hct
DESCRIPTION
hmmmmTRANSCRIPT
HEMATOLOGI
“PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT (Hct) ATAU
PACKED CELL VOLUME (PCV)”
OLEH:
I GUSTI AYU PUTU WIDIA SATIA PADMA
(P07134014023)
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
I. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah
probandus.
3. Mahasiswa dapat langsung menginterpretasikan hasil penetapan nilai
Hematokrit (Hct) darah probandus.
II. METODE
Makrometode dan Mikrometode
III. PRINSIP
Apabila darah dicentrifuge, sel-sel yang lebih berat (Eritrosit) akan meurun
kedasar tabung, sedangkan sel-sel yang lebih ringan (Leukosit dan
Trombosit) berada diatas sel – sel yang berat tdi.
IV. DASAR TEORI
Hematokrit biasanya digunakan untuk membantu keputusan klinis yang
melibatkan volume sel dan plasma darah. Salah satu gold standar yang
digunakan untuk pemeriksaan hematokrit adalah menggunakan radioaktif,
namun radiokatif ini bersifat mahal dan invasif untuk dimasukkan dalam
rutinitas klinis. RCV diambil darah vena dan diberi antikoagulan setelah itu
darah disentrifus. Penghitungan RCV dilakukan dengan menghitung sel
eritrosit dalam volume darah dan dinyatakan dalam persentase. Nilai
hematokrit berbanding lurus dengan kadar hemoglobin. (Matthias,
Jacob.2012)
Tingkat hematokrit rendah atau tinggi berhubungan dengan morbidibitas
dan mortalitas, yang ditandai dengn peristiwa anemia atau tromboemboli.
Nilai hematokrit dikatakan tinggi bila nilainya (≥47.7%), hematokrit dengan
nilai (<41,0%) dikategorikan sebagai hematokrit rendah, hematokrit dengan
nilai antara 41,0% dan 47,6% dikategorikan sebagai hematokrit normal.
(channing J paller. 2012)
V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Tabung hematokrit Wintrobe
Pipet hematokrit
Tabung mikrokapiler
Centrifuge Mikrohematokrit
b. Bahan
Darah kapiler atau darah vena
Readacrit
VI. CARA KERJA
A. Makrometode menurut Wintrobe:
1. Tabung Wintrobe diisi dengan darah oxalat atau cukup sampai garis
tanda 100.
2. Tabung itu dimasukkan kedalam centrifuge yang cukup besar,
pusinglah selama 30 menit pada kecepatan 3000 rpm
3. Bacalah hasil penetapan itu.
B. Mikrometode:
1. Tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikro
hematokrit dengan darah.
2. Ujung satu ditutup dengan dempul.
3. Tabung kapiler itu dimasukkan kedalam centrifuge khusus
(centrifuge mikrohematokrit) dengan kecepatan 16000 rpm atau
lebih.
4. Pusinglah selama 3-5 menit.
5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan graik atau alat
khusus.
