hiv-aids

25

Click here to load reader

Upload: zi-ra

Post on 13-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

aids

TRANSCRIPT

Page 1: hiv-aids

PEMROSESAN PERALATAN PERWATAN PASIEN

Pendahuluan :

Pasien dan nakes berisiko mendapatkan infeksi jika tidak melaksanakan tindakan

pencegahan infeksi

HAIs dapat dicegah / dikendalikan dengan beberapa strategi pencegahan infeksi

Salah satu strategi pencegahan HAIs adalah dekontaminasi (pembersihan,

disinfeksi dan sterilisasi)

Tujuan :

Memutus mata rantai penularan infeksi dari peralatan medis kepada pasien, petugas

kesehatan, pengunjung dan lingkungan rumah sakit

Pengertian

Dekontaminasi:

Suatu proses untuk menghilangkan / memusnahkan mikroorganisme dan

kotoran yang melekat pada peralatan medis/objek, sehingga aman untuk

penggunaan selanjutnya, meliputi pembersihan, disinfeksi, sterilisasi.

Indikasi kontaminasi :

Alat medis habis pakai

Permukaan meja/ permukaan lain yang tercemar / tumpahan darah atau cairan

tubuh pasien

Linen bekas pakai yang tercemar darah / cairan tubuh pasien

Prosedur dekontaminasi permukaan yang tercemar darah atau cairan tubuh

pasien:

Lakukan kebersihan tangan

Pakai APD: sarung tangan, apron, masker, kaca mata

Serap darah/cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan kertas/tisu

Buang kertas/tisu penyerap kedalam kantong sampah medis

Page 2: hiv-aids

Bersihkan daerah bekas tumpahan dengan larutan disinfectan

Buka sarung tangan

Lakukan kebersihan tangan

Klasifikasi alat-alat medis :

Peralatan Kritis

Peralatan semi kritis

Peralatan non kritis

Resiko Definisi Peralatan Cara

Tinggi

( Critical ) Kontak

dengan

jaringan

steril, sistem

peredaran

darah

(Vaskuler)

Instrumen bedah,

laparoskop, kateter

jantung, Scapel,

implant

DISTERILKAN :

Sterilisasi

Autoklaf, ETO

atau strilisasi

temperatur

rendah,

chemical

sterilans

Disposible

Sedang

( Semi

Critical

)

Kontak dengan

membran

mukosa yang

utuh, mudah

terkontaminasi

dengan

mikroba.

Endoskopi/anestesi, ,

ETT, termometer

rectal

Disinfeksi Tingkat

Tinggi: pasteurisasi,

steam, disinfektan

kimiawi

Rendah

( Non-

Critical )

Kontak dengan

kulit yang utuh

dan tidak

mengenai

membran

mukosa,

lingkungan

Stetoskope,

tensimeter, linen,

bedpan, urinal,

apron,alat makan

lantai, dinding,

tempat tidur

Tidak perlu Steril :

pembersihan fisik /

disinfeksi tingkat

rendah (deterjen dan

air)

Page 3: hiv-aids

secara tidak

langsung.

Pre Cleaning

Pemrosesan perendaman alat medis bekas pakai untuk menghilangkan noda darah,

cairan tubuh menggunakan enzyimatik atau detergen

(Perendaman sampai seluruh permukaan alat).

Pembersihan

Suatu proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat atau tidak terlihat pada

peralatan medis / objek setelah dilakukan perendaman, dengan menggunakan air

mengalir, sikat detergen sehingga kotoran / bahan organik hilang dari permukaan

Prosedur pembersihan secara manual

Lakukan kebersihan tangan

Pakai alat pelindung diri (masker,sarung tangan, gaun)

Keluarkan alat yang telah direndam, bilas dengan air mengalir

Lepaskan / buka alat medis yang dapat dilepas pada saat dibersihkan

Sikat perlahan lahan alat medis dari setiap permukaan termasuk gerigi dan lekukan

