hiv/aids, pedulikah kita?

8
HIV/AIDS, Pedulikah Kita? Human Immunodeficiency Virus atau yang biasa dikenal dengan HIV adalah virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. HIV ini dapat menyebabkan penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang biasa dikenal dengan AIDS. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia. HIV merupakan penyakit menular. Penyakit ini umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu . Pada waktu para pakar ekonomi terkenal dunia yang sedang berkonferensi di Copenhagen tahun 2004 ditanya oleh peserta, dari dana 50 miliar dolar AS yang disediakan untuk investasi pembangunan negara-negara berkembang, prioritas alokasi sebaiknya diberikan pada program apa? Mereka menjawab, prioritas pertama pada program penanggulangan HIV/AIDS. Mengapa HIV/AIDS perlu penanganan lebih? Dari total kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada 1 Januari-30 Juni 2012 tercatat sebanyak

Upload: adnan-rachmawan

Post on 22-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

merupakan essay yang dibuat untuk memenuhi tugas magang BEM KMFA 2013

TRANSCRIPT

Page 1: HIV/AIDS, Pedulikah Kita?

HIV/AIDS, Pedulikah Kita?

Human Immunodeficiency Virus atau yang biasa dikenal dengan HIV adalah

virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini

akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.

HIV ini dapat menyebabkan penyakit Acquired Immunodeficiency

Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang biasa dikenal dengan

AIDS. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena

rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia.

HIV merupakan penyakit menular. Penyakit ini umumnya ditularkan melalui

kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,

dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan

vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.

Pada waktu para pakar ekonomi terkenal dunia yang sedang berkonferensi di

Copenhagen tahun 2004 ditanya oleh peserta, dari dana 50 miliar dolar AS yang

disediakan untuk investasi pembangunan negara-negara berkembang, prioritas alokasi

sebaiknya diberikan pada program apa?

Mereka menjawab, prioritas pertama pada program penanggulangan HIV/AIDS.

Mengapa HIV/AIDS perlu penanganan lebih? Dari total kasus HIV/AIDS di Indonesia

yang dilaporkan pada 1 Januari-30 Juni 2012 tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan

2.224 kasus AIDS, dengan 45 persen di antaranya diidap oleh kaum muda.

Jumlah ini cukup besar dan memprihatinkan sekaligus mengancam hancurnya

program investasi sumber daya manusia untuk mendukung pembangunan. Bagaimana

tidak? HIV/AIDS sebagian besar diidap oleh kaum muda/remaja yang merupakan calon

penerus bangsa. Dari generasi muda tumbuhlah pemimpin-pemimpin bangsa.

Tingginya kasus HIV/AIDS pada generasi muda tentunya tidak lepas dari

pengaruh globalisasi. Pergaulan bebas yang kian marak di kalangan remaja ini tentu saja

menimbulkan banyak masalah, tidak hanya sebagai ‘media’ penularan HIV/AIDS.

Pergaulan bebas dapat merusak moral calon penerus bangsa.

Page 2: HIV/AIDS, Pedulikah Kita?

Maraknya tempat-tempat prostitusi pun menjadi biang dari tingginya angka

HIV/AIDS. Kebanyakan kasus di lingkungan prostitusi terjadi karena kurangnya

pemakaian kondom di kelompok berisiko ini.

Kementerian kesehatan menyebutkan, jika pencegahan tidak dilakukan

diperkirakan kasus baru HIV bisa mencapai 76.000 per tahun.

Menteri Kesehatan menyebutkan pula bahwasekitar 10 persen pekerja seks

perempuan sudah terinfeksi. Hal ini sangat memprihatinkan, terlebih lagi mereka tak

bisa memaksa pelanggan untuk menggunakan kondom.

Tidak hanya pergaulan bebas dan seks yang dapat menjadi biang dari

HIV/AIDS. Konsumsi narkoba pun seringkali menggunakan jarum suntik yang tidak

steril bisa pula menjadi media penularan HIV/AIDS. Generasi muda Indonesia yang

terlibat narkoba tercatat sebanyak ada 27 persen dan pergaulan seks bebas tercatat

sebesar 20,9 persen. Adapun, data terakhir BKKBN mencatat jumlah populasi pemuda

Indonesia mencapai 74 juta jiwa.

Fakta di atas, merupakan ancaman nyata bagi kualitas masa depan SDM

bangsa. Oleh karena itu remaja harus terhindar dari pergaulan bebas dan narkoba karena

begitu pentingnya keberadaan kaum muda dalam menopang pembangunan bangsa

Indonesia nantinya.

Tetapi, kita tidak bisa langsung menghakimi bahwa Orang dengan HIV/AIDS

(ODHA) merupakan orang yang terlibat pergaulan bebas dan/atau narkoba. Meskipun

hanya sedikit sekali, ada pula kasus HIV/AIDS yang ditimbulkan oleh transfusi

darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,

bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh yang

telah disebutkan diatas.

HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak langsung tampak gejala awalnya.

Tahap awal infeksi HIV, gejalanya mirip influenza (demam, rasa lemah, lesu, sendi

terasa nyeri, batuk, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar). Gejala ini biasanya

hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja, lalu hilang dengan

sendirinya.

Page 3: HIV/AIDS, Pedulikah Kita?

Tahap kedua adalah tahap tanpa gejala, meskipun ia tidak menunjukkan

gejala, tetapi pada tes darah ditemukan antibodi HIV dan disebut HIV+. Masa ini dapat

berlangsung bertahun-tahun (5-7) tahun.

