hitung leukosit dan nilai hemoglobin sebagai...

49
HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI FAKTOR PREDIKTOR MAJOR ADVERSE CARDIAC EVENTS PADA SINDROMA KORONER AKUT Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Andika Prasdipta Hidayat NIM: 1111103000067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: lehanh

Post on 02-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN

SEBAGAI FAKTOR PREDIKTOR MAJOR ADVERSE

CARDIAC EVENTS PADA SINDROMA KORONER

AKUT

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Andika Prasdipta Hidayat

NIM: 1111103000067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya orisinil saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 9 September 2014

Page 3: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI FAKTOR

PREDIKTOR MAJOR ADVERSE CARDIAC EVENTS PADA SINDROMA

KORONER AKUT

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Andika Prasdipta Hidayat

NIM: 1111103000067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 4: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI

HEMOGLOBIN SEBAGAI FAKTOR PREDIKTOR MAJOR ADVERSE

CARDIAC EVENTS PADA SINDROMA KORONER AKUT yang diajukan

oleh Andika Prasdipta Hidayat (NIM 1111103000067), telah diujikan dalam

sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 9 September 2014.

Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 9 September 2014

DEWAN PENGUJI

Page 5: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW,

beserta keluarganya, sahabatnya, serta umatnya.

Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan dan support

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Allah SWT

2. Kedua orang tua saya Bapak Ilyas dan ibu Fatimah selaku orang tua saya

serta Hj. Tiyatun selaku nenek saya, yang selalu menyayangi saya dan

mendidik saya dengan nilai-nilai yang sangat baik. Serta adik saya Yoga

Mukhlisyah yang telah memberikan dukungan kepada saya dalam

mengerjakan penelitian ini.

3. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang senantiasa membimbing dan memberi

kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Program

Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta

seluruh dosen di prodi ini yang senantiasa memberi ilmu kepada saya dan

teman-teman selama menjalani masa pendidikan di Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. dr. Femy Nurul Akbar SpPD-KGEH dan dr. Dede Moeswir SpPD-KKV

selaku dosen pembimbing penelitian saya, yang senantiasa membimbing,

mengajarkan serta mengarahkan dalam pengerjaan penelitian ini.

Page 6: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

vi

6. Untuk teman-teman kelompok riset saya yang telah dengan gigih bekerja

keras meneteskan keringat bersama saya, Aditiya Bagus W., Debtia

Rahmah, Siska Hestu, Puspita Muntiyarso, Vania Utami P.

7. Teman-teman satu rumah kontrakan di Pondok Hijau yang telah

mendukung saya secara penuh dalam melakukan penelitian ini: Akbar S,

Bentito Z, Apriangga S, Yoga E, Seflan S, Faizal R, Indra F dan Rasyad

W.

8. Seluruh mahasiswa PSPD 2011 yang telah memberikan supportnya selama

pendidikan saya dan peneltian ini berlangsung.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karenanya, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak untuk tercapainya laporan penelitian yang lebih baik lagi.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat

bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 9 September 2014

Penulis

Page 7: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

vii

ABSTRAK

Andika Prasdipta Hidayat. Program Studi Pendidikan Dokter. Hitung

Leukosit dan Nilai Hemoglobin Sebagai Faktor Prediktor Terjadinya Major

Adverse Cardiac Events pada Sindroma Koroner Akut. 2014.

Latar Belakang: Walaupun dalam penanganan pasien SKA sudah dianggap

cukup adekuat, proporsi terjadinya major adverse cardiac events (MACE) tetap

tinggi. Telah lama leukositosis dan anemia pada saat admisi disebut-sebut

memiliki peran yang cukup besar terhadap kejadian MACE. Tujuan: Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan leukositosis dan anemia sebagai

faktor prediktor terhadap terjadinya MACE. Metode: Penelitian ini adalah

penelitian retrospektif berbasis studi prognostik. Sampel dikumpulkan dari data

rekam medik 467 pasien SKA sejak Januari 2012 hingga Desember 2013 di ICCU

RSUPN Cipto Mangunkusumo dan dilihat nilai hemoglobin dan hitung leukosit

admisi dan dibandingkan dengan MACE selama perawatan. Analisis bivariat

menggunakan uji Pearson Chi-square. Hasil: Terdapat 54 kasus MACE dengan

proporsi sebesar 11,6%. Pada analisis bivariat, relative risk (RR) anemia terhadap

MACE adalah 2,093 (95%IK, 1,273-3,440 , p=0,003). Sedangkan RR leukositosis

terhadap MACE adalah 2,208 (95%IK, 1,267-3,847 , p=0,004). Kesimpulan:

Leukositosis dan anemia pada saat admisi merupakan faktor prediktor terjadinya

MACE selama perawatan.

Kata kunci: MACE. Nilai hemoglobin. Hitung leukosit. Anemia. Leukositosis.

Page 8: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

viii

ABSTRACT

Andika Prasdipta Hidayat. Faculty Medicine. Leukocyte counts and

hemoglobin levels as Prediction Factor of Major Adverse Cardiac Events in

Acute Coronary Syndrome Patients. 2014.

Back Ground: Despite ACS patients has been adequately treated, the prevalences

of major adverse cardiac events (MACE) are still high. Leukocytosis and anaemia

on admission have been mentioned to have a major roles in MACE. Aim: The aim

of this study is to show the ability of leukocytosis and anaemia as predictor

factors in predicting MACE. Method: The medical record files of 467 ACS

patients in ICCU Cipto Mangunkusumo national hospital from January 2012 until

December 2013 with hemoglobin level and leukocyte count on admission data and

inhospital MACE information were collected. Bivariat analysis was analyzed

using Pearson Chi-Square test. Result: There are 54 cases of MACE, with

proportion 11,6%. In bivariat analysis, the relative risk (RR) of anaemia in MACE

is 2,093 (95%CI, 1,273-3,440 , p=0,003) and RR of Leukocytosis in MACE is

2,208 (95%CI, 1,267-3,847 , p=0,004). Conclution: Leukocytosis and anaemia

on admission are predictor factors for MACE in inhospital ACS patients.

Keywords: MACE. Haemoglobin Levels. Leukocyte counts. Anaemia.

Leukocytosis

Page 9: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ABSTRAK ........................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

Daftar GAMBAR ............................................................................................

DAFTAR TABEL ............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ..................................................................................

1.2 Rumusan masalah .............................................................................

1.3 Hipotesis ...........................................................................................

1.4 Tujuan penelitian ..............................................................................

1.5 Manfaat penelitian ............................................................................

1.5.1 Ilmiah .....................................................................................

1.5.2 Aplikatif .................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka ...............................................................................

2.1.1 Sindrom Koroner Akut ............................................................

2.1.1.1. Patogenesis SKA .......................................................

2.1.1.2. Patofisiologi SKA ......................................................

2.1.1.3. Patogenesis Trombosis Koroner ................................

2.1.2 Leukositosis

2.1.3 Anemia

2.1.4 Major Adverse Cardiac Events (MACE).................................

2.1.4.1. Definisi Kematian Kardiovaskular ............................

2.1.4.2. Definisi Kematian non-Kardiovaskular ......................

2.1.4.3. Definisi Kematian Tak Terdefinisikan .......................

2.1.4.4. Stroke ..........................................................................

2.1.4.5. Intervensi Koroner Perkutan Berulang .......................

2.1.5 Faktor Prediktor Terjadinya MACE ........................................

2.1.3.1. Hitung Leukosit ................................................

2.1.3.2. Nilai Hemoglobin .............................................

2.2 Kerangka Teori .................................................................................

2.3 Kerangka Konsep dan Definisi Operasional .....................................

2.3.1. Kerangka Konsep ........................................................

2.3.2. Definisi Operasional .....................................................

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .............................................................................

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................

ii

iii

iv

v

vii

ix

xi

xi

xi

1

3

3

3

3

3

4

5

5

5

6

7

8

9

9

10

11

12

12

12

12

13

15

18

19

19

19

21

21

Page 10: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

x

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian .........................................................

3.4 Perkiraan Besar Sampel ....................................................................

3.5 Teknik Pemilihan Sampel .................................................................

3.6 Kriteria Inklusi and Eksklusi

3.6.1. Kriteria Inklusi ........................................................................

3.6.2. Kriteria Eksklusi .....................................................................

3.7 Cara Kerja Penelitian ........................................................................

3.8 Alur Penelitian ..................................................................................

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................

4.1.1. Karakteristik Dasar Subjek

4.1.2. Analisis Univariat

4.1.3. Analisis Bivariat

4.2 Pembahasan ......................................................................................

4.2.1. Anemia ....................................................................................

4.2.2. Leukositosis ............................................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...........................................................................................

5.2 Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN .....................................................................................................

21

21

22

22

22

22

22

23

23

25

25

26

27

27

29

31

31

32

37

Page 11: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 .......................................................................................................

Gambar 2.2 .......................................................................................................

Gambar 2.3 .......................................................................................................

Gambar 2.4 .......................................................................................................

6

14

16

17

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Dasar ................................................................

Tabel 4.2 Tabel Univariat .................................................................................