VII. NILAI RUJUKAN
Pria : 40 – 48 vol%
Wanita : 37 – 43 vol%
VIII. HASIL PENGAMATAN
Identitas Probandus
Nama : I Putu Eka Juliantara
Usia : 19 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hasil Pemeriksaan Hematokrit : 48 vol%
Foto Praktikum
Tabung mikrokapiler
Tabung EDTA berisi sampel darah vena
Tabung mikrokapiler diiisi ditutup dengan malam atau dempul
Tabung mikrokapiler sebelum di centrifuge
Tabung mikrokapiler
diletakkan dalam centrifuge
Kemudian ditutup dengan penutup
Centrifuge dengan
kecepatan 12.000 rpm dengan waktu 10 menit
Tabung mikrokapiler setelah dicentrifuge
Pembacaan tingginya eritrosit menggunakan
readcreat
IX. PEMBAHASAN
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus
yang sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa
berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia,
polisitemia. Nilai hematokrit adalah besarnya volume total sel-sel darah,
khususnya eritrosit yang dibandingkan dengan volume keseluruhan darah
dan dinyatakan dalam persen (%). Prinsip dari pemeriksaan hematokrit
adalah darah dengan Antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan
kecepatan putar tertentu sehingga sel-sel terpisah kedasar tabung
sedanngkan sel-sel yang ringan (leukosit & trombsit) berada diatas sel-sel
yang lebih berat. Presentasi volume darah semula dicatat sebagai hasil
pemeriksaan hematokrit/ packed cell volume (PCV). Berdasarkan
reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di
antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung
eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap
anemia. Pemeriksaan hematokrit terdiri dari 2 metode yaitu metode
makrometode dan mikrometode. Makrometode menggunakan tabung
wintrobe, memiliki diameter dalam 2,5 - 3 mm, dengan panjang 110 mm
dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm, yang dimana volume tabung
1 mm. Memiliki prinsip sampel darah yang disentrifus dalam waktu tertentu
kemudin dibaca volume dari masa eritrosit yang telah dipadatkan didasar
tabung dan dinyatakan dalam sekian % dari volume semula (volume%).
Metode ini memiliki kesalahan sebesar 1%. Selain itu pemeriksaan
hematokrit dapat juga digunakan dengan metode automatic yaitu
menggunakan hematologi analyzer.
Sedangkan mikrometode menggunakan tabung mikrokapiler dengan
panjang 75 mm dan diameter 1 mm. Macam-macam tabung yang digunakan
tabung berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler
(langsung). Tabung tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/ammonium-kalium-oksalat dari darah vena. Dengan prinsip
sejumlah darah dimasukkan kedalam tabung kapiler lalu dilakukan
sentrifugasi untuk mendapatkan nilai hematokrit yang diukur menggunakan
Ht Reader. Kesalahan pada metode ini berkiasar 2%.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan hematokrit ada baiknya kita
menggunakan APD dengan baik dan benar, kemudian alat dan bahan
disiapkan. Bahan yang digunakan adalah sampel darah. Darah yang
diperoleh berasal dari darah vena, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
dengan antikoagulan EDTA untuk menghindari pembekuan darah. Proses
pengambilan darah dilakukan 1 jam sebelum diperiksa dan disimpan dalam
antikoagulan EDTA. Dimana fungsi dari EDTA adalah EDTA (Ethylene
Diamine Tetra Acetate), sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garam-
garam itu mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion.
Sampel darah EDTA memiliki batasan waktu penyimpanan maksimal
selama 2 jam, karena jika lebih dari batasan waktu eritrosit dapat
membengkak dan trombosit dapat mengalami disintegrasi. Tiap 1 mg EDTA
menghindarkan membekunya 1 ml darah. EDTA sering dipakai dalam
bentuk larutan 10%. Pemeriksaan hematokrit dapat menggunakan sampel
darah kapiler maupun sampel darah vena. Darah kapiler digunakan jika
jumlah darah yang dibutuhkan sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang
dibutuhkan lebih dari 0,5 ml lebih baik menggunakan darah vena.
Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung jari
atau cuping telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena pada orang
dewasa pada dasarnya semua vena superfisial dapat dipakai namun yang
sering digunakan ialah vena mediana cubiti karena mempunyai fiksasi yang
lebih sehingga memudahkan pada saat sampling (Gandasoebrata, 2008).
Parktikum kali ini kita melakukan pemeriksaan dengan darah vena dan
menggunakan metode mikrometode. Setelah dilakukan pengambilan darah
maka mulai lakukan pemipetan darah dengan menggunakan pipet
mikrokapiler bertanda biru yang dimasukkan kedalam tabung darah. Dengan
gaya kapilaritas pada pipet maka darah akan terserap masuk ke dalam pipet.