Kemudian mulai tahap ARC (AIDS Related Complex) muncul gejala-gejala

AIDS. ARC adalah istilah bila didapati dua atau lebih gejala yang berlangsung selama

tiga bulan atau lebih, yaitu demam disertai keringat malam, penurunan berat badan lebih

dari 10%, kelemahan tubuh yang mengganggu aktivitas sehari-hari, pembesaran

kelenjar secara lebih luas, diare berkala atau terus-menerus dalam waktu lama tanpa

sebab yang jelas, batuk dan sesak napas lebih dari satu bulan, kulit gatal dan bercak-

bercak merah kebiruan, sakit tenggorokan dan pendarahan yang tak jelas sebabnya.

Berlanjut ke tahap AIDS, mulai muncul infeksi lain yang berbahaya (TBC,

jamur, dan lain-lain) yang disebut infeksi oportunistik. Disamping itu, dapat terjadi

kanker kulit dan kanker kelenjar getah bening. Pada tahap ini kekebalan tubuh telah

demikian rusak sehiingga timbul infeksi berbahaya tersebut.

Terakhir, tahap gangguan otak (susunan saraf pusat), pada tahap ini dapat

mengakibatkan kematian sel otak dan gangguan mental. Gangguan mental yang terjadi

berupa demensia (gangguan daya ingat), penurunan kesadaran, gangguan psikotik,

depresi, dan gangguan saraf lainnya.

Seringkali, penderita HIV/AIDS meninggal bahkan sebelum memasuki tahap

akhir. Sebab, bagi penderita HIV/ADIS penyakit infeksi ringan seperti batuk pilek dapat

sangat berbahaya karena antibodi yang tidak terbentuk sehingga penyakitnya tidak dapat

sembuh.

Badan Kesehatan Dunia, WHO, merekomendasikan kepada penderita

HIV/AIDS untuk mulai melakukan perawatan pada tahap awal penyakit yang

dideritanya itu. Walaupun kebanyakan penderita tahap awal tidak menyadari bahwa ia

terjangkit virus HIV.

WHO memberi panduan yang diluncurkan pada Konferensi Internasional

AIDS di Kuala Lumpur. Panduan ini akan mampu membantu menghindari jumlah

tambahan kematian sebanyak 3 juta orang akibat AIDS pada 2025 mendatang.

Page 4: HIV/AIDS, Pedulikah Kita?

Panduan pengobatan baru ini akan mengharuskan seorang pasien

mengkonsumsi sebuah pil beserta tiga jenis obat-obatan lain saat dia dinyatakan positif

mengidap HIV. Konsumsi obatan-obatan ini dilakukan pada tahap yang sangat dini saat

sistem kekebalan tubuh mereka masih kuat. Akan tetapi, obat-obatan ini tentu tidak

mudah didapatkan, dan tentu saja dengan harga yang lumayan mahal.

Sampai saat ini, belum ada obat yang sudah ditetapkan sebagai penyembuh

HIV/AIDS secara total. Obat-obat yang ada hanya berfungsi untuk menekan laju

pertumbuhan virus HIV. Dapat dikatakan juga obat-obat ini hanya ‘menunda’ kematian

akibat HIV/AIDS. Obat-obatan ini pun memiliki efek samping yang mengganggu.

Dikarenakan hal tersebut, lebih baik kita menjaga diri agar tidak terjangkit

penyakit ini. Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual. Maka,

biasakan diri dengan perilaku seks yang sehat. Hal ini dapat menjauhkan diri dari

penularan HIV. Misalnya, dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-

ganti pasangan, dan menggunakan pengaman (terutama pada kelompok perilaku

berisiko tinggi) sewaktu melakukan aktivitas seksual.

Tidak usah sungkan untuk meminta tenaga medis agar memperhatikan alat-

alat kesehatan yang mereka gunakan. Jarum suntik yang digunakan harus terjamin

sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai. Jadi, setiap kali menyuntik pasien,

seorang tenaga medis harus memakai jarum suntik yang haru. Hal ini dimaksudkan

untuk mencegah penularan HIV melalui jarum suntik. Selain itu, penggunaan sarung

tangan lateks pada kontak dengan cairan tubuh juga dapat memperkecil peluang

penularan HIV.

Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV, terutama pengguna

narkoba suntik. Fakta menunjukkan bahwa penyebaran HIV di kalangan pengguna

narkoba suntik tiga sampai lima kali lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.

Sehingga, jangan sampai kita terjerat pula dalam kasus narkoba.

Transfusi darah oleh orang yang terkena HIV pun dapat menularkan penyakit

ini. Oleh sebab itu, pastikan tes HIV setiap mendonorkan atau mendapatkan donor

darah.

Page 5: HIV/AIDS, Pedulikah Kita?

Pada wanita yang telah terjangkit HIV/AIDS, dianjurkan untuk tidak hamil.

Sebab, wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang

dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi dengan dokter.

Dikutip dari pepatah lama, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Menghindari faktor penyebab HIV/AIDS dapat mencegah kita terjangkit penyakit

tersebut. Tetapi jangan pernah sekali-kali menghakimi atau mengucilkan ODHA. Kita

sebagai generasi muda yang tahu dan mengerti akan lebih baik membimbing ODHA

agar tidak sampai menularkannya pada orang lain. Jika bukan kita yang memulai, maka

siapa lagi? Jika bukan kita yang menjaga, maka siapa lagi? Kesehatan dimulai dari diri

kita sendiri. Dari hal kecil dan sepele dapat menghindarkan bahaya yang sangat besar.

Nama : Rusyda Dyah Utari Aditya

NIM : 13/348874/FA09662

Kelompok 2