Tabel 4.3 Tabel Analisis Bivariat .....................................................................

25

26

27

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran.1. Formulir Penelitian ......................................................................

Lampiran.3 Surat Izin Penelitian .....................................................................

Lampiran.4. Surat Lolos Uji Etik .....................................................................

36

37

38

Page 12: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penyakit kardiovaskular telah menjadi penyebab kematian terhadap 17 juta

angka kematian, yang juga menyebabkan 151 juta disability adjusted life years

lost (DALYs). WHO memproyeksikan angka kematian oleh sebab penyakit

kardiovaskular secara global akan meningkat dari 17 juta pada tahun 2004

menjadi 23,4 juta angka kematian di tahun 2030.1 Pada tahun 1992 penyakit

kardiovaskular telah menjadi penyebab kematian tertinggi pertama kelompok usia

lebih dari 45 tahun yaitu sebanyak 16,4%.2 Berdasarkan data Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, penyakit jantung memiliki prevalensi sebesar

7,2%, dengan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular pada semua

kelompok usia adalah sebesar 5,1%.3

Sindrom Koroner Akut (SKA) yang merupakan penyebab utama kematian

dan disabilitas tersebut, walaupun telah dilakukan diagnosis dan terapi yang

adekuat. Rupturnya plak pada arteri koroner SKA akan memberikan gambaran

gejala angina pektoris tidak stabil dan bahkan infark miokrad akut, baik dengan

elevasi segmen-ST maupun tanpa elevasi segmen ST, melalui trombosis yang

berbentuk akibat agregasi trombosit yang menyebabkan oklusi menjadi semakin

parah, sehingga plak yang tidak stabil dianggap sebagai penyebab utama pada

perjalanan terjadinya SKA.4

Kejadian Major Adverse Cardiac Events (MACE) terdiri atas kematian

kardiovaskular dan non kardiovaskular, infark miokard berulang, stroke, serta

intervensi koroner perkutan berulang di rumah sakit. Sedangkan menurut data dari

intensive care unit rumah sakit Cipto Mangunkusumo didapati angka mortalitas

pasien SKA selama perawatan di rumah sakit pada tahun 2010 sebesar 17,5%.5.

Walaupun laju mortalitas pada pasien SKA mengalami penurunan, masih banyak

ditemukan angka kematian dalam 48 jam awal perawatan pada fase akut.6

Walaupun pasien SKA telah mendapat terapi preventif yang agresif dalam rangka

mencegah terjadinya MACE, masih sering ditemukan komplikasi MACE pada

pasien SKA. Sehingga sangat dibutuhkan penilaian prediksi awal terjadinya

Page 13: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

2

komplikasi MACE pada pasien SKA agar dapat menekan terjadinya MACE pada

pasien SKA.7

Penilaian faktor risiko terjadinya MACE pada pasien SKA sangat penting,

untuk membedakan pasien yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi dan risiko

rendah, sehingga penanganan yang lebih intensif dapat dilakukan untuk menekan

terjadinya MACE. Untuk itu faktor-faktor risiko harus terus dicari, untuk

membantu dalam penilaian prognosis pada pasien SKA.7,8

Rendahnya nilai

hemoglobin dan tingginya hitung leukosit sangat menarik untuk dibahas, karena

kedua hal ini merupakan unsur hematologi yang cukup sering diperiksa ketika

admisi pasien, belum lagi biaya pemeriksaan yang tidak terlalu mahal serta

keberadaan kedua pemeriksaan ini yang mudah bahkan dapat dilakukan di bagian

emergensi sekalipun, yang akan menjadikan kedua jenis pemeriksaan ini sebagai

penanda yang efisien dan efektif.

Anemia telah disebut-sebut dapat memperburuk keadaan pasien SKA.

Ennezat dkk, dalam studinya menemukan bahwa anemia dapat memberikan

informasi prognostik tambahan yang independen pada GRACE score dengan

Hazard Ratio (HR) 3,008, 95% confidence interval (CI) (2,137-4,234). Mereka

bahkan mendapatkan nilai prediktif yang lebih halus dengan menggabungkan

anemia dengan GRACE score.9 Correin dkk, dalam studinya juga menemukan

bahwa nilai hemoglobin secara independen dapat digunakan sebagai faktor

prediktor terhadap terjadinya MACE, bahkan nilai nilai hemoglobin dapat

digunakan sebagai prediktor independen terhadap kejadian MACE pada pasien

SKA dengan Odd Ratio (OR) 3,9 (95% IK 1,2-1,3).10

Beberapa penelitian menghubungkan leukositosis dengan adverse cardiac

events ataupun angka kematian yang terjadi pada jangka panjang maupun jangka

pendek. Furman dkk, menemukan pada studinya peningkatan jumlah leukosit

yang signifikan, yang menunjukkan korelasi dengan kejadian MACE serta hitung

leukosit dapat digunakan sebagai prediktor independen untuk terjadinya MACE

pada pasien SKA dengan OR 2,8 (95% IK, 2,1-3,6).11

Kedua faktor di atas sangat layak untuk dipertimbangkan dalam penilaian

risiko terjadinya MACE pada pasien SKA. Sehingga diperlukan pembuktian

kemampuan kedua faktor ini dalam memprediksi terjadinya MACE. Sehingga

Page 14: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

3

dapat membantu dalam pengambilan keputusan dalam penatalaksanaan SKA,

karena penatalaksanaan SKA sudah seharusnya dilakukan dengan berdasar pada

setimasi terjadinya MACE untuk menekan terjadinya MACE, tanpa adanya

underestimation ataupun overestimation pada penilaian pasisen SKA. Oleh karena

itu penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan guna mendapatkan informasi

mengenai kemampuan leukositosis dan anemia sebagai faktor prediktor

independen terhadap terjadinya MACE.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah

1. Berapakah proporsi kejadian MACE selama perawatan pada pasien

SKA di intensive coronary care unit (ICCU) Rumah Sakit Umum

Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo ?

2. Apakah anemia dan leukositosis memiliki nilai prediksi terhadap

terjadinya MACE selama perawatan pada pasien SKA di ICCU

RSUPN Cipto Mangunkusumo?

1.3. Hipotesis

Leukositosis dan anemia memiliki nilai prediksi terhadap tejadinya MACE

pada pasien SKA di ICCU RSUPN Cipto Mangunkusumo.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan apakah anemia dan leukositosis dapat menjadi faktor

prediktor terhadap terjadinya MACE pada pasien SKA selama perawatan

di ICCU RSUPN Cipto Mangunkusumo.

2. Mendapatkan proporsi kejadian MACE pada pasien SKA selama

perawatan di ICCU RSUPN Cipto Mangunkusumo.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Ilmiah

Dengan diketahuinya data faktor-faktor risiko terjadinya major adverse

cardiac events selama 30 hari pada pasien SKA, faktor risiko tersebut dapat

digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan.

Page 15: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

4

1.5.2 Manfaat Aplikatif

Dengan mengetahui faktor-faktor prediktor terjadinya MACE selama 30

hari pada pasien SKA, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan identifikasi

dan stratifikasi pasien SKA yang berisiko terjadinya MACE selama 30 hari oleh

para petugas medis, sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang lebih

adekuat guna menekan terjadinya MACE.

Page 16: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Sindrom Koroner Akut

2.1.1.1. Patogenesis Sindrom Koroner Akut

Sindrom koroner akut (SKA) adalah manifestasi klinis dari fase kritis

penyakit arteri koroner. Kata-kata sindrom koroner akut kini lebih

menggambarkan fase akut dari penyakit iskemi koroner dengan atau tanpa adanya

infark miokard. 12

SKA merupakan kondisi yang mengancam nyawa, dahulu 38%

dari pasien yang pemah mengalami SKA akan mengalami kematian sebagai

akibat dari SKA, namun kini presentasi ini sudah sangat menurun secara drastis

karena semakin majunya metode terapi dan preventif. Sindrom ini memiliki

susunan mulai dari angina pektonis dengan pola tidak stabil hingga infark

miokard akut. Semua SKA menunjukkan mekanisme patofisiologi inisial yang

umum. Lebih dan 90% Sindrom Koroner Akut merupakan akibat dari disrupsi

plak aterosklerotik yang akan berujung pada agregasi platelet dan terbentuknya

trombus. Trombus akan membentuk region plak yang akan menyebabkan oklusi

menjadi bertambah parah atau menjadi sumbatan total. Akibat sumbatan ini aliran

darah akan berkurang yang akan menyebabkan ketidakseimbangan antara oksigen

yang dibutuhkan oleh otot jantung dan suplainya, inilah awal dari nyeri dada yang

dialami pasien. SKA dalam manifestasi klinisnya akan sangat bergantung pada

derajat oklusi aliran darah koroner yang terjadi. Bila oklusi belum total, maka

sebagian lesi ini akan menyebabkan manifestasi klinis berupa angina pektoris

tidak stabil (APTS) dan infark miokard tanpa elevasi segmen ST, sedangkan bila

trombus tersebut sudah menyumbat secara penuh maka yang akan tampak adalah

manifestasi klinis berupa infark miokard dengan elevasi segmen ST, yang

disebabkan oleh iskemik yang bertambah berat dan terdapatnya lebih banyak

nekrosis. Trombus pada Sindrom Kononer Akut disebabkan oleh interaksi plak

aterosklerotik, endotel arteri koroner, platelet yang berada di sirkulasi, tonus

vasomotor dinding pembuluh.13

Pada keadaan di klinik kita akan menggunakan

“Sindrom Koroner Akut” sebagai diagnosis kerja dan setelah mendapatkan hasil

Page 17: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

6

dari pemeriksaan penunjang seperti Elektro Kardio Gram (EKG) dan hasil

pemeriksaan berbagai faktor yang mungkin saja meningkat pada pasien dengan

sindrom koroner akut maka kita gunakan diagnosis yang lebih spesifik. Berikut

bagan untuk penegakan diagnosis sindrom koroner akut:

Gambar 2.1 Bagan Diagnosis.