Mikropipet diisi dengan darah sebanyak 2/3 bagian dari pipet. Usahakan
pada saat melakukan pemipetan tidak terdpat gelembung udara karena akan
mempengaruhi proses pembacaan. Jika volume yang diinginkan sudah
tercapai maka tutup salah satu ujung pipet dengan tangan agar darah tidak
keluar lagi dari pipetnya. Kemudian salah satu lubang tabung ditancapakan
beberapa kali pada dempul atau malam sambil diputar agar tabung tertutup
dengan erat. Fungsi malam atau dempul disini adalah agar pada saat
dilakukannya proses sentrifugasi, darah tidak keluar dari pipet akibat pipet
tidak tertutup dengan rapat. Kemudian letakkan tabung mikropipet pada
sentrifus dengan ujung pipet yang tanpa dempul menghadap kedalam atau
berada pada bagian dalam dan ujung pipet dengan dempul menghadap
keluar. Penempatannya harus berada dalam posisi yang seimbang agar tidak
mempengaruhi kerja dari sentrifus. Ditutup dengan penutup lalu ditutup
dengan penutup. Ataur kecepatan yaitu 12.000 rpm dalam waktu 10 menit,
lalu lakukan pemusingan.
Dalam proses pemeriksaan hematokrit, pemusingan dapat mempercepat
terjadinya pengendapan/penempatan eritrosit, ini disebabkan adanya gaya
tarik gravitasi yang diimbangi oleh plasma yang bergeser ke atas karena
adanya getaran pada dasar tabung. Sehingga akan terjadi pemisahan yang
cepat bila berat sel meningkat, dan kecepatan berkurang apabila permukaan
sel lebih luas. Sel-sel kecil mengendap lebih lambat daripada sel-sel yang
menggumpal, karena bila sel-sel menggumpal peningkatan getah gumpalan
lebih besar daripada peningkatan luas permukaan. Jadi, untuk komponen
yang memiliki massa jenis lebih besar (eritrosit) akan terus
bergerak/bergeser ke bawah hingga mencapai titik maksimal. Begitu pula
sebaliknya untuk komponen yang memiliki massa jenis lebih kecil seperti
plasma berada di atas eritrosit (menempati bagian atas tabung) hingga
mengalami pemadatan/pemampatan. Setelah 10 menit proses sentrifus
selesai, tunggu sampai terdengar bunyi “beep” itu tandanya sentrifus dapat
dibuka dan diambil tabung mikropipet dan diukur eritrositnya menggunakan
Readcreat atau Ht Reader.
Dalam pembacaan hasil harus memperhatikan hal-hal berikut,
1. Lapisan pertama berada diatas yaitu plasma berwarna agak kuning,
warna kuning itu dapat dibandingkan dengan larutan kalium
bicarbonat dan intensitasnya disebut dengan satuan. Satu satuan
sesuai dengan warna kalium bicarbonat 1 : 10000.
2. Lapisan kedua berada di tengah adalah lapisan putih yang terdiri dari
leukosit dan trombosit yang sering disebut juga dengan buffy coat.
Buffy Coat ini terdiri dari dua penyusun dimana bagian atasnya
terdiri atas sel-sel trombosit dan bagiannya terdiri atas sel-sel
leukosit. Untuk orang normal biasanya buffy coat ini memeiliki
ketebelan yang kecil, jika buffy coat ini tebal itu berarti terdapat
banyaknya sel trombosit dan leukosit. Setiap 1 ml buffy coat secara
kasar sesuai dengan 10.000 leukosit per ul darah.
3. Kemudian lapisan ketiga volume sel eritrosit. Pada lapisan inilah
yang akan kita baca berapa dari volume erotrositnya.
Pada proses pembacaan yang diukur adalah eritrositnya yaitu dengan
cara menepatkan ujung cairan plasma diangka 100 dan menepatkan antara
bagian darah dan malam pada nilai 0. Cari posisi hingga sesuai dengan
hasilnya. Hasilnya dinyatakan dalam sekian %.
