hispatology repository

15
PENDAHULUAN Ikan mas (Cyprinus carpio L.) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini digemari oleh masyarakat. Ikan mas merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memenuhi 46,5% produksi ikan air tawar Indonesia ( Taukhid et al. 2007). Ikan ini menyebar hampir di semua tempat budidaya ikan air tawar di seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah tertentu seperti di Jawa Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan budidaya ikan mas telah menjadi sumber mata pencarian masyarakat setempat. Penyediaan benih yang baik, jumlah yang cukup dan secara kontinyu menjadi hal yang sangat penting dalam mengembangkan budidaya ikan mas ini. Oleh karena itu salah satu hal yang menjadi jaminan kualitas ikan adalah kondisi kesehatannya. Hal ini mungkin masih jarang diperhatikan secara serius atau dalam porsi yang besar. Hampir seluruh sentra peternakan ikan mas menggunakan kolam yang berasal dari air sungai. Kondisi lain yang dapat ditemukan di lapangan bahwa pengelolaan kesehatan ikan pada sentra peternakan ikan mas yang ada masih sangat kurang. Bahkan di beberapa tempat para pemilik kolam hanya sekedar memeliha\ ra ikan pada kolam dan memberi pakan saja tanpa pemeriksaan atau kontrol kondisi kesehatan ikannya. Hal ini yang mendorong untuk perlu dilakukan studi atau

Upload: fahmi-arif

Post on 30-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

This document is about hispatology report from an Golden fish (Cyprinus carpio L.) test

TRANSCRIPT

Page 1: Hispatology Repository

PENDAHULUAN

Ikan mas (Cyprinus carpio L.)

tergolong ikan ekonomis penting karena

ikan ini digemari oleh masyarakat. Ikan mas

merupakan salah satu ikan yang memiliki

nilai ekonomis tinggi dan memenuhi 46,5%

produksi ikan air tawar Indonesia ( Taukhid

et al. 2007). Ikan ini menyebar hampir di

semua tempat budidaya ikan air tawar di

seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan di

beberapa daerah tertentu seperti di Jawa

Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan

Sulawesi Selatan budidaya ikan mas telah

menjadi sumber mata pencarian masyarakat

setempat. Penyediaan benih yang baik,

jumlah yang cukup dan secara kontinyu

menjadi hal yang sangat penting dalam

mengembangkan budidaya ikan mas ini.

Oleh karena itu salah satu hal yang

menjadi jaminan kualitas ikan adalah

kondisi kesehatannya. Hal ini mungkin

masih jarang diperhatikan secara serius atau

dalam porsi yang besar.

Hampir seluruh sentra peternakan ikan

mas menggunakan kolam yang berasal dari

air sungai. Kondisi lain yang dapat

ditemukan di lapangan bahwa pengelolaan

kesehatan ikan pada sentra peternakan ikan

mas yang ada masih sangat kurang. Bahkan

di beberapa tempat para pemilik kolam

hanya sekedar memeliha\ra ikan pada kolam

dan memberi pakan saja tanpa pemeriksaan

atau kontrol kondisi kesehatan ikannya. Hal

ini yang mendorong untuk perlu dilakukan

studi atau penelitian mengenai kondisi ikan

khususnya gambaran histopatologinya.

Histopatologi merupakan cabang

biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi

jaringan dalam hubungannya dengan

penyakit. Histopatologi sangat penting

dalam kaitannya dengan diagnosis penyakit

karna salah satu pertimbangan dalam

penegakan diagnosis adalah melalui hasil

pengamatan terhadap jaringan yang diduga

terganggu. Dalam analisis kondisi histologi

organ/jaringan dilakukan dengan mengamati

perubahan morfologi, struktur dan indikasi

kerusakan/infeksi/mutasi lainnya akibat

pengaruh penyakit, bahan toksik atau

proses-proses mutagenesis lainnya.

