hubungan antara kadar hemoglobin dan jenis …eprints.ums.ac.id/58434/1/naskah publikasi.pdf ·...

17
HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN JENIS KELAMIN DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK HALAMAN JUDUL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh: AMALIA DWI PRASTIWI J 500 140 053 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: phunghanh

Post on 25-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN JENIS KELAMIN

DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

HALAMAN JUDUL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh:

AMALIA DWI PRASTIWI

J 500 140 053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

1

2

HA

1

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN JENIS KELAMIN

DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

Abstrak

Stroke memerupakan penyebab tertinggi dari kecacatan dan kematian di seluruh

dunia. Mortalitas pada stroke iskemik meningkat seiring dengan banyaknya faktor

risiko yang ada. Hemoglobin dan jenis kelamin merupakan faktor risiko yang

diduga berhubungan dengan mortalitas pasien stroke iskemik. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan jenis kelamin

dengan mortalitas pasien stroke iskemik. Jenis penelitian ini bersifat observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 98 sampel yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Sampel

penelitian berupa data rekam medis pasien stroke iskemik yang disertai hasil

pemeriksaan laboratorium darah dan status mortalitas pasien. Data dianalisis

menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik. Hasil analisis secara statistik

menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p= 0,002)

dan kadar hemoglobin (p= 0,004) dengan mortalitas pada pasien stroke iskemik.

Pada analisis regresi logistik diperoleh hasil bahwa pasien stroke iskemik

perempuan berisiko 2,5 kali mengalami kematian dibanding pasien stroke iskemik

laki-laki {p= 0,021; OR 2,9{CI 95% (1,178– 7,187)}. Sedangkan pasien stroke

iskemik dengan kadar hemoglobin rendah berisiko 2,5 kali megalami kematian

dibanding pasien dengan kadar hemoglobin normal {p=0,040; OR 2.5{CI 95%

(1.045-6.431)}. Kesimpulan penelitian ini adalah jenis kelamin perempuan dan

kadar hemoglobin yang rendah berhubungan dengan meningkatnya risiko

kematian pada stroke iskemik.

Kata Kunci : Hemoglobin, Jenis Kelamin, Stroke Iskemik, Mortalitas

Abstract

Stroke is a leading cause of disability and mortality throghout the world. Mortality

of ischemic stroke is increasing along with the number of risk factors present.

Hemoglobin level and gender are risk factors which related to increasing mortality

in ischemic stroke. This study aims to identify the relationship between

hemoglobin level and gender with mortality rate of ischemic stroke patients. This

research type is analytic observational with cross sectional approach. The number

of samples used were 98 samples taken by consecutive sampling technique.

Samples were medical record of ischemic stroke patients. Medical record

complete with laboratorium findings and patient's mortality status. Data were

analyzed using Chi-Square and logistic regression test. The results of statistical

analysis showed that there was a significant correlation between gender (p=0.002)

and hemoglobin level (p=0.004) with mortality rate of ischemic stroke patients. In

regression model showed that female patients had 2,9 times more risk for death

than male patients {p=0.020; OR 2,9{CI 95% (1,178– 7,187)}. Meanwhile,

ischemic stroke patients with low hemoglobin level had 2.5 time risk for death

than patients with normal hemoglobin level {p=0.040; OR 2.5 {CI 95% (1.045-

2

6.431)}. The conclution is Female sex and low hemoglobin level associated with

increasing risk of mortality in ischemic stroke.

Keywords: Hemoglobin level, Gender, Ischemic Stroke, Mortality

1. PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyebab tertinggi dari kecacatan dan kematian di

seluruh dunia (Smajlović, 2015). Data dari World Health Organization

(WHO) tahun 2008, jumlah kematian di dunia sekitar 57 juta jiwa dan 6,15

juta jiwa meninggal akibat sroke yang menduduki peringkat kedua di dunia

setelah penyakit jantung iskemik (Batubara, 2013). Data yang lebih rinci oleh

American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA)

dalam Heart Disease and Stroke Statistics-2017 Updates, menyebutkan

bahwa di Amerika rata-rata setiap 40 detik seseorang mengalami stroke dan

setiap 4 menit seseorang meninggal akibat stroke (Roger et al., 2017).

