hubungan antara dukungan sosial dan kecerdasan …repository.radenintan.ac.id/10991/1/cover - bab i...

55
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh NANDANG ASMARANI NPM. 1431080108 Program Studi :Psikologi Islam FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTANLAMPUNG TAHUN 14401 H / 2020 M

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KECERDASAN

    SPIRITUAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA

    KARYAWAN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Pada Fakultas

    Ushuluddin dan Studi Agama

    Oleh

    NANDANG ASMARANI

    NPM. 1431080108

    Program Studi :Psikologi Islam

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    RADEN INTANLAMPUNG

    TAHUN 14401 H / 2020 M

  • ii

    HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL

    DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA KARYAWAN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

    Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

    Oleh:

    Nandang Asmarani

    1431080108

    Program Studi : Psikologi Islam

    Pembimbing 1 : Dr. Idrus Ruslan, M.Ag

    Pembimbing 2: Intan Islamia, S.Si, M.Sc

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    RADEN INTANLAMPUNG

    1441 H/2020 M

  • iii

    ABSTRAK

    HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KECERDASAN

    SPIRITUAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA

    KARYAWAN

    Oleh :

    Nandang Asmarani

    Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur,

    yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan

    batin (konflik). Dukungan sosial merupakan hal yang sangat mungkin dilakukan untuk

    bisa mengurangi dampak kecemasan dalam menghadapi masa pensiun sedangkan

    Peranan kecerdasan spiritual dapat dilihat ketika manusia berhadapan dengan masalah

    eksitensial yaitu saat manusia secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan,

    kekhawatiran atau rasa cemas, masalah masa lalu, akibat penyakit dan kesedihan.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Dukungan Sosial dan

    Kecerdasan Spiritual dengan Kecemasan Menjelang Pensiun. Hipotesis yang diajukanan

    dalam peneliti ialah ada hubungan antara Dukungan Sosial dan Kecerdasan Spiritual

    dengan Kecemasan Menjelang Pensiun.

    Subjek dalam penelitian ini ialah karyawan yang menjelang masa pensiun di

    BKD Bandar Lampung yang berjumlah 115 orang yang dijadikan subjek penelitian

    dengan menggunakan Teknik sampling Simple Random Sampling. penelitian ini

    menggunakan 3 metode pengumpulan data yaitu pertama skala Kecemasan 30 aitem ( α=

    0,875), kedua skala Dukungan Sosial 33 aitem (α= 0,805) dan, ketiga skala Kecerdasan

    Spiritual 34 aitem (α= 0,882). Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan

    menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS 24.0 for windows.

    Data yang dianalisis menunjukan hasil:

    1. Berdasarkan hasil perhitungan nilai rx1-y = -0 ,151 koefisien determinasi (R2) = 0,

    023 dengan p = 0,013 (p > 0,05) yang menunjukan ada hubungan yang negatif antara

    dukungan sosial dengan kecemasan pada pegawai menjelang pensiun. Hasil tersebut

    memberikan sumbangan efektif sebesar 1,90%.

    2. Berdasarkan perhitungan diperolah nili rx2-y = -0,617 koefisien determinasi (R2) =

    0,380 dengan p = 0,000 (p < 0, 001) yang menunjukan Ada hubungan negatif

    signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecemasan menjelang pensiun. Hasil

    tersebut memberikan sumbangan efektif sebesar 37,70%.

    3. Hasil penelitian menujukan nilai Rx1.2-y= 0.692, nilai F= 36.721 dengan signifikansi

    P=0.000 bahwa (P

  • iv

    KEMENTERIAN AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

    LAMPUNG

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA Alamat: Jl. Letkol H. EndroSuratminSukarame Bandar Lampung Telp (0721)703260

    PERSETUJUAN

    Judul Skripsi : Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Kecerdasan

    Spiritual Dengan Kecemasan Menjelang Pensiun Pada

    Karyawan

    Nama : Nandang Asmarani

    NPM : 1431080108

    Jurusan : Psikologi Islam

    Fakultas : Ushuluddin dan Studi Agama

    MENYETUJUI

    Untuk dimunaqosyahkan dan dipertahankan dalam Sidang Munaqosah

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Idrus Ruslan, M.Ag Intan Islamia, M.Sc

    NIP.197101061997031003 NIP.199303182018012002

    Mengetahui,

    Ketua Prodi Psikologi Islam

  • v

    Abdul Qohar, M.Si

    197103122005011005

    KEMENTERIAN AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA Alamat: Jl. Letkol H. EndroSuratminSukarame Bandar Lampung Telp (0721)703260

    PENGESAHAN

    Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Kecerdasan

    Spiritual Dengan Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan. Disusun

    oleh Nandang Asmarani. NPM : 1431080108. Prodi : PSIKOLOGI ISLAM.

    Fakultas : USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA, telah dimunaqosyahkan pada

    hari/tanggal :

    TIM DEWAN PENGUJI

    Ketua : Dr. Shonhaji, M.Ag (............................)

    Sekretaris : Ira Hidayati, S.Psi, MA (............................)

    Penguji Utama : Ahmad Irvan Muzni, M.Psi (............................)

    Penguji I : Dr. Idrus Ruslan, M.Ag (............................)

    Penguji II :Intan Islamia, S.Si, M.Sc (…………………)

    DEKAN

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

    Dr. H. M. Afif Anshori, M. Ag

  • vi

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Transliterasi Arab-Latin digunakan sebagai pedoman yang mengacu pada

    Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987, sebagai berikut :

    1. Konsonan

    Arab Latin Arab Latin Arab Latin Arab Latin

    M م Zh ظ Dz ذ A ا

    R ز B ب

    ع

    (Koma

    terbalik

    di atas)

    N ن

    W و Z س T ت

    H ه Gh غ S س Ts ث

    F ف Sy ش J ج

    ع

    `

    (Apostrof,

    tetapi tidak

    dilambangkan

    apabila

    terletak di

    awal kata)

    Q ق Sh ص H ح

    خ

    Kh ض Dh ك K

    Y ي L ل Th ط D د

    2. Vokal

    Vokal Pendek Contoh Vokal Panjang Contoh Vokal Rangkap

    _

    - - - - - A ََا َجَدل Ȃ ََيَ َسار… Ai

    - -- - -

    I ََي َسِذل Ȋ ََوَ قِي ل… Au

    و

    - - - - - U ََو َذِكز Ȗ ََر يَُجو

  • vii

    3. Ta Marbutah

    Ta marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasroh dan

    dhammah, transliterasinya adalah /t/. Sedangkan ta marbuthah yang mati atau

    mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah /h/. Seperti kata : Thalhah,

    Raudhah, Jannatu al-Na’im.

    4. Syaddah dan Kata Sandang

    Transliterasi tanpa syaddah dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda

    syaddah itu. Seperti kata : Nazzala, Rabbana. Sedangkan kata sandang “al”, baik

    pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyyah maupun syamsiyyah.Contohnya

    : al-Markaz, al-Syamsu.

  • viii

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

    Assalamualaikum Wr Wb

    Yang bertandatangan di bawah ini :

    Nama : Nandang Asmarani

    NPM : 1431080108

    Program Studi : Psikologi Islam

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan

    Antara Dukungan Sosial Dan Kecerdasan Spiritual Dengan Kecemasan

    Menjelang Pensiun Pada Karyawan” merupakan hasil karya peneliti dan bukan

    plagiasi dari karya orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya

    plagiasi, maka peneliti bersedia menerima konsekuensi sesuai aturan yang berlaku

    di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

    Demikian pernyataan ini dengan sebenar-benarnya.

    Wassalamu’alaikum wr.wb

    Bandar Lampung, 2019

    Yang Menyatakan,

    NandangAsmarani

    1431080108

  • ix

    Motto

    Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia

    mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa

    (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami,

    janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan

    Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana

    Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah

    Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri

    ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong

    Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

    (Surat Al-Baqarah ayat: 286)

  • x

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Sujud syukur ku persembahkan pada ALLAH SWT yang maha kuasa,

    berkat dan rahmat detak jatung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan

    yang diberikan-Nya hingga saat ini penulis dapat mempersembahkan skripsi pada

    orang-orang tersayang:

    1. Kedua orang tuaku Bapak Suhendro dan ibu Sri Murniati tercinta yang telah

    membesarkanku dengan penuh kasih sayang, memberikan dukungan apapun

    itu selama itu baik, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.

    Terima kasih buat bapak dan ibu.