Bilas sampai bersih dengan air hangat

Keringkan alat dengan kain atau angin angin

Buka sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya

Lakukan kebersihan tangan

Desinfeksi

Suatu proses untuk menghilangkan / memusnahkan mikroorganisme virus, bakteri,

parasit, fungi dan sejumlah spora pada peralatan medis / objek dengan

menggunakan cairan disinfektan

Metode Disinfeksi

Panas : Washer Bed / Dish Washer 70-80 C

Radiasi : UV Lab: Bio Safety Cabinet dan pipa air

Filtrasi : Hepa Filter Membersihkan udara di OK, Farmasi

Gas kimiawi

Page 4: hiv-aids

Cairan kimia

Kalsifikasi desinfeksi:

High level disinfection (HDL) / disinfeksi tingkat tinggi (DTT)

Dapat membunuh semua mokroorganisme kecuali endospora

Intermediate level disinfection (ILD) / disinfeksi tingkat sedang

Disinfeksi ini akan membunuh mikroorganisme bakteri, fungi, virus, namun

tidak mempunyai aktivitas membunuh spora

Low Level Disinfection ( LLD) /disinfeksi tingkat rendah

Disinfeksi ini tidak mempunyai daya untuk membunuh mikroorganisme fungi,

bakteri, virus

Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)

DTT merupakan perlakuan minimun yang direkomendasikan oleh CDC.

DTT dapat membunuh semua mikroorganisme, kecuali endospora.

Cara:

Rebus dalam air mendidih selama 20 menit

Rendam dalam larutan kimiawi: Glutaraldehyde, Hydrogen Peroksida

Sterilisasi

Page 5: hiv-aids

Alur Pemrosesan Alat Medis Bekas Pakai

Pencegahan HIV/AIDS Melalui Universal Precaution

Pre Cleaning / Enzymatik

Pembersihan

(Cuci bersih, tiriskan, keringkan)

Sterilisasi

Peraltan kritis)

Masuk dalm pembuluh darah / jaringan tubuh

Instrumen bedah

Dedinfeksi tingkat tinggi(peralatan semi kritikal)

Masuk dalam mukosa tubuh

Endotracheal tube, NGT

Desinfeksi tingkat rendah(peralatan non kritikal)

Hanya pada permukaan tubuh yangutuh

Tensimeter, termometer

Page 6: hiv-aids

PENCEGAHAN PENULARAN HIV / AIDS MELALUI UNIVERSAL PRECAUTION

A.    Pengertian universal precautions

Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang

digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat, pada

semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi.

Universal precautions perlu diterapkan dengan tujuan untuk :

1.      Mengendalikan infeksi secara konsisten

2.      Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau tidak

terlihat seperti beresiko

3.      Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien

4.      Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya

B.     Lingkup universal precautions

universal precautions meliputi:

1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai

2. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

3. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan untuk mencegah

kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain.

4.  Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

5.  Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

6.  Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang

7.  Pengelolaan linen

C.     Penggunaan universal precautions dilakukan:

1.  Jika semua pasien diperlakukan seperti mereka memiliki virus yang menyebar

melalui darah

2.  Jika tidak diperlukan perlindungan ekstra apabila seorang pasien didiagnosis

dengan  hepatitis B, HIV, atau hepatitis C.

3.   Jika perlindungan ekstra hanya diperlukan ketika pasien diketahui atau diduga

terinfeksi oleh virus atau menyebar melalui droplet, udara, atau rute kontak

transmisi.

Penggunaan pelindung (barrier)  fisik, mekanik, atau kimiawi diantara

mikroorganisme dan individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien

rawat inap, petugas pelyanan kesehatan. Pelindung merupakan alat yang sangat

Page 7: hiv-aids

efektif untuk mencegah penularan  infeksi  (barrier membantu memutuskan rantai

penyebaran penyakit).

D.    Pelaksanaan universal precautions yang baku adalah:

1.  Setiap orang (pasien atau petugas kesehatan) sangat berpotensi meningkatkan

infeksi

2.  Cuci tangan

3.  Pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka,

mukosa, darah , bagian tubuh lain, instrument yang kotor, sampah yang

terkontaminasi, dan sebelum melakukan prosedur invasive

4.  Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker muka dan celemek)

untuk mencegah kemungkinan percikan dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang

muncrat dan tumpah (misalnya saat membersihkan instrumens dan benda

lainnya)

5.  Gunakan antiseptic untuk membersihkan selaput lendir sebelum pembedahan,

pembersihan luka, atau pencucian tangan sebelum operasi dengan antiseptic

berbahan alcohol.

6.  Gunakan praktik keselamatan kerja, misalnya jangan menutup kembali jarum atau

membengkokkan jarum setelah digunakan, jangan menjahit dengan jarum tumpul

7.  Pembuangan sampah infeksi ke tempat yang aman.

Pada akhirnya, untuk semua alat yang terkontaminasi dilakukan dekontaminasi

dan dibersihkan secara menyeluruh, kemudian disterilkan atau didesinfeksi

tingkat tinggi (DTT) dengan menggunakan prosedur yang ada.

1.      Mencuci tangan

a.      Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan keperawatan walaupun mamakai sarung tangan dan alat pelindung yang

lain. Tindakan ini penting untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme

yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan

kerja terjaga dari infeksi.

b.      Mencuci tangan tidak bisa digantikan oleh pemakaian sarung tangan

c.       Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah memakai sarung

tangan

d.      Tiga cara mencuci tangan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan yaitu:

1)   Cuci tangan higienis atau  rutin, dilakukan untuk mengurangi kotoran dan

flora yang ada ditangan dengan menggunakan sabun tau detergen

Page 8: hiv-aids

2)   Cuci tangan aseptic, dilakukan sebelum melakukan tindakan aseptic pada

pasien dengan menggunakan cairan antiseptic

3)   Cuci tangan bedah, dilakukan sebelum melakukan tindakan bedah dengan

cara aseptic dengan menggunakan cairan aseptic dan sikat steril.

e.  Indikasi mencuci tangan: cuci tangan harus dilakukan pada saat yang di antisipasi

akan terjadi perpindahan kuman melalui tangan yaitu:

1)  Sebelum melakukan tindakan, misalnya memulai pekerjaan (baru tiba), saat

akan memeriksa (kontak langsung dengan klien), saat akan memakai sarung

tangan steril atau sarung tangan yang telah didesinfeksi tingkt tinggi (DTT)

untuk melakukan suatu tindakan, saat akan memakai peralatan yang telah di

DTT, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infuse, dan saat hendak

pulang kerumah.

2)   Setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran,

misalnya setelah memeriksa pasien, setelah memegang alat-alat bekas pakai

dan bahan-bahan lain yang berisiko terkontaminasi, setelah menyentuh

selaput mukosa,darah, atau cairan tubuh yang lain, setelah membuka sarung

tangan (cuci tangan setelah membuka sarung tangan perlu dilakukan karena

ada kemungkinan sarung tangan robek atau berlubang), setelah dari kamar

kecil, setelah bersin atau batuk.  

f.  Mencuci tangan

1)  Tindakan paling penting dalam mencegah penyebaran infeksi

2)   Pakai sabun dan air secara adekuat

3)   Gunakan alcohol tangan jika tidak ada air mengalir

4)   Keringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau bersih

g.  Prosedur mencuci tangan:

1)  Untuk mencuci tangan harus selalu diusahakan tersedia sabun antiseptic dan air

mengalir. Melepaskan benda disekitar tangan (jam tangan, cincin, gelang, dan

lain-lain)

2)  Gunakan tissue untuk membuka keran air untuk untuk menghindari tangan yang

kotor mengkontaminasi keran.

3)  Basahi tangan dan pergelangan tangan, kemudian tuangkan lebih 5 cc sabun cair

ditelapak tangan

4)  Menggosok dengan busa sabun semua permukaan secara mekanik selama 15-

30 detik dan dilanjutkan dengan membilas pada air yang mengalir

Page 9: hiv-aids

5)  Keringkan tangan dengan alat pengering/handuk kering.