Diperoleh volume eritrosit dalam pemeriksaan hematokrit pada pasien
probandus yang bernama I Putu Eka Juliantara, dengan jenis kelamin laki-
laki dan berusia 19 th yaitu 48 vol %. Jika dibandingkan dengan nilai
rujukan normal pada pemeriksaan hematokrit untuk pria yaitu 40-48 vol %
maka pasien masih berada dalam batas normal. Diperoleh nilai hematokrit
normal karena, pasien tidak memilki riwayat penyakit serius yang dapat
mengakibatkan nilai heatokritnya menjadi tinggi atau rendah.
Nilai hematokrit ini berbanding lurus dengan nilai kadar hemoglobinnya.
Jika nilai hematokritnya tinggi dapat diindikasikan pasien mengalami
polisitemia dan kadar hemoglobinnya. Sedangkan jika nilai hematokritnya
rendah dapat diindikasikan pasien mengalami anemia dan kadar
hemoglobinnya rendah. Interpretasi hasil nilai hematokrit :
- Hematokrit tinggi bila pasien mengalami polisitemia, DBD,
polisitemia vera, penyakit paru obstruksi menahun, dehidrasi.
- Hematokrit rendah bila pasien mengalami anemia, leukimia dan
pendarahan.
Pemeriksaan hematokrit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah:
a. Radius centrifuge
Kecepatan mengendapnya eritrosit, dipengaruhi oleh radius
centrifuge yaitu semakin kecil radius centrifuge maka akan semakin
cepat terjadi pengendapan eritrosit. Begitu pula sebaliknya semakin
besar radius centrifuge maka akan semakin lambat terjadinya
pengendapan eritrosit.
b. Kecepatan centrifuge
Makin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya
pengendapan eritrosit dan sebaliknya semakin rendah kecepatan
centrifuge semakin lambat terjadinya pengendapan eritrosit.
c. Waktu centrifuge/pemusingan
Selain radius dan kecepatan centrifuge, lamanya pemusingan juga
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan hematokrit. Makin lama
waktu pemusingan maka hasil yang diperoleh semakin maksimal.
Dalam proses pemeriksaan hematokrit dengan metode makro
dilakukan pemusingan pada kecepatan 3000 rpm, sedangkan pada
metode mikro pada kecepatan 16000 rpm atau bias juga dengan
kecepatan 12.000 rpm tergantung dari jenis sentrifusnya, terhadap
sampel darah untuk memperoleh hasil yang baik. Makin lama waktu
centrifuge semakin banyak terjadinya pengendapan eritrosit dan
sebaliknya semakin cepat waktu centrifuge semakin sedikit
terjadinya pengendapan eritrosit.
d. Perbandingan antara antikoagulan dengan darah
Perbandingan antara antikoagulan dengan darah harus tepat dan
bercampur secara homogen. Bila darah yang diperiksa sudah
membeku maka sebagian hasil pemeriksaan hematokrit
(pengendapan eritrosit) akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen
sudah terpakai dalam pembekuan.
e. Penyimpanan sampel
Pemeriksaan hematokrit harus dikerjakan dalam waktu kurang dari 2
jam setelah pengambilan sampel/darah. Sampel darah yang dibiarkan
terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk
rouleaux dan hasil pemeriksaan hematokrit menjadi lebih lambat.
f. Jumlah Eritrosit
Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak (polisitemia)
maka nilai hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit
(dalam keadaan anemia) maka nilai hematokrit akan menurun.
g. Tabung yang dipakai, baik tabung wintrobe maupun tabung
mikrohematokrit harus bersih dan kering.
h. Tidak boleh terjadi/terdapat gelembung udara
i. Ketetapan dalam membaca skala, apabila pembacaan pada skala
salah maka penetapan hasil juga akan salah (Umiyanti, TH Arif.2012)
Selain faktor-faktor di atas, faktor-faktor yang meningkatkan nilai hematokrit,
antara lain :
a. Statis tourniquet berkepanjangan
b. Suhu dingin
c. Peningkatan aktivitas otot
d. Posisi berdiri tegak
e. Teknik pemusingan
Adapun faktor-faktor yang menurunkan nilai hematokrit, antara lain :
a. Volume darah yang berlebihan
b. Posisi berbaring terlentang
c. Kebocoran tabung selama pemusingan
d. Teknik pemeriksaan otomatik
Dalam pemeriksaan hematokrit umumnya terdapat 2 metode yang
digunakan yaitu metode makro menggunakan tabung wintrobe dan metode
mikro menggunakan mikrokapiler. Dari setiap metode yang digunakan pasti
memiliki kelebihan dan kelemahannya.