    2. Adikku tersayang Rizkya Wiqi Armanda yang selalu memberikan semangat

    dan doa untuk kakaknya tersayang ini.

    3. Sahabat-sahabat (kost’an squad), mbak Langen, mbak Eka, mbak Dea, Ikhsani,

    yang selalu memberikan doa, serta menghiburku ketika sedang sedih dan

    bingung. Mensuportaku, menasehatiku. Mbak Langen yang sering menjadi

    tempat curhatku, dan yang sering mengingatkan untuk shalat tepat waktu.

  • xi

    RIWAYAT HIDUP

    Nama lengkap Nandang Asmarani, dilahirkan di Segala Mider pada tanggal 07

    Agustus 1996. Anak pertama dari dua bersaudara, dengan ayah yang bernama

    Suhendro dan ibu yang bernama Sri Murniyati. Untuk pertama kali menempuh

    pendidikan di:

    1. TK ABA Segala Mider, Lulus tahun 2002

    2. SDN 2 Segala Mider, Lulus tahun 2008

    3. SMP Islam Tias Bangun, Lulus tahun 2011

    4. Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Pubian, Lulus tahun 2014

    Pada tahun 2014 terdaftar sebagai salah satu mahasiswa pada program S1

    Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Universitas Islam Negeri

    Raden Intan Lampung.

  • xii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah

    SWT. yang telah memberikan segala kenikmatan dan karunia-Nya sehingga

    peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memenuhi

    gelar Sarjana Psikologi.

    Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari bahwa skripsi

    yang ditulis ini masih jauh dari kata kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang

    membangun sangat dibutuhkan untuk kedepannya. Selain itu, terselesaikannya

    penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dari pihak-pihak yang

    turut serta dalam memberikan dukungan secara moril maupun materil. Oleh

    karena itu, dengan segala hormat peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri., M.Ag., selaku Rektor UIN Raden Intan

    Lampung.

    2. Bapak Dr. M. Afif Anshori, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

    dan Studi Agama.

    3. Bapak Abdul Qohar,M.Si ., selaku ketua Prodi Psikologi Islam Fakultas

    Ushuluddin dan Studi Agama, serta Ibu Annisa Fitriani, S.Psi., MA selaku

    sekretaris Prodi Psikologi Islam yang telah memberikan arahan serta

    informasi penting dalam hal perkuliahan.

    4. Bapak Dr. Idrus Ruslan,M. Ag selaku Pembimbing I yang sudah

    meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti ditengah padatnya

    pekerjaan beliau.

  • xiii

    5. Ibu Siti Badiah, .selaku Pembimbing Akademik yang sudah meluangkann

    waktunya untuk membimbing peneliti ditengah padatnya pekerjaan beliau.

    6. Ibu Intan Islamia, M.Sc selaku Pembimbing II yang telah memberikan

    waktu untuk membimbing, memberikan motivasi, nasihat, dan do’a

    kepada peneliti sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini.

    7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden

    Intan Lampung.

    8. Temanku Langen Puspitwati, S.Pd, Mutiara Selly, S.Psi, Indar Nuryati,

    S.Psi, dan Heti Sulasih, S.Psi tercinta yang sudah membantu dan

    mendukung peneliti dalam mengerjakan skripsi.

    9. Rekan-rekan jurusan psikologi angkatan 2014 terutama psikologi kelas B

    yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu.

    10. Bapak Muzami Ali selaku Kepala Bagian Kepegawaian Kantor BKD

    Bandar Lampung yang sudah membantu dalam penelitian.

    Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari

    Allah SWT.Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan

    dalam penyusunan skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak yang memerlukan,.AMIN.

    Bandar Lampung, 2019

    NandangAsmarani

    1431080108

  • xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

    ABSTRAK ........................................................................................................ iii

    HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v

    PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... vi

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .............................................. viii

    MOTTO ............................................................................................................ ix

    HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ x

    RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... xi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xv

    DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. ...................................................................................................... La

    tar Belakang ............................................................................................ 1

    B. ....................................................................................................... Tu

    juan Penelitian ....................................................................................... 10

    C. ....................................................................................................... M

    anfaat Penelitian .................................................................................... 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. ...................................................................................................... Ke

    cemasan ................................................................................................. 12

  • xv

    B. ....................................................................................................... D

    ukungan Sosial ...................................................................................... 16

    C. ....................................................................................................... Ke

    cerdasan Spiritual .................................................................................. 21

    D. ...................................................................................................... H

    ubungan Dukungan Sosial Dan Kecerdasan Spiritual Dengan Kecemasan

    Menjelang Pensiun Pada Karyawan ...................................................... 27

    E. ....................................................................................................... Ke

    rangka Berpikir...................................................................................... 29

    F. ....................................................................................................... Hi

    potesis .................................................................................................... 30

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. ...................................................................................................... Id

    entifikasi Variabel Penelitian ................................................................ 31

    B. ....................................................................................................... De

    finisi Operasional Variabel Penelitian .................................................. 31

    C. ....................................................................................................... Su

    bjek Penelitian ....................................................................................... 32

    D. ...................................................................................................... M

    etode Pengumpulan Data....................................................................... 34

    E. ....................................................................................................... Va

    liditas dan Rehalibilitas ......................................................................... 38

    F. ....................................................................................................... M

    etode Analisis Data ............................................................................... 39

    BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. ...................................................................................................... Or

    ientasi Kancah dan Persiapan Penelitan ................................................ 40

  • xvi

    B. ....................................................................................................... La

    poranPelaksanaan Penelitian ................................................................. 52

    C. ....................................................................................................... Ha

    sil Penelitian .......................................................................................... 54

    D. ...................................................................................................... Pe

    mbahasan ............................................................................................... 65

    BAB V PENUTUP

    A. ...................................................................................................... Ke

    simpulan ................................................................................................ 72

    B. ....................................................................................................... Sa

    ran .......................................................................................................... 73

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel

    Tabel. 1 Karyawan yang akan memasuki batas usia pensiun tahun 2020

    ........................................................................................................................... 34

    Tabel. 2 Blue Print Skala Kecemasan Menjelang Pensiun ............................... 35

    Tabel. 3 Blue Print Skala Dukungan Sosial ...................................................... 36

    Tabel. 4 Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual ................................................ 37

    Tabel. 5 Rancangan Skala Kecemasan sebelum tryout ..................................... 45

    Tabel. 6 Rancangan Skala Dukungan sosial sebelum tryout ............................ 46

    Tabel. 7 Rancangan Skala Kecerdasan spiritual sebelum tryout ..................... 46

    Tabel. 8 Distribusi Aitem Skala Kecemasan, valid dan gugur ........................ 48

    Tabel. 9 Distribusi Aitem Skala Dukungan sosial, valid dan gugur ................. 49

    Tabel. 10 Distribusi Aitem Skala Kecerdasan spiritual, valid dan gugur ......... 50

    Tabel. 11 Sebaran Aitem Skala Kecemasan ..................................................... 51

    Tabel. 12 Sebaran Aitem Skala Dukungan Sosial ............................................ 51

    Tabel. 13 Sebaran Aitem Skala Kecerdasan Spiritual ...................................... 52

    Tabel. 14 Deskripsi data penelitian ................................................................... 54

    Tabel. 15 Kategorisasi Kecemasan ................................................................... 56

    Tabel. 16 Kategorisasi Dukungan sosial ........................................................... 57

    Tabel. 17 Kategorisasi Kecerdasan spiritual ..................................................... 57

    Tabel. 18 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 59

    Tabel. 19 Hasil Uji Linieritas ............................................................................ 60

    Tabel. 20 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis ........................................................ 61

    Tabel. 21 R-Square............................................................................................ 63

    Tabel. 22 Sumbangan efektif dan sumbangan relative ..................................... 64

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    Lampiran 1. Skala uji coba Kecemasan, dukungan sosial dan kecerdasan

    spiritual

    Lampiran 2. Distribusi data uji coba

    Lampiran 3. Validitas dan reliabilitas hasil uji coba ketiga skala

    Lampiran 4. Skala kecemasan, dukungan sosial, kecerdasan spiritual untuk

    penelitian

    Lampiran 5. Distribusi data hasil peneltian

    Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian

    Lampiran 7. Uji Asumsi

    Lampiran 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

    Lampiran 9. Surat Perizinan

    Lampiran 10. Kartu konsultasi

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar

    Gambar 1 Bagan Hubungan VB1 dan VB2 dengan VT .................................33

  • xx

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Bekerja merupakan aktivitas dasar manusia dewasa dan merupakan

    bagian inti dari kehidupan, bekerja dapat memberikan kegairahan, kegembiraan

    dan memberi arti tersendiri bagi manusia, sehingga kerja memberikan makna dan

    semangat hidup kepada orang dewasa, Kartono (2000). Manusia bekerja tidak

    hanya untuk mendapatkan upah, tetapi juga untuk mendapatkan kesenangan

    karena dihargai oleh orang-orang dalam lingkungannya. Bekerja juga menjadi

    kegiatan sosial yang memberikan respek atau penghargaan, status sosial dan juga

    pretise sosial yang merupakan tiga unsur terpenting bagi kesejahteraan lahir batin

    manusia dalam menegakkan martabat dirinya menurut Kartono (2000).