2.  Pemakaian alat pelindung diri

a.  Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan mikroorganisme yang terdapat

pada tangan petugas kesehatan kepada pasien, dan mencegah kontak antara

tangan petugas dengan darah atau cairan tubuh pasien, selaput lendir, luka, alat

kesehatan, atau permukaan yang terkontaminasi.

b.  Pelindung wajah (masker, kacamata,helm): untuk mencegah kontak antara

droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung mikroorganisme ke

pasien, dan mencegah kontak droplet/darah/cairan tubuh pasien kepada petugas

c.  Penutup kepala: untuk mencegah kontak dengan percikan darah atau cairan

tubuh pasien

d.  Gaun pelindung (baju kerja atau celemek) : mencegah kontak mikroorganisme

dari pasien atau sebaliknya

e.  Sepatu pelindung: mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang

terkontaminasi, juga terhadap darah dan cairan tubuh lainnya.

3.  Pengelolaan alat kesehatan

Pengelolaan alat kesehatan dapat mencegah penyebaran infeksi melalui alat

kesehatan, atau menjamin alat tersebut selalu dalam kondisi steril dan siap pakai.

Pemilihan pengelolaan alat  tergantung pada kegunaan alat dan berhubungan

dengan tingkat resiko penyebaran  infeksi. Pengelolaan alat dilakukan melalui empat 

tahap:

1)   Dekontaminasi

2)   Pencucian

3)   Sterilisasi atau DTT

4)   Penyimpanan

Berikut ini adalah prosedur pengelolaan alat kesehatan :

1. Uap tutup dalam uap air mendidih selama 20 menit

2. Rebus diamkan mendidih selama 20 menit

3. Kimiawi Rendam dalam larutan desinfektan 20 menit

4. Pemanasan kering 170°C selama 60 menit

5. Uap bertekanan tinggi autoklaf 121° 20-30 menit 106kPa

6. Desinfeksi tingkat tinggi

7. Kimiawi rendam dalam larutan desinfektan 10-24jam atau gas ETO

Page 10: hiv-aids

8. Sterilisasi

Cuci bersih dan tiriskan : pakai sarung tangan dan pelindung terhadap objek

tajam

Dekontaminasi

9. Pendinginan dan penyimpanan siap dipakai                                                

Dekontaminasi

Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan

sarung tangan yang tercemar. Hal penting yang harus dilakukan sebelum

membersihkan alat adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin

terkena darah dan cairan tubuh. Segera setalah digunakan, alat harus direndam

dilarutan klorin 0,5 %  selama 10 menit. Langkah ini bertujuan mencegah

penyebaran infeksi alat kesehatan atau suatu permukaan benda, menginaktivasi

HBV, HCV, dan  HIV serta dapat  mengamankan  petugas yang membersihkan alat

tersebut dari  risiko penularan.

Produk-produk dekontaminasi

Larutan  klorin dan natrium hipoklorit yang umumnya tidak mahal dan merupakan

produk dengan reaksi yang paling cepat dan efektif pada proses dekontaminasi,

tetapi ada juga bahan lainnya yang biasa digunakan seperti 70% etil atau isopropil

alcohol dan 0,5%-3% bahan fenolik atau karbol. Apabila tidak tersedia desinfektan

untuk proses dekontaminasi, maka perlu kewaspadaan yang tinggi saat menangani

dan membersihkan benda tajam tercemar (misalnya jarum jahit, gunting, dan pisau

bedah). Cara membuat larutan klorin untuk dekontaminasi dan DTT alat adalah

dengan cara mencampurkan satu bagian (cangkir atau gelas) cairan pemutih pekat

ditambah sejumlah x (kali) bagian air (misalnya jika ingin membuat larutan 0,5%

campur 1 cangkir pemutih + 6 cangkir air sehingga seluruhnya menjadi 7 cangkir).

Gunakan air matang saat membuat larutan klorin 0,1% karena air ledeng

mengandung bahan mikroskopis yang dapat menonaktifkan klorin.

Cara melakukan dekontaminasi dan pencucian sarung tangan adalah :

1.  Sebelum melepas sarung tangan kotor, masukkan tangan yang masih memakai

sarung tangan ke dalam kontainer yang berisi larutan klorin 0,5%.

Page 11: hiv-aids

2.  Lepaskan sarung tangan dengan cara membalikkannya sehingga bagian luar

menjadi bagian dalam kemudian rendam sarung tangan tersebut dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

3.  Cuci sarung tangan dengan larutan sabun. Bersihkan bagian dalam dan luar.

4.  Bilas sarung tangan dengan air bersih sampai dengan tidak ada detergen atau

sabun

5.  Periksa kemungkinan adanya lubang sarung tangan dengan menggembungkan

memakai tangan(yidak dengan meniup) dan memasukkan kedalam air, bila

berlubang maka akan kelihatan gelembung udara.

6.  Keringkan dengan hati-hati bagian dalam dan luar sarung tangan sebelum

melakukan sterilisasi atau desinfeksi.

Cara dekontaminasi peralatan yang terbuat dari logam adalah:

1.      Rendam semua peralatan yang telah dipakai kedalam container plastic yang

berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit

2.      Sikat peralatan di bawah permukaan air sabun, gunakan sikat yang lembut

(pastikan bagian-bagian yang bergerigi seperti engsel dan sekrup telah disikat

sampai bersih)

3.      Bilas dengan air bersih sampai tidak ada sabun  atau detergen

4.      Keringkan di udara atau dengan handuk bersih

5.      Lakukan sterilisasi atau DTT

Cara mencuci linen, penutup lapangan operasi:

1.      Pada akhir tindakan, dengan menggunakan sarung tangan, ambil linen/kain

penutup lapangan operasi, masukkan dengan hati-hati ke dalam container atau

kantung plastic.

2.      Diikat, untuk kemudian dikirim ke tempat pencucian

3.      Bila kain/linen tercemar, beri larutan klorin 0,5% pada 5 bagian yang terpapar

darah/cairan plastic, diikat, diberi label bahan menular, kirim ke tempat

pencucian.

Pencucian alat

1.  Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan langkah penting

yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai maka umumnya

proses desinfeksi dan sterilisasi selanjutnya menjadi tidak efektif.

Page 12: hiv-aids

2.  Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya dengan

kursi roda, tensimeter, infuse pump, dan lain-lain cukup dilap  dengan larutan

detergen, air dan sikat. Pencucian harus dilakukan dengan teliti sehingga darah

atau cairan tubuh lain, jaringan, bahan organic, dan kotoran betul-betul hilang dari

permukaan alat tersebut.

3.  Cuci dengan detergen netral dan air, gunakan sarung tangan, pencucian yang

hanya menggunakan air tidak dapat menghilangkan protein, minyak, dan partikel-

partikel.

4.  Detergen digunakan dengan cara mencampurkannya dengan air dan digunakan

untuk membersihkan partikel dan minyak serta kotoran lain.

5.  Tidak dianjurkan untuk menggunakan sabun cuci bias untuk membersihkan

peralatan, karena sabun yang bereaksi dengan air akan meninggalkan residu

yang sulit dihilangkan, hindarkan juga penggunaan abu gosok karena bekas

goresan alat akan menjadi tempat bersembunyi mkroorganisme.

6.  Untuk pencucian linen, pegang linen sedikit mungkin, gunakan sarung tangan jika

harus memegang linen, kumpulkan dalam kantung.

Desinfeksi dan sterilisasi

1.      Desinfeksi:

Adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua

mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri. Biasanya

menggunakan cairan kimia, pasteurisasi atau perebusan. Efikasinya dipengaruhi

berbagai factor diantaranya adalah proses yang dilakukan sebelumnya, seperti

pencucian, pengeringan, adanya zat organic, tingkat pencemaran, jenis

mikroorganisme pada alat kesehatan, sifat dan bentuk terpajan desinfektan, suhu,

pH. Bila factor-faktor tersebut ada yang diabaikan maka mengurangi efektivitas

desinfeksi.

Macam desinfeksi antara lain desinfeksi kimiawi dan desinfeksi cara lainnya.

Berikut adalah penjelasan mengenai kedua jenis desinfeksi tersebut:

2.      Desinfeksi kimiawi:

a.       Alkohol

Berbentuk etil alcohol dengan konsentrasi 60-90% dapat bekerja sebagai

bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal, tetapi tidak membunuh spora

bakteri. Cara kerja alcohol adalah denaturasi protein. Alcohol juga efektif untuk

Page 13: hiv-aids

virus hepatitis B (HBV), herphes simpleks (HSV), HIV, rotavirus, echovirus, dan

astrovirus. Alcohol tidak digunakan untuk sterilisasi karena tidak membunuh

spora bakteri. Alcohol efektif untuk desinfeksi termometer oral maupun rectal dan

serat optic endoskopi.

b.      Klorin dan ikatan klorin

Klorin membunuh bakteri diduga dengan cara menghambat reaksi enzimatik yan

esensial dalam sel, denaturasi protein, dan inaktivasi asam nukleat.

c.       Formaldehyde

Digunakan sebagai desinfektan dan sterilisasi baik dalam bentuk cair maupun

gas. Dipasar formaldehyde dijual dalam bentuk cair yang dikenal dengan formalin

(formaldehyde 37% dari beratnya), formaldehyde berfungsi sebagai bakterisidal,

tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal, serta sporisidal tetapi bersifat

karsinogenik sehingga jarang digunakan lagi. Cara kerja formaldehyde adalah

melalui alkilasi asam amino atau protein.

d.      Glutaraldehyde

Cara kerja glutaraldehyde adalah merusak DNA, RNA, menghambat sintesis

mikroorganisme yang rentan terhadap glutaraldehyde pada konsentrasi 2% dan

pH 7,5-8,5 meliputi bakteri vegetative, M.tuberculosa, fungi, berbagai virus, spora

bacillus, dan clostridium ssp, oocyt cryptosporidium. Waktu yang dibutuhkan

antara 10-20 menit, kecuali spora dalam waktu 3 jam. Banyak digunakan untuk

DTT alat medis seperti endoskopi, pipa spirometer, alat dialysis, transduser,

peralatan anestesi, dan terapi respirator.

e.       H2O2

Bekerja dengan cara memproduksi radikal hidroksil bebas merusak selubung lipid

sel, DNA dan unsur sel yang esensial. Mikroorganisme yang rentan terhadap

H2O2  pada konsentrasi 0,6-15% dalam waktu 15-60 menit adalah S. Aureus,

serratia mercescens, proteus mirilis, E.colli, streptococcus ssp, baccilus ssp,(150

menit) , virus. Dipasar tersedia  H2O2  3% yang cukup stabil dan efektif sebagai

desinfektan. H2O2  3-6% dapat digunakan sebagai desinfeksi lensa kontak,

tonometer biprisma, dan ventilator.

f.       Asam parasetat

Page 14: hiv-aids

Asam parasetat atau asam peroksiasetat mempunyai kemampuan membunuh

kuman secara cepat termasuk spora dalam konsentrasi rendah. Keuntungan

adalah tidak ada zat sisa yang berbahaya bagi lingkungan (asam asetat, air,

oksigen, dan H2O2 ), tetapi menimbulkan korosi tembaga, kuningan, perunggu,

besi galvanis, namun efek dapat dikurangi dengan mengubah pH lingkungan.

Mikroorganisme yang rentan adalah bakteri gram positif, dan gram negative,

fungsi dan yeast (5 menit dalam 100-500 ppm), virus (12-2250 ppm), spora (15

detik-30 menit dalam 500-10.000 ppm).

g.      Fenol

Nama lainnya adalah lisol atau karbol. Fenol konsentrasi tinggi bekerja sebagai

zat racun yang menembus protoplasma, merusak dinding sel dan

menggumpalkan protein sel. Pada konsentrasi rendah, turunan fenol membunuh

kuman dengan menghambat kerja enzim dan menyebabkan kebocoran hasil

metabolisme sel melalui dinding sel.kombinasi turunan fenol dengan detergen

digunakan untuk dekontaminasi lingkungan rumah sakit, termasuk permukaan

meja, lantai laboratorium, dan alat kesehatan resiko rendah. Pemakaian di kamar

bayi tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan hiperbilirubin pada bayi. Fenol

tidak digunakan untuk alat kesehatan resiko tinggi dan sedang karena

meninggalkan residu.

h.      Ikatan amonium kuartener

Beberapa contoh yang dipakai adalah diametil-benzil-amonium-klorida,

alkildidesil-dimetil-amonium-klorida, merupakan desinfektan tingkat rendah.

Keduanya merupakan bahan tenun karena kain akan menyerap zat dan

meneruskan reaksinya secara bermakna. Efek ikatan ini adalah bakterisidal,

fungisidal, dan virusidal (virus lipofilik).

3.      Desinfeksi fisik:

a.       Radiasi dengan ultraviolet (UV)

UV dapat merusak DNA, efektivitas dalam membunuh mikroorganisme

dipengaruhi oleh panjang gelombangnya, bahan organic, jenis media, suhu, jenis

mikroorganisme, dan intensitas UV. Sinar UV bersifat mutagenic, merusak retina,

dan menyebabkan sel bermitosis.

b.      Pasteurisasi

Page 15: hiv-aids

Bertujuan merusak mikroorganisme pathogen yang mungkin ada tanpa merusak

spora bakteri. Suhu yang digunakan 77 0C dalam 30 menit sebagai alternative

desinfeksi kimiawi alat terapi pernafasan anestesi.

c.       Mesin desinfektor (flushing and washer desinfector)

Mesin pencuci yang dirancang untuk bekerja otomatis dan tertutup untuk

membersihkan pispot, Waskom, alat kesehatan bedah, dan pipa anestesi. Mesin

ini menggunakan air panas kira-kira 90 0C.

4.      Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)

DTT merupakan alternative penatalaksanaan alat kesehatan bila sterilisasi tidak

tersedia atau tidak mungkin terlaksana. DTT dapat membunuh semua

mikroorganisme, tetapi tidak dapat membunuh endospora dengan sempurna seperti

tetanus atau gas gangren. Cara melakukan DTT antara lain:

a.       Merebus dalam air mendidih selama 20 menit

b.      Rendam dalam desinfektan kimiawi seperti glutaraldehyde dan formaldehyde

80%

c.       Steamer.

Sterilisasai

Sterilisasi adalah menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat kesehatan

termasuk endospora bakteri.

                                                                                                         

1.      Sterilisasi fisik

a.       Pemanasan basah:  koagulasi dan denaturasi protein: pada suhu 121 0C,

selama 20-30 menit.

b.      Pemanasan kering: oven, pembakar, sinar intramerah: pada suhu 150-170 0C,

selama >30 menit. Untuk membunuh spora, pemanasan juga bisa dilakukan pada

suhu 180 0C selama 2 jam.

c.       Radiasi sinar gamma, sangat mahal dan hanya digunakan untuk industry

besar misalnya jarum suntik, spuit sekali pakai, dan alat-alat infus.

d.      Filtrasi: serum, plasma, vaksin: dari selulosa berpori 0,22 µm.

2.      Sterilisasi kimia

Page 16: hiv-aids

a.       Glutaraldehyde 2% untuk merendam alat kesehatan 8-10 jam, yaitu

formaldehyde 8% selama 24 jam. Kedua zat tersebut tidak dianjurkan karena

dapat mengiritasi kulit, mata, dan seluruh nafas.

b.      Gas etilin oksida (ETO) adalah gas beracun. Dipakai untuk alat yang tidak

tahan panas (karet, plastic, elektronik, kabel, alat optic, dan lain-lain).

c.       ETO pada kelembaban 20-40%, kepekatan 540-900 mg/liter, dipakai pada

suhu 16 jam.

Stratategi untuk meningkatkan keselamatan petugas kesehatan

a.      Gunakan universal precautions

b.      Kurangi prosedur invasive yang tidak perlu

c.       Kembangkan protap (prosedur tetap pelaksanaan suatu tindakan) tempat kerja

yang sesuai

d.      Sediakan sumber-sumber yang memungkinkan petugas patuh terhadap protap

yang ada.

e.       Penyuluhan dan dukungan untuk seluruh staf.

f.        Supervisi siswa dan petugas  yang tidak berpengalaman.

a. Penjaringan Pasien

Dalam hal ini harus disadari bahwa tidak semua pasien dengan penyakit

infeksi dapat terjaring dengan rekam medik sehingga system penjaringan

pasien tidak menjamin sepenuhnya pencegahan penularan penyakit. Konsep

Universal precaution pertama kali dianjurkan oleh Centers For disease Control

(CDC) pada tahun 1987 yaitu mempermalukan semua pasien seolah-olah

mereka terinfeksi HIV.