Adapun kekurangan dari metode makro (wintrobe) yaitu: darah yang
dipakai dalam pemeriksaan harus benar-benar tercampur atau homogen, tidak
boleh menggunakan darah tanpa antikoagulan. Sedangkan kelebihannya pada
metode makro (wintrobe), lapisan putih (buffy coat) jelas terlihat, intensitas
warna plasma terang.
Pada metode mikro, kelebihannya yaitu darah yang digunakan sedikit,
tanpa dicampur antikoagulan. Sedangkan kekurangan dari metode mikro yaitu
lapisan putih (buffy coat) sukar dilihat, intensitas warna plasma juga kurang
nyata.
Tetapi pada dasarnya, pemeriksaan hematokrit menggunakan metode
makro (wintrobe) dan metode mikro terdapat perbedaan pada cara kerjanya,
tetapi pada hasilnya tidak terdapat perbedaan.
Dalam suatu pemeriksaan, pasti akan terdapat suatu kesalahan, tetapi
alangkah baiknya kalau kita sebagai tenaga kesehatan dapat meminimalisir
dari kesalahan tersebut. Berikut beberapa kesalahan yang mungkin dapat
terjadi dalam pemeriksaan hematokrit. Antara lain:
1. Pra-analitik
Pada proses ini kesalahan yang sering terjadi misalnya, persiapan
pasien, mengambil sampel menggunakan semprit dan jarum yang basah,
pemasangan tourniguet yang terlalu lama sehingga terjadi
hemokonsentrasi.
2. Analitik
Pada tahap ini kesalahan dapat berasal dari :
- Alat : kesalahan pada alat yang digunakan misalnya pipet yang
digunakan kotor, alat tidak dikalibrasi, metode yang digunakan, dll.
- Teknik : kesalahan teknik misalnya, volume darah tidak tepat,
pencampuran tidak homogen, terdapat gelembung udara dalam pipet.
3. Pasca Analitik
Kesalahan pada tahap ini biasanya bersifat administratif. Salah dalam
penulisan nama, umur atau alamat pasien, penulisan hasil dan pelaporan hasil.
X. SIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan tentang penentuan kadar hematokrit
dengan pasien probandus yang bernama I Putu Eka Juliantara, berjenis
kelamin laki-laki, berusia 19 th diperoleh volume eritrositnya yaitu 48 vol %.
Nilai yang diperoleh dibandingkan dengan kadar normal untuk laki-laki
yaitu 40-48 vol%. Dapat disimpulkan bahwa pasien dalam keadaan normal
karena volume erirositnya masih berada dalam batas normal, dan pasien
tidak memiliki riwayat penyakit serius yang dapat mempengaruhi nilai
hematokritnya tinggi atau rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Channing, J Paller. 2012. Association Between Sex Steroid Hormones and Hematocrit
in a Nationally Representative Sample of Men. [online]. Tersedia:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3774012/?report=classic.
[diakses: 4 Oktober 2015. 21.30 wita]
Gandosoebrata. 2008. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Matthias,Jacob. 2012. Haematocrit is invalid for estimating red cell volume: a
prospective study in male volunteers. [online]. Tersedia:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3496233/?report=classic .
[diakses: 4 oktober 2015. 21.00 wita]
Sianny, Herawati dkk. 2016. Penuntun Praktikum Hematologi Semester III. Politeknik
Kesehatan Denpasar: Jurusan Analis Kesehatan
Umiyanti, TH Arif. 2012. PERBEDAAN PEMERIKSAAN HEