hiv/aids, pedulikah kita?
DESCRIPTION
merupakan essay yang dibuat untuk memenuhi tugas magang BEM KMFA 2013TRANSCRIPT
HIV/AIDS, Pedulikah Kita?
Human Immunodeficiency Virus atau yang biasa dikenal dengan HIV adalah
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
HIV ini dapat menyebabkan penyakit Acquired Immunodeficiency
Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang biasa dikenal dengan
AIDS. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia.
HIV merupakan penyakit menular. Penyakit ini umumnya ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan
vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Pada waktu para pakar ekonomi terkenal dunia yang sedang berkonferensi di
Copenhagen tahun 2004 ditanya oleh peserta, dari dana 50 miliar dolar AS yang
disediakan untuk investasi pembangunan negara-negara berkembang, prioritas alokasi
sebaiknya diberikan pada program apa?
Mereka menjawab, prioritas pertama pada program penanggulangan HIV/AIDS.
Mengapa HIV/AIDS perlu penanganan lebih? Dari total kasus HIV/AIDS di Indonesia
yang dilaporkan pada 1 Januari-30 Juni 2012 tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan
2.224 kasus AIDS, dengan 45 persen di antaranya diidap oleh kaum muda.
Jumlah ini cukup besar dan memprihatinkan sekaligus mengancam hancurnya
program investasi sumber daya manusia untuk mendukung pembangunan. Bagaimana
tidak? HIV/AIDS sebagian besar diidap oleh kaum muda/remaja yang merupakan calon
penerus bangsa. Dari generasi muda tumbuhlah pemimpin-pemimpin bangsa.
Tingginya kasus HIV/AIDS pada generasi muda tentunya tidak lepas dari
pengaruh globalisasi. Pergaulan bebas yang kian marak di kalangan remaja ini tentu saja
menimbulkan banyak masalah, tidak hanya sebagai ‘media’ penularan HIV/AIDS.
Pergaulan bebas dapat merusak moral calon penerus bangsa.
Maraknya tempat-tempat prostitusi pun menjadi biang dari tingginya angka
HIV/AIDS. Kebanyakan kasus di lingkungan prostitusi terjadi karena kurangnya
pemakaian kondom di kelompok berisiko ini.
Kementerian kesehatan menyebutkan, jika pencegahan tidak dilakukan
diperkirakan kasus baru HIV bisa mencapai 76.000 per tahun.
Menteri Kesehatan menyebutkan pula bahwasekitar 10 persen pekerja seks
perempuan sudah terinfeksi. Hal ini sangat memprihatinkan, terlebih lagi mereka tak
bisa memaksa pelanggan untuk menggunakan kondom.
Tidak hanya pergaulan bebas dan seks yang dapat menjadi biang dari
HIV/AIDS. Konsumsi narkoba pun seringkali menggunakan jarum suntik yang tidak
steril bisa pula menjadi media penularan HIV/AIDS. Generasi muda Indonesia yang
terlibat narkoba tercatat sebanyak ada 27 persen dan pergaulan seks bebas tercatat
sebesar 20,9 persen. Adapun, data terakhir BKKBN mencatat jumlah populasi pemuda
Indonesia mencapai 74 juta jiwa.
Fakta di atas, merupakan ancaman nyata bagi kualitas masa depan SDM
bangsa. Oleh karena itu remaja harus terhindar dari pergaulan bebas dan narkoba karena
begitu pentingnya keberadaan kaum muda dalam menopang pembangunan bangsa
Indonesia nantinya.
Tetapi, kita tidak bisa langsung menghakimi bahwa Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) merupakan orang yang terlibat pergaulan bebas dan/atau narkoba. Meskipun
hanya sedikit sekali, ada pula kasus HIV/AIDS yang ditimbulkan oleh transfusi
darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh yang
telah disebutkan diatas.
HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak langsung tampak gejala awalnya.
Tahap awal infeksi HIV, gejalanya mirip influenza (demam, rasa lemah, lesu, sendi
terasa nyeri, batuk, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar). Gejala ini biasanya
hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja, lalu hilang dengan
sendirinya.
Tahap kedua adalah tahap tanpa gejala, meskipun ia tidak menunjukkan
gejala, tetapi pada tes darah ditemukan antibodi HIV dan disebut HIV+. Masa ini dapat
berlangsung bertahun-tahun (5-7) tahun.
Kemudian mulai tahap ARC (AIDS Related Complex) muncul gejala-gejala
AIDS. ARC adalah istilah bila didapati dua atau lebih gejala yang berlangsung selama
tiga bulan atau lebih, yaitu demam disertai keringat malam, penurunan berat badan lebih
dari 10%, kelemahan tubuh yang mengganggu aktivitas sehari-hari, pembesaran
kelenjar secara lebih luas, diare berkala atau terus-menerus dalam waktu lama tanpa
sebab yang jelas, batuk dan sesak napas lebih dari satu bulan, kulit gatal dan bercak-
bercak merah kebiruan, sakit tenggorokan dan pendarahan yang tak jelas sebabnya.
