hipoglikemia

22
DEFINISI Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Otak merupakan organ yang sangat peka terhdap kadar gula darah yang rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan merangsang hati untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak. MEKANISME HIPOGLIKEMIA Mekanisme respon hipoglikemia, pada awalnya, tubuh secara otomatis memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepaskan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin akan merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.

Upload: rizkia-retno-d

Post on 29-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hipo

TRANSCRIPT

Page 1: hipoglikemia

DEFINISIHipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi.

Otak merupakan organ yang sangat peka terhdap kadar gula darah yang rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan merangsang hati untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.

MEKANISME HIPOGLIKEMIAMekanisme respon hipoglikemia, pada awalnya, tubuh secara otomatis memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepaskan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin akan merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi.

Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat. Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL. Maka dari itu diagnosis hipoglikemia baru bisa ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana.

Jika dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin. Untuk mengetahui adanya tumor penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa (kadang sampai 72 jam).

Page 2: hipoglikemia

Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.

PENYEBABHipoglikemia bisa disebabkan oleh:

* Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas,* Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya,* Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal,* Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.

Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi menjadi:- Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa- Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan, biasanya karbohidrat.

Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan, maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah.

Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.

Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.

Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor. Olahraga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan hipoglikemia.

Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.

Page 3: hipoglikemia

Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.

Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.

Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik. Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.

Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik).

Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor di luar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.

Penyebab lainnya adalah penyakit autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes.

Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat. Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan hipoglikemia.

PENYEBAB

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreasDosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnyaKelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenalKelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Page 4: hipoglikemia

Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat. Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi menjadi:

Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasaHipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan, biasanya karbohidrat.HIPOGLIKEMIA PENDERITA DIABETES

Hipoglikemia paling sering terjadi disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika dosis obat ini lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa bereaksi menurunkan kadar gula darah terlalu banyak. Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.

HIPOGLIKEMIA KARENA PENGGUNAAN OBAT OBATAN LAINNYA Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya. HIPOGLIKEMIA YANG TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN OBAT OBATAN

Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor. Olah raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan hipoglikemia.

Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia, hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang cukup. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.

HIPOGLIKEMIA REAKTIF

Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan

Page 5: hipoglikemia

insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat. Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik.

Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut. Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia. Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes. Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.

Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan hipoglikemia.

GEJALAPada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar, dan kadang rasa lapar).

Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen.

Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.

Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olahraga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu,

Page 6: hipoglikemia

tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Gejala hipoglikemik dan manifestasi dapat dibagi menjadi yang dihasilkan oleh hormon counterregulatory (epinefrin / adrenalin dan glukagon) dipicu oleh glukosa jatuh, dan efek neuroglycopenic yang dihasilkan oleh otak gula berkurang.Adrenergik manifestasi

Kegoyahan, kegelisahan, gugup, Palpitasi, takikardia Berkeringat, rasa hangat Pucat, dingin, sifat lekat Dilatasi murid (mydriasis) Merasa mati rasa "pin dan jarum" (parasthaesia)

Glukagon manifestasi

Kelaparan, borborygmus Mual, muntah ketidaknyamanan, perut Sakit kepala

Neuroglycopenic manifestasi

Abnormal pemikiran, penilaian terganggu Dysphoria spesifik, kecemasan, kemurungan, depresi, menangis Negativisme, lekas marah, agresif, combativeness, marah Kepribadian berubah, lability emosional Kelelahan, kelemahan, apatis, lesu, melamun, tidur Kebingungan, amnesia, pusing, delirium Menatap, "kaca" melihat, penglihatan kabur, penglihatan ganda Otomatis perilaku, juga dikenal sebagai otomatisme Kesulitan berbicara, bicara cadel Ataksia, inkoordinasi, kadang-kadang keliru untuk "mabuk" Fokal atau umum defisit motorik, kelumpuhan, hemiparesis Paresthesia, sakit kepala Stupor, koma, pernapasan abnormal Umum atau fokal kejang

Tidak semua manifestasi di atas terjadi dalam setiap kasus hipoglikemia. Tidak ada urutan yang konsisten untuk munculnya gejala, jika gejala bahkan terjadi. Manifestasi tertentu juga dapat bervariasi menurut umur, dengan tingkat keparahan hipoglikemia dan kecepatan penurunan. Pada anak-anak muda, muntah kadang-kadang dapat menyertai hipoglikemia pagi dengan ketosis. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa, hipoglikemia agak berat dapat menyerupai mania, penyakit mental, intoksikasi obat, atau mabuk. Pada orang tua, hipoglikemia dapat menghasilkan fokus stroke-seperti efek atau sulit menentukan malaise. Gejala-gejala dari satu orang mungkin mirip dari episode ke episode, tetapi tidak selalu begitu dan mungkin dipengaruhi oleh kecepatan di mana kadar glukosa yang ditinggalkan, serta kejadian sebelumnya.

Pada bayi baru lahir, hipoglikemia dapat menghasilkan iritabilitas, kegelisahan, tersentak mioklonik, sianosis, gangguan pernapasan, episode apneic, berkeringat, hipotermia,

Page 7: hipoglikemia

mengantuk, hypotonia, penolakan untuk pakan, dan kejang atau "mantra". Hipoglikemia dapat menyerupai asfiksia, hipokalsemia, sepsis, atau gagal jantung.

Dalam kedua pasien muda dan tua, otak dapat tengok ke tingkat glukosa rendah, dengan pengurangan gejala terlihat meskipun gangguan neuroglycopenic. Dalam insulin-dependent diabetes pasien fenomena ini disebut''''hipoglikemia ketidaksadaran dan merupakan masalah klinis yang signifikan ketika kontrol glikemik diperbaiki dicoba. Aspek lain dari fenomena ini terjadi pada tipe I glycogenosis, ketika hipoglikemia kronis sebelum diagnosis mungkin lebih baik ditoleransi daripada hipoglikemia akut setelah pengobatan berlangsung.

Hampir selalu, hipoglikemia cukup parah untuk menyebabkan kejang atau ketidaksadaran dapat dibalik tanpa membahayakan jelas bagi otak. Kasus kematian atau kerusakan neurologis permanen yang terjadi dengan satu episode biasanya melibatkan berkepanjangan, ketidaksadaran tidak diobati, gangguan pernapasan, penyakit bersamaan berat, atau beberapa jenis lainnya kerentanan. Namun demikian, kerusakan otak atau kematian telah kadang-kadang dihasilkan dari hipoglikemia berat.

DIAGNOSAGejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin.

Untuk mengetahui adanya tumor penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar insulin dalam darah selama berpuasa (kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.

PENGOBATANGejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula, atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten.

Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).

Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya

Page 8: hipoglikemia

mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.

Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.KESADARAN MENGONTROL GULA DARAH

Hipoglikemia memang kurang disadari oleh masyarakat luas yang lebih mengenal penyakit diabetes sebagai akibat tingginya kadar gula darah (hiperglikemia). Padahal, hipoglikemia menjadi akibat yang paling sering terjadi jika penderita diabetes tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai diet rendah gula yang benar, kadar gula darah yang dibutuhkan oleh tubuh haruslah seimbang tidak terlalu tinggi atau rendah. Cara yang paling mudah untuk mengetahui kadar gula darah dalam tubuh dengan cara mengecek kadar gula secara rutin.

Untuk menjaga agar kadar gula selalu normal, perhatikan pola makan, olah raga ringan secara teratur untuk membantu pembakaran glukosa menjadi energi dan merangsang produksi insulin, hindarkan stress atau gangguan emosional lainnya dan disiplin minum obat sesuai anjuran dokter. Bagi yang jelas terkena hipoglikemia dapat menaikkan kembali kadar gula darahnya dengan mengonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa), jus buah, air gula, atau segelas susu. Atau bisa juga mengkonsumsi HD Clover Honey.Madu ini mengandung fruktosa dan glukosa alami yang mudah diubah menjadi energi oleh tubuh. Kandungan fruktosanya bisa menjadi sumber energi dan aman bagi penderita diabetes sehingga tetap dapat diet tanpa terkena resiko hipoglikemia.

B. EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR – FAKTOR RESIKO

• Epidemologi Hipoglikemia

Pada tahun 1914 Hilliger di Eropa telah melaporkan hubungan antara kadar gula darah rendah dan morbiditas / mortalitas pada anak wanita 5 tahun dengan muntah berulang dan ketonemia, gejalanya berulang bila puasa khususnya bila masukan karbohidrat dibatasi. Tahun 1920 Dubreuil dan Anderodias di Prancis, pertama kali secara formal melaporkan adanya perubahan pankreas bayi yang lahir dari ibu diabetes. Dilaporkan bayi wanita berat badan 5 kg, meninggal tidak lama setelah lahir, pada pemeriksaan post mortem ditemukan hepar sangat membesar dan volume sel pankreas mencapai 8 kali normal. Mereka berpostulasi bahwa hiperglikemia maternal menyebabkan hiperplasia sel islet bayi, hal ini dihubungkan dengan kematian bayi tersebut. 

Di Amerika pada tahun 1924, Ross dan Josephs di RS Johns Hopkins, melaporkan seorang anak muntah berulang dengan hipoglikemia dan ketoasidosis metabolik saat infeksi akut, didiagnosis sebagai hipoglikemia ketotik. Josephs pada tahun 1926, melaporkan 5 anak dengan episode muntah berulang yang berhubungan dengan hipoglikemia, kemudian dibuat hipotesis bahwa hal tersebut karena cadangan glukosa kurang setelah terkena penyakit akut

Page 9: hipoglikemia

dan kelaparan relatif. 

Pada tahun yang sama, Gray dan Feemster dari Universitas Washington melaporkan bayi wanita dari ibu berumur 44 tahun penderita diabetes tergantung insulin, kontrol sangat buruk dalam 15 tahun terakhir, menderita nefritis dan toksemia gravidarum berat, meninggal 5 hari setelah melahirkan bayi berbobot 3,300 kg pada kehamilan 36 minggu. 

Pemeriksaan fisik bayi saat lahir normal, pada hari ke 3 bayi mulai muntah dan berat badan menurun drastis, hari ke 4, bayi pucat yang aneh dan meninggal. Pada pemeriksaan postmortem, ditemukan “hipertrofi dan hiperplasia pulau Langerhans pankreas”, juga ditemukan “hipertrofi sel medula adrenal”. Diperkirakan volume jaringan pankreas 24 kali normal. Sebagai tambahan bayi tersebut mempunyai ureter dan pelvis ganda bilateral, temuan ini banyak pada bayi dari ibu diabetes. Mereka berpostulasi, bahwa hiperglikemia maternal mungkin sebagai etiologi hipertrofi dan hiperplasia sel islet bayi. 

Pada tahun 1937, Hartmann dan Jaudon berpostulasi bahwa “manifestasi klinis hipoglikemia adalah akibat kekurangan dekstrosa pada sistem saraf pusat. Pada pertengahan tahun 1950an, penelitian perintis oleh Cornblath, Lubchenko, McQuarrie dkk memperluas pemahaman kita tentang hubungan antara hipoglikemia pada bayi baru lahir dan mortalitas yang menyertainya. McQuarrie (1954) melaporkan sindroma “bayi hipoglikemia idiopatik”. Ia menguraikan konsep umpan balik hormon, yaitu kortisol, hormon pertumbuhan, glukagon, epinefrin dan mungkin tiroksin dan steroid gonad bekerja melawan insulin, dan sekresi insulin yang berlebihan atau defisiensi hormon yang melawan insulin dapat berakibat hipoglikemia. Insufisiensi adrenal, hipopituitarisme, penyakit “Glycogen storage”, hipotiroidisme, tumor sel ß pankreas, galaktosemia dan bayi lahir dari ibu diabetes merupakan etiologi 15 dari 40 anak di RS Universitas Minnesota tahun 1942-1954. Duapuluh lima kasus dilaporkan sebagai hipoglikemia spontan dan persisten, dengan penyebab yang tidak diketahui.

Di Indonesia masih belum ada data, secara umum insidens hipoglikemia pada bayi baru lahir berkisar antara 1 – 5 /1000 kelahiran hidup. Pada bayi yang lahir dari ibu diabetes 8% - 25%, pada bayi preterm 15%, secara umum pada bayi risiko tinggi 30% terjadi hipoglikemia. Guthrie R (1970), dalam penelitiannya pada bayi risiko tinggi, mendapatkan insidens hipoglikemia asimptomatik 7,5%.. Gutbenlet and Cornbbath, mengevaluasi hipoglikemia secara prospektif dari tahun 1971 – 1973, mendapatkan insiden pada neonatus 4,4 / 1000 kelahiran hidup, untuk BBLR 15,6 / 1000 BBLR. 

Data pada anak yang lebih besar tidak ada, namun diperkirakan 2 – 3 /1000 anak yang dirawat di rumah sakit. Osler FHA, dkk. (2003), meneliti di ruang perawatan anak Rumah sakit di distrik Kilifi, Kenyan, pada pasien yang masuk di rumah sakit, mendapatkan prevalensi hipoglikemia pada non neonatus 7,3%, sebagian besar karena penyakit berat, malnutrisi dan malaria. Pada neonatus insdens 23%, sebagian besar karena berat badan lahir rendah. Wintergerst, KA (2006) dalam penelitiannya di rumah sakit anak ”Packard” (Universitas Stanford) selama satu tahun, mendapatkan 18,6% pasien PICU dengan

Page 10: hipoglikemia

hipoglikemia.

Dalam sebuah penelitian, 80% pasien dengan hipoglikemia nokturnal tidak memiliki gejala. Insiden hipoglikemia pada bayi baru lahir ialah mencapai 1,3 - 3,0 / 1000 kelahiran hidup. Hipoglikemia juga bisa terjadi sampai 14% bayi-baru-lahir yang sehat dan dilahirkan dengan masa kehamilan normal. Dan 16% pada bayi-baru-lahir BMK (besar untuk masa kehamilan) yang dilahirkan dari ibu yang menderita diabetes. 

Faktor ResikoSecara garis besar, etiologi hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang. 

Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan :a. Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes, hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan ”child abuse”).Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsang ambilan glukosa oleh otot. Pada bayi, hiperinsulinemia dapat terjadi karena defek genetik yang menyebabkan aktivasi reseptor sulfonilurea akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis. Bayi dari ibu penderita diabetes, juga mempunyai kadar insulin yang tinggi setelah lahir karena tingginya paparan glukosa in utero akibat jeleknya kontrol glukosa selama kehamilan, hal ini yang menyebabkan hiperinsulinemia pada bayi. Pada anak, hiperinsulinemia jarang, penyebabnya tumor yang memproduksi insulin. Penggunaan insulin eksogen atau pemberian obat yang menyebabkan hipoglikemia kadang dapat terjadi karena kecelakaan atau salah penggunaan, sehingga hal ini pada anak harus dipertimbangkan.

b. Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”).Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat tinggi. 

c. Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase, defisiensi HMG CoA, defisiensi rantai panjang dan sedang acyl-coenzym A dehydrogenase, defisiensi rantai pendek acyl-coenzyme A dehydrogenase). Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. 

d. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidisme .Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa:a. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik).Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan

Page 11: hipoglikemia

sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab. . Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis.

b. Kelainan pada produksi glukosa hepar, antara lain: defisiensi Glukose-6- phosphatase (glycogen storage disease tipe 1), defisiensi debrancher (glycogen storage disease tipe 3), defisiensi phosphatase hepar (glycogen storage disease tipe 6, defisiensi glycogen synthase, defisiensi fructose 1,6 diphosphatase, defisiensi phospho-enol pyruvate, defisiensi pyruvate carboxylase, gaslactosemia, intoleransi friktose herediter, penyakit maple urine syrup). Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia, karena penyakitnya bersifat kronik. 

c. Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan, defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder).Hal ini karena hormon pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan energi alternatif dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat penting adalah diagnosis dini.

e. Toksin dan penyakit lain. (etanol, salisilat, propanolol, malaria).Etanol menghambat glukoneogenesis melalui hepar sehingga dapat menyebabkan hipoglikemia. Hal ini khususnya pada pasien dengan diabetes yang diobati insulin yang tidak dapat mengurangi sekresi insulin sebagai respon bila terjadi hipoglikemia. Intoksikasi salisilat dapat menyebabkan hipo ataupun hiperglikemia. Hipoglikemia karena bertambahnya sekresi insulin dan hambatan pada glukoneogenesis

Berikut adalah kondisi-kondisi dengan peninggian risiko hipoglikemia

Kondisi maternal • DM atau test toleransi glukosa abnormal• Preeklampsia dan hipertensi esensial• Pengobatan ibu dengan penyekat beta• Riwayat bayi makrosomia• Penyalahgunaan obat• Terapi dengan tokolitik beta-agonis• Terapi dengan obat hipoglikemi oral• Pemberian glukosa IV pada periode antepartum lanjut dan intrapartum

Kondisi Neonatus • Bayi prematus• Keterbatasan pertumbuhan intrauterin• Hipoksemia-iskemia perinatal• Infeksi bakteri

Page 12: hipoglikemia

• Hipotermia• Polisitemia-hiperviskositas• Penyakit hemolitik rhesus• Pemberian insulin iatrogenik• Malformasi jantung bawaan• Hiperinsulinemia persisten• Kelainan endokrin• Cacat metabolisme bawaan• Poor feeding, terutama jika sebelumnya tidak ada masalah

Mekanisme tidak sadarAsidosis (ketosis)-->diuresis osmosis-->hipovolemik-->dehidrasi-->hantaran glukosa dan oksigen ke otak menurun-->penurunan kesadaran-->tidak sadar.

Panas tinggi1. Infeksi2. Heat stroke/Exercise

Regulasi kadar glukosa darah (Homeostasis Glukosa)Sistem syaraf pusat sangat tergantung dengan oksidasi glukosa sebagai sumber energi utamanya. Gangguan suplai glukosa akan mengakibatkan gangguan fungsi otak (neuroglikopenia), dan bila berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan syaraf otak yang irreversibel dan kematian. Pada orang dewasa sehat dengan BB 70 kg, kebutuhan glukosa otak diperkirakan sebanyak 1 mg/kg/menit) atau sebanyak 100 g/hari. Ambilan glukosa otak difasilitasi oleh 2 transporter glukosa yaitu GLUT 1 dan GLUT3 yang tidak tergantung dengan insulin. Dalam keadaan hipoglikemia, sistem transportasi glukosa ini mengalami gangguan. Sedangkan pada hipoglikemia kronik akan terjadi up regulasi transporter glukosa, suatu fenomena penting yang berperan dalam terjadinya hypoglycemia unawareness.Dalam keadaan puasa, otak dapat menggunakan benda2 keton (β-hydroksi-butirat dan aseto asetat) sebagai sumber energi alternatif. Ambilan benda2 keton oleh otak proporsional dengan kadarnya didalam darah. Oksidasi benda2 keton dapat menjadi sumber energi hanya bila kadarnya didalam sirkulasi mengalami peningkatan, seperti terjadi dalam keadaan puasa yang lama.Jadi bila kadar glukosa darah rendah, sedangkan kadar keton sangat tinggi, maka otak sebagian terlindung dari efek buruk hipoglikemia. Namun bila kadar glukosa dan keton rendah, seperti terjadi pada hipoglikemi akibat pemberian insulin dan gangguan oksidasi asam lemak, otak akan sangat rentan terhadap gangguan metabolik. Kadar glukosa didalam sirkulasi ditentukan oleh keseimbangan antara asupan glukosa (absorpsi + produksi) dan utilisasi/ penggunaannya oleh berbagai jaringan. Dalam keadaan puasa, produksi glukosa tergantung pada ketersediaan substrat2 yang diperlukan bagi proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. Sementara utilisasi glukosa ditentukan oleh ambilan glukosa dan ketersediaan sumber energi alternatif terutama bagi jaringan otot. Mekanisme utama yang berperan dalam pencegahan hipoglikemia ditunjukkan dalam gambar dibawah ini. Dalam keadaan puasa (post absorptive state), kadar insulin menurun, sehingga menurunkan ambilan glukosa oleh hepar, otot dan lemak. Glikogenolisis didalam hati merupakan proses

Page 13: hipoglikemia

paling penting untuk memenuhi kebutuhan glukosa dalam keadaan puasa selama 12 sampai 24 jam. Bila puasa berlangsung lebih lama, setelah simpanan glikogen hati berkurang, akan terjadi lipolisis dan pemecahan protein untuk mempertahankan kadar asam lemak, gliserol dan asam amino didalam aliran darah. Asam lemak akan digunakan oleh otot sebagai sumber energi dan oleh hati untuk memproduksi benda2 keton yang akan digunakan sebagai sumber energi alternatif bagi jaringan2 tubuh lain. Gliserol dan asam amino akan diambil oleh hati dan ginjal yang akan digunakan sebagai bahan utama bagi proses glukoneogenesis. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa produksi glukosa pada laki-laki sehat sekitar 1,8 mg/kg/menit selama dalam keadaan puasa sampai 40 jam. Kontribusi proses glukoneogenesis terhadap produksi glukosa basal meningkat dari 41% setelah 12 jam sampai 92% setelah 40 jam puasa. Dalam keadaan puasa yang lama, ginjal memproduksi 25% atau lebih dari total kebutuhan akan glukosa, terutama melalui proses glukoneogenesis dari glutamine, laktat dan gliserol. Pada insufisiensi ginjal kronik yang berat akan terjadi gangguan produksi glukosa renal sehingga akan menimbulkan hipoglikemi puasa. Bila kadar glukosa plasma berada dibawah nilai ambang hipoglikemi, akan terjadi pelepasan hormon2 kontra regulasi, sebagai usaha untuk meningkatkan produksi glukosa. Nilai ambang ini diperkirakan pada kadar 67 mg/dl. Bagian ventromedial hipothalamus merupakan organ utama yang berperan dalam respons kontra regulasi.Hormon2 kontra regulasi terbagi dalam 2 kelompok, yaitu :Hormon2 kerja cepat yaitu katekolamin dan glukagon.Hormon2 kerja lambat yaitu growth hormone dan kortisol.Katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) bekerja menghambat sekresi insulin dan secara langsung merangsang proses glukoneogenesis di hepar dan ginjal, menghambat utilisasi glukosa di jaringan perifer dan merangsang proses lipolisis. Selanjutnya proses lipolisis akan menghasilkan substrat2 yang diperlukan untuk glikoneogenesis (yaitu gliserol) dan sumber energi alternatif bagi otot (yaitu asam lemak dan benda2 keton). Glukagon terutama bekerja merangsang produksi glukosa hati, namun sangat sedikit atau bahkan tidak mempunyai efek terhadap utilisasi glukosa perifer atau stimulasi produksi glukosa ginjal. Walaupun glukagon merangsang lipolisis dan ketogenesis, namun hanya mempunyai efek minimal terhadap mobilisasi prekursor glukoneogenesis dari lemak. Efek kontra regulasi dari kortisol dan growth hormone terjadi beberapa jam setelah hipoglikemi. Jadi kedua hormon ini hanya berperan minimal dalam pencegahan hipoglikemi akut, namun penting dalam pencegahan hipoglikemi akibat puasa yang lama. Kortisol merangsang glukoneogenesis hati dan lipolisis, sehingga meningkatkan kadar asam lemak bebas dan gliserol. Growth hormone juga mempunyai efek yang sama terhadap lipolisis dan glukoneogenesis, serta secara bersamaan menekan utilisasi glukosa di jaringan perifer. Kedua hormon diatas dapat meningkatkan lipolisis untuk menghasilkan substrat penting bagi proses glukoneogenesis, serta asam lemak bebas dan benda2 keton yang akan digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Tanda-tanda dan gejala-gejala hipoglikemiTanda-tanda dan gejala-gejala hipoglikemi dibagi dalam 2 kategori, yaitu otonomik dan neuroglikopenik. Tanda-tanda dan gejala-gejala otonomik terjadi akibat aktivasi sistem syaraf otonom melalui pelepasan epinefrin dari medulla adrenal kedalam sirkulasi dan norepinefrin dari ujung2 syaraf simfatis postganglionik kedalam jaringan2 target. Dalam keadaan normal, ambang glikemik bagi pelepasan katekolamin lebih tinggi daripada ambangnya bagi induksi gejala-gejala neuroglikopenik. Sehingga gejala-gejala otonomik

Page 14: hipoglikemia

mengawali timbulnya gejala-gejala neuroglikopenik. Gejala-gejala dan tanda-tanda yang berhubungan dengan pelepasan katekolamin dapat berupa tremor, muka pucat, palpitasi, takhikardia, tekanan nadi yang melebar dan rasa cemas (ansietas). Berkeringat, rasa lapar dan parestesia juga umum ditemukan, yang biasanya dimediasi oleh adanya pelepasan asetilkholin. Pada orang dewasa, pengeluaran keringat lebih mencolok, hal ini diduga akibat stimulasi oleh syaraf2 simfatis kolinergik post ganglionik. Gejala2 neuroglikopenik terjadi akibat kekurangan glukosa didalam otak. Karena glukosa merupakan sumber energi utama untuk metabolisme jaringan otak, maka penurunan kadar glukosa darah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi bagi otak. Gejala-gejala neuroglikopenik tidak dapat dibedakan dengan gejala2 akibat terjadinya hipoksia jaringan otak. Gejala2 tersebut antara lain berupa rasa lemas, kelelahan, pusing, sakit kepala, perubahan perilaku dan bingung. Pasien dapat mengalami letargi, mudah tersinggung dan bahkan dapat bersikap agresif. Dapat pula terjadi gangguan fungsi kognitif, gangguan berfikir dan berkonsentrasi, aphasia dan bicara kacau. Disamping itu, hipoglikemia dapat menyebabkan pandangan kabur, kebutaan, paresthesia, hemiplegi, hipotermi, dan bahkan koma, kejang dan berakhir dengan kematian. Episode hipoglikemi yang lama dan berat dapat menimbulkan kematian sel syaraf, sehingga menyebabkan gangguan fungsi otak yang permanen. Dengan bertambahnya usia, gejala2 hipoglikemi menjadi berkurang dan profil gejalapun mengalami perubahan.

Kelompok usia lanjut perlu mendapat perhatian khusus, karena mereka sering tidak mengalami gejala-gejala dini hipoglikemi akibat gangguan fungsi syaraf otonom (hypoglycemia unawareness), sehingga glukosa darah dapat turun mencapai kadar yang sangat rendah (< 40 mg/dl) yang dapat menimbulkan kerusakan syaraf otak yang irreversible.

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Pada hipoglikemia ini untuk mencukupi kadar gila darah agar kembali ke normal, yaitu sekitar 70 - 100 mg/dl, maka apabila glukosa tidak mencukupi, tubuh akan merubah glikogen menjadi

Page 15: hipoglikemia

glukosa. Proses ini disebut glukoneogenesis (Pembentukan gkukosa dari bahan bukan karbohidrat). Setelah itu, apabila simpanan glikogen otot habis, maka tubuh akan menggunakan membongkar lemak. Proses ini terjadi di hati. Apabila pembongkaran ini terjadi dengan proses anaerob, asam laktat akan terbentuk secara otomatis. Penumpukan asam laktat yang berlebihan, maka akan menyebabkan tubuh menjadi asam, hal ini bisa menyebabkan terjadinya ketoasidosis. Ketoasidosis yang berkelanjutan maka akan berakhir dengan syok, dan akhirnya koma, lalu terjadilah kematian. Setelah semua lemak terbongkar, dan itu tidak cukup untuk menyediakan glukosa bagi tubuh, maka yang selanjutnya terjadi adalah pembongkaran protein.