hiperaktif

77
KONSEP DASAR ADHD A. Definisi ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya

Upload: nita-pratiwi

Post on 23-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aktif

TRANSCRIPT

KONSEP DASAR ADHD

A. Definisi ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009). B. Etiologi/Penyebab

Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetis berperan dalam ADHD. Faktor biologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik.

Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah lingkungan. Karakter dalam keluarga juga dapat berperan menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari penelitian di beberapa rumah tahanan, sebagian besar penghuninya ternyata pernah ADHD pada masa kecilnya. Demikian juga terjadi pada pengguna narkoba. Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif. Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan faktor biologis dan genetik, serta lingkungan

C. Psikopatologi

Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khususnya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan (Martin, 1998).

Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolisme, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD (Klik dokter, 2008).

Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan) (Klikdokter, 2008).

Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity Disorder mempunyai ciri-ciri anrtara lain:

1.Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil

2.Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah

3. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas

4.Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat

5.Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau diam

6.Terus gelisah atau menggeliat

7.Sulit menunggu giliran

8.Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya

9.Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan10. Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan

11.Tampak tidak mendengar, sekalipun diajak berbicara secara langsung

Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan tipe hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktif impulsif yang lebih demonstratif. Gejala seperti ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak anak. Menurut penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 204% untuk anak perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Anak laki-laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih menunjukkan perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan anak perempuan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Bisa jadi anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi atau tidak tertangkap gejalanya karena guru-guru gagal dalam mengenali dan mencatat perilaku kurang perhatian anak perempuan ADHD, kecuali dengan cara membandingkan dengan simptom-simptom yang digunakan untuk mendiagnosis ADHD dapat pula memberi sumbangan terhadap perbedaan jenis kelamin pada umumnya (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Anak ADHD perempuan cenderung lebih memperlihatkan karakteristik simptom-simptom kurang perhatian/tidak teratur dengan respons kognitif yang lambat, misalnya pelupa, lesu darah, mengantuk, cenderung daycream, cemas, depresi dan cenderung berperilaku hiperverbal dibandingkan hiperaktif (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Gangguan ADHD dapat merusak hidup anak, menghabiskan banyak energi, menimbulkan rasa sakit secara emosional, menurunkan harga diri dan secara serius merusak hubungan kekerabatan atau pertemaan. Banyak anak ADHD cenderung untuk mengembangkan masalah emosional sekunder, namun ADHD itu sendiri dapat berkaitan dengan faktor faktor biologis dans ecara primer bukan gangguan emosional. Meskipun semikian, masalah emosional dan perilaku kerap kali dapat terlihat pada anak ADHD karena adanya masalah yang dihadapi anak-anak di sekolah, di rumah d`n di dalam lingkungan sosial mereka (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

D. Manifestasi Klinik

Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :

1.Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.

2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan

3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing

4.Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau keadaan di dalam suatu kelompok

5.Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan

6.Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain

7.Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas bermain

8.Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya

9.Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang

10. Sering berbicara secara berlebihan.

11.Sering menyela atau mengganggu orang lain

12.Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan kepadanya

13.Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara lain :

1.Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang memperberat masalah

2.Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik

3.Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa

4.Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

F. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan

1. Perawatan

Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :

2. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah

Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri

3.Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial dan regulasi diri

4. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi

5.Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri

6.Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral

7.Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan dan curahan hati probadinya

Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :

a. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :

1.Hentikan perilaku yang tidak aman

2.Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima

3.Berikan pengawasan yang ketat

b. Meningkatkan performa peran dengan cara :

1.Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan

2.Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi untuk menyelesaikan tugas)

c. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :

1.Dapatkan perhatian penuh anak

2. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil

3.Izinkan beristirahat

d.Mengatur rutinitas sehari-hari

1. Tetapkan jadual sehari-hari

2. Minimalkan perubahan

e. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua

f. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD

Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang dianggap tepat untuk anak ADHD :

1.Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% - 70% protein dan 30%-40% karbohidrat, makan siang dan makan malam 50% protein dan 50% karbohidrat. Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga tidak mudah diubah menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-kacangan, dll.

2.Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi yang bermanifestasi dalam bentuk batuk, influenza karena alergi, dll. Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna, pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.

3.Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak mengandung gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim, dan cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang sangat berguna. Gula menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap alergen. Tingginya kadar gula dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar insulin yang tinggi akan mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat memperparah keadaan anak ADHD.

4.Makan banyak sayuran dan buah

5. Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan meningkatkan konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi hanya air yang dianggap air.

6. Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti : kacang almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri, nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.

7.Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium, tembaga, besi, magnesium, kalsium, amino acid chelates dan flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zat-zat tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara berlebihan.

8.Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari amalgam, kawat gigi dari nikel, dll.

9.Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian otak.

G.. Pengobatan

Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).

Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain :

1.Metilfenidat (Ritalin)

Dosis 10-60 dalam 2 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.

2.Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)

Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari

3.Pemolin (Cylert)

Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap

Jenis Jenis Pengobatan :

1.Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam kelompok stimulan terdapat Adderall (gabungan garam dari amphtamine), DextroStat (dextroamphetamine sulfate), dan Ritalin (methylphenidate HCL). Stimulan bereaksi cepat dan efek sampingnya ringan. Disebut stimulan karena bisa memberikan energi bagi mental untuk memusatkan perhatian pada apa yang sedang dikerjakan. Pengobatan ada yang diberikan dalam dosis dobel dalam sehari.

2.TCA (Tri-Cyclic Antidepressants) merupakan jenis anti depresi. TCA sangat efektif untuk mengatasi suasana hati yang berubah-ubah dan diminum hanya satu kali dalam sehari. Namun TCA bekerja lebih lambat dan lebih berisiko dalam penggunaannya. Jika pengobatan dengan stimulan tidak menolong TCA boleh dicoba.

3.Wellbutrin ( buproprion ) merupakan jenis antidepresan yang telah dipergunakan dalam pengobatan ADHD meskipun belum mendapat persetujuan dari FDA. Obat ini bukan TCA, tetapi mempunyai kegunaan dan efek samping yang sama.

4.Catapres (clonidine) dulunya dipergunakan untuk pengobatan penyakit darah tinggi. Obat ini dipergunakan dalam pengobatan ADHD, terutama bagi penderita gejala hiperaktif dan impulsif, meskipun juga belum mendapat persetujuan FDA. Obat ini berbentuk kecil atau pil. Anak-anak yang diberi Catapres akan menjadi ngantuk.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY (ADHD)

1.Pengkajian

Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak antara lain

1.Neonatus (0-28 hari)

1.Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?

2.Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?

3.Bagaimana kemampuan menghisap ?

4.Kapan mulai mengangkat kepala ?

5.Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?

6.Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap su`ra atau bel) ?

7.Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang ?

2.Masa bayi /Infant (28 1 tahun)

1.Bayi usia 1-4 bulan.

1.Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?

2.Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)?

3.Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ?

4.Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?

2.Bayi Umur 4-8 bulan

1.Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?

2.Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?

3.Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?

4. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?

3.Bayi Umur 8-12 bulan

1. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ?

2. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?

3. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?

4.Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?

3.Masa Toddler

1.Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?

2.Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?

3.Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ?

4.Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ?

4.Masa Prasekolah (Preschool)

1. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan) ?

2. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?

3. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)?

4. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga) ?

5.Masa school age

1. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?

2. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?

3. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?

4. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?

5. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?

6. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ?

7. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?

8. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?

6.Masa adolensence

1. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri ?

2. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?

3. Bagaimana kematangan identitas seksual ?

4. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?

5. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak) ?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain :

A. Pengkajian riwayat penyakit

1. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care.

2. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.

3. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.

4. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.

B. Penampilan umum dan perilaku motorik

1. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.

2. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.

3. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.

4. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya

C.Mood dan Afek

1. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.

2. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

3. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.

4. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan

D.Proses dan isi pikir

Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan

E. Sensorium dan proses intelektual

1. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi.

2. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata.

3. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.

4. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.

5. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas

F. Penilaian dan daya tilik diri

1. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak

2. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.

3. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.

4. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.

5. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.

6. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri

G. Konsep diri

1. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.

2. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.

3. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh

H. Peran dan hubungan

1. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sosial.

2. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.

3. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.

4. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.

5. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.

6. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.

I. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain :

1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak

3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan

5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas antara lain :1.Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap prestasi yang buruk

Tujuan :

Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain ataua nak lain dengan kriteria hasil :

1. Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan

2. Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika berinteraksi dengan staf atau anggota keluarga

3. Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan

4. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara mandiri

5. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan diingatkan

6. Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya7. Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga

Intervensi:

1. Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi perilaku klien.

Rasional: Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat diidentifikasi dan diminimalkan. Demikian juga stimulus yang mempengaruhi klien secara positif dapat digunakan dengan efektif

2. Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi. Lakukan intervensi satu pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan

Rasional: Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal terganggu

3. Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi (yaitu panggil nama klien dan lakukan kontak mata)

Rasional: Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal untuk patuh]

4. Berikan instruksi secara secara berlahan dengan menggunakan bahasa yangs ederhana dan petunjukk yang kongkret

Rasional: Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu (terutama jika instruksi tersebut kompleks dan abstraks)

5. Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas

Rasional: Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima informasi yang akurat

6. Bagi tugas yang kompleks menjadi rugas-tugas kecil

Rasional: Kemungkinan untuk berhasil akan meningkat dengan kurangnya komponen tugas yang rumit

7. Berikan umpan balik positif untuk pencapaian setiap tahap

Rasional: Kesempatan klien untuk mendapatkan keberhasilan dapat meningkat dengan memperlakukan setiap tahap sebagai kesempatan untuk berhasil

8. Izinkan berisitirahat klien dapat berjalan-jalan

Rasional: Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara yang tepat/dapat diterima sehingga ia dapat menyelesaikan tugas yang akan datang dengan lebih efektif

9. Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas

Rasional: Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia dapat mengusahakan penyelesaian tugas

10. Bantu klienmenyelesaikan tugas pada awalnya

Rasional: Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan tugas secara mandiri, memberi bantuan akan memungkinkan klien untuk berhasil dan menunjukkan cara menyelesaikan tugas

2.Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif

Tujuan :

Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang, ditandai dengan:1. Ekspresi-ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri, pencapaian masalalu dan prospek-prospek masa depan

2. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri

3. Anap berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.

Intervensi :

1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis

Rasional: Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak

2. Sampaikan perhartian tanpa syarat bagi pasien

Rasional: Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri

3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok

Rasional: Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda

4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak

Rasional: Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.

5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensif

Rasional: Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien

6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan

Rasional: Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri

7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati pencapaian tugas

Rasional: Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.

3. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif

Tujuan :

Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria hasil:

1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi

2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya

3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri

Intervensi :

1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan

Rasional: Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain

2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri

Rasional: Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal.

3. Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh diri. Tanyakan " Apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh diri?" dan "Bagaimana rencana anda untuk melakukannya

Rasional: Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan mendekati adalah cocok untuk hal seperti ini. Anak yang mempunyai rencana yang dapat digunakan adalah berisiko lebih tinggi dari pada yang tidak

4. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul

Rasional: Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.

5. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan.

Rasional: Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.

6. Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari percobaan memastikan

Rasional: Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan marah, karena bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari kemarahan diarahkan pada diri sendiri

7. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak

Rasional : Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.

8. Cobat untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas anak (misalnya : kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola voli)

Rasional: Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat bagi anak dengan cara ini.

9. Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat

Rasional : Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman

10. Staf harus mempertahankan dan menyampaikan dengan sikap yang tenang terhadap anak

Rasional: Ansietas adalah sesuatu yang mudah menjalar dan dapat ditransmisikan dari staf ke anak dan sebaliknya. Sikap yang tenang menyampaikan suatu rasa kontrol dan perasaan aman bagi anak.

11. Sediakan staf yang cukup yang dapat memperlihatkan kekuatan pada anak jika diperlukan

Rasional: Hal ini menyampaikan pada anak bukti pengendalian terhadap situasi dan memberikan beberapa keamanan fisik bagi staf.

12. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek sfek samping yang merugikan

Rasional: Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida, alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi.

13. Pembatasan-pembatasan mekanis atau ruangan isolasi akan diperlukan jika intervensi penurunan pembatasan tidak berhasil

Rasional: Ini adalah hak anak untuk mengharapkan penggunaan teknik-teknik yang menjamin keamanan anak.