Langkah awal dari pendeteksian

penyakit pada ikan ini adalah dimulai

dengan diagnosa yang pada prosesnya

terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan yaitu, tanda-tanda klinis yang

meliputi tingkah laku, ciri-ciri eksternal

maupun internal serta perubahan patologi.

Pemeriksaan histologi perlu dilakukan

untuk mendeteksi adanya komponen-

komponen yang bersifat merusak melalui

pengamatan mikroskopis terhadap

perubahan-perubahan pada tingkat jaringan.

Page 2: Hispatology Repository

Tujuan dari dilakukannya uji

histopatologi ini adalah untuk mengetahui

dan mampu menginterpretasi kerusakan

jaringan atau organ melalui preparat

Histopaologi.

DATA DAN PENDEKATAN

Penelitian mengenai histopatologi

ikan mas pada kali ini dilaksanakan pada

Rabu, 25 November 2015 di Laboratorium

Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP),

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Padjadjaran.

Preparat histopatologi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah organ insang

(gill), ginjal (ren), hati (hepar), dan usus

(intestine) dari ikan mas (Cyprinus carpio

Linn) yang terpapar pestisida (Biologi

FMIPA Unpad 2009), logam berat timbal

(Arthur 2010), maupun yang tidak terpapar

pencemar. Alat yang digunakan adalah

mikroskop binokuler untuk pengamatan

preparat, minyak imersi dan atlas Fish

Histopatologi sebagai acuan dalam

pengamatan histopatologi ikan mas ini.

Pengamatan yang dilakukan adalah

membedakan antara organ uji yang normal

dan patologi. Pengamatan yang juga harus

dilakukan antara lain adalah fiksasi,

washing, infiltrasi, dehidrasi, embedding,

section, afixting, staining, labeling.

Selanjutnya dilakukan pengamatan

menggunakan mikroskop, pengamatan

meliputi bagian-bagian vital dalam tubuh

ikan yaitu instestinum, insang, ginjal, dan

hepar baik yang kontrol maupun toksik.

Pengamatan yang diamati adalah warna,

ukuran, ada tidaknya neukrosis (tanda

hitam), dan karakter khusus.

Pembuatan Preparat Histopatologi

Pengamatan biota ikan yang terkena

bahan pencemar, dilakukan pengamatan

dengan menggunakan metode mikroteknik,

yaitu dengan cara membuat preparat

histologis. Preparat histologis yang dibuat

adalah insang (gill), ginjal (ren), hati

(hepar), dan usus (intestine) dari ikan mas

(Cyprinus carpio Linn). Guna

mempresentasikan keseluruhan organ

tersebut, maka tiap sampel organ dibedah

menjadi 3 yaitu bagian frontal, median dan

distal.

Adapun prosedur dalam pembuatan

preparat histologis adalah:

a. Ikan dibedah dan diambil organ yang

hendak dijadikan preparat

b. Diawetkan dengan formalin 4 %

selama 24 jam.

c. Fiksasi, memindahkan organ ke

dalam larutan FAA selama 24 jam.

Page 3: Hispatology Repository

d. Dehidrasi, dilakukan secara

bertingkat dengan alkohol 70%,

80%, 90%, 95 %, serta alkohol

masing-masing 1 jam.

e. Clearing, dilakukan selama 1 jam

yaitu dimasukkan ke dalam larutan

alkoholxilol, lalu memasukkannya ke

dalam xilol murni I, II, III masing-

masing selama 20 menit.

f. Infiltrasi, menggunakan paraffin.

Organ dimasukkan kedalam xylol :

parafin (1:1) cair selama 20 menit,

kemudian memasukkan parafin cair

I, II, III masing-masing selama 20

menit di dalam oven dengan suhu

60°C.

g. Embedding, tahapan menanam

jaringan atau sampel yang

digunakan. Paraffin cair dituangkan

ke dalam cetakan sampai penuh

kemudian membenamkan potongan

organ ke dalam parafin tersebut.

Jaringan diletakkan pada posisi dasar

tengah dengan posisi melintang.

h. Sectioning, sampel dipotong

menggunakan microtome dengan

ketebalan 6-10 mikron.

i. Affixing, perekatan dengan

menggunakan albumin dan gliserin

dengan perbandingan 1:1, disimpan

dalam kotak sediaan selama 1 hari.

j. Deparafinisasi, untuk menghilangkan

parafin, sediaan dimasukkan ke

dalam xylol selama 10 menit.

k. Staining atau pewarnaan, proses

pewarnaan dengan menggunakan

hematoxylin dan eosin dengan

langkah sebagai berikut :

1. Sediaan histologis dihisap xylolnya

dengan menggunakan kertas saring.

Kemudian berturut-turut dimasukkan

ke alkohol 96%, 90%, 80%, 70%,

60%, 50%, 40 % dan 30 % masing-

masing selama 5 menit lalu ke

aquades selama 5 menit. Dicuci

dengan air mengalir kurang lebih 2

menit.

2. Dimasukkan ke dalam haemotoxylin

selama 4 menit.

3. Dicuci dengan air mengalir selama

10 menit.

4. Dimasukkan ke dalam aquades dan

alkohol 50%, 60%, 70%, 80%, 90%,

96% masing-masing beberapa

celupan.

5. Dimasukkan ke dalam eosin selama

1,5 menit.

6. Dimasukkan ke dalam alkohol 70 %,

80%, 90%, 95%.

7. Preparat dikering-anginkan dan

dimasukkan ke xylol selama 15

menit

Page 4: Hispatology Repository

PARAMETER KONTROL PATOLOGIS Warna Merah cerah Merah gelap

Ukuran Normal Terjadi pembengkakan Tanda hitam / nekrosis Tidak ada nekrosis Terjadi pembengkakan Karakter khusus lainnya Sel tersusun rapih Terjadi rongga antar sel

akibat sel yang mati

8. Sediaan histologi ditetesi dengan

canada balsam lalu ditutup dengan

cover glass.

l. Mounting (Penutupan) dan Labelling

(Pemberian Label) yaitu Penutupan

preparat dengan menggunakan kaca

penutup dan memberi identitas pada

preparat.

Pengamatan di Laboratorium

Pengamatan preparat histopatologi

mencakup jaringan organ insang (gill),

ginjal (ren), hati (hepar), dan usus

(intestine) dari ikan mas (Cyprinus carpio

Linn) dilakukan menggunakan mikroskop

binokuler dengan perbesaran 40-1000x.

Preparat ginjal normal menunjukan

gambar yang masih baik, dengan warna

merah cerah, berukuran normal, tidak ada

nekrosis, dan sel tersusun rapih. Sedangkan

pada preparat ginjal patologis gambar

berwarna merah gelap, terjadi pembekakan

ukuran dan nekrosis, dan juga terjadi rongga

antar sel akibat terdapatnya sel yang mati.

Dibandingkan perbedaan antara

preparat yang telah diberi pemaparan bahan

toksik dan yang normal berdasarkan

parameter warna, ukuran, ada/tidaknya

neukrosis atau tanda dan karakter khusus

lainnya. Lalu setiap kelompok melakukan

dokumentasikan masing-masing preparat

histopatologi hewan uji kontrol maupun

patogen.

HASIL DAN DISKUSI

Hasil pengamatan preparat

histopatologi insang (gill), ginjal (ren), hati

(hepar), dan usus (intestine) dari ikan mas

(Cyprinus carpio Linn) yang didapatkan

pada praktikum kali ini sebagai berikut;

Kerusakan dari hasil yang ditunjukan

oleh dua gambar di bawah biasa juga disebut

dengan hyperplasia, dimana perkembangan

sel-sel dalam suatu organ atau jaringan

terjadi secara terus-menerus membagi sel.

Hyperplasia merupakan penambahan ukuran

organ/jaringan karena rangsang tertentu,

apabila rangsang hilang dab dapat kembali.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Preparat Ginjal (Ren)

Page 5: Hispatology Repository

a bGambar 1. (a) Preparat Ginjal normal dan (b) Preparat Ginjal patologis

Hiperplasia dianggap fisiologis

(normal) respon terhadap rangsangan

tertentu, dan sel-sel pertumbuhan yang

hiperplastik tetap tunduk pada regulasi

normal mekanisme kontrol.

Kerusakan paling terihat ialah

berwarna merah gelap yang cenderung ke

warna ungu tua, dan terjadi pembekakan

pada ukuran.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Preparat Usus (Intestine)

PARAMETER KONTROL PATOLOGIS

Warna Merah cerah Ungu pekat (pucat)

Ukuran Normal Lebih kecil

Tanda hitam / nekrosis Tidak ada Terdapat nekrosis

Karakter khusus Tidak ada Tidak ada

Dari gambar di bawah bisa dilihat

preparat usus (intestine) normal atau kontrol

tidak didapati kerusakan. Hal ini ditandai

dengan warna yang masih merah cerah,

berukuran normal, tidak memiliki nekrosis,

dan masih terlihat sehat. Sangat berbanding

terbalik dengan preparat usus (intestine)

patologis, kerusakan terlihat jelas pada

gambar. Yaitu berupa warna yang berubah

Page 6: Hispatology Repository

menjadi ungu pekat yang pucat, ukuran lebih

kecil dari pada yang normal, terdapat

nekrosis, kerusakan sejumlah sel pada vili –

vili usus, adanya perubahan permukaan

menjadi lebih renggang pada bagian tengah

gambar, dan adanya pembengkakan pada ba-

gian jaringan yang di akibatkan iritasi awal

sebelum terjadinya kematian sel.

a bGambar 2. (a) Preparat Usus Normal atau Control dan (b) Preparat Usus Patologis

Tabel 3. Hasil Pengamatan Preparat Hati (hepar)

PARAMETER KONTROL PATOLOGIS

Warna Merah bening dan cerah Merah gelap dan keruh

Ukuran Normal Terjadi pembengkakan

Tanda hitam / nekrosis Tidak ada nekrosis Terdapat nekrosis

Karakter khusus lainnya Tidak ada Terdapat rongga yang menandakan sel mati.

Pada pengamatan preparat hati (hepar)

kontrol didapati hasil yang normal. Yaitu

berupa warna hati yang merah bening dan

cerah, ukuran hati yang normal, dan tidak

ada nukrosis didalamnya.

Dengan struktur sel yang masih

teratur, tidak rusak, dan tidak adanya rongga

yang disebabkan oleh kematian beberapa

sel. Lalu pada pengamatan preparat hati

(hepar) patologis didapati kerusakan yaitu

berupa warna menjadi merah gelap dan

Page 7: Hispatology Repository

keruh, terjadi pembekakan pada ukuran hati

normal, terdapat nekrosis, dan terdapat

rongga diantara sel.

Hal ini membuktikan bahwa kerusakan

terjadi dari penampakan berikut:

a bGambar3. (a) Preparat Hati Normal atau Kontrol dan (b) Preparat Hati Patologis

Rongga yang muncul diantara sel

terjadi akibat adanya sel – sel yang mati

(nekrosis) dan tidak adanya pergantian untuk

sel – sel yang mati tersebut. Nekrosis secara

histopatologis ditandai dengan terlihatnya

batas - batas sel dan inti sel tidak jelas atau

bahkan menghilang. Nekrosis adalah

kematian sel - sel atau jaringan yang

menyertai degenerasi sel pada setiap

kehidupan hewan dan merupakan tahap

akhir degenerasi yang irreversibel. Sel yang

mengalami nekrosis akan membengkak.

Nekrosis dapat disebabkan oleh

trauma, agen - agen biologis (virus, bakteri,

jamur dan parasit), agen - agen kimia atau

terjadinya gangguan terhadap penyediaan

darah pada suatu daerah khusus.

Pada sel hati patologis juga terjadi

hiperplansia yang mengakibatkan sinusoid

menyempit sehingga aliran darah terganggu

dan terdapat banyak nekrosis yang

menyebabkan rongga pada jaringan hati

tersebut.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Preparat Insang (gill)

PARAMETER KONTROL PATOLOGIS

Warna Merah cerah Pucat dan gelap

Ukuran Normal Terjadi pembengkakan

Page 8: Hispatology Repository

(hyperplasia) lamella

Tanda hitam / nekrosis Tidak ada Tidak ada

Karakter khusus lainnya Lamela rapih Lamela tidak teratur

Dari hasil pengamatan preparat insang

(gill) kontrol tidak ada kerusakan yang

berarti, karena warna dari insang yang

merah cerah, ukuran insang yang normal,

tidak adanya nekrosis, dan struktur lamella

yang rapih dan teratur. Namun pada

pengamatan preparat insang (gill) patologis

terlihat kerusakan yang signifikan yaitu

beruba warna yang berubah menjadi gelap

dan pucar, terjadinya pembengkankan

(hyperplasia) pada lamella, dan struktur

lamella menjadi tidak teratur.

hyperplasia yang terjadi pada lamella

insang merupakan efek

kegagalan/pengurangan proses pertumbuhan

berupa penyusutan ukuran (morfologi)

organ/ jaringan setelah proses pemaparan

gangguan.

hyperplasia adalah pengembangan

suatu jaringan atau organ. Meskipun istilah

ini tidak selalu digunakan secara tepat,

dengan benar mengacu pada suatu yang

tidak memadai atau di bawah jumlah normal

sel. Hypoplasia mirip dengan aplasia, tetapi

tidak terlalu parah.Secara teknis berlawanan

dengan hiperplasia (pengembangan atau

pertambahan sel). Hipoplasia adalah suatu

kondisi bawaan, sementara hiperplasia

umumnya mengacu pada pertumbuhan sel

yang berlebihan di kemudian hari.

a bGambar 3. (a) Preparat Insang Normal dan (b) Preparat Insang Patologis

Page 9: Hispatology Repository

SIMPULAN

Melalui penelitian ini, kami dapat

menyimpulkan bahwa terdaat tanda-tanda

kerusakan organ yang berawal dari jaringan

mikro yang teramati. Beberapa indikator

kerusakan dapat dilihat dari perubahan

warna, ukuran, ada tidaknya nekrosis, serta

karakter-karakter khusus lainnya.

Secara umum, perubahan warna dan

ukuran akan dapat langsung diidentifikasi

dengan jelas. Tanda-tanda kerusakan dari

warna cenderung lebih gelap atau keruh dari

sebelumnya. Dari segi ukuran, tiga dari

empat jaringan mengalami pembengkakan

(hyperplasia) kecuali usus yang mengalami

penyusutan (hypoplasia) menurut

pengamatan kami, hal ini kami duga

merupakan bentuk respon sel-sel dan

jaringan terhadap gangguan infeksi yang

disebabkan oleh gangguan eksternal sama

layaknya kemunculan nekrosis (tanda hitam)

akibat mikroba maupun zat-zat kimia.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya

kami ucapkan kepada tim akademik, yang

telah menghantarkan kami hingga dapat

memahami sejauh ini. Juga kepada praktikan

dari Biologi FMIPA UNPAD yang telah

menyediakan preparat yang dapat kami

amati serta lain yang telah membantu.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Rahmadani. 2012. Patologi

keperawatan.

Noviani Wikiandy, Rosidah dan Titin

Herawati. 2013. Dampak

pencemaran limbah industri

tekstil terhadap kerusakan

struktur organ ikan yang hidup

di daerah aliran sungai (DAS)

Citarum bagian hulu

Romauli Juliana Napitupulu. 2011.

Penyuluhan perikanan

pengolahan ikan mas

Anonym. 2014. Cabang Biologi.

Available online at

http://www.biologimu.web.id/20

14/05/cabang-biologi.html