b. Perlindungan diri

Perlindungan diri meliputi cuci tangan, pemakaian sarung tangan, cadar, kaca

mata, dan mantel kerja. Prosedur cuci tangan dilakukan dengan sabun

antiseptik di bawah air mengalir. Persyaratan yang harus dipenuhi sarung

tangan adalah bdasar tidak mengiritasi tangan, tahan bocor, dan memberikan

Page 17: hiv-aids

kepekaan yang tinggi bagi pemakainya. Cadar berfungsi untuk melindungi

mukosa hidung dan kontaminasi percikan saliva dan darah pada mata karena

conjunctiva mata merupakan salah satu port entry sebagian besar infeksi

virus. Sedangkan mantel kerja dianjurkan digunakan sewaktu melayani pasien

yang setiap saat terkancing baik.

c. Dekontaminasi Peralatan

Dekontaminasi adalah suatu istilah umum yang meliputi segala metode

pembersihan, desenfeksi dan sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan

pencemaran mikroorganisme yang melekat pada peralatan medis sedemikian

rupa sehingga tidak berbahaya. Metode dekontaminasi yang utama adalah

penguapan dibawah tekana (autklav), pemanasan kering (oven udara panas),

air mendidih dan desinfektan kimia dengan menggunakan hipoklorit atau

glutaraldehid 2%.

d. Desinfeksi permukaan lingkungan kerja

Setiap permukaan yang dijamah oleh tangan operator harus disterilkan

(misalnya instrumen) atau desinfeksi (misalnya meja kerja, kaca pengaduk,

tombol-tombol atau pegangan laci dan lampu). Meja kerja, tombol-tombol,

selang as[pirator, tabung, botol material dan pegangan lampu unit harus

diulas dengan klorheksidin 0,5% dalam alcohol atau hipoklorit 1000 bagian

perjuta (bpj) dari klorida yang tersedia, dalam setiap sesi atau setiap

pergantian pasien. Piston harus dicuci dan debris dari pelastik penyaring

dibersihkan setiap selesai satu pasien. Selang aspirator sebaiknya memakai

yang sekali pakai. Bila ada noda darah, cairan tubuh atau nanah, permukaan

harus didesinfeksidengan larutan hipoklorit yang mengandung 10.000 bjp dari

klorida yang tersedia dan kemudian dibersihkan dengan lap sekali pakai.

Larutan harus dibiarkan pada permukaan yang akan dibersihkan minimal

selama tiga menit, kemudian larutan tersebut dilap, serta permukaan

permukaan tersebut dibilas dan dikeringkan.

Posisi operator tertentu didalam melakukan tindakan perawatan gigi, juga

mempunyai rwesiko kontaminasi dari mulut pasien ke operator. Penelitian di

Universitas Bologna, Itali membuktikan bahwa resiko terbesar bagi operator

bila ia bekerja pada posisi kanan penderita diposisi jam 9.

Page 18: hiv-aids

e. Penanganan limbah klinik

Yang dimaksud dengan limbah klinik adlah semua bahan yang menular atau

kemungkinan besar menular atau zat-zat yang berbahaya yang berasal dari

lingkungan kedokteran dan kedokteran gigi. Sampah ini dikumpulkan untuk

dibakar, atau ditanam untuk jenis tertentiu. Limbah klinik seperti jarum

dikumpulkan didalam wadah plastik berwarna kuninguntuk dibakar dan jenis

limbah tertentu dikumpulkan untuk ditanam. Sebaiknya jarum suntik disposible

setelah dipakai langsung dibuang dalam wadah tanpa memasang kembali

penutup jarum, hal ini untuk menghindari tertusuknya tangan oleh jarum

tersebut.

Limbah darah, adalah yang paling potensial mengandung HIV, maka bila ada

limbah darah misalnya kapas dengan darah, ekstraksi jaringan atau gigi jatuh

ke lantai ambillah limbah tersebut dengan mengggunakan sarung tangan,

dibersihkan dengan lap atau tissue kertas kemudian lap atau tissuedan

daerah tumpahan dituangkan larutan hipoklorit 10.000 bpj. Setelah 10 menit

atau lebih, bilas tempat tersebut dengan lap lain, dan lap serta tissue dapat

dibuang sesuai dengan tempatnya.