-
i
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KECERDASAN
SPIRITUAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA
KARYAWAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Pada Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
NANDANG ASMARANI
NPM. 1431080108
Program Studi :Psikologi Islam
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTANLAMPUNG
TAHUN 14401 H / 2020 M
-
ii
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL
DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA KARYAWAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh:
Nandang Asmarani
1431080108
Program Studi : Psikologi Islam
Pembimbing 1 : Dr. Idrus Ruslan, M.Ag
Pembimbing 2: Intan Islamia, S.Si, M.Sc
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTANLAMPUNG
1441 H/2020 M
-
iii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KECERDASAN
SPIRITUAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA
KARYAWAN
Oleh :
Nandang Asmarani
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur,
yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan
batin (konflik). Dukungan sosial merupakan hal yang sangat mungkin dilakukan untuk
bisa mengurangi dampak kecemasan dalam menghadapi masa pensiun sedangkan
Peranan kecerdasan spiritual dapat dilihat ketika manusia berhadapan dengan masalah
eksitensial yaitu saat manusia secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan,
kekhawatiran atau rasa cemas, masalah masa lalu, akibat penyakit dan kesedihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Dukungan Sosial dan
Kecerdasan Spiritual dengan Kecemasan Menjelang Pensiun. Hipotesis yang diajukanan
dalam peneliti ialah ada hubungan antara Dukungan Sosial dan Kecerdasan Spiritual
dengan Kecemasan Menjelang Pensiun.
Subjek dalam penelitian ini ialah karyawan yang menjelang masa pensiun di
BKD Bandar Lampung yang berjumlah 115 orang yang dijadikan subjek penelitian
dengan menggunakan Teknik sampling Simple Random Sampling. penelitian ini
menggunakan 3 metode pengumpulan data yaitu pertama skala Kecemasan 30 aitem ( α=
0,875), kedua skala Dukungan Sosial 33 aitem (α= 0,805) dan, ketiga skala Kecerdasan
Spiritual 34 aitem (α= 0,882). Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS 24.0 for windows.
Data yang dianalisis menunjukan hasil:
1. Berdasarkan hasil perhitungan nilai rx1-y = -0 ,151 koefisien determinasi (R2) = 0,
023 dengan p = 0,013 (p > 0,05) yang menunjukan ada hubungan yang negatif antara
dukungan sosial dengan kecemasan pada pegawai menjelang pensiun. Hasil tersebut
memberikan sumbangan efektif sebesar 1,90%.
2. Berdasarkan perhitungan diperolah nili rx2-y = -0,617 koefisien determinasi (R2) =
0,380 dengan p = 0,000 (p < 0, 001) yang menunjukan Ada hubungan negatif
signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecemasan menjelang pensiun. Hasil
tersebut memberikan sumbangan efektif sebesar 37,70%.
3. Hasil penelitian menujukan nilai Rx1.2-y= 0.692, nilai F= 36.721 dengan signifikansi
P=0.000 bahwa (P
-
iv
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA Alamat: Jl. Letkol H. EndroSuratminSukarame Bandar Lampung Telp (0721)703260
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Kecerdasan
Spiritual Dengan Kecemasan Menjelang Pensiun Pada
Karyawan
Nama : Nandang Asmarani
NPM : 1431080108
Jurusan : Psikologi Islam
Fakultas : Ushuluddin dan Studi Agama
MENYETUJUI
Untuk dimunaqosyahkan dan dipertahankan dalam Sidang Munaqosah
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Idrus Ruslan, M.Ag Intan Islamia, M.Sc
NIP.197101061997031003 NIP.199303182018012002
Mengetahui,
Ketua Prodi Psikologi Islam
-
v
Abdul Qohar, M.Si
197103122005011005
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA Alamat: Jl. Letkol H. EndroSuratminSukarame Bandar Lampung Telp (0721)703260
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Kecerdasan
Spiritual Dengan Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan. Disusun
oleh Nandang Asmarani. NPM : 1431080108. Prodi : PSIKOLOGI ISLAM.
Fakultas : USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA, telah dimunaqosyahkan pada
hari/tanggal :
TIM DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Shonhaji, M.Ag (............................)
Sekretaris : Ira Hidayati, S.Psi, MA (............................)
Penguji Utama : Ahmad Irvan Muzni, M.Psi (............................)
Penguji I : Dr. Idrus Ruslan, M.Ag (............................)
Penguji II :Intan Islamia, S.Si, M.Sc (…………………)
DEKAN
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Dr. H. M. Afif Anshori, M. Ag
-
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin digunakan sebagai pedoman yang mengacu pada
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987, sebagai berikut :
1. Konsonan
Arab Latin Arab Latin Arab Latin Arab Latin
M م Zh ظ Dz ذ A ا
R ز B ب
ع
‘
(Koma
terbalik
di atas)
N ن
W و Z س T ت
H ه Gh غ S س Ts ث
F ف Sy ش J ج
ع
`
(Apostrof,
tetapi tidak
dilambangkan
apabila
terletak di
awal kata)
Q ق Sh ص H ح
خ
Kh ض Dh ك K
Y ي L ل Th ط D د
2. Vokal
Vokal Pendek Contoh Vokal Panjang Contoh Vokal Rangkap
_
- - - - - A ََا َجَدل Ȃ ََيَ َسار… Ai
- -- - -
I ََي َسِذل Ȋ ََوَ قِي ل… Au
و
- - - - - U ََو َذِكز Ȗ ََر يَُجو
-
vii
3. Ta Marbutah
Ta marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasroh dan
dhammah, transliterasinya adalah /t/. Sedangkan ta marbuthah yang mati atau
mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah /h/. Seperti kata : Thalhah,
Raudhah, Jannatu al-Na’im.
4. Syaddah dan Kata Sandang
Transliterasi tanpa syaddah dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda
syaddah itu. Seperti kata : Nazzala, Rabbana. Sedangkan kata sandang “al”, baik
pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyyah maupun syamsiyyah.Contohnya
: al-Markaz, al-Syamsu.
-
viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Assalamualaikum Wr Wb
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Nandang Asmarani
NPM : 1431080108
Program Studi : Psikologi Islam
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dan Kecerdasan Spiritual Dengan Kecemasan
Menjelang Pensiun Pada Karyawan” merupakan hasil karya peneliti dan bukan
plagiasi dari karya orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya
plagiasi, maka peneliti bersedia menerima konsekuensi sesuai aturan yang berlaku
di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Demikian pernyataan ini dengan sebenar-benarnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Bandar Lampung, 2019
Yang Menyatakan,
NandangAsmarani
1431080108
-
ix
Motto
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri
ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong
Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
(Surat Al-Baqarah ayat: 286)
-
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sujud syukur ku persembahkan pada ALLAH SWT yang maha kuasa,
berkat dan rahmat detak jatung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan
yang diberikan-Nya hingga saat ini penulis dapat mempersembahkan skripsi pada
orang-orang tersayang:
1. Kedua orang tuaku Bapak Suhendro dan ibu Sri Murniati tercinta yang telah
membesarkanku dengan penuh kasih sayang, memberikan dukungan apapun
itu selama itu baik, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.
Terima kasih buat bapak dan ibu.
2. Adikku tersayang Rizkya Wiqi Armanda yang selalu memberikan semangat
dan doa untuk kakaknya tersayang ini.
3. Sahabat-sahabat (kost’an squad), mbak Langen, mbak Eka, mbak Dea, Ikhsani,
yang selalu memberikan doa, serta menghiburku ketika sedang sedih dan
bingung. Mensuportaku, menasehatiku. Mbak Langen yang sering menjadi
tempat curhatku, dan yang sering mengingatkan untuk shalat tepat waktu.
