hubungan amerika serikat dan rusia pasca keruntuhan uni soviet

18
HUBUNGAN RUSIA DAN AMERIKA SERIKAT PASCA KERUNTUHAN UNI SOVIET Disusun untuk memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Perang dan Damai Dosen: Taufik Hidayat, S.IP., M.Si Rizki Ananda Ramadhan, S.IP Oleh MEGA MUSTIKA 170210070067 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

Upload: mega-mustika

Post on 25-Jun-2015

899 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

HUBUNGAN RUSIA DAN AMERIKA SERIKAT PASCA KERUNTUHAN UNI

SOVIET

Disusun untuk memenuhi Tugas Individu Mata KuliahPerang dan Damai

Dosen:

Taufik Hidayat, S.IP., M.SiRizki Ananda Ramadhan, S.IP

Oleh

MEGA MUSTIKA170210070067

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONALJATINANGOR

2010

Page 2: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

HUBUNGAN RUSIA DAN AMERIKA SERIKAT PASCA KERUNTUHAN UNI

SOVIET

I. Pendahuluan

Sebagai negara yang kuat, hubungan Rusia dan Amerika Serikat menjadi sorotan

tajam bagi masyarakat internasional. Hubungan yang diawali dengan kerjasama pada Perang

Dunia II, berakhir dengan permusuhan yang panjang pada masa Perang Dingin. Setelah

berakhirnya Perang Dunia II, kedua negara berselisih tentang bagaimana cara yang tepat

untuk membangun Eropa pascaperang. Kedua negara saling memperlihatkan bahwa satu

benar dan lainnya salah.

Persaingan keduanya terlihat di berbagai bidang seperti: koalisi militer; ideologi,

psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan;

perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Hingga akhirnya persaingan ini

menjadi Perang Dingin dimana mereka berdua tidak terlibat secara langsung dalam

peperangan melainkan saling menyebarkan pandangannya kepada negara-negara lain dan

menciptakan proxy war. Istilah “Perang Dingin” sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh

Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan

yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.1

Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar

Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun pertahanan terhadap

komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan

negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara melalui NATO, ANZUS,.

Sedangkan Uni Soviet membangun Pakta Warsawa dan SEATO untuk membendung

pengaruh AS.

Pada akhirnya, setelah Perang Dingin berlangsung selama 44 tahun, ia berakhir juga

secara simbolis pada tahun 1989 dengan runtuhnya Tembok Berlin yang menjadi pemisah

antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Pada tahun 1991, Uni Soviet benar-benar hancur

setelah terpecah-pecahnya negara tersebut menjadi Commonwealth of Independent State

(CIS) yang terdiri dari 12 negara: Belarusia, Kazakstan, Ukraina, Azerbaijan, Kirgiztan,

Uzbekistan, Armenia, Georgia, Moldavia, Tadzikistan, Turkmenistan, dan Rusia sebagai

pimpinannya serta tiga negara laut Baltik tidak ingin bergabung dengan CIS.2

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dingin2 Christoph Ratno Nugroho. 2008. Perkembangan Tata Hubungan Internasional di Eropa Pasca Perang Dingin. Melalui <http://bintang01.files.wordpress.com/2010/01/after-cold-war1.pdf> [19/04/10]

1

Page 3: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

Dalam waktu beberapa tahun kebelakang, Rusia terlihat kembali menguatkan cakar-

cakarnya dalam politik internasional. Peningkatan perekonomian negara dan politik yang

semakin stabil mengembalikan kepercayaan Rusia. Ini juga menciptakan perubahan dalam

pola hubungan Rusia dengan AS. Memang, setelah kehancuran Uni Soviet, AS berjaya

sebagai hegemon dengan pola unilapolar. Walau demikian Uni Soviet meninggalkan

kekuatan militer yang masih perkasa kepada Rusia dan menempatkan semua negara di Eropa

Timur sebagai negara satelitnya. Sekarang, Rusia sudah semakin kokoh dalam perekonomian,

politik dan militer. Semakin matangnya Rusia ini mengubah pola hubungan yang terjalin

selama ini antara AS dengan Rusia dari ketergantungan Rusia terhadap AS mengarah kepada

persaingan untuk meningkatkan kapabilitas power masing-masing.