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

adalah 12,1 per 1000 penduduk (RISKESDAS, 2013). Data dari survei

ASEAN Neurogical Associatiom (ASNA) di 28 RS seluruh Indonesia,

diperoleh angka kematian sebesar 24,5 % (Misbach, 2011). Survei Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2013) menyatakan bahwa kasus tertinggi

stroke di Jawa Tengah adalah kota Semarang yaitu sebanyak 3.986 kasus dan

kasus tertinggi kedua adalah di Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 3.164

kasus (Dinkes Jateng, 2013).

Usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko stroke yang tidak

dapat dimodifikasi. Di Indonesia usia pasien stroke pada umumnya berkisar

pada usia lebih dari 45 tahun (Dinata & Safritai, 2013). Laki-laki memiliki

risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke namun kematian stroke lebih

banyak dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-laki karena pada

umumnya perempuan terserang stroke pada usia lebih tua. Selain itu, adanya

keadaan khusus pada perempuan seperti kehamilan, melahirkan dan

menopause yang erat kaitannya dengan ketidak seimbangan hormonal

berhubungan dengan outcome stroke (Audina & Halimuddin, 2016).

3

Penelitian sebelumnya meyebutkan bahwa adanya perbedaan keluaran

klinis antara pasien laki-laki dan perempuan. Pasien stroke iskemik laki-laki

mempunyai keluaran klinis lebih baik dibanding pasien perempuan

(Wicaksana et al., 2017)

Banyak parameter laboratorium yang dapat dimanfaatkan untuk

pelacakan faktor risiko, monitor terapi serta menentukan prognosis stroke

infark. Hart dan Kanter (1990) menyatakan bahwa 0-7% dari infark otak

telah ditandai oleh gangguan hematologik. Beberapa gangguan hematologi

yang terdiri dari gangguan komponen darah ataupun koagulasi dapat

berkaitan dengan kejadian stroke iskemik.

Kehilangan suplai oksigen secara mendadak ke jaringan otak selain

glukosa merupakan langkah utama dalam patogenesis stroke iskemik. Fokus

infark di otak dapat diselamatkan dengan kemampuan darah membawa

oksigen yang cukup. Salah satu hal yang diduga terlibat dalam proses

oksigenasi otak selain adanya sumbatan pada pembuluh darah otak adalah

kondisi kadar hemoglobin pada penderita stroke (Thijs et al., 2000).

Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa hemoglobin (Hb) memberikan

hasil bermakna pada derajat klinis pasien stroke. Semakin rendah kadar Hb

maka semakin besar skor derajat klinis sehingga semakin buruk kondisi klinis

penderita. (Tutwuri et al., 2014).

Tanne 2010 menyatakan bahwa pasien dengan kadar hemoglobin

rendah memiliki risiko untuk semua penyebab kematian. Kadar hemoglobin

juga mempunyai korelasi dengan buruknya derajat klinis dari gambaran

neuroimaging. Hal tersebut mendasari bahwa kondisi Hb yang rendah

dikaitkan dengan tingkat kematian yang meningkat(Tanne, et al, 2010).

Stroke merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani

secara cepat, tepat, dan cermat Mortalitas dari pasien stroke iskemik sangat

tergantung dari berat ringannya iskemik yang diderita dan cepat tidaknya

seorang pasien mendapatkan pertolongan. Penelitian untuk melihat pengaruh

kadar hemoglobin dan jenis kelamin terhadap mortalitas pasien stroke

iskemik belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan

4

mengetahui hubungan antar kadar hemoglobin dan jenis kelamin dengan

mortalitas pada penderita strok iskemik

2. METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rawat

Inap bagian Saraf RSUD Kabupaten Sukoharjo dan RSU Darmayu Ponorogo

pada bulan Oktober - Desember 2017. Sampel yang digunakan untuk

penelitian ini adalah pasien stroke iskemik di RSUD Kabupaten Sukoharjo

dan RSU Darmayu Ponorogo. Pengambilan sampel menggunakan data rekam

medis yang dilakukan menggunakan teknik consecutive sampling.