Berlanjut ke tahap AIDS, mulai muncul infeksi lain yang berbahaya (TBC,
jamur, dan lain-lain) yang disebut infeksi oportunistik. Disamping itu, dapat terjadi
kanker kulit dan kanker kelenjar getah bening. Pada tahap ini kekebalan tubuh telah
demikian rusak sehiingga timbul infeksi berbahaya tersebut.
Terakhir, tahap gangguan otak (susunan saraf pusat), pada tahap ini dapat
mengakibatkan kematian sel otak dan gangguan mental. Gangguan mental yang terjadi
berupa demensia (gangguan daya ingat), penurunan kesadaran, gangguan psikotik,
depresi, dan gangguan saraf lainnya.
Seringkali, penderita HIV/AIDS meninggal bahkan sebelum memasuki tahap
akhir. Sebab, bagi penderita HIV/ADIS penyakit infeksi ringan seperti batuk pilek dapat
sangat berbahaya karena antibodi yang tidak terbentuk sehingga penyakitnya tidak dapat
sembuh.
Badan Kesehatan Dunia, WHO, merekomendasikan kepada penderita
HIV/AIDS untuk mulai melakukan perawatan pada tahap awal penyakit yang
dideritanya itu. Walaupun kebanyakan penderita tahap awal tidak menyadari bahwa ia
terjangkit virus HIV.
WHO memberi panduan yang diluncurkan pada Konferensi Internasional
AIDS di Kuala Lumpur. Panduan ini akan mampu membantu menghindari jumlah
tambahan kematian sebanyak 3 juta orang akibat AIDS pada 2025 mendatang.
Panduan pengobatan baru ini akan mengharuskan seorang pasien
mengkonsumsi sebuah pil beserta tiga jenis obat-obatan lain saat dia dinyatakan positif
mengidap HIV. Konsumsi obatan-obatan ini dilakukan pada tahap yang sangat dini saat
sistem kekebalan tubuh mereka masih kuat. Akan tetapi, obat-obatan ini tentu tidak
mudah didapatkan, dan tentu saja dengan harga yang lumayan mahal.
Sampai saat ini, belum ada obat yang sudah ditetapkan sebagai penyembuh
HIV/AIDS secara total. Obat-obat yang ada hanya berfungsi untuk menekan laju
pertumbuhan virus HIV. Dapat dikatakan juga obat-obat ini hanya ‘menunda’ kematian
akibat HIV/AIDS. Obat-obatan ini pun memiliki efek samping yang mengganggu.
Dikarenakan hal tersebut, lebih baik kita menjaga diri agar tidak terjangkit
penyakit ini. Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual. Maka,
biasakan diri dengan perilaku seks yang sehat. Hal ini dapat menjauhkan diri dari
penularan HIV. Misalnya, dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-
ganti pasangan, dan menggunakan pengaman (terutama pada kelompok perilaku
berisiko tinggi) sewaktu melakukan aktivitas seksual.
Tidak usah sungkan untuk meminta tenaga medis agar memperhatikan alat-
alat kesehatan yang mereka gunakan. Jarum suntik yang digunakan harus terjamin
sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai. Jadi, setiap kali menyuntik pasien,
seorang tenaga medis harus memakai jarum suntik yang haru. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah penularan HIV melalui jarum suntik. Selain itu, penggunaan sarung
tangan lateks pada kontak dengan cairan tubuh juga dapat memperkecil peluang
penularan HIV.
Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV, terutama pengguna
narkoba suntik. Fakta menunjukkan bahwa penyebaran HIV di kalangan pengguna
narkoba suntik tiga sampai lima kali lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.
Sehingga, jangan sampai kita terjerat pula dalam kasus narkoba.
Transfusi darah oleh orang yang terkena HIV pun dapat menularkan penyakit
ini. Oleh sebab itu, pastikan tes HIV setiap mendonorkan atau mendapatkan donor
darah.
Pada wanita yang telah terjangkit HIV/AIDS, dianjurkan untuk tidak hamil.
Sebab, wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang
dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi dengan dokter.
Dikutip dari pepatah lama, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Menghindari faktor penyebab HIV/AIDS dapat mencegah kita terjangkit penyakit
tersebut. Tetapi jangan pernah sekali-kali menghakimi atau mengucilkan ODHA. Kita
sebagai generasi muda yang tahu dan mengerti akan lebih baik membimbing ODHA
agar tidak sampai menularkannya pada orang lain. Jika bukan kita yang memulai, maka
siapa lagi? Jika bukan kita yang menjaga, maka siapa lagi? Kesehatan dimulai dari diri
kita sendiri. Dari hal kecil dan sepele dapat menghindarkan bahaya yang sangat besar.
Nama : Rusyda Dyah Utari Aditya
NIM : 13/348874/FA09662
Kelompok 2