12

Gambar 2.1 menggambarkan kedatangan pasien dengan keluhan nyeri

dada tipikal, lalu klinisi akan mendiagnosis gejala tersebut sebagai SKA. Untuk

memastikannya maka akan dilakukan EKG, dan dilihat apakah ada perubahan

pada segmen ST, berupa elevasi atau tidak. Bila terdapat elevasi pada segmen ST

maka diagnosis kerja adalah IMA dg Elevasi Segmen ST. Sedangkan bila tidak

terdapat elevasi segmen ST pada gambaran EKG maka dilihat apakah terdapat

peningkatan enzim jantung. Bila terjadi peningkatan enzim jantung, maka

diagnosis kerja adalah IMA tanpa elevasi segmen ST. Bila tidak terjadi

penigkatan, maka diagnosis kerjanya adalah angina pektoris tidak stabil.12

2.1.1.2 Patofisiologi Sindrom Koroner Akut

Infark miokard (baik dengan elevasi segmen-ST maupun tanpa elevasi

segmen-ST) akan terjadi ketika iskemik yang terjadi pada miokard cukup parah

sehingga dapat menyebabkan nekrosis pada miosit. Walaupun pada dasarnya,

secara definisi, angina pektoris tidak stabil (APTS) tidak secara langsung

menghasilkan nekrosis, namun infark miokard dapat saja terjadi bila patofisiologi

yang paling mendasar dari APTS tersebut tidak diatasi dengan baik. Kita

mengenal infark transmural dan infark subendokardial, dimana infark transmural

berarti terjadinya nekrosis pada seluruh ketebalan miokard, yang merupakan

Page 18: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

7

akibat oklusi pada arteri di epikardiun, sedangkan infark subendokardial terjadi

pada bagian yang lebih dalam lagi, di dekat endokardium.13

Pada dasarnya infark yang terjadi merupakan gambaran puncak dari urutan

kejadian yang diawali oleh iskemik, yang berawal dari trauma sel yang yang

reversibel menjadi kematian sel yang ireversibel. Daerah miokard yang

diperdarahi langsung oleh arteri koroner yang terjadi oklusi akan mengalami

nekrosis dengan cepat, sedangkan jaringan disekitarnya tidak akan langsung

mengalami nekrosis secara langsung karena masih cukupnya suplai darah dan

pembuluh tetapnya. Walaupun begitu jaringan disekitar infark lama-kelamaan

akan mengalami peningkatan iskemik, karena peningkatan kebutuhan oksigen

yang tidak diimbangi oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen

tersebut akibat adanya oklusi pada pembuluh arteri koroner yang mengalami

oklusi. Terdapat lima hal yang memengaruhi jumlah jaringan yang mati akibat

infark:

a. massa dari miokard yang diperdarahi arteri koroner yang mengalami

oklusi tersebut,

b. durasi dan banyaknya aliran darah arteri koroner yang terganggu,

c. kebutuhan oksigen dan daerah yang terpengaruhi,

d. kemampuan adekuasi dan pembuluh kolateral,

e. derajat respon dan jaringan yang memodifikasi proses iskemik.13

2.1.1.3 Patogenesis Trombosis Koroner

Pada kedaan normal, tendapat mekanisme protektif yang mencegah

terjadinya trombosis dan oklusi pada pembuluh darah yang sehat. Namun,

kelainan yang berhubungan dengan lesi aterosklerotik mungkin akan

mempengaruhi defens tersebut sehingga dapat menyebabkan oklusi pembuluh.

Aterosklerosis benkontribusi terhadap pembentukan trombus ini melalui 1) ruptur

plak yang menyebabkan tereksposnya substansi trombogenik, 2) disfungsi endotel

yang menurunkan atau bahkan menghilangkan mekanisme protektif

antithrombotik normal dan properti-properti vasodilator.13

Ruptur plak aterosklerotik adalah penyebab utama pemicu trombosis

koroner. Penyebab utama disrupsi plak ialah 1) faktor-faktor kimiawi yang

menyebabkan destabilisasi lesi aterosklerotik, dan 2) stress fisik pada lesi. Plak

Page 19: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

8

aterosklerotik adalah plak yang terdiri dari inti lipid yang dikelilingi oleh fibrous

external cap. Substansi-substansi kimiawi yang berasal dari sel-sel inflamasi

diantara plak dapat membahayakan integritas dari fibrous cap tersebut. Sebagai

contoh limfosit T akan mengelaborasi interferon gama yang dapat menginhibisi

sintesis kolagen oleh otot polos, akibatnya kekuatan dari cap tesebut akan

tenganggu. Selain itu lesi ateroslerotik juga menghasilkan enzim (seperti

metalloproteinase) yang adapat menghancurkan matriks intersitisial, yang

memainkan peran penting pada stabilitas plak. Melemahnya cap yang tipis ini

merupakan bagian yang mudah untuk ruptur (terutama pada bagian “shoulder”,

yaitu bagian yang berbatasan langsung dengan dinding arteri yang normal) baik

secara spontan ataupun tekanan fisik, seperti tekanan darah intraluminal dan torsi

dari detak miokard.13

2.1.2. Leukositosis

Leukositosis dapat digambarkan sebagai hitung leukosit lebih besar dari

11000/mm3. Peningkatan jumlah sel darah merupakan respon nosrmal dari

sumsum tulang terhadap infeksi atau proses inflamasi. Namun terkadang

leukositosis menggambarkan kelainan pada sumsum tulang. Penyebab

leukositosis dapat dibagi menjadi

a. Leukositosis dengan sumsum tulang normal, pada kasus ini leukositosis

diakibatkan oleh reaksi normal terhadap inflamasi ataupun infeksi. Pada

keadaan in kebanyakan sel adalah leukosit polimorfonuklear. Selain

infeksi dapat pula muncul akibat stres emosional, pengobatan tertentu,

splenektomi, keganasan, anemia hemolitik,dll. Eosinofilia ialah

peningkatan eosinofil yang biasa terjadi pada keganasan limfoma Hodgkin

dan non-Hodgkin serta penyakit imunologis seperti rheumatoid arthritis,

alergi, infeksi parasit, dll. Basofilia merupakan peningkatan basofil yang

biasa terjadi pada reaksi alergi. Limfositosis merupakan peningkatan

limfosit yang biasanya diakibatkan oleh infeksi virus, infeksi

kronik,kelainan jaringan ikat.

b. Leukositosis dengan kelainan sumsum tulang primer, seperti yang terjadi

pada leukemia dan kelainan myeloploriveratif.14

Page 20: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

9

2.1.3. Anemia

Anemia dikarakteristikkan dengan penurunan massa sel darah merah.

Anemia secara khas akan berhubungan dengan penurunan kapasitas hantaran

oksigen oleh darah., oleh karena itu anemia biasa dilihat dari konsentrasi

hemoglobin(Laki-laki <13 mg/dl pada laki-laki dan <12mg/dl). Anemia sendiri

dapat menyebabkan gejala dari hipoksia (seperti: lelah, sesak saat beraktivitas).