-
xi
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap Nandang Asmarani, dilahirkan di Segala Mider pada tanggal 07
Agustus 1996. Anak pertama dari dua bersaudara, dengan ayah yang bernama
Suhendro dan ibu yang bernama Sri Murniyati. Untuk pertama kali menempuh
pendidikan di:
1. TK ABA Segala Mider, Lulus tahun 2002
2. SDN 2 Segala Mider, Lulus tahun 2008
3. SMP Islam Tias Bangun, Lulus tahun 2011
4. Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Pubian, Lulus tahun 2014
Pada tahun 2014 terdaftar sebagai salah satu mahasiswa pada program S1
Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung.
-
xii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah
SWT. yang telah memberikan segala kenikmatan dan karunia-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memenuhi
gelar Sarjana Psikologi.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari bahwa skripsi
yang ditulis ini masih jauh dari kata kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk kedepannya. Selain itu, terselesaikannya
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dari pihak-pihak yang
turut serta dalam memberikan dukungan secara moril maupun materil. Oleh
karena itu, dengan segala hormat peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri., M.Ag., selaku Rektor UIN Raden Intan
Lampung.
2. Bapak Dr. M. Afif Anshori, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama.
3. Bapak Abdul Qohar,M.Si ., selaku ketua Prodi Psikologi Islam Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama, serta Ibu Annisa Fitriani, S.Psi., MA selaku
sekretaris Prodi Psikologi Islam yang telah memberikan arahan serta
informasi penting dalam hal perkuliahan.
4. Bapak Dr. Idrus Ruslan,M. Ag selaku Pembimbing I yang sudah
meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti ditengah padatnya
pekerjaan beliau.
-
xiii
5. Ibu Siti Badiah, .selaku Pembimbing Akademik yang sudah meluangkann
waktunya untuk membimbing peneliti ditengah padatnya pekerjaan beliau.
6. Ibu Intan Islamia, M.Sc selaku Pembimbing II yang telah memberikan
waktu untuk membimbing, memberikan motivasi, nasihat, dan do’a
kepada peneliti sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini.
7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden
Intan Lampung.
8. Temanku Langen Puspitwati, S.Pd, Mutiara Selly, S.Psi, Indar Nuryati,
S.Psi, dan Heti Sulasih, S.Psi tercinta yang sudah membantu dan
mendukung peneliti dalam mengerjakan skripsi.
9. Rekan-rekan jurusan psikologi angkatan 2014 terutama psikologi kelas B
yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu.
10. Bapak Muzami Ali selaku Kepala Bagian Kepegawaian Kantor BKD
Bandar Lampung yang sudah membantu dalam penelitian.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari
Allah SWT.Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan
dalam penyusunan skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan,.AMIN.
Bandar Lampung, 2019
NandangAsmarani
1431080108
-
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .............................................. viii
MOTTO ............................................................................................................ ix
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ x
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. ...................................................................................................... La
tar Belakang ............................................................................................ 1
B. ....................................................................................................... Tu
juan Penelitian ....................................................................................... 10
C. ....................................................................................................... M
anfaat Penelitian .................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ...................................................................................................... Ke
cemasan ................................................................................................. 12
-
xv
B. ....................................................................................................... D
ukungan Sosial ...................................................................................... 16
C. ....................................................................................................... Ke
cerdasan Spiritual .................................................................................. 21
D. ...................................................................................................... H
ubungan Dukungan Sosial Dan Kecerdasan Spiritual Dengan Kecemasan
Menjelang Pensiun Pada Karyawan ...................................................... 27
E. ....................................................................................................... Ke
rangka Berpikir...................................................................................... 29
F. ....................................................................................................... Hi
potesis .................................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. ...................................................................................................... Id
entifikasi Variabel Penelitian ................................................................ 31
B. ....................................................................................................... De
finisi Operasional Variabel Penelitian .................................................. 31
C. ....................................................................................................... Su
bjek Penelitian ....................................................................................... 32
D. ...................................................................................................... M
etode Pengumpulan Data....................................................................... 34
E. ....................................................................................................... Va
liditas dan Rehalibilitas ......................................................................... 38
F. ....................................................................................................... M
etode Analisis Data ............................................................................... 39
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. ...................................................................................................... Or
ientasi Kancah dan Persiapan Penelitan ................................................ 40
-
xvi
B. ....................................................................................................... La
poranPelaksanaan Penelitian ................................................................. 52
C. ....................................................................................................... Ha
sil Penelitian .......................................................................................... 54
D. ...................................................................................................... Pe
mbahasan ............................................................................................... 65
BAB V PENUTUP
A. ...................................................................................................... Ke
simpulan ................................................................................................ 72
B. ....................................................................................................... Sa
ran .......................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel. 1 Karyawan yang akan memasuki batas usia pensiun tahun 2020
........................................................................................................................... 34
Tabel. 2 Blue Print Skala Kecemasan Menjelang Pensiun ............................... 35
Tabel. 3 Blue Print Skala Dukungan Sosial ...................................................... 36
Tabel. 4 Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual ................................................ 37
Tabel. 5 Rancangan Skala Kecemasan sebelum tryout ..................................... 45
Tabel. 6 Rancangan Skala Dukungan sosial sebelum tryout ............................ 46
Tabel. 7 Rancangan Skala Kecerdasan spiritual sebelum tryout ..................... 46
Tabel. 8 Distribusi Aitem Skala Kecemasan, valid dan gugur ........................ 48
Tabel. 9 Distribusi Aitem Skala Dukungan sosial, valid dan gugur ................. 49
Tabel. 10 Distribusi Aitem Skala Kecerdasan spiritual, valid dan gugur ......... 50
Tabel. 11 Sebaran Aitem Skala Kecemasan ..................................................... 51
Tabel. 12 Sebaran Aitem Skala Dukungan Sosial ............................................ 51
Tabel. 13 Sebaran Aitem Skala Kecerdasan Spiritual ...................................... 52
Tabel. 14 Deskripsi data penelitian ................................................................... 54
Tabel. 15 Kategorisasi Kecemasan ................................................................... 56
Tabel. 16 Kategorisasi Dukungan sosial ........................................................... 57
Tabel. 17 Kategorisasi Kecerdasan spiritual ..................................................... 57
Tabel. 18 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 59
Tabel. 19 Hasil Uji Linieritas ............................................................................ 60
Tabel. 20 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis ........................................................ 61
Tabel. 21 R-Square............................................................................................ 63
Tabel. 22 Sumbangan efektif dan sumbangan relative ..................................... 64
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Skala uji coba Kecemasan, dukungan sosial dan kecerdasan
spiritual
Lampiran 2. Distribusi data uji coba
Lampiran 3. Validitas dan reliabilitas hasil uji coba ketiga skala
Lampiran 4. Skala kecemasan, dukungan sosial, kecerdasan spiritual untuk
penelitian
Lampiran 5. Distribusi data hasil peneltian
Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 7. Uji Asumsi
Lampiran 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Lampiran 9. Surat Perizinan
Lampiran 10. Kartu konsultasi
-
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar 1 Bagan Hubungan VB1 dan VB2 dengan VT .................................33
-
xx
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bekerja merupakan aktivitas dasar manusia dewasa dan merupakan
bagian inti dari kehidupan, bekerja dapat memberikan kegairahan, kegembiraan
dan memberi arti tersendiri bagi manusia, sehingga kerja memberikan makna dan
semangat hidup kepada orang dewasa, Kartono (2000). Manusia bekerja tidak
hanya untuk mendapatkan upah, tetapi juga untuk mendapatkan kesenangan
karena dihargai oleh orang-orang dalam lingkungannya. Bekerja juga menjadi
kegiatan sosial yang memberikan respek atau penghargaan, status sosial dan juga
pretise sosial yang merupakan tiga unsur terpenting bagi kesejahteraan lahir batin
manusia dalam menegakkan martabat dirinya menurut Kartono (2000).
Tidak selamanya manusia akan bekerja. Pensiun merupakan masa
diberhentikan seseorang dalam suatu pekerjaan. Pensiun adalah proses pemisahan
manusia darii pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seorang
mendapatkan gaji. Atau dengan kata lain pensiun berarti berhentinya seseorang
dari pekerjaannya dan memulai peran baru dalam kehidupannya menurut Turner
& Helms (1987).
Saat pensiun berarti seseorang memasuki fase baru kehidupannya berupa
status baru sebagai seorang yang terlepas dari beban tanggung jawab pekerjaan.
Menurut Nabar (2009), masa pensiun adalah berhentinya seseorang dari
pekerjaanya yang selama ini ia tekuni dan menjadi sumber hidup bagi
keluarganya, serta tidak lagi bekerja ditempat itu untuk selama-lamanya.
-
2
Sementara Hurlock (1980), menyatakan bahwa pensiun merupakan akhir pola
hidup atau transisi ke pola hidup baru. Pensiun selalu menyangkut perubahan
peran, perubahan keinginan dan nilai dan perubahan secara keseluruhan terhadap
pola hidup setiap individu.
Hurlock(1980), menjadi tua pada manusia adalah hal yang pasti terjadi
dan tidak dapat dihindari, dalam setiap periode perkembangan yang dijalankan
oleh manusia terdapat peristiwa-peristiwa yang mencerminkan adanya proses
transisi tidak jauh berbeda dengan masa pubertas yang merupakan masa transisi
masa kanak-kanak ke masa remaja kemudian dewasa, usia dewasa tengah juga
merupakan masa transisi, bagi orang yang berada dalam usia setengah baya atau
yang disebut dewasa madya, transisi dapat diartikan sebaga penyesuaian diri
terhadap suatu perubahan, diantaranya: perubahan fisik, perubahan mental,
perubahan minat, dan perubahan sosial.
Secara umum kecemasan yang dirasakan oleh seseorang yang akan
memasuk masa pensiun ialah dikarenakan perubahan sosial, seperti kecemasan
mengena identitas sosial, perasaan takut diasingkan, cemas karena merasa tidak
mampu bersosialisasi lebih luas, dan perasaan takut akan kehilangan rekan-rekan
kerja. (Flechter & Hansson 1991). Berdasarkan wawancara yang dilakukan
peneliti pada seorang karyawan, peneliti memperoleh keterangan bahwa ada
sebagian karyawan mengeluhkan sering cemas dengan sesuaitu yang belum pasti
terjadi, cemas mengenai keuangan, merasa masih banyak tanggungan, merasa
bekerja dalam tekanan dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya,
-
3
selain itu juga sebagian dari mereka mengkhawatirkan aktivitas yang akan mereka
jalankan setelah pensiun karena belum ada gambaran untuk berwirausaha.
Kecemasan menghadapi pensiun biasanya berhubungan dengan masalah
kesehatan, ekonomi, status sosial dan aktivitas yang akan dilakukan di masa yang
akan datang ada karyawan yang bisa menerima masa pensiun itu dengan lapang
dada, bahkan mereka merasa bahagia karena bisa beristirahat dari pekerjaan yang
selama ini selalu dikerjakan setiap hari, ada juga karyawan yang tidak bisa
menerima masa pensiunnya, sehingga mereka akan mengalami kecemasan di
dalam dirinya. (Sutaryo 2007).
Danar (2014) kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi
yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalam tekanan
perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Selain itu ia membagi
kecemasan yang menjadi dua, gejala fisiologis dan gejala psikologis. Kecemasan
secara fisiologis meliputi : (a) Pencernaan menjadi tidak teratur (b) Detak jantung
bertambah cepat (c) Pusing (d) Tidur tidak nyenyak/insomnia (e) Nafsu makan
hilang (f) Sesak nafas (g) Ujung-ujung jari terasa dingin (h) Keringat bercucuran.
Sedangkan kecemasan secara psikologis meliputi: (a) Adanya perasaan takut (b)
Perasaan akan ditimpa bahaya atau kecelakaan atau perasaan khawatir (c) Tidak
mampu memusatkan perhatian (d) Tidak berdaya/rendah diri (e) Hilang
kepercayaan dir (f) Tidak tenteram/gelisah (g) Perasaan bingung.
Budiarta (2014), Sebelum masa pensiun terjadi, dalam keseharian mereka
memiliki aktivitas dengan jadwal kerja yang dihormati bawahan, secara garis
besar ada tiga sikap ataupun reaksi yang umumnya dikeluarkan seseorang, yaitu
-
4
(1) menerima, (2) terpaksa menerima dan (3) menolak. Disebutkan dalam Al-
qur’an surah Al-Imran ayat 160:
َ َََ َ ََ َ ََ ََ ََ َََ َ
َ ََََ
Artinya:
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu, jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah tu?Karena tu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal”
Tafsir dari surat diatas yaitu ayat sebelumnya diakhiri dengan perintah
bertawakal kepada yang sebelumnya telah didahului oleh aneka upaya manusia.
Bila Allah mendukung kalian dengan pertolongan-Nya, seperti yang terjadi dalam
perang Badar, tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian. Dan apabila Dia
menarik pertolongan-Nya dari kamu semua, karena tidak menyiapkan syarat-
syarat kemenangan, seperti yang terjadi pada perang Uhud, maka tidak akan ada
penolong bagi kamu semua. Hanya kepada Allahlah orang-orang Mukmin boleh
bersandar dan menyerahkan urusan. (Shihab,2012)
Kemudian dalam surat selanjutnya yaitu tentang sabar menghadapi segala
cobaan yang diberikan Allah. Surat tersebut yaitu QS. Al-Baqarah: 155
https://risalahmuslim.id/kamus/pertempuran-badarhttps://risalahmuslim.id/kamus/syarathttps://risalahmuslim.id/kamus/syarathttps://risalahmuslim.id/kamus/pertempuran-uhudhttps://risalahmuslim.id/kamus/mukmin
-
5
َ ََ َ َََ َ َ ََ َ
َََ
Artinya :
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar”
Tafsir dari surat diatas yaitu kehidupan manusia memang penuh cobaan.
Sabar adalah perisai dan senjata orang-orang beriman dalam menghadapi beban
dan tantangan hidup. Itulah ujian yang akan kalian hadapi berupa perasaan takut
pada musuh, kelaparan, kekurangan bekal, harta, jiwa dan buah-buahan.
Tidak ada yang melindungi kalian dari ujian-ujian berat itu selain jiwa kesabaran.
Maka sampaikanlah, wahai Nabi, berita sukacita yang menggembirakan kepada
meraka yang bersabar dengan hati dan ucapanmu (Shihab, 2012)
Menurut Santi & Muhammad (2013) dukungan sosial merupakan hal yang
sangat mungkin dilakukan untuk bisa mengurangi dampak kecemasan dalam
menghadapi masa pensiun. Peran dukungan sosial dari orang - orang terdekat,
masyarakat dan lingkungan sosial. Sarafino (1994) menggambarkan dukungan
sosial sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang
diterima individu dari orang lain maupun kelompok.
Taylor (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat melindungi jiwa
seseorang akibat tekanan dan cemas, dengan kata lain dukungan sosial akan dapat
menurunkan kecenderungan munculnya hal-hal yang dapat memicu kecemasan.
Selain itu menurut snawat & Suharyadi (2013) menyatakan bahwa dukungan
-
6
sosial yang diberikan oleh orang terdekat (significant others) berupa perhatian,
emosi, bantuan instrumental, pemberian informasi dan penilaian diri kepada
individu yang mengahadapi masa pensiun dapat mengubah presepsi kecemasan
dan ketakutan serta kekhawatiran individu tersebut dalam menghadap masa
pensiun.
Lingkungan sosial yang positif dan mendukung juga dapat membantu
individu yang menghadap masa pensiun dengan mempengaruh keuntungan
emosional indvidu sehingga juga berperan dalam merubah presepsi individu
menghadap pensiun secara positif (Isnawat & Suharyadi, 2013). Individu yang
mempunyai dukungan sosial yang tinggi lebih optimis dalam menghadap situasi
kehidupannya saat ini maupun masa depannya. Tersedianya dukungan sosial
dapat membantu individu menemukan jalan keluarnya dari masalah yang
dihadapi.
Menurut Saronson dkk (Shinta, 1995) dukungan sosial memiliki peranan
penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Individu yang memiliki
dukungan sosial yang lebih kecil, lebih memungkinkan mengalami konsekuensi
psikis yang negative. Keuntungan individu yang memperoleh dukungan sosial
yang tinggi akan menjadi individu lebih optimis dalam menghadap kehidupan saat
ini maupun dimasa yang akan datang, lebih terampil dalam memenuh kebutuhan
psikologi dan memilik sistem yang lebih tinggi, serta tingkat kecemasan yang
lebih rendah.
Menurut Zohar & Marshall (2000) selain faktor eksternal juga terdapat
faktor internal dari dalam diri yaitu menjelaskan kecerdasan spiritual adalah
-
7
kecerdasan untuk menghadap dan memecahkan persoalan hidup, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk dapat
memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, kecerdasan
spiritual memfasilitasi suatu dialog antara akal dan emosi, antara pikiran dan
tubuh, serta menyediakan titik tumpu bagi pertumbuhan dan perubahan (Dincer,
2007). Peranan kecerdasan spiritual dapat dilihat ketika manusia berhadapan
dengan masalah eksitensial yaitu saat manusia secara pribadi merasa terpuruk,
terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran atau rasa cemas, masalah masa lalu, akibat
penyakit dan kesedihan (Zohar & Marshall, 2000).
Menurut Sinetar (2000), kecerdasan spiritual merupakan pikiran yang
mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan
ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya seseorang yang
memilik kecerdasan spiritual yang tinggi akan mempunyai manfaat yaitu
menjadikan orang lebih kreatif, mampu mengatas masalah dalam hidup yang
mengakibatkan depresi, dapat menyatukan hal –hal yang besifat intrapersonal dan
interpersonal.
Selain itu kecerdasan spiritual juga menjadikan manusia yang apa adanya
dan memberi potensi untuk terus berkembang. Kecerdasan spiritual dapat
digunakan saat menghadap masalah krisis yang membuat kita merasa kehilangan
keteraturan diri dan mampu menghadap pilihan dan realitas yang ada dan untuk
mencapai kematangan pribadi (Zohar & Marshall, 2007). Dengan terus berpikir
positif terhadap masalah hidup, maka bukan suatu hal yang mustahil bila segala
-
8
problematika hidup dapat teratasi, karena kecerdasan spiritual dapat menjadi
acuan sikap hidup yang arif dan bijaksana secara spiritual.
Solinge (2007), dalam penelitiannya menambahkan bahwa ketika individu
mengalam pensiun, kesehatan cenderung menurun akibat dari pensiun. Penolakan
terhadap masa pensiun umumnya terjadi karena seseorang takut tidak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Penolakan terhadap masa pensiun
sering kali memicu masalah-masalah tertentu. Hamidah (2004), dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa dari 30 pensiunan yang diteliti, terdapat
46,6% peserta yang mengalam cemas dengan kategori tinggi. Kondisi seperti ini
muncul ketika seseorang tidak mampu menerima kondisi pensiun dengan baik,
sehingga muncullah gangguan psikologis dan ketidaksehatan mental seperti
cemas, stress dan bahkan depresi.
Penelitian yang dilakukan oleh Holmes & Rahe (2006) mengungkapkan
bahwa pensiun menempat rangking 10 besar untuk posisi stress. Dengan
memasuki masa pensiun sesorang akan kehilangan peran sosialnya di masyarakat,
prestise, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan berubah juga karena
kehilangan peran. Banyak orang yang sebelum pensiun sudah jatuh sakit dan
meninggal dunia karena tidak mampu menghadap kenyataan bahwa dirinya akan
meninggalkan pekerjaan untuk selamanya (Nabari, 2009).
Menurut hasil penelitian Widiastut (2008) menunjukkan bahwa pada
umumnya seseorang mengalami kecemasan adalah karena ketidakpastian
karyawan dalam menghadap pensiun yang disebabkan masih banyaknya
tanggungan yang harus diselesaikan, pada kenyataannya banyak orang yang
-
9
mengalam ketakutan akan pensiun perasaan inilah yang akhirnya menimbulkan
kecemasan pada seseorang yang akan mengalami pensiun. Suardiman (2011)
mengatakan bahwa kehadiran masa pensiun sering dipandang sebagai masalah,
bahkan musibah.
Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Moen (2002) dari Cornel
University ( dalam Danar (2014) menunjukkan bahwa wanita yang baru pensiun
cenderung mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
sudah lama pensiun atau bahkan yang masih bekerja, terutama jika sang suami
masih bekerja. Selain itu, pria yang baru pensiun cendrung lebih banyak
mengalami konflik perkawinan dibandingkan dengan yang belum pensiun
(Anggorowati & Purwadi, 2007). Fakta-fakta di atas tersebut dapat dikatakan
merupakan manifestasi dari kecemasan.
Berdasarkan survey penelitian dengan menggunkan teknik wawancara
kepada 5 subjek yang dilaksankan pada tanggal 1 juli 2019 di BKD Pemerintah
Kota Bandar Lampung ditemukan bahwa terdapat beberapa karyawan yang akan
memasuk masa pensiun merasa gelisah, dan cemas terhadap pekerjaan apa yang
akan dia lakukan setelah pensiun, peneliti juga menemukan banyaknya karyawan
yang akan memasuki masa pensiun sehingga hal tersebut yang membuat peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian pada karyawan di BKD (Badan kepegawaian
Daerah) Pemeritah Kota Bandar Lampung, dengan sehingga rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah “ Apakah Ada Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan
Kecerdasan Spiritual Dengan Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan”?.
-
10
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Hubungan antara Dukungan Sosial Dengan
Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan BKD Kota
Bandar Lampung.
2. Untuk Mengetahui Hubungan antara Kecerdasan Spiritual Dengan
Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan BKD Kota
Bandar Lampung.
3. Untuk Mengetahui Hubungan antara Dukungan Sosial Dan
Kecerdasan Spiritual Dengan Kecemasan Menjelang Pensiun
Pada Karyawan BKD Kota Bandar Lampung
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan, psikologi
sosial, psikologi industri dan organisasi mengenai hubungan antara dukungan
sosial dan kecerdasan spiritual dengan kecemasan menjelang pensiun pada
karyawan yang dapat di sajikan sebaga referensi bagi penelitian selanjutnya,
khususnya yang meneliti masalah kecemasan.
-
11
2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi atau masukan pada pihak instansi yang berkaitan dengan
kecemasan menjelang pensiun pada karyawan, agar karyawan dapat
diberikan pemahaman menganai kecemasan menjelang pensiun sehingga
sumber kecemasan dapat dikelola dengan baik.
b. Bagi subjek penelitian, penelitian ini diharapkan dapat membantu
karyawan untuk mampu mengelola kecemasan menjelang pensiun dengan
baik dengan berkumpul kepada keluarga dan mendekatkan diri kepada
Tuhan
c. Bagi peneliti selanjutnya
Jika hipotesis penelitian ini terbukti, maka untuk penelitian berikutnya
diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian yang akan datang,
khusunya yang meneliti tentang kecemasan menjelang pensiun.