Analisis data penelitian menggunakan uji Chi Square dan regresi

logistik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kadar hemoglobin

dan jenis kelamin terhadap mortalitas pada pasien stroke iskemik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Penelitian ini menggunakan data rekam medik pasien stroke

iskemik di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo dan RSU Darmayu Ponorogo

pada bulan Oktober - Desember 2017. Pada penelitian ini didapatkan 98

data pasien stroke iskemik yang memenuhi kriteria inklusi sebagai

sampel penelitian. Sampel pasien stroke iskemik masing-masing terdiri

dari 49 pasien yang meninggal dan 49 yang tidak meninggal.

1. Karakteristik sampel penelitian

Perbandingan sampel pasien stroke iskemik berdasarkan dari

karakteristik sampel dan variable luar disajikan sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik Pasien Stroke Iskemik Berdasarkan Usia Pasien No. Usia Pasien Frekuensi (n) Persentase (%)

1. 45-55 tahun 21 21,4

2. 56-65 tahun 61 62,3

3. 66-75 tahun 16 16,3

Jumlah 98 100

5

Berdasarkan table 1 diketahui bahwa jumlah pasien

mengalami stroke iskemik paling banyak pada rentang usia 56-65

tahun, yaitu sebanyak 61 orang (62,3 %) dan terendah pada rentang

usia 66-75 tahun yaitu sebanyak 16 orang (16,3 %)

Tabel 2. Karakteristik Pasien Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Laki-Laki 59 60,2

2. perempuan 39 39,8

Jumlah 98 100

Berdasarkan data dari tabel 4, frekuensi stroke iskemik

tertinggi adalah pada jenis kelamin laki-laki yaitu 59 orang (60,2

%), sedangkan frekuensi terendah adalah pada jenis perempuan

yaitu 39 orang (39,8%).

Tabel 3. Karakteristik Pasien Stroke Iskemik Berdasarkan Kadar

Hemoglobin No. Kadar Hemoglobin Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Rendah 38 38,8

2. Normal 60 61,2

Jumlah 98 100

Berdasarkan data dari tabel 5, frekuensi stroke iskemik

tertinggi adalah pada pasien dengan kadar hemoglobin normal

yaitu 60 orang (61,2 %), sedangkan frekuensi terendah adalah

kadar hemoglobin rendah yaitu 38 orang (38,8%).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dengan digunakan untuk mengetahui

adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Pada penelitian ini digunakn analisis statistik dengan uji

chi square untuk melihat hubungan antar variable. Hasil analisis

data disajikan dalam tabel berikut :

6

Tabel 4. Analisis Chi-Square Hubungan Jenis Kelamin Dan Kadar

Hemoglobin Dengan Mortalitas Pasien Stroke Iskemik

Parameter

Status Pasien

Total P

Meninggal

Tidak

Meninggal

n % n % N %

Jenis Kelamin 0.002

Laki-Laki 21 33.3 42 66.7 63 100.0

Perempuan 23 65.7 12 34.3 35 100.0

Kadar Hemoglobin 0.004

Rendah 23 63.9 13 36.1 36 100.0

Normal 21 33.9 41 66.1 63 100.0

Hasil uji statistik hubungan jenis kelamin dan mortalitas pada

pasien stroke iskemik didapatkan nilai signifikasi 0,002 dan pada

analisis hubungan kadar hemoglobin dengan mortalitas pada pasien

stroke didapatkan nilai signifikasi 0,004. Dapat diketahui bahwa

kedua variabel memiliki nilai Asymptotic Significance < 0,05 maka

secara statisktik H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin dan kadar hemoglobin terhadap mortalitas pada pasien

stroke iskemik.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variable

independent yang paling berpengaruh terhadap variable dependent.

Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi logistik, karena pada penelitian ini menggunakan skala

kategorik. Dari penelitian terdapat 2 variabel yang signifikan

(p<0,05) yaitu kadar hemoglobin ( p=0,004) dan jenis kelamin

(p=0,002). Syarat untuk dilakukannya analisis multivariat adalah

hasil analisis bivariat harus menghasilkan p < 0,25 sehingga

analisis tersebut dapat dilakukan.

7

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Logistic Pengaruh Jenis Kelamin Dan Kadar

Hemoglobin Terhadap Mortalitas Pasien Stroke Iskemik

Variabel OR P 95% CI

Batas Bawah Batas atas

Step 1 Jenis Kelamin

Perempuan 2,910 0.021 1.178 7.187

Kadar Hemoglobin

Rendah 2.592 0.040 1.045 6.431

-2 log likelihood = 81.321

Nagelkerke R2 = 0.172

Berdasarkan hasil regresi logistik diketahui pasien stroke

iskemik dengan jenis kelamin perempuan memiliki risiko kematian

2,9 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin

laki-laki (OR 2.9, CI 95% 1.178 hingga 7.187). Pada variable

kadar hemoglobin rendah diketahui bahwa pasien stroke iskemik

dengan kadar hb rendah memiliki risiko kematian 2,5 kali lebih

besar dibandingkan dengan pasien dengan kadar hb normal (OR

2.5, CI 1.045 hingga 6.431).

Hasil uji statistik jenis kelamin perempuan, dengan hasil

analisis uji regresi logistik didapatkan nilai p = 0,021 (p<0,05) dan

pada kadar hemoglobin yang rendah nilai p = 0,040 (p<0,05), hal

ini menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan dan kadar

hemoglobin rendah memiliki hubungn yang signifikan dengan

mortlaitas pada pasien stroke iskemik.

Berdasarkan hasil tersebut dari kedua variabel diatas

didapatkan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap

mortalitas pasien adalah jenis kelamin, karena nilai OR jenis

kelamin lebih besar dibandingkan dengan kadar hemoglobin yaitu

2,910 dan kadar hemoglobin 2,592.

8

3.2. Pembahasan

Pada penelitian ini kejadian mortalitas pada pasien stroke

iskemik lebih banyak terjadi pada perempuan (52.3%) dan sebagaimana

tercantum pada tabel 7 bahwa pasien stroke iskemik perempuan

memiliki risiko kematian 2,9 kali lebih besar dibandingkan dengan

pasien laki-laki. Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan hubungan

yang sedang antara jenis kelamin perempuan dan kejadian meninggal

pada pasien stroke iskemik dengan nilai p= 0,020 (p< 0,05) yang

menunjukan hasil yang signifikan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

Wicaksana et.al (2017) yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara keluaran pasien stroke iskemik laki-laki dan

perempuan dimana keluaran klinis pasien stroke iskemik laki-laki lebih

baik dibanding pada pasien perempuan.

Perbedan keluaran pasien stroke iskemik antara laki-laki dan

perempuan ini salah satunya di pengaruhi berhubungan dengan keadaan

hormonal pada wanita (Audina & Halimuddin, 2016). Selain itu,

dalam guidelines yang dilansir oleh AHA pada tahun 2011,

mengatakan bahwa stroke lebih umum terjadi pada laki-laki

dibandingkan wanita, karena hormon estrogen pada wanita memiliki

efek positif terhadap sirkulasi serebral sehingga melindungi

terjadinya stroke iskemik terutama pada tipe kardioemboli (Goldstein

et al, 2011). Akan tetapi faktor risiko dengan jenis kelamin

perempuan akan meningkat pada masa transisi menopause. Pada

masa transisi tersebut terjadi penurunan konsentrasi estrogen

sebanyak 60%. Penurunan kadar estrogen menyebabkan

penurunan katabolisme LDL dan ambilan HDL hepatik sehingga

menyebabkan risiko terjadinya aterosklerosis, selain itu ketika terjadi

defisit esterogen akan menyebabakan terjadinya stress oksidatif di

berbagai jaringan tubuh (Lisabeth Bushel, 2012; Sejal & Ashok,

2013). Pada penelitian lain juga menyebutkan bahwa perempuan lebih

9

berisiko terkena berbagai komplikasi seperti thromboemboli dengan

atrial fibrilasi dan kardioemboli (Tomita et al., 2015)