    Tidak selamanya manusia akan bekerja. Pensiun merupakan masa

    diberhentikan seseorang dalam suatu pekerjaan. Pensiun adalah proses pemisahan

    manusia darii pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seorang

    mendapatkan gaji. Atau dengan kata lain pensiun berarti berhentinya seseorang

    dari pekerjaannya dan memulai peran baru dalam kehidupannya menurut Turner

    & Helms (1987).

    Saat pensiun berarti seseorang memasuki fase baru kehidupannya berupa

    status baru sebagai seorang yang terlepas dari beban tanggung jawab pekerjaan.

    Menurut Nabar (2009), masa pensiun adalah berhentinya seseorang dari

    pekerjaanya yang selama ini ia tekuni dan menjadi sumber hidup bagi

    keluarganya, serta tidak lagi bekerja ditempat itu untuk selama-lamanya.

  • 2

    Sementara Hurlock (1980), menyatakan bahwa pensiun merupakan akhir pola

    hidup atau transisi ke pola hidup baru. Pensiun selalu menyangkut perubahan

    peran, perubahan keinginan dan nilai dan perubahan secara keseluruhan terhadap

    pola hidup setiap individu.

    Hurlock(1980), menjadi tua pada manusia adalah hal yang pasti terjadi

    dan tidak dapat dihindari, dalam setiap periode perkembangan yang dijalankan

    oleh manusia terdapat peristiwa-peristiwa yang mencerminkan adanya proses

    transisi tidak jauh berbeda dengan masa pubertas yang merupakan masa transisi

    masa kanak-kanak ke masa remaja kemudian dewasa, usia dewasa tengah juga

    merupakan masa transisi, bagi orang yang berada dalam usia setengah baya atau

    yang disebut dewasa madya, transisi dapat diartikan sebaga penyesuaian diri

    terhadap suatu perubahan, diantaranya: perubahan fisik, perubahan mental,

    perubahan minat, dan perubahan sosial.

    Secara umum kecemasan yang dirasakan oleh seseorang yang akan

    memasuk masa pensiun ialah dikarenakan perubahan sosial, seperti kecemasan

    mengena identitas sosial, perasaan takut diasingkan, cemas karena merasa tidak

    mampu bersosialisasi lebih luas, dan perasaan takut akan kehilangan rekan-rekan

    kerja. (Flechter & Hansson 1991). Berdasarkan wawancara yang dilakukan

    peneliti pada seorang karyawan, peneliti memperoleh keterangan bahwa ada

    sebagian karyawan mengeluhkan sering cemas dengan sesuaitu yang belum pasti

    terjadi, cemas mengenai keuangan, merasa masih banyak tanggungan, merasa

    bekerja dalam tekanan dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya,

  • 3

    selain itu juga sebagian dari mereka mengkhawatirkan aktivitas yang akan mereka

    jalankan setelah pensiun karena belum ada gambaran untuk berwirausaha.

    Kecemasan menghadapi pensiun biasanya berhubungan dengan masalah

    kesehatan, ekonomi, status sosial dan aktivitas yang akan dilakukan di masa yang

    akan datang ada karyawan yang bisa menerima masa pensiun itu dengan lapang

    dada, bahkan mereka merasa bahagia karena bisa beristirahat dari pekerjaan yang

    selama ini selalu dikerjakan setiap hari, ada juga karyawan yang tidak bisa

    menerima masa pensiunnya, sehingga mereka akan mengalami kecemasan di

    dalam dirinya. (Sutaryo 2007).

    Danar (2014) kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi

    yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalam tekanan

    perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Selain itu ia membagi

    kecemasan yang menjadi dua, gejala fisiologis dan gejala psikologis. Kecemasan

    secara fisiologis meliputi : (a) Pencernaan menjadi tidak teratur (b) Detak jantung

    bertambah cepat (c) Pusing (d) Tidur tidak nyenyak/insomnia (e) Nafsu makan

    hilang (f) Sesak nafas (g) Ujung-ujung jari terasa dingin (h) Keringat bercucuran.

    Sedangkan kecemasan secara psikologis meliputi: (a) Adanya perasaan takut (b)

    Perasaan akan ditimpa bahaya atau kecelakaan atau perasaan khawatir (c) Tidak

    mampu memusatkan perhatian (d) Tidak berdaya/rendah diri (e) Hilang

    kepercayaan dir (f) Tidak tenteram/gelisah (g) Perasaan bingung.

    Budiarta (2014), Sebelum masa pensiun terjadi, dalam keseharian mereka

    memiliki aktivitas dengan jadwal kerja yang dihormati bawahan, secara garis

    besar ada tiga sikap ataupun reaksi yang umumnya dikeluarkan seseorang, yaitu

  • 4

    (1) menerima, (2) terpaksa menerima dan (3) menolak. Disebutkan dalam Al-

    qur’an surah Al-Imran ayat 160:

    َ َََ َ ََ َ ََ ََ ََ َََ َ

    َ ََََ

    Artinya:

    “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan

    kamu, jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah

    gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah tu?Karena tu

    hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal”

    Tafsir dari surat diatas yaitu ayat sebelumnya diakhiri dengan perintah

    bertawakal kepada yang sebelumnya telah didahului oleh aneka upaya manusia.

    Bila Allah mendukung kalian dengan pertolongan-Nya, seperti yang terjadi dalam

    perang Badar, tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian. Dan apabila Dia

    menarik pertolongan-Nya dari kamu semua, karena tidak menyiapkan syarat-

    syarat kemenangan, seperti yang terjadi pada perang Uhud, maka tidak akan ada

    penolong bagi kamu semua. Hanya kepada Allahlah orang-orang Mukmin boleh

    bersandar dan menyerahkan urusan. (Shihab,2012)

    Kemudian dalam surat selanjutnya yaitu tentang sabar menghadapi segala

    cobaan yang diberikan Allah. Surat tersebut yaitu QS. Al-Baqarah: 155

    https://risalahmuslim.id/kamus/pertempuran-badarhttps://risalahmuslim.id/kamus/syarathttps://risalahmuslim.id/kamus/syarathttps://risalahmuslim.id/kamus/pertempuran-uhudhttps://risalahmuslim.id/kamus/mukmin

  • 5

    َ ََ َ َََ َ َ ََ َ

    َََ

    Artinya :

    “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,

    kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita

    gembira kepada orang-orang yang sabar”

    Tafsir dari surat diatas yaitu kehidupan manusia memang penuh cobaan.

    Sabar adalah perisai dan senjata orang-orang beriman dalam menghadapi beban

    dan tantangan hidup. Itulah ujian yang akan kalian hadapi berupa perasaan takut

    pada musuh, kelaparan, kekurangan bekal, harta, jiwa dan buah-buahan.

    Tidak ada yang melindungi kalian dari ujian-ujian berat itu selain jiwa kesabaran.

    Maka sampaikanlah, wahai Nabi, berita sukacita yang menggembirakan kepada

    meraka yang bersabar dengan hati dan ucapanmu (Shihab, 2012)

    Menurut Santi & Muhammad (2013) dukungan sosial merupakan hal yang

    sangat mungkin dilakukan untuk bisa mengurangi dampak kecemasan dalam

    menghadapi masa pensiun. Peran dukungan sosial dari orang - orang terdekat,

    masyarakat dan lingkungan sosial. Sarafino (1994) menggambarkan dukungan

    sosial sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang

    diterima individu dari orang lain maupun kelompok.

    Taylor (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat melindungi jiwa

    seseorang akibat tekanan dan cemas, dengan kata lain dukungan sosial akan dapat

    menurunkan kecenderungan munculnya hal-hal yang dapat memicu kecemasan.