-
12
-
13
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan Menjelang Pensiun
1. Definisi Kecemasan Menjelang Pensiun
Seorang karyawan yang akan memasuki masa pensiun dapat mengalami
kecemasan. Kecemasan ini muncul karena individu tersebut mengalami masa
transisi aktif bekerja menjadi tidak bekerja sehingga menimbulkan perasaan tidak
berguna bagi lingkungan sekitarnya. Menurut Helmi (2007) kehilangan rutinitas
bekerja membuat mereka bingung sehingga tidak tau apa yang harus dikerjakan,
kemudian masih ditambah lagi dengan kehilangan rekan-rekan kerja dan status
sosial yang selama ini dibangga-banggakan serta berkurangnya penghasilan yang
diperoleh. Perubahan yang drastis seperti itu akan membuat individu merasa tidak
nyaman dan tidak menyenangkan sehingga menimbulkan munculnya kecemasan
menjelang masa pensiun.
Kecemasan akan lebih terasa pada karyawan yang memilik anak lebih dari
dua orang serta menjadi satu-satunya tumpuan dalam keluarganya jika
dibandingkan dengan karyawan yang hanya memilik satu orang anak. Perbedaan
tingkat kecemasan juga dapat dilihat pada karyawan yang status istrinya bekerja
dibandingkan dengan karyawan yang istrinya tidak bekerja, hal ini menjelaskan
bahwa faktor pencetus kecemasan menjelang pensiun antara karyawan yang satu
dengan yang lain karyawan yang lain berbeda.
Kecemasan menjelang pensiun adalah keadaan berupa was-was, gelisah,
takut, khawatir, dan tegang juga diserta kelelahan fisik yang dialami oleh individu
-
14
yang akan menghadapi pemutusan hubungan kerja karena terlalu mencapai batas
usia tertentu. (Prasojo, 2011)
2. Aspek –Aspek Kecemasan Menjelang Pensiun
Aspek dari kecemasan menurut Ghufron dan Rini (2014) terdiri dari tiga
aspek:
a. Fisiologis, aspek fisiologis merupakan reaksi yang ditampilkan oleh tubuh
terhadap sumber kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem syaraf
yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh sehingga timbul
reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih cepat, nafsu makan berkurang,
sulit tidur, kepala pusing, banyak berkeringat.
b. Emosional, aspek emosional merupakan kekhawatiran yang berpengaruh
terhadap persaan seseorang, sepertii perasaan keprihatinan, ketegangan,
sedih, gelisah, takut, khawatir, mencela diri sendiri atau orang lain.
c. Kognitif, aspek kognitif merupakan kekhawatiran yang berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga dalam memecahkan masalah
dan mengatasi tuntutan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, ketika
seseorang sedang cemas menghadapi pensiun maka akan mengalami
kesulitan berpikir rasional dalam mengambil keputusan.
3. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Menjelang Pensiun
Sedangkan menurut Brill dan Hayes (1981) beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan ketika menghadap pensiun yaitu :
A. Menurunnya pendapatan atau penghasilan, termasuk di dalamnya adalah
hilangnya tunjangan, fasilitas dan masih adanya anak-anak yang belum
-
15
mandiri yang membutuhkan biaya atau masih adanya tanggungan
keluarga.
B. Hilangnya status, baik status jabatan atau pekerjaan maupun status
sosialnya, termasuk di dalamnya adalah hilangnya wewenang,
penghormatan orang lain atas kemampuannya, dan pandangan masyarakat
atas kesuksesannya.
C. Berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja. Kerja memberikan
kesempatan untuk bertemu orang-orang baru dan mengembangkan
persahabatan, namun dengan tibanya masa pensiun hal ini kurang bisa
dilakukan karena kondisi fisik dan ekonom yang tidak memungkinkan
sehingga tidak berhubungan seperti dulu.
D. Datangnya masa tua yaitu terutama menurunnya kekuatan fisik yaitu suatu
perubahan pada sel-sel tubuh karena proses menua yang mempengaruh
turunnya kekuatan dan tenaga.
Menurut Spielberger (2006), menyebutkan bahwa ada 5 (lima) faktor yang
mempengaruhi terjadinya kecemasan menjelang pensiun, yaitu :
1. Evaluated situation, adanya situas yang mengancam secara kognitif
sehingga ancaman ini menimbulkan kecemasan seperti adanya isu-isu atau
gosip yang berkaitan dengan masa pensiun, pemberian negative yang
berhubungan dengan perkembangan karir seseorang yang akan
menghadapi masa pensiun.
2. Perception of situation, munculnya berbagai persepsi akan situasi tersebut
situasi mengancam diberikan penilaian oleh individu, biasanya penilaian
-
16
ini mempengaruh sikap dan pengalaman individu yang diserta dengan
adanya kecurangan akan kemungkinan terjadiinya hal-hal yang buruk dan
kewaspadaan terhadap situasi tertentu. Seperti penilaian individu bahwa
saat mereka menghadapi masa pensiun, merupakan pertanda dia sudah
tidak berguna lagi dan tidak dibutuhkan lagi karena usia tua dan
produktivitasnya makin menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi
institusi tempat mereka bekerja.
3. Anxiety state of reaction, individu menganggap bahwa situasi ada situasi
berbahaya maka kecemasannya akan timbul, kompleksitas respon dikenal
sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan respon fisiologis pada
seseorang yang akan memasuk usia pensiun seperti denyut jantung
bertambah cepat dan naiknya tekanan darah.
4. Cognitive reaprasial follow, individu kemudian menilai kembali persepsi
mengenai masa pensiun tersebut, hal ini dilakukan dengan bentuk
pertahanan diri (defence menchanism) yang sesuai dengan meningkatnya
aktivitas kognisi seperti mengatasi rasa khawatir, panik, mencoba untuk
tenang atau mencari cara untuk mengatasi meningkatnya aktivitas motorik
seperti gemetar, gugup, mondar - mandir tidak tenang.
5. Coping, individu mencari jalan keluar dengan menerapkan salah satu
bentuk pertahanan diru (defence mechanism) yang sesuai seperti
menggunakan represi, proyeks atau dapat juga dengan cara rasionalisasi.
-
17
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan faktor yang
mempengaruh kecemasan yaitu adanya penurunan pendapatan, hilangnya status,
berkurangnya interaksi sosial dan datangnya masa tua.
B. Dukungan Sosial
a. Definis Dukungan sosial
House dan Kahn (1985) mengatakan dukungan sosial adalah tindakan
yang bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan
instrumen dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi
permasalahannya. Sarason dkk (1983) mengartikan dukungan sosial sebaga ada
atau tidaknya seseorang yang dapat membantu, sebagai individu mengetahui
bahwa dirinya dihargai dan dicintai.
Ganster, dkk (1986) mengemukakan bahwa dukungan sosial secara luas
didefinisikan dengan tersedianya hubungan yang bersifat menolong dan
mempunyi nilai khusus bagi individu yang menerimanya. Sedangkan dukungan
sosial menurut Shinta, (1995) adalah pemeberian informasi baik secara verbal
maupun non verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari
hubungan seseorang yang akrab atau hanya disimpulkan dari keberadaan mereka
yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai sehingga dapat
menguntungkan bagi kesejateraan individu yang menerima.
Sarafino (1994) menggambarkan dukungan sosial sebaga suatu
kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari
orang lain maupun kelompok. Dalam pengertian lain disebutkan bahwa dukungan
sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya bahwa
-
18
dirinya dicintai, diperlihatkan dan merupakan bagian dari kelompok sosial, yaitu
keluarga, rekan kerja teman dekat.
Siegel (dalam Taylor, 1997) mengemukakan, dukungan sosial sebagai
informasi dari orang lain menunjukkan bahwa ia dicintai dan diperlihatkan,
memiliki harga diri dan diharga serta merupakan bagian darii jaringan komunikasi
dan kewajiban bersama. Sementara dukungan sosial didefinisikan oleh Gottliebi
(dalam Kuntjoro, 2002), sebagai informasi verbal dan nonverbal, bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek didalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang
dapat memberiikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimaannya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.