Namun didapatkan hasil yang berbeda dari penelitian yang

dilakukan oleh Amelia K. Boehme et al. 2010 yang menyatakan bahwa

tidak didapatkan hasil yang signifikan bila membandingkan antara

keluaran dari pasien stroke iskemik berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan yang berkulit hitam. Namun justru didapatkan hasil yang

signifikan pada pasien stroke iskemik berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan berkulit putih. Perbedaan pada hasil yang didapat pada

penelitian ini dengan penelitian dari Amelia K Boehme et al. 2010,

dimungkinkan karena adanya perbedaan variabel. Pada penelitian

tersebut, Boehme juga memasukkan perbedaan ras sebagai variabel

independen yang diteliti, yaitu ras kulit putih dan kulit hitam. Sehingga

keluaran klinis pasien stroke iskemik diduga juga dipengaruhi oleh

faktor ras pasien.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Irie, et al, (2015) juga

didapatkan hasil yang berbeda dari hubungan antara jenis kelamin dan

mortalitas jika berdasarkan usia. Perempuan mempunyai risiko tinggi

meninggal dibanding laki-laki pada pasien usia ≥70 tahun, tetapi tidak

ditemukan perbedaan yang berarti pada pasien perempuan usia ≤70

tahun. Irie menyebutkan bahwa perempuan setelah menopause memiliki

risiko penyakit cerebrovascular yang lebih buruk dibanding laki-laki

dengan usia yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia juga

merupakan faktor risiko dari keluaran pasien stroke iskemik.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik diatas, bahwa kadar

hemoglobin yang rendah berhubungan dengan tingkat mortalitas pada

pasien stroke iskemik, dimana pasien dengan kadar hemoglobin rendah

berisiko meninggal 2,5 kali lebih besar disbanding pasien dengan kadar

hemoglobin normal. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Sholicati et al, (2016) yang menyebutkan bahwa semakin

kecil kadar hemoglobin makan semakin parah defisit neurologis pada

10

pasien stroke iskemik. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian

Zhanzhan et al. (2016) yang menyatakan bahwa adanya anemia dapat

meningkatkan risiko kematian pada pasien dengan stroke.

Penelitian Barlas 2016 menyatakan bahwa ada beberapa

mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara kadar hemoglobin

yang rendah dan meningkatnya risiko kematian pada pasien stroke

iskemik. Pertama, keadaan kadar hemoglobin yang rendah dapat

menurunkan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan otak,

dimana hal tersebut dapat memperparah keadaan iskemia dan

menyebabkan hipoksia di bagian panumbra. Kedua, kadar hemoglobin

yang rendah dapat mengganggu autoregulasi serebrovaskular, yang

menyebabkan terjadinya fluktuasi perfusi serebral sehingga

mengganggu pengiriman oksigen ke otak. Ketiga, kondisi kadar

hemoglobin yang rendah dapat memperburuk keluaran dari stroke

karena hubungannya dengan mediator inflamasi; dapat meningkatkan

produksi oksida nitrat dan reseptor kemokin CXC 4, 36 yang keduanya

dikaitkan dengan kerusakan otak selama iskemia.

Kelebihan pada penelitian ini adalah tidak membutuhkan dana

yang besar serta dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Selain itu,

penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

Namun, penelitian ini mempunyai keterbatasan seperti pada faktor

perancu yang tidak bisa dikendalikan yaitu karakteristik ras pada

pasien, riwayat hipertensi, letak dan luas lesi serta penatalaksanaan

yang telah diterima pasien sehingga dapat mempengaruhi hasil

penelitian. Selain itu, penelitian ini tidak menggunakan metode

penelitian cohort study yang lebih bisa menjelaskan hubungan sebab

akibat antar variabel.

11

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar

hemoglobin dan jenis kelamin terhadap mortalitas pada pasien stroke

iskemik. Pasien stroke iskemik dengan kadar hemoglobin yang rendah

dan berjenis kelamin perempuan akan meningkatkan risiko terjadinya

kematian.

4.2. Saran

1. Bagi masyarakat khususnya penderita stroke iskemik diharapkan

melakukan pemeriksaan dini kadar hemoglobin sehingga dapat

mencegah risiko perburukan pada penyakit.

2. Letak dan luas lesi di otak, serta penyakit komorbid subyek juga

perlu dianalisis dalam penelitian selanjutnya karena diduga

memiliki pengaruh terhadap mortalitas pasien stroke iskemik.

