hubungan antara jenis dan bahan kontainer ...repository.ub.ac.id/8460/1/ima sri wahyuni.pdfm.biomed...

92
i HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER DENGAN PERSENTASE KONTAINER POSITIF JENTIK NYAMUK DI WILAYAH PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum Oleh : Ima Sri Wahyuni 145070100111055 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017

Upload: others

Post on 02-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

i

HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER DENGAN

PERSENTASE KONTAINER POSITIF JENTIK NYAMUK DI WILAYAH

PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum

Oleh :

Ima Sri Wahyuni

145070100111055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 2: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

ii

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER DENGANPERSENTASE KONTAINER POSITIF JENTIK NYAMUK DI WILAYAH

PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

Oleh:

Ima Sri Wahyuni

NIM 145070100111055

Telah diuji pada

Hari : kamis

Tanggal : 21 Desember 2017

dan dinyatakan lulus oleh :

Penguji-I

dr.AstriProborini, SpA.,M.Biomed.

NIP. 2016078104062001

Pembimbing-I/Penguji-II Pembimbing-II/ Penguji-III

Prof.Dr.dr. Teguh Wahyu Sardjono, Dr.Lilik Zuhriyah, S.K.M,M.Kes.DTM,&H.,M.Sc.,Sp.ParK NIP. 197306061997022001NIP.195204101980021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dokter,

dr. Triwahju Astuti, M.Kes., Sp.P(K)

NIP. 196310221996012001

Page 3: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini dengan lancar dan tepat waktu.

Tugas Akhir disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran dengan judul β€œHubungan antara jenis kontainer dengan

persentase kontainer positif jentik nyamuk di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota

Malang”.

Dalam proses penulisan tugas akhir ini, penulis juga didukung oleh

berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya Malang yang telah memberi saya kesempatan untuk menjadi

mahasiswa kedokteran Universitas Brawijaya.

2. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB dr. Elly Mayangsari,

M.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan

bimbingannya untuk memenuhi persyaratan tugas akhir ini.

3. Prof.Dr.dr.Teguh Wahyu Sardjono DTM&H.,M.Sc.Sp.ParK, selaku dosen

pembimbing pertama atas segala bimbingan dan kesabarannya sehingga

tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dr. Lilik Zuhriyah, S.K.M,M.Kes selaku dosen pembimbing kedua atas segala

bimbingan dan kesabarannya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan

dengan baik.

5. dr.Astri Proborini, SpA.,M.Biomed selaku dosen penguji atas masukan dan

sarannya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Page 4: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

iv

6. Ibunda Yusminah, Ayahanda Suwito, kakakku Yuli Wijayanto dan semua

keluargaku yang senantiasa mendoakan, memberi semangat dan dukungan

dalam bentuk moril maupun materiil sehingga tugas akhir ini berjalan lancar.

7. Teman-teman satu penelitian Siti Dwi Astuti, Fryzka Amalia, dan Dwilan

Achmad Fauzan.

8. Kakak Achmad Saiful Amri yang membuat saya menjadi semangat untuk cepat

menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Semua teman-teman Progam Studi Kedokteran Angkatan 2014, kakak tingkat,

dan adik tingkat yang memberikan doa dan semangat.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu banyak dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua yang

membutuhkannya.

Malang, 8 Januari 2018

Penulis

Page 5: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

v

ABSTRAK

Wahyuni, Ima, Sri. 2018. Hubungan Antara Jenis dan Bahan Kontainer Dengan Persentase Kontainer Positif Jentik Nyamuk Di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Tugas Akhir, Program Studi Kedokteran,Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.Pembimbing:(1)Prof.Dr.dr.Teguh Wahyu Sardjono DTM&H.,M.Sc.Sp.ParK (2) Dr. Lilik Zuhriyah, S.K.M,M.Kes

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Provinsi Jawa Timur dimana hampir seluruh kota merupakan daerah endemis. Kota Malang menempati peringkat kedua daerah dengan Incidence Rate (IR) tertinggi di Jawa Timur. Salah satu upaya pengendalian populasi nyamuk adalah dengan mengendalikan jentik nyamuknya. Keberadaan jentik nyamuk dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis kontainer, bahan kontainer, letak kontainer,suhu, kelembapan udara, pH air dan keberadaan predator jentik nyamuk. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah jenis dan bahan kontainer. Kontainer adalah tempat penampungan air (TPA) atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti.

PeneIitian ini diIakukan dengan melakukan survei pada 100 rumah warga di kelurahan Sumbersari Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota MaIang . Survei diIakukan untuk mengetahui keberadaan jentik nyamuk serta jenis kontainer yang digunakan masyarakat. Instrumen yang digunakan untuk meIakukan survei adaIah kuisioner dari Rhikusvektora. Dari uji chi-square, didapatkan hubungan yang signifikan antara jenis dan bahan kontainer dengan persentase keberadaan kontainer positif jentik nyamuk dengan nilai (r=0.22) (P=0,012) untuk jenis kontainer dan nilai (r =0.44) (P=0,07) untuk bahan kontainer. Persentase keberadaan kontainer positif jentik terbesar adalah dispenser (80%). Bahan kontainer yang memiIiki persentase kontainer positif jentik paIing besar adalah tanah (54,5%). Perhatian besar untuk pengaruh keberadaan jentik nyamuk perlu diberikan pada kontainer berjenis dispenser dan berbahan tanah.

Kata kunci: jenis kontainer,bahan kontainer, kontainer positif jentik nyamuk.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

vi

ABSTRACT

Wahyuni, Ima. Sri. 2018.The Relationship Between The Kind of Container and Percentage of The Positif Container Contains Mosquito Larva In Health Clinic Dinoyo Malang City. Final assignment, Medical Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisors: (1)Prof.Dr.dr.Teguh Wahyu Sardjono DTM&H.,M.Sc.Sp.ParK., (2) Dr. Lilik Zuhriyah, S.K.M,M.Kes

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still a health problem in East Java Province where almost all cities are endemic areas. The city of Malang is ranked second with the highest Incidence Rate (IR) in East Java. One effort to control the mosquito population is to control the mosquito larvae. The existence of mosquito larvae is influenced by many factors such as type of container, container material, container location, temperature, humidity, water pH and the presence of mosquito larvae predators. One of the factors that need to be considered is the type and material of the container. Container is a water reservoir (TPA) or vessel that can be a breeding ground for Aedes aegypti mosquitoes. This research was conducted by conducting a survey on 100 residents' homes in the Sumbersari sub-district of Dinoyo District Health Center of MaIang City. Surveys were conducted to determine the presence of mosquito larvae and types of containers used by the community. The instrument used to conduct the survey is a questionnaire from Rhikusvektora. From the chi-square test, there was a significant correlation between the type and the container material with the percentage of the presence of positive mosquito larvae container with r value (0.22) for the container type, r value (0.44) for the container material and P value (0.012) for the container type, P value (0.07) for the container material. The largest percentage of larval positive containers was dispenser (80%). The container material that has a large percentage of positive larvae containers is ground (54,5%). Great attention to the influence of the presence of mosquito larvae should be given to containers of dispenser type and made of ground.

Keywords: container type, container material, positive container of mosquito larva.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ......................................................................................... ..ii

Kata Pengantar .................................................................................................... .iii

Abstrak ................................................................................................................. v

Abstract ................................................................................................................ vi

Daftar Isi .............................................................................................................. vii

Daftar Gambar ..................................................................................................... xii

Daftar Tabel ........................................................................................................ xiii

Daftar Lampiran .................................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... .1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4

1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi DBD Kota Malang ……………………………………...….......…....6

2.2 Jenis nyamuk.....................................................................................................9

2.2.1 Taksonomi nyamuk .................................................................................... ..9

2.2.2 Morfologi Nyamuk Aedes ........................................................................... 10

2.2.3 Siklus hidup nyamuk .................................................................................. 11

2.3.Habitat nyamuk ............................................................................................. 17

2.3.1Bionomik nyamuk Aedes aegypti ................................................................ 18

Page 8: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

viii

2.4Pengendalian vektor nyamuk ......................................................................... 19

2.5Kelembapan udara ........................................................................................ 22

2.6Kepadatan nyamuk Aedes Aegypti ................................................................ 22

2.7Pengukuran Kepadatan Vektor ...................................................................... 23

2.7.1 Cara survei jentik nyamuk .......................................................................... 23

2.7.2Metode survei jentik nyamuk ....................................................................... 24

2.8 Faktor yang berhubungan dengan kepadatan jentik nyamuk……......….........25

2.9. Kontainer.........................................................................................................27

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... ....................31

3.2 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 33

BAB 4.METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 34

4.2 Variabel Penelitian ........................................................................................ 36

4.3 Definisi operasional....................................................................................... 37

4.4Cara kerja dan pengumpulan data ................................................................. 38

4.5Materi dan instrumen penelitian ..................................................................... 39

4.6Jadwal dan waktu pelaksanaan .................................................................... 40

4.7Teknik pengolahan dan analisis data ............................................................. 40

4.8 Alur Kerja ...................................................................................................... 42

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

5.1 Karakteristik lokasi penelitian dan nilai HI .................................................... .43

5.2 Karakteristik Rumah ...................................................................................... 44

5.3Keberadaan jentik berdasarkan sumber air ................................................... .47

5.4 Keberadaan jentik berdasarkan jenis kontainer dan nilai CI, BI. ....................48

5.5 Keberadaan jentik nyamuk berdasarkan bahan kontainer .............................51

5.6 Identifikasi jentik nyamuk................................................................................52

Page 9: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

ix

BAB 6. PEMBAHASAN

6.1 Nilai HI, CI, dan BI ..................................................................................... ..53

6.2 Jenis kontainer yang digunakan masyarakat Kelurahan Sumbersari ........ ..56

6.3 Bahan kontainer yang digunakan masyarakat kelurahanSumbersari…..........58

6.4Hubungan antara jenis kontainer dengan kontainer positif jentik nyamuk ...... 60

6.5Hubungan anatara bahan kontainer dengan kontainer positif jentik nyamuk...65

6.6 Identifikasi jentik nyamuk.................................................................................69

BAB 7. PENUTUP

7.1 Kesimpulan ................................................................................................... 71

7.2 Saran ............................................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................73

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................80

Page 10: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data kasus DBD .............................................................................. 7

Tabel 3.1Definisi operasional dan variabel..................................................... 37

Tabel 5.1 Data lokasi survei dan jentik nyamuk ............................................. 44

Tabel 5.2 Distribusi status rumah ................................................................... 45

Tabel 5.3 Distribusi jentik berdasarkan sumber air ........................................ 48

Tabel 5.4 Distribusi jentik berdasarkan jenis kontainer .................................. 49

Tabel 5.5 Nilai CI dan BI ................................................................................ 50

Tabel 5.6 Distribusi jentik berdasarkan bahan kontainer ............................... 51

Tabel 5.2 Identifikasi jenis jentik nyamuk ...................................................... 52

Page 11: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1Telur Aedes aegypti ....................................................................... 11

Gambar 2 Larva nyamuk Aedes aegypti ........................................................ 13

Gambar 3 Pupa nyamuk Aedes aegypti ......................................................... 15

Gambar 4 Nyamuk dewasa nyamuk Aedes aegypti ....................................... 16

Gambar 5Rumah pribadi ................................................................................ 45

Gambar 6Rumah kost kosan ......................................................................... 46

Gambar 7Rumah Sewa ................................................................................. 47

Page 12: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Foto penelitian ............................................................................. 80

Lampiran 2 Hasil data mentah peenlitian ....................................................... 82

Lampiran 3 Kuisioner penelitian ..................................................................... 85

Lampiran 4 Hasil analisa spss uji chi square .................................................. 86

Page 13: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

xiii

Page 14: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

ABSTRAK

Wahyuni, Ima, Sri. 2018. Hubungan Antara Jenis dan Bahan Kontainer Dengan Persentase Kontainer Positif Jentik Nyamuk Di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Tugas Akhir, Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1)Prof.Dr.dr.Teguh Wahyu Sardjono DTM&H.,M.Sc.Sp.ParK (2) Dr. Lilik Zuhriyah, S.K.M,M.Kes

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Provinsi Jawa Timur dimana hampir seluruh kota merupakan daerah endemis. Kota Malang menempati peringkat kedua daerah dengan Incidence Rate (IR) tertinggi di Jawa Timur.

Salah satu upaya pengendalian populasi nyamuk adalah dengan mengendalikan jentik nyamuknya. Keberadaan jentik nyamuk dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis kontainer, bahan kontainer, letak kontainer,suhu, kelembapan udara, pH air dan keberadaan predator jentik nyamuk. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah jenis dan bahan kontainer. Kontainer adalah tempat penampungan air (TPA) atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti.

PeneIitiana ini diIakukana dengan melakukan survei pada 100 rumah warga di kelurahan Sumbersari Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota MaIang . Survei diIakukan untuk mengetahui keberadaan jentik nyamuk serta jenis kontainer yang digunakan masyarakat. Instrumen yang digunakan untuk meIakukan survei adaIah kuisioner dari Rhikusvektora. Dari uji chi-square, didapatkan hubungan yang signifikan antara jenis dan bahan kontainer dengan persentase keberadaan kontainer positif jentik nyamuk dengan nilai (r=0.22) (P=0,012) untuk jenis kontainer dan nilai (r =0.44) (P=0,07) untuk bahan kontainer. Persentasea keberadaan kontainer positif jentik terbesar adalah dispenser (80%). Bahan kontainer yang memiIiki persentase kontainer positif jentik paIing besar adalah tanah (54,5%). Perhatian besar untuk pengaruh keberadaan jentik nyamuk perlu diberikan pada kontainer berjenis dispenser dan kontainer berbahan tanah.

Kata kunci: jenis kontainer, bahan kontainer, kontainer positif jentik nyamuk.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

ABSTRACT

Wahyuni, Ima. Sri. 2018. The Relationship Between The Kind of Container and Percentage of The Positif Container Contains Mosquito Larva In Health Clinic Dinoyo Malang City. Final assignment, Medical Program, Faculty of

Medicine, Brawijaya University. Supervisors: (1) Prof.Dr.dr.Teguh Wahyu Sardjono DTM&H.,M.Sc.Sp.ParK.,(2) Dr. Lilik Zuhriyah, S.K.M,M.Kes

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still a health problem in East Java Province where almost all cities are endemic areas. The city of Malang is ranked second with the highest Incidence Rate (IR) in East Java. One effort to control the mosquito population is to control the mosquito larvae. The existence of mosquito larvae is influenced by many factors such as type of container, container material, container location, temperature, humidity, water pH and the presence of mosquito larvae predators. One of the factors that need to be considered is the type and material of the container. Container is a water reservoir (TPA) or vessel that can be a breeding ground for Aedes aegypti mosquitoes.

This research was conducted by conducting a survey on 100 residents' homes in the Sumbersari sub-district of Dinoyo District Health Center of MaIang City. Surveys were conducted to determine the presence of mosquito larvae and types of containers used by the community. The instrument used to conduct the survey is a questionnaire from Rhikusvektora. From the chi-square test, there was a significant correlation between the type and the container material with the percentage of the presence of positive mosquito larvae container with r value (0.22) for the container type, r value (0.44) for the container material and P value (0.012) for the container type, P value (0.07) for the container material. The largest percentage of larval positive containers was dispenser (80%). The container material that has a large percentage of positive larvae containers is ground (54,5%). Great attention to the influence of the presence of mosquito larvae should be given to containers of dispenser type and made of ground.

Keywords: container type, container material, positive container of mosquito larva.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit

endemik di daerah tropis yang memiliki tingkat kematian tinggi terutama

pada anak-anak. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian DBD

maupun Demam Dengue (DD) yang tinggi. Berdasarkan publikasi World

Health Organization (WHO) dalam Dengue Guidelines for Diagnosis,

Treatment, Prevention and Control, dengue merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang besar di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan di

Indonesia pada tahun 1968, angka kejadian DBD di Indonesia terus

meningkat. Pada tahun 2007, dilaporkan telah terjadi 150.000 kasus DBD

dengan lebih dari 25.000 kasus terjadi di Jakarta dan Jawa Barat. Indonesia

yang berada di wilayah tropis pada daerah ekuator memungkinkan

perkembangbiakan Aedes aegypti yang merupakan vektor dari virus dengue.

Beberapa laporan menyebutkan Case Fatality Rate (CFR) dari kasus DBD

di Indonesia mencapai 1% (WHO, 2009; Karyanti & Hadinegoro, 2009).

Di Jawa Timur, DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat dan

endemis di hampir seluruh kabupaten/kota. Pada tahun 2010, angka

kejadian DBD di Jawa Timur mencapai 25.762 kasus dengan angka

Page 17: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

2

kematian 230 jiwa; tahun 2011 menurun tajam mencapai 5.374 kasus

dengan angka kematian 65 jiwa; dan tahun 2012 kembali meningkat dengan

angka kejadian DBD di Jawa Timur mencapai 8.266 kejadian dengan angka

kematian mencapai 119 jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sampai dengan

Juni 2013, telah terjadi 11.207 kejadian DBD dengan Angka Kejadian

(Incidency Rate = IR) 29,25 dan CFR 0,88% (99 orang). Berdasarkan

laporan yang sama, di Surabaya angka kejadiannya adalah 1.504 kasus

dengan CFR 0,4% (6 orang) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013).

Surabaya merupakan kota dengan IR DBD tertinggi di Jawa Timur. Sebagai

pembanding, Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember yang menempati

peringkat kedua dan ketiga IR DBD di Jawa Timur menunjukkan angka

2.506.102 dan 2.375.469 kasus pada Januari hingga Juni 2013. Data di

Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya menunjukkan jumah kasus rawat

inap DBD tahun 2013 sebesar 165 kasus, 57% kasus terjadi pada anak usia

5-14 tahun. Data rawat jalan menunjukkan 52% dari 29 kasus DBD periode

Januari hingga Juli 2013 terjadi pada anak usia 5-14 tahun (Rumah Sakit

Gotong Royong Surabaya, 2014). Prevalensi lebih dari 50% pada kelompok

umur 5-14 tahun ini menjadi dasar peneliti untuk mengambil sampel

penelitian dari kelompok umur tersebut.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

3

Gizi merupakan faktor mayor, dapat dimodikasi, dan berperan

penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah dan mengobati

penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup (The Nutrition Society, 2009).

Penelitian epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa kekurangan gizi

menghambat respons imunitas dan meningkatkan risiko penyakit infeksi.

Berbagai penelitian yang dilakukan selama kurun waktu 35 tahun yang lalu

membuktikan bahwa gangguan imunitas adalah suatu faktor antara

(intermediate factor) kaitan gizi dengan penyakit infeksi (Chandra, 1997).

Angka kejadian balita dengan gizi kurang di Jawa Timur mencapai

10,3% dan gizi buruk 2,3%. Kota Surabaya memiliki balita dengan gizi

kurang 10,6% dan gizi buruk 2,8% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,

2012). Berdasarkan survei awal mengenai status gizi pasien anak di RS.

Gotong Royong Surabaya yang dilakukan peneliti pada 8-21 Januari 2014,

didapatkan data status gizi dari 200 pasien rawat jalan. Dari data tersebut

didapatkan 2,5% anak sangat kurus, 5,5% kurus, 73,5% normal, 6,5%

gemuk, dan 12% obesitas.

Nyeri pada seluruh tubuh merupakan salah satu gejala yang terjadi

pada pasien dengan infeksi dengue (Shepherd, 2014). Penurunan intensitas

nyeri dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap perbaikan klinis

penyakit dengan manifestasi nyeri. Faces Pain Scale-Revised memiliki

konten dan validitas yang telah teruji dalam menilai intensitas nyeri pada

Page 19: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

4

anak. Pengukuran ini sederhana, mudah digunakan, dan membutuhkan

instruksi minimal untuk anak 4-18 tahun (Stinson, 2006).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa status gizi merupakan salah

satu faktor risiko yang mempengaruhi tingkat keparahan DBD. Penelitian-

penelitian ini banyak difokuskan pada pengaruh status gizi terhadap luaran

penyakit DBD. Hakim dan Kusnandar (2012) dalam penelitiannya di

Cirebon menyebutkan bahwa anak dengan status gizi yang tidak normal,

baik gizi kurang maupun gizi lebih, memiliki risiko 1,25 kali lebih besar

untuk tertular infeksi virus dengue dibanding anak dengan status gizi

normal. Elmy S., dkk. (2009) dalam penelitiannya di Denpasar

menyebutkan risiko SSD pada anak obese 4,9 kali lebih besar dibandingkan

dengan anak non-obese. Kalayanarooj dan Nimmannitya (2005) dalam

penelitiannya di Thailand menyebutkan bahwa anak-anak dengan gizi

kurang memiliki risiko infeksi dengue yang lebih rendah namun memiliki

risiko lebih tinggi untuk mengalami SSD ketika terinfeksi, serta anak

dengan obesitas memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi virus dengue.

Kontras dengan penelitian di atas, Hung dkk. (2005) menyebutkan bahwa

tidak terdapat perbedaan tingkat keparahan DBD/SSD pada anak dengan

malnutrisi ataupun anak dengan gizi normal. Maron dkk. (2010) dalam

penelitiannya di El Salvador juga menyebutkan bahwa nutrisi berlebih

bukan merupakan faktor risiko terjadinya infeksi dengue yang parah dan

Page 20: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

5

malnutrisi bukan merupakan faktor prediktif luaran yang baik pada infeksi

dengue. Hasil penelitian yang masih berbeda satu sama lain ini mendorong

peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan

perjalanan penyakit DBD pada anak.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan perjalanan

penyakit demam berdarah dengue anak usia 5-14 tahun di Rumah Sakit

Gotong Royong Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan status gizi dan perjalanan penyakit DBD

pada anak usia 5-14 tahun di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi status gizi pasien DBD anak usia 5-14 tahun

di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya.

b. Mengidentifikasi lama demam, lama perbaikan skor Faces

Pain Scale-Revised, derajat leukopenia, derajat

trombositopenia, dan derajat hemokonsentrasi pada pasien

DBD anak usia 5-14 tahun di Rumah Sakit Gotong Royong

Surabaya.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

6

c. Menganalisis hubungan status gizi dengan lama demam pada

pasien DBD anak usia 5-14 tahun di Rumah Sakit Gotong

Royong Surabaya.

d. Menganalisis hubungan status gizi dengan lama perbaikan

skor Faces Pain Scale-Revised pada pasien DBD anak usia 5-

14 tahun di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya.

e. Menganalisis hubungan status gizi dengan derajat leukopenia

pada pasien DBD anak usia 5-14 tahun di Rumah Sakit

Gotong Royong Surabaya.

f. Menganalisis hubungan status gizi dengan derajat

trombositopenia pada pasien DBD anak usia 5-14 tahun di

Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya.

g. Menganalisis hubungan status gizi dengan derajat

hemokonsentrasi pada pasien DBD anak usia 5-14 tahun di

Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti :

Sebagai prasyarat kelulusan Program Pendidikan Dokter Strata-1

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

7

1.4.2 Bagi Masyarakat dan Dunia Kedokteran :

1.4.2.1 Membantu menganalisis luaran klinis dan memperkirakan

perjalanan penyakit anak yang menderita DBD berdasarkan status

gizi.

1.4.2.2 Membantu menganalisis hubungan status gizi dengan perjalanan

penyakit DBD pada anak.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit Gotong Royong :

Memberikan gambaran status gizi dan gambaran klinis pasien anak

yang menderita DBD di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya.

!

Page 23: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi DBD di Kota Malang

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menyebar luas di seluruh

wilayah Kota Malang. Jika pada tahun 2012 peristiwa DBD mencapai 136, maka

pada tahun 2013 meningkat menjadi 409 kasus, dan pada tahun 2014 menurun

menjadi 160 kasus. Dari jumlah tersebut terdapat 1 kasus meninggal akibat

terserang DBD. Pada tahun 2013 angka kesakitan DBD mencapai 48,62 per

100.000 penduduk. Sedangkan angka kesakitan tahun 2014 menurun hingga

mencapai 18,89 per 100.000 penduduk, artinya ada 18 sampai 19 orang yang

sakit DBD dari 100.000 penduduk di Kota Malang pada tahun 2014.Kondisi ini

tentunya lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2013. Angka kematian

penyakit DBD Case fatality rate (CFR) pada tahun 2013 adalah mencapai

0,49%.Hampir sama dengan 2013, pada Tahun 2014 angka kematian penyakit

DBD (CFR) adalah 0,63%, artinya setiap 100 orang yang terserang DBD terdapat

0-1 orang yang meninggal(Depkes, 2014).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang pada tahun 2014 di

dapatkan data kejadian kasus DBD berdasarkan tingkat kecamatan pada masing

masing masing puskesmas adalah sebagai berikut:

Page 24: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

2

Jumlah Kejadian Kasus DBD Menurut Kecamatan, Kelurahan dan

Puskesmas Kota Malang Tahun 2014.

Tabel 2.1 Data Kasus DBD Berdasarkan Kecamatan dan Puskesmas Kota Malang

Tahun 2014

NO

KECAMATAN

PUSKESMAS

JUMLAH MENINGGAL

KASUS DBD

1.

Kedungkandang

1.Kedungkandang

2. Gribig

3.Arjowinangu

23

0

0

0

0

0

2. Sukun 1. Janti

2.Ciptomulyo

3. Mulyorejo

44

0

0

0

0

0

3. Klojen 1. Arjuno

2. Bareng

3. Rampalcelaket

25

0

0

0

0

0

4. Blimbing 1. Cisadea

2. Kendalkerep

3. Pandanwangi

31

0

0

0

0

0

5. Lowokwaru 1. Dinoyo

2. Mojolangu

3. Kendalsari

37

0

0

1

0

0

Page 25: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

3

Pada Tahun 2015 sebanyak 1.817 kasus DBD telah dilaporkan oleh

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur kepada Kementerian Kesehatan RI. Upaya

yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur telah sesuai dengan

standard operation prosedure (SOP)penanggulanganDBD.Namun masih ada

peningkatan kasus DBD sebesar 46% bila dibandingkan bulan yang sama di tahun

2014, yaitu 980 kasus (Depkes, 2014).

Upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

mengalami KLB antara lain memberikan pelayanan kesehatan di puskesmas dan

rumah sakit, pemutusan rantai penularan melalui fogging massal di desa dan

kecamatan, larvasidasi dan pemberantasan sarang nyamuk, surveilans ketat

kasus DBD, pemantauan jentik mingguan, penyiapan logistik (insektisida,

larvasida dan RDT) serta sosialisasi pemberantasan kasus DBD kepada

masyarakat di tingkat desa dan kecamatan.Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

melakukan asistensi teknis penanganan KLB DBD kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, penyiapan logistik insektisida, larvasida dan mesin fogging serta

melakukan pemantauan dan pelaporan kepada Kementerian Kesehatan(Depkes,

2015).

Dinas Kesehatan Kota Malang meminta masyarakat untuk selalu

waspada terhadap penyakit ini terlebih lagi di musim pancaroba sebagai respon

terhadap banyaknya kasus DBD yang terjadi di Kota Malang. Kegiatan

penyuluhan, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD melalui gerakan

Menguras, Menutup dan Mengubur barang bekas (3M), larvasidasi dan fogging

focus/pengasapan telah dilakukan untuk menanggulangi DBD. Namun demikian

jumlah kasus DBDmasih tinggi dan Angka Bebas jentik (ABJ) yang yang masih di

bawah standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu ABJ

>95%(Depkes, 2014).

Page 26: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

4

2.2 Jenis nyamuk

Nyamuk Aedes sp tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan mencapai 950

spesies. Nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan gigitan yang serius terhadap

manusia seperti menyebabkan DBD baik di daerah tropik maupun yang beriklim

lebih dingin (Djakaria, 2004)

2.2.1 Taksonomi

a. Aedes aegypti

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Uniramia

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Subordo : Nematosera

Familia : Culicidae

Sub family : Culicinae

Tribus : Culicini

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti

(Djakaria, 2004)

b. Aedes albopictus

Aedes albopictus termasuk dalam subgenus yang sama dengan Ae. aegypti.

Klasifikasi Ae. albopictus adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia

Phylum: Insecta

Ordo: Diptera

Familia: Culicidae

Page 27: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

5

Genus: Aedes

Spesies:Aedes albopictus(Djakaria,2004)

2.2.2 Morfologi

Aedes aegypti memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan species

lainnya, tubuh sampai kakinya berwarna hitam dan bergaris garis putih. Nyamuk

ini sering ditemukan di tempat yang bersih dan genanagan air yang tenang dan

tidak menyukai tempat kotor. Tempat sering ditemukan jentik nyamuknya seperti

jambangan bunga, tempayan, bak mandi dan lain lain yang kurang diterangi

matahari dan tidak dibersihkan secara teratur. Manusia diperlukan sebagai host

berupa darah yang digunakan sebagai tempat pematangan telur agar dapat

dibuahi saat perkawinan (Rozanah,2004).

Sedangkan nyamuk Ae.albopictus atau dikenal dengan istilah nyamuk kebun

(forest mosquito) mendapat makanan dengan menggigit dan menghisap darah

binatang. Berbeda dengan nyamuk Ae.aegypti, nyamuk ini berkembang biak di

dalam lubang lubang pohon, lekukan tanaman, potongan batang bambu, dan

buahkelapa yang terbuka(Djakaria, 2004).

Nyamuk Ae. aegypti sebagaimana serangga yang lainnya, memiliki ciri

khas sebagai berikut :

a.Tubuh dapat dibedakan secara jelas menjadi tiga bagian yaitu :

kepala,toraks, dan abdomen yang beruas-ruas.

b.Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang

berbulu, serta memiliki moncong yang panjang (proboscis) untuk menusuk

kulit hewan/manusia dan menghisap darahnya.

c.Kaki terdiri dari 3 pasang.

d.Sistem peredaran darah terbuka(Harun,2006).

Page 28: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

6

Jarak terbang nyamuk Ae. albopictus jenis dewasa betina sekitar 400-600

meter, sedangkan jenis Ae.aegypti dapat terbang sekitar jarak 200 meter. Disisi

lain, kebiasaan mencari makanAe.albopictus yang suka menggigit darah hewan

memungkinkan species ini menularkan virus dengue dari kera ke manusia dan

sebaliknya. Perkawinan species ini terjadi di udara, satu kali kopulasi sudah cukup

untuk menyebarkan bibit telur. Perkawinan terjadi sebelum atau sesudah

menghisap darah pertama kali (Djakaria,2004).

2.2.3 Siklus Hidup

Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti dan Ae.albopictus dibagi menjadi 4 siklus

yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa sehingga termasuk jenis metamorfosis

sempurna (Soegeng,2006)

a. Telur

Gambar 1. Telur Ae. aegypti (Dept.medical entomotology, 2002)

Waktu pertama kali menetas telur nyamuk berwarna putih, kemudian akan

berubah warna menjadi hitam setelah 30 menit. Berdasarkan penelitian Brown

(1962) telur nyamuk akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada air dengan suhu

30ΒΊ, tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama ketika suhu mencapai suhu 16ΒΊC.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

7

Pada hari pertama, telur akan menetas sekitar 80% dan pada hari kedua jika

tempat penetasan dalam suhu dan kondisi yang normal, maka akan menetas

sekitar 95%. Saat diamati di bawah mikroskop akan tampak bentukan seperti

sarang di bagian luarnya (exochorion) telur nyamuk Aedes sp. tersebut(Sudart,

1972).

Telur Ae. albopictus dan Ae. aegypti dapat bertahan selama berbulan-

bulan dalam kondisi yang kering atau pengeringan dengan intenitas dan durasi

yang berbeda. Saat musim hujan tiba, nyamuk ini akan menetas dalam beberapa

menit namun ada pula beberapa yang membutuhkan waktu lebih lama untuk

menetas. Setelah menetas, besar kemungkinan nyamuk ini akan menyebar dalam

beberapa hari atau minggu seseudahnya. Nyamuk Ae. albopictus membutuhkan

peresapan air sebelum dapat bertahan dalam pengeringan dan temperatur yang

rendah dalam jangka lama (Service, 1996).

Meskipun usia telur sama tetapi waktu penetasan masing-masing telur

berbeda tergantung pada waktu yang dibutuhkan telur untuk masak sesudah

ditelurkan oleh induknya dan tergantung temperatur masa perkembangan

selanjutnya. Waktu terpendek antara menghisap darah dan bertelur untuk

pertama kali adalah 7 hari pada suhu suhu 21ΒΊCdan 3 hari pada suhu28ΒΊC.

Penahanan telur yang sudah matang agaknya berhubungan dengan keadaan

dasar tempat bertelur(Service, 1996).

Telur ditempatkan di wadah yang terdapat genangan air seperti kaleng,

botol, guci atau wadah hujan. Ban mobil juga bisa untuk menetas telur dan

menjadi habitat yang baik untuk larva serta tempat istirahat saat stadium dewasa.

Di negara dengan iklim tropis, larva dapat ditemui di lubang pohon yang besar.

Telur Ae. aegypti dapat menahan pengeringan hingga 1 tahun. Telur tersebut akan

menetas setelah terdapat banjir atau air (Womackmedical record,1993).

Page 30: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

8

b. Larva

Gambar 2. Larva nyamuk Ae. aegypti (Russell, 2000)

Setelah menetas telur akan berkembang menjadi larva (jentik-jentik). Pada

stadium ini kelangsunganhidup larva dipengaruhi suhu,pH air perindukan,

ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva,lingkungan hidup, serta adanya

predator. Berikut ini adalah ciri-ciridari larva Ae. aegypti:

a)Adanya corong udara (siphon) pada segmen terakhir. Pada corong udara

tersebut memiliki pecten serta sepasang rambut dan jumbai.

b) Pada segmen-segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut

berbentuk kipas (palmate hairs).

c)Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak

8–21 atau berjejer 1–3 .

d)Bentuk individu dari comb scale seperti duri.

e)Pada sisi thorax terdapat duri ang panjang dengan bentuk kurva dan

adanya sepasang rambut di kepala (Agung,1985).

Larva Ae. aegypti memiliki gerakan yang lincah dengan berderak keatas

permukaan air lalu kembali ke dasar wadah, gerakan ini dilakukan berulang-ulang.

Makanan larva berada di dasar wadah sehingga larva nyamuk ini sering disebut

Page 31: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

9

dengan (bottom feeder). Makanannya terdiri dari mikroorganisme,

detritus,alga,protista,daun,dan invertebrata hidup danmati. Pada larva

Ae.albopictus makanan yang mengandung protein lebih disukai daripada yang

mengandung hidrat arang(Beaty, 1996). Pada saat mengambil oksigen di

permukaan air, larva akan memunculkan corongnya di permukaan air seolah olah

membentuk sudut dengan permukaan air (Kusnidar,1990).

Larva nyamuk Ae.aegypti mengalami pergantian kulit selama 4 kali. Larva

instar I memiliki panjang 1-2 mm, tubuh transparan, siphon masih transparan,

tumbuh menjadi larva instar II dalam 1 hari. Larva intar II memiliki panjang 2,5 –3,9

mm, siphon agak kecoklatan, tumbuh menjadi larva instar III selama 1-2 hari.

Larva instar III berukuran panjang 4-5 mm, siphon sudah berwarna coklat, tumbuh

menjadi larva instar IV selama 2 hari. Larva instar IV berukuran 5-7 mmm sudah

terlihat sepasang mata dan sepasang antena, tumbuh menjadi pupa dalam 2-3

hari. Larva ini saat istirahat memberntuk sudut 45 0 terhadap permukaan air

(Depkes RI, 2007).

Page 32: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

10

c. Pupa

Gambar 3. Pupa Nyamuk Ae.aegypti (Dept.medical entomotology, 2002)

Larva instar akan berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat gemuk mirip

seperti tanda koma. Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak di antara

bakal sayap nyamuk dewasa dan terdapat sepasang sayap pengayuh yang saling

menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk menyelam cepat dan mengadakan

serangkaian jungkiran sebagai reaksi terhadap rangsangan. Pada saat stadium

pupa ini, tidak membutuhkan makanan sampai terbentuk nyamuk dewasa.

Nyamuk dewasa terbentuk di selongsong pupa, adanya gelembung udara di

dalam selongsong pupa dapat meningkatkan tekanan internal dan membagi

selongsong sepanjang garis belahan dada. Nyamuk dewasa akan muncul dari

selongsong yang robek dan dapat terbang setelah 10-15 menit (Beaty, 1996).

Pada punggung pupa terdapat terompet yang digunakan sebagai alat

napas. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang menjumbai

panjang dan bulu di ruas ke-7 dan ruas ke-8 yang tidak bercabang. Waktu

istirahat, posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air (Soegeng,2006).

Page 33: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

11

d. Dewasa

Gambar 4. Nyamuk Dewasa Ae. aegypti (Dept.medical entomotology,

2002)

Tubuh nyamuk dewasa terdiri dari 3 bagian, yaitu kepala (caput), dada

(thorax) dan perut (abdomen). Badan nyamuk berwarna hitam dan memiliki

bercak dan garis-garis putih dan tampak sangat jelas pada bagian kaki dari

nyamuk Ae. aegypti. Tubuh nyamuk dewasa memiliki panjang 5 mm. Pada bagian

kepala terpasang sepasang mata majemuk, sepasang antena dan sepasang palpi,

antena berfungsi sebagai organ peraba dan pembau. Pada nyamuk betina, antena

berbulu pendek dan jarang (tipe pilose). Sedangkan pada nyamuk jantan, antena

berbulu panjang dan lebat (tipe plumose). Thorax terdiri dari 3 ruas, yaitu

prothorax, mesotorax, dan methatorax. Pada bagian thorax terdapat 3 pasang kaki

dan pada ruas ke 2 (mesothorax) terdapat sepasang sayap. Abdomen terdiri dari 8

ruas dengan bercak putih keperakan pada masing-masing ruas. Pada ujung atau

ruas terakhir terdapat alat kopulasi berupa cerci pada nyamuk betina dan

hypogeum pada nyamuk jantan (Depkes RI,2007).

Page 34: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

12

Perbandingan jumlah nyamuk jantan dan betina sebesar 1:1.

Nyamukjantan keluar terkebih dahulu dari kepompong lalu disusul dengan nyamuk

betina. Setelah keluar , nyamuk jantan akan tinggal disekitar kepompong sampai

nyamuk betina keluar lalu kawin sebelum pergi menghisap darah. Nyamuk betina

hanya kawin sekali selama hidupnya(Hoedojo dan Zulhasril,2008).

Nyamuk betina memiliki probosis yang lebih panjang dibanding dengan

nyamuk jantan, karena berfungsi untuk menghisap darah manusia. Nyamuk jantan

lebih suka menghisap saribunga atau tumbuhan yang mengandung gula. Nyamuk

betina suka menghisap darah manusia karena membutuhkan protein untuk

pembentukan telur agar menetas jika dibuahi oleh nyamuk jantan. Setelah dibuahi

nyamuk betina akan mencari tempat hinggap di tempat-tempat yang agak gelap

dan lembab sambil menunggu pembentukan telurnya, setelah menetas telurnya

diletakkan pada tempat yang lembab dan basah seperti di dinding bak mandi,

kelambu, dan kaleng-kaleng bekas yang digenangi air (Hoedojo dan

Zulhasril,2008).

2.3 Habitat

Nyamuk Ae. aegypti hidup disekitar rumah (domestik)dan lebih sering

hidup di perkotaan. Nyamuk ini memiliki tempat hidup yang sangat erat dengan

manusia.Sedangkan nyamuk Ae. albopictus lebih sering tinggal di perkebunan dan

di rawa rawa(Soegeng,2006).

Penyebaran nyamuk Ae. aegypti adalah dengan bantuan manusia, karena

nyamuk ini hanya dapat terbang sekitar 40-100 meter saja. Meski kadang kadang

nyamuk ini juga bisa terbang sampai jarak 2 km, namun dikarenakan mencari

tempat perindukan untuk meletakkan telurnya di daerah lain. Namun, hal ini jarang

terjadi jika dilingkungannya sudah tercukupi 3 hal ini yaitu tempat perindukan,

tempat mendapatkan darah manusia, dan tempat istirahat(Sudarto, 2010).

Page 35: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

13

2.3.1 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

1. Kebiasaan menggigit (Feeding Habit)

Nyamuk Ae. aegypti betina bersifat anthropofilik, karenanya lebih menyukai

darah manusia daripada darah binatang. Nyamuk Ae. aegypti betina menghisap

darah dengan tujuan mematangkan telur dalam tubuhnya. Nyamuk Ae. aegypti

hidup di dalam dan sekitar rumah sehingga makanan yang diperoleh semuanya

sudah tersedia. Boleh dikatakan bahwa nyamuk betina sangat menyukai darah

manusia (anthropofilik) dari pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah

terutama pada pagi hari jam 08.00 – 12.00 dan sore hari jam 15.00 – 17.00.

Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-

kali dari satu indiviu ke individu yang lain (Djakaria,2006).

Hal ini disebabkan pada siang hari orang sedang aktif, sehingga nyamuk yang

menggigit seseorang belum tentu kenyang. Orang tersebut sudah bergerak,

nyamuk terbang menggigit orang lagi sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan

perkembangan telurnya. Pada nyamuk perkotaan lebih suka menggigit pada waktu

siang hari (90%) dan waktu malam (10%). Nyamuk desa hanya menggigit siang

saja. Kejadian tersebut kemungkinan juga sinar lampu di perkotaan ikut

mempengaruhi kebiasaan menggigit (Hasan,2006).

2. Kebiasaan/ perilaku Istirahat (Resting Habit)

Ae. aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan

tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur, kamar

mandi, kamar kecil, maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah,

di tumbuhan, atau di tempat terlindung lainnya. Di dalam ruangan, permukaan

istirahat yang mereka suka adalah di bawah furnitur, benda yang tergantung

seperti baju dan korden, serta di dinding. Kebiasaan hinggap istirahat, lebih

banyak di dalam rumah, yaitu benda-benda yang bergantungan, berwarna gelap,

Page 36: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

14

dan tempat-tempat lain yang terlindung, juga di dalam sepatu. Keadaan inilah

yang menyebabkan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi(Ditjen PPM&PL,

2001).

3. Tempatberkembangbiak nyamuk Ae. aegypti

Tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti adalah tempat

penampungan air bersih di dalam rumah ataupun berdekatan dengan rumah, dan

air bersih tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tanah (Ditjen

PPM&PL,2002). Tempat perkembangbiakan tersebut berupa:

a. Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air guna

keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan ember.

b. Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat - tempat yang

biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari

seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas, botol, pecahan

gelas, vas bunga dan perangkap semut.

c. Tempat penampungan air alami (TPA alami/natural) seperti lubang

pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon

pisang dan potongan bambu.

2.4 Pengendalian Vektor Nyamuk

Beberapa usaha pencegahan dan pengendalian terhadap serangan

nyamuk demam berdarah dengue tidak akan berjalan jika dilakukan secara

simultan dan terpadu. Jika salah satu lingkungan saja tidak ikut berpatisipasi,

lingkungan tersebut bisa menjadi sumber infeksi serangan nyamuk demam

berdarah. Usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang bisa dilakukan

sebagai berikut (Kardinan,2007).

Page 37: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

15

1. Pencegahan

Usaha ini dilakukan dengan menggunakan repellent atau pengusir, misalnya lotion

yang digosokkan ke kulit sehingga nyamuk takut mendekat. Banyak bahan

tanaman yang bisa dijadikan lotion anti nyamuk. Hal ini yang dapat dilakukan

untuk mengusir nyamuk adalah menanam tanaman yang tidak disukai serangga,

termasuk nyamuk Ae. aegypti. Tanaman ini bisa diletakkan di sekitar rumah atau

di dalam rumah.

2. Pengendalian

Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau

menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan

masyarakat (Putranto, 2000). Menurut data dari Direktorat Pemberantasan

Penyakit Menular, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, keberhasilan

pencegahan penyakit DBD sangat bergantung pada pengendalian vektornya, yaitu

Ae. Aegypti/Ae. albopictus (Bermawie, 2006). Pengendalian nyamuk tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

a. Secara Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), misalnya sarang nyamuk dengan cara

mengeringkan genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya, membakar

sampah yang menjadi tempat lalat bertelur dan tempat-tempat persembunyian

serangga pengganggu(Soedarto, 1992).

Page 38: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

16

b. Secara Biologi

Pengendalian secara biologi adalah pengendalian serangga dengan

menggunakan predator (binatang pemangsa serangga), menyebarkan parasit

penyebab penyakit pada serangga dengan tujuan untuk menurunkan populasinya

secara alami tanpa mengganggu ekologi (Soedarto, 1992). Contoh Predator

tersebut terdiri dari Ikan pemakan larva yaitu ikan kepala timah, cupang dan

gambus yang sudah semakin banyak digunakan untuk mengendalikan nyamuk

Ae. aegypti di kumpulan air yang banyak atau di kontainer air yang besar, bakteri

penghasil endotoksin yaitu Bacillus Thuringies serotipe H-14 (Bt: H-14) dan

Bacillus sphaericus(Bs) adalah efektif untuk mengendalikan nyamuk.

c. Secara Kimia

Bahan kimia yang banyak digunakan dalam pemberantasan Ae. aegypti

ialah golongan organophospat. Malathion digunakan untuk memberantas nyamuk

dewasa, sedangkan temephos digunakan untuk jentiknya. Malathion digunakan

dengan cara pengasapan (fogging), karena kebiasaan beristirahat Ae. aegypti

ialah pada benda yang bergantungan. Temephos yang biasa digunakan

berebentuk butiran pasir (sandgranules) dan ditaburkan di tempat penampungan

air. Penggunaan larvasida ini dalam posisi 1 ppm mampu mencegah infestasi

jentik Ae. aegypti selama 2 - 3 bulan. Pengaruh residu temephos ini disebabkan

karena bahan aktifnya dilepas secara perlahan (slow release) dan menempel pada

pori – pori dinding sebelah dalam dari tempat penampungan air(Soedarto, 1992).

Page 39: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

17

2.1.7 Suhu

Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup serta populasi nyamuk di lingkungan. Rata-rata suhu optimum

untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25Β°-27Β°C. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti

sama sekali bila suhu kurang dari 10Β°C atau lebih dari 40Β°C (Sugito, 1990).

2.5 Kelembaban

Kelembaban udara sangat mendukung dalam kelangsungan hidup nyamuk

mulai dari telur, larva, pupa hingga dewasa. Kelembaban yang sesuai adalah

sekitar 70% - 89% (Jumar, 2000).

2.6 Kepadatan Nyamuk Aedes aegypti

Faktor yang mempengaruhi kepadatan hidup nyamuk adalah suhu, pH air tempat

perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, lingkungan hidup dan adanya faktor

predator. Selain itu, cara pengambilan telur seperti rusak atau tidaknya telur

mempengaruhi perkemabangan nyamuk Aedes sp. Dan terakhir kemungkinan

adanya telur infertil (Iskandar,1985).

Faktor yang sering dijumpai sebagai pengahambat perkembangan nyamuk

adalah pH air . pH paling optimal untuk perkembangan nyamuk Aedes sp adalah

sekitar 6,5-7, sehingga jika pH terlalu asam atau basa maka akan menghambat

pertumbuhan nyamuk ini. Kandungan oksigen yang terlarut juga berpengaruh

terhadap perkembangan larva nyamuk. Dibutuhkan oksigen sekitar 7,9 mg/l

dengan suhu media sekitar 28 derajat celcius untuk berkembang secara optimal.

Kandungan zat kimia dalam air ternyata juga turut mempengaruhi daya tetas

Aedes sp, sebuah penelitian menemukan bahwa air yang diberi penjernih air

(tawas) membuat penetasan telur Aedes sp menjadi terhambat(Yuliana, 2008).

Page 40: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

18

Toleransi terhadap suhu tergantung pada spesies nyamuk.Rata-rata suhu

optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 derajat celcius –27derajat celcius

dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10

derajat celcius atau lebih dari 40derajat celcius (Mardihusodo,1988).

2.7.0 Ukuran Kepadatan Vektor

Untuk mengetahui jumlah vektor nyamuk, maka dapat dilakukan survei

berupa survei nyamuk, survei jentik dan survei perangkap telur, namun dalam hal

ini hanya akan dibahas tentang survei jentik nyamuk. Survei jentik dilakukan

dengan pemeriksaan terhadap semua tempat air didalam dan diluar rumah dari

seratus rumah yang diperiksa di suatu daerah dengan mata telanjang untuk

mengetahui ada tidaknya jentik (Depkes RI, 2005).

2.7.1 Cara Survei Jentik

Survei jentik nyamuk Ae. aegypti dilakukan dengan cara sebagai berikut

(Depkes RI, 2005):

a.Semua tempat yang dapat menampung air untuk keperluan manusia atau

bejana yang memungkinkan tempat bersarangnya jentik nyamuk dapat diperiksa

dengan mata telanjang.

b.Saat memeriksa Tempat Penampungan Air (TPA) yang berukuran besar,

seperti: bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya pada

penglihatan pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 menit untuk

memastikan bahwa benar jentik tidak ada.

c.Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas

bunga atau pot tanaman air atau botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu

dipindahkan ke tempat lain.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

19

d.Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh, biasanya

digunakan senter.

2.7.2 Metode Survei Jentik

Metode survei jentik dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005):

a. Single larva : cara ini digunakan pada kontainer yang ditemukan adanya

jentik nyamuk, yaitu dilakukan dengan mengambil satu sampel jentik

nyamuk dengan gayung atau pipet panjang jentik, lalu dimasukkan

kedalam botol kecil dan diberi label. Setelah itu dilakukan pemeriksaan

terhadap jenis jentik nyamuk tersebut. Pemeriksaan jentik ini

menggunakan (Ditjen PP & PL, 2008).

b. Visual: Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di

setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam

program DBD menggunakan cara visual (Ditjen PP & PL, 2008).

2.7.3 Ukuran Kepadatan Jentik Aedes

Ukuran yang digunakan untuk mengetahui kepadatan jentiknyamuk

diantaranya adalah :(HI, BI dan CI)

a.House Indeks (HI)

House Indeks (HI) adalah persentase rumah yang ditemukan jentik yang dilakukan

di semua desa/kelurahan oleh petugas pada rumah-rumah penduduk yang

diperiksa secara acak.

HI = jumlah rumah yang terjangkit larva Γ— 100 % =

Jumlah rumah yang di periksa

Page 42: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

20

b.Container Indeks (CI)

Container Indeks (CI) adalah persentase jumlah kontainer yang ditemukan jentik di

rumah-rumah penduduk yang diperiksa secara acak.

CI = jumlah container yang terjangkit larva/pupa Γ— 100%=

Jumlah container yang diperiksa

c.Breteau Indeks (BI)

Breteau Indeks (BI) adalah jumlah kontainer yang terdapat jentik dalam 100

rumah.

BI= jumlah kontainer yang terdapat jentik Γ—100 RMH

Jumlah rumah yang diperiksa

Dengan indikator HI, CI dan BI dapat diketahui ABJ

d. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan

di semua desa/kelurahan oleh petugas pada rumah-rumah penduduk yang

diperiksa secara acak.

ABJ= jumlah rumah yang bebas jentik Γ— 100 %

Jumlah rumah yang diperiksa

2.8 Faktor faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik aegypti

1. Pelaksanaan PSN DBD

PSN DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk

penular DBD ( Ae. aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan, bahwa terdapat hubungan antara PSN DBD

dengan keberadaan jentik dimana penelitian tersebut dilakukan di kecamatan

Page 43: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

21

Pedurung Kota Semarang tahun 2007. Pada penelitian tersebut nilai proporsi ABJ

sebesar 0,93 (Syarifah, 2007). Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara :

a. Fisik : cara ini dikenal dengan kegiatan 3M : yaitu menguras (dan

menyikat) bak mandi, bak wc, dan lain lain. Menutup tempat penampungan

air rumah tangga (tempayan, drum, dll). Mengubur, menyingkirkan atau

memusnahkan barang barang bekas (seperti kaleng, ban, dll).

b. Kimia: cara memberantas jentik Ae. aegyptidengan menggunakan

insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah

larvasidasi. Larvasida yang digunakan adalah granules (sand granules).

Dosis yang digunakan 10 gram (1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter

air). Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.

c. Biologi : cara ini dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala

timah, ikan gupi, ikan cupang, dll). Dapat juga dengan menggunakan

Bacillus thuringiensis

2. Macam tempat perindukan buatan Ae. aegypti

Sumber utama perkembangbiakan Ae. aegypti sebagian besar daerah

pedesaan Asia Tenggara adalah di wadah-wadah penampungan air untuk

keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari keramik, tanah liat dan bak semen

yang berkapasitas 200 liter, tong besi yang berkapasitas 210 liter (50 galon), dan

wadah yang lebih kecil sebagai tempat penampungan air bersih atau hujan.

Wadah penampungan air harus dituutp dengan penutup yang rapat atau kasa.

Setelah air digunakan, wadah tetap dijaga agar tertutup. Cara ini cukup efektif

seperti yang dilakukan di Thailand (Depkes RI, 2003).

Menurut Sutaryo pada tahun 2005, macam TPA yang berada di rumah meliputi

tandon air, tower, bak mandi, padasan, cadangan air di taman, air jebakan semut

Page 44: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

22

yang berpeluang untuk tempat perkembangbiakan jentik nyamuk. Macam TPA

untuk keperluan sehari hari meliputi drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi

atau WC dan ember.

Menurut Hasyimi dan Sukirno (2004) TPA rumah tangga yang paling banyak

ditemukan jentik atau pupa Ae.aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal

dari bahan dasar logam dan tempayan.

3. Sampah Padat

Sampah padat, kering seperti kaleng, botol ember atau sejenisnya yang

tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah. Sisa

material di pabrik dan gudang harus disimpan sebaik mungkin sebelum

dimusnahkan. Perlengkapan rumah dan alat perkebunan (ember, mangkok dan

alat penyiram) harus disimpan terbalik untuk mencegah tertampungnya air hujan.

Sampah tanaman (tempurung kelapa, kulit ari, coklat harus dimusnahkan segera.

Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama jentik nyamuk Ae.

aegypti di perkotaan, sehingga menjadi masalah kesehatan. Botol, kaca, kaleng

dan wadah kecil lainnya harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan

didaur ulang untuk keperluan industri (Depkes RI, 2003).

2.9 Kontainer

Telur, larva dan pupa nyamuk Ae.aegypti tumbuh dan berkembang di

dalam genangan air seperti pada kontainer. Kontainer adalah Tempat

Penampungan Air (TPA) atau bejana yang digunakan sebagai tempat perindukan

nyamuk Aedes aegypti (Depkes RI, 2003).

Page 45: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

23

a. Karakteristik Kontainer

Karakteristik kontainer disini terdiri dari bahan kontainer, letak kontainer,

volume kontainer, keberadaan penutup kontainer, kebersihan kontainer , sumber

air kontainer dan frekuensi membersihkan kontainer.

1. Bahan dan Jenis kontainer

Pemilihan tempat bertelur nyamuk Ae. aegypti dipengaruhi oleh bahan

kontainer karena telur diletakkan menempel pada dinding tempat penampungan

air (Depkes RI, 2004). Bahan dasar kontainer berpengaruh terhadap keberadaan

jentik Ae. aegypti seperti semen, logam, tanah, keramik dan plastik. Berdasarkan

penelitian sebelumnya, semen memiliki jumlah jentik yang lebih banyak dibanding

bahan dasar kontainer lainnya. Hal ini terjadi karena bahan semen mudah

berlumut,permukaannya kasar dan terdapat pori-pori pada dindingnya. Permukaan

kasar memiliki kesan sulit dibersihkan, mudah ditumbuhi lumut dan refleksi cahaya

yang rendah. Refleksi cahaya yang rendah dan permukaan dinding yang berpori-

pori mengakibatkan suhu dalam air menjadi rendah. Sehingga membuat nyamuk

lebih suka menempatkannya di dalam kontainer tersebut (Hadrah dan

Hidayah,2011).

Jenis kontainer juga sangat mempengaruhi kepadatan jentik nyamuk. Jenis

kontainer yang sering digunakan oleh masyarakat seperti tempayan, drum, bak

mandi dan ember. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi dan

Mardjan (2004) terhadap jenis kontainer, dari 325 kontainer yang diidentifikasi

yang paling banyak terdapat jentik Ae. egypti adalah tempayan(6 buah; 66,7%),

diikuti drum (95 buah; 32,6%), bak mandi (112 buah; 18,8%) dan ember (93 buah;

5,4%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan diatas menunjukkan adanya

perbedaan jentik nyamuk berdasarkan jenis kontainernya.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

24

2. Letak kontainer

Letak kontainer merupakan keadaan dimana kontainer diletakkan baik di

dalam maupun di luar rumah. Hal ini memiliki peranan yang penting terhadap

perindukan nyamuk Ae. aegypti. Kontainer yang terletak di dalam rumah

berpeluang lebih besar untuk terdapat jentik(Singh et al,2011). Kontainer di dalam

rumah 76,24%lebih banyak terdapat jentik Ae. aegypti daripada di luar rumah. Hal

ini sesuai dengan kesukaan nyamuk aegyptiuntuk beristirahat di tempat-tempat

yang gelap, lembab dan tersembunyi yaitu di dalam rumah atau bangunan yang

terlindung dari sinar matahari secara langsung (Ganda,2002).

3. Keberadaan penutup kontainer

Keberadaan penutup kontainer erat kaitannya dengan keberadaan jentik

Ae. egypti. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pengelolaan

lingkungan hidup yaitu 3M salah satunya dilakukan dengan menutup kontainer

rapat-rapat agar nyamuk tidak dapat masuk untuk meletakkan telurnya (Depkes

RI, 2003). Nyamuk Ae. aegypti akan mudah untuk meletakkan telurnya pada

kontainer yang terbuka. Ada kecenderungan yang signifikan 84% kontainer yang

terbuka menyebabkan nyamuk bebas masuk ke dalam kontainer untuk

berkembangbiak sedangkan kontainer yang tertutup memiliki peluang lebih kecil

yaitu 7% terdapat jentik (Hasyimi dkk, 2009).

4. Volume kontainer

Nyamuk Ae. aegypti meletakkan telurnya pada batas air atau sedikit di atas

batas air pada dinding kontainer, jarang sekali di bawah permukaan air, serta tidak

akan meletakkan telurnya bila di dalam kontainer tidak terdapat air (Depkes RI,

Page 47: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

25

2007). Knox Et al dalam Fock and Alexander(2006) menyatakan bahwa ada

hubungan antara volume kontainer dengan jumlah jentik yang dihasilkan. Hal ini

berarti kontainer dengan volume besar (>50 liter) akan menjadi tempat perindukan

jentik yang secara epidemiologi mempunyai arti yang penting. Hal ini dikarenakan

pada kontainer dengan ukuran besar, air yang berada di dalamnya cukup lama

sehingga sesuai untuk tempat perindukan telur ataupu jentik nyamuk.

4. Sumber air Kontainer

Sumber air kontainer yang dimaksudkan adalah asal darimana air yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang ditampung pada

kontainer, baik berasal dari air sumur sumur gali/artetis dan air PDAM.

Tersedianya air dalam wadah akan menyebabkan telur nyamuk Ae. aegypti

menetas dan setelah 10-12 hari berubah menjadi nyamuk. Ada perbedaan jenis

sumber air terhadap jumlah jentik, jenis sumber air yang paling disenangi nyamuk

Ae. aegypti sebagai tempat perkembangbiakannya adalah air sumur gali dan yang

paling tidak disenangi adalah air PDAM (Damanik, 2002).

Page 48: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

26

Page 49: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.1 Kerangka konsep

Keterangan: HI : House Index BI : Bretau Index CI : Kontainer Index Bold : Yang diteliti

1.2 Penjelasan Kerangka Konsep

pH

air

Jenis dan

bahan

kontainer

Sumber air Lokasi

Kontainer

Suhu

Keberadaan jentik nyamuk

Jenis Jentik nyamuk

Kepadatan Jentik Nyamuk

(HI, BI, CI) PSN DBD

(Pemberantasan

sarang nyamuk demam

berdarah Dengue) Kejadian DBD

Page 50: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan jentik nyamuk seperti

jenis dan bahan kontainer, suhu, lokasi kontainer, pH air dan sumber air. Keberadaan

jentik nyamuk berhubungan dengan kepadatan jentik nyamuk. Kepadatan jentik nyamuk

dapat diukur melalui HI, BI dan CI. Tujuan mengetahui HI, BI dan CI adalah untuk

mengurangi angka kejadian DBD dengan cara memberantas sarang nyamuk, sehingga

angka kepadatan jentik nyamuk berkurang.

Jenis dan bahan kontainer adalah salah satu variabel yang diteliti. Jenis dan

bahan kontainer merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik

nyamuk. Peneliti mengelompokkan jenis kontainer menjadi bak mandi, ember, kolam,

dispenser, kulkas, pot, saluran air, drum dan panci / tempayan. Bahan kontainer

dikelompokkan menjadi tanah, plastik, keramik dan logam.

Hasil penelitian berupa jentik nyamuk akan di teliti lebih lanjut dan akan

diidentifikasikan jenis jentiknya. Tujuan untuk mengidentifikasikan jentik nyamuk adalah

untuk mengetahui jenis jentik nyamuk yang paling banyak dan sedikit ditemukan.

Identifikasi jentik nyamuk bermanfaat untuk mengurangi angka kejadian DBD di daerah

tersebut.

3.3 Hipotesa Penelitian

Dari kerangka konsep diatas,maka didapatkan hipotesis penelitian,yaitu :

3.3.1 Hipotesa

1. Terdapat perbedaan persentase keberadaan jentik nyamuk di kontainer

menurut jenis kontainer.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

2. Perbedaan persentase keberadaan jentik nyamuk di kontainer menurut bahan

kontainer.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan

dengan melakukan pengamatan terhadap jenis kontainer serta keberadaan kontainer positif

jentik nyamuk di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang Tahun 2017. Desain yang

digunakan adalah survei khususnya survei entomologi.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ditinggali dan berada di

Kelurahan Sumbersari Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

4.2.2 Sampel

Besar sampel penelitian ini adalah sebesar 100 rumah yang berada di Kelurahan

Sumbersari, yang mengacu pada pedoman/standar yang ditetapkan oleh Riset Khusus

Vektor dan Reservoir Penyakit B2P2VRP Salatiga (Depkes, 2015).

4.2.3 Prosedur dan Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage sampling. Sampel pertama

dipilih dengan cara diundi secara acak untuk dijadikan objek observasi. Langkah

pengambilan sampel adalah:

1. Dipilih satu Kelurahan Sumbersari karena memiliki angka prevalensi kejadian DBD

yang tinggi di Kota Malang.

2. Dipilih RW satu dengan sistem diundi secara purposif kasus DBD terbanyak.

3. Dipilih RT 1,2,3,5,10 berdasarkan simple random sampling atas saran dari kader

jentik nyamuk di Kelurahan Sumbersari dengan alasan lokasi yang mudah dijangkau

dan berdekatan.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

4. Dipilih rumah warga yang bersedia untuk di survei hingga jumlahnya terpenuhi 100

sampel.

Pengambilan sampel dikelompokkan dalam kriteria berikut:

a.Kriteria inklusi

1)Rumah yang terletak di Kelurahan Sumbersari wilayah Puskesmas Dinoyo

Kota Malang tahun 2017.

2)Bersedia sebagai sampel.

3)Rumah yang terdapat kontainer untuk keperluan sehari hari atau untuk

menyimpan air.

b.Kriteria eksklusi

1) Rumah yang memiliki kontainer yang terdapat ikan pemakan jentik.

4.2 Variabel Penelitian

4.2.1 Variabel Bebas

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang dapat memberikan

perubahan pada variabel dependen (variabel tergantung) bila variabel ini dirubah. Dalam

penelitian ini adalah jeniskontaineryang digunakan baik diluar maupun di dalam rumah.

4.2.2 Variabel Tergantung (dependen)

Variabel tergantung (variabel dependen) adalah variabel yang dapat berubah akibat

perubahan pada variabel bebas. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah keberadaan

jentik nyamuk pada kontainer.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

4.3 Definisi Operasional

Tabel 4.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala

1. Variabel bebas : Jenis Kontainer

Tempat penampungan air yang dapat digunakan untuk menyimpan air baik untuk keperluan sehari hari atau tidak.

-Formulir pada lampiran 3 -Kamera

jenis kontainer (bak mandi, ember, kolam, dispenser, kulkas,pot, saluran air, panci/tempayan)

Nominal

Variabel terikat :

2. Keberadaan jentik nyamuk di kontainer .

Jumlah kontainer yang positive jentik nyamuk per seluruh jumlah sampel kontainer yang di periksa.

-Formulir di lampiran 3 -senter

Dalam presentase

Numerik

3. Jenis jentik nyamuk Macam jentik nyamuk berdasarkan spesiesnya.

Mikroskop Aedes aegypti, Aedes albopictus,Culex sp., pupa

Nominal

4. House Index Jumlah rumah positif jentik / seluruh rumah yang diperiksa.

-Alat hitung kalkulator

Dalam Persentase

Numerik

5. Breteau index jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah

-Alat hitung kalkulator

Dalam persentase

Numerik

6. Container Index jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh kontainer yang diperiksa

-Alat hitung kalkulator

Dalam persentase

Numerik

Page 55: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

4.4 Cara Kerja dan Pengumpulan Data

4.4.1 Observasi di lapangan

1. Dipilih rumah yang akan diperiksa dengan menggunakan undian.

2. Jenis kontainer,bahan, letak, keberadaan penutup dan kondisi kontainer pada tiap

rumah diperiksa baik di dalam maupun di luar rumah.

3. Melakukan wawancara dengan tuan rumah sesuai dengan kuisioner dari

Rhikusvektora.

4. Keberadaan jentik pada tiap kontainer diperiksa menggunakan metode pengambilan

jentik nyamuk. Jika ditemukan jentik pada kontainer maka sebagian jentik akan diambil

dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet panjang kemudian jentik

dtempatkan dalam botol dan diberi label.

5. Identifikasi jentik nyamuk dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis

4.4.2 Metode pengambilan jentik nyamuk.

a) Semua alat dan bahan disiapkan. Identitas rumah yang akan diperiksa

kontainernya diisikan pada formulir pada lampiran 3.

b) Pemeriksaan jentik dilakukan di kontainer yang terletak di dalam dan luar

rumah pada 100 sampel rumah dengan lampu senter. Kontainer yang

diperiksa antara lain bak mandi, gentong, ember, penampungan kulkas,

penampungan dispenser, perangkap semut, vas bunga,dll.

c) Selain mencatat jenis kontainer, bahan kontainer juga dicatat dalam formulir

lampiran 3.

d) Alat pengambilan jentik berupa gayung dan pipet lalu dimasukkan di dalam

botol yang sudah diberi label.

e) Botol jentik diberi label lokasi, tanggal dan jenis serta bahan kontainer.

4.4.3 Metode pemeriksaan jentik:

Page 56: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

a) Sebelum melakukan pengamatan jentik nyamuk, jentik dimatikan dengan air panas

di dalam suatu wadah dan disimpan kembali di dalam botol yang sudah diberi label.

b) Mengambil jentik dari botol plastik yang sudah diberi label dengan pipet tetes

b) Meletakkan jentik pada object glass menggunakan pipet dalam posisi

telungkupkemudian tutup menggunakan deck glass.

c) Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 sampai 40 kali.

d) Menentukan spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus

dengan menggunakan kunci identifikasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictusberdasarkan panduan dari Rhikusvektora.

f) Mencatat hasil pengamatan jentik nyamuk.

4.5 Materi dan Instrumen Penelitian

4.5.1 Materi Penelitian

Materi yang digunakan adalah :

1. Formulir pada lampiran 3.

2. Alat tulis menulis (spidol, pensil, penghapus, gunting).

4.5.2 Peralatan Penelitian

1. Pipet

2. Botol jentik

3. Kertas label

4. Lampu senter

5. Mikroskop

4.6 Jadwal Waktu Pelaksanaan Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada siang sampai sore hari sekitar pukul 09.00-15.00 WIB ,

karena pada pukul ini adalah waktu yang tepat untuk mengadakan pengamatan dan

pengambilan sampel air yang berasal dari kontainer.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Teknik Pengolahan

Data Pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1.Pemeriksaan data (editing)

Bertujuan untuk meneliti data yang telah diperoleh dari pengukuran dengan cara memeriksa

kelengkapan dan konsistensi data yang ada.

2.Pengkodean data (coding)

Bertujuan untuk memudahkan dalam menganalisis data dengan cara memberikan kode atau

atribut pada data.

3.Memasukkan data (entry)

Memasukkan data yang telah diperoleh untuk diolah menggunakan komputer dengan

program SPSS.

4.Mentabulasi (tabulating)

Tabulasi merupakan lanjutan langkah koding untuk mengelompokkan data ke dalam suatu

data tertentu menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

4.7.2 Analisa Data

4.7.2.1 Analisis Univariat

Untuk mendeskripsikan karakteristik kontainer yang meliputi jenis, bahan

dasar, letak, keberadaan penutup, kondisi kontainer dan frekuensi membersihkan kontainer

yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.7.2.2Analisis Bivariat

Uji statistik komparatif untuk data dengan skala nominal dan nominalyang dilakukan

dengan menggunakan uji beda non parametrik yaitu chi-square. Uji ini digunakan untuk

menguji beda proporsi kontainer positif jentik menurut jenis kontainer dengan dua buah

variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan

variabel nominal lainnya.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

4.8 Alur Kerja

Alur Kerja

1. Memilih Kelurahan Sumbersari

sebagai populasi penelitian.

2. Memilih RW yang akan

dijadikan sebagai sampel dengan

cara mengundi .

3. Menentukan RT yang akan

dipilih sebagai sampel penelitian

berdasarkan arahan kader jentik

nyamuk kelurahan Sumbersari.

4. Memasuki rumah yang akan

diperiksa kontainer serta

keberadaan jentik nyamuknya.

5.Mendokumentasikan kontainer

dan mencatatnya.

6.Mengambil jentik nyamuk dari

kontainer di dalam atau luar

rumah.

7. Mengamati jenis jentik dari

sampel yang sudah

diidentifikasikan menggunakan

mikroskop.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Karakteristik lokasi penelitian / survei dan nilai HI

Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Salah satu

kelurahan yang ada di Puskesmas Dinoyo adalah Kelurahan Sumbersari. Kelurahan ini

dipilih karena memiliki prevalensi angka kejadian DBD yang cukup tinggi. Kelurahan

Sumbersari memiliki 7 RW dan 40 RT. RW 1 dipilih karena memiliki jumlah RT yang paling

banyak diantara RW lainnya yaitu memiliki 12 RT. Sesuai dengan buku panduan dari

Rhikusvektora, jumlah sampel penelitian yang dibutuhkan adalah 100 rumah, sehingga

peneliti memilih secara acak RT yang masuk kedalam RW 1. Setelah dilakukan pemilihan

secara acak, diperoleh RT 1, RT 2, RT 3, RT 5, dan RT 10 sebagai sampel penelitian. Pada

tabel 5.1, didapatkan nilai total HI pada sampel penelitian adalah sebesar 41%. Nilai HI

paling tinggi terdapat pada RT 10 dengan nilai 12%. Sedangkan nilai HI paling rendah

adalah RT 2 dengan nilai 4%. Rincian data keberadaan jentik nyamuk dari 100 rumah

tersebut disajikan pada tabel 5.1 dibawah ini.

Tabel 5.1 Data Lokasi Survei dan Temuan Jentik Nyamuk di RW 01 Kelurahan

Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, pada bulan Agustus 2017

Page 60: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

RT Jumlah rumah/KK Rumah yang Terpilih Positif Jentik (HI)

Jumlah % Jumlah %

RT 1 43 19 19% 6 6%

RT 2 40 18 18% 4 4%

RT 3 46 16 16% 9 9%

RT 5 42 22 22% 10 10%

RT 10 43 25 25% 12 12%

Total 214 100 100% 41 41%

Keterangan : HI = House Index = jumlah rumah yang positf jentik / jumlah rumah yg diperiksa X 100%

5.2 Karakteristik Rumah

Dari data yang ada jenis/karakterisitik rumah yang disurvei diklasifikasi atas dasar

kepemilikannya, yaitu rumah pribadi, rumah sewa dan rumah kost. Pada tabel 5.2, dapat

diketahui bahwa berdasarkan pada status rumah, rumah pribadi memiliki persentase yang

paling banyak yaitu sebesar 62%. Di urutan kedua adalah rumah yang dijadikan kost kosan

dengan persentase 34%. Di urutan terakhir adalah rumah yang dijadikan tempat sewa

dengan persentase sebesar 4%. Distribusi status rumah yang ditemukan di Kelurahan

Sumbersari RT 01, RT 02, RT 03, RT 05 dan RT 10 dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Status Rumah

Status rumah RT 1 RT 2 RT 3 RT 5 RT 10 Total Persentase (%)

Pribadi 12 11 13 13 13 62 62%

Page 61: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Foto mengenai kondisi rumah pribadi, kost dan sewa di Kelurahan sumbersari dapat dilihat

pada gambar dibawah ini

Gambar 5.1 Rumah Pribadi

Pada status rumah pribadi, tampak dari depan rumah pribadi lebih asri dengan

terdapat tanaman di luar rumahnya serta ventilasi rumahnya cukup bagus yaitu terdapat

jendela rumah yang mengarah keluar rumah untuk sirkulasi udara yang baik.

Rumah pribadi memiliki kebersihan lingkungan yang lebih terjaga dibandingkan

dengan rumah kost-kosan dan rumah sewa. Anggota rumah rata rata juga sering

membersihkan lingkungan rumah dan kamar mandinya seminggu dua kali.

Kost 5 6 3 7 13 34 34%

Sewa 2 1 - - 1 4 4%

Total 19 18 16 20 27 100 100%

Page 62: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Gambar 5.2 Rumah kost

Pada status rumah kos, mayoritas kebersihan lingkungan sekitarnya kurang terjaga.

Tampak dari depan rumah, tidak terdapat jendela yang digunakan untuk sirkulasi udara

didalam rumah dan cahaya yang masuk pun sangat kurang sehingga kondisi dalam rumah

cukup lembap dan redup. Selain itu, untuk membersihkan bak mandi dilakukan secara

bergiliran oleh penghuni kost. Rata-rata penghuni kost hanya membersihkan kamar mandi

jika bak mandi sudah terlihat ada genangan lumpur dibawahnya, sehingga bak mandi tidak

rutin dibersihkan tiap minggunya. Oleh karena itu, sering ditemukan jentik nyamuk pada bak

mandi di rumah kos kosan.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Gambar 5.3 rumah sewa.

Pada status rumah sewa (kontrakan) tampak dari depan rumah terlihat terdapat

barang bekas yang dibiarkan berantakan sehingga memungkinkan sebagai tempat

perindukan jentik nyamuk. Kondisi kamar mandi yang jarang dikuras dan banyaknya

kontainer tempat meyimpan air tanpa penutup membuat rumah sewa memiliki jumlah

kontainer positif jentik nyamuk yang cukup banyak.

5.3 Keberadaan Jentik Berdasarkan Sumber Air

Distribusi keberadaan jentik nyamuk berdasarkan sumber air yang ditemukan di

Kelurahan Sumbersari RW 01 RT 01, RT 02, RT 03, RT 05 dan RT 10 dapat dilihat pada

tabel 5.3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sumber air yang ditemukan jentik nyamuk

dengan persentase paling besar adalah air galon dengan persentase sebesar 80%. Sumber

air dengan jumlah jentik nyamuk terbanyak kedua adalah air kulkas dengan persentase

sebesar 37,5%, sedangkan sumber air dengan jentik nyamuk paling sedikit atau bahkan

tidak ada sama sekali adalah air hujan dengan nilai 0%. Data distribusi keberadaan jentik

nyamuk berdasarkan sumber dapat dilihat pada tabel 5.3.

Sumber Air Positif jentik / jenis Jentik

Sumber air frekuensi % Culex aedes Frekuensi %

Air galon 5 1,937% - 4 4 80%

Air hujan 2 0,7755% - - - 0%

Air kulkas 8 3.10% 2 1 3 37,5%

PAM 95 36,82% 9 10 19 20%

PAM-sumur 9 3,48% - 1 1 11,11%

Page 64: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Tabel 5.3 Distribusi Keberadaan Jentik Nyamuk Berdasarkan Sumber Air

5.4 Keberadaan jentik nyamuk berdasarkan jenis kontainer dan nilai CI, BI

Hasil penelitian keberadaan jentik nyamuk berdasarkan jenis kontainer dan nilai HI,

CI dan BI dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kontainer yang

paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah ember dengan persentase 55,4%,

sedangkan yang paling sedikit digunakan adalah kolam yaitu dengan persentase 0,38%.

Selain itu juga dapat dilihat kontainer dengan persentase positif jentik nyamuk paling banyak

adalah dispenser dengan nilai persentase sebesar 80% sedangkan kontainer dengan positif

jentik nyamuk paling sedikit adalah bak WC, drum dan kolam dengan nilai persentase 0%.

Hasil dari penelitian adalah sebagaimana tertera pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Jenis Kontainer dan Keberadaan Jentik Nyamuk yang Ditemukan pada

100 Rumah yang Disurvei

Sumur pompa 104 40,3% 3 8 11 10,57%

Sumur

terbuka

35 13,56% 1 2 3 8,57%

258 100% 15 26 41 15,89%

Jenis Kontainer

RT 1

RT 2

RT 3

RT 5

RT 10

Total Positif Jentik

Frekuensi %1 Frekuensi %2

Bak mandi 12 16 12 20 16 76 29,45% 33 43,4%

Bak WC - - 2 - 1 3 1,16% - 0%

Ember 13 38 23 36 33 143 55,4% 13 9,0%

Dispenser - - 2 2 1 5 2,19% 4 80%

Pot/vas 2 1 - - - 3 1,16% 1 33,3%

Page 65: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Keterangan :

Rumus Persentase (%1)=βˆ‘ π‘˜π‘œπ‘›π‘‘π‘Žπ‘–π‘›π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘˜π‘ π‘Ž

258Γ— 100 %, (%2 )=

βˆ‘ π‘π‘œπ‘ π‘–π‘‘π‘–π‘“π‘—π‘’π‘›π‘‘π‘–π‘˜

𝑛 π‘˜π‘œπ‘›π‘‘π‘Žπ‘–π‘›π‘’π‘ŸΓ— 100 %

Chi square = π‘₯2= 51,627 ; df = 9 ; P value = 0,012

Nilai Container Index (CI) pada Kelurahan Sumbersari RW 1 RT 1, 2, 3, 5 dan 10

adalah sebesar 22,1% sedangkan nilai Breteau Index (BI) sebesar 57%. Nilai Container

index (CI) terbanyak terdapat pada bak mandi dengan nilai 12,79%. Hal ini sama dengan

nilai Breteau Index(BI), nilai BI terbanyak adalah pada bak mandi dengan nilai 33%.

Sedangkan nilai CI dan BI paling rendah terdapat pada kolam, drum dan bak wc dengan

nilai 0% jentik nyamuk.

Tabel 5.5 Nilai CI dan BI Kelurahan Sumbersari RW 1 RT 1, 2, 3, 5 dan 10.

Jenis Kontainer

Jumlah

Kontainer Positif Jentik

Frekuensi Container index (CI)

(%)

Breteau Index(BI)

(%)

Bak Mandi 76 33 12,79% 33%

Bak WC 3 - 0% 0%

Ember 143 13 5,04% 13%

Dispenser 5 4 1,55% 4%

Pot/vas 3 1 0,38% 1%

Saluran air - - 1 2 - 3 1,16% 2 66,7%

Drum 3 3 1 4 - 11 4,26% - 0%

Kulkas - 3 2 2 2 9 3,38% 3 33,%3

Panci/tempayan 2 - 1 1 - 4 1,55% 1 25%

Kolam 1 - - - - 1 0,38% - 0%

Total 33 61 44 67 53 258 100% 57 22,%1

Page 66: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Saluran air 3 2 0,77% 2%

Drum 11 - 0% 0%

Kulkas 9 3 1,16% 3%

Panci/tempayan 4 1 0,38% 1%

Kolam 1 - 0% 0%

Total 258 57 22,1% 57%

Keterangan :

-Container index (CI) : Jumlah kontainer yang ditemukan jentik dari seluruh kontainer yang diperiksa. CI = (jumlah kontainer yang positif jentik / Jumlah kontainer yang diperiksa)X 100%

-Breteau Index (BI) : jumlah kontainer yang ditemukan jentik dalam seratus rumah yang diperiksa. BI = ( jumlah kontainer yang positif jentik / 100) X 100%

5.5 Keberadaan jentik nyamuk berdasarkan bahan kontainer

Peneliti mengambil data berupa bahan dasar kontainer yang digunakan oleh

masyarakat Kelurahan Sumbersari Kota Malang. Pada tabel 5.6 didapatkan hasil berupa

bahan dasar kontainer yang paling banyak digunakan adalah berjenis plastik sedangkan

bahan yang paling sedikit digunakan adalah logam. Jika dihubungkan dengan keberadan

jentik, maka bahan yang terdapat banyak jentik adalah tanah dan yang paling sedikit jentik

adalah plastik.

Tabel 5.6 Distribusi Bahan Kontainer dan Keberadaan Jentik Nyamuk yang Ditemukam

pada 100 Rumah yang Disurvei

Bahan Kontainer

RT 1

RT 2

RT 3

RT 5

RT 10

Total Positif Jentik

Frekuensi %1 Frekuensi %2

Tanah 2 1 3 3 2 11 4,3% 6 54,5%

Plastik 19 43 27 46 38 173 67,1% 22 12,71%

Page 67: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Keramik 13 21 8 14 13 72 27,9% 28 38,9%

Logam - - 1 1 - 2 0,8% 1 50%

Total 34 65 39 64 53 258 100% 57 22,1%

Keterangan:

Rumus Persentase (%1)=βˆ‘ π‘˜π‘œπ‘›π‘‘π‘Žπ‘–π‘›π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘˜π‘ π‘Ž

258Γ— 100 %, (%2 )=

βˆ‘ π‘π‘œπ‘ π‘–π‘‘π‘–π‘“π‘—π‘’π‘›π‘‘π‘–π‘˜

𝑛 π‘π‘ŽhanΓ— 100 %

Chi square = π‘₯2= 28,273 ; df = 3 ; P value = 0,07

Kontainer yang menggunakan tanah sebagai bahan dasar pembuatannya adalah

kolam dan gentong air. Bahan kontainer berupa plastik dapat ditemukan dalam bentuk

ember, dispenser, pot / vas bunga dan kulkas. Bahan kontainer berupa keramik dapat

ditemukan dalam bentuk bak mandi dan bak WC. Bahan kontainer berupa logam dapat

ditemukan dalam kontainer berupa panci dan drum.

5.6 Identifikasi Jentik nyamuk

Pada tabel 5.7, dapat dilihat bahwa urutan jentik nyamuk dengan frekuensi paling

banyak adalah Aedes aegypti dengan persentase sebesar 61% jentik, diurutan kedua

adalah Culex sp. dengan persentase sebesar36,6% dan yang paling sedikit adalah Ae.

albopictusdengan persentase sebesar 2,4%. Nyamuk Culex sp. terdapat paling banyak

pada RT 10 dengan jumlah 7 rumah positif jentik nyamuk. Sedangkan nyamuk Ae.

aegypti paling banyak terdapat pada RT 5 dengan jumlah 8 rumah positif jentik nyamuk.

Nyamuk Ae. albopictusditemukan pada 1 rumah di RT 1.

Tabel 5.7 Distribusi Hasil Identifikasi Jentik Nyamuk

Jenis jentik RT 1 RT 2 RT 3 RT 5 RT 10 JML %

Culex sp. - 3 5 - 7 15 36,6%

Ae. aegypti 3 3 4 8 7 25 61%

Page 68: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Ae. albopictus 1 - - - - 1 2,4%

Total 4 6 9 8 14 41 100%

Page 69: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Nilai HI, CI, BI di Kelurahan Sumbersari Kecamatan Dinoyo Kota Malang.

Ukuran yang digunakan untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk disuatu daerah

adalah dengan menggunakan rumus HI, BI dan CI. House Index (HI) adalah persentase

rumah ditemukan jentik yang dilakukan di 100 rumah oleh petugas pada rumah-rumah

penduduk yang diperiksa secara acak. Kontainer Index (CI) adalah persentase jumlah

kontainer yang ditemukan jentik dalam seluruh kontainer yang diperiksa di rumah-rumah

penduduk yang diperiksa secara acak. Breteau Indeks (BI) adalah persentase jumlah wadah

air yang terdapat jentik dalam 100 rumah yang diperiksa.

Nilai HI di Kelurahan Sumbersari RT 1, 2, 3, 5, dan 10 dapat dilihat pada tabel 5.1.

Pada tabel tersebut, nilai HI sebesar 41% tergolong cukup tinggi. Pengelompokan nilai HI

terdiri dari 3 kelompok yaitu kepadatan rendah, sedang dan tinggi. Kepadatan rendah

berada pada rentang 1-3 %, kepadatan sedang berada pada rentang 4-37%, dan kepadatan

tinggi berada pada rentang >38%. Dari 100 rumah yang diperiksa, 41 rumah terdapat wadah

air positif jentik nyamuk. Hal ini disebabkan karena banyaknya jenis dan jumlah kontainer

yang digunakan oleh masyarakat, sehingga memperbesar peluang ditemukannya jentik

nyamuk di wilayah tersebut. Selain itu, frekuensi membersihkan wadah air juga jarang dan

kurang diperhatikannya kebersihan kontainer. Rata-rata rumah yang paling banyak terdapat

jentik nyamuk adalah kos-kosan dan kontrakan karena penghuni kosan kebanyakan adalah

mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan di kampusnya, sehingga jarang memperhatikan

kebersihan kamar mandinya. Hal ini sangat memicu keberadaan jentik nyamuk di

kontainernya.

Nilai Container index (CI) dapat dilihat pada tabel 5.5. Pada tabel tersebut, nilai CI

sebesar 22,07% juga tergolong masih cukup tinggi. Pengelompokan nilai CI terdiri dari 3

kelompok yaitu, kepadatan rendah nilai CI (1-2%), kepadatan sedang nilai CI (3-20%) dan

kepadatan tinggi nilai CI (>21%). Karena kontainer yang ditemukan positif jentik memiliki

Page 70: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

jumlah yang cukup banyak yaitu 57 dari 258 jumlah kontainer yang diperiksa. Nilai tersebut

cukup banyak karena dalam satu rumah, masyarakat menggunakan wadah air lebih dari dua

dan jarang untuk dibersihkan. Selain itu, masyarakat juga kurang memperhatikan kontainer

yang tidak digunakan untuk keperluan sehari hari seperti pot dan tatakan dispenser.

Sehingga mereka mengabaikan kebersihannya, padahal kontainer tersebut mengandung

genangan air yang berpotensial sebagai tempat tumbuhnya jentik nyamuk.

Nilai Breteau index (BI) dapat dilihat pada tabel 5.5. Pada tabel tersebut, nilai BI

sebesar 57% menunjukkan angka yang cukup tinggi. Pengelompokan nilai BI terdiri atas 3

kelompok yaitu, kepadatan rendah dengan nilai BI (1-4%), kepadatan sedang dengan nilai

BI (5-49%) dan kepadatan tinggi dengan nilai BI (>50%). Dengan angka yang cukup tinggi

ini memungkinkan untuk terjadi penyebaran wabah DBD yang cukup tinggi pula. Sehingga

perlu dievaluasi lagi tentang pengetahuan serta kesadaran masyarakat akan pentingnya

menjaga kebersihan kontainer guna mencegah penyebaran wabah DBD lebih lanjut

terutama pada musim penghujan.

Pada penelitian yang dilakukan di daerah Bogor oleh Sulistyorini (2016), nilai HI,CI

BI di kelurahan di Bojongkerta (42%; 23.2%; 54). Rata rata masyarakat menggunakan

wadah air dengan volume air lebih dari 20 liter sehingga air tidak dibuang atau dikuras. Hal

itu berkaitan dengan kebiasaan masyarakat untuk menyimpan air untuk menghindari sumber

air kering atau tidak mengalir sehingga mengakibatkan nyamuk pra dewasa berkembang

dengan baik.

Nilai HI, CI dan BI di daerah kelurahanBojongkerta Bogor lebih tinggi dibandingkan di

Kota Malang, karena kemungkinan daerah Bogor lebih banyak penduduk sehingga

kepadatannya yang tinggi membuat lingkungan sekitarnya kurang diperhatikan termasuk

kebersihan kontainer. Selain itu, Bogor dikenal sebagai kota hujan, dengan frekuensi hujan

yang cukup tinggi membuat udara sekitar menjadi lembab dan banyak terdapat genangan

air di dalam kontainer yang tidak diperhatikan, sehingga membuat nilai HI, CI dan BI nya

menjadi lebih tinggi daripada Kelurahan Sumbersari Kota Malang. Selain itu, penelitian yang

Page 71: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

dilakukan di Kelurahan Sumbersari dilakukan pada musim kemarau yang membuat suhu

udara menjadi lebih panas dan lebih sedikit genangan airnya. Salah satu faktor yang

membuat nilai HI, BI dan CI berbeda di kedua wilayah adalah karena survei yang dilakukan

kemungkinan dalam musim dan waktu yang berbeda.

Banyaknya kontaineryang mengandung jentik nyamuk digambarkan dalam nilai CI.

Parameter ini untuk mengevaluasi program pengendalian vektor. Parameter ini juga tidak

bisa berdiri sendiri karena tidak dapat melihat kepadatan larvanya (Pant dan Self 1999).

Penelitian lain di Kota Makkah menyebutkan bahwa indeks larva Ae. aegypti (CI, HI, BI)

tercatat lebih besar selama musim penghujan dibandingkan dengan musim kering (Aziz et

al. 2012). Kemenkes menetapkan bahwa untuk mencegah penularan DBD, maka HI tidak

boleh lebih dari 5%, jika > 10% maka wilayah tersebut mengindikasikan wilayah yang

berisiko tinggi terhadap kejadian DBD. Semakin tinggi nilai HI, semakin tinggi pula risiko

masyarakat di wilayah tersebut untuk kontak dengan nyamuk pembawa virus dengue.

Perhitungan HI harus diiringi perhitungan parameter yang lain, karena jika berdiri sendiri

kurang kuat karena tidak memperhitungkan faktor habitat yang ada di dalam rumah tersebut,

walaupun parameter ini banyak digunakan (Sunaryo dkk.,2014).

1.1 Kontainer yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Sumbersari

Kontainer adalah tempat yang digunakan oleh masyarakat untuk menyimpan air

yang berguna untuk keperluan sehari hari atau sebagai cadangan air disaat musim

kemarau. Distribusi jenis kontainer yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Sumbersari

RT 1, 2, 3, 5 dan 10 dapat dilihat pada tabel 5.4. Pada tabel tersebut, kontainer yang paling

banyak digunakan oleh masyarakat Kelurahan Sumbersari adalah berupa ember, karena

masyarakat sekarang lebih menyadari akan pentingnya kebersihan kontainer serta mulai

menghindari penggunaan bak mandi untuk mengurangi keberadaan jentik nyamuk. Ember

memiliki banyak kelebihan diantara kontainer lainnya karena lebih murah untuk dibeli,

Page 72: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

mudah didapatkan dan bisa dipindahkan. Selain itu, penggunaan air yang langsung habis

pada jenis kontainer ember membuat jentik nyamuk jarang terdapat pada ember. Cara untuk

membersihkan ember pun relatif lebih mudah dan cepat jika dibandingkan dengan bak

mandi, sehingga hal ini bisa mengurangi angka keberadaan jentik nyamuk di kamar mandi.

Di urutan kedua, bak mandi masih banyak digunakan karena rata-rata tempat kos-kosan

atau kontrakan masih menggunakan bak mandi jaman dulu dan belum menggantinya

dengan ember. Selain itu, kondisi bak mandi terlihat jarang dikuras karena rata-rata

penghuni kos-kosan/kontrakan adalah mahasiswa. Jadwal membersihkannya pun tidak rutin

setiap minggu dibersihkan. Pada penelitian ini didapatkan pula beberapa drum. Sebagian

besar masyarakat menggunakan drum untuk tempat menyimpan air ketika musim kemarau.

Kegunaan drum lebih digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti untuk mencuci piring

dan menyiram tanaman, sehingga kondisi drum pun terlihat banyak lumut dan kotor, karena

tempatnya lembap dan disimpan berhari-hari.

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (2016), di daerah

Bogor ember merupakan jenis tempat penampungan air (TPA) yang paling banyak

digunakan di kedua kelurahan yaitu diBaranangsiang sebanyak 59% dan di Bojongkerta

sebanyak 55%.Penggunaan kontainer di masyarakat telah bergeser dari tempayan ke

ember yang lebih praktis, ringan dan mudah dipindahkan serta lebih mudah didapatkan.

Kemudahan dalam menguras ember dan fungsinya untuk air habis sekali pakai. Berbeda

dengan bak mandi yang volume airnya cenderung selalu ada menyebabkan kondisi ruangan

menjadi lembab, bak mandi banyak yang masih dari semen sehingga permukaannya yang

kasar lebih memudahkan nyamuk untuk meletakkan telurnya.

Berbeda dengan hasil penelitian diatas, penelitian yang dilakukan Hadi dkk. (2009)

menyatakan bahwa di satu wilayah RW V Desa Cikarawang didapatkan kontainer yang

paling banyak adalah bak mandi. Hal ini serupa dengan penelitian di Kabupaten

Tulungagung dan Kota Kediri Jawa Timur, mayarakat masih banyak menggunakan bak

mandi (Joharina dan Widiarti, 2014). Kemungkinan perbedaan penggunaan kontainer

Page 73: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

terletak pada kurangnya kesadaran mayarakat akan pentingnya membersihkan kontainer

dan keberadaan jentik nyamuk. Kemungkinan masyarakat enggan untuk mengganti

kontainer mereka, karena sudah terdapat bak mandi yang bisa digunakanuntuk keperluan

sehari-hari. Selain itu, masyarakat kota besar biasanya lebih mudah memahami dan

menyadari akan pentingnya menjaga kebersihan dan keberadaan jentik nyamuk di

kontainer. Karena lingkungan mereka yang sangat padat, sehingga penularan wabah DBD

lebih mudah terjadi di kota, membuat masyarakat lebih waspada akan pentingnya

kebersihan kontainer dan waspada terhadap keberadaan jentik nyamuk.

Kontainer berupa ember lebih banyak disukai oleh masyarakat karena

penggunaanya yang praktis, mudah dibersihkan, mudah dibawa dan mudah ditemukan di

banyak toko. Sedangkan bak mandi sekarang mulai ditinggalkan karena lebih susah untuk

dibersihkan dan ukurannya yang relatif besar membuat air jarang diganti setiap hari

sehingga memungkinkan banyak jentik nyamuk bersarang di bak mandi.

6.2 Bahan kontainer yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Sumbersari

Distribusi bahan kontainer yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Sumbersari

dapat dilihat pada tabel 5.6. Pada tabel tersebut, bahan kontainer yang paling banyak

digunakan adalah berjenis plastik. Hal ini disebabkan karena masyarakat Kelurahan

Sumbersari banyak menggunakan kontainer berjenis ember atau bak yang terbuat dari

plastik. Masyarakat lebih memilih menggunakan bak mandi plastik karena harganya yang

murah, terjangkau, mudah dipindahkan dan mudah dibersihkan. Volumenya yang tidak

begitu besar membuat air yang tertampung didalamnya langsung habis dalam sekali pakai,

sehingga memudahkan penghuni rumah untuk membersihkannya setiap hari. Selain itu,

masyarakat Kelurahan Sumbersari sangat gemar untuk menyimpan air sebagai persediaan

air saat musim kemarau. Penggunaan ember plastik ditemukan lebih dari satu dalam satu

Page 74: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

rumah, karena digunakan juga untuk keperluan rumah tangga seperti mencuci piring, baju

dan kontainer untuk memasak.

Kontainer berbahan dasar keramik berada di urutan kedua setelah bahan dasar

plastik. Sebagian masyarakat Kelurahan Sumbersari masih banyak menggunakan keramik

sebagai bahan dasar kontainernya. Karena sebelum dilakukan penyuluhan tentang peduli

wadah DBD, mayoritas masyarakatnya masih menggunakan keramik untuk menyimpan air.

Masyarakat merasa masih nyaman dan enggan untuk menggantinya dengan kontainer

plastik, namun itu hanya sebagian kecil dari masyarakat Kelurahan Sumbersari Kota

Malang. Mayoritas rumah yang masih menggunakan keramik sebagai bahan dasar

kontainernya adalah rumah sewa, karena rata rata penghuni dari rumah sewa malas untuk

menggantinya dengan kontainer dari plastik, karena dari awal memang sudah disediakan

kontainer keramik. Sehingga, mereka menggunakan kontainer yang sudah tersedia disana.

Bahan kontainer yang paling sedikit digunakan adalah logam, karena rata-rata logam

digunakan sebagai bahan dasar drum untuk menyimpan air di musim kemarau. Namun, saat

ini, masyarakat sudah sangat jarang menggunakan drum sebagai tempat penyimpanan air,

karena air dari PDAM terus mengalir dan jarang kekurangan air. Sehingga, masyarakat

merasa tidak perlu untuk menggunakan drum berbahan dasar logam sebagai tempat

menyimpan airnya.

Jika dibandingkan dengan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sulistyorini

(2016),di daerah Bogor, menunjukkan hasil yang sama. Bahan kontainer yang paling banyak

digunakan adalah terbuat dari plastik. Masyarakat di Bogor juga gemar untuk menggunakan

kontainer berbahan plastik karena sebelumnya didaerah tersebut terdapat banyak

prevalensi kejadian DBD. Penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah kota tersebut lebih

menganjurkan masyarakatnya untuk mengganti kontainer dari keramik menjadi kontainer

berbahan dasar plastik. Karena kontainer berbahan dasar keramik lebih susah untuk

dibersihkan dibanding dengan kontainer dari plastik.

Penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2015) di Desa Cikarawang, kontainer terbanyak

terbuat dari bahan dasar plastik (715 wadah). Sama dengan penelitian sebelumnya,

Page 75: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

masyarakat sekarang sudah banyak berpindah kontainer yang digunakannya untuk

menyimpan air yang semula berbahan dasar keramik menjadi bahan dasar plastik. Salah

satu alasan masyarakat menggantinya menjadi berbahan dasar plastik adalah karena

banyaknya prevalensi penyakit DBD yang terjadi di daerahnya. Sehingga pemerintah kota

sekitar menyarankan masyarakatnya untuk mengganti bahan dasar kontainer menjadi

bahan dasar plastik. Pemerintah daerah kabupaten Bogor sangat gencar untuk

mempromosikan tidakan pencegahan dan pengendalian wabah DBD karena bogor memiliki

intensitas curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga sangat memungkinkan nyamuk banyak

berkembang biak disana.

6.4 Hubungan antara jenis kontainer dengan persentase kontainer positif jentik

nyamuk di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Tabel persentase kontainer positif jentik jamuk berdasarkan jenis kontainer dapat

dilihat pada tabel 5.4. Berdasarkan pada tabel 5.4, dispenser memiliki jumlah kontainer

positif jentik terbanyak karena dispenser jarang dibersihkan. Masyarakat kurang waspada

terhadap keberadaan genangan air didalam dispenser, sehingga memungkinkan jentik

nyamuk bersarang di dalam dispenser. Selain itu, rata-rata dispenser tidak terdapat

penutupnya sama sekali, hal ini memungkinkan larva nyamuk akan meletakkan telurnya

didalam dispenser tersebut. Masyarakat jarang sekali membersihkan dispenser bahkan

jarang membuang air didalamnya, sehingga memungkinkan nyamuk banyak meletakkan

telurnya disana. Ukuran dispenser yang kecil juga menjadi alasan masyarakat kurang

waspada terhadap genangan air didalam dispenser.

Kontainer dengan jumlah positif jentik paling sedikit adalah bak WC, drum dan

kolam. Pada jenis kontainer berupa bak WC, masyarakat lebih sering menggunakan air

sekali pakai, sehingga sedikit sekali kemungkinan genangan air didalamnya. Hal ini

berpengaruh terhadap nyamuk yang jarang meletakkan telurnya didalam bak WC.

Keberadaan drum juga jarang ditemukan jentik nyamuk, karena masyarakat yang

Page 76: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

menggunakan drum untuk persedian air musim kemarau selalu menggunakan penutup drum

di atasnya, sehingga nyamuk jarang meletakkan telurnya disana. Pada kolam, kondisi air

didalam kolam rata-rata keruh dan terdapat ikan didalamnya, sehingga nyamuk juga jarang

meletakkan telur di dalam kolam.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square mengenai hubungan jenis kontainer

dengan persentase kontainer positif jentik nyamuk diperoleh nilaip= 0,000 (p < 0,05), yang

berarti bahwa terdapat perbedaan persentase yang signifikan antara jenis kontainer dengan

persentase kontainer positif jentik nyamuk. Hal ini menunjukkan arti bahwa, ada hubungan

yang kuat antara jenis kontainer dengan keberadaan jentik nyamuk di kontainer. Jenis

kontainer berpengaruh terhadap persentase keberadaan jentik nyamuk. Masing masing

jenis memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap keberadaan jentik nyamuk di

kontainer.

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan di Thailand oleh Kittayapong &

Strickman (1993), bak mandi yang ditemui kebanyakan tidak dicat, berwama gelap, lembab

dan kurang ventilasi. Bak mandi berukuran besar sulit untuk diganti airnya, sehingga sangat

sesuai untuk perkembangbiakan nyamuk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa di antara

semua habitat, keberadaan larva Ae. aegypti tertinggi tercatat di bak mandi/drum/tangki

yang disemen (32.9%) diikuti oleh barang pecahan yang terbuat dari kaca (25.25%),

sampah (5.81%) dan kolam/air mancur/lubang (4.64%). Penelitian yang dilakukan di

Thailand ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan hasil pada penelitian ini.

Kontainer dengan positif jentik nyamuk terbanyak adalah pada bak mandi karena memiliki

permukaan yang relatif lebih kasar dibandingkan dengan kontainer lainnya. Kolam memiliki

jumlah paling sedikit karena air didalam kolam biasanya lebih keruh dan terdapat ikan

didalamnya. Hal ini membuat jentik nyamuk tidak menyukai kolam sebagai habitatnya,

sehingga kolam merupakan kontainer dengan jumlah paling sedikit jentik nyamuk.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Berbeda dengan hasil pada penelitian di atas, penelitian yang dilakukan Sigit &

Koesharto (1998) di Bogor menemukan jenis kontainer drum paling disukai jentik Ae. aegypti

dengan rata-rata persentase positif jentik 27.5% kemudian diikuti oleh tempayan dengan

20.8%. Di Bangkok dilaporkan bahwa jenis wadah seperti gentong sebagai tempat

penyimpanan air yang terbuat dari tanah dan perangkap semut yang berada di dalam rumah

merupakan habitat jentik utama (Gratz, 1993). Rata-rata warga diatas lebih banyak

menggunakan kontainer dengan ukuran yang besar karena berfungsi untuk menyimpan air

serta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berbeda dengan masyarakat Kelurahan

Sumbersari yang lebih menyukai kontainer dengan ukuran yang lebih kecil untuk tempat

menyimpan airnya.

Perbedaan juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (2016),

tatakan dispenser merupakan jenis kontainer yang paling banyak digunakan di kedua

wilayah (Baranangsiang 7.9% dan di Bojongkerta 2.6%) dan paling banyak banyak

ditemukan larva nyamuk (Baranangsiang 9.5% dan Bojongkerta 7.4%). Masyarakat banyak

yang menggunakan air galon, tetapi cenderung mengabaikan air yang masuk ke dalam

tatakan dispenser yang bisa menjadi habitat nyamuk pra dewasa. Hasil penelitian ini sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhewantara dan Dinata (2015) di Kota Banjar,

penelitian menunjukkan bahwa tatakan dispenser di rumah tangga memiliki jumlah kontainer

positif jentik sebesar 22.86%. Hal ini disebabkan karena tidak diperhatikannya kebersihan

jenis kontainer ini sehingga cenderung membiarkannya terisi air. Berbeda dengan hasil

penelitian di Kelurahan Sumbersari Kecamatan Dinoyo Kota Malang, masyarakat jarang

menggunakan dispenser pada air galonnya, sehingga frekuensi tatakan dispenser sangat

rendah, yang membuat nilai kontainer positif jentiknya pun menjadi relatif rendah.

Masyarakat lebih banyak menggunakan pompa untuk mengambil air minum dalam

kebutuhan sehari-hari, sehingga mengurangi keberadaan jentik nyamuk di dalam tatakan

dispenser.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Soegijanto(2004) yang menyebutkan

bahwa telur, larva, clan pupa nyamuk Aedes aegypti tumbuh dan berkembang di dalam air.

Genangan yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang

tertampung di suatu tempat yang biasa disebut kontainer atau TPA. Hasil penelitian ini

didukung juga oleh hasil penelitian Ririh dan Anny(2005) yang menunjukkan bahwa adanya

hubungan yang bermakna antara jenis kontainer dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes

aegypti di Kelurahan Wonokusumo. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathi

dkk.(2005)didapatkan kesimpulan bahwa faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer

air, baik yang berada di dalam maupun di luar rumah menjadi tempat perindukan nyamuk

Aedes aegypti sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue, merupakan faktor yang

sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya Kejadian Luar Biasa penyakit

Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram.

Hasil penelitian Suyasa (2008) juga memberikan kesimpulan yang senada yaitu ada

hubungan antara keberadaan kontainer dengan vektor DBD di wilayah kerja Puskesmas I

Denpasar Selatan. Kegiatan PSN dengan menguras dan menyikat TPA seperti bak

mandi/WC, drum seminggu sekali, menutup rapat-rapatTPAseperti gentong air/ tempayan,

mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta

mengganti air vas bunga, tempat minum burung seminggu sekali merupakan upaya untuk

melakukan PSN-DBD. Masyarakat diharapkan rutin melakukan kegiatan tersebut dan pihak

pemerintah melakukan pemeriksaan jentik berkala, sehingga pencegahan dan

pemberantasan penyakit DBD dapat berjalan dengan baik.

Senada dengan penelitian diatas, jenis kontainer yang digunakan sebagai habitat

nyamuk terutama Aedes aegypti. erat kaitannya dengan jumlah volume air, pengurasan

kontainer dan permukaan kontainer tersebut yang digunakan sebagai tempat bertelur

nyamuk dewasa. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Badrah dan Hidayah (2011)

bahwa terdapat hubungan bermakna antara jenis kontainer dengan keberadaan larva di

Kelurahan Penajam, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Kontainer berjenis ember relatif lebih sedikit terdapat jentik nyamuk karena air yang

digunakan langsung habis/diganti setiap harinya, relatif mudah dibersihkan, terdapat

penutupnya dan permukaan dalam kontainer yang lebih halus membuat nyamuk jarang

bersarang di ember. Sedangkan kontainer yang perlu diwaspadai adalah bak mandi karena

terbukti daerah yang memiliki angka kejadian DBD tinggi rata-rata masyarakatnya

menggunakan kontainer berupa bak mandi. Hal ini disebabkan karena jentik nyamuk lebih

suka bersarang ditempat yang yang jarang dibersihkan, permukaannya yang kasar, air yang

jarang diganti dan tidak terdapat penutup kontainernya.

6.5 Hubungan antara bahan kontainer dengan persentase kontainer positif jentik

nyamuk di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Persentase kontainer positif jentik nyamuk berdasarkan bahan kontainer dapat dilihat

pada tabel 5.6. Berdasarkan pada tabel 5.6, bahan kontainer yang paling banyak terdapat

jentik nyamuk adalah berbahan dasar tanah, sedangkan bahan kontainer yang paling sedikit

mengandung jentik nyamuk adalah berbahan dasar plastik. Bahan dasar tanah banyak

mengandung jentik nyamuk dikarenakan bahan tanah banyak digunakan sebagai bahan

untuk membuat bak mandi. Bak mandi yang berbahan tanah memiliki celah / pori

diantaranya yang membuat permukaan dalam bak mandi menjadi tidak halus. Celah

diantara bak mandi biasanya ditumbuhi lumut atau bakteri karena permukaannya lebih

dalam daripada permukaan lainnya. Celah itulah yang sering dijadikan sebagai tempat

perindukan jentik nyamuk karena disana terdapat banyak mikroorganisme yang bisa

dijadikan makanan jentik nyamuk. Hal inilah yang membuat keramik menjadi bahan yang

paling mungkin didapatkan banyak jentik nyamuk.

Selain itu, biasanya masyarakat membuat bak mandi berbahan dasar tanah

dalam ukuran yang relatif besar. Hal ini membuat masyarakat jarang menghabiskan airnya

dalam satu kali penggunaan, sehingga memungkinkan air masih terdapat di dalam bak

Page 80: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

mandi selama beberapa hari. Oleh karena itu, nyamuk sering menempatkan telurnya di

dalam bak mandi yang masih terdapat banyak genangan airnya.

Hal ini bisa dibandingkan dengan bahan plastik. Kontainer berbahan plastik

memiliki jumlah kontainer positif jentik paling kecil diantara bahan kontainer lainnya. Rata

rata kontainer berbahan plastik memiliki ukuran yang relatif kecil dibandingkan dengan

kontainer berbahan tanah. Hal ini membuat kontainer berbahan plastik relatif mudah

dibersihkan dan penggunaan airnya pun setiap hari bisa diganti. Selain itu, permukaan

kontainer berbahan dasar plastik relatif lebih halus jika dibandingkan dengan kontainer

berbahan dasar tanah. Inilah yang membuat jentik nyamuk lebih jarang ditemukan di

kontainer berbahan plastik.

Berdasarkan hasil statistik yang menggunakan uji analisa chi square, nilai p value

menunjukkan 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa bahan kontainer memiliki perbedaan

persentase yang siginifikan dengan keberadaan kontainer positif jentik nyamuk. Artinya,

bahan kontainer sangat berpengaruh terhadap keberadaan jentik nyamuk di dalamnya.

Salah satu faktornya adalah karena bahan kontainer berpengaruh terhadap tekstur

permukaan dalam dinding kontainer.

Jika dibandingkan dengan peneltian yang dilakukan oleh Sulistyorini (2016),

didaerah Bogor, keberadaan jentik nyamuk yang paling banyak adalah terdapat pada bahan

kontainer dari plastik (Baranangsiang sebesar 59.52% dan Bojongkerta 53.70%). Sebagian

besar kontainer dengan bahan dari plastik adalah ember dengan volume 1-20 liter.

Keberadaan larva dalam kontainer dari plastik disebabkan habitat yang tersedia terbuat dari

plastik dan perbedaan bahan kontainer tidak mempengaruhi kandungan nutrisi yang

diperlukan larva dalam air. Hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian di

Kelurahan Sumbersari Kota Malang. Di daerah Bogor, bahan yang paling banyak terdapat

jentik nyamuk adalah plastik, tetapi di Kelurahan Sumbersari adalah keramik yang memiliki

persentase paling banyak. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena di Bogor

penggunaan kontainer berbahan plastik sangat mendominasi, sehingga tidak ada pilihan

Page 81: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

lain yang memungkinkan nyamuk untuk menempatkan telurnya di kontainer lain. Selain itu,

bisa jadi peneliti Sulistyorini melakukan penelitian tersebut pada musim hujan sehingga

memungkinkan ditemukannya lebih banyak jentik pada saat itu.

Sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini, menurut Hasyimi

dkk.(2008) di Banyuasin, Sumatera Selatan, penyusun tempat perkembangbiakan

nyamukdengan persentase paling banyak adalah terbuat dari plastik yaitu 60.6%. Alasannya

adalah karena kontainer yang paling banyak digunakan adalah berbahan plastik. Hal ini

menyebabkan keberadaan jentik paling banyak juga terdapat pada kontainer berbahan

dasar plastik karena tidak ada pilihan lain bagi nyamuk dewasa untuk meletakkan telurnya

pada kontainer lain yang tidak tersedia di rumah tersebut. Tidak menutup kemungkinan jika

tersedia kontainer berbahan dasar selain plastik, maka nyamuk dewasa lebih memilih

kontainer lain tersebut.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas

(2013), ada perbedaan keberadaan larva Ae. aegypti di Kelurahan Bangetayu Wetan Kota

Semarang berdasarkan bahan kontainer (p = 0.004). Bahan kontainer yang paling tinggi

positif larva Ae. aegypti adalah semen dan tanah 54.3%. Hal ini terjadi karena bahan dari

semen dan tanah mudah berlumut, permukaannya kasar dan berporipori pada dindingnya.

Permukaan kasar memiliki kesan sulit dibersihkan, mudah ditumbuhi lumut dan mempunyai

refleksi cahaya yang rendah. Refleksi cahaya yang rendah dan permukaan dinding yang

berpori-pori mengakibatkan suhu dalam air menjadi rendah, sehingga bahan kontainer yang

demikian akan disukai oleh nyamuk Ae. aegypti sebagai tempat perindukannya. Hasil pada

penelitian ini juga berbeda dengan hasil yang ditemukan di Kelurahan Sumbersari Kota

Malang. Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya perbedaan hasil adalah karena

masyarakat Kelurahan Bangetayu Wetan Kota Semarang sebagian besar masih

menggunakan bak mandi berbahan dasar semen dan tanah, sedangkan pada Kelurahan

Sumbersari, mayarakatnya sudah meninggalkan bak mandi sebagai kontainer tempat

kebutuhan sehari hari dan beralih ke plastik yang lebih praktis.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Banyak sedikitnya ditemukan Ae. aegypti diduga terkait dengan makanan larva yang

tersedia, karena ketersediaan makanan terkait dengan bahan dasar tempat penampungan

air (Katyal, 1997). Menurut penelitian Vezzani dkk.(2002) di Buenos Aires, Argentina

menemukan kontainer dengan bahan dasar plastik yang berwarna hitam mengandung

banyak jentik Ae. aegypti (82.1%), kemudian diikuti oleh kaca (8.5%), logam (6%) dan

keramik (3.4%). Di Florida kontainer dengan bahan dasar logam mengandung sedikit jentik

Ae. aegypti. Hal ini terkait dengan kandungan logam yang bersifat toksik dan suhu air yang

terlalu panas di dalam wadah (45Β°C) menyebabkan banyak jentik tidak dapat bertahan hidup

(Vezzani et al., 2002).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sungkar (1994) melaporkan bahwa angka

kematian jentik terendah ditemukan dalam kontainer berbahan semen dan kematian

tertinggi terdapat dalam kontainjer berbahan keramik. Hal ini diduga berhubungan dengan

mikroorganisme yang menjadi makanan larva lebih mudah tumbuh pada dinding kontainer

yang kasar seperti semen dan lebih sulit tumbuh pada kontainer yang licin seperti keramik.

6.6 Identifikasi Jentik nyamuk

Berdasarkan pada data sebelumnya, nyamuk Ae. aegypti masih menjadi jentik

nyamuk terbanyak karena banyaknya kontainer yang digunakan oleh mayarakat Kelurahan

Sumbersari khususnya RW 1 dan RT 1, 2,3,5, dan 10. Nyamuk Ae. aegypti senang bertelur di

tempat yang lembap dengan kondisi air yang bersih. Hal ini sesuai dengan kondisi kontainer

mayarakat Kelurahan Sumbersari, mereka lebih banyak meletakkan kontainer di dalam rumah

dan di dalam kamar mandi. Kondisi kontainer yang tanpa penutup juga mempengaruhi

keberadaan jentik nyamuk khusunya Ae. aegypti. Hal ini berbeda dengan jentik nyamuk Culex

sp. yang lebih sering ditemukan di kontainer yang berada di luar rumah dan tanpa penutup

seperti tempat minum burung dan ember di luar rumah. Pada penelitian ini juga ditemukan

jentik nyamuk Ae. albopictus, yang terdapat pada pot/vas bunga. Hal ini sesuai dengan

Page 83: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

habitat nyamuk Ae. albopictus yang suka hidup di luar rumah dan di kebun. Pot yang

ditemukan terdapat tanaman rumah hias yang diletakkan di luar rumah dan terdapat

genangan air hujan didalamnya.

Penelitian diatas memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini

(2016). Berdasarkan pada penelitian di daerah Bogor, hasil identifikasi terhadap seluruh larva

yang diperoleh dari kedua kelurahan di Bogor menunjukkan 99.8% adalah spesies Ae.aegypti

dan 0.02% Ae. albopictus. Kontainer yang ditemukan paling banyak ditemukan di kedua

wilayah adalah di dalam rumah, di Baranangsiang sebesar 89% dan di Bojongkerta 86%.

Habitat Ae. aegypti pada umumnya berada di dalam rumah dan bisa ditemukan di luar rumah,

sedangkan Ae. albopictus hanya berada di luar rumah. Kondisi rumah di Baranangsiang

sebagian besar di wilayah penelitian adalah saling berhimpitan sehingga walaupun di luar

rumah tetapi atap berhimpit menjadi satu sehingga dimungkinkan untuk menjadi habitat Ae.

aegypti. Hal ini sesuai dengan penelitian Fadilla dkk.(2015) di Kelurahan Bantarjati Kota

Bogor bahwa species Ae. aegypti ditemukan sebanyak 84.09% dan Ae. albopictus 15.91%.

Banyak penelitian yang mengemukakan bahwa jentik nyamuk terbanyak di daerah yang

padat akan penduduk sebagian besar adalah berupa Ae. Aegypti. Oleh karena itu, tingkat

kejadian DBD masih tergolong tinggi karena masih banyaknya ditemukan jentik Ae. aegypti.

Rata-rata masyarakat meletakkan kontainernya di dalam rumah, sehingga menjadi tempat

yang digemari oleh nyamuk Ae. aegypti untuk berkembangbiak.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi
Page 85: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

1

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara jenis kontainer dengan

persentase kontainer positif jentik nyamuk di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota

Malang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai HI, BI dan CI di Kelurahan Sumbersari masih cukup tinggi, jika

dibandingkan dengan nilai standar dari kementerian kesehatan yaitu

sebesar 18,06%

2. Ember adalah jenis kontainer yang paling banyak digunakan oleh

masyarakat Kelurahan Sumbersari

3. Plastik adalah bahan kontainer yang paling banyak digunakan oleh

masyarakat Kelurahan Sumbersari.

4. Dispenser adalah jenis kontainer yang paling banyak terdapat jentik

nyamuk.

5. Tanah adalah bahan kontainer yang paling banyak terdapat jentik nyamuk.

6. Ae. aegypti adalah nyamuk yang paling banyak ditemukan di Kelurahan

Sumbersari.

7. Hasil uji analisa chi square menunjukkan perbedaan persentase yang

signifikan antara jenis dan bahan kontainer dengan keberadaan jentik

nyamuk di kontainer.

Page 86: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

2

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut:

7.2.2 Bagi Instansi Kesehatan

Bagi Dinas Kesehatan, Puskesmas dan instansi terkait diharapkan untuk

melakukan pembaharuan data jentik nyamuk secara rutin karena sangat berguna

untuk mengetahui tercapainya target pemberantasan jentik nyamuk. Selain itu

melakukan evaluasi dan pengendalian jentik Aedes aegypti dengan lebih ketat

dengan merencanakan kegiatan PSN DBD melalui kerjasama lintas sektoral,

bulan bakti 3M, mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) pada setiap Rukun

Tetangga (RT) dan secara intensif melakukan penyuluhan tentang DBD.

Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui organisasi kemasyarakatan yang ada

seperti: PKK, dasa wisma, karang taruna, posyandu atau perkumpulan

masyarakat lainnya.

7.2.3 Bagi Peneliti lain

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan memperluas jumlah sampel

penelitian sehingga bisa digunakan sebagai rujukan dalam program

pemberantasan sarang nyamuk. Selain itu, perlu diteliti juga pengaruh kebiasaan

atau pola membersihkan kontainer serta pengetahuan masyarakat tentang jentik

nyamuk, yang nantinya bisa dijadikan bahan evaluasi program kerja pemerintah.

Penelitian mengenai hubungan antara jenis nyamuk dengan jenis kontainer belum

begitu banyak dilakukan, sehingga bisa dijadikan sebagai bahan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 87: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

3

Page 88: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, N. S., Sigit, S., Partosoedjono, S., Chairul. 2001. S. lerak, D. metel dan

E. prostata sebagai Larvasida Aedes aegypti. Cermin Dunia Kedokteran

No. 131.

Astuti, SM. 20122. Determination of Saponin Compound from Anredera

cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Treatment for Several

Diseases. Journal of Agricultural Science Vol. 3 (4)

(Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases. Journal of Agricultural

Science Vol. 3 (4)

Angela W. .2009. Efektivitas Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica

charantia) Sebagai Larvisida Aedes sp. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Universitas Maranatha, Bandung

Bar, A. and J. Andrew. 2013. Morphology and Morphometry of Aedes aegypti

Larvae. Reasearch Article. St. Jhon's Collage. Agra

Cania, Eka. 2013. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex Trifolia)

Terhadap Larva Aedes Aegypti. MAJORITY (Medical Journal of

Lampung University). vol. 2 (4) hal :

Christiawan A, Perdanakusuma D. 2010. Aktivitas Antimikroba Daun Binahong

Terhadap Pseudomonas Aeruginosa Dan Staphylococcus Aureus Yang

Sering Menjadi Penyulit Pada Penyembuhan Luka Bakar. Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

Daniel. 2008. Ketika Larva dan Nyamuk Dewasa Sudah Kebal Terhadap

Insektisida. FARMACIA. Vol.7 No.7

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Dirjen

POM. Jakarta. hlm : 13-38.

Depkes RI. 2007. INSIDE ( Inspirasi dan Ide) Litbangkes P2B2 vol II : Aedes

aegypti Vampir Mini yang Mematikan. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI. 2008. Pelatihan bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan

Perilaku (Communication For Behavioral Impact) : Modul. Direktorat

Page 89: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI.

Jakarta.

Depkes RI. 2010. Pusat Data dan Surveilens Epidemologi Demam Berdarah

Dengue 2010. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. hlm : 3.

Depkes RI. 2011. Informasi umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan PL

Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. hlm : 1.

Dinata, A. 2009. Mengatasi DBD dengan Kulit Jengkol. Diakses pada tanggal 38

Oktober 2013 melalui http://arda.students- blog.undip.ac.id/2009/10/18/

atasi-jentik-dbd-dengan-kulit-jengkol/

Djakaria, S. 2004. Pendahuluan Entomologi Parasitologi Kedokteran Edisi Ke-3.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 343 hlm.

Djakaria, S. dan S. Sungkar. 2008. Pendahuluan Entomologi. Parasitologi

Kedokteran Edisi Ke-4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta. 383 hlm.

Gunawan, D., Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid Pertama.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Halimah, 2010. Uji Fiokimia dan Uji Toksisitas ekstrak tanaman Anting-Anting

(acalypha indica Linn) terhadap larva udang (Artemia salina Leach).

Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Hidayatullah, N. 2013. Efektivitas Pemberian Ekstrak Ethanol 70% Akar

Kecombrang (Etlingera elatior) Terhadap Larva Instar III Aedes aegypti

sebagai Biolarvasida Potensial. MAJORITY (Medical Journal of

Lampung University). vol. 2 (8) hal : 95-104

Hoedojo, R. dan Zulhasril. 2008. Insektisida dan Resistensi : Parasitologi

Kedokteran Edisi Ke-4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta. 383 hlm.

Kemenkes RI. 2012. Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue. Subdit

Arbovirosis, Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan. Jakarta.

Komisi Pestisida. Metode Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Bandung: Komisi

Pestisida Bandung. 1995

Kumalasari E, Sulistyani N. 2011. Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang

Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen.) Terhadap Candida

Albicans Serta Skrining Fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1 (2),

hal. 51-62

Lestari, B. D., Gama Z. P., Brian R. 2009. Identifikasi Nyamuk Di Kelurahan

Sawojajar Kota Malang. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013 melalui

http://biologi.ub.ac.id/files/2010 /12/BSS2010ZPGBR.pdf.

Page 90: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Mufid, K. 2010.Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera

Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan

Pseudomonas Aeruginosa. Universitas Islam Negeri Malang. Malang

Ndione, R. D., Faye, O., Ndiaye, M., Dieye, A., and Afoutou, JM. 2007.Toxic

effects of neem products (Azadirachta indica A. Juss) on Aedes aegypti

Linnaeus 1762 larvae. In African Journal of Biotechnology Vol. 6 (24), pp.

2846-2854

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka

Cipta .

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Paju, N., Yamlean P. V. Y., Kojong, N. 2013. Uji Efektivitas Salep Ekstrak Daun

Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Kelinci (Oryctolagus

cuniculus) yang Terinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus. Diakses pada

tanggal 20 Oktober 2013 melalui http ://ejournal.unsrat.ac.id

Raharjo, B. 2006. Uji Kerentanan (Susceptibility test) Aedes aegypti (Linnaeus)

dari Surabaya, Palembang dan Beberapa Wilayah di Bandung terhadap

Larvasida Temephos (Abate 1 SG). Skripsi. Sekolah Ilmu dan Teknologi

Hayati ITB, Bandung.

Rahmawati, L. 2012. Isolasi, Identifikasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa

Flavonoid Daunbinahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis). Fakultas

Sains dan Matematika Universitas Diponegoro

Ratih, S. W. 2010. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana

Camara) Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB,

Bandung. 367 hal.

Rofida, S. 2010. Studi Etnobotani Dan Etnofarmakologi

Umbi Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis). Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Rohyami, Yuli. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol

Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl).

LOGIKA. Vol. 5 (1) hal : 1-8.

Selawa, W ; Runtuwene, MRJ ; Citraningtyas, G. 2010. Kandungan Flavonoid

Dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong [Anredera

Cordifolia(Ten.)Steenis.]. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – Unsrat

Vol. 2 (01)

Soedarto. 1992. Atlas Entomologi Kedokteran. EGC. Jakarta

Page 91: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi

Sovia, L. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan Alkaloid. Repository

USU. FMIPA Universitas Sumatera Utara

Sudarmaja, I. M., Mardihusodo, S. J. 2009. Pemilihan tempat bertelur nyamuk

Aedes aegypti pada air limbah rumah tangga di laboratorium. Jurnal

Veteriner. Vol. 10 hal : 205- 207. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Suhendro, L., Nainggolan, K., Chen dan H.T. Pohan. 2009. Demam Berdarah

Dengue :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5. Interna Publishing.

Jakarta.

Sukmasari ; Fatimah, T. 2006. Analisis Kadar Saponin Dalam Daun Kumis

Kucing Dengan Menggunakan Metode Tlc-Scanner Man. Pusat Penelitian

Dan Pengembangan Peternakan. Bogor

Supartha, I. W. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah

Dengue, Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Universitas Udayana.

Denpasar.

Suwarno. 2010. Perakitan Teknik Budidaya Binahong Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis Berbasis Dosis Pupuk Organik. Institut Pertanian Bogor

Syamsuhidayat, S. S. dan Hutapea J. R. 1991. Inventaris Tanaman Obat

Indonesia. Edisi I. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Depkes RI. Jakarta.

Trevor Robinson. 2000. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit

ITB. Bandung.

Wahyuhidayah, ID. 2010. Efikasi Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Spp)

Terhadap Larva Ae. Aegypti. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Semarang

World Health Organization. 2003. Prevention Control of Dengue and Dengue

Haemorage Fever. Regional Office for South East Asia. New Delhi.

World Health Organization. 2005. Guidelines for Laboratory and Field Testing of

Mosquito Larvicides. Geneva.

World Health Organization. 2011. Comperhensive Guidelines for Prevention and

Control of Dengue and Dengue Haemorrhagiz Fever. World Health

Organization, Regional Office for South-East Asia. 67 hlm.

Page 92: HUBUNGAN ANTARA JENIS DAN BAHAN KONTAINER ...repository.ub.ac.id/8460/1/Ima Sri Wahyuni.pdfM.Biomed dan dr.Yhusi Karina Riskawati, M.Sc atas bantuan dan bimbingannya untuk memenuhi