Baron dan Byrney (2004) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan keluarga
individu tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian berikut, dapat disimpulkan dukungan
sosial adalah suatu dorongan atau bantuan nyata seperti kenyamanan, perhatian,
penghargaan, serta hal-hal yang dapat memberikan keuntungan yang diberikan
oleh orang-orang disekitar individu (pasangan, teman dekat, tetangga, saudara,
anak, keluarga, dan masyarakat sekitar) kepada individu yang sedang mengalami
kesulitan, agar individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan, diharga dan dinilai.
-
19
b. Aspek-Aspek Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (1994) dukungan sosial terdiri dari empat aspek, yaitu:
a. Dukungan emosional
Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian
terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman,
dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti
memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan
keluh kesah orang lain.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju
dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang
lain.
c. Dukungan instrumental
Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang
berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-
tugas tertentu.
d. Dukungan informasi
Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran,
pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan
persoalan.
Aspek -aspek yang meliputi dukungan sosial dikemukakan oleh House & Kahn
(1985), antara lain :
-
20
1. Dukungan Emosional yaitu dukungan dari orang sekitar dalam bentuk
penghargaan, kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan perasaan
didengarkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi baik masalah
pribadi atau masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
2. Dukungan informasional yaitu dukungan yang diterima individu
dalam bentuk informasi, nasihat, sugesti, arahan langsung dan saran
yang berguna untuk mempermudah seseorang dalam menjalan hidup
3. Dukungan Penilaian yaitu dukungan yang diterima individu dalam
bentuk penilaian, umpan balik dan perbandingan sosial dalam upaya
mendukung perilaku nya dalam kehidupan social.
4. Dukungan instrumental yaitu dukungan yang diterima individu
melalui waktu, uang, alat, tenaga dan modifikas lingkungan yang
tersedia untuk menolong individu
Menurut Cohen dan Will (1985), aspek-aspek dukungan sosial adalah:
1. Aspek struktural, yaitu hubungan sosial individu. Seperti status
perkawinan dan banyaknya teman. Dukungan struktural menyangkut
pengaturan hidup, frekuensi saling kontak, partisipasi dalam aktivitas
sosial dan jaringan sosial.
2. Aspek fungsional, yang meliputi kualitas hubungan individu. Seperti
keyakinan bahwa dirinya mempunyai teman dekat yang siap membantu
pada saat yang dibutuhkan. Aspek fungsional yang menyangkut dukungan
emosi, dukungan semangat, dukungan nasehat, informasi atau bantuan
material.
-
21
c. Faktor-Faktor Yang Meliputi Dukungan Sosial
Faktor –faktor yang meliputi dukungan sosial dikemukakan oleh Brehm dan
Kassin, (1991) yaitu :
1. Kontak Sosial
Kontak sosial dapat dilakukan oleh sejumlah orang, misalnya kontak
social dalam hubungan suami isteri, hubungan dengan kerabat, atau
hubungan dengan teman dekat
2. Hubungan yang berkualitas
Tersedianya hubungan dengan orang yang dekat akan membuat
individu terhindari atau dapat mengatas masalah
3. Tersedianya orang yang membantu
Tersedianya orang yang membantu pada saat akan dibutuhkan sangat
berarti sekali. Semakin banyak orang yang dapat membantu maka
semakin sehatlah individu tersebut
4. Tersedianya bantuan
Bantuan yang diterima individu akan mengurang akibat yang
ditimbulkan oleh stres. Hal in disebabkan terbentuknya keyakinan diri
dengan keterlibatan lingkungan sosialnya sehingga individu dapat
menghadapi masalah yang ada bahkan dapat mengatasinya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa persepsi
dukungan sosial merupakan ada tidaknya bantuan yang diberikan
seseorang melalu hubungan interpersonal dengan orang terdekat dem
kesejahteraan manusia
-
22
C. Kecerdasan Spiritual
a. Definis Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual menurut Zohar & Marshall (2000), adalah kecerdasan
untuk menghadap dan memecahkan persoalan hidup, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan lebih
kaya. Zohar dan Marshal (2007) berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan
kearifan diluar ego atau jiwa sadari. Kecerdasan spiritual menjadiikan manusia
yang benar-benar utuh secara intelektual, emosi dan spiritual. Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan jiwa.Kecerdasan spiritual dapat membantu manusia
menyembuhkan dan membangun dir manusia secara utuh.
Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual dengan istilah yang
berbeda tetap dengan makna yang sama. Menurut Sinetar, kecerdasan spiritual
adalah pikiran yang terinspiras dan mendapatkan dorongan dari the is-ness atau
penghayatan ketuhanan, yang semua manusia menjadi bagian darinya. Inspirasi
ini membangkitkan gairah untuk bertindak secara efektif.
Mujib & Mudzakir (2001) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual
lebih merupakan konsep yang berhubungan bagaimana seseorang cerdas dalam
mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas
kehidupan spiritualnya, kehidupan spiritual disini meliputi hasrat untuk hidup
bermakna (thewill to meaning) yang memotivas kehidupan manusia untuk
senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life) dan mendambakan hidup
bermakna (themeaningful life).
-
23
Sukidi (2004), yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual dapat
mengarahkan ke puncak kearifan spiritual dengan bersikap jujur, toleransi,
terbuka penuh cinta, dan kasih sayang kepada sesama. Aziz & Mangestut (2006)
kecerdasan spiritual adalah suatu bentuk kecerdasan dalam memaham makna
kehidupan yang dicirikan dengan adanya kemampuan yang bersifat internal dan
eksternal.
Doe & Walch (2001) menjelaskan dalam bahasa yang lebih sederhana,
bahwa kecerdasan spiritual adalah dasar bag tumbuhnya harga diri, nilai-nilai,
moralitas, dan rasa memiliki. Spiritualitas memberi arah dan makna pada
kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang
lebih besar dari kekuatan diri manusia, suatu kesadarian yang menghubungkan
manusia langsung dengan Tuhan, atau apapun yang menjadi sumber keberadaan
manusia. Spiritual intelligence juga berarti kemampuan individu untuk
berhubungan secara mendalami dan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia,
dan dengan hati nuraninya.
Berdasarkan pengertian berikut, dapat disimpulkan kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan
dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadari. Kecerdasan spiritual menjadikan
manusia yang benar-benar utuh secara intelektual, emos dan spiritual. Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan jiwa. Kecerdasan spiritual dapat membantu manusia
menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh.
-
24
b. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Marshal (2007), aspek-aspek kecerdasan spiritual
adalah :
A. Kemampuan bersikap fleksibel, dapat menempatkan diri dan
menerima pendapat orang lain secara terbuka.
B. Tingkat kesadarian diri yang tinggi, seperti kemampuan autocritism
dan mengerti tujuan serta visi hidupnya.
C. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,
kemampuan seseorang dalam menghadapi dan memanfaatkan
penderitaan dan menjadikan penderitaan yang dialam sebagai motivasi
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikemudian hari serta
tetap tersenyum dan bersikap tenang.
D. Kemampuan untuk menghadapi dan melampau rasa sakit, kemampuan
seseoran saat sedang mengalami sakit, dia akan menyadari
keterbatasan dirinya, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan yakin
bahwa hanya Tuhan yang akan memberikan kesembuhan serta
kemampuan untuk menghadap dan melampau rasa sakit ini ditandai
juga dengan munculnya sikap ikhlas dan pemaaf.
E. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, kualitas hidup
seseorang yang didasarkan pada tujuan hidup yang pasti dan
berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk mencapai
tujuan tersebut, seperti prinsip dan pegangan hidup dan berpijak pada
kebenaran.
-
25
F. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak diperlukan.
G. Berfikir secara holistik, kecenderungan untuk melihat keterkaitan
antara berbagai hal untuk memilik pandangan yang holistik yakni
mampu untuk berfikir secara logis dan berlaku sesuai dengan norma
sosial.
H. Kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk
mencari jawaban-jawaban yang mendasar, dan memiliki kemampuan
untuk berimajinasi serta memilik rasa ingin tau yang tinggi.
I. Menjadi pribadi mandiri, mudah untuk bekerja melawan konvensi
(adat dan kebiasaan sosial), seperti mau memberi tidak mau menerima
dan tidak bergantung pada orang lain
c. Tanda-tanda kecerdasan spiritual
Adapun Tanda-tanda kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan
baik (dalam Danar, 2014) antara lain adalah :
a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
b. Tingkat kesadaran yang tinggi. Orang yang mempunyai kecerdasan
spiritual yang tinggi, akan senantiasa meningkatkan kesadaran dirinya.
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
d. Kualitas hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai.
e. Menjalankan suatu tindakan penuh dengan tujuan dan harapan.
f. Keinganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
g. Kecenderungan untuk melihat keterkaiatan antara berbagai hal.
-
26
h. Kecendrungan nyata untuk bertanya mengapa ? Atau bagaimana jika ?
Untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
d. Faktor yang mempengaruh kecerdasan spiritual
Menurut Zohar dan Marshall (2007) mengungkapkan ada beberapa
faktor yang mempengaruh kecerdasan spiritual, yaitu :
a. Sel saraf otak
Otak menjadi jembatan antara kehidupan batin dan lahiriah kita. Ia
mampu menjelaskan semua ini kerena bersifat kompleks, adiptif, dan
mampu mengorganisasikan diri. Penelitian yang dilakukan pada era
1990-an dengan menggunakan WEG (Magneto Encepholo Graphy)
membuktikan bahwa osilasi sel saraf otak pada rentang 40 Hz
merupakan basis bagi kecerdasan spiritual.
b. Titik Tuhan
Dalam penelitian Rama Chandra menemukan adanya bagian dalam
otak, yaitu lobus temporal yang meningkat ketika pengalaman religious
atau spiritual berlangsung. Dia menyebutkan sebagai titik tuhan atau
God Spot. Titik Tuhan memainkan peran biologis yang menentukan
dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik Tuhan merupakan
syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu adanya integrasi antara
seluruh bagian otak, seluruh aspek dari dan seluruh segi kehidupan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerdasan spiritual adalah nilai-nilai yang muncul dari
dalam diri sendiri dengan dorongan usaha dan kebenaran juga faktor-
-
27
faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual dalam sel saraf otak
dan titik Tuhan.
Ramayulis (2002) menuliskan beberapa faktor yang memepengaruhi kecerdasan
spiritual, antara lain
1. Faktor jenis kelamin
Dilihat dari jenis kelamin, wanita lebih cendrung rajin atau tekun
untuk melakukan ritual keagamaan yang diyakininya, seperti ke tempat
peribadatan agama dan ritual keagamaan yang lainnya.
2. Faktor Pendidikan.
Dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki seseorang akan
mempengaruhi pemahamannya dalam memahami keyakinan yang
dimiliki dan mengaktualisasinya
3. Faktor Psikologis.
Kepribadian dan kondis mental seseorang itu dapat mempengaruh
bagaimana kecerdasan spiritulanya
4. Faktor startifikasi sosial.
Pengaruh startifikasi sosial terhadap kecerdasan spiritual seseorang
sesuai dengan kedudukannya di masyarakat
5. Faktor umur.
Tingkatan umur seseorang dari anak-anak, remaja, dewasa dan tua akan
memunculkan tingkah laku yang berbeda-beda dalam mengaplikasikan
kecerdasan spiritualnya.
-
28
D. Hubungan Dukungan Sosial dan Kecerdasan Spiritual dengan Kecemasan Menjelang Pensiun
Dukungan sosial akan semakin sangat diperlukan pada saat individu
mempersiapkan diri untuk menghadap datangnya masa pensiun, dimana masalah
keuangan dan hilangnya kekuasaan menjadi salah satu sumber kecemasan
menghadap pensiun. Disinilah peran keluarga sangat dibutuhkan oleh individu
untuk dapat membantu mengurangi ketegangan dan kecemasan dalam menghadap
pensiun. Pendekatan dalam menghadapi masa pensiun akan semakin bertambah
sulit apabila perilaku keluarga tidak menyenangkan (Hurlock, 1996).
Dukungan sosial melindung seseorang dari keadaan yang menegangkan
atau membuat stres. Apabila dukungan sosial yang diterima cukup maka
kesehatan fisik dan mental akan baik (Sarafino,1990). Perempuan lebih cenderung
untuk memberi dan menerima dukungan sosial yang lebih besar dibandingkan
dengan laki-lak menurut Porter, Marco dkk, (2000). Masa berhent bekerja n dapat
dijalankan dengan baik apabila individu yang bersangkutan mampu memaham
tahap perkembangan yang sedang dijalan dan mampu mencapai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi dalam menjalan tahap perkembangan tersebut
(Erickson, 1989).
Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk dapat
memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan
spiritual dapat menjadi media untuk menjembatani masalah eksitensial, yang
berkaitan dengan kecemasan menghadap masa pensiun. Masalah eksitensial yakni
keadaan terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhwatiran, dan masa lalu akibat
-
29
penyakit dan kesedihan dalam kehidupan (Zohar & Marshall, 2000). Masalah
yang tidak dihadap dengan cepat dan fleksibel, akan semakin memperumit
keadaan yang lambat laun akan berubah menjadi bom waktu apabila tidak segera
diselesaikan. Pemanfaatan kecerdasan spiritual in telah menjadi media untuk
menjembatan masalah eksitensial, terkait kecemasan menghadap masa pensiun.
Dalam penelitian Danar (2014) terdapat hubungan negatif dan sangat
signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadap masa
pensiun. Nilai korelasi yang diperoleh dari penelitian ini sebesar -0,734 dengan
nilai p sebesar 0,000. Hal in menandakan adanya hubungan kearah negatif yang
sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadap masa
pensiun. PNS akan memiliki tingkat kecemasan menghadap pensiun yang rendah
ketika memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Kemudian penelitian Fandi & Ika (2016) berdasarkan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadap pensiun pada karyawan masa
persiapan pensiun d PTPN VI Unit Usaha Betung. Kecerdasan spiritual
memberikan sumbangan efektif sebesar 52,4% kepada kecemasan menghadapi
pensiun pada karyawan masa persiapan pensiun d PTPN VI Unit Usaha Betung,
sedangkan 47,6% dipengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam
penelitian ini.
-
30
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan landasan teor disusun suatu kerangka pemikiran
seperti disajikan dalam gambar berikut ini :
Gambar 1
Bagan Hubungan Dukungan Sosial Dan Kecerdasan Spiritual Dengan
Kecemasan Menjelang Pensiun.
Kerangka pemikiran teoritis yang disajikan diatas yaitu terdapat hubungan
antara dukungan sosial dan kecerdasan spiritual dengan kecemasan. Seseorang
yang akan memasuki masa pensiun harus mendapatkan dukungan sosial dari
orang terdekat, keluarga maupun sahabat agar memilik kesiapan saat menjalani
masa pensiun dengan baik. House dan Kahn (1985), mengatakan dukungan sosial
adalah tindakan yang bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian
informasi, bantuan instrumen dan penilaian positif pada individu dalam
menghadap permasalahannya. Selain dukungan sosial, seorang pensiunan
Dukungan Sosial
Aspek-aspek (house & kahn, 1985) :
1. Dukungan emosional, 2. dukungan penghargaan, 3. dukungan instrumental, 4. dukungan informasi
Kecerdasan spiritual
Aspek-aspek (Zohar & Marshall, 2007):
Bersikap fleksibel,
Kesadaran tinggi,
mampu menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,
mampu menghadapi dan melampaui rasa sakit,
kualitas hidup yang dialami, enggan untuk kerugian,
berfikir holistic, berfikir kritis
Kecemasan
Menjelang Pensiun
Aspek-aspek
Bucklew (dalam
Yulianita, 2003):
Kecemasan psikologis,
kecemasan fisiologis.
-
31
diharapkan juga memiliki kecerdasan spiritual dengan baik. Kecerdasan spiritual
menurut Zohar & Marshall (2000), adalah kecerdasan untuk menghadap dan
memecahkan persoalan hidup, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan lebih kaya.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada Hubungan Signifikan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan
Menjelang Pensiun Pada Karyawan.
2. Ada Hubungan Signifikan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kecemasan
Menjelang Pensiun Pada Karyawan
3. Ada Hubungan Signifikan antara Dukungan Sosial dan Kecerdasan
Spiritual dengan Kecemasan Menjelang Pensiun Pada Karyawan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati, R.P &Purwadi.(2007). Hubungan antara dukungan sosial dengan
kecemasan menghadap pensiun. Humanitas. Skripsi. 4. 1 Januari 2007.
Anggraini. S. (2000). Kecemasan Pegawai Negeri Sipil Lahat Ketika Memasuki
Pensiun. Skripsi. Fakultas Psikologi. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.
Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S.(2013). Subjek Penelitian. Ghalia ndonesia: Jakarta
Azwar, S. (1998). Metode Penelitian Edisi 1. Yogyakarta.PustakaPelajar Offset.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, R. A.& Byrne, D. (2004). Psikolog Sosial Edisi 10. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Basrowi, (2007).Metode Analisis Data Sosial. Kediri : Jenggala Pustaka Utama.
Brill, P. L and Hayes, J.P. (1981). Taming Your Turmoil : Managing the
Transtitions af Adult Life. EagleWood Cliffs : Prentice – Hall In
Chaplin, J.P. (1968). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Connel, (1994). Impact of social support, social cognitive variabels and percevied
threat on depression among adult with diabetes. Jurnal Health Psychology,
1. (3) 263-273.
Danar, (2014) Kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadap masa pensiun.
Jurnal Psikologi, 2 (1) 169-178
Dwilestari, Peni. (2018). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan
Menghadap Masa Pensiun Pada Anggota Polri di Samarinda. Skripsi.
Samarinda. Universitas Islam Yogyakarta
Fand & Kai. (2016). Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kecemasan
menghadap masa pensiun pada karyawan d pt perkebunan nusantara vi
unit usaha betung kabupaten banyu asin sumatera selatan. Jurnal
Diponegoro, 5 (3) 467-471.
-
Faribors, B., Fatemeh, A., &, H. (2010). The relationship between nurses spiritual
ntelligence and happinesin ran. Jurnal Procedia Social and Behavioral
Sciences 5, 1557-1560
Fletcher, W. L. & Hansson, O.R. (1991). Assesing The Social Component
Retirement of Anxiety Scale. Psychology and Aging.
Ganster, D. C., Fuller, M. R., Mayes, B. T. (1986). Role of social support in the
experience of stress at work. Journal of Applied Psychology, 71 (1) 102-
111
Ghufron, M. N. & Rini F. (2014). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: AR-Ruzz
Media
Hadi, S. (2001). Statistik Jilid 2.Yogyakarta: And Offisieta.
Hadiwaluyo.(2009). Dampak emosi dari retrirement. Makalah psikogerontologi.
Yogyakarta: Magister Sains Psikolog Universitas Gadjah Mada
Hidayati, N. (2005) Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Strateg
Coping Pada Karyawan Bpr Saa Lumajang. Skripsi. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
House, J. & Khan, RL.(1996). Measures and Concepts of Sosial Suport. London :
Academic Press, n.
Hurlock, E. B.(1993). Psikolog Perkembangan. Diterjemahkan oleh stiwidayant
dan sudjarwo. Jakarta: Erlangga.
Hulock, E.B.(2006). Psikolog Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan Edis Kelima (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Kuntjoro, Z. S. (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia.www.e-psikologi.com
Nabari, T. (2009).Happy and Healthy Retiree. Yogyakarta: Andi Pustaka
Notoatmojo, S. (2003) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Papalia.W (2008) Psikologi Perkembangan.Jakarta: Kencana Prenada
MediaGroup
Prasojo, Dharmawan. (2011) Kecemasan menghadap masa pensiun pada
karyawan kementrian agama yang strinya bekerja dan tidak bekerja (stud
komparatif pada karyawan kementrian agama kabupaten
Banjarnegara).Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Purwanto.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ramayulis (2002).Pengantar Psikolog Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
http://www.e-psikologi.com/
-
Sarafino. H. P. (1994). Health Pshychology Biopsychosocial Interaction Edisi 5.
USA: John Wiley dan Sons.
Sarason, I. G. et al., (1983). Assessing social support: The social support
questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 44 (1) 127-
139
Safitri, R. (2003) Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor
Setyaningsih, Sant & Mu’in, Muhammad (2013). Dukungan sosial dan tingkat
kecemasan pada kelompok pekerja pns yang menghadap masa pensiun.
Jurnal Keperawatan Komunitas, 1(2) 123-125
Shihab, M. Quraish. (2012). Tafsir AL-Misbah Pesan, Kesan, dan Keseimbangan
Al-Qur’an.Vol. 12. Jakarta: Lentera Hati.
Shinta, Eka. (1995). Perilaku coping dan dukungan sosial pada pemuda
penganggur, studi deskriptif terhadap pemuda penganggur di perkotaan.
Jurnal Psikologi Indonesia, (1) 34-42
Sinetar, M. (2000). Spiritual Intelligence: Belajar dari Anak yang Mempunyai
Kesadarian Dini. Jakarta: Gramedia.
Spielberger (2006). Stress and Emotion: Anxiety, Anger and Curiosity. New York:
Taylor and Francis Group
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D.
Bandung: Alfabeta Cv
Sugiyono.(2015). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta,Cv
Sukidi. (2002). Kecerdasan spiritual: mengapa SQ Lebih penting dariipada Q
dan EQ. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Suryabrata, S. (1983). Perkembangan individu. Rajawali.
Sutrisno, E. (2013). kematangan emosional, percaya diridan kecemasan pegawai
menghadapi masa pensiun. Jurnal Psikolog ndonesia. 2 (1) 4-6
Taylor, S. E. Peplau, L. A., Sears, D. O. (1997). Social Psychology. 9th edition.
New Jersey: Prentice Hall International Editions
Wade, C & Travis, C. (2007). Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. (terjemahan :
Padang Mursalin dan Dinastuti). Jakarta : Erlangga
-
Widiastuti, N. (2009). Kecemasan Karyawan dalam Mengahadap Pensiun d PTPN
XI (persero) Kebun Kalisenan Jember. Skripsi. Malang: Fakultas Psikolog
UMM.
Winarsunu.T. (2015).Statistik dalam Penelitian Psikolog & Pendidikan. Malang:
UMM press
Wulandari, P,D. & Lestari, M.D. pengaruh penerimaan dir pada kondis pensiun
dan dukungan sosial terhadap kecemasan menghadap masa pensiun pada
pegawa neger sipil d kabupaten badung. Jurnal Psikolog Udayana, 1 (4)
88-95.
Wulandari, M. (2016). dukungan keluarga pada karyawan yang mengalami
kecemasan menjelang masa pensiun. Jurnal Psikoboreno, 4 (4) 658-659.
Zohar, D. & Marshall, . (2000).Memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam
berpikir ntegralistik dan holistik untuk memakana hidup. Bandung: Mizan.
Zohar, D.& Marshall, . (2007).SQ: Kecerdasan Spiritual, (Rahman Astuti, Ahmad
Nadjib Burhani, Ahmad Baiquini. Terjemahan) Bandung : PT Mizan
Pustaka