarnya dengan potensi anak-anak diseluruh
dunia bila keadaan lingkungan memungkinkan, begitu pula potensi
untuk timbulnya konsekuensi medis sebagai akibatnya yang dapat
menetap sampai ke masa kehidupan anak tersebut selanjutnya (Dedi
Subardja,2004).
Menurut Loo and Bourchad,dkk 2003 menjelaskan bahwa
overweight pada anak-anak disebabkan faktor predisposisi seperti
genetik,aktifitas fisik, pola diet yang salah dan toksik dari lingkungan.
Hasil penelitian terbaru mengungkapkan, sarapan secara
teratur dapat menurunkan risiko obesitas, membuktikan pola makan ¾
frekuensi makan dan kebiasaan sarapan ¾ berkaitan erat dengan risiko
menderita obesitas dan menemukan bahwa makin sering mengonsumsi
makanan, makin kecil risiko menderita obesitas. Melalui publikasinya
pada American Journal of Epidemiology edisi Agustus 2003, peneliti
tersebut mengungkapkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan
sampai dengan tiga kali per hari berisiko menderita obesitas 45 persen
lebih tinggi daripada orang yang mengonsumsi makanan empat kali
atau lebih (Yunseng Ma,2003).
Penelitian yang mendukung temuan Yunseng Ma
mengungkapkan ritme cardian mempengaruhi asupan pangan. Melalui
penelitiannya pada 375 pria dan 496 wanita, Castro menemukan bahwa
proporsi asupan pangan pagi hari berkorelasi negatif dengan asupan
pangan total selama satu hari. Ini berarti, sarapan pagi menurunkan
asupan pangan dan energi total (Castro,2004).
Hasil penelitian yang serupa menyebutkan bahwa remaja memiliki
kecendrungan untuk melewati waktu makannya khusunya makan pagi (Keski-
Rahkonen et al., 2003; Osako, Takayama & Kira, 2005; Song et al., 2005) dan
lebih cendrung mengkonsumsi snack (Samuelson, 2000; Song et al., 2005) serta
fast food (Niemeier et al.,2006). Remaja yang cendrung melewati makan pagi
lebih berisiko menjadi over weight, hal ini menunjukan pola makan yang tidak
sehat. Peningkatan konsumsi snack dan tidak makan siang, sedentary life style
dan obesitas dijumpai pada semua orang yang melewati makan pagi daripada
mereka yang makan pagi (Keski-Rahkonen,2003). Triyanti (2005)menyebutkan
bahwa kebiasaan makan pagi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas V
SDN Citarum 01-02-03-04 Semarang. Kebiasaan tidak makan pagi juga
berhubungan dengan dismenore pada sejumlah wanita muda (Fujiwara,2003).
Penelitian berbeda menyebutkan bahwa makan pagi merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap penurunan berat badan (Wyatt et al., 2002).
Melihat penelitian tentang pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap
obesitas masih sedikit di Indonesia, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Hubungan antara tidak makan pagi dengan obesitas pada
remaja”.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara kebiasaan tidak makan pagi dengan obesitas
pada remaja kelas X dan XI di SMA N 2 Semarang ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui dan menganalisis tentang ada tidaknya
hubungan antara kebiasaan tidak makan pagi dengan obesitas
remaja di SMAN 2 Semarang.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui faktor predisposisi yang menyebabkan
obesitas pada remaja kelas X dan XI SMAN 2
Semarang.
Untuk mengetahui ada tidaknya kebiasaan makan pagi pada
remaja kelas X dan XI SMAN 2 Semarang.
Untuk mengetahui distribusi kejadian obesitas pada remaja
kelas X dan XI SMAN 2 Semarang.
Untuk Mengetahui hubungan kebiasaan tidak makan pagi
dengan obesitas pada remaja kelas X dan XII SMAN 2
Semarang.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat teoritis
Mengetahui pengaruh kebiasaan tidak makan pagi dengan
obesitas pada remaja
1.4.2. Manfaat praktis
Mengetahui faktor predisposisi yang menyebabkan
obesitas pada remaja kelas X dan XI SMAN 2
Semarang.
Mengetahui hubungan antara kebiasaan tidak makan
pagi dengan obesitas pada remaja
Mengetahui distribusi kejadian obesitas pada remaja di
Sekolah Menengah Atas Semarang
Memberikan informasi pola makan yang sehat kepada
masyarakat