3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian cohort

untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan sebab akibat

DAFTAR PUSTAKA

Barlas, R. et al., 2016. Impact of Hemoglobin Levels and Anemia on Mortality in

Acute Stroke: Analysis of UK Regional Registry Data, Systematic

Review, and Meta‐Analysis. J Am Heart Assoc. 5(8):1-16

Batubara, N., 2013. Penyebab Mortalitas pada Pasien Stroke Fase Akut di RSUP.

HAM. Medan Januari - Desember 2011. E-Jurnal FK USU. 1(1):1-5

Boehme, A., 2014. Racial and Gender Differences in Stroke Severity, Outcomes

and Treatment in Patients with Acute Ischemic Stroke. J Stroke

Cerebrovasc Dis. 23(4):255-61

Goldstein, L., Bushnell, C.D., Adams, R.D., Appel, L.J., Braun, L.T., Chaturvedi,

S., Creagar, M.A., Culebras, A., et al., 2011. Guidelines for the Primary

Prevention of Stroke. Stroke, 42: 517-84

12

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah. Available at:

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV

INSI_2013/13_Prov_Jateng_2013.pdf [Diakses 3 Agustus 2017].

Misbach, J., 2011. Pandangan Umum Mengenai Stroke. Dalam Rasyid, A.,

Soertidewi, L.Unit Stroke: Manajemen Stroke Secara Komprehensif.

Jakarta: Balai Penerbit Universitas Indonesia. pp.1-9.

Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia. 2013. Prevalensi Stroke di Indonesia.

Available from. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/

Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. [Diakses16 Agustus 2017].

Roger, V. et al., 2017. Heart Disease and Stroke Statistics-2017 Update: A Report

From the American Heart Association. Circulation, 135(10): 146-603.

Sejal, B. & Ashok, A., 2013. The Role of Oxidative Stress in Menopause. J

Midlife Health, 4(3) : 140-6

Sholicati, S., Santoso, B. & Warjiman,.2016.Repository Stikes Sari Mulia.

[Online]Availableat:http://repository.stikessarimulia.ac.id/wpcontent/uplo

ads/2017/11/Shofira-Sholichati-12.IK_.277.pdf [Accessed 14 Desember

2017].

Smajlović, D., 2015. Strokes in Young Adults: Epidemiology and Prevention.

Vasc Health Risk Manag, 11:157-64.

Tanne, et al, 2010. Anemia status, Hemoglobin Concentration and Outcome after

Acute Stroke : Cohort Study. BMC Neurol 10(22):2371-7

Thijs, V. et al., 2000. Is Early Iskemic Lesion Volume on Diffusion – Weighted

Imaging an Independent predictor of Stroke Outcome? A multivariabel

Analysis. Stroke 210:2597-2602

Tutwuri, H., 2014. Hubungan Kadar Hemoglobin, Hematokrit, dan Eritrosit

dengan Derajat Klinis Pada Penderita Strok Iskemik

Akut.http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7070ce90db349fd2b4f483eff18f4

82d.pdf[Diakses1 Agustus 2017].

Tomita, H., Hagji, J., Metoki, N., Saito, S., Shiroto, H., Hitomi, H., Kamada, T.,

Seino, S., Takahashi, K., Baba, Y., Sasaki, S., Uzhikawa, T., Iwata, M.,

Matsumoto, S., Shoji, Y., Tano, T,. 2015. Impact of Sex Difference on

Severity and Functional Outcome in Patients with Cardioembolic Stroke. J

Stroke CerebrVasc Dic, 12(11) : 2613-8.

13

Whardani, N. & Martini, S., 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan

Tentang Stroke Pada Pekerja Institusi Pendidikan Tinggi. Jurnal

Epidemiologi, 2(1):13-23.

Wicaksana, I.E.P., Wati, A.P. & Muhartomo, H., 2017. Perbedaan Jenis Kelamin

Sebagai Faktor Risiko Terhadap Keluaran Klinis Pasien Stroke Iskemik.

Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(2):655-62.

Zhanzhan, L., Tao, Z., Peng, C. & Lizhang, C., 2016. Anemia increases the

mortality risk in patients with stroke: A meta-analysis of cohort studies.

Sci Rep, 6 : 26636.