Manifestasi lain juga dapat muncul akibat kompensasi tubuh terhadap hantaran

oksigen yang berkurang (seperti: hiperventilasi, takikardia, peningkatan faktor

transkripsi(HIF1)). Namun kunci dari manifestasi klinis anemia ialah hipoksia

jaringan dan kompensasi tubuh terhadapnya seperti peningkatan aktivitas jantung

dan peningkatan frekuensi napas serta vasokonstriksi pembuluh arteri ginjal dan

kulit.15

2.1.3. Major Adverse Cardiac Events Pada Sindrom Koroner Akut

Major adverse cardiac events (MACE) merupakan end point yang paling

sering digunakan didalam penelitian kardiovaskular. Kata MACE pertama kali

muncul pada pertengahan 1990, waktu itu kata MACE digunakan secara terbatas

hanya pada komplikasi selama perawatan yang berkaitan dengan intervensi

koroner perkutaneous. Sekarang definisi MACE secara rutin digunakan dan

dilaporkan untuk melaporkan evaluasi keluaran saat prosedural, jangka pendek,

dan jangka panjang atau mungkin selama terapi. Secara harfiah MACE adalah end

point yang didalamnya terdapat beberapa tipe kejadian klinis dengan berbagai

derajat serta keterkaitan.16

Pada studi randomisasi yang ada, angka mortalitas

jangka pendek pada pasien SKA yang telah mendapatkan terapi farmakologi yang

agresif adalah berkisar 6,5-7,5% dimana berdasarkan data observasional

didapatkan presentasi mortalitas pasien SKA di komunitas ialah 15-20%. Major

adverse cardiac event merupakan hasil endpoint yang terdiri dan kematian oleh

sebab apapun, infark miokard berulang, tindakan intervensi perkutaneus kononer

berulang dikarenakan adanya gejala, dan stroke yang dialami pasien setelah

mengalami onset SKA.17

Page 21: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

10

2.1.3.1 Definisi Kematian Kardiovaskular

Kematian kardiovaskular meliputi kematian yang berasal dari infark

miokard akut, kematian jantung tiba-tiba, kematian akibat gagal jantung, kematian

akibat stroke, dan kematian akibat penyebab kardiovaskular lainnya.

a. Kematian akibat Infark miokard akut merujuk pada kematian oleh

berbagai mekanisme (aritmia, gagal jantung, low output) selama 30

hari setelah onset IMA. Kematian yang terjadi berhubungan dengan

konsekuensi imediet dan IMA, seperti gagal jantung kongesti, cardiac

output yang tidak adekuat, atau aritmia yang sulit diatasi. Bila kejadian

ini terjadi setelah “break”, kejadian ini menjadi bagian dan sebab

imediet.

Kematian yang diakibatkan dan prosedur intervensi koroner

perkutaneus atau untuk penatalaksanaan terhadap komplikasi dan IMA

juga harus dipertimbangkan sebagai kematian akibat IMA.

Kematian akibat prosedur dalam penatalaksanaan angina atau kematian

akibat infark miokard yang terjadi sebagai akibat langsung dari

investigasi, prosedur atau operasi harus dipertimbangkan sebagai

kematian akibat sebab kardiovaskular.

b. Sudden cardiac death merujuk pada kematian yang tidak terduga, yang

tidak mengikuti IMA dan termasuk kematian berikut:

a. Kematian disaksikan dan seketika tanpa adanya perburukan gejala

atau gejala baru.

b. Kematian yang disaksikan diantara 60 menit dari onset perburukan

gejala atu adanya gejala baru, kecuali gejala merujuk pada IMA

c. Kematian yang disaksikan dan dihubungkan dengan aritmia

d. Kematian setelah resusitasi cardiac arrest yang gagal

e. Kematian setelah resusitasi dan cardiac arrest yang berhasil dan

tanpa adanya sebab nonkardiovaskular

f. Kematian yang tidak disaksikan tanpa sebab kematian lain

c. Kematian akibat gagal jantung atau syok kardiogenik merujuk pada

kematian yang terjadi dalam konteks perburukan gejala klinis atau

Page 22: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

11

adanya tanda gagal jantung tanpa adanya penyebab lain kematian dan

tidak ada tanda diikuti IMA.

d. Kematian akibat Stroke merujuk pada kematian yang terjadi 30 hari

setelah stroke atau stroke atau yang diakibatkan oleh komplikasi

stroke.

e. Kematian akibat penyebab kardiovaskular lain merujuk pada kematian

kardiovaskular yang tidak termasuk kategori di atas (seperti: disritmia,

emboli paru, intervensi kardiovaskular, aneurisma aorta, dll).18

2.1.3.2.Kematian Non-kardiovaskular

Kematian non-kardiovaskular digambarkan sebagai kematian yang tidak

terpikirkan untuk diakibatkan oleh seba kardiovaskular. Berikut daftar kematian

non-kardiovaskular:

Penyebab Non-malignan

o Paru

o Ginjal

o Gastrointestinal

o Hepatobiliari

o Pankreatik

o Infeksi (termasuk sepsis)

o Non-infeksi (systemic inflammatory response syndrome(SIRS))

o Hemoragik, bukan intrakranial

o Kegagalan sistem organ selain kardiovaskular (contoh: gagal hati,

gagal ginjal)

o Bedah non-kardiovaskular

o Kecelakaan atau trauma

o Bunuh diri

o Overdosis obat

Sebab Malignan

o Kematian akibat kanker langsung atau

o Kematian akibat komplikasi kanker itu sendiri

Page 23: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

12

o Kematian akibat penarika semua terapi.18

2.1.2.3 Kematian yang tidak terdefinisikan

Kematian yang tidak dapat ditentukan penyebabnya adalah kematian yang

tidak dapat, dikategorikan kematian kardiovaskular dan kematian non-

kardiovaskular. Hal ini mungkin terjadi akibat kurangnya infromasi.18

2.1.3.4. Stroke

Stroke didefinisikan sebagai episode akut dan disfungsi neurologis yang

disebabkan oleh injuri vaskular fokal ataupun global pada otak, korda spina, atau

retinal. Stroke dapat dklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu: stroke iskemik yang

diakibatkan oleh adanya area infark pada sistem saraf pusat; stroke hemoragik

yang diakibatkan oleh hemoragik pada subaraknoid, intraventrikular ataupun

intraparenkimal; dan stroke yang tidak diketahui sebabnya yang mungkin

diakibatkan oleh kurangnya informasi untuk menegakkan diagnosis stroke

iskemik ataupun stroke hemoragik.18

2.1.3.5. Intervensi koroner perkutan berulang

Prosedur revaskularisasi koroner merupakan prosedur yang menggunakan

kateter untuk memperbaiki aliran darah miokardial. Peralatan kateterisasi (balloon

catheter, cutting balloons, atherectomy devices, lasers, bare metal stent, dan

drug-eluting stents) digunakan untuk memperbaiki aliran darah miokardial dengan

rneningkatkan area luminal pada daerah lesi koroner yang mengalami obstruksi.

Tindakan prosedur intervensi koroner perkutaneus berulang harus dilakukan pada

pasien dengan perburukan gejala angina.18

2.1.4. Faktor prediktor terjadinya Major Adverse Cardiac Events

Terdapat beberapa faktor prediktor terhadap terjadinya major adverse

cardiac events seperti usia tua >65tahun dengan OR 3,70 (95%IK, 2,51-5,44)

pada pasien usia 65-74 tahun dan terus meningkat seiring bertambah usia tua19

;

Jenis kelamin perempuan juga memberikan risiko terhadap kejadian MACE,

dengan OR 1,90 (95%IK, 1,60-2,26)20

; riwayat keluarga dengan penyakit jantung

koroner juga meningkatkan risiko, dengan HR 1,41p=0,00921

; Gula darah pada

admisi >130,5mg/dl meningkatkan risiko, dengan OR 2,61 (95%IK 1,11-6,10)22

;

Hiperurisemia saat admisi meningkatkan risiko dengan RR 3,3(95%IK, 1,02-

Page 24: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

13

10,64) dan OR3,76 pada short term mortality23

; tekanan darah sistolik yang

rendah setiap turun 20mmHg meningkatkan risiko terjadinya MACE denga OR

1,35(1,27-1,45); frekuensi jantung yang tinggi akan meningkatkan risiko setiap

30x/menit dengan OR 1,20(1,10-1,40); peningkatan enzim jantung saat admisi

juga meningkatkan risiko terjadinya MACE dengan OR 1,50(1,26-1,90);

peningkatan kadar kreatinin serum admisi setiap 1mg/dl juga memberikan risiko

dengan OR 1,23(1,14-1,34); gambaran deviasi segmen ST pada admisi juga

meningkatkan risiko dengan OR 1,80(1,33-2,40); Nilai Kelas Killip yang

cenderung tinggi juga akan menigkatkan risiko MACE setiap naik satu kelas

dengan OR 1,97(1,76-2,23).7

2.1.4.1. Hitung Leukosit

Belakangan ini telah banyak pembuktian yang menyatakan keterlibatan

inflamasi pada perkembangan atherosklerosis dan perkembangan pathogenesis

trombosis koroner. Telah banyak penelitian yang menghubungkan antara kadar

jumlah sel darah putih ini dengan adverse cardiac events ataupun meningkatnya

angka kematian yang akan terjadi baik pada jangka panjang maupun jangka

pendek.24,25

Julio Nunez dkk, melakukan penelitian terhadap 1118 pasien yang

masuk rumah sakit dengan diagnosis infark miokard akut, 569 pasien IMA tanpa

elevasi ST dan 549 dengan IMA ST elevasi. Mereka mengukur kadar jumlah sel

darah putih 24 jam setelah masuk rumah sakit, dan membaginya menjadi 3 grup:

