histerektomi

19
HISTEREKTOMI 1.1 Pendahuluan Porro (1876) melakukan histerektomi pada kasus infeksi intrapartal berat tanpa mengeluarkan janin dari dalam rahim. Usahanya ini berhasil mencegah kematian ibu sehingga pada tahun 1880 diakui para sarjana secara luas. Histerektomi segera setelah sectio sesarea dahulu semata-mata dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu akibat perdarahan dan infeksi yang bersumber dari rahim. 3 Histerektomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau gangguan organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini merupakan keputusan akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter. 2 Namun, tindakan ini sangat berpengaruh terhadap sistem reproduksi wanita. Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran telur atau indung telur akan mengakibatkan perubahan pada sistem reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid, dan perubahan hormon. 2 Pada beberapa kasus dan biasanya pada kasus dengan penyulit perdarahan obstetric yang parah, tindakan histerektomi pascapartum mungkin dapat menyelamatkan nyawa. Operasi dapat dilakukan dengan laparotomi setelah pelahiran pervaginam, atau dilakukan bersamaan dengan sesar (disebut histerektomi sesar). 4 Sebagian besar histerektomi paripartum dilakukan untuk menghentikan perdarahan akibat atonia uterus yang tak teratasi,

Upload: shintarosiana

Post on 13-Aug-2015

904 views

Category:

Documents


67 download

TRANSCRIPT

Page 1: Histerektomi

HISTEREKTOMI

1.1 Pendahuluan

Porro (1876) melakukan histerektomi pada kasus infeksi intrapartal berat tanpa mengeluarkan

janin dari dalam rahim. Usahanya ini berhasil mencegah kematian ibu sehingga pada tahun

1880 diakui para sarjana secara luas. Histerektomi segera setelah sectio sesarea dahulu

semata-mata dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu akibat perdarahan dan infeksi

yang bersumber dari rahim. 3

Histerektomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau

gangguan organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan

ini merupakan keputusan akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil

pemeriksaan dokter. 2

Namun, tindakan ini sangat berpengaruh terhadap sistem reproduksi wanita. Diangkatnya

rahim, tidak atau dengan saluran telur atau indung telur akan mengakibatkan perubahan pada

sistem reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid, dan perubahan hormon. 2

Pada beberapa kasus dan biasanya pada kasus dengan penyulit perdarahan obstetric yang

parah, tindakan histerektomi pascapartum mungkin dapat menyelamatkan nyawa. Operasi

dapat dilakukan dengan laparotomi setelah pelahiran pervaginam, atau dilakukan bersamaan

dengan sesar (disebut histerektomi sesar). 4

Sebagian besar histerektomi paripartum dilakukan untuk menghentikan perdarahan akibat

atonia uterus yang tak teratasi, perdarahan segmen bawah uterus yang berkaitan dengan insisi

sesar atau implantasi plasenta, laserasi pembuluh besar uterus, mioma besar, dysplasia serviks

yang parah, dan karsinoma insitu. Gangguan implantasi plasenta, termasuk plasenta previa

dan berbagai plasenta akreta yang sering berkaitan dengan sesar berulang, sekarang menjadi

indikasi tersering untuk histerektomi saesar. 4

Pengahambat utama histerektomi sesarea adalah kehawatiran akan peningkatan pengeluaran

darah dan kemungkinan kerusakan kerusakan saluran kemih. Factor utama komplikasi

tampaknya adalah apakah operasi dilakukan secara elektif atau darurat. Morbiditas yang

berkaitan dengan histerektomi darurat secara substantive meningkat. Pengeluaran darah pada

umumnya banyak dan hal ini berkaitan dengan indikasi operasi. Jika dilakukan atas indikasi

Page 2: Histerektomi

perdarahan, pengeluaran darah hampir slalu besar. Memang, lebih dari 90 persen wanita yang

menjalani histerektomi pasca partum darurat membutuhkan tranfusi. 4

1.2 Definisi

Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan, rahim, atau

uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi adalah suatu prosedur

pembedahan mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli kandungan. 5,6,7

Histerektomi obstetrik adalah pengangkatan rahim atas indikasi obstetrik. 3

Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari uterus diangkat.

Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik untuk wanita di negara Amerika

Serikat.

Histerektomi adalah bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. namun

organ-organ lain seperti ovarium, saluran tuba dan serviks sangat sering dihapus sebagai

bagian dari operasi.

Histeroktomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau gangguan

organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini

merupakan keputusan akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil

pemeriksaan dokter. Namun tindakan ini sangat berpengaruh terhadap system reproduksi

wanita. Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran telur atau indung telur akan

mengakibatkan perubahan pada system reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid dan

perubahan hormone.

Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim,uterus) pada seorang wanita,

sehingga setelah menjalani ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi

biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan. Alasan utamanya

dilakukan histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker rahim. 5,6,7

1.3 Indikasi dan kontraindikasi

1. Indikasi

a. Ruptur uteri

b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada, misalnya pada :

1) Atonia uteri

Page 3: Histerektomi

2) Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio plasenta dan lainnya.

3) Couvelaire uterus tanpa kontraksi.

4) Arteri uterina terputus.

5) Plasenta inkreta dan perkreta.

6) Hematoma yang luas pada rahim.

c. Infeksi intrapartal berat.

d. Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus dengan isinya

diangkat sekaligus.

e. Uterus miomatosus yang besar.

f. Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan darah.

g. Kanker leher rahim. 3

2. Kontraindikasi

a. Atelektasis

b. Luka infeksi

c. Infeksi saluran kencing

d. Tromoflebitis

e. Embolisme paru-paru.

f. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada adneksa

g. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses pada cul-

de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan perlekatan.

1.4 Jenis Histerekomi

1. Histerektomi parsial (subtotal)

Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan.

Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu

pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin. 5,6,7

2. Histerektomi total

Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara keseluruhan. 5,6,7

Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut diangkatnya serviks yang menjadi

sumber terjadinya karsinoma dan prekanker. Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit

daripada histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih besar. 1

Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau mengeluarkan ovarium pada

satu atau keduanya. Pada penyakit, kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral

atau bilateral harus didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak

Page 4: Histerektomi

ada pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah sering terjadi

mikrometastase. 1

Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh bagian rahim

termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu, terkadang histerektomi total juga

disertai dengan pengangkatan beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan.

Misalnya, jika organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba falopii) maka

tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah kedua ovarium atau indung

telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi, yang disebut histerektomi bilateral salpingo-

oophorektomi adalah pengangkatan rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung

telur. Pada tindakan histerektomi ini, terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan

bagian atas vagina dan beberapa simpul (nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau

yang disebut sebagai histerektomi radikal (radical hysterectomy). 2

Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya tindakan histerektomi.

Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti pendarahan hebat yang disebabkan oleh

adanya miom atau persalinan, kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan

kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau kelainan reproduksi yang

sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti miom atau endometriosis dapat

menyebabkan dokter mengambil pilihan dilakukannya histerektomi. 2

3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral

Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium.

Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun

usianya masih muda. 5,6,7

4. Histerektomi radikal

Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe disekitar

kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu untuk

bisa menyelamatkan nyawa penderita. 5,6,7

Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal, vaginal dan

laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis

penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap

merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi

vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan pada

kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal. Histerektomi vaginal memiliki

Page 5: Histerektomi

resiko invasive yang lebih rendah dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi

laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998). 5,6,7

1.5 Patofisiologi

Page 6: Histerektomi

1.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. USG

Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan

adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI,

tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.

Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya

dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.

2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga pelvis serta menilai

fungsi ginjal dan perjalanan ureter

3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan

infertilitas.

4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis

5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin

darah.

6. Tes kehamilan

7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan

kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma endometrium). 5,6,7

1.7 Teknik Operasi Histerektomi

Pilihan teknik pembedahan tergantung pada indikasi pengangkatan uterus, ukuran uterus,

lebarnya vagina, dan juga kondisi pendukung lainnya. Lesi prekanker dari serviks, uterus, dan

kanker ovarium biasanya dilakukan histerektomi abdominal, sedangkan pada leimioma uteri,

dilakukan histerektomi abdominal jika ukuran tumor tidak memungkinkan diangkat melalui

histerektomi vaginal. 1

1. Histerektomi abdominal

Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan vertikal maupun

horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang melakukan operasi

dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang

untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang

berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya

menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih

panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.

2. Histerektomi vaginal

Page 7: Histerektomi

Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus (dan

mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya kemudian

dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri.

Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada

jaringan parut yang tampak.

3. Histerektomi laparoskopi

Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu laparoskop

(laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi supraservikal

laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan

histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan

kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan

uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian atas vagina,

tetapi hanya irisan pada perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus

kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang

laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih

cepat, serta sedikit jaringan parut.

Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan

anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung

beratnya penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan

stadium awal, tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan

laparoskopi. Untuk ini diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama. Apabila dilakukan

histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan menggunakan alat khusus yang

disebut morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui llubang 10 mm.Apabila dilakukan

histerektomi total, maka jaringan rahim dikeluarkan melalui vagina, kemudian vagina

dijahit kembali. Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil berukuran

5 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.‐

1.8 Prosedur Histerektomi

1.8.1 Persiapan Pre Operasi 1 hari sebelum operasi

1. Persiapan urogenital

Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan kateterisasi nkandung kemih.

2. Obat-obat Premedikal

Yaitu penyuntikan pengantar pada pendrita yang sudah ditentukan oleh ahli bius

3. Bahan yang harus dibawa bersama pasien ke kamar operasi

Page 8: Histerektomi

a. Status klien

b. Hasil-hasil laboratorium

4. Persiapan psikologis

a. Pasien dan keluarga perlu diberi kesempatan bertanya mengenai fungsi

reproduksi dan seksnya.

b. Beri penjelasan tentang operasi histerektomi yang akan dilakukannya.

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Cek gelang identitas

b. Lepas tusuk konde, wig, tutup kepala dengan mitella.

c. Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan.

d. Bersihkan cat kuku

e. Lepaskan kontak lens

f. Alat bantu pendengaran dapat dipasang bila pasien tidak dapat

mendengarkan tanpa alat.

g. Pasang kaos kaki anti emboli bila pasien resiko tingi terhadap syok.

h. Ganti pakaian operasi

6. Transportasi ke kamar operasi

Perawat menerima status pasien, memeriksa gelang pengenal, menandatangani

inform concent, pasien dilindungi dari kedinginan dengan memberi selimut katun.

1.8.2 Persiapan Operasi

1. Inform Concent

Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum

operasi, alasan, tujuan, jenis operasi, keuntungan dan kerugian operasi.

2. Puasa

Pada operasi kecil, tidak perlu ada perawatan khusus. Hanya perlu puasa

beberapa jam sebelum operasi dan makan makanan ringan yang mudah dicerna

malam hari sebelumnya

Pada operasi besar, pada hari akan dilakukan operasi, pasien hanya mendapatkan

terapi cairan saja. Pada persiapan praoperatif penderita malnutrisi, juga diberikan

hiperalimentasi per oral atau intravena.

3. Persiapan usus, persiapan usus praoperatif berguna untuk hal-hal berikut:

a. Pengurangan isi gastrntestinal memberi ruang tambahan pada pelvis dan

abdomen sehingga memperluas lapangan operasi.

Page 9: Histerektomi

b. Pengurangan jumlah flora patgen pada usus menurunkan resiko infeksi

pascaoperasi

Cedera usus saat pembedahan tidak selalu berhasil untuk dihindari, terutama

sering terjadi pada pasien yang menjalani operasi karsinoma, endometriosis,

penyakit peradangan pelvis, pasien dengan prosedur pembedahan berulang

atau penyakit peradangan usus.

4. Persiapan kulit

Persiapan kulit disarankan untuk dilakukan pada are pembedahan, bukan karena

takut terjadi kontaminasi, akan tetapi lebih karea alasan teknis. Pasien dicukur

hanya pada area disekitar insisi. Pencukuran sebaiknya dilakukan segera sebelum

operasi, untuk mengurangi resiko infeksi pasca perasi. Membersihkan kulit

dengan sabun antiseptic pada malam hari sebelum operasi atau pagi hari dapat

mengurangi frekuensi infeksi luka pascaoperasi.

5. Persiapan vagina

Apabila terdapat infeksi vagina, sebaiknya diterapi sebelum operasi. Vaginosis

bacterial dapat diterapi dengan metrodinazole atau krim klindamisin 2%. Pada

wanita pasca menopause dengan atrofi mucosa vagina, krim estrogen

meningkatkan penyembuhan luka setelah operasi vagina. Segera sebelum operasi,

vagina dibersihkan dengan larutan antisepsis, seperti iodine PVB, chlorhexidine

atau octenidindil-hydricloride.

6. Persiapan kandung kencing dan ureter

Segera sebelum pemeriksaan di bawah anestesi,kandung kencing dikosngkan

dengan kateterisasi. Jik akan dilakukan operasi denga durasi lama, sebelumnya

dipasang kateter folley.

1.8.3 Prosedur Histerektomi

Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau vagina,

dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui sayatan

melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina

dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut

laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu

pengangkatan rahim lewat vagina.

Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi abdomen karena lebih kecil

risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan

Page 10: Histerektomi

histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit

tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah.

Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti halnya bedah besar

lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa diantaranya adalah pendarahan dan

penggumpalan darah (hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi

abnormal terhadap anestesi.

1.9 Efek Samping dan Komplikasi

1. Efek Samping

Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa seorang wanita dapat

memasuki masa menopause yang disebabkan oleh suatu operasi, walaupun ovariumnya

masih tersisa utuh. Sejak suplai darah ke ovarium berkurang setelah operasi, efek samping

yang lain dari histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium, termasuk

produksi progesterone.

Efek samping Histerektomi yang terlihat :

a. Perdarahan intraoperatif

Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering kali kurang dalam

memperkirakan darah yang hilang (underestimate). Hal tesebut dapat terjadi,

misalnya, karena pembuluh darah mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi

dan ikatannya lepas

b. Kerusakan pada kandung kemih

Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi untuk

memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak dilakukan pada bidang

avaskular yang tepat.

c. Kerusakan ureter

Jarang dikenali selama histerektomi vaginal walaupun ureter sering kali berada dalam

resiko kerusakan. Kerusakan biasanya dapat dihindari dengan menentukan letak

ureter berjalan dan menjauhi tempat tersebut.

d. Kerusakan usus

Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas, menempel pada uterus

atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi yang serius ini dapat diketahui dari

terciumnya bau feses atau melihat material fekal yang cair pada lapangan operasi.

Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau kolostomi

e. Penyempitan vagina yang luas

Page 11: Histerektomi

Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang berlebihan. Lebih baik keliru

meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini

memerlukan insisi lateral dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi

vagina.

2. Komplikasi

a. Hemoragik

Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan cepat

dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam sejumlah cara

yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan

waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam

ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan

disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.

b. Thrombosis vena

Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi membahayakan jiwa

adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-paru, insiden emboli paru-paru

mungkin dapat dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan

heparin subkutan profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan sebelum

mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.

c. Infeksi

Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam darah

atau jaringan lain membentuk pus.

d. Pembentukan fistula

Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1 organ

dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari histerektomi radikal

adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena

ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum parietal, yang

dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan

secara umum yang membantu meminimalkan infeksi. 5,6,7

Pencegahan komplikasi

a. Pencegahan perlekatan

Perlekatan dapat dicegah dengn cara manipulasi jaringan secara lembut dan

hemostasis yang seksama. Untuk mempertahankan integritas serosa usus,

pemasangan tampon dgunakan apabila usus mengalami intrusi menghalangi

Page 12: Histerektomi

lapangan pandang operasi. Untuk mencegah infeksi, darah harus dievakuasi dari

kavum peritonei. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci menggunakan larutan RL

dan melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan hati-hati

b. Drainase

Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk mengevakuasi cairan yang

berasal dari sekresi luka dan darah berguna untuk mencegah infeksi. Pada luka

terinfeksi pemasangan drain dapat membantu evakuasi pus dan sekresi luka dan

menjaga luka tetap terbuka. System drainase ada yang bersiat pasif (drainase

penrose), aktif (drainase suction) da juga ada yang bersiat terbuka atau tertutup.

c. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli

1) Saat praoperasi, perlu dicari faktor resiko. Usahakan menurunkan berat badan

dan memperbaiki keadaan umum pasien sampai optimal. Kontrasepsi oral harus

dihentikan minimal empat minggu sebelum operasi. Mobilisasi pasien dilakukan

sedini mungkin dan diberikan terapi fisik dan latihan paru.

2) Upaya intraoperasi, dilakukan hemostasis yang teliti san pencegahan infeksi.

Selain itu, cegah juga hipoksia dan hipotensi selama pembiusan. Hindari statis

vena sedapat mungkin, terutama dengan memperhatikan posisi kaki.

3) Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmkologis dan fisik dilanjutkan. Upaya fisik

meliputi mobilisasi dini pada 4-6 jam pertama pascaoperasi, bersamaan dengan

fisioterapi. Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian stocking ketat dan

mengankat kaki.

1.10 Penatalaksanaan

1. Preoperative

Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan sangat cermat

dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter bedah tidak menganjurkan

pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum

pasien dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang tidak

sengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan pengirigasi antiseptic

biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari pembedahan, pasien mendapat

sedative. Medikasi praoperasi yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan

membantu pasien rileks.

2. Postoperative

Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen diterapkan,

dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk mencegah tromboflebitis

Page 13: Histerektomi

dan TVP (perhatikan varicose, tingkatkan sirkulasi dengan latihan tungkai dan

menggunakan stoking. 5,6,7

1.11 Pemulihan dan Diet Pasca Operasi

Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu. Selama

masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat memperlambat

penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk menghindari makanan

yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan

yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan

meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjidi, Imam. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta: EGC

2. Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara

3. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: EGC.

4. Leveno, Kenneth J . 2009. Obstetric wiliam. Jakarta : EGC.

5. Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung : Elstar

6. Friedman, Borten, Chapin. 1998. Seri skema Diagnosa & penatalaksanaan Ginekologi Edisi 2.

Jakarta : Bina Rupa Aksara

7. Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI.

8. Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku saku Keperawatan, edisi 8. EGC. Jakarta

9. http://jama.ama-assn.org/content/291/12/1526.full.pdf+html

10. http://www.nature.com/bjc/journal/v90/n9/full/6601763a.html