    Selain itu menurut snawat & Suharyadi (2013) menyatakan bahwa dukungan

  • 6

    sosial yang diberikan oleh orang terdekat (significant others) berupa perhatian,

    emosi, bantuan instrumental, pemberian informasi dan penilaian diri kepada

    individu yang mengahadapi masa pensiun dapat mengubah presepsi kecemasan

    dan ketakutan serta kekhawatiran individu tersebut dalam menghadap masa

    pensiun.

    Lingkungan sosial yang positif dan mendukung juga dapat membantu

    individu yang menghadap masa pensiun dengan mempengaruh keuntungan

    emosional indvidu sehingga juga berperan dalam merubah presepsi individu

    menghadap pensiun secara positif (Isnawat & Suharyadi, 2013). Individu yang

    mempunyai dukungan sosial yang tinggi lebih optimis dalam menghadap situasi

    kehidupannya saat ini maupun masa depannya. Tersedianya dukungan sosial

    dapat membantu individu menemukan jalan keluarnya dari masalah yang

    dihadapi.

    Menurut Saronson dkk (Shinta, 1995) dukungan sosial memiliki peranan

    penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Individu yang memiliki

    dukungan sosial yang lebih kecil, lebih memungkinkan mengalami konsekuensi

    psikis yang negative. Keuntungan individu yang memperoleh dukungan sosial

    yang tinggi akan menjadi individu lebih optimis dalam menghadap kehidupan saat

    ini maupun dimasa yang akan datang, lebih terampil dalam memenuh kebutuhan

    psikologi dan memilik sistem yang lebih tinggi, serta tingkat kecemasan yang

    lebih rendah.

    Menurut Zohar & Marshall (2000) selain faktor eksternal juga terdapat

    faktor internal dari dalam diri yaitu menjelaskan kecerdasan spiritual adalah

  • 7

    kecerdasan untuk menghadap dan memecahkan persoalan hidup, yaitu kecerdasan

    untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih

    luas. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk dapat

    memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, kecerdasan

    spiritual memfasilitasi suatu dialog antara akal dan emosi, antara pikiran dan

    tubuh, serta menyediakan titik tumpu bagi pertumbuhan dan perubahan (Dincer,

    2007). Peranan kecerdasan spiritual dapat dilihat ketika manusia berhadapan

    dengan masalah eksitensial yaitu saat manusia secara pribadi merasa terpuruk,

    terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran atau rasa cemas, masalah masa lalu, akibat

    penyakit dan kesedihan (Zohar & Marshall, 2000).

    Menurut Sinetar (2000), kecerdasan spiritual merupakan pikiran yang

    mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan

    ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya seseorang yang

    memilik kecerdasan spiritual yang tinggi akan mempunyai manfaat yaitu

    menjadikan orang lebih kreatif, mampu mengatas masalah dalam hidup yang

    mengakibatkan depresi, dapat menyatukan hal –hal yang besifat intrapersonal dan

    interpersonal.

    Selain itu kecerdasan spiritual juga menjadikan manusia yang apa adanya

    dan memberi potensi untuk terus berkembang. Kecerdasan spiritual dapat

    digunakan saat menghadap masalah krisis yang membuat kita merasa kehilangan

    keteraturan diri dan mampu menghadap pilihan dan realitas yang ada dan untuk

    mencapai kematangan pribadi (Zohar & Marshall, 2007). Dengan terus berpikir

    positif terhadap masalah hidup, maka bukan suatu hal yang mustahil bila segala

  • 8

    problematika hidup dapat teratasi, karena kecerdasan spiritual dapat menjadi

    acuan sikap hidup yang arif dan bijaksana secara spiritual.

    Solinge (2007), dalam penelitiannya menambahkan bahwa ketika individu

    mengalam pensiun, kesehatan cenderung menurun akibat dari pensiun. Penolakan

    terhadap masa pensiun umumnya terjadi karena seseorang takut tidak dapat

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Penolakan terhadap masa pensiun

    sering kali memicu masalah-masalah tertentu. Hamidah (2004), dalam

    penelitiannya mengungkapkan bahwa dari 30 pensiunan yang diteliti, terdapat

    46,6% peserta yang mengalam cemas dengan kategori tinggi. Kondisi seperti ini

    muncul ketika seseorang tidak mampu menerima kondisi pensiun dengan baik,

    sehingga muncullah gangguan psikologis dan ketidaksehatan mental seperti

    cemas, stress dan bahkan depresi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Holmes & Rahe (2006) mengungkapkan

    bahwa pensiun menempat rangking 10 besar untuk posisi stress. Dengan

    memasuki masa pensiun sesorang akan kehilangan peran sosialnya di masyarakat,

    prestise, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan berubah juga karena

    kehilangan peran. Banyak orang yang sebelum pensiun sudah jatuh sakit dan

    meninggal dunia karena tidak mampu menghadap kenyataan bahwa dirinya akan

    meninggalkan pekerjaan untuk selamanya (Nabari, 2009).

    Menurut hasil penelitian Widiastut (2008) menunjukkan bahwa pada

    umumnya seseorang mengalami kecemasan adalah karena ketidakpastian

    karyawan dalam menghadap pensiun yang disebabkan masih banyaknya

    tanggungan yang harus diselesaikan, pada kenyataannya banyak orang yang

  • 9

    mengalam ketakutan akan pensiun perasaan inilah yang akhirnya menimbulkan

    kecemasan pada seseorang yang akan mengalami pensiun. Suardiman (2011)

    mengatakan bahwa kehadiran masa pensiun sering dipandang sebagai masalah,

    bahkan musibah.

    Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Moen (2002) dari Cornel

    University ( dalam Danar (2014) menunjukkan bahwa wanita yang baru pensiun

    cenderung mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang

    sudah lama pensiun atau bahkan yang masih bekerja, terutama jika sang suami

    masih bekerja. Selain itu, pria yang baru pensiun cendrung lebih banyak

    mengalami konflik perkawinan dibandingkan dengan yang belum pensiun

    (Anggorowati & Purwadi, 2007). Fakta-fakta di atas tersebut dapat dikatakan

    merupakan manifestasi dari kecemasan.

    Berdasarkan survey penelitian dengan menggunkan teknik wawancara

    kepada 5 subjek yang dilaksankan pada tanggal 1 juli 2019 di BKD Pemerintah

    Kota Bandar Lampung ditemukan bahwa terdapat beberapa karyawan yang akan

    memasuk masa pensiun merasa gelisah, dan cemas terhadap pekerjaan apa yang

    akan dia lakukan setelah pensiun, peneliti juga menemukan banyaknya karyawan

    yang akan memasuki masa pensiun sehingga hal tersebut yang membuat peneliti

    tertarik untuk melakukan penelitian pada karyawan di BKD (Badan kepegawaian

    Daerah) Pemeritah Kota Bandar Lampung, dengan sehingga rumusan masalah

    dalam penelitian ini ialah “ Apakah Ada Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan

    Kecerdasan Spiritual Dengan Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan”?.

  • 10

    B. Tujuan Penelitian

    1. Untuk Mengetahui Hubungan antara Dukungan Sosial Dengan

    Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan BKD Kota

    Bandar Lampung.

    2. Untuk Mengetahui Hubungan antara Kecerdasan Spiritual Dengan

    Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan BKD Kota

    Bandar Lampung.

    3. Untuk Mengetahui Hubungan antara Dukungan Sosial Dan

    Kecerdasan Spiritual Dengan Kecemasan Menjelang Pensiun

    Pada Karyawan BKD Kota Bandar Lampung

    C. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

    perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan, psikologi

    sosial, psikologi industri dan organisasi mengenai hubungan antara dukungan

    sosial dan kecerdasan spiritual dengan kecemasan menjelang pensiun pada

    karyawan yang dapat di sajikan sebaga referensi bagi penelitian selanjutnya,

    khususnya yang meneliti masalah kecemasan.

  • 11

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    informasi atau masukan pada pihak instansi yang berkaitan dengan

    kecemasan menjelang pensiun pada karyawan, agar karyawan dapat

    diberikan pemahaman menganai kecemasan menjelang pensiun sehingga

    sumber kecemasan dapat dikelola dengan baik.

    b. Bagi subjek penelitian, penelitian ini diharapkan dapat membantu

    karyawan untuk mampu mengelola kecemasan menjelang pensiun dengan

    baik dengan berkumpul kepada keluarga dan mendekatkan diri kepada

    Tuhan

    c. Bagi peneliti selanjutnya

    Jika hipotesis penelitian ini terbukti, maka untuk penelitian berikutnya

    diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian yang akan datang,

    khusunya yang meneliti tentang kecemasan menjelang pensiun.

  • 12

  • 13

    13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kecemasan Menjelang Pensiun

    1. Definisi Kecemasan Menjelang Pensiun

    Seorang karyawan yang akan memasuki masa pensiun dapat mengalami

    kecemasan. Kecemasan ini muncul karena individu tersebut mengalami masa

    transisi aktif bekerja menjadi tidak bekerja sehingga menimbulkan perasaan tidak

    berguna bagi lingkungan sekitarnya. Menurut Helmi (2007) kehilangan rutinitas

    bekerja membuat mereka bingung sehingga tidak tau apa yang harus dikerjakan,

    kemudian masih ditambah lagi dengan kehilangan rekan-rekan kerja dan status

    sosial yang selama ini dibangga-banggakan serta berkurangnya penghasilan yang

    diperoleh. Perubahan yang drastis seperti itu akan membuat individu merasa tidak

    nyaman dan tidak menyenangkan sehingga menimbulkan munculnya kecemasan

    menjelang masa pensiun.

    Kecemasan akan lebih terasa pada karyawan yang memilik anak lebih dari

    dua orang serta menjadi satu-satunya tumpuan dalam keluarganya jika

    dibandingkan dengan karyawan yang hanya memilik satu orang anak. Perbedaan

    tingkat kecemasan juga dapat dilihat pada karyawan yang status istrinya bekerja

    dibandingkan dengan karyawan yang istrinya tidak bekerja, hal ini menjelaskan

    bahwa faktor pencetus kecemasan menjelang pensiun antara karyawan yang satu

    dengan yang lain karyawan yang lain berbeda.

    Kecemasan menjelang pensiun adalah keadaan berupa was-was, gelisah,

    takut, khawatir, dan tegang juga diserta kelelahan fisik yang dialami oleh individu

  • 14

    yang akan menghadapi pemutusan hubungan kerja karena terlalu mencapai batas

    usia tertentu. (Prasojo, 2011)

    2. Aspek –Aspek Kecemasan Menjelang Pensiun

    Aspek dari kecemasan menurut Ghufron dan Rini (2014) terdiri dari tiga

    aspek:

    a. Fisiologis, aspek fisiologis merupakan reaksi yang ditampilkan oleh tubuh

    terhadap sumber kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem syaraf

    yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh sehingga timbul

    reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih cepat, nafsu makan berkurang,

    sulit tidur, kepala pusing, banyak berkeringat.

    b. Emosional, aspek emosional merupakan kekhawatiran yang berpengaruh

    terhadap persaan seseorang, sepertii perasaan keprihatinan, ketegangan,

    sedih, gelisah, takut, khawatir, mencela diri sendiri atau orang lain.

    c. Kognitif, aspek kognitif merupakan kekhawatiran yang berpengaruh

    terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga dalam memecahkan masalah

    dan mengatasi tuntutan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, ketika

    seseorang sedang cemas menghadapi pensiun maka akan mengalami

    kesulitan berpikir rasional dalam mengambil keputusan.

    3. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Menjelang Pensiun

    Sedangkan menurut Brill dan Hayes (1981) beberapa faktor yang

    menyebabkan kecemasan ketika menghadap pensiun yaitu :

    A. Menurunnya pendapatan atau penghasilan, termasuk di dalamnya adalah

    hilangnya tunjangan, fasilitas dan masih adanya anak-anak yang belum

  • 15

    mandiri yang membutuhkan biaya atau masih adanya tanggungan

    keluarga.

    B. Hilangnya status, baik status jabatan atau pekerjaan maupun status

    sosialnya, termasuk di dalamnya adalah hilangnya wewenang,

    penghormatan orang lain atas kemampuannya, dan pandangan masyarakat

    atas kesuksesannya.

    C. Berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja. Kerja memberikan

    kesempatan untuk bertemu orang-orang baru dan mengembangkan

    persahabatan, namun dengan tibanya masa pensiun hal ini kurang bisa

    dilakukan karena kondisi fisik dan ekonom yang tidak memungkinkan

    sehingga tidak berhubungan seperti dulu.

    D. Datangnya masa tua yaitu terutama menurunnya kekuatan fisik yaitu suatu

    perubahan pada sel-sel tubuh karena proses menua yang mempengaruh

    turunnya kekuatan dan tenaga.

    Menurut Spielberger (2006), menyebutkan bahwa ada 5 (lima) faktor yang

    mempengaruhi terjadinya kecemasan menjelang pensiun, yaitu :

    1. Evaluated situation, adanya situas yang mengancam secara kognitif

    sehingga ancaman ini menimbulkan kecemasan seperti adanya isu-isu atau

    gosip yang berkaitan dengan masa pensiun, pemberian negative yang

    berhubungan dengan perkembangan karir seseorang yang akan

    menghadapi masa pensiun.

    2. Perception of situation, munculnya berbagai persepsi akan situasi tersebut

    situasi mengancam diberikan penilaian oleh individu, biasanya penilaian

  • 16

    ini mempengaruh sikap dan pengalaman individu yang diserta dengan

    adanya kecurangan akan kemungkinan terjadiinya hal-hal yang buruk dan

    kewaspadaan terhadap situasi tertentu. Seperti penilaian individu bahwa

    saat mereka menghadapi masa pensiun, merupakan pertanda dia sudah

    tidak berguna lagi dan tidak dibutuhkan lagi karena usia tua dan

    produktivitasnya makin menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi

    institusi tempat mereka bekerja.

    3. Anxiety state of reaction, individu menganggap bahwa situasi ada situasi

    berbahaya maka kecemasannya akan timbul, kompleksitas respon dikenal

    sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan respon fisiologis pada

    seseorang yang akan memasuk usia pensiun seperti denyut jantung

    bertambah cepat dan naiknya tekanan darah.

    4. Cognitive reaprasial follow, individu kemudian menilai kembali persepsi

    mengenai masa pensiun tersebut, hal ini dilakukan dengan bentuk

    pertahanan diri (defence menchanism) yang sesuai dengan meningkatnya

    aktivitas kognisi seperti mengatasi rasa khawatir, panik, mencoba untuk

    tenang atau mencari cara untuk mengatasi meningkatnya aktivitas motorik

    seperti gemetar, gugup, mondar - mandir tidak tenang.

    5. Coping, individu mencari jalan keluar dengan menerapkan salah satu

    bentuk pertahanan diru (defence mechanism) yang sesuai seperti

    menggunakan represi, proyeks atau dapat juga dengan cara rasionalisasi.

  • 17

    Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan faktor yang

    mempengaruh kecemasan yaitu adanya penurunan pendapatan, hilangnya status,

    berkurangnya interaksi sosial dan datangnya masa tua.

    B. Dukungan Sosial

    a. Definis Dukungan sosial

    House dan Kahn (1985) mengatakan dukungan sosial adalah tindakan

    yang bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan

    instrumen dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi

    permasalahannya. Sarason dkk (1983) mengartikan dukungan sosial sebaga ada

    atau tidaknya seseorang yang dapat membantu, sebagai individu mengetahui

    bahwa dirinya dihargai dan dicintai.

    Ganster, dkk (1986) mengemukakan bahwa dukungan sosial secara luas

    didefinisikan dengan tersedianya hubungan yang bersifat menolong dan

    mempunyi nilai khusus bagi individu yang menerimanya. Sedangkan dukungan

    sosial menurut Shinta, (1995) adalah pemeberian informasi baik secara verbal

    maupun non verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari

    hubungan seseorang yang akrab atau hanya disimpulkan dari keberadaan mereka

    yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai sehingga dapat

    menguntungkan bagi kesejateraan individu yang menerima.

    Sarafino (1994) menggambarkan dukungan sosial sebaga suatu

    kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari

    orang lain maupun kelompok. Dalam pengertian lain disebutkan bahwa dukungan

    sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya bahwa

  • 18

    dirinya dicintai, diperlihatkan dan merupakan bagian dari kelompok sosial, yaitu

    keluarga, rekan kerja teman dekat.

    Siegel (dalam Taylor, 1997) mengemukakan, dukungan sosial sebagai

    informasi dari orang lain menunjukkan bahwa ia dicintai dan diperlihatkan,

    memiliki harga diri dan diharga serta merupakan bagian darii jaringan komunikasi

    dan kewajiban bersama. Sementara dukungan sosial didefinisikan oleh Gottliebi

    (dalam Kuntjoro, 2002), sebagai informasi verbal dan nonverbal, bantuan yang

    nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan

    subjek didalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang

    dapat memberiikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku

    penerimaannya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan secara

    emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang

    menyenangkan pada dirinya.