WBC1 (kadarnya <10x103 sel/mL), WBC2 (kadarnya, l0-14,9x 103 sel/mL),

WBC3 (kadarnya, >14,9x 103 sel/mL). Lalu mereka mengikuti pasien-pasien itu

selama 8-12bulan, hingga mereka dapatkan bahwa kadar jumlah sel darah putih

dapat digunakan sebagai faktor prediktor MACE. Pada penelitian tersebut Julio

Nunez dkk mendapatkan pada longterm mortality terdapat total angka kematian

214 pasien (19,9%); 105 (18,5%) pasien pada pasien IMA tanpa elevasi ST dan

109 (19,9%) pasien pada pasien IMA dengan elevasi ST. Pada analisis bivariat

mereka pun membuktikan terjadi peningkatan mortalitas yang proporsional antara

kelompok WBC pada setiap tipe IMA baik pada kematian jangka pendek maupun

jangka panjang. Mereka juga menernukan hazard ratio(HR) pada grup WBC3 dan

WBC2 dibandingkan WBC1 pada pasien IMA tanpa elevasi segmen ST adalah

Page 25: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

14

2,07 (1,08-3,94; p=.027) dan 1,61 (95%IK 1,03-2,51; p=0,036). Sedangkan

perbandingan pada IMA dengan elevasi ST 2,07 and 2,22 (95%IK 1,35-

3,63;p=0,002). Dari analisis Kaplan-Meier terdapat juga pemisahan pada

kelompok-kelompok WBC. Pada IMA tanpa elevasi ST menunjukkan faktor risiki

kematian kadar jumlah sel darah putih dimulai dari 10x103 sel/mL sedangkan

pada IMA dengan elevasi ST risiko kematiannya dimulai dari diatas 10x103

sel/mL.26

Gambar2.2 Kurva survival Kaplan-Meier pada pasien STEMI dan non- STEMI berdasarkan

kategori kelompok jumlah sel darah putih.26

Pada gambar kurva diatas menunjukkan bahwa kadar jumlah sel darah

putih pada beberapa jam awal pada pasien IMA adalah prediktor mortalitas jangka

panjang. Peningkatan kadar jumlah sel darah putih pada pasien juga dapat

dihubungkan dengan meningkatnya insidensi dan komplikasi yang mengikuti

AMI, seperti gagal jantung dan mortalitas, baik jangka panjang maupun jangka

pendek. Beberapa mekanisme dapat menjelaskan hal ini, seperti resistensi

terhadap obat trombolitik karena perubahan mikrosirkulasi, hiperkoagulabilitas

yang meningkat, fenomena no-reflow akibat leukosit, kardiotoksisitas indirek

yang dimediasi oleh sitokin proinflamasi, meningkatnya daerah cedera iskemia-

reperfusi, ekspansi infark miokard akut. Berkenaan dengan poin terakhir ini, harus

kita ingat bahwa respon leukosit setelah IMA adalah titik inti respon reparative

Page 26: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

15

inflamation yang diinisiasi untuk menggantikan jaringan nekrosis dengan jaringan

parut. Semakin besar luas wilayah infark, maka semakin tinggi kadar jumlah sel

darah putih.26

Furman MI dkk juga menemukan bahwa pada pasien sindrom koroner

akut kadar hitung leukosit dapat digunakan sebagai faktor prediktor kematian di

rumah sakit dan perkembangannya menjadi gagal jantung. Mereka

menghubungkan antara kadar hitung leukosit saat masuk rumah sakit dengan

mortalitas di rumah sakit dan gagal jantung pada 8269 pasien yang didiagnosis

sindrorn koroner akut. Hubungan ini diperiksa secara terpisah pada pasien IMA

dengan elevasi ST dan IMA tanpa elevasi ST dan angina pectoris tidak stabil.

Mereka membagi sampel mejadi 4 grup Q: Q1<6.000, Q2= 6.000-9.999,

Q3=10.000-11.999, Q4= >11.999. Akhimya mereka menemukan bahwa

peningkatan hitung leukosit berhubungan secara signifikan dengan angka

kematian di rumah sakit odds ratio (OR) 2.8, (95%IK 2.1-3.6) untuk Q4

dibandingkan Q2 pada pasien dengan sindrom koroner akut. Hubungan ini terlihat

pada pasien IMA dengan elevasi segmen ST dengan OR kematian di rumah sakit

3.2, (95%IK 2.1-4.7); OR untuk gagal jantung 2.4 (95%IK 1.8-3.3). Sedangkan

pada IMA tanpa elevasi segmen ST OR untuk kematian di rumah sakit 1.9

(95%IK 1.2-3.0); OR untuk gagal jantung 1.7, (95%IK 1.1-2.5). Sedangkan pada

angina pektoris tidak stabil OR untuk kematian di rumah sakit 2.8 (95%IK 1.4—

5.5); OR untuk gagal jantung 2.0, (95%IK 0.9-4.4).11

2.1.4.2. Nilai Hemoglobin

Rendahnya nilai hemoglobin telah dijadikan faktor prediktor independen

akan terjadinya rekurensi pada sindrom koroner akut, walaupun nilai hemoglobin

yang rendah tidak dimasukkan dalam penilaian risiko pada pasien SKA. Beberapa

mekanisme mungkin dapat menjelaskan nilai prediktif dari rendahnya nilai

hemoglobin yang mungkin dapat menjadi faktor predisposisi terhadap terjadinya

reccurent event atau hanya sebagai penanda risiko. Rendahnya nilai hemoglobin

akan memperparah iskemia dengan meningkatkan kesenjangan antara kebutuhan

dan suplai terhadap oksigen jaringan. Sebagai faktor risiko, anemia dapat

dihubungkan dengan berbagai faktor risiko lainya seperti penuaan atau disfungsi

Page 27: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

16

ginjal, rendahnya hemoglobin sebagai prediktor terjadinya pendarahan, yang juga

merupakan faktor prediktor terjadinya rekurensi pada pasien sindrom koroner

akut.10

Pada penelitian Pierre Vladimir Ennezat dkk, mereka menemukan adanya

hubungan antara pasien usia tua, perempuan, diabetes mellitus, riwayat penyakit

jantung koroner, hipertensi dengan anemia pada saat masuk rumah sakit. Dan

mereka menemukan bahwa pada pasien yang anemia sering terjadi pada pasien

infark miokard tanpa ST-elevasi. Pada pasien infark miokard dengan anemia lebih

sering mengalami gangguan ginjal, dengan tanda penurunan GFR serta pasien

dengan anemia memiliki nilai GRACE yang lebih tinggi dibanding yang tidak.

Mereka juga menemukan pada 1064 pasien infark miokard yang mereka follow up

selama enam bulan, sejak mulai masuk rumah sakit, terjadi 132 angka terjadinya

MACE termasuk diantaranya kematian, sejumlah 68 kematian. Dan kebanyakan

diantaranya adalah pasien dengan anemia dibanding dengan yang tanpa anemia

(HR 3,008 ,95%IK 2.137-4.234; p<0.0001).9

Gambar 2.3 Kurva survival Kaplan-Meier menurut adanya anemia pada pasien infark

miokard. 9

Pada kurva Kaplan-Meier tersebut, data anemia sendiri tanpa dihubungkan

dengan GRACE didapatkan angka survival yang lebih rendah pada pasien infark

miokard dengan anemia dibanding dengan yang tanpa anemia. Pada pasien infark

miokard dengan anemia terjadi ketidakmampuan perfusi oksigen yang cukup pada

Page 28: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

17

bagian perifer tubuh, bahkan pada lokasi jantung yang infark, sehingga hal ini

akan menyebabkan semakin luasnya area infark, hipotensi serta anemia.9

Gambar 2.4 insiden kumulatif kejadian pada pasien yang diklasifikasikan dengan

GRACE yang ditambah dengan anemia. A) pasien risiko rendah menurut skor

GRACE(risiko<5%); B) pasien risiko sedang menurut skor GRACE (risiko 5-10%); C)

pasien risiko tinggi menurut skor GRACE (risiko >10%). 9

GRACE score risiko > 10% dapat dilihat dari data di atas, anemia

berhubungan 3 kali lipat dengan peningkatan risiko kematian infark miokard pada

follow up selama enam bulan. Anemia dapat memberikan data tambahan bagi

GRACE score, guna mempertajam penilaiannya. 9

Page 29: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

18

2.2 Kerangka Teori

Page 30: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

19

2.3. Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

2.3.1 Kerangka Konsep

2.3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala

Sindrom Koroner

Akut (SKA)

Spektrum sindrom klinis

yang disebabkan sumbatan

mendadak pada arteri

koroner akibat ruptur plak

aterosklerosis.

Sesuai tertulis dalam rekam medis

Diagnosis dibagi menjadi STEMI,

NSTEMI dan UAP berdasar

anamnesis, EKG dan Pemeriksaan

enzim.

Infark miokard akut dengan elevasi

ST segmen (ST elevation

myocardial infarction = STEMI)

Anamnesis: keluhan nyeri dada

khas

EKG : Elevasi ST Segmen

Lab: kenaikan enzim jantung

Infark miokard akut tanpa elevasi

ST Segmen (Non ST elevation

mycordial infarction = STEMI)

Anamnesis : keluhan nyeri dada

khas

EKG : non elevasi ST Segmen

Lab : kenaiknan enzim jantung

Angina Pektoris tak stabil (unstable

angina pectoris = UAP).