II. Identifikasi Masalah

Pola hubungan dalam sistem internasional dapat berubah sewaktu-waktu tergantung

kepada power yang dimiliki oleh negara dan isu kepentingan yang mendasari hubungan

tersebut. Negara-negara bekerja sama atau berkonflik tergantung pada isu apa yang diangkat

dalam politik dunia. Abad ke 21 dianggap sebagai pembentukan baru atas politik dunia yang

berlangsung untuk ke depannya. Isu-isu yang muncul tidak lagi untuk menjaga perimbangan

kekuasaan pada era Perang Dingin. Isu-isu yang diangkat sekarang mengarah kepada multiple

issues dengan menitikberatkan kepada isu keamanan, ekonomi, dan HAM.3

Dalam isu keamanan, negara-negara di dunia berusaha untuk menciptakan dunia yang

aman bagi manusia ketika pengembangan teknologi sulit untuk dibendung. Perang sekarang

ini tidak lagi hanya berkisar kepada keuntungan dari banyaknya perlengkapan persenjataan

dan tentara tetapi seberapa hebat dan mematikan senjata yang dimiliki oleh negara. Ini

menciptakan mimpi buruk tersendiri bagi manusia. Nuklir diperbolehkan untuk

dikembangkan selama itu tidak untuk dipergunakan sebagai senjata. Tetapi kenyataannya,

terdapat beberapa negara yang mengembangkan nuklir sebagai penguat kapabilitas powernya

seperti AS, Israel, Korea Utara, India, Pakistan, Iran dll.

Ekonomi sekarang telah mengambil tempat sendiri dalam menciptakan perhatian yang

menyeluruh dari masyarakat dunia tentang penciptaan kesejahteraan di seluruh dunia. Isu

ekonomi menyentuh berbagai aspek dalam kehidupan negara. Globalisasi dianggap sebagai

pendorong peningkatan isu ini. Globalisasi mengakibatkan batas-batas negara menjadi kabur

karena begitu mudahnya perpindahan barang, jasa, manusia, dan informasi dari satu negara

3 John. T. Rourke. 2005. International Politics on the World Stage, 10th ed, hal 42

2

Page 4: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

ke negara lainnya. Ia juga mengarahkan kepada penciptaan saling ketergantungan yang kuat

terhadap satu negara dengan negara baik melalui konsep regionalisme maupun

supranasionalisme. Dengan ketergantungan ini, dunia telah membentuk sendiri jaringan-

jaringan ekonominya yang menciptakan keterhubungan antarnegara sehingga kehancuran

perekonomian sebuah negara akan mempengaruhi ekonomi negara lain. Dengan demikian,

isu ekonomi dinilai begitu penting karena ia begitu mempengaruhi kelangsungan dari sebuah

negara-negara di dunia.

Pada isu HAM, masyarakat dunia semakin menyerukan nilai-nilai hak asasi yang

setara yang dimiliki oleh setiap individu di dunia. Nilai-nilai demokrasi haruslah disebarkan

ke berbagai negara agar menciptakan ranah yang kondusif bagi terciptanya penguatan akan

HAM di berbagai belahan dunia. Semua individu memiliki hak yang sama dan kebebasan

dimiliki oleh semua orang.

Sedangkan hubungan antara AS dengan Rusia lebih cenderung kepada penciptaan

dunia yang aman dari nuklir dan senjata mematikan lainnya karena kepemilikan nuklir

terbesar dan teknologi persenjataan di dunia dimiliki oleh dua negara tersebut. Kebijakan

kedua negara untuk mencapai maksud tersebut berdasarkan kepada strategi yang

dicanangkan. Pasca Perang Dingin AS menggelar sejumlah strategi baru dalam memasuki

abad ke-21. Diantara butir-butir strategi AS itu adalah 4 :

Menggerakkan strategi AS dari menyiapkan perang melawan Uni Soviet dan

menggunakan senjata nuklir menjadi persiapan perang yang menggunakan senjata

pamungkas.

Menerima visi Eropa bebas nuklir.

Menggantungkan diri pada pasukan. AS mengupayakan perang jangka pendek.

AS akan memobilisasi struktur kekuatan perimbangan untuk menghadapi

kekautan yang akan muncul.

Menggunakan senjata konvensional modern, bukan senjata strategis.

Pengaturan apa yang disebut sebagai konflik intensitas menengah.

Rusia juga memikirkan strategi baru untuk menghadapi tatanan dunia baru selepas

Uni Soviet bubar.

Menjamin adanya kontrol atas senjata nuklir.

Menjamin tak ada kekuatan asing menyerang atau intervensi untuk memulihkan

ketertiban.

4 Asep Setiawan. 2008. Doktrin Strategi Perang Dingin dan Sesudahnya. Melalui <http://theglobalpolitics.com/?p=10> [19/04/10]

3

Page 5: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

Memperkuat persemakmuran negara-negara merdeka (CIS) menjadi sebuah

konfederasi yang terintgrasi.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi Rusia itu dikembangkan pemikiran

strategis baru:

Para pemimpin Rusia akan tetap menjamin bahwa arsenal Rusia dapat

diandalkan.

Rekonstruksi angkatan bersenjata Rusia akan berusaha menghasilkan “militer

yang lebih efisien tapi tak mengancam dunia”.

Melindungi komando senjata strategis Rusia dan mencegah kehilangan kontrol

atas senjata nuklir ke negara lain.

Penekanan pada penggunaan senjata non nuklir yang canggih.

Strategi-strategi tersebut menjadi pengarah hubungan AS-Rusia dalam penciptaan

dunia yang lebih aman ditengah pengembangan senjata-senjata mutakhir. Tapi, upaya tarik

ulur dari negara-negara ini terlihat begitu jelas. Berbagai perjanjian dan kesepakatan dibentuk

tetapi kedua negara saling melanggar kesepakatan karena alasan kedaulatan dan

keterancaman dari keamanan negara.

III. Analisis

Hubungan AS-Uni Soviet sejak dulu adalah fluktuatif dan panas. Dimulai dengan

Perang Dingin pertama (1946-1970) ke detente  pertama (1971-1980), setelah jeda setahun,

AS dan Uni Soviet kembali lagi ke Perang Dingin kedua (1981-1987).5 Namun, setelah

kehancuran yang terjadi pada Uni Soviet, Rusia menjadi negara yang lemah dan dikatakan

sebagai anjing AS karena ia harus mengikuti berbagai aturan-aturan yang diberikan oleh AS

demi memperbaiki stabilitas ekonomi dan politik yang hancur. Pola hubungan persaingan

pada Perang Dingin berubah menjadi kebutuhan pasca terpecahnya Uni Soviet ke dalam

berbagai negara kecil

Walau demikian, “menyimpan bara dalam sekam” merupakan kata-kata yang tepat

merefleksikan hubungan Amerika Serikat dan Rusia setelah 10 tahun terakhir. Hubungan

yang tidak harmonis antara negara-negara DK PBB ini tetap berlangsung hingga sekarang

walau dua negara tersebut membangun berbagai perjanjian sebagai komitmen untuk

5 Anonymous. 2008. Sumbu-Sumbu Perang Dingin Masih Menyala. Melalui http://www.waspada.co.id/ [19/04/10]

4

Page 6: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

membangun kepercayaan dan kerjasama. Republik Federasi Rusia muncul sebagai pemeran 

yang  melanjutkan kekuatan Uni Soviet baik secara politik maupun ekonomi, walaupun

bukan lagi sebagai penyebar ideologi utama yang ditakuti oleh AS yaitu komunisme.

Berdasarkan analisis media massa Eropa, babak baru Perang Dingin antara Rusia dan

Barat telah dimulai. Ini diindikasikan dengan silang pendapat Rusia dan Barat dalam

menyikapi berbagai persoalan seperti rencana penempatan sistem anti rudal AS di Eropa

Timur, keluarnya Moskow dari perjanjian pengurangan senjata konvensional di Eropa,

keberatan Rusia atas usaha Barat untuk memisahkan Kosovo dari Serbia, dan dideportasinya

diplomat Rusia dan tindakan Inggris menyusul meningkatnya aktifitas spionase kedua negara

ini.6

Dinginnya hubungan Barat dan Rusia sudah berlangsung lama. Penduduk Rusia

kecewa atas kegagalan reformasi kelompok Westernis di negara mereka pada dekade 90-an.

Mereka tidak menepati janjinya soal perbaikan ekonomi dan sosial Rusia setelah runtuhnya

Uni Soviet. Rusia mengalami krisis politik dan ekonomi dari dalam dan ketergantungan

ekonomi kepada AS dan Uni Eropa di masa pemerintahan Presiden Boris Yeltsin. Di sisi lain,

sejak runtuhnya Uni Soviet dan pembubaran perjanjian Pakta Warsawa, dengan pimpinan

AS, NATO mempergunakan kesempatan berkurangnya keamanan di Eropa Timur dan

berkurangnya pengaruh Rusia di kawasan tersebut untuk memperluas jangkauan

kekuasaannya ke wilayah tersebut. Dalam kesempatan ini, pada tahun 2001 AS dalam

usahanya melemahkan pertahanan Rusia, dengan sepihak telah keluar dari perjanjian

pelarangan pengembangan Rudal anti Balistik (ABM) yang disepakati pada tahun 1972, dan

melaksanakan draf sistem anti rudal di Eropa Timur. Oleh karenanya Rusia melihat rencana

Wasington ini mengancam stabilitas negaranya.

AS dan NATO berusaha mengendalikan Rusia karena mereka tidak percaya masa

depan politik Rusia dan berusaha mencegah bangkitnya kekuatan Rusia. Begitu juga

keabsahan kesepakatan pengurangan senjata-senjata strategis Start 1 (Strategic Arms

Reduction Treaty) yang masa berlakunya tinggal 2 tahun dan AS tidak menunjukkan

keinginannya untuk memperpanjang kesepakatan tersebut. Adapun kesepakatan Start 2 tidak

terlaksana karena politik militer AS. Sementara itu, masa berlaku kesepakatan pengurangan

senjata-senjata strategis yang ditandatangani Presiden AS, George W. Bush dan Presiden

Rusia Vladimir Putin pada tahun 2002, tinggal 6 tahun lagi. Dengan demikian, kondisi yang

ada saat ini tengah mengarah kepada tidak adanya pembatasan pembuatan senjata strategis

6 Anonymous. 2008. Babak Baru Perang Dingin antara Rusia dan Barat. Melalui <http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=101&Itemid=27> [19/04/10]

5

Page 7: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

dan pertahanan antara AS dan Rusia. Menurut ahli politik dan militer, AS dan Rusia

memasuki babak baru yang disebut perdamaian bersenjata; dimana masing-masing mereka

tengah melaksanakan program-program militer yang akan meningkatkan kekuatan mereka

untuk menghadapi ancaman satu dari yang lain.

Vladimir Putin berusaha untuk membangun kembali kekuatan Rusia setelah

runtuhnya Uni Soviet, yang ia lakukan sejak tahun 2000 dengan memusatkan kekuasaan di

Kremlin dan menyelesaikan krisis politik dan ekonomi dalam negeri dan dengan

keberhasilannya mencapai pertumbuhan 7 persen di bidang ekonomi pada tahun 2006.

Dengan kekuatan militer, senjata nuklir, sumber energi yang besar dan wilayah luas yang

dimilikinya, Rusia berusaha memainkan peran dalam keseimbangan politik dan keamanan

internasional, dan hal ini berseberangan dengan politik rivalnya yaitu Barat. Pada tahun 2007-

2008 perselisihan antara kedua pemimpin AS dan Rusia semakin sengit. Hal ini ditunjukkan

dengan pernyataan Putin yang menyinggung semakin luasnya politik sepihak Wasington, dan

menyamakan politik militer Bush dengan Adolf Hitler. Sebaliknya, pejabat AS menuduh

pemerintahan Putin melanggar HAM dan demokrasi.

Mantan Menlu Uni Soviet, Edward Shefardnadze yang membantu terlaksanakannya

Perjanjian Pengurangan Senjata Konvensional di Eropa menyebut keluarnya Rusia dari

perjanjian tersebut sebagai babak baru dari perang dingin. Perjanjian tersebut ditandatangani

oleh anggota Warsawa dan NATO tahun 1990 di Paris. Kesepakatan tersebut bertujuan

mengendalikan senjata konvensional dan menjaga keseimbangan kekuatan serta

menumbuhkan rasa saling percaya. Akan tetapi, Rusia keluar dari kesepakatan tersebut

sebagai protes kepada para anggota NATO yang tidak bersedia meratifisi perjanjian

pengurangan senjata konvensional, juga untuk memprotes penguatan pangkalan militer dan

rudal NATO dan AS di Eropa. Para pengamat politik melihat keluarnya Rusia dari perjanjian

ini bukanlah langkah akhir negara ini dalam menyikapi perluasan wilayah oleh NATO dan

AS di Eropa Timur dan kawasan-kawasan bekas Uni Soviet.

Pada tahun 2008, hubungan Rusia dan AS mencapai titik terlemah sejak runtuhnya

Uni Soviet dan perang dingin. Hubungan Rusia dan AS sejak runtuhnya Uni Soviet hingga

saat ini disebut oleh para analis sebagai masa perdamaian dingin hingga perang lunak. Seraya

menyinggung keputusan AS untuk menempatkan sistem pertahanan anti rudal di Eropa

Timur, para pejabat Kremlin memperingatkan bahwa pada masa lalu Rusia diserang lewat

wilayah ini, dan sekarang Moskow tidak akan membiarkan sejarah tersebut terulang. Jelas

sekali jika terjadi perang baru maka yang akan kembali menjadi korban utamanya ialah

negara-negara Eropa. Di Eropa sendiri terdapat beberapa kelompok dalam menyikapi

6

Page 8: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

ketegangan hubungan antara Rusia dan AS, sementara tidak ada minat yang kuat di benua ini

untuk membantu penyelesaian krisis tersebut. Dengan demikian ketegangan ini akan terus

berlanjut, karena Nato dan AS akan terus mengepung dan berusaha melemahkan Rusia,

sedangkan Rusia akan terus berusaha menjadi salah satu kekuatan di samping AS.

Setelah 17 tahun runtuhnya Uni Soviet, Rusia dan AS belum pernah melakukan

langkah positif untuk menyelesaikan berbagai persoalan diantara mereka. Sebagai dua

kekuatan yang saling bersaing, Rusia dan AS selalu mengejar kepentingan-kepentingan yang

saling bertentangan. Penentangan Rusia terhadap usaha Barat untuk memisahkan Kosovo dari

Serbia dapat dinilai sebagai persaingan mereka dalam bidang Geostrategis.

Isu nuklir Iran menjadi sorotan tajam akhir-akhir ini. Bagaimanapun juga, Iran

dianggap telah mengembangkan pengayaan nuklir demi kepentingan militernya. Hal ini jelas

bertentangan dengan penggunaan nuklir untuk damai. Walau demikian, terjadi

ketidaksepahaman antara AS dan Rusia dalam penyelesaian masalah ini. Bahkan, ini dinilai

sebagai arena baru bagi Rusia dan AS untuk saling berselisih.

Hubungan Iran dengan Amerika memburuk semenjak tahun 1979, karena perubahan

konstitusi negara yang membuat seorang pemimpin tertinggi memiliki kekuasaan tertinggi

dalam suatu negara. Iran menjadi negara teokratis. Sedangkan Amerika Serikat memiliki

kepentingan yang begitu besar terhadap Timur Tengah dimana AS memiliki kepentingan

untuk mengamankan suplai minyaknya yang melalui Teluk Persia. Instabilitas kawasan akan

mempengaruhi arus suplai impor minyak mentah Amerika Serikat dari Timur Tengah.

Ditakutkan dengan pengembangan proyek nuklir oleh satu negara di kawasan tersebut, akan

mengakibatkan kegoncangan di dalam kawasan karena memicu pengembangan proyek nuklir

di negara-negara lainnya. Tetapi, tidak hanya itu, AS membutuhkan minyak bumi tetapi ia

tetap menginginkan Dollar berkuasa.

Di satu sisi lainnya, Iran merupakan pemasok minyak bumi dan gas terbesar bagi

industri-industri di Rusia. Rela atau tidak, Rusia harus membantu Iran untuk mengamankan

industri dalam negerinya. Ini membuat Rusia menjadi alot dalam tawar-menawar dengan AS

dan negara anggota lainnya DK PBB untuk memberikan sanksi yang ringan agar tidak

berimbas pada kepentingan negaranya. Sedang AS sendiri mengharapkan dukungan dari

negara-negara lainnya untuk memberikan sanksi yang tegas agar proyek pengembangan

nuklir ini berakhir. Hingga sekarang, belum ada titik temu antara negara-negara ini sehingga

masalah ini tidak kunjung maju.

Tetapi, hubungan antara AS dan Rusia mengalami peningkatan bulan ini dengan

ditandatanganinya perjanjian baru antara AS dan Rusia di Praha, Ceko. Berdasarkan

7

Page 9: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

kesepakatan tersebut, kedua negara hanya diizinkan memiliki maksimal 1550 hulu ledak atau

30 persen lebih rendah dari batasan yang ditetapkan tahun 2002.7 Ini pencapaian besar, buah

dari ketekunan para perunding kedua negara selama berbulan-bulan. Sampai akhirnya kedua

presiden duduk berdampingan menandatangi pengganti kesepakatan START 1991 yang masa

berlakunya habis Desember tahun lalu. Langkah ini juga dianggap sebagai keberhasilan dari

usaha mendekatkan hubungan kedua negara yang sering menegang.

Usai penandatangan, Obama dan Medvedev juga menegaskan lagi pandangan mereka

tentang sengketa atom dengan Iran. Amerika Serikat mengumumkan kebijakan baru

penggunaan senjata nuklir mereka yang prinsipnya kecuali Korea Utara dan Iran, mereka

tidak akan melakukan serangan nuklir terhadap negara yang tidak memiliki senjata nuklir.

Hal ini didukung oleh Rusia melalui persetujuan untuk memberikan sanksi terhadap Iran atas

pengembangan nuklirnya. Sekjen PBB Ban Ki Moon, kesepakatan ini penting bagi usaha

dunia internasional menuju pelucutan senjata nuklir dan mewujudkan dunia yang bebas dari

senjata nuklir

7 Anonymous. 2010. AS-Rusia Tandatangani Perjanjian Nuklir. Melalui http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/04/100408_usnuclear.shtml

8

Page 10: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

KESIMPULAN

Setelah Perang Dingin berakhir dengan runtuhnya Tembok Jerman pada 1989, ia juga

menciptakan berbagai perubahan yang besar dalam politik internasional. Sistem internasional

yang pada awalnya berbentuk bipolar berganti menjadi unipolar. Ia mengubah Uni Soviet

yang begitu besar menjadi pecahan negara-negara kecil dan menjadikan AS sebagai

hegemon. Tetapi, walau Uni Soviet runtuh, ia tetap meninggalkan keperkasaan militernya

kepada Rusia yang merupakan pecahan terbesarnya. Dalam kondisi yang tidak

menguntungkan, Rusia harus tunduk kepada AS guna meningkatkan stabilitas ekonomi dan

politik ditengah kemelorotan yang terjadi.

Ketika Rusia telah kembali menjadi besar dengan usahanya sendiri karena janji yang

diberikan AS akhirnya tidak dipenuhi, ia mengubah hubungannya dengan AS yang awalnya

berupa ketergantungan akan satu pihak menjadi perselisihan. Isu yang mengemuka dalam

masalah ini adalah isu pengembangan teknologi untuk persenjataan dan nuklir. Kedua negara

saling tarik ulur dalam perjanjian yang telah disepakati melalui Start 1 (Strategic Arms

Reduction Treaty) dan START 2. Ia juga meruncing pada persaingan geostrategis dengan

penentangan rusia terhadap usaha Barat untuk memisahkan Kosovo dari Serbia. Mereka juga

terlihat tidak memiliki kesepakatan yang jelas dalam penyelesaian krisis nuklir Iran sebagai

anggota tetap DK PBB karena kepentingan nasional masing-masing.

Tetapi, hubungan antara AS dan Rusia mengalami peningkatan pada 2010 dengan

ditandatanganinya perjanjian baru antara AS dan Rusia di Praha, Ceko. Berdasarkan

kesepakatan tersebut, kedua negara hanya diizinkan memiliki maksimal 1550 hulu ledak atau

30 persen lebih rendah dari batasan yang ditetapkan tahun 2002. Ini pencapaian besar,

sebagai upaya untuk menghentikan perselisihan mereka demi terwujudnya kerjasama

antarnegara-negara besar.

9

Page 11: Hubungan Amerika Serikat Dan Rusia Pasca Keruntuhan Uni Soviet

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Sumbu-Sumbu Perang Dingin Masih Menyala. Melalui <http://www.waspada.co.id/> [19/04/10]Anonymous. 2008. Babak Baru Perang Dingin antara Rusia dan Barat. Melalui <http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=101&Itemid=27> [19/04/10]Anonymous. 2010. AS-Rusia Tandatangani Perjanjian Nuklir. Melalui <http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/04/100408_usnuclear.shtml>[19/04/10]Nugroho, Christoph Ratno. 2008. Perkembangan Tata Hubungan Internasional di Eropa Pasca Perang Dingin. Melalui <http://bintang01.files.wordpress.com/2010/01/after-cold-war1.pdf>[19/04/10]Setiawan, Asep. 2008. Doktrin Strategi Perang Dingin dan Sesudahnya. Melalui http://theglobalpolitics.com/?p=10 [19/04/10]Rourke, John. T. 2005. International Politics on the World Stage, 10th ed. Boston et al: McGraw Hillhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dingin

10