    Baron dan Byrney (2004) mendefinisikan dukungan sosial sebagai

    kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan keluarga

    individu tersebut.

    Berdasarkan beberapa pengertian berikut, dapat disimpulkan dukungan

    sosial adalah suatu dorongan atau bantuan nyata seperti kenyamanan, perhatian,

    penghargaan, serta hal-hal yang dapat memberikan keuntungan yang diberikan

    oleh orang-orang disekitar individu (pasangan, teman dekat, tetangga, saudara,

    anak, keluarga, dan masyarakat sekitar) kepada individu yang sedang mengalami

    kesulitan, agar individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan, diharga dan dinilai.

  • 19

    b. Aspek-Aspek Dukungan Sosial

    Menurut Sarafino (1994) dukungan sosial terdiri dari empat aspek, yaitu:

    a. Dukungan emosional

    Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian

    terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman,

    dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti

    memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan

    keluh kesah orang lain.

    b. Dukungan penghargaan

    Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju

    dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang

    lain.

    c. Dukungan instrumental

    Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang

    berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-

    tugas tertentu.

    d. Dukungan informasi

    Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran,

    pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan

    persoalan.

    Aspek -aspek yang meliputi dukungan sosial dikemukakan oleh House & Kahn

    (1985), antara lain :

  • 20

    1. Dukungan Emosional yaitu dukungan dari orang sekitar dalam bentuk

    penghargaan, kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan perasaan

    didengarkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi baik masalah

    pribadi atau masalah yang berkaitan dengan pekerjaan

    2. Dukungan informasional yaitu dukungan yang diterima individu

    dalam bentuk informasi, nasihat, sugesti, arahan langsung dan saran

    yang berguna untuk mempermudah seseorang dalam menjalan hidup

    3. Dukungan Penilaian yaitu dukungan yang diterima individu dalam

    bentuk penilaian, umpan balik dan perbandingan sosial dalam upaya

    mendukung perilaku nya dalam kehidupan social.

    4. Dukungan instrumental yaitu dukungan yang diterima individu

    melalui waktu, uang, alat, tenaga dan modifikas lingkungan yang

    tersedia untuk menolong individu

    Menurut Cohen dan Will (1985), aspek-aspek dukungan sosial adalah:

    1. Aspek struktural, yaitu hubungan sosial individu. Seperti status

    perkawinan dan banyaknya teman. Dukungan struktural menyangkut

    pengaturan hidup, frekuensi saling kontak, partisipasi dalam aktivitas

    sosial dan jaringan sosial.

    2. Aspek fungsional, yang meliputi kualitas hubungan individu. Seperti

    keyakinan bahwa dirinya mempunyai teman dekat yang siap membantu

    pada saat yang dibutuhkan. Aspek fungsional yang menyangkut dukungan

    emosi, dukungan semangat, dukungan nasehat, informasi atau bantuan

    material.

  • 21

    c. Faktor-Faktor Yang Meliputi Dukungan Sosial

    Faktor –faktor yang meliputi dukungan sosial dikemukakan oleh Brehm dan

    Kassin, (1991) yaitu :

    1. Kontak Sosial

    Kontak sosial dapat dilakukan oleh sejumlah orang, misalnya kontak

    social dalam hubungan suami isteri, hubungan dengan kerabat, atau

    hubungan dengan teman dekat

    2. Hubungan yang berkualitas

    Tersedianya hubungan dengan orang yang dekat akan membuat

    individu terhindari atau dapat mengatas masalah

    3. Tersedianya orang yang membantu

    Tersedianya orang yang membantu pada saat akan dibutuhkan sangat

    berarti sekali. Semakin banyak orang yang dapat membantu maka

    semakin sehatlah individu tersebut

    4. Tersedianya bantuan

    Bantuan yang diterima individu akan mengurang akibat yang

    ditimbulkan oleh stres. Hal in disebabkan terbentuknya keyakinan diri

    dengan keterlibatan lingkungan sosialnya sehingga individu dapat

    menghadapi masalah yang ada bahkan dapat mengatasinya.

    Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa persepsi

    dukungan sosial merupakan ada tidaknya bantuan yang diberikan

    seseorang melalu hubungan interpersonal dengan orang terdekat dem

    kesejahteraan manusia

  • 22

    C. Kecerdasan Spiritual

    a. Definis Kecerdasan Spiritual

    Kecerdasan spiritual menurut Zohar & Marshall (2000), adalah kecerdasan

    untuk menghadap dan memecahkan persoalan hidup, yaitu kecerdasan untuk

    menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan lebih

    kaya. Zohar dan Marshal (2007) berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah

    kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan

    kearifan diluar ego atau jiwa sadari. Kecerdasan spiritual menjadiikan manusia

    yang benar-benar utuh secara intelektual, emosi dan spiritual. Kecerdasan

    spiritual adalah kecerdasan jiwa.Kecerdasan spiritual dapat membantu manusia

    menyembuhkan dan membangun dir manusia secara utuh.

    Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual dengan istilah yang

    berbeda tetap dengan makna yang sama. Menurut Sinetar, kecerdasan spiritual

    adalah pikiran yang terinspiras dan mendapatkan dorongan dari the is-ness atau

    penghayatan ketuhanan, yang semua manusia menjadi bagian darinya. Inspirasi

    ini membangkitkan gairah untuk bertindak secara efektif.

    Mujib & Mudzakir (2001) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual

    lebih merupakan konsep yang berhubungan bagaimana seseorang cerdas dalam

    mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas

    kehidupan spiritualnya, kehidupan spiritual disini meliputi hasrat untuk hidup

    bermakna (thewill to meaning) yang memotivas kehidupan manusia untuk

    senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life) dan mendambakan hidup

    bermakna (themeaningful life).

  • 23

    Sukidi (2004), yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual dapat

    mengarahkan ke puncak kearifan spiritual dengan bersikap jujur, toleransi,

    terbuka penuh cinta, dan kasih sayang kepada sesama. Aziz & Mangestut (2006)

    kecerdasan spiritual adalah suatu bentuk kecerdasan dalam memaham makna

    kehidupan yang dicirikan dengan adanya kemampuan yang bersifat internal dan

    eksternal.

    Doe & Walch (2001) menjelaskan dalam bahasa yang lebih sederhana,

    bahwa kecerdasan spiritual adalah dasar bag tumbuhnya harga diri, nilai-nilai,

    moralitas, dan rasa memiliki. Spiritualitas memberi arah dan makna pada

    kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang

    lebih besar dari kekuatan diri manusia, suatu kesadarian yang menghubungkan

    manusia langsung dengan Tuhan, atau apapun yang menjadi sumber keberadaan

    manusia. Spiritual intelligence juga berarti kemampuan individu untuk

    berhubungan secara mendalami dan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia,

    dan dengan hati nuraninya.

    Berdasarkan pengertian berikut, dapat disimpulkan kecerdasan spiritual

    adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan

    dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadari. Kecerdasan spiritual menjadikan

    manusia yang benar-benar utuh secara intelektual, emos dan spiritual. Kecerdasan

    spiritual adalah kecerdasan jiwa. Kecerdasan spiritual dapat membantu manusia

    menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh.

  • 24

    b. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual

    Menurut Zohar dan Marshal (2007), aspek-aspek kecerdasan spiritual

    adalah :

    A. Kemampuan bersikap fleksibel, dapat menempatkan diri dan

    menerima pendapat orang lain secara terbuka.

    B. Tingkat kesadarian diri yang tinggi, seperti kemampuan autocritism

    dan mengerti tujuan serta visi hidupnya.

    C. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,

    kemampuan seseorang dalam menghadapi dan memanfaatkan

    penderitaan dan menjadikan penderitaan yang dialam sebagai motivasi

    untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikemudian hari serta

    tetap tersenyum dan bersikap tenang.

    D. Kemampuan untuk menghadapi dan melampau rasa sakit, kemampuan

    seseoran saat sedang mengalami sakit, dia akan menyadari

    keterbatasan dirinya, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan yakin

    bahwa hanya Tuhan yang akan memberikan kesembuhan serta

    kemampuan untuk menghadap dan melampau rasa sakit ini ditandai

    juga dengan munculnya sikap ikhlas dan pemaaf.

    E. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, kualitas hidup

    seseorang yang didasarkan pada tujuan hidup yang pasti dan

    berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk mencapai

    tujuan tersebut, seperti prinsip dan pegangan hidup dan berpijak pada

    kebenaran.

