hdk
TRANSCRIPT
ANALISIS KASUS
Pasien adalah seorang wanita multigravida berusia 44 tahun, aterm (usia kehamilan ±39
minggu), datang ke RSSD atas rujukan dari bidan dengan KPD selama 3 jam + Hipertensi (169/92
mmHg). Pasien mengaku telah diberi obat penurun TD oleh bidan. Riwayat hipertensi sebelum
hamil disangkal, dan tekanan darah pasien meningkat hanya di akhir kehamilan. Pemeriksaan fisik
yang telah dilakukan di RSSD TD 140/100 mmHg, disertai edema pada ekstremitas inferior, Hasil
pemeriksaan lab Darah; Hb: 12,6 g/dl, Leukosit: 8 900/uL, Hematokrit: 37%, Trombosit :
294.000/uL. Urine; Protein : +1. Cairan ketuban jernih, tidak ada darah, bau amis/khas, tidak berbau
busuk. Sesuai teori pasien dikatakan terdiagnosis preeklampsia ringan + KPD.
1. Preeklampsia ringan
- Kriteria minimum :
- TD ≥ 140/90 mmHg
- Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstick
- Terjadi pada kehamilan > 20 minggu
- Dengan atau tanpa edema (Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema
pada lengan, muka dan perut, edema generalisata)
2. KPD
- Selaput ketuban pecah sebelum fase persalinan
Secara teori, usia kehamilan > 37 minggu pada preeklampsia dan KPD usia kehamilan harus
diterminasi dan diutamakan dengan persalinan pervaginam. Saat pemeriksaan dalam pukul 23.30 pasien
Page 1
masih pembukaan 1-2 cm. Skor Bishop pasien saat itu > 5. Sehingga pasien harus segera diinduksi
oksitosin. Namun saat itu pasien tidak diinduksi. Pada pukul 03.00 pasien mengelus mulas yang semakin
lama semakin sering dan ketika dilakukan pemeriksaan dalam sudah pembukaan 3-4 cm. Presentasi
Kepala janin saat itu masih pada Hodge II dan dilakukan SC pukul 08.10 (11/6/’13), mengingat ketuban
pasien telah pecah sejak pukul 20.30 (10/6/’13) dan persalinan pada KPD >37 minggu harus dilakukan
segera dalam 1x24 jam mengingat rentannya risiko infeksi.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipertensi dalam kehamilanHipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi morbiditas dan
mortalitas.
Penjelasan:
1. Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran TD sekurang –
kurangnya dilakukan dua kali selang 4 jam.
2. Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥1 dipstick
3. Edema, dahulu edema dipakai sebagai tanda preeklampsia, tetapi sekarang edema tungkai tidak
dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor risiko timbulnya
hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57
kg/minggu.
Primigravida yang memiliki kenaikan berat badan rendah, yaitu < 0,34 kg/minggu,
menurunkan risiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat badan bayi rendah.
KLASIFIKASIKlasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National High Blood
Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001,
ialah :
1. Hipertensi kronik 3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
2. Preeklampsia-eklampsia 4. Hipertensi gestasional (transient hypertension)
Page 2
1. Hipertensi kronik
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12
minggu pasca persalinan.
2. Pre-eklampsia, eklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria.
Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu (a)preeklampsia ringan (PER) dan (b)preeklampsia berat.
Pada preeklampsia berat (PEB) terbagi lagi menjadi dua, yaitu 1. Preeklampsia berat tanpa
impending eclampsia dan 2. Preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut impending
eclampsia bila preeklampsia disertai gejala gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan
visus, muntah – muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.
Preeklampsia ringan (PER) Preeklampsia berat (PEB)
TD ≥ 140/90 mmHg
Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik
TD ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4+ dlm
pemeriksaan kualitatif
Preeklampsia digolongkan berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :
TD ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria > 5g/24 jam
Oligouria (urin < 500 cc/24 jam)
Kadar Kreatinin plasma ↑
Gangguan visus dan serebral : Kesadaran ↓, nyeri kepala, skotoma, pandangan kabur
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen (akibat kapsula glisson
teregang)
Edema paru dan sianosis
Hemolisis mikroangipatik
Trombositopenia berat (< 100.000 sel/mm3 atau trombosit ↓ cepat)
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : Alanin ↑ dan aspartate
aminotransferase
PJT
Page 3
Sindrom HELLP
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang – kejang dan/atau koma.