Anamnesis: Keluhan nyeri dada

khas

Nominal

Page 31: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

20

EKG: non elevasi ST segmen ST

Lab: tanpa kenaikan enzim

jantung.11

Major Adverse

Cardiac Event

(MACE)

Kejadian komplikasi

kardiovaskular berupa

infark miokard berulang,

kematian kardiovaskular

dan nonkardiovaskular,

stroke, revaskularisasi

intervensi koroner

percutaneous ulang dalam

perawatab yang sama,

tindakan segera coronary

artery bypass graft

(CABG) selama perawatan

di ICCU RSCM.18

Sesuai tertulis dalam rekam medis Nominal

Nilai hemoglobin Jumlah hemoglobin dalam

darah

Pemeriksaan laboratorium sesuai

tertulis dalam rekam medis

Normal : nilai hemoglobin bila ≥13

mg/dl pada laki-laki dan ≥ 12mg/dl

pada perempuan

Menurun : nilai hemoglobin bila <13

mg/dl pada laki-laki dan 12<mg/dl

pada perempuan.27

Ordinal

Hitung leukosit Hitung leukosit dalam satu

unit volume darah, setelah

darah didilusi dan eritrosit

dilisiskan

Pemeriksaan laboratorium

Sesuai tertulis dalam rekam medis

Normal: hitung leukosit bila 4-10 x

103/mm

3

Leukositosis: hitung leukosit bila

≥11 x 103/mm

3. 17

Ordinal

Page 32: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi retrospektif berbasis penelitian prognostik,

untuk menentukan kemampuan prediksi parameter laboratorium, berupa hitung

leukosit dan nilai hemoglobin, dalam memprediksi kejadian Major Adverse

Cardiac Events pada pasien sindrom koroner akut. Penelitian ini menggunakan

data sekunder yang bersumber dari ICCU RSCM.

3. 2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder (rekam

medis) pasien yang menjalani perawatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo,

pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2014 - April 2014. Sampel

penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan

sampel dengan cara probability sampling berupa consecutive sampling.

3.3. Populasi dan Subjek penelitian

Populasi target penelitian adalah pasien dengan sindrom koroner akut.

Populasi terjangkau adalah pasien sindrom koroner akut yang dirawat di RSUPN

Cipto Mangunkusumo pada bulan Januari 2012 - Desember 2013. Sampel

penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Perkiraan besar sampel minimal pada penelitian prognostik dengan

analisis berjenjang dihitung menggunakan rumus besar sampel rule of thumbs,

yaitu mengalikan jumlah variabel bebas dan tiap-tiap instrumen dengan angka 10

untuk menentukan jumlah luaran (Major Adverse Cardiac Events) yang

diperlukan, berikut rumus besar sampelnya:

N = (10 x VB)

p

N = Besar sampel

VB = Jumlah variabel bebas yang diteliti

p = Prevalensi MACE pada pasien SKA

Page 33: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

22

Pada penelitian ini akan diteliti 2 variabel prognostik yaitu nilai

hemoglobin dan hitung leukosit. Pada studi sebelumnya diketahui prevalensi

kejadian Major Adverse Cardiac Events pada pasien sindrom koroner akut adalah

sebesar 4,6 % sehingga besar sampel yang dibutuhkan adalah 434 subjek.

3.5. Teknik Pemilihan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan cara non-probability sampling berupa

consecutive sampling dari tahun yang datanya paling aktual yaitu tahun 2013

dimulai dari data bulan Desember retrospektif ke belakang hingga bulan Januari

2012.

3.6. Kriteria inklusi dan Eksklusi Subjek Penelitian

3.6.1. Kriteria Inklusi

Pasien dengan sindrom koroner akut yang dirawat di ICCU RSCM dari

Januari 2012 - Desember 2013 yang memiliki data lengkap, terutama nilai

hemoglobin dan hitung leukosit.

3.6.2 Kriteria Eksklusi

Pasien sindrom koroner akut yang dirawat di ICCU RSCM pada tahun

2012-2013 yang rekam medisnya tidak terdapat data keterangan MACE,

nilai hemoglobin dan hitung leukosit.

Pasien SKA yang dirawat kembali di ICCU RSCM.

3.7. Cara Kerja Penelitian

Pengumpulan data sekunder berdasarkan dan rekaman catatan medis yang

tersedia dan mencakup:

1. Data dasar pasien termasuk alamat lengkap dan nomor telepon yang bisa

dihubungi

2. Anamnesis meliputi riwayat nyeri dada khas,

3. Pemeriksaan fisik meliputi kesadaran, tanda vital, berat badan, tekanan

vena jugularis, jantung, pemeriksaan fisik abdomen dan ekstremitas.

4. Pemeriksaan laboratorium meliputi hematologi yaitu hemoglobin dan

leukosit,

5. Sampling dilakukan dengan mengambil data rekam medis pasien sindrom

koroner akut dimulai dari Desember 2013 retrospektif ke belakang sampai

Page 34: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

23

tercapai jumlah sampel yang diinginkan. Dari data tersebut kemudian

keadaan pasien diikuti selama perawatan di rumah sakit untuk diketahui

keluarannya (Major Adverse Cardiac Events) melalui registri data rekam

medis, hasil – hasil yang didapat kemudian dicatat dan selanjutnya

dilakukan analisis data.

3.8 Alur Penelitian

3.9. Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil peneltian dicatat dalam formulir penelitian yang telah diuji coba

terlebih dahulu. Setelah editing mengenai kelengkapan pengisian formulir

penelitian, data ini dikoding untuk selanjutnya direkam dalam komputer. Proses

validasi data dilakukan untuk menjamin keabsahan data yang direkam dan

selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Perhitungan nilai rata-rata hitung

dan sebaran baku dilakukan untuk data yang bersifat kuantitatif, sekaligus

dihitung rentangan nilainya menurut 95% interval kepercayaan (confidence

interval).

Page 35: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

24

Untuk menemukan sensitivitas, spesifisitas. nilai prediksi positif, dan nilai

prediksi negatif digunakan analisis dengan tabel 2x2, analisis bivariat dilakukan

antara masing-masing variabel dengan kejadian major adverse cardiac events

dengan analisis Chi-Square disertai dengan perhitungan relative risk (RR) dan

interval kepercayaanya 95%.

Page 36: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

25

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian

Pada karakteristik dasar penelitian ini didapatkan 467 subjek penelitian

terdiagnosis SKA, dengan diagnosis STEMI 127 (27,2%) subjek, NSTEMI 131

(28,1%) subjek, UAP 209 (44,8%) subjek, subjek berjenis kelamin perempuan

berjumlah 155 (33,2%) subjek, 148 (31,7%) subjek berusia ≥65 tahun 134 subjek

dengan tekanan darah sistolik ≤135 .

Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Dasar

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin

Perempuan 155 33,2

Laki-laki 312 66,8

Kelompok Usia

≥65 148 31,7

<65 319 68,3

Pulsasi

≥80 213 45,6

<80 254 54,4

Tekanan Darah

≤135 334 71,5

>135 133 28,5

Riwayat Keluarga Penyakit Jantung Koroner

Ada 67 14,3

Tidak Ada 394 84,2

Tanpa Keterangan 7 1,5

Leukosit

Leukositosis 242 51,8

Normal 225 48,2

Hb

Anemia 151 32,3

Normal 316 67,7

Sindrom Koroner Akut

STEMI 127 27,2

NSTEMI 131 28,1

UAP 209 44,8

MACE

Ya 54 11,6

Tidak 413 88,4

Jumlah Seluruh Pasien 467 100

Page 37: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

26

Pada sebaran data profil hematologi terdapat 242 (51,8%) subjek yang

mengalami leukositosis dan 225 (48,2%) subjek memiliki hitung leukosit normal,

sedangkan 151 (32,3%) subjek mengalami anemia dan 316 (67,7%) pasien

memiliki kadar Hb normal pada pemeriksaan hemoglobin. Proporsi terjadinya

MACE adalah 54 (11,6%) kasus. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

4.1.2. Analisis Univariat

Pada analisis univariat didapatkan data 151(32,3%) subjek mengalami

anemia, 242(51,8%) subjek mengalami leukositosis dan terjadi 54 (11,6%) kasus

MACE. Selengkapnya dapat dlihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Tabel Univariat

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Hemoglobin

Anemia 151 32,3

Normal 316 67,7

Leukosit

Leukositosis 242 51,8

Normal 225 48,2

MACE

Ya 54 11,6

Tidak 413 88,4

4.1.3 Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat ini didapatkan anemia dan leukositosis merupakan

faktor yang berhubungan terhadap kejadian MACE. Dari analisis bivariat

didapatkan proporsi terjadinya MACE 27(17,9%) kejadian pada pasien dengan

anemia, relative risk (RR) Anemia terhadap MACE adalah 2,093 (IK 95%, 1,273-

3,440 , p=0,003). Sedangkan analisis bivariat pada leukositosis terhadap kasus

MACE terjadi 38 (70,4%) kasus MACE pada pasein dengan leukositosis, dengan

RR 2,208,(IK 95%1,267-3,847 , p=0,004). Selengakpnya dapat dilihat pada tabel

4.3.

Page 38: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

27

Tabel 4.3 Tabel Analisis Bivariat

MACE

Ya Tidak RR

(IK 95%)

p

n % n %

Kadar Hb Anemia 27 17,9 124 82,1 2,093

IK 95%

(1,273-3,440)

0,003

Normal 27 8,5 289 91,5 Reff

Hitung

leukosit

Leukositosis 38 70,4 204 49,4 2,208

IK 95%

(1,267-3,847)

0,004

Normal 16 29,6 209 50,6 Reff

4.2 Pembahasan

4.2.1. Anemia

Pada penelitian ini didapatkan 151 (32,3%) subjek SKA mengalami

anemia. Selain itu juga didapatkan 27(17,9%) subjek SKA yang mengalami

anemia mengalami MACE dengan analisis bivariat RR 2,093 (IK 95% 1,273-

3,440 p=0,003). Hasil ini sejalan dengan penelitian Vladimir Enezat dkk, yang

mendapatkan 29% subjek penelitiannya mengalami anemia dan 22,9% mengalami

MACE dengan hazard Ratio (HR) 2,262 (IK 95%, 1,331-3,843 p=0,003).9 Hasil

diatas juga sejalan dengan penelitian Sabatine dkk, yang mendapatkan pada

analisis multriviat peningkatkan risiko kematian, infark miokard, atau iskemi

berulang pada pasien dengan Hb <11g/dl dengan odds ratio (OR) 1,45 (IK 95%

1,33-1,58, p<0,001) yang terus meningkat risikonya setiap turun 1mg/dl.30

Kadar Hb yang rendah sendiri berdasarkan analisis bivariat memberikan

kemaknaan yang signifikan dalam memprediksi terjadinya MACE. Pada pasien

anemia terjadi penurunan kadar Hb sehingga pembawaan oksigen ke jaringan

tubuh menjadi berkurang, terutama bagian tubuh yang lebih perifer. Begitu pula

pada jaringan miokard, hal ini akan menyebabkan area yang mengalami iskemi

disekitar infark, pada infark miokard, ataupun bahkan daerah yang iskemi secara

reversibel, pada APTS, akan mengalami kesulitan dalam resolusinya karena

oksigen yang seharusnya dapat digunakan untuk pemulihan tidak memenuhi

demand area tersebut. Sehingga ketidakseimbangan supply and demand akan terus

Page 39: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

28

terjadi dan area iskemik akan mengalami perburukan yang ireversibel menjadi

area infark, sehingga dapat terjadi perluasan area infark. Seperti yang kita ketahui

semakin luas area infark yang terjadi maka akan semakin meperburuk keadaan

pasien, yang muncul akibat adanya kemungkinan semakin besarnya keparahan

disfungsi ventrikel yang akan terjadi yang akan berujung pada berbagai

komplikasi paska serangan SKA. Selain dampak pada perluasan luas lesi,

ketidakmampuan pemenuhan supply oksigen ke otot jantung akan menyebabkan

ketidakseimbangan mioelektrisitas jantung akibat tidak terpenuhinya metabolisme

jantung termasuk diantaranya pompa kanal ion yang ada di miokard, sehingga

berisiko untuk menimbulkan aritmia. Anemia juga telah terbukti akan

meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Hal ini terjadi akibat sedikitnya

oksigen dan Hb di sirkulasi sehingga sebagai bentuk kompensasi terhadap hal

tersebut jantung akan meningkatkan volume sekuncup dan laju jantung untuk

mencapai pembawaan oksigen ke seluruh tubuh yang adekuat, hal ini akan

semakin memperparah jarak antara demand and supply oksigen pada seluruh

miokard.30

Selain itu, rendahnya kadar Hb juga berhubungan dengan terjadinya

hipotensi. Rendahnya kadar Hb tidak hanya memberikan keluaran yang buruk

pada pasien SKA saja namun juga pada beberapa penyakit lain, seperti: disfungsi

ginjal; gagal jantung; dan keseluruhan penyakit jantung koroner. Selain beberapa

penyakit yang disebutkan tadi rendahnya kadar Hb juga merupakan penghubung

dari berbagai kondisi komorbid seperti: usia lanjut, dimana pada pasien lanjut usia

akan terjadi degenerasi dan akan mengalami penuruna kadar Hb; diabetes, hal ini

berhubungan dengan glikosilasi yang terjadi akibat hiperglikemi sistemik pada

pasien diabetes mellitus; serta disfungsi ginjal, hal ini diakibatkan karena pada

pasien anemia kronik akan terjadi vasokonstriksi organ-organ perifer, terutama

ginjal serta subkutan, sehingaa akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus,

selain itu biasanya disfungsi ginjal akan menghambat sinyal hematopoeietik

sehingga akan memengaruhi kadar Hb.9

4.2.2. Leukositosis

Pada penelitian ini didapatkan 242 (51,8%) subjek mengalami leukositosis

dan 38(70,4%) subjek yang mengalami MACE dengan leukositosis, dengan

Page 40: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

29

analisis bivariat RR 2,208,(IK 95%1,267-3,847 , p=0,004). Hal ini sejalan dengan

penelitian Tahir Ahmad dkk, mereka mendapatkan 40,9% kasus MACE pada

subjek yang memiliki hitung leukosit >10.000, dengan HR 6,36 (p=0,016).31

Pada

penelitian lain, Julio dkk, mendapatkan persentase mortalitas pada pasien SKA

dengan hitung leukosit total >10.000 sebesar 56,7%. Dengan analisis multivariat

OR 2,07 (IK95%, 1,08-3,94 ,p=0,027).26

Pada penelitian ini hasil analisis bivariat leukositosis terhadap MACE

cukup signifikan. Kadar leukosit yang cenderung meningkat pada pasien paska

serangan SKA merupakan kunci penting didalam proses resolusi. Setelah

serangan SKA tubuh akan meresponnya dengan melakukan perekrutan leukosit

secara besar-besaran sebagai respon inflamasi, sehingga akan didapatkan

leukositosis serta peningkatan protein fase akut pada klinisnya, hal ini ditujukan

untuk mengganti jaringan yang nekrosis dengan jaringan ikat. Leukositosis

bahkan juga menggambarkan intensitas respon inflamasi peri-infark. Sehingga

dapat kita simpulkan bahwa peningkatan leukosit akan berbanding lurus dengan

luas area infark, atau dapat dikatakan hitung leukosit menggambarkan tingkat

keparahan luas lesi, dimana semakin luas area lesi maka semakin berat juga

disfungsi ventrikel yang akan terjadi, serta semakin besar juga area jaringan parut

yang akan terjadi yang dapat menyebabkan terganggunya mioelektrisistas otot

jantung, yang mungkin akan berdampak pada kemungkinan munculnya aritmia.27

Selain proses resolusi yang pasti terjadi paska serangan SKA, terdapat beberapa

mekanisme yang dapat menjelaskan peran leukosit didalam kejadian ikutan paska

SKA: pelepasan enzim-enzim proteolitik akibat degranulasi leukosit yang direkrut

dan perusakan oksidatif yang diakibatkan olehnya sehingga akan menyebabkan

trauma pada sel-sel endotel sehingga akan memperparah keadaan disfungsi

endotel pada pasien SKA; penempelan leukosit pada dinding pembuluh darah,

sebagaimana kita tahu pada proses inflamasi leukosit akan menempel pada

dinding pembuluh darah sebelum masuk ke jaringan interstisial sehingga akan

berdampak pada aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, terutama

yang melalui mikrovaskular; penurunan perfusi yang diakibatkan oleh proses

inflamasi serta penempelan leukosit; hiperkoagulabilitas darah dengan

penurunan patensi epikardial dan peningkatan beban iskemi; peningkatan ekspresi

Page 41: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

30

monocytes tissue factor yang merupakan dampak dari inflamasi itu sendiri; risiko

terjadinya aterosklerosis, seperti yang kita ketahui bahwa inflamasi sangat

memainkan peran penting pada proses aterosklerosis serta stabilitas plak;

instabilitas elektrik jantung; peningkatan formasi trombus, inflamasi memainkan

peran penting didalam pembentukan trombus; serta dapat menyebabkan perluasan

area infark akibat adanya pelepasan enzim proteolitik oleh leukosit yang telah

direkrut yang ternyata akan berdampak pada kerusakan daerah sekitar lesi

sehingga akan terjadi perluasa area lesi. Pada penelitian Ayub dkk, juga

disebutkan peningkatan leukosit berhubungan dengan faktor komorbid lainnya

seperti hipertensi, diabetes, merokok, dan hiperkolesterolemia. Ayub dkk juga

menemukan peningkatan penanda infark miokard sejalan dengan peningkatan

hitung leukosit seperti CRP, Troponin I, dan CK-MB, hal ini mungkin terjadi

seiring dengan terjadi perluasan area infark.31,32

Namun perlu diingat bahwa

leukositosis tidak hanya berhubungan dengan resolusi area infark, namun juga

berhubungan dengan penyakit lainnya sesperti infeksi ataupun penyakit inflamasi

lainnya, sehingga harus menjadi pertimbangan bagi negara-negara bekembang

yang kecenderungan penyakitnya ke arah penyakit-penyakit infeksi.

Page 42: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

31

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

1. Proporsi MACE pada pasien SKA pada penelitian ini didapatkan

sebesar 11,6%.

2. Leukositosis merupakan faktor prediktor terhadap tejadinya

MACE pada pasien SKA di ICCU RSCM pada tahun 2012-2013

dengan RR 2,093 IK 95% (1,273-3,440) p= 0,004.

3. Anemia merupakan faktor prediktor terhadap tejadinya MACE

pada pasien SKA di ICCU RSCM pada tahun 2012-2013 dengan

RR 2,208 IK 95% (1,267-3,847) p= 0,003.

5.2. Saran

1. Sebaiknya pasien dengan Hb rendah segera dikoreksi(Laki-

laki≥13mg/dl, Perempuan≥12mg/dl) untuk menekan angka

terjadinya MACE.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan

nilai yang lebih optimal.

3. Selain faktor risiko diatas ada beberapa faktor lain yang mudah

didapatkan yang berperan dalam terjadinya MACE, untuk itu perlu

dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain, atau dapat dibuat

sistem skoring tersendiri.

Page 43: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

32

Daftar Pustaka

1. WHO. The global burden of disease: 2004 update

2. SKRT. DepKes RI Jakarta. Survey kesehatan rumah tangga. 1995.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan hasil riset kesehatan

dasar (RISKESDAS) Nasional. 2007.

4. Faliang Zhu, Qun Wang, Chun Guo, Xiaoyan Wang, Xuelei Cao, Yongyu Shi

, Fei Gao, Chunhong Ma, Lining Zhang. IL-17 induces apoptosis of vascular

endothelial cells –A potential mechanism for human acute coronary syndrome.

Clinical Immunology 2011; 141: 152—160

5. Wawan Setyawan. Validasi skor TIMI dalam memprediksi mortalitas pasien

sindrom koroner akut di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia, 2011. Tesis

6. Milena Soriano Marcolino, Cihan Simsek, Sanneke P.M. de Boer, Ron 1. van

Domburg, Robert-Jan van Geuns, Peter de Jaegere. Short-and-long-term major

cardiac events in patients undergoing percutaneous coronary intervention with

stenting for acute myocardial infarction complicated by cardiogenic shock.

Cardiology 2012; 121:47-55

7. Christopher B. Granger, Robert J. Goldberg, Omar Dabbous, Karen S. Pieper,

Kim A. Eagle, Christopher P. Cannon, et all. Predictors of hospital mortality

in the global registry of acute coronary events. Arch Intern Med.

2003;163:2345-2353.

8. Luis CLC, Alexandre CS, Michael S, Mariana B, Mayara M, Guilherme G, et

all. Hemoglobin level adds prognostic value to the global registry of acute

coronary events score in non-ST elevation acute coronary syndromes.

Cardiology 2012; 121:213-219.

9. Pierre VE, Sylvestre M, Claire P, Jonathan F, Stephanie B, Nadia B. Anaemia

to predict outcome in patients with acute coronary syndromes. Archives of

Cardiovascular Disease. 2013; 106:357-365.

10. Luis CLC, Alexander Cs,Michael S, Mariana B, Mayara M, Guilherme,et all.

Hemoglobin level adds prognostic value to the global registry of acute

coronary events score in non-ST elevation acute coronary syndromes.

Cardiology 2012;121:213-219.

Page 44: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

33

11. Furman MI, Gore JM, Anderson FA. Elevated leukocyte count and adverse

hospital events in patients with acute coronary syndomes : Findings from the

global registry of acute coronary events. Am Heart J 2004;147:42-48.

12. Camm, A John, Luscher, Thomas F. Serruys, Patrick W, et all. 2011. ESC

Text Book of Cardiolovascular Medicine. Blackwell Publishing.

13. Lilly, Leonard, et all. 2011. Patophysiology of heart disease 5ed. China:

Lippincott Wiliams & Wilkins.

14. Neil Abramson, Becky Melton. Leukocytosis: basics of clinical assessment.

2000; 62(9):2053-2060.

15. A. Lichtman, Marshall, et. all. Williams Hematology 7th ed. 2006. Mc

Grawhill Medical.Lindahi B, Toss H, Siegbahn A, Venge P, Wallentin L.

Markers of myocardial damage and inflammation in relation to long-term

mortality in unstable coronary artery disease.

16. Kevin E. Kip, Kim Hollabaugh. Oscar C. Marroquin, David O. William. The

problem with composite end points in cardiovascular study. journal of the

american college of cardiology. 2008.; 51(7): 701-707.

17. Antman EM. ST-segment elevation myocardial infarction: Pathology,

Pathophysiology, and clinical features. In Bonow RO, Mann DL, Zipes DP,

Libby P,Braunwald E, editors. Heart disease : A textbook of cardiovascular

medicine. Ninth edition. Philadelphia: Elsevier, 2Ol2;p. 1087-1099.

18. Hicks KA, Hung HMJ, Mahaffey KW, Mehran R, Nissen SE, Stockbridge

NL, Targum SL, Temple R. Standardized defininitions for end point events in

cardiovascular trials. Circulation 2010; 20:1-37.

19. Annika Rosengren, et all. Age, clinical presentation and outcome of acute

coronary syndrome in the Euroheart acute coronary syndrome survey.

European Heart Journal. 2006; 27:789-795.

20. Boonchu Srichaiveth et all. Gender on treatment and clinical outcomes in

acute ST elevation miokardial infarction patients in thailand. J Med Assoc

Thai.2007;90:65-73.

21. Chongki Kim, et all. Impact of family history on the presentation and clinical

outcomes of coronary heart disease: data from korea acute myocardial

infarction registry. Korean J Intern Med. 2013;28:547-556.

Page 45: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

34

22. Carolina Lourenco, et all. Predictors of adverse outcome in a diabetic

population following acute coronary syndromes. Rev Port Cardiol. 2011; 30

(03):263-275.

23. Bita Omdivar, FazlolahAyatollahi, Mohammad Alasti. The prognostic role of

serum uric acid level in patients with acute ST elevation myocard infarct. J

Saudi Heart Assoc. 2012; 241:73-78.

24. Lindahi B, Toss H, Siegbahn A, Venge P, Wallentin L. Markers of myocardial

damage and inflammation in relation to long-term mortality in unstable

coronary artery disease. FRISC Study Group. Fragmin during Instability in

Coronary Artery Disease. N Engi J Med. 2000; 343:1 139-47.

25. Sanchis J, Bodi V, Llacer A, Nüñez J, Facila L, Ruiz V, et at. Usefulness of C-

reactive protein and left ventricular function for risk assessment in survivors

of acute myocardial infarction. Am J Cardiol. 2004;94:766-9.

26. Julio Nunez, Lorenzo Facila, Angel Llacer, Juan SanchIs, Vicent BodI,

Vicente Bertomeu,Rafael Sanjuán, Maria L. Blasco, Luciano Consuegra,

Maria J. Bosch, and Francisco J. Chorro. Prognostic value of white blood cell

count in acute myocardial infarction: long-term mortality. Rev Esp

Cardiol.2005;58(6):631-639.

27. Nunez J, Nunez E, Sanchis J, Bodi V, Llacer A. Prognostic value of

leukocytosis in acute coronary syndrome: the Cinderella of the inflammatory

markers. Curr Med Chem. 2006;13:2113–8.t

28. WHO. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and

assessment of severity. 2011.

29. Marc S Sabatine, David A Morrow, Robert P Giu, et all. Association of

haemoglobin levels with clinical outcomes in acute coronary syndromes.

Circulation. 2005;111:2042-2049.

30. Marc S Sabatine, David A Morrow, Robert P Giu, et all. Association of

haemoglobin levels with clinical outcomes in acute coronary syndromes.

Circulation. 2005;111:2042-2049.

31. Tahir Ahmad Munir, M Nasir Afzal, Habib-ur-Rehman. Baseline leukocyte

count and acute coronary syndrome: predictor of adverse cardiac events, long

and short term mortality and association with traditional risk factors, cardiac

Page 46: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

35

biomarkers, and C-RP. J Ayub Med Coll Abbottabad. 2009; 21(3): 46-50.

32. Agha Fahad Jan, Sultana Habib, Khald Naseeb, Mohammad Amir Khatri,

Khan Shah Zaman. High total leukocyte count and heart failure after

myocardial infarction. Pakistan Heart Journal. 2011; 44: 8-17.

Page 47: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

36

Lampiran

Lampiran 1. Formulir Penelitian

Kadar Asam Urat dan Laju Filtrasi Glomerulus

sebagai Faktor Prediktor Major Adverse Cardiac Events

Pada Pasien Sindrom Koroner Akut

Data dasar

Nama Lengkap

Rekam Medis

Usia

Jenis Kelamin

Diagnosis UAP / NSTEMI / STEMI

Pemeriksaan Laboratorium

Anemia Ya/Tidak

Leukositosis Ya/Tidak

MACE

Ya / Tidak

Jenis MACE Kematian / Infark Miokard berulang /

Revaskularisasi ulang / Stroke

Kejadian MACE Hari perawatan ke- .....

Page 48: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

37

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Page 49: HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI HEMOGLOBIN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26076/1/Andika... · Laporan Penelitian berjudul HITUNG LEUKOSIT DAN NILAI ... Telah

38

Lampiran 3. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik