hubungan antara indeks massa tubuh...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
DENGAN KEJADIAN ANDROPAUSE DI LINGKUNGAN
KERJA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
ANGGA
1113104000026
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ii
iii
iv
v
PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCES
FAKULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, May 2017
Angga, NIM: 1113104000026
THE RELATIONSHIP BETWEEN BODY MASS INDEX (BMI) AND THE
INCIDENCE OF ANDROPAUSE IN SYARIF HIDAYATULLAH STATE
ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
(xvii + 48 Pages + 10 Table + 3 Figures + 7 Appendix)
ABSTRACT
Background: Andropause is a condition that is accompanied by a
decrease in the testosterone hormone in men . Decreased testosterone hormone
occurs is suspected to occur in person with excess BMI.. BMI is closely related to
body fat excess will increase testosterone’s aromatization to estrogen. The
purpose of this study was to determine the relationship between body mass index
(BMI) and the incidence of andropause. This is a qualitative study with cross
sectional approach. The sampling technique used is purposive sampling. The
sample in this study amounted to 30 respondents are men the age 40 until 60 years
and who worked at Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, they
were determined into two categories, namely normal weight (BMI < 24,9 kg/m2)
and body weight (IMT ≥ 25,0 kg/m2). Data collection used questionnaire was
obtained with ADAM test and AMS test and direct measuring of weight and
height. Stastical analysis used was Spearman rank test.The results of analysis
showed showed that from 30 respondents, 24 people had excess BMI and 100%
andropause according to ADAM test and 96% according to AMS test, with p
value 0,05. Suggestions for community nurses, are expected to provide health
education related to excessive weight gain in order to prevent premature
andropause in men aged under 40 years.
Kata kunci: Body mass Index (BMI), Andropause, Testosterone Hormon
vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Mei 2017
Angga, NIM: 1113104000026
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN
KEJADIAN ANDROPAUSE DI LINGKUNGAN KERJA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
(xvii + 48 Halaman + 10 Tabel + 3 Gambar + 7 Lampiran)
ABSTRAK
Latar belakang: Andropause adalah suatu kondisi penurunan hormon
testosteron pada laki-laki. Penurunan hormon testosteron tersebut terjadi secara
perlahan-lahan yang diduga terjadi pada IMT berlebih. IMT berlebih erat
kaitannya dengan peningkatan akumulasi lemak jaringan tubuh yang berhubungan
dengan produksi hormon, termasuk hormon testosteron. Akumulasi lemak
tersebut akan meningkatkan aromatisasi testosteron menjadi estrogen. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara indeks massa
tubuh (IMT) dengan kejadian andropause. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah
purpossive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden yaitu
pria yang berusia 40 sampai 60 tahun yang bekerja di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang dibagi dalam dua kategori, yaitu berat badan normal (IMT < 24,9
kg/m2) dan berat badan lebih (IMT ≥ 25,0 kg/m2). Pengumpuan data diperoleh
dengan kuesioner ADAM test dan AMS test dan pengukuran langsung terhadap
berat dan tinggi badan. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Spearman
rank. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, 24 orang memiliki IMT
berlebih dan mengalami andropause 100% menurut ADAM test dan 96% menurut
AMS test, dengan p value 0,05. Saran untuk perawat komunitas, diharapkan
dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait penurutan berat badan berlebih
agar mencegah terjadinya andropause lebih dini pada pria usia di bawah 40 tahun.
Kata kunci: IMT, Andropause, Hormon Testosteron
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Angga
Tempat & Tanggal Lahir : Menanti, 22 November 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Asal : Desa Menanti Kec. Kelekar Kab. Muara Enim,
Sumatera Selatan. 31171
Alamat Sekarang : Asrama Putra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl.
Asrama Putra, Komplek Dosen UIN Jkt (Depan
Kopertais Wilayah I DKI Jkt), Pisangan, Ciputat
Timur, Tangerang Selatan. 15419
No. Hp : 085212816208
E-mail : [email protected]
Motto Hidup : “Experience is the best teacher”
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program
Studi Ilmu Keperawatan
Latar Belakang Pendidikan :
1. 2001-2007 : SDN Menanti
2. 2007-2010 : MTs Al-Khoiriyah Menanti
3. 2010-2013 : MAN 2 Palembang
4. 2013-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Organisasi yang pernah diikuti & Jabatan:
1. 2011-2012 : Paskibra MAN 2 Palembang (BIMANDA) sebagai
Ketua Div. Lingkungan Hidup
viii
2. 2013-2014 : BEMPSIK UIN Jakarta sebagai Anggota Magang
Dept. Kesehatan Sosial
3. 2013-2014 : SJD Sumsel sebagai Anggota Dept. Kesenian dan
Olahraga
4. 2015-2016 : SJD Sumsel sebagai Anggota Dept. Pengabdian
Sosial dan Masyarakat
5. 2014-2015 : HMPSIK UIN Jakarta sebagai Anggota Dept.
Pengabdian Sosial dan Masyarakat
6. 2014-2015 : KOMDA FKIK sebagai Koorwan. Div. Syiar
7. 2015-2016 : LDK SYAHID sebagai Koorwan. Kesekretariatan
8. 2015-2016 : MRI Unit UIN Jakarta sebagai Anggota Div.
Fundraising
9. 2016-2017 : SIMS sebagai Anggota Dept. Pendidikan
10. 2017 : HMI KOMFAKDIK sebagai Anggota
11. 2017 : Komunitas Lets Grow Up sebagai Anggota
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, WW.
Alhamdulillaahirabbil‘aalamiin, puji syukur kehadirat ALLAH Subhanahu
Wata’ala atas segala nikmat yang telah Ia berikan. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi
Wasallam, beserta keluarga dan para sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir
zaman. Atas berkat limpahan rahmat dan karunia Allah Subhanahu Wata’ala,
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian dengan judul: “Hubungan
Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Andropause di
Lingkungan Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi dan ibu
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed dan ibu Yenita Agus, S.Kp, M.Kep,
Sp.Mat, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktunya dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan
serta motivasi kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Ir. H. Alex Noerdin, SH selaku Gubernur Prov. Sumatera Selatan yang
telah melanjutkan program Beasiswa Penuh Santri Jadi Dokter di tingkat
Prov. Sumsel, sehingga saya dapat mengenyam pendidikan di PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan bebas biaya. Tak lupa pula kepada
Pemprov. Sumsel terkhusus kepada Pegawai Dinas Pendidikan Prov.
Sumsel yang telah mengatur dan mengurus program beasiswa ini,
x
sehingga saya dapat menjalankan kewajiban saya sebagai penuntut ilmu di
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh staf pengajar & karyawan/i di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada dosen-
dosen program studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan banyak
ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Kabag. Ortalia dan Kepegawaian beserta stafnya, Kabag. BIRO AUK
beserta stafnya dan Seluruh Kabag. TU di 11 fakultas beserta stafnya yang
telah membantu dalam pemberian izin dan pengambilan data selama
penulis melakukan penelitian.
7. Pegawai-pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Orang tua saya, ayahanda Sukri dan ibunda Eryatina, yang telah
memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih sayangnya tanpa
pamrih dan senantiasa mendo’akan keberhasilan anaknya.
9. Almarhumah ayunda tercinta, Restu Febri yang telah banyak memberikan
dukungan dan kasih sayang kepada adiknya selama menempuh
pendidikan. Semasa hidupnya, beliaulah motivator terbaik bagi saya untuk
maju dan berkembang. Tak lupa pula kepada adinda tercinta, Anggi Aulia
yang sedang belajar di Pondok pesantren, ia menjadi penambah motivasi
juga agar saya segera menyelesaikan pendidikan.
10. Teman-teman seperjuangan PSIK angkatan 2013 yang telah memberikan
inspirasi, do’a, dukungan, serta semangat dalam menyelesaikan penelitian
ini.
11. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di keluarga besar beasiswa
Santri Jadi Dokter Sumatera Selatan (SJD Sumsel).
12. Kedua sahabat saya, Muhammad Riyadi dan Ahmad Ari Pratama yang
sama-sama sedang menyusun skripsi, yang telah memberikan dukungan
dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik bantuan materil
maupun nonmateril yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
xi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna menunjang pengembangan dan perbaikan
penulisan selanjutnya.
Akhir kata, semoga kita semua senantiasa diberi rahmat, hidayah, serta
karunia dari Allah Subhanahu Wata’ala dan semoga apa yang telah penulis
peroleh selama pendidikan mendapat keberkahan dan dapat diamalkan dengan
baik. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Wassalamu’alaikum, WW.
Jakarta, Mei 2017
Angga
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ i
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................................ Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ........................................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 2
A. Latar Belakang ............................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 8
A. Indeks Massa Tubuh (IMT) ......................................................................... 8
1. Definisi IMT ............................................................................................. 8
2. Perhitungan IMT ...................................................................................... 8
B. Andropause .................................................................................................. 9
1. Definisi Andropause ................................................................................. 9
2. Fisiologi Andropause ............................................................................. 11
3. Tanda dan Gejala Andropause ............................................................... 13
4. Diagnosis Andropause ............................................................................ 13
xiii
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Andropause .................................... 14
6. Prosentase Kejadian Andropause ........................................................... 15
C. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Andropause ................ 15
D. Kerangka Teori........................................................................................... 17
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL ........................................................................................................... 18
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 18
B. Hipotesis ..................................................................................................... 18
C. Definisi Operasional................................................................................... 19
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................................. 21
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 21
B. Waktu Penelitian ........................................................................................ 21
C. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 21
D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 22
1. Populasi .................................................................................................. 22
2. Sampel .................................................................................................... 22
E. Teknik Sampling ........................................................................................ 25
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 25
G. Tahap Pengambilan Data ........................................................................... 26
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .................................................... 28
1. Uji Validitas ........................................................................................... 28
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 28
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 28
3. Teknik Pengolahan Data ........................................................................ 28
4. Teknik Analisis Data .............................................................................. 30
J. Etika Penelitian .......................................................................................... 30
1. Prinsip penelitian .................................................................................... 30
2. Masalah Etika Penelitian ........................................................................ 31
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 33
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................................... 33
xiv
B. Karakteristik Responden ............................................................................ 33
C. Analisis Univariat....................................................................................... 35
D. Analisis Bivariat ......................................................................................... 36
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 39
A. Karakteristik Responden ............................................................................ 39
1. Usia ......................................................................................................... 39
2. Pekerjaan ................................................................................................ 40
3. Pendidikan .............................................................................................. 40
B. Indeks Massa Tubuh (IMT) ....................................................................... 41
C. Andropause ................................................................................................ 41
D. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian
Andropause ........................................................................................................ 43
E. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 45
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 47
A. Kesimpulan ................................................................................................ 47
B. Saran ........................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 49
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Testis ....................................................11
Bagan 2.2 Kerangka Teori ....................................................................................17
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................................................18
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia .......................................9
Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................20
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Lingkungan Kerja
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 ........................................34
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Lingkungan Kerja
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 ..........................................34
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Lingkungan Kerja
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 ......................................... 35
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi IMT Responden di Lingkungan Kerja
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 ..........................................35
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Andropause
(ADAM Test) di Lingkungan Kerja UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Mei 2017 ..................................................................................36
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Andropause
(AMS Test) di Lingkungan Kerja UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Mei 2017 ..................................................................................36
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan Kejadian Andropause (ADAM Test) di Lingkungan Kerja UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 ..................................................37
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan Kejadian Andropause (AMS Test) di Lingkungan Kerja UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 ..................................................38
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ADAM : Androgen Deficiency in Aging Men
AMS : Aging Male Syndrome
BMI : Boddy Mass Index
DHEA : Dehydroepiandrosterone
DHEAS : Dehydroepiandrosterone Sulfat
FAI : Free Androgen Index
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
GH : Growth Hormon
IGFs : Insuline Like Growth Factors
IMT : Indeks Massa Tubuh
PADAM : Partial Androgen Deficiency in Aging Men
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
PTDAM : Partial Testosteron Deficiency in Aging Men
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SHBG : Sex Hormone Binding Globulin
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
UHH : Usia Harapan Hidup
UIN : Universitas Islam Negeri
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Informed Concent
3. Data Identitas Responden
4. Kuesioner I ADAM Test
5. Kuesioner II AMS Test
6. Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
7. Hasil Perhitungan Analisa Data
2
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan diadakan penelittian, manfaat dari penelitian, serta ruang lingkup
penelitian.
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional telah mewujudkan berbagai hasil yang positif
di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang medis
dan keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk
serta meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatnya usia
harapan hidup manusia. Usia harapan hidup (UHH) yang meningkat dapat
meningkatkan pula populasi lanjut usia (Mubarok, 2006). Efendi &
Makhfudli, 2009 mengungkapkan bahwa pada tahun 2010 jumlah lansia
sebesar, 23,9 juta jiwa (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun.
Sedangkan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lansia sebesar 28,8 juta (11,34)
dengan usia harapan hidup 71,7 tahun.
Seiring dengan meningkatnya populasi lanjut usia, maka jumlah pria
usia lanjut pun akan semakin meningkat. Pria usia lanjut akan mengalami
yang namanya andropause, seperti halnya wanita yang mengalami
menopause. Namun, pada wanita menopause, produksi hormon estrogen dan
siklus menstruasi berhenti dengan cara relatif mendadak. Sedangkan,
3
penurunan produksi hormon testosteron pada pria terjadi perlahan-lahan
(Anita & Moeloek, 2002; Soewondo, 2006).
Keberadaan andropause telah menjadi perdebatan yang cukup lama di
kalangan praktisi medis (Nayla, 2007). Pada pria tidak ada batas yang nyata
seperti berhentinya siklus menstruasi pada wanita. Proses andropause terjadi
secara bertahap, sedikit demi sedikit dan perubahan hormonal tidak terjadi
secara mendadak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa variasi saat
timbulnya andropause dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
obesitas (Muller, et.al., 2003; Allan, et.al, 2006). Pria gemuk cenderung lebih
cepat mengalami andropause daripada pria bertubuh sedang. Hal ini berkaitan
dengan lemak berlebih yang terdapat dalam tubuhnya dapat menurunkan
kadar testosteron melalui peningkatan proses aromatisasi testosteron
menjadi estrogen (Allan, et.al, 2006).
Pada umumnya, setiap orang mendambakan berat badan yang ideal,
tidak sedikit yang memiliki masalah dengan kelebihan berat badan, yaitu
overweight dan untuk tingkat yang lebih parah dikenal dengan istilah
obesitas. Obesitas merupakan masalah yang mendunia, tidak terkecuali di
Indonesia. Angka obesitas terus meningkat dari tahun ke tahun. Laporan
WHO tahun 2003 menyatakan, di dunia lebih dari 300 juta orang dewasa
menderita obesitas (Waturangi, 2007). Obesitas merupakan kondisi yang
dahulu dianggap sebagai lambang kesejahteraan. Akan tetapi, berkaitan
dengan risiko kesehatan dan dampaknya terhadap kualitas hidup, kini obesitas
merupakan masalah kesehatan (Elvira, 2007).
4
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai
penggantinya dipakai Indeks Masa Tubuh (IMT) untuk menentukan obesitas
pada orang dewasa (Sugondo, 2006). IMT berlebih erat kaitannya dengan
peningkatan akumulasi lemak jaringan tubuh yang berhubungan dengan
produksi hormon, termasuk hormon testosteron (Lisbet, 2004; Derby, et.al,
2006).
Penelitian Svartberg, dkk pada tahun 2003 menunjukan subyek
dengan IMT ≥ 25 kg/m2 mempunyai risiko sebesar 2 kali lipat untuk
mempunyai kadar testosteron di bawah normal dibanding mereka yang
mempunyai IMT ≤ 25 kg/m2. Penelitian Yeap pada tahun 2009 memberikan
hasil IMT < 25 kg/m2 merupakan faktor protektif terhadap kadar testosteron
yang rendah (Sudharma, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
“Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Andropause
di Lingkungan kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan penelitian yang diajukan peneliti berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dipaparkan di atas adalah “Apakah Terdapat
Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Andropause”.
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks
massa tubuh (IMT) dengan kejadian andropause.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
a. Diketahuinya status gizi pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berupa kategori IMT.
b. Diketahuinya prevalensi kejadian andropause di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
c. Diketahuinya hubungan antara IMT dengan kejadian andropause pada
pria berusia 40-60 tahun.
d. Diketahuinya perbedaan hasil penngukuran antara kuesioner ADAM
dan AMS Test.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian
selanjutnya dalam hal membuktikan lebih lanjut hubungan antara indeks
massa tubuh (IMT) dengan kejadian andropause.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya
ilmu keperawatan, khususnya keperawatan gerontik dalam hal promosi
kesehatan pada pria yang akan mengalami andropause, yaitu pria di
bawah usia 40 tahun.
b. Bagi Institusi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
dan referensi ilmu keperawatan komunitas dalam peningkatan
pengetahuan dan pedoman tindakan keperawatan dalam mencegah
kejadian andropause lebih awal.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna untuk
masyarakat (khususnya bagi pria) dalam mengetahui informasi mengenai
andropause sehingga mereka dapat mencegah terjadinya andropause
lebih awal dan siap dalam menghadapi andropause.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui hubungan antara indeks
massa tubuh (IMT) dengan kejadian andropause. Penelitian ini dilakukan
pada bulan April-Mei 2017. Objek yang akan diteliti adalah pria berusia 40-
7
60 tahun yang bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah pengukuran antropometri berupa BB dan
TB (kemudian dihitung menggunakan rumus IMT) dan kuesioner.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka ini terdiri dari teori tentang indeks massa tubuh (IMT)
dan andropause, hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian
andropause, serta kerangka teori.
A. Indeks Massa Tubuh (IMT)
1. Definisi IMT
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang,
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
IMT ini sendiri termasuk ke dalam salah satu penilaian status dengan
antropometri (Alhamda dan Yustina, 2010).
2. Perhitungan IMT
Untuk memantau indeks massa tubuh orang dewasa digunakan
timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT
hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan (Alhamda dan
Yustina, 2010).
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: (Riskesdas, 2013)
IMT = Berat Badan (kg) ÷ Tinggi Badan (m)2
9
Untuk kepentingan Indonesia, ambang batas IMT dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara
berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, ambang batas IMT yang
digunakan untuk menilai status gizi penduduk dewasa di Indonesia adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT Ambang Batas IMT (kg/m2)
Berat Badan Kurus < 18,5
Berat Badan Normal ≥ 18,5 - < 24,9
Berat Badan Lebih ≥ 25,0 - < 27,0
Obesitas ≥ 27,0
Sumber: Riskesdas, 2013
Beberapa jurnal tentang pengkajian hubungan status gizi dengan
hormon testosteron menggunakan 25 kg/m2 sebagai cut of point
(Svartberg, dkk 2003; Yeap, dkk 2009). Oleh karena itu, untuk penelitian
ini digunakan cut of point 25 kg/m2, dimana menurut Riskesdas 2013,
IMT ≥ 25 kg/m2 untuk berat badan lebih. Untuk kepentingan nasional,
maka pada penelitian ini digunakan cut of point 25 kg/m2, dengan IMT ≥
25 kg/m2 digolongkan sebagai berat badan lebih.
B. Andropause
1. Definisi Andropause
Andropause mulai dikenal di dunia kedokteran pada tahun 1940-
an. Andropause berasal dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti pria
dan pause yang berarti penghentian. Andropause adalah kondisi yang
10
disertai dengan penurunan hormon testosterone pada laki-laki. Ini berbeda
dengan menopause, dimana penurunan testosterone dan perkembangan
gejala berjalan lebih bertahap dibanding ketika terjadi menopause pada
wanita (Saryono & Muhammad, 2010).
Menurut Bhasin, et.al, 1998 dalam Sofimajidpour, et.al, 2015
mengatakan bahwa andropause adalah pengurangan hormon seks pria
(testosteron) secara bertahap dengan bertambahnya usia, gejala disfungsi
seksual, kelemahan, kelelahan, insomnia, kehilangan motivasi, gangguan
mood dan pengurangan kepadatan tulang.
Andropause merupakan istilah yang paling sering digunakan untuk
menggambarkan kondisi pria di atas usia pertengahan yang mempunyai
kumpulan gejala, tanda, dan keluhan yang mirip dengan menopause pada
wanita (Setiawati dan Juwono, 2006).
Hormon yang mengalami penurunan pada andropause tidak hanya
hormon testosterone saja, tetapi juga terjadi penurunan multi hormonal
yaitu penurunan hormon DHEA, DHEAS, Melatonin, GH (Growth
Hormon), dan IGFs (Insuline Like Growth Factors). Banyak pakar yang
menyebut andropause dengan sebutan lain, seperti:
1. Adrenopause (defisiensi DHEA/DHEAS)
2. Somatopause (defisiensi GH/IGFs)
3. Androgen Deficiency in Aging Men (ADAM)
4. Partial Androgen Deficiency in Aging Men (PADAM)
5. Partial Testosteron Deficiency in Aging Men (PTDAM)
11
6. Low Testosteno Syndrome
7. Viropause
8. Klimakterium pada pria (Anita & Moeloek, 2002; Taher, 2005;
Suryono & Muhammad, 2010)
2. Fisiologi Andropause
Testosteron diproduksi melalui aksis hipothalamushipofisis-testis.
Dalam tubuh, testosteron didistribusikan terutama terikat dengan protein
transpor. Pada pria, 44% testosteron terikat pada Sex Hormone Binding
Globulin (SHBG), 50% terikat albumin, dan sisanya dalam bentuk
testosteron bebas. Afinitas testosteron dengan SHBG sangat tinggi
sehingga hanya testosteron terikat albumin dan testosteron bebas yang
menunjukkan bioavailibilitas aktif (Allan et al., 2006; Apter, 2008).
Bagan 2.1 Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Testis
Sumber: Dean, 2009
12
Free Androgen Index (FAI) menunjukkan hubungan antara
konsentrasi testosteron dengan protein pengikat androgen. Kadar normal
testosteron bebas rata-rata 700ng/dl dengan kisaran 300-1100ng/dl,
sedangkan FAI berkisar 70-100%. Bila FAI < 50%, gejala-gejala
andropause akan muncul (Anita & Moeloek, 2002).
Pada usia 20 tahun, pria mempunyai kadar testosteron tertinggi
dalam darah sekitar 800-1200 ng/dl yang akan dipertahankan sekitar 10-20
tahun. Selanjutnya, kadarnya akan menurun sekitar 1% per tahun. Pada
usia lanjut, terjadi penurunan fungsi sistem reproduksi pria yang
mengakibatkan penurunan jumlah testosteron dan availabilitasnya, seiring
dengan meningkatnya SHBG (Anita & Moeloek, 2002; Allan et al., 2006).
Penurunan testosteron bebas sekitar 1,2% per tahun, sementara
bioavailabilitasnya turun hingga 50% pada usia 25-75 tahun (Gould &
Rechar, 2000; Anita & Moeloek, 2002).
Pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif
sekitar 0,8-1,6% per tahun ketika memasuki usia sekitar 40 tahun.
Sementara saat mencapai usia 70 tahun, pria akan mengalami penurunan
kadar testosteron darah sebanyak 35% dari kadar semula (Muller et al.,
2003; Allan et al., 2006). Perubahan kadar hormon testosteron ini sangat
bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan biasanya tidak
sampai menimbulkan hipogonadisme berat (Soewondo, 2006).
13
3. Tanda dan Gejala Andropause
Gejala klinis terjadinya andropause adalah sebagai berikut: (Bazaid, 2003)
a. Gejala vasomotorik: berupa gejolak panas, bekeringat, susah tidur,
gelisah, dan takut.
b. Gejala yang berkaitan dengan aspek virilitas, berupa kurang tenaga,
berkurangnya massa otot, bulu-bulu rambut seksual berkurang,
penumpukan lema di perut, dan osteoporosis.
c. Gejala yang berhubungan dengan fungsi kognitif dan suasana hati,
berupa mudah lelah, menurunnya aktivitas tubuh, rendahnya motivasi,
berkurangnya ketajaman mental/intuisi, depresi, hilangnya rasa
percaya diri dan menghargai diri sendiri.
d. Gejala yang berhubungan dengan masalah seksual, berupa turunnya
libido, menurunnya aktivitas seksual, kualitas orgasme menurun,
berkurangnya kemampuan ereksi, dan berkurangnya volume ejakulasi.
4. Diagnosis Andropause
Berdasarkan keluhan-keluhan yang dialami paisen, maka dibuatlah
kuesioner ADAM test, yang memuat 10 pertanyaan ’ya/tidak’. Jika
jawaban untuk pertanyaan nomor 1 atau 7 “iya” atau 3 jawaban ’ya’ selain
nomor tersebut, maka kemungkinan besar pria tersebut mengalami gejala
andropause atau ADAM (Baziad, 2003)
Selain ADAM test, terdapat juga AMS (Ageing Male’s Symptoms)
test berisi 17 pertanyaan mencakup gangguan psikologis, somatik dan
14
seksual (Gunadarma, 2005; Setiawati dan Juwono, 2006; Soewondo, 2006;
Clapauch et al., 2008;).
Pemeriksaan skrening ini dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar
hormon untuk mendapatkan diagnosis pasti andropause. Pemeriksaan
laboratorium mengukur kadar testosteron serum, total testosteron,
testosteron bebas, SHBG, DHEA, DHEAS, dan lain-lain (Allan, et al.,
2006).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Andropause
Pria andropause mengalami penurunan fungsi testikular secara
bertahap sehingga sering kali tidak menimbulkan gejala. Beberapa faktor
yang mempengaruhi andropause antara lain (Lund, et.al., 1999; Anita &
Moeloek, 2002):
a. Infeksi virus
b. Pembedahan berulang dan luka pembedahan pada testis dan saluran
reproduksi
c. Penyakit yang berhubungan dengan kesukaran sistem imun testis,
seperti penyakit lupus
d. Abnormalitas genetik
e. Riwayat penyakit vaskular
f. Kebiasaan merokok
g. Faktor makanan misalnya kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan diet
tidak seimbang.
15
6. Prosentase Kejadian Andropause
Setiap orang mengalami peristiwa andropause pada umur yang
berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kondisi individu masing-masing
terutama pola hidupnya.
Adapun prosentasenya yaitu sebagai berikut:
1. Umur 40-49 tahun sejumlah 2-5%
2. Umur 50-59 tahun sejumlah 6-45%
3. Umur 60-69 tahun sejumlah 20-45%
4. Umur 70-79 tahun sejumlah 34-70%
5. Umur 80 tahun ke atas sejumlah 91% (Suryono & Muhammad, 2010)
C. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Andropause
Penelitian pendahulu oleh Muller, et al., (2003) dan Allan et al.
(2006), salah satu faktor yang mempercepat andropause adalah obesitas
karena terjadi penumpukan lemak ditandai dengan IMT berlebih, sehingga
dapat meningkatkan aromatisasi, yaitu perubahan testosteron menjadi
estrogen. Aromatisasi dominan di jaringan perifer daripada di testis (Apter,
2008). Berdasarkan 2 penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pertambahan
usia telah mengakibatkan penurunan testosteron akibat penurunan fungsi
testis itu sendiri. Bila kejadian ini diikuti dengan obesitas, penurunan hormon
testosteron akan semakin drastis karena penurunannya diperberat dengan
penurunan testosteron akibat aromatisasi yang terjadi di jaringan perifer
16
(jaringan lemak) sehingga manifestasi gejala penurunan testosteron akan
muncullebihawal.
17
D. Kerangka Teori
Bagan 2.2 : Skema Kerangka Teori
Sumber: Dimodifikasi dari Muller et.al. (2003); Allan, et. al (2006); Lund et.al. (1999); Anita & Moeloek (2002); Bhasin, et.al
(1998) dalam Sofimajidpour, et.al (2015); Riskesdas (2013)
Pria berusia 40-60
tahun
Aksis hipothalamus-
Hipofisis-Testis
(HHT ↓
↓ hormon
testosterone
ANDROPAUSE
IMT Tinggi:
≥25
Obesitas
↑ penimbunan
lemak
Aromatisasi
Faktor-faktor yang memengaruhi: a. Infeksi virus
b. Pembedahan berulang & luka
pembedahan pd testis & sal.
Reproduksi
c. Peny. yg b.d kesukaran s.imun testis,
spt peny. Lupus
d. Abnormalitas genetik
e. Riwayat peny. Vaskular
f. Kebiasaan merokok
g. Faktor makanan mis: kebiasaan
mengkonsumsi alkohol & diet tdk
seimbang
Tanda dan Gejala
Disfungsi
seksual
kelemahan kelelahan insomnia kehilangan
motivasi
gg. mood pengurangan kepadatan tulang
18
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
Bab ini membahas tentang kerangka konsep, hipotesis, dan definisi
operasional berdasarkan teori-teori di bab tinjauan pustaka.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel,
yaitu variabel independen berupa Indeks Massa Tubuh (IMT) dan variabel
dependen berupa Kejadian Andropause. Berdasarkan kerangka teori di
atas, maka peneliti membuat suatu kerangka konsep dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
Variabel independen Variabel dependen
Indeks Massa Tubuh (IMT) Kejadian Andropause
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini, yaitu: adanya hubungan
positif antara IMT berlebih dengan kejadian andropause.
19
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Indeks Masa Tubuh
(IMT)
Derajat gizi
seseorang yang
diukur berdasarkan
Berat Badan
(dalam kg) dibagi
Tinggi Badan
dikuadratan (dalam
m).
Melakukan
pengukuran TB
dan BB terlebih
dahulu. Kemudian,
data tersebut
dimasukkan ke
dalam rumus IMT
untuk dihitung dan
dietahui nilai IMT-
nya.
Timbangan dan
microtoise
staturmeter
Cut of Point:
Berat Badan Normal
( < 24,9 kg/m2)
Berat Badan Lebih
( ≥ 25,0 kg/m2)
Ordinal
Kejadian
Andropause
Kondisi yang
disertai dengan
penurunan hormon
testosterone pada
laki-laki.
ADAM Test
memuat 10
pertanyaan berupa
pertanyaan tertutup
ya atau tidak.
Kuesioner I Pertanyaan no. 1 dan
7 adalah “Ya”, atau
ada 3 jawabnya
“Ya” selain nomor
tersebut, maka
kemungkinan besar
responden telah
mengalami
andropause, atau
ADAM.
Nominal
AMS Test memuat
17 pertanyaan
Kuesioner II Skor total ≥ 27
menunjukkan sampel
Ordinal
20
berupa skor 1-5
yang mencakup
ranah somatik
(no.1-5,10, dan
13), psikologis
(no.6-9, dan 11),
dan seksual (no.12-
14, dam 17).
mengalami gejala
andropause
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
studi cross sectional, yaitu studi yang mengukur variabel dependen dan
variabel independen secara bersamaan. Studi cross sectional ini digunakan
untuk mengetahui hubungan antara suatu penyakit dan variabel atau
karakteristik yang terdapat di masyarakat pada suatu saat tertentu (Chandra,
2008). Penelitian ini menggambarkan hubungan antara indeks masa tubuh
(IMT) dengan kejadian andropause.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kerja Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Lokasi ini dipilih dengan alasan:
1. Jumlah responden yang homogen, banyak dijumpai pegawai pria berusia
40-60 tahun yang sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga lebih
memudahkan peneliti untuk mendapatkan responden.
22
2. Penelitian ini belum pernah dilakukan di lingkungan kerja Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
penelitian yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat, 2008). Populasi dalam
penelitian ini adalah pria berusia 40-60 tahun yang bekerja di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi,
di mana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut
digunakan (Hidayat, 2008).
Dikarenakan populasi pegawai laki-laki berusia 40-60 tahun di
UIN Syarif Hidayatullah telah diketahui, maka penentuan sampel
berdasarkan dengan rumus perhitungan Slovin, yaitu:
n = N
1 + N (d)2
23
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat Kepercayaan yang diinginkan
Diketahui populasinya, yaitu seluruh pegawai laki-laki usia 40-60
tahun di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (n = 741)
n = 741
1 + 741 (10%)2
= 741
1+ 7,41
= 741
8,41
= 88,1 ≈ 88
Jadi, jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan
penelitian ini adalah 88 responden pegawai pria berusia 40-60 tahun.
Adapun dalam pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi, yaitu sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan
24
kriteria inklusi (Nursalam, 2003, dalam Hidayat, 2008). Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Pria berusia 40-60 tahun
2) Bekerja di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3) Bersedia secara sukarela menjalani penelitian
b. Kriteria eksklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian yang penyebabnya antara lain adalah: 1) Adanya hambatan
etik, 2) Menolak menjadi responden, 3) Terdapat keadaan yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan penelitian, dan 4) Terdapat keadaan
atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi
hasil penelitian (Hidayat, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah:
1) Mempunyai riwayat penyakit berupa diabetes melitus dan
kardiovaskuler
2) Memiliki kelainan pada testisnya
3) Mempunyai kebiasaan merokok
4) Mempunyai kebiasaan mengonsumsi alkohol
5) Pernah atau sedang menjalani terapi radiasi
Namun, setelah tidak ada data pegawai yang merokok dan
memiliki riwayat penyakit DM, Jantung, kelainan Testis, serta terapi
radiasi, maka peneliti menemui calon responden secara langsung untuk
25
screening kriteria ekslusi sehingga didapatkan jumlah responden yaitu 30
orang.
E. Teknik Sampling
Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu
sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini,
sampling diambil berdasarkan kriteria tertentu, yaitu kriteria inklusi dan
eksklusi.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data dalam penelitian (Hidayat, 2008). Sugiyono, 2016
mengatakan pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
sumber, dan juga cara. Dilihat dari settingnya pengumpulan data
menggunakan setting alamiah (natural setting), yaitu pada lingkungan kerja
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan berbagai responden. Dilihat dari
sumbernya, pengumpulan data menggunakan sumber primer. Kemudian
dilihat dari cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan pengukuran
antropometri berupa IMT dan kuesioner.
Adapun instrumen penelitian yang merupakan alat ukur berupa
kuesioner dengan beberapa pertanyaan, terdiri atas tiga bagian, yaitu:
26
1. Kuesioner A
Kuesioner ini terkait dengan identitas responden, yang terdiri dari
lima item yang meliputi: a) inisial nama, b) umur, c) pekerjaan, d)
pendidikan, e) status pernikahan.
2. Kuesioner B
Kuesioner ini berupa ADAM Test yang memuat 10 pertanyaan
tertutup. Responden hanya menjawab ya atau tidak. Jika pertanyaan no. 1
dan 7 adalah “Ya”, atau ada 3 jawabnya “Ya” selain nomor tersebut, maka
kemungkinan besar pasien tersebut telah mengalami andropause, atau
ADAM (Androgen Deficiency in Aging Men) (Baziad, 2003).
3. Kuesioner C
Kuesioner ini berupa AMS Test yang memuat 17 pertanyaan
dengan skor intensitas 1-5, yang mencakup ranah somatik (no.1-5, 10, dan
13), psikologis (no. 6-9 dan 11), dan seksual (no. 12-14, dan 17).
Interpretasi AMS Test berdasaran skor total yang diperoleh dari kuesioner.
Skor total ≥ 27 menunjukkan sampel mengalami gejala andropause.
G. Tahap Pengambilan Data
Adapun tahap pengambilan data dalam penelitian ini yang dilakukan
di lingkungan kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Setelah seminar proposal, saya membuat surat permohonan izin penelitian
dari FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kemudian saya ajukan
27
kepada Kabag. Tata Usaha pada masing-masing fakultas di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Setelah mendapatkan izin penelitian, saya meminta data pegawai di
bag.ortalia dan kepegawaian pusat.
3. Setelah meminta data, saya melakukan penyeleksian data berdasarkan usia
(responden berusia 40-60 tahun).
4. Selanjutnya saya melakukan penelitian dengan mengucapkan salam,
memperkenalkan nama, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,
kriteria penelitian, dan kontrak waktu.
5. Calon responden yang bersedia untuk dilakukan penelitian berhak
menandatangani informed concent.
6. Pemeriksaan TB dan BB, kemudian menghitung hasilnya dengan
menggunakan rumus IMT.
7. Penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.
8. Ketika responden merasa kesulitan atau pertanyaan dalam kuesioner
kurang dipahami, saya memberikan kesempatan kepada responden untuk
bertanya.
9. Pengumpulan kuesioner dan dilanjutkan dg pemeriksaan kembali lembar
kuesioner dan memastikan seluruh pertanyaan yang disediakan sudah diisi
semua atau masih ada yang terlewat.
10. Kuesioner yang telah diisi lengkap saya olah dan analisis datanya.
28
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
1. Uji Validitas
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah
instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa-
apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi,
2007). Perhitungan uji validitas dilakukan dengan rumus korelasi Pearson
Product Momen (Pratisto, 2005).
2. Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur reliabilitas
data, apakah alat ukur tersebut dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas
instrumen adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi,
2007). Teknik pengujian reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach
(α), yaitu r hasil adalah alpha (Supeni, 2007).
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3. Teknik Pengolahan Data
Tahap pengolahan data menurut Santoso, 2013 adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan, baik
berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan editing
29
untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner, apakah
jawaban yang ada di kuesioner sudah:
1) Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.
2) Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca.
3) Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan
pertanyaannya.
4) Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten.
b. Pemberian Kode (Coding)
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan coding adalah
untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat pada
saat entry data.
c. Proses Data (Processing)
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan telah
melewati pemberian kode, maka langkah selanjutnya melakukan
processing data agar dapat dianalisis. Processing data dilakukan
dengan cara memasukkan data dari kuesioner ke paket program
komputer. Ada berbagai jenis paket program komputer yang dapat
digunakan untuk pemrosesan data bersama kelebihan dan kekurangan
30
masing-masing program. Dalam penelitian ini, nanti akan digunakan
paket program SPSS V.22 for Window’s.
d. Pembersihan data (Cleaning)
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita memasukkan data ke
dalam komputer.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mendapatkan hubungan antara
variabel independen (indeks massa tubuh (IMT)) dan variabel dependen
(Kejadian Andropause) adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis
bivariat dengan menggunakan uji spearman rank.
J. Etika Penelitian
1. Prinsip penelitian
Dalam pelaksanan penlitian, terkhusus jika subjeknya adalah
manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia
memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang
dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia.
Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain:
a. Prinsip manfaat
31
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat ditegakkan dengan
membebaskan, tidak menjadikan manusia untuk diesploitasi.
Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan
mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila
penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema etik.
b. Prinsip menghormati manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia
yang harus dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan
pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek
penelititan.
c. Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan
manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara
adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan
terhadap manusia.
2. Masalah Etika Penelitian
Adapun masalah etika penelitian, terdapat tiga hal, yaitu: (Hidayat,
2007)
a. Informed concent
Informed concent diberikan sebelum melakukan penelitian.
Informed concent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi
32
responden. Pemberian informed concent ini bertujuan agar subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati keputusan tersebut.
b. Anonimity (Tanpa Nama)
Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada
lembar pengumpulan data (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data tersebut.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Subbab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang
harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
33
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini menyajikan dan menjelaskan tentang hasil penelitian. Bab ini
membahas tentang gambaran umum tempat penelitian, karakteristik responden,
analisis univariat, serta analisis bivariat.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kerja UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yaitu terdiri dari 11 fakultas, di antaranya adalah
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Psikologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas
Dirasat Islamiyah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Syari’ah dan
Hukum, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Ushuluddin,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan Fakultas Sains dan
Teknologi. Selain itu juga, penelitian ini dilakukan di Pascasarjana,
Ma’had, Badan Kepegawaian Pusat, serta Perpustakaan Utama.
B. Karakteristik Responden
Subjek penelitian adalah pria berusia 40-60 tahun yang bekerja di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bersedia mengikuti penelitian secara
sukarela tanpa unsur paksaan apapun.
34
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Usia Responden di Lingkungan Kerja UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Mei 2017 (n=30)
Usia Jumlah (n) Persen (%)
40-50 16 53,3
51-60 14 46,7
Total (∑) 30 100
Dari tabel 5.1 diketahui berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa dari responden 30 pria yang diteliti, terbagi menjadi dua kelompok
usia yang menunjukkan sebagian besar adalah responden berusia 40-50
tahun, yaitu sebanyak 16 responden (53,3%). Sedangkan sisanya berusia
51-60 tahun, yaitu sebanyak 14 responden (46,7%).
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Lingkungan Kerja UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Mei 2017 (n=30)
Pekerjaan Jumlah (n) Persen (%)
NON PNS 3 10,0
PNS 27 90,0
Total (∑) 30 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden terbanyak
mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 27 orang
(90%). Sedangkan sisanya mempunyai pekerjaan sebagai non PNS yaitu
sebanyak 3 orang (10%).
35
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Lingkungan Kerja UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 (n=30).
Pendidikan Jumlah (n) Persen (%)
PT 21 70,0
SLTA 8 26,7
SLTP 1 3,3
Total (∑) 30 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden
pendidikan terakhirnya adalah Perguruan Tinggi (PT) yaitu 21 orang
(70%). Selebihnya responden berpendidikan SMA berjumlah 8 orang
(26,7%) dan SLTP berjumlah 1 orang (3,3%).
C. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti
(Santoso, 2013).
Tabel 5.4
Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden di Lingkungan Kerja UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 (n=30)
Kategori IMT Jumlah (n) Persen (%)
Berat Badan Normal 6 20,0
Berat Badan Lebih 24 80,0
Total (∑) 30 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan paling banyak responden
mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam kategori Berat Badan Lebih,
36
yaitu 24 orang (80%). Sedangkan sisanya memiliki IMT dengan kategori
berat badan normal, berjumlah 6 orang (20%).
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Andropause (ADAM Test) di
Lingkungan Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 (n=30)
Kejadian Andropause Jumlah (n) Persen (%)
Tidak Andropause 3 10,0
Andropause 27 90,0
Total (∑) 30 100,0
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan paling banyak responden
mengalami Andropause, yaitu 27 orang (90%). Sedangkan yang tidak
mengalami andropause hanya 3 orang (10%).
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Andropause (AMS Test) di
Lingkungan Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2017 (n=30)
Kejadian Andropause Jumlah (n) Persen (%)
Tidak Andropause 5 16,7
Andropause 25 83,3
Total (∑) 30 100,0
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan paling banyak responden
mengalami Andropause, yaitu 25 orang (83,3%). Sedangkan yang tidak
mengalami andropause berjumlah 5 orang.
D. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakuan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Analisa ini digunakan untuk menguji
37
hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat
(Sumantri, 2011).
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Kejadian Andropause (ADAM Test) di Lingkungan Kerja UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Mei 2017 (n=30)
Kategori IMT
Kejadian Andropause
Total (∑)
P
Value Tidak
Andropause
Andropause
n % n % n %
0,000 Berat Badan Normal 3 50,0 3 50,0 6 100,0
Berat Badan Lebih 0 0,0 24 100,0 24 100,0
Total (∑) 3 10,0 27 90,0 30 100,0
Tabel 5.7 menunjukkan berdasarkan hasil analisis hubungan IMT
berlebih dengan kejadian andropause (ADAM test) ditemukan bahwa dari
30 responden menunjukkan bahwa seluruh responden yang mempunyai
berat badan lebih mengalami andropause, yaitu sebanyak 24 orang (100%).
Sedangkan responden yang mempunyai berat badan normal sebagian
mengalami andropause, yaitu berjumlah 3 orang (50%) dan sebagian lagi
tidak mengalami andropause, yaitu berjumlah 3 orang (50%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rank
menunjukkan ada hubungan antara IMT berlebih dengan kejadian
andropause di lingkungan kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dibuktikan dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
α=0,05. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa IMT berlebih memiliki
hubungan secara statistik signifikan terhadap kejadian andropause.
38
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Kejadian Andropause (AMS Test) di Lingkungan Kerja UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Mei 2017 (n=30)
Kategori IMT
Kejadian Andropause
Total (∑)
P
Value Tidak
Andropause
Andropause
n % n % n %
0,000 Berat Badan Normal 4 66,7 2 33,3 6 100,0
Berat Badan Lebih 1 4,2 23 95,8 24 100,0
Total (∑) 5 16,7 25 83,3 30 100,0
Tabel 5.8 menunjukkan berdasarkan hasil analisis hubungan antara
IMT berlebih dengan kejadian andropause (AMS test) ditemukan bahwa
dari 30 responden menunjukkan bahwa sebagian responden yang
mempunyai berat badan lebih mengalami andropause, yaitu sebanyak 23
orang (95,8%), hanya sebagian kecil yang tidak mengalami andropause,
yaitu berjumlah 1 orang (4,2%). Sedangkan responden yang mempunyai
berat badan normal sebagian mengalami andropause, yaitu berjumlah 2
orang (33,3%) dan sebagian lagi tidak mengalami andropause, yaitu
berjumlah 4 orang (66,7%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rank
menunjukkan ada hubungan antara IMT berlebih dengan kejadian
andropause di lingkungan kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dibuktikan dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
α=0,05.
39
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang dikaitkan
dengan tujuan penelitian. Pembahasan hasil penelitian akan dikuatkan dan
dibandingkan dengan konsep dan teori yang sudah ada. Selain itu, pada bab ini
akan dibahas terkait keterbatasan penelitian yang dihadapi peneliti.
A. Karakteristik Responden
1. Usia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden pria
yang diteliti adalah responden berusia 40-50 tahun sebanyak 16 responden
(53,3%). Sedangkan responden berusia 51-60 tahun sebanyak 14
responden (46,7%).
Menurut penelitian Sudharma (2012), tidak didapatkan hubungan
yang signifikan antara usia dengan hormon testosteron. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Tajar dkk (2010) yang menemukan bahwa umur tidak
berhubungan dengan hormon testosteron, dimana tidak didapatkan
hubungan yang signifikan pada perbedaan rata-rata kadar hormon
testosteron pada usia 40-49 th (10,9 nmol/L), 50-59 th (13,2 nmol/L), 60-
69 th (12,5 nmol/L), 70-79 th (10,4 nmol/L). Svartberg dkk (2003) dalam
penelitiannya menemukan bahwa meskipun terdapat hubungan yang
signifikan antara usia dan testosteron total, tetapi hubungan tersebut sangat
lemah (r=-0,08).
40
2. Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak
mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 27 orang
(90%). Sedangkan sisanya adalah pegawai non PNS berjumlah 3 orang
(10%).
Menurut penelitian Sudharma (2011), tidak terdapat hubungan
antara aktivitas fisik dengan hormon testosteron, termasuk salah satunya
pada aktivitas kerja. Meskipun, jika dilihat lagi, pada aktivitas kerja,
responden dengan aktivitas kerja kurang, lebih banyak memiliki hormon
testosteron yang rendah (18,7%), dibanding responden dengan aktivitas
kerja yang cukup (16,5% yang memiliki hormon testosteron yang rendah),
tetapi hubungan ini tidak signifikan. Svartberg dkk (2003) juga
menemukan hubungan yang tidak signifikan pada hubungan antara
aktivitas fisik dengan hormon testosteron.
3. Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi (PT), baik S1, S2, maupun S3,
yaitu 21 orang (70%). Kemudian responden berpendidikan SMA
berjumlah 8 orang (26,7%) dan SLTP berjumlah 1 orang (3,3%).
Dewasa ini, sebaran pendidikan responden pada penelitian ini
banyak yang berpendidikan perguruan tinggi, hal tersebut dikarenakan
dalam penelitian ini ruang lingkupnya adalah di sebuah perguruan tinggi
41
dan sebagian besar responden adalah dosen dan menempati posisi yang
penting sehingga mengharuskan pegawai tersebut berpendidikan S1, S2,
dan S3.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati, 2009,
yang sebaran respondennya di perguruan tinggi sehingga pendidikan
terakhir responden mengarah pada S1, S2, maupun S3.
B. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Hasil penelitian didapatkan paling banyak responden mempunyai
Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam kategori Berat Badan Lebih dalam rentang
≥25 yaitu sebanyak 24 orang (80%). Sedangkan sisanya memiliki IMT
dengan kategori berat badan normal, berjumlah 6 orang (20%).
C. Andropause
Andropause umumnya menyerang pada laki-laki setelah berusia 30
tahun dan paling umum gelajalanya adalah disfungsi seksual disertai dengan
libido yang rendah. Andropause ini menyerang setiap aspek baik fisik,
mental, maupun seksual. Testosterone mulai terbatas jumlahnya pada laki-
laki setelah usia 30an, tetapi beberapa orang merasa efeknya lebih parah
dibanding orang lain (Saryono & Muhammad, 2010).
Penelitian ini mengambil responden berusia 40 tahun ke atas
dikarenakan pada usia tersebut biasanya sudah terjadi peristiwa andropause
42
sebesar 2%-5% dan saat memasuki usia 60 tahun sudah mencapai 30%
(Saryono & Muhammad). Oleh karena itu, diambil responden 40-60 tahun
untuk melihat pada usia tersebut sudah terjadi andropause ataupun belum.
Hasil penelitian menunjukkan didapatkan paling banyak responden
mengalami Andropause berdasarkan kuesioner ADAM test yaitu 27 orang
(90%). Sedangkan berdasarkan kuesioner AMS test paling banyak responden
mengalami Andropause yaitu 25 orang (83,3%. Sedangkan sisanya memiliki
IMT dengan kategori berat badan normal, berjumlah 6 orang (20%).
Penelitian setiawati (2005) menunjukkan terdapat perbedaan hasil
yang cukup mencolok antara ADAM test dan AMS test. Hal tersebut
disebabkan karena kuesioner AMS membahas manifestasi klinis dari
andropause dengan lebih terperinci dibandingkan dengan kuesioner ADAM.
Tetapi pada dasarnya kedua kuesioner tersebut mempunyai dasar yang sama
yaitu menilai manifestasi klinis dari andropause berdasarkan penurunan
bioavailabilitas testosteron. Selain itu, AMS dapat digunakan untuk
mengevaluasi kesehatan pria secara umum terkait dengan proses penuaan
yang terjadi beserta kualitas hidupnya.
Rakhmawati (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
kuesioner ADAM test telah diujicobakan pada 316 laki-laki berusia 40-62
tahun dan dikorelasikan dengan kadar testosterone bioactive serum. Alat
skrening ini mempunyai spesifisitas 60% dan sensitivitas 88%. Sedangkan
kuesioner AMS test digunakan untuk mengetahui gejala-gejala penuaan pada
pria dalam berbagai kondisi untuk mengevaluasi beratnya gejala dan
43
perubahan sebelum dan sesudah terapi androgen. AMS test mempunyai
sensitivitas 73,6% dan spesifisitas 70,4%. Skor AMS ≥ 27 dapat
dikorelasikan dengan kadar testosteron bebas 400 ng/dl.
D. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian
Andropause
Hasil analisis hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan
kejadian andropause dengan menggunakan dua kuesioner ADAM Test
menunjukkan bahwa seluruh responden yang mempunyai berat badan lebih
mengalami andropause, yaitu sebanyak 24 orang (100%). Sedangkan
responden yang mempunyai berat badan normal sebagian mengalami
andropause, yaitu berjumlah 3 orang (50%) dan sebagian lagi tidak
mengalami andropause, yaitu berjumlah 3 orang (50%). Sedangkan hasil
analisis hubungan dengan menggunakan AMS Test menunjukkan bahwa
sebagian responden yang mempunyai berat badan lebih mengalami
andropause, yaitu sebanyak 23 orang (95,8%), hanya sebagian kecil yang
tidak mengalami andropause, yaitu berjumlah 1 orang (4,2%). Sedangkan
responden yang mempunyai berat badan normal sebagian mengalami
andropause, yaitu berjumlah 2 orang (33,3%) dan sebagian lagi tidak
mengalami andropause, yaitu berjumlah 4 orang (66,7%).
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan uji Spearman Rank
dengan bantuan program SPSS V.22 for windows diperoleh hasil yang sama
44
antara kedua kuesioner yang digunakan (ADAM Test dan AMS Test), yaitu
nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05. Maka dapat
disimpulkan H1 diterima, H0 ditolak yg berarti ada hubungan yang positif
antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian andropause. Pria yang
memiliki IMT kategori berat badan lebih (≥25) memiliki hubungan yang
signifikan untuk terjadinya andropause lebih dini..
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sudharma (2012) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara berat badan lebih
(IMT ≥25 kg/m2) dengan hormon testosteron. Menurut hasil penelitiannya,
laki-laki dengan berat badan lebih mempunyai risiko sebesar 1,9 kali untuk
memiliki hormon testosteron yang rendah dibandingkan dengan laki-laki
yang memiliki berat badan normal.
Senada dengan penelitian Yeap, dkk (2009) yang menyatakan bahwa
pria yang memiliki IMT ≥ 25 kg/m2 memiliki peluang 2 kali lipat untuk
mendapatkan total testosteron yang rendah.
Sejalan dengan penelitian Frederick dkk (2008), ia menemukan
perbedaan rata-rata yang signifikan antara IMT < 25 kg/m2 dan IMT ≥ 25
kg/m2 (-2,32 nmol/L, p<0,001).
Svartberg dkk (2003) dalam penelitiannya pun menemukan hubungan
yang signifikan antara IMT (≥ 25 kg/m2) dengan total testosteron, dengan OR
sebesar 1,984. Obesitas meningkatkan produksi dan metabolisme
glukokortikoid, yang akan mengganggu regulasi aksis hipotalamus-pituitari-
adrenal (Laaksonen dkk, 2005).
45
Hasil penelitian Rakhmawati (2009) menyebutkan terdapat perbedaan
usia andropause berdasarkan status IMT, yaitu terdapat hubungan yang
signifikan terhadap IMT dan usia awal andropause. Semakin tinggi nilai IMT
maka semakin cepat usia seseorang mengalami andropause. Pada IMT
kategori tidak gemuk, mempunyai rata-rata usia awal andropause 613,59 ±
55,812 bulan, sedangkan sampel andropause gemuk pada rata-rata usia
546,23 ± 48,529 bulan.
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini, keterbatasan
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga, maka dalam perjalanan
pengambilan data tersebut dimulai dari 28 April – 26 Mei 2017, maka
dari 88 responden, hanya 30 responden yang didapat.
2. Sebaran responden tidak merata dan dikarenakan pengekslusian responden
mengakibatkan peneliti kesulitan dalam menemukan responden yang
sesuai dengan kriteria. Jadi, responden yang memenuhi kriteria penelitian
hanya sedikit.
3. Pengurusan surat izin yang lama.
4. Terdapat beberapa responden yang masuk kriteria namun mengundurkan
diri dari penelitian sehingga menambah panjang dalam daftar keterbatasan
responden yang didapat. Hal tersebut dikarenakan isi kuesioner
menyinggung area sensitif pria atau berhubungan dengan aktivitas seksual
46
pria, sehingga beberapa responden tersebut tidak mau membantu dalam
mengisi kuesioner.
47
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penjabaran dan penjelasan dari hasil penelitian dan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka di bab ini akan ditarik beberapa
kesimpulan. Selain itu juga, terdapat juga saran yang akan menambah khazanah
keilmuan.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di di lingkungan kerja UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yaitu terdiri dari 11 fakultas, pascasarjana, perpustakaan
utama, dan ma’had, serta badan Kepegawaian Pusat tentang hubungan antara
indeks massa tubuh (IMT) dengan Kejadian Andropause yang terdiri dari 30
responden didapatkan hasil:
1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden yang
berusia 40-60 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berusia 40-50 tahun yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Responden
terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu
27 orang (90%) dan sebagian besar responden berpendidikan terakhir
Perguruan Tinggi (S1,S2, dan S3), yaitu sebanyak 21 orang (70%).
2. Hasil penelitian menunjukkan indeks massa tubuh (IMT) responden
terbagi ke dalam dua kategori, yaitu IMT kategori Berat Badan Normal
18,50-24,99 atau < 24,9) dan kategori Berat Badan Lebih (≥ 25,0).
48
3. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil dari penggunaan
dua buah kuesioner. Berdasarkan kuesioner ADAM Test, dari 30
responden, yang mengalami Andropause yaitu 27 orang (90%). Sedangkan
pada kuesioner AMS Test, responden yang mengalami Andropause, yaitu
25 orang (83,3%).
4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara IMT berlebih
( nilai ≥ 25,0 kg/m2) dengan kejadian andropause.
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai be
rikut:
1. Bagi pria usia di bawah 40 tahun, usahakan untuk mempertahankan berat
badan dengan indeks massa tubuh (IMT) dalam kategori berat badan
normal dengan nilai IMT ≤ 25 kg/m2 sebagai langkah protektif terhadap
kejadian andropause.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti dengan sampel yang
lebih banyak dan dengan jenis penelitian yang berbeda, misalnya secara
kualitatif, mungkin akan memberikan variasi dan gambaran hasil yang
berbeda.
3. Bagi perawat komunitas diharapkan dapat memberikan pendidikan
kesehatan terkait penurunan berat badan berlebih pada pria usia di bawah
40 tahun untuk mencegah terjadinya andropause lebih dini.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anita N, Moeloek N. 2002. Aspek Hormon Testosteron pada Pria Usia Lanjut
(Andropause). Journal: MAI. 3:81-87
Allan C.A, et. al. 2006. The Association Between Obesity and the Diagnosis of
Androgen Deficiency in Symptomatic Ageing Men. MJA. 185:424-427
Baziad, Ali. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Bhasin, S., & Jameson, J.L. (2006). Disorder of The Testes And Male
Reproductive System. In Jameson, J.L (Ed). Harrison’s Endocrinology (pp
173-193). New York: McGraw-Hill
Dean, W. 2009. Neuroendocrine Theory of Aging Chapter 6.
www.vrp.com/articles.aspx?ProdID=art393&zTYPE=2
Derby, C.A, Zilber S, Brambilia D, Morales K.H, McKinlay J.B. 2006. Body
Mass Index, Waist Circumference, and Waist to Hip Ratio and Change in Sex
Steroid Hormones: The Massachusetts Male Ageing Study. Clinical
Endocrinology. 65: 125-131.
Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Elvira, S.D, 2007. Penanganan Psikologik pada Obesitas. Cermin Dunia
Kedokteran. 34: 296-298.
Gunadarma, R.A. 2005. Prevalensi Andropause pada Pria Usia di Atas 30 Tahun
diKotaSurakarta.http://digilib.undip.ac.id/pustaka/index.php?pilih=pencarian
&hal=karya Ilmiyah&page=3&syarat=&mod=yes&detail=y&id=225790
Hidayat. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika
Laaksonen, D.E., Niskanen, L., Punnonen, K., Nyyssonen, K., Tuomainen, T.P.,&
Valkonen, V.P. (2005). The Metabolic Syndrome and Smoking in Relation to
Hypogonadism in Middle-Aged Men: A Prospective Cohort Study. Journal of
Clinical Endocrinology Metabolic. 90(2), 712-719
Lisbet C.A. 2004. Hubungan Antara Obesitas Berdasarkan Klasifikasi Indeks
Massa Tubuh dengan Kejadian Sindroma Metabolik pada Karyawan Bank.
Nexus Medicus. 16:20-25.
Miller. 2008. Andropause: Androgens, Testosterone, and Estrogen.
http://www.antiaging.com/andropause/andropause2.html
Mubarok, dkk. 2006. Keperawatan Komunitas II. Jakarta: Rineka Cipta
Rakhmawati. 2009. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Usia Awal
Andropause [Skripsi]. Surakarta: FK Univ. Sebelas Maret
50
Santoso, Imam. 2013. Manajemen Data: untuk Analisis Data Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Saryono & Muhammad Badrushshalih. 2015. Andropause: Menopause pada Laki-
laki Plus Penyakit pada Lansia. Yogyakarta: Nuha Medika
Setiawati, Juwono. 2005. Prevalensi Andropause Pada Pria Usia 30 Tahun Ke
Atas Di Kabupaten Bantul Propinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2005 [Artikel
Karya Ilmiah]. Semarang: FK UNDIP
Soewondo P. 2006. Menopause, Andropause,dan Somatopause Perubahan
Hormonal pada Proses Menua. In : Sudoyo A.W, dkk (eds). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, hal: 1989-1992
Sudharma, Novia Indriani. 2012. Faktor Eksternal yang Berhubungan dengan
Kadar Hormon Testosteron pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas di
Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan (Analisis Data Sekunder Penelitian
Payung Andropause Universitas Trisakti-Puskesmas Kecamatam Cilandak
Th 2011) [Tesis]. Depok: FKM UI
Sugondo S. 2006. Obesitas. In : Sudoyo A.W, dkk (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, hal : 1919-1925.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Svartberg, J., Midtby, M., Bonaa, K.H., Sundsfjord, J., Joakimsen, R.M., & Jorde,
R. 2003. The Association of Age, Lifestyle Factors and Chronic Disease with
Testosterone in Men : The Tromso Study. European Journal of
Endocrinology, 149, 145-152
Taher A. 2005. Proportion and Acceptance of Andropause Symptoms Among
Elderly Men: A Study in Jakarta. Indones J Intern Med. 37: 82-86.
Yeap, B.B., Almeida, O.P., Norman, P.E., Chubb, P., Jamrozik, K., Hankey, G.J.,
et.al. 2009. Healthier Life Style Predicts Higher Circulating Testosterone in
Older Men: The Health in Men Study. Clinical Endocrinology, 70(3), 455-
463.
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
Lampiran 2: Informed Concent
“Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Andropause”
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Nama : Angga
NIM : 1113104000026
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoketran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang
melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi sebagai tugas akhir untuk
menyelesaikan pendidikan, demi memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan
dengan penelitian. Maka dari itu, saya harap dengan segala kerendahan hati agar
kiranya bapak bersedia meluangkan waktu untuk dilakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan, serta mengisi kuesioner yang telah disediakan.
Kerahasiaan jawaban bapak akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan fakta
yang sebenarnya sehingga hasilnya nanti dapat memberikan gambaran yang baik
dalam penelitian ini.
Saya ucapkan terimakasih atas bantuan dan partisipasi bapak dalam
pengisian kuesioner ini.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Apakah bapak bersedia menjadi responden?
YA / TIDAK
Ttd
Responden
64
Lampiran 3: Data Identitas Responden
No. Responden :
Petunjuk Umum Pengisian:
Isilah data identitas dan berikan tanda checklist (√) pada pernyataan di bawah ini
dengan jujur dan benar.
1. Inisial nama : .........................................
2. Umur : .............tahun
3. Pekerjaan : ..........................................
4. Status : Sudah menikah/belum
5. Pendidikan : Tidak sekolah
SD/sederajat
SLTP/sederajat
SLTA/sederajat
Perguruan Tinggi
6. Memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Pria berusia 40-60 tahun
b. Bekerja di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Bersedia secara sukarela menjalani penelitian
7. Menjawab beberapa pernyataan berikut:
a. Saya mempunyai riwayat penyakit berupa Ya Tidak
diabetes melitus (DM/kencing manis/penyakit
gula) dan penyakit kardiovaskuler (jantung).
b. Saya memiliki kelainan pada testis (buah Ya Tidak
zakar).
c. Saya mempunyai kebiasaan merokok. Ya Tidak
d. Saya mempunyai kebiasaan mengonsumsi Ya Tidak
alkohol.
e. Saya pernah atau sedang menjalani terapi Ya Tidak
radiasi.
65
Lampiran 4: Kuesioner I ADAM Test
Petunjuk Pengisian:
Pada ADAM Test ini, berisi 10 pernyataan. Pilihlah salah satu jawaban “Ya”
atau “Tidak” dengan memberikan tanda checklist (√), apabila bapak merasa
pernyataan tersebut sesuai dengan yang bapak alami.
1. Saya merasa libido atau dorongan seksual menurun Ya Tidak
akhir-akhir ini.
2. Saya merasa lemas atau kurang bertenaga. Ya Tidak
3. Saya merasa daya tahan dan kekuatan fisik menurun. Ya Tidak
4. Saya mengukur tinggi badan dan merasa tinggi badan Ya Tidak
saya berkurang dari sebelumnya.
5. Saya sering merasa kesal atau cepat marah. Ya Tidak
6. Saya merasa ereksi saya kurang kuat. Ya Tidak
7. Saya merasa kenikmatan hidup menurun. Ya Tidak
8. Saya merasakan penurunan kemampuan dalam ber- Ya Tidak
olahraga.
9. Saya sering mengantuk dan tertidur sesudah makan Ya Tidak
malam.
10. Saya merasakan adanya perubahan atau penurunan Ya Tidak
prestasi kerja.
66
Lampiran 5: Kuesioner II AMS Test
Petunjuk Pengisian:
Pada AMS Test ini, berisi 17 pernyataan. Pilihlah salah satu jawaban di kolom
skor yang telah disediakan, dengan memberikan tanda checklist (√), apabila
bapak merasa pernyataan tersebut sesuai dengan yang bapak alami.
Keterangan:
1 : Tidak sama sekali; 2 : Ringan; 3: Sedang; 4 : Berat; 5 : Berat Sekali
No.
Gejala
Skor
1 2 3 4 5
1. Saya merasakan adanya penurunan kesehatan
secara umum.
2. Saya mengalami nyeri sendi dan nyeri otot. (nyeri
pada punggung bawah, pada anggota badan, serta nyeri
sendi)
3. Saya mengalami berkeringat yang berlebihan.
(keringat muncul mendadak tanpa dipengaruhi kerja)
4. Saya mengalami gangguan tidur. (sulit tidur, bangun
pagi dan merasa lelah, kurang tidur, atau tidak dapat
tidur sama sekali)
5. Saya mengalami cepat lelah atau mengantuk
berlebihan.
6. Saya mengalami cepat marah atau tersinggung.
7. Saya mengalami perasaan tegang atau resah.
8. Saya mengalami perasaan gelisah atau panik.
9. Saya merasakan adanya penurunan pada
kebugaran atau vitalitas. (penurunan kinerja,
penurunan aktivitas, perasaan pencapaian yang kurang,
harus memaksakan diri untuk melakukan aktivitas)
Skor
67
No. Gejala 1 2 3 4 5
10. Saya mengalami penurunan tenaga. (perasaan
lemah)
11. Saya mengalami situasi mood atau suasana hati
yang depresif. (perasaan kecewa, sedih, seperti ingin
menangis, kurang gairah, perasaan tak berguna)
12. Saya mengalami perasaan telah melewati masa-
masa puncak secara seksual. (masa penurunan
seksualitas)
13. Saya mengalami perasaan frustrasi atau putus asa.
14. Saya mengalami penurunan pertumbuhan janggut
atau kumis.
15. Saya mengalami penurunan kemampuan atau
frekuensi bersenggama.
16. Saya mengalami penurunan kemampuan atau
frekuensi ereksi pagi hari. (pada saat bangun pagi
dalam keadaan ereksi, namun berkurang ereksinya dari
sebelumnya)
17. Saya mengalami penurunan gairah seksual atau
libido.
Selain keluhan – keluhan di atas, saya juga mengalami gejala-
gejala lain yang menonjol, seperti:
(bila ada, mohon tuliskan)
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
68
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner “ADAM Test”
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,879 10
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner “AMS Test”
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,919 17
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
69
Karakteristik Responden
A. Distribusi Frekuensi Usia
Statistics
Usia
N Valid 30
Missing 0
Mean 49,77
Median 50,00
Mode 48
Std. Deviation 4,289
Minimum 42
Maximum 58
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 42 2 6,7 6,7 6,7
43 1 3,3 3,3 10,0
44 1 3,3 3,3 13,3
45 2 6,7 6,7 20,0
46 1 3,3 3,3 23,3
47 1 3,3 3,3 26,7
48 4 13,3 13,3 40,0
49 2 6,7 6,7 46,7
50 2 6,7 6,7 53,3
51 3 10,0 10,0 63,3
52 2 6,7 6,7 70,0
53 3 10,0 10,0 80,0
54 1 3,3 3,3 83,3
55 3 10,0 10,0 93,3
56 1 3,3 3,3 96,7
58 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Katusia
70
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 40-50 16 53,3 53,3 53,3
51-60 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
B. Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Statistics
Pekerjaan
N Valid 30
Missing 0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid NON PNS 3 10,0 10,0 10,0
PNS 27 90,0 90,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
C. Distribusi Frekuensi Pendidikan
Statistics
Pendidikan
N Valid 30
Missing 0
Pendidikan
71
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PT 21 70,0 70,0 70,0
SLTA 8 26,7 26,7 96,7
SLTP 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Analisis Univariat
1. IMT
katimt_asli
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Berat Badan Normal 6 20,0 20,0 20,0
Berat Badan Lebih 24 80,0 80,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
2. Andropause: “ADAM Test”
P1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 12 40,0 40,0 40,0
Ya 18 60,0 60,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 16 53,3 53,3 53,3
Ya 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
72
Valid Tidak 9 30,0 30,0 30,0
Ya 21 70,0 70,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 19 63,3 63,3 63,3
Ya 11 36,7 36,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 21 70,0 70,0 70,0
Ya 9 30,0 30,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 17 56,7 56,7 56,7
Ya 13 43,3 43,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
P7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 12 40,0 40,0 40,0
Ya 18 60,0 60,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 7 23,3 23,3 23,3
73
Ya 23 76,7 76,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 16 53,3 53,3 53,3
Ya 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 21 70,0 70,0 70,0
Ya 9 30,0 30,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
Skor_p1p10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 1 3,3 3,3 3,3
1 1 3,3 3,3 6,7
2 4 13,3 13,3 20,0
3 4 13,3 13,3 33,3
4 6 20,0 20,0 53,3
5 2 6,7 6,7 60,0
6 2 6,7 6,7 66,7
7 5 16,7 16,7 83,3
8 1 3,3 3,3 86,7
10 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Status_Andropause
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Andropause 3 10,0 10,0 10,0
Andropause 27 90,0 90,0 100,0
74
Total 30 100,0 100,0
3. Andropause: “AMS Test”
P1_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 7 23,3 23,3 23,3
Ringan 11 36,7 36,7 60,0
Sedang 12 40,0 40,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P2_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 7 23,3 23,3 23,3
Ringan 15 50,0 50,0 73,3
Sedang 6 20,0 20,0 93,3
Berat 2 6,7 6,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P3_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 25 83,3 83,3 83,3
Ringan 5 16,7 16,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P4_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 19 63,3 63,3 63,3
Ringan 5 16,7 16,7 80,0
75
Sedang 6 20,0 20,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P5_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 9 30,0 30,0 30,0
Ringan 10 33,3 33,3 63,3
Sedang 10 33,3 33,3 96,7
Berat 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
P6_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 14 46,7 46,7 46,7
Ringan 8 26,7 26,7 73,3
Sedang 8 26,7 26,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P7_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 12 40,0 40,0 40,0
Ringan 15 50,0 50,0 90,0
Sedang 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P8_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 17 56,7 56,7 56,7
Ringan 11 36,7 36,7 93,3
Sedang 2 6,7 6,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
76
P9_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 5 16,7 16,7 16,7
Ringan 13 43,3 43,3 60,0
Sedang 12 40,0 40,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P10_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 2 6,7 6,7 6,7
Ringan 15 50,0 50,0 56,7
Sedang 13 43,3 43,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
P11_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 15 50,0 50,0 50,0
Ringan 12 40,0 40,0 90,0
Sedang 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P12_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 6 20,0 20,0 20,0
Ringan 15 50,0 50,0 70,0
Sedang 8 26,7 26,7 96,7
Berat 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
77
P13_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 23 76,7 76,7 76,7
Ringan 5 16,7 16,7 93,3
Sedang 2 6,7 6,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P14_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 18 60,0 60,0 60,0
Ringan 9 30,0 30,0 90,0
Sedang 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
P15_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 8 26,7 26,7 26,7
Ringan 14 46,7 46,7 73,3
Sedang 8 26,7 26,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
P16_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak sama sekali 10 33,3 33,3 33,3
Ringan 13 43,3 43,3 76,7
Sedang 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
P17_
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
78
Valid Tidak sama sekali 13 43,3 43,3 43,3
Ringan 10 33,3 33,3 76,7
Sedang 6 20,0 20,0 96,7
Berat 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Skor_Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 17 2 6,7 6,7 6,7
24 1 3,3 3,3 10,0
25 2 6,7 6,7 16,7
27 6 20,0 20,0 36,7
28 4 13,3 13,3 50,0
29 3 10,0 10,0 60,0
31 2 6,7 6,7 66,7
34 1 3,3 3,3 70,0
35 1 3,3 3,3 73,3
38 2 6,7 6,7 80,0
40 2 6,7 6,7 86,7
41 2 6,7 6,7 93,3
45 1 3,3 3,3 96,7
46 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Status Andropause2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Andropause 5 16,7 16,7 16,7
Andropause 25 83,3 83,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Analisis Bivariat
1. Hubungan Antara IMT dengan Andropause (ADAM Test)
Case Processing Summary
79
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
katimt_asli *
Status_Andropause 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
katimt_asli * Status_Andropause Crosstabulation
Status_Andropause
Total
Tidak
Andropause Andropause
katimt_asli Berat Badan Normal Count 3 3 6
% within katimt_asli 50,0% 50,0% 100,0%
% of Total 10,0% 10,0% 20,0%
Berat Badan Lebih Count 0 24 24
% within katimt_asli 0,0% 100,0% 100,0%
% of Total 0,0% 80,0% 80,0%
Total Count 3 27 30
% within katimt_asli 10,0% 90,0% 100,0%
% of Total 10,0% 90,0% 100,0%
Correlations
katimt_asli
Status_Andropaus
e
Spearman's rho katimt_asli Correlation Coefficient 1,000 ,667**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 30 30
Status_Andropause Correlation Coefficient ,667** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Hubungan Antara IMT dengan Andropause (AMS Test)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
80
N Percent N Percent N Percent
katimt_asli * Status
Andropause2 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
katimt_asli * Status Andropause2 Crosstabulation
Status Andropause2
Total
Tidak
Andropause Andropause
katimt_asli Berat Badan Normal Count 4 2 6
% within katimt_asli 66,7% 33,3% 100,0%
% of Total 13,3% 6,7% 20,0%
Berat Badan Lebih Count 1 23 24
% within katimt_asli 4,2% 95,8% 100,0%
% of Total 3,3% 76,7% 80,0%
Total Count 5 25 30
% within katimt_asli 16,7% 83,3% 100,0%
% of Total 16,7% 83,3% 100,0%
Correlations
katimt_asli
Status
Andropause2
Spearman's rho katimt_asli Correlation Coefficient 1,000 ,671**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 30 30
Status Andropause2 Correlation Coefficient ,671** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).