  • 25

    F. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak diperlukan.

    G. Berfikir secara holistik, kecenderungan untuk melihat keterkaitan

    antara berbagai hal untuk memilik pandangan yang holistik yakni

    mampu untuk berfikir secara logis dan berlaku sesuai dengan norma

    sosial.

    H. Kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk

    mencari jawaban-jawaban yang mendasar, dan memiliki kemampuan

    untuk berimajinasi serta memilik rasa ingin tau yang tinggi.

    I. Menjadi pribadi mandiri, mudah untuk bekerja melawan konvensi

    (adat dan kebiasaan sosial), seperti mau memberi tidak mau menerima

    dan tidak bergantung pada orang lain

    c. Tanda-tanda kecerdasan spiritual

    Adapun Tanda-tanda kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan

    baik (dalam Danar, 2014) antara lain adalah :

    a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).

    b. Tingkat kesadaran yang tinggi. Orang yang mempunyai kecerdasan

    spiritual yang tinggi, akan senantiasa meningkatkan kesadaran dirinya.

    c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

    d. Kualitas hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai.

    e. Menjalankan suatu tindakan penuh dengan tujuan dan harapan.

    f. Keinganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.

    g. Kecenderungan untuk melihat keterkaiatan antara berbagai hal.

  • 26

    h. Kecendrungan nyata untuk bertanya mengapa ? Atau bagaimana jika ?

    Untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.

    d. Faktor yang mempengaruh kecerdasan spiritual

    Menurut Zohar dan Marshall (2007) mengungkapkan ada beberapa

    faktor yang mempengaruh kecerdasan spiritual, yaitu :

    a. Sel saraf otak

    Otak menjadi jembatan antara kehidupan batin dan lahiriah kita. Ia

    mampu menjelaskan semua ini kerena bersifat kompleks, adiptif, dan

    mampu mengorganisasikan diri. Penelitian yang dilakukan pada era

    1990-an dengan menggunakan WEG (Magneto Encepholo Graphy)

    membuktikan bahwa osilasi sel saraf otak pada rentang 40 Hz

    merupakan basis bagi kecerdasan spiritual.

    b. Titik Tuhan

    Dalam penelitian Rama Chandra menemukan adanya bagian dalam

    otak, yaitu lobus temporal yang meningkat ketika pengalaman religious

    atau spiritual berlangsung. Dia menyebutkan sebagai titik tuhan atau

    God Spot. Titik Tuhan memainkan peran biologis yang menentukan

    dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik Tuhan merupakan

    syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu adanya integrasi antara

    seluruh bagian otak, seluruh aspek dari dan seluruh segi kehidupan.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi kecerdasan spiritual adalah nilai-nilai yang muncul dari

    dalam diri sendiri dengan dorongan usaha dan kebenaran juga faktor-

  • 27

    faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual dalam sel saraf otak

    dan titik Tuhan.

    Ramayulis (2002) menuliskan beberapa faktor yang memepengaruhi kecerdasan

    spiritual, antara lain

    1. Faktor jenis kelamin

    Dilihat dari jenis kelamin, wanita lebih cendrung rajin atau tekun

    untuk melakukan ritual keagamaan yang diyakininya, seperti ke tempat

    peribadatan agama dan ritual keagamaan yang lainnya.

    2. Faktor Pendidikan.

    Dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki seseorang akan

    mempengaruhi pemahamannya dalam memahami keyakinan yang

    dimiliki dan mengaktualisasinya

    3. Faktor Psikologis.

    Kepribadian dan kondis mental seseorang itu dapat mempengaruh

    bagaimana kecerdasan spiritulanya

    4. Faktor startifikasi sosial.

    Pengaruh startifikasi sosial terhadap kecerdasan spiritual seseorang

    sesuai dengan kedudukannya di masyarakat

    5. Faktor umur.

    Tingkatan umur seseorang dari anak-anak, remaja, dewasa dan tua akan

    memunculkan tingkah laku yang berbeda-beda dalam mengaplikasikan

    kecerdasan spiritualnya.

  • 28

    D. Hubungan Dukungan Sosial dan Kecerdasan Spiritual dengan Kecemasan Menjelang Pensiun

    Dukungan sosial akan semakin sangat diperlukan pada saat individu

    mempersiapkan diri untuk menghadap datangnya masa pensiun, dimana masalah

    keuangan dan hilangnya kekuasaan menjadi salah satu sumber kecemasan

    menghadap pensiun. Disinilah peran keluarga sangat dibutuhkan oleh individu

    untuk dapat membantu mengurangi ketegangan dan kecemasan dalam menghadap

    pensiun. Pendekatan dalam menghadapi masa pensiun akan semakin bertambah

    sulit apabila perilaku keluarga tidak menyenangkan (Hurlock, 1996).

    Dukungan sosial melindung seseorang dari keadaan yang menegangkan

    atau membuat stres. Apabila dukungan sosial yang diterima cukup maka

    kesehatan fisik dan mental akan baik (Sarafino,1990). Perempuan lebih cenderung

    untuk memberi dan menerima dukungan sosial yang lebih besar dibandingkan

    dengan laki-lak menurut Porter, Marco dkk, (2000). Masa berhent bekerja n dapat

    dijalankan dengan baik apabila individu yang bersangkutan mampu memaham

    tahap perkembangan yang sedang dijalan dan mampu mencapai tugas

    perkembangan yang harus dipenuhi dalam menjalan tahap perkembangan tersebut

    (Erickson, 1989).

    Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk dapat

    memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan

    spiritual dapat menjadi media untuk menjembatani masalah eksitensial, yang

    berkaitan dengan kecemasan menghadap masa pensiun. Masalah eksitensial yakni

    keadaan terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhwatiran, dan masa lalu akibat

  • 29

    penyakit dan kesedihan dalam kehidupan (Zohar & Marshall, 2000). Masalah

    yang tidak dihadap dengan cepat dan fleksibel, akan semakin memperumit

    keadaan yang lambat laun akan berubah menjadi bom waktu apabila tidak segera

    diselesaikan. Pemanfaatan kecerdasan spiritual in telah menjadi media untuk

    menjembatan masalah eksitensial, terkait kecemasan menghadap masa pensiun.

    Dalam penelitian Danar (2014) terdapat hubungan negatif dan sangat

    signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadap masa

    pensiun. Nilai korelasi yang diperoleh dari penelitian ini sebesar -0,734 dengan

    nilai p sebesar 0,000. Hal in menandakan adanya hubungan kearah negatif yang

    sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadap masa

    pensiun. PNS akan memiliki tingkat kecemasan menghadap pensiun yang rendah

    ketika memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

    Kemudian penelitian Fandi & Ika (2016) berdasarkan hasil penelitian,

    maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara

    kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadap pensiun pada karyawan masa

    persiapan pensiun d PTPN VI Unit Usaha Betung. Kecerdasan spiritual

    memberikan sumbangan efektif sebesar 52,4% kepada kecemasan menghadapi

    pensiun pada karyawan masa persiapan pensiun d PTPN VI Unit Usaha Betung,

    sedangkan 47,6% dipengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam

    penelitian ini.

  • 30

    E. Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan tinjauan landasan teor disusun suatu kerangka pemikiran

    seperti disajikan dalam gambar berikut ini :

    Gambar 1

    Bagan Hubungan Dukungan Sosial Dan Kecerdasan Spiritual Dengan

    Kecemasan Menjelang Pensiun.

    Kerangka pemikiran teoritis yang disajikan diatas yaitu terdapat hubungan

    antara dukungan sosial dan kecerdasan spiritual dengan kecemasan. Seseorang

    yang akan memasuki masa pensiun harus mendapatkan dukungan sosial dari

    orang terdekat, keluarga maupun sahabat agar memilik kesiapan saat menjalani

    masa pensiun dengan baik. House dan Kahn (1985), mengatakan dukungan sosial

    adalah tindakan yang bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian

    informasi, bantuan instrumen dan penilaian positif pada individu dalam

    menghadap permasalahannya. Selain dukungan sosial, seorang pensiunan

    Dukungan Sosial

    Aspek-aspek (house & kahn, 1985) :

    1. Dukungan emosional, 2. dukungan penghargaan, 3. dukungan instrumental, 4. dukungan informasi

    Kecerdasan spiritual

    Aspek-aspek (Zohar & Marshall, 2007):

    Bersikap fleksibel,

    Kesadaran tinggi,

    mampu menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,

    mampu menghadapi dan melampaui rasa sakit,

    kualitas hidup yang dialami, enggan untuk kerugian,

    berfikir holistic, berfikir kritis

    Kecemasan

    Menjelang Pensiun

    Aspek-aspek

    Bucklew (dalam

    Yulianita, 2003):

    Kecemasan psikologis,

    kecemasan fisiologis.