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik disertai tanda – tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
4. Hipertensi gestasional (transient hypertension)
Adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda – tanda preeklampsia
tetapi tanpa proteinuria.
PATOFISIOLOGI
Preeklampsia merupakan sindroma penurunan perfusi darah organ akibat dari vasospasme dan
aktivasi endotelial yang spesifik ditemukan pada masa kehamilan.
Walaupun etiologinya belum jelas, banyak para ahli sepakat bahwa vasopasme merupakan proses
awal dari terjadinya penyakit ini. Gambaran patologis pada fungsi beberapa organ dan sistem, yang
kemungkinan disebabkan oleh vasospasme dan iskemia, telah ditemukan pada kasus-kasus preeklampsia
dan eklampsia berat.
Vasospasme bisa merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot polos
pembuluh darah, reaksi imunologi, maupun radikal bebas. Semua ini akan menyebabkan terjadinya
kerusakan/jejas endotel yang kemudian akan mengakibatkan gangguan keseimbangan antara kadar
vasokonstriktor (endotelin, tromboksan, angiotensin, dan lain-lain) dengan vasodilatator (nitritoksida,
prostasiklin, dan lain-lain). Selain itu, jejas endotel juga menyebabkan gangguan pada sistem pembekuan
darah akibat kebocoran endotelial berupa konstituen darah termasuk platelet dan fibrinogen.
Vasokontriksi yang meluas akan menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi normal berbagai
macam organ dan sistem. Gangguan ini dibedakan atas efek terhadap ibu dan janin, namun pada dasarnya
keduanya berlangsung secara simultan. Gangguan ibu secara garis besar didasarkan pada analisis terhadap
perubahan pada sistem kardiovaskular, hematologi, endokrin dan metabolisme, serta aliran darah
regional. Sedangkan gangguan pada janin terjadi karena penurunan perfusi uteroplasenta.
Page 4
Perubahan pada organ tubuh
Kardiovaskular
Gangguan berat pada fungsi kardiovaskular sering ditemukan pada kasus-kasus preeklampsia atau
eklampsia. Gangguan tersebut pada dasarnya berhubungan dengan peningkatan afterload yang
diakibatkan oleh hipertensi dan aktivasi endotelial berupa ekstravasasi cairan ke ruang ekstraselular
terutama di paru-paru.
Hemodinamik
Dibandingkan dengan ibu hamil normal, penderita preeklampsia atau eklampsia memiliki
peningkatan curah jantung yang signifikan pada fase preklinik, namun tidak ada perbedaan pada tahanan
perifer total. Sedangkan pada stadium klinik, pada kasus preeklampsia atau eklampsia terjadi penurunan
tingkat curah jantung dan peningkatan tahanan perifer total yang signifikan dibandingkan dengan kasus
normal.
Volume darah
Hemokonsentrasi adalah pertanda penting bagi terjadinya preeklampsia dan eklampsia yang berat.
Pitchard dkk (1984) melaporkan bahwa pada ibu hamil dengan eklampsia tidak terjadi hipervolemia
seperti yang diharapkan. Pada seorang wanita dengan usia rata-rata, biasanya terjadi peningkatan volume
darah dari ± 3500 mL saat tidak hamil menjadi ± 5000 mL beberapa minggu terakhir kehamilan. Dalam
kasus eklampsia, peningkatan volume ± 1500 mL ini tidak ditemukan. Keadaan ini kemungkinan
berhubungan dengan vasokonstriksi luas yang diperburuk oleh peningkatan permeabilitas vaskular.
Hematologi
Abnormalitas hematologi ditemukan pada beberapa kasus hipertensi dalam kehamilan. Diantara
abnormalitas tersebut bisa timbul trombositopenia, yang pada suatu waktu bisa menjadi sangat berat
Page 5
sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyebab terjadinya trombositopenia kemungkinan adalah
peningkatan produksi trombosit yang diiringi oleh peningkatan aktivasi dan pemggunaan platelet. Kadar
trombopoeitin, suatu sitokin yang merangsang proliferasi platelet, ditemukan meningkat pada kasus
preeklampsia dengan trombositopenia (Frolich dkk, 1998). Namun, aggregasi platelet pada kasus
preeklampsia lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal (Baker dan Cunningham, 1999). Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh “kelelahan” platelet akibat aktivasi in vivo. Selain itu, juga ditemukan
penurunan dari faktor-faktor pembekuan plasma dan kerusakan eritrosit sehingga berbentuk bizzare dan
mudah mengalami hemolisis akibat vasospasme berat.
Gambaran klinis preeklampsia dengan trombositopenia ini akan semakin buruk bila juga ditemukan
gejala peningkatan enzim hepar. Gangguan ini dikenal dengan HELLP syndrome, yang terdiri dari
hemolysis (H), elevated liver enzymes (EL), dan low platelet (LP).
Endokrin Dan Metabolisme
Kadar renin, angiotensin, dan aldosteron plasma meningkat pada kehamilan normal. Namun pada
kasus hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan dari kadar ini dibandingkan dengan kehamilan
normal (Weir dkk, 1983).
Renal
Pada kasus preeklampsia, terjadi penurunan aliran darah ginjal sehingga terjadi penurunan laju
filtrasi glomerolus dibandingkan dengan kehamilan normal. Pada ginjal juga terjadi perubahan anatomis
berupa pembesaran glomerolus sebesar 20% (Sheehan, 1950). Penurunan GFR menyebabkan kerusakan
sel glomerulus yang berakibat pada peningkatan permeabilitas membran basalis sehingga terjadi
kebocoran dan proteinuria. Gagal ginjal akut dapat terjadi akibat nekrosis tubular akut oleh ginjal.
Oligouri terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal menurun, bahkan dapat terjadi anuria.
Elektrolit
Edema terjadi akibat hipoalbuminemia dan kerusakan sel endotel kapiler.
Otak
Secara patologi anatomi, pada kasus preeklampsia maupun eklampsia, manifestasi sistem saraf
pusat yang terjadi disebabkan oleh lesi pada otak berupa edema, hiperemia, dan perdarahan. Sheehan
(1950) meneliti otak postmortem 48 orang ibu hamil yang meninggal dengan eklampsia dan ditemukan
Page 6
perdarahan mulai dari perdarahan ptekie sampai masif pada 56% kasus. Keadaan yang selalu ditemukan
pada kasus preeklampsia maupun eklampsia dengan manifestasi neurologis adalah perubahan fibrinoid
pada dinding pembuluh darah otak.
Perfusi Uteroplasenta
Gangguan perfusi uteroplasenta akibat vasospasme hampir dapat dipastikan merupakan penyebab
tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada kasus preeklampsia. Brosens dkk (1972) melaporkan
bahwa diameter rata-rata arteriol spiral miometrium dari 50 ibu dengan kehamilan normal adalah 500 µm.
Dengan pemeriksaan yang sama pada 36 ibu dengan preeklampsia ditemukan diameter rata-ratanya
adalah 200 µm.
Patofisologi hipertensi dalam kehamilan (Friedman dan Liendheimer, 1999)
TERAPI
Preeklampsia ringan
Page 7
Maternal Vascluar Disease
FaultyPlacentation
ExcessiveTrophoblast
Genetic, Immunologic, Inflammatory Factors
Reduced UteroplacentalPerfusion
ENDOTHELIAL ACTIVATION
VasoactiveAgents
Noxius AgentCytokins, Lip PerOx
CappilaryLeaks
Activation ofCoagulation
Vasospasme
Hemocon-centration
Edema Proteinuri Thrombocytopenia
LiverIschemia
Abruption
Seizure
Oliguria
Hyper-tension
- Manajemen umum preeklampsia ringan
1. Terapi pada penyakitnya
2. Rencana apa yang selanjutnya dilakukan pada kehamilan?
a. Pertahankan kehamilan dengan Perawatan kehamilan konservatif atau ekspektatif
atau
b. Terminasi kehamilan dengan Perawatan kehamilan aktif atau agresif
- Tujuan utama perawatan preeklampsia
- Cegah kejang - Cegah gangguan fungsi organ vital
- Cegah perdarahan intrakranial - Melahirkan bayi sehat
- Rawat jalan ( ambulatoir)
- Dianjurkan banyak istirahat (berbaring/tidur miring)
- Usia kehamilan > 20 minggu dianjurkan tirah baring pada posisi miring
Posisi miring tekanan rahim v. Cava inf ↓ Aliran darah balik & curah jantung ↑ Aliran
darah ke organ vital ↑, termasuk ke ginjal GFR di ginjal ↑ diuresis ↑ ekskresi Na ↑,
reaktivitas karvas ↓ sehingga vasospasme berkurang.
Curah jantung ↑ aliran darah rahim ↑ Oksigenisasi plasenta ↑ dan memperbaiki kondisi janin
dalam rahim.
Restriksi garam tidak perlu apabila fungsi ginjal masih baik. Diet yg mengandung 2 gr Na atau 4-6
gr NaCl.
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan roboransia prenatal
Tidak diberikan obat obatan diuretik, antihipertensi, dan sedatif. Restriksi garam tidak perlu apabila
fungsi ginjal masih baik. Diet yg mengandung 2 gr Na atau 4-6 gr NaCl.
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan roboransia prenatal
Tidak diberikan obat obatan diuretik, antihipertensi, dan sedatif. Lakukan pemeriksaan lab Hb, Ht,
fungsi hati, urin lengkap, dan fungsi ginjal.
- Rawat inap (dirawat di RS)
Kriteria dirawat di RS :
a. TD dan Proteinuria dalam 2 minggu tidak membaik
b. Satu atau lebih gejala PEB
Page 8
Selama di RS dilakukan anamnesis, PF, dan lab. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa
pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan
amnion. Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi bagian mata, jantung,
dan lain – lain.
- Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya
a. Kehamilan preterm (<37 mgu), bila TD mencapai normotensif selama perawatan, ditunggu sampai
aterm
b. Kehamilan aterm (>37 mgu), persalinan ditunggu sampai terjadinya onset persalinan atau
dipertimbangkan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
Preeklampsia berat
Perawatan dan pengobatan preeklampsia berat
- Pencegahan kejang
- Pengobatan hipertensi
- Pengelolaan cairan
- Pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat
- Saat yang tepat untuk persalinan
Monitoring selama di RS
1. Observasi dengan teliti dan awasi bila ada tanda klinik seperti:
a. Nyeri kepala
b. Gangguan Visus
c. Nyeri epigastrium
d. Kenaikan cepat berat badan
2. Lakukan pengukuran BB, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan USG dan NST.
Manajemen umum perawatan preeklampsia berat
1. Sikap terhadap penyakit: Pemberian obat – obatan
2. Sikap terhadap kehamilannya:
- Aktif : Manjemen agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika
sudah stabil.
a. Sikap terhadap penyakit : Pengobatan medika mentosa
Page 9
Penderita PEB harus segera masuk RS untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke
satu sisi (kiri).
Pengelolaan cairan merupakan hal yang penting untuk preeklampsia dan eklampsia karena
berisiko tinggi terhadap terjadinya edema paru dan oligouria. Monitoring input cairan (oral
atau infus) dan output (melalui urin) sangat penting. Pada memantau pengeluaran urin dapat
dipasang foley catheter. Oligouria apabila urin < 30cc/jam dalam 2-3 jam atau <500cc/24jam.
Bila terjadi edema paru harus segera dikoreksi dengan :
a. 5% Ringer Dexstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan: <125cc/jam atau
b. Infus Dexstrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan infus RL (60 – 125 cc/jam) 500 cc.
Diberikan antasida : menetralisir asam lambung bila mendadak kejang, menghindari risiko
aspirasi asam lambung yang sangat asam
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
Pemberian obat antikejang
- Obat antikejang adalah :
1. MgSO4
Sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada preeklampsia atau
eklampsia.
Cara kerja :
Menghambat dan menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat Neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan Ca 2+ pada sinaps. Pada
pemberian MgSO4, terjadi kompetitif inhibitor antara ion Ca 2+ dan ion Mg. Pemberian
MgSo4 akan menggeser Ca2+ sehingga aliran rangsangan tidak terjadi.kadar Ca2+ yang tinggi
Syarat pemberian :
- Harus tersedia antidotum MgSo4 bil terjadi intoksikasi, yaitu Kalsium glukonas 10% = 1g
(10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
- Frekuensi pernapasan >16x/menit, tidak ada tanda – tanda distres napas
- Refleks patella (+) kuat
- Tidak oligouri
Cara pemberian :
Loading dose: Initial dose
4 gr MgSO4 IV, (40% dalam 10cc) selama 15 menit
Page 10
Maintenance dose
Diberi infus 6gr dalam larutan Ringer/ 6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gr IM. Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4gr IM tiap 4-6 jam
Dosis terapeutik dan toksis MgSo4
Dosis terapeutik 4-7 mEq/liter 4,8-8,4 mg.dl
Refleks tendon (-) 10 mEq/liter 12 mg/dl
Pernafasan terhenti 15 mEq/liter 18 mg/dl
Jantung terhenti >30 mEq/liter >36 mg/dl
STOP penggunaan bila:
- Tanda intoksikasi (+)
- 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir
Efek Samping : ± 50% pemakaian menimbulkan efek flushes (rasa panas)
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4 maka diberikan salah satu obat
berikut: Tiopental sodium , Sodium amobarbital, diazepam atau Fenitoin.
2. Contoh obat – obat lain yang dipakai untuk antikejang:
- Diazepam
- Fenitoin
Cara kerja : Stabilisasi membran neuron, cepat masuk jaringan otak dan efek antikejang
terjadi terjadi 3 menit setelah injeksi intravena.
Dosis : 15mg/kg BB pemberian IV 50mg/menit.
Hasilnya tidak lebih baik dari MgSO4.
Diuretikum
Tidak diberikan secara rutin kecuali bila ada edema paru – paru, payah jantung
kongestif atau ansarka. Diuretikum yang dipakai ialah Furosemida. Pemberian diuretikum
dapat merugikan, yaitu memperberat hipovolemia, memperburuk sirkulasi utero plasenta,
meningkatkan hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat
janin.
Pemberian antihipertensi
Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas (cut off) tekanan darah,
untuk pemberian antihipertensi.
Page 11
Belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥160/110 mmHg dan MAP ≥126 mmHg
Di RSU Dr Soetomo Surabaya batas tekanan sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan diastolik
≥110 mmHg. TD diturnkan secara bertahap, yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik
dan TD diturunkan mencapai 160/105 atau MAP <125. Dari hasil penelitian, sampai saat ini
belum ada pengobatan antihipertensi yang terbaik dalam kehamilan. Namun yang harus
dihindari secara mutlak, sebagai antihipertensi, ialah pemberian diazokside, ketanserin,
nimodipin, dan MgSO4.
Jenis
Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5mg i.v pelan-pelan selama 5 menit.
Dosis dapat diulang dalam waktu 15-20 menit sampai tercapai tekanan darah yang
diinginkan.
Merupakan suatu vasodilator langsung pada arteriole yang menimbulkan refleks takikardi,
peningkatan CO, sehingga memperbaiki perfusi utero-plasenta.
Hidralazin tidak tersedia di indonesia
Apabila hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
Nifedipin: 10mg, dan dapat diulangi setiap 30 menit (max 120mg/24 jam) sampai terjadi
penurunan tekanan darah. Merupakan obat anti hipertensi lini pertama yang diberikan di
Indonesia. Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilator yang sangat
cepat, sehingga hanya boleh diberikan peroral.
Sodium Nitroprusside: 0,25ug i.v/kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25ug i.v/kg/ 5 menit
Diazokside : 30-60 mg i.v /5 menit; atau i.v infus 10mg/ menit/dititrasi.
Labetalol 10mg i.v. Apabila belum terjadi penurunan tekanan darah, maka dapat diulangi
pemberian 20mg setelah 10 menit, 40mg pada 10 menit berikutnya, diulangi 40mg setelah
10 menit kemudian dan sampai 80mg pada 10 menit berikutnya.
Bila tidak tersedia, maka dapat diberikan Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10cc larutan
garam faal atau air untuk suntikan. Disuntikkan mula-mula 5cc i.v perlahan-lahan selama 5
menit. 5 menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan maka diberikan
lagi sisanya 5 cc i.v selama 5 menit. Kemudian diikuti dengan pemberian secara tetes
sebanyak 7 ampul dalam 500 cc dextrose 5% atau martos 10%. Jumlah tetesan dititrasi untuk
mencapai tekanan darah yang diinginkan, yaitu penurunan MAP sebanyak 20% dari awal.
Page 12
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap 10 menit sampai tercapai tekanan darah yang
diinginkan, kemudian setiap jam sampai tekanan darah stabil.
Edema paru
Pada PEB , dapat terjadi edema paru akibat kardiogenik (payah jantung ventrikel kiri akibat
peningkatan afterload) atau non-kardiogenik (akibat kerusakan sel endotel pembuluh darah
kapilar paru)
Prognosia preeklampsia berat menjadi buruk bila edema paru disertai oligouria.
Glukokortoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu.
Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom
HELLP.
b. Sikap terhadap kehamilan
Berdasar William Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala – gejala
preeklampsia berat selama perawatan; maka sikap terhadap kehamilannya:
1. Aktif (aggresive management) : Berarti kehamilan segera dihentikan/terminasi bersamaan
dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
2. Konservatif (ekspektatif) : Berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medikamentosa.
Penjelasan :
1. Perawatan aktif (agresif) : Sambil memberi pengobatan, kehamilan diakhiri.
- Ibu
Umur kehamilan ≥ 37 minggu.
Adanya tanda – tanda /gejala Impending Eclampsia
Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu : Keadaan klinik dan laboratorik
memburuk
Diduga terjadi solusio plasenta
Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
- Janin
Adanya tanda – tanda fetal distress
Page 13
Adanya tanda – tanda intrauterine growth restriction (IUGR)
NST nonreaktif dengan profil biofsik abnormal
Terjadinya oligohidramnion
- Laboratorik
Adanya tanda – tanda “Sindroma HELLP” khususnya menurunnya trombosit dengan cepat
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik
pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.
2. Perawatan konservatif
Indikasi : Bila kehamilan <37 minggu tanpa disertai tanda impending eclampsia dan keadaan
janin baik
Pengobatan = Terapi medikamentosa pada pengelolaan aktif
Sikap terhadap kehamilannya hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif,
kehamilan tidak diakhiri.
MgSO4 dihentikan bila:
- Ibu sudah mencapai tanda – tanda preeklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam
Bila > 24 jam tidak ada perbaikan, maka dianggap sebagai kegagalan pengobatan
medikamentosa, maka kehamilan harus diterminasi.
Penderita boleh dipulangkan bila kembali ke gejala atau tanda – tanda PER
Faktor penyulit
1. Penyulit ibu
- Sistem saraf pusat
Perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati, edema retina, makular, atau
retina deatachment dan kebutaan korteks.
- Gastrointestinal – hepatik : Subskapular hematoma hepar, ruptur kapsul hepar
- Ginjal : GGA, Nekrosis tubular akut.
- Hematologik : DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi
- Kardiopulmonar : Edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, dpresi atau arrest, pernapasan,
kardiak arrest, iskemia miokardium
- Lain – lain : Asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikan
2. Penyulit janin
Page 14
- IUFGR - Solusio plasenta
- Prematuritas - Sindrom distress napas
- IUFD - Kematian neonatal
- Perdarahan intraventrikular - Necrotizing enterocolitis
- Sepsis - Cerebral palsy
Eklampsia
Perawatan eklampsia
Perawatan dasar yang utama adalah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital. Yang harus selalu
diingat Airway Breathing Circulation (ABC), atasi dan cegah kejang, atasi hipoksemia dan asidemia,
mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan TD, khususnya waktu krisis
hipertensi, melahirkan janin pada waktu dan dengan cara yang tepat.
Perawatan medikamentosa dan suportif pada eklampsia merupakan perawatan yang sangat penting.
Tujuan utama pengobatan medika mentosa eklampsia ialah mencegah dan mengehentikan kejang,
mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal
mungkim sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan cara yang tepat.
1. Pengobatan medikamentosa
- Obat antikejang
Obat antikejang yang menjadi pilihan utama adalah MgSO4. Bila dengan jenis obat ini kejang masih
tak teratasi, dapat dipakai obat jenis lain seperti tiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternatif
pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan
oleh mereka yang berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya disertai dengan memonitor
kadar plasma elektrolit. Obat kardiotonika ataupun obat antihipertensi hendaknya selalu disiapkan
dan diberikan benar- benar atas indikasi.
- Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian MgSO4 pada dasarnya sama seperti pada pemberian MgSO4 pada preeklampsia berat.
- Perawatan pada waktu kejang
Tujuan utama adalah mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang – kejang tersebut.
1. Letakkan pasien ditempat terang (agar sianosis dapat diketahui)
2. Baringkan penderita di tempat tidur lebar dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci
yang kuat.
Page 15
3. Masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita. Jangan mencoba melepaskannya karena dapat
mematahkan gigi.
4. Kepala direndahkan dan daerah orofaring diisap
5. Fiksasi badan pada tenpat tidur harus cukup kendor, guna menghindari fraktur
6. Bila selesai kejang – kejang segera beri oksigen
- Perawatan koma
Tindakan pertama pada penderita yang jatuh koma (tidak sadar) adalah menjaga dan mengusahakan
agar jalan napas tetap terbuka. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan manuver head tilt-neck lift
dan head tilt-chain lift atau dilakukan dengan jaw-thrust. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan
dengan pemasangan oropharyngeal airway. Penderita juga ditidurkan dalam posisi stabil untuk
drainase lendir guna menghindari aspirasi lambung, karena pada pasien koma refleks muntah (-).
Setelah itu Monitoring kesadaran dan dalamnya koma dengan Glasgow Coma Scale. Bila koma
berlangsung lama dan nutrisi yang tidak memungkinkan dapat diberikan melalui Naso Gastric Tube
(NGT).
- Perawatan edema paru
Bila edema paru terjadi maka harus dirawat di ICU karena butuh perawatan animasi dengan
respirator.
2. Pengobatan obstetrik
Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin. Persalinan diakhiri bila mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan
metabolisme ibu. Bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring TTV dilakukan sebagaimana
lazimnya.
Sindroma HELLP
Definisi
Sindroma HELLP ialah preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzim
hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia.
H : Hemolysis
EL : Elevated Liver Enzyme
LP : Low Platelets Enzyme
Page 16
Diagnosis
Didahului tanda dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala, mual, muntah (semuanya
ini mirip tanda dan gejala infeksi virus)
Adanya tanda dan gejala preeklampsia
Tanda-tanda hemolisis intravaskular, khususnya kenaikan LDH, AST, dan bilirubin indirek
Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar : kenaikan ALT, AST, LDH
Trombositopenia
Trombosit ≤ 150.000/ml
Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen, tanpa memandang
ada tidaknya tanda dan gejala preeklampsia, harus dipertimbangkan sindroma HELLP.
Klasifikasi sindroma HELLP menurut klasifikasi Mississippi
Berdasarkan kadar trombosit darah, maka sindroma HELLP diklasifikasi dengan nama
“Klasifikasi Mississippi”.
Klas I : Kadar trombosit : ≤ 50.000/ml
LDH ≥ 600 IU/l
ASTdan/atau ALT ≥ 40 IU/l
Klas II : Kadar trombosit > 50.000 ≤ 100.000/ml
LDH ≥ 600 IU/l
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l
Klas III : Kadar trombosit > 100.000 ≤ 150.000/ml
LDH ≥ 600 IU/l
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l
Diagnosis banding preeklampsia-sindroma HELLP
Trombotik angiopati
Kelainan konsumtif fibrinogen, misalnya:
- Acute fatty liver of pregnancy
- Hipovolemia berat/perdarahan berat
- Sepsis
Kelainan jaringan ikat: SLE
Penyakit ginjal primer
Page 17
Terapi medikamentosa
Mengikuti terapi medikamentosa preeklampsia-eklampsia dengan melakukan monitoring kadar
trombosit tiap 12 jam. Bila trombosit < 50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumtif, maka harus
diperiksa waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, dan fibrinogen.
Pemberian dexamethasone rescue, pada antepartum diberikan dalam bentuk double strength
dexamethasone (double dose).
Jika didapatkan kadar trombosit < 100.000/ml atau trombosit 100.000-150.000/ml dengan disertai
tanda-tanda, eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium, maka diberikan deksametason 10 mg i.v. tiap
12 jam. Pada postpartum deksametason diberikan 10 mg i.v. tiap 12 jam 2 kali, kemudian diikuti 5 mg i.v.
tiap 12 jam 2 kali. Terapi deksametason dihentikan, bila telah terjadi perbaikan tanda dan gejala-gejala
klinik preeklampsia-eklampsia. Dapat dipertimbangkan pemberian transfusi trombosit, bila kadar
trombosit, bila kadar trombosit < 50.000/ml dan antioksidan.
Sikap pengelolaan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP ialah aktif, yaitu kehamilan diakhiri
(diterminasi) tanpa memandang umur kehamilan. Persalinan dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominal.
Kematian ibu dan janin
Kematian ibu bersalin pada Sindroma HELLP cukup tinggi yaitu yaitu 24 %. Penyebab kematian
dapat berupa kegagalan kardiopulmonar, gangguan pembekuan darah, perdarahan otak, ruptur hepar, dan
kegagalan organ multipel.
Demikian juga kematian perinatal pada sindroma HELLP cukup tinggi, terutama disebabkan oleh
persalinan preterm.
Pengelolaan
Diagnosis dini sangat penting mengingat banyaknya penyakit yang mirip dengan Sindroma
HELLP. Pengobatan sindroma HELLP juga harus memperhatikan cara-cara perawatan dan pengobatan
pada peeklampsia dan eklampsia. Pemberian cairan intravena harus sangat hati-hati karena sudah terjadi
vasospasme dan kerusakan sel endotel cairan yang diberikan adalah RD 5 %, bergantian RL 5 % dengan
kecepatan 100 ml/jam dengan produksi urin dipertahankan sekurang-kurangnya 20 ml/jam. Bila hendak
dilakukan seksio sesarea dan bila trombosit < 50.000/ml, maka perlu di transfusi trombosit. Bila
trombosit < 40.000/ml, dan akan dilakukan seksio sesarea maka perlu plasma dengan tujuan
menghilangkan sisa-sisa hemolisis mikroangiopati.
Page 18
Doublestrength dexamethasone diberikan 10 mg i.v. tiap 12 jam segera setelah diagnosis
sindroma HELLP ditegakkan. Kegunaan pemberian double strength dexamethasone ialah untuk (1)
kehamilan preterm, meningkatkan pmatangan paru janin dan (2) untuk sindroma HELLP sendiri dapat
mempercepat perbaikan gejala klinik dan laboratorik.
Pada sindroma HELLP postpartum diberikan deksametason 10 mg i.v. setiap 12 jam disusul
pemberian 5 mg deksametason 2 x selang 12 jam (tappering off).
Perbaikan gejala klinik setelah pemberian deksametason dapat diketahui dengan: meningkatnya
produksi urin, trombosit, menurunnya tekanan darah, menurunnya kadar LDH, dan AST. Bila terjadi
ruptur hepar sebaiknya segera dilakukan pembedahan lobektomi.
Sikap terhadap kehamilan
Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP, tanpa memandang umur kehamilan, kehamilan
segera diakhiri. Persalinan dapat dilakukan perabdominan atau pervaginam. Perlu diperhatikan adanya
gangguan pembekuan darah bila hendak melakukan anestesi regional (spinal).3
Page 19