  • 31

    diharapkan juga memiliki kecerdasan spiritual dengan baik. Kecerdasan spiritual

    menurut Zohar & Marshall (2000), adalah kecerdasan untuk menghadap dan

    memecahkan persoalan hidup, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan

    hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan lebih kaya.

    F. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    1. Ada Hubungan Signifikan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan

    Menjelang Pensiun Pada Karyawan.

    2. Ada Hubungan Signifikan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kecemasan

    Menjelang Pensiun Pada Karyawan

    3. Ada Hubungan Signifikan antara Dukungan Sosial dan Kecerdasan

    Spiritual dengan Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anggorowati, R.P &Purwadi.(2007). Hubungan antara dukungan sosial dengan

    kecemasan menghadap pensiun. Humanitas. Skripsi. 4. 1 Januari 2007.

    Anggraini. S. (2000). Kecemasan Pegawai Negeri Sipil Lahat Ketika Memasuki

    Pensiun. Skripsi. Fakultas Psikologi. Yogyakarta: Universitas Ahmad

    Dahlan.

    Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

    Arikunto, S.(2013). Subjek Penelitian. Ghalia ndonesia: Jakarta

    Azwar, S. (1998). Metode Penelitian Edisi 1. Yogyakarta.PustakaPelajar Offset.

    Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Baron, R. A.& Byrne, D. (2004). Psikolog Sosial Edisi 10. Jakarta: Penerbit

    Erlangga.

    Basrowi, (2007).Metode Analisis Data Sosial. Kediri : Jenggala Pustaka Utama.

    Brill, P. L and Hayes, J.P. (1981). Taming Your Turmoil : Managing the

    Transtitions af Adult Life. EagleWood Cliffs : Prentice – Hall In

    Chaplin, J.P. (1968). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo

    Persada.

    Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada

    Connel, (1994). Impact of social support, social cognitive variabels and percevied

    threat on depression among adult with diabetes. Jurnal Health Psychology,

    1. (3) 263-273.

    Danar, (2014) Kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadap masa pensiun.

    Jurnal Psikologi, 2 (1) 169-178

    Dwilestari, Peni. (2018). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan

    Menghadap Masa Pensiun Pada Anggota Polri di Samarinda. Skripsi.

    Samarinda. Universitas Islam Yogyakarta

    Fand & Kai. (2016). Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kecemasan

    menghadap masa pensiun pada karyawan d pt perkebunan nusantara vi

    unit usaha betung kabupaten banyu asin sumatera selatan. Jurnal

    Diponegoro, 5 (3) 467-471.

  • Faribors, B., Fatemeh, A., &, H. (2010). The relationship between nurses spiritual

    ntelligence and happinesin ran. Jurnal Procedia Social and Behavioral

    Sciences 5, 1557-1560

    Fletcher, W. L. & Hansson, O.R. (1991). Assesing The Social Component

    Retirement of Anxiety Scale. Psychology and Aging.

    Ganster, D. C., Fuller, M. R., Mayes, B. T. (1986). Role of social support in the

    experience of stress at work. Journal of Applied Psychology, 71 (1) 102-

    111

    Ghufron, M. N. & Rini F. (2014). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: AR-Ruzz

    Media

    Hadi, S. (2001). Statistik Jilid 2.Yogyakarta: And Offisieta.

    Hadiwaluyo.(2009). Dampak emosi dari retrirement. Makalah psikogerontologi.

    Yogyakarta: Magister Sains Psikolog Universitas Gadjah Mada

    Hidayati, N. (2005) Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Strateg

    Coping Pada Karyawan Bpr Saa Lumajang. Skripsi. Malang: Universitas

    Muhammadiyah Malang.

    House, J. & Khan, RL.(1996). Measures and Concepts of Sosial Suport. London :

    Academic Press, n.

    Hurlock, E. B.(1993). Psikolog Perkembangan. Diterjemahkan oleh stiwidayant

    dan sudjarwo. Jakarta: Erlangga.

    Hulock, E.B.(2006). Psikolog Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

    Rentang Kehidupan Edis Kelima (terjemahan). Jakarta: Erlangga

    Kuntjoro, Z. S. (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia.www.e-psikologi.com

    Nabari, T. (2009).Happy and Healthy Retiree. Yogyakarta: Andi Pustaka

    Notoatmojo, S. (2003) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

    Papalia.W (2008) Psikologi Perkembangan.Jakarta: Kencana Prenada

    MediaGroup

    Prasojo, Dharmawan. (2011) Kecemasan menghadap masa pensiun pada

    karyawan kementrian agama yang strinya bekerja dan tidak bekerja (stud

    komparatif pada karyawan kementrian agama kabupaten

    Banjarnegara).Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang

    Purwanto.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Ramayulis (2002).Pengantar Psikolog Agama. Jakarta: Kalam Mulia.

    http://www.e-psikologi.com/

  • Sarafino. H. P. (1994). Health Pshychology Biopsychosocial Interaction Edisi 5.

    USA: John Wiley dan Sons.

    Sarason, I. G. et al., (1983). Assessing social support: The social support

    questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 44 (1) 127-

    139

    Safitri, R. (2003) Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:

    Pustaka Populer Obor

    Setyaningsih, Sant & Mu’in, Muhammad (2013). Dukungan sosial dan tingkat

    kecemasan pada kelompok pekerja pns yang menghadap masa pensiun.

    Jurnal Keperawatan Komunitas, 1(2) 123-125

    Shihab, M. Quraish. (2012). Tafsir AL-Misbah Pesan, Kesan, dan Keseimbangan

    Al-Qur’an.Vol. 12. Jakarta: Lentera Hati.

    Shinta, Eka. (1995). Perilaku coping dan dukungan sosial pada pemuda

    penganggur, studi deskriptif terhadap pemuda penganggur di perkotaan.

    Jurnal Psikologi Indonesia, (1) 34-42

    Sinetar, M. (2000). Spiritual Intelligence: Belajar dari Anak yang Mempunyai

    Kesadarian Dini. Jakarta: Gramedia.

    Spielberger (2006). Stress and Emotion: Anxiety, Anger and Curiosity. New York:

    Taylor and Francis Group

    Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta

    Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.

    Bandung: Alfabeta Cv

    Sugiyono.(2015). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta,Cv

    Sukidi. (2002). Kecerdasan spiritual: mengapa SQ Lebih penting dariipada Q

    dan EQ. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

    Suryabrata, S. (1983). Perkembangan individu. Rajawali.

    Sutrisno, E. (2013). kematangan emosional, percaya diridan kecemasan pegawai

    menghadapi masa pensiun. Jurnal Psikolog ndonesia. 2 (1) 4-6

    Taylor, S. E. Peplau, L. A., Sears, D. O. (1997). Social Psychology. 9th edition.

    New Jersey: Prentice Hall International Editions

    Wade, C & Travis, C. (2007). Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. (terjemahan :

    Padang Mursalin dan Dinastuti). Jakarta : Erlangga

  • Widiastuti, N. (2009). Kecemasan Karyawan dalam Mengahadap Pensiun d PTPN

    XI (persero) Kebun Kalisenan Jember. Skripsi. Malang: Fakultas Psikolog

    UMM.

    Winarsunu.T. (2015).Statistik dalam Penelitian Psikolog & Pendidikan. Malang:

    UMM press

    Wulandari, P,D. & Lestari, M.D. pengaruh penerimaan dir pada kondis pensiun

    dan dukungan sosial terhadap kecemasan menghadap masa pensiun pada

    pegawa neger sipil d kabupaten badung. Jurnal Psikolog Udayana, 1 (4)

    88-95.

    Wulandari, M. (2016). dukungan keluarga pada karyawan yang mengalami

    kecemasan menjelang masa pensiun. Jurnal Psikoboreno, 4 (4) 658-659.

    Zohar, D. & Marshall, . (2000).Memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam

    berpikir ntegralistik dan holistik untuk memakana hidup. Bandung: Mizan.

    Zohar, D.& Marshall, . (2007).SQ: Kecerdasan Spiritual, (Rahman Astuti, Ahmad

    Nadjib Burhani, Ahmad Baiquini. Terjemahan) Bandung : PT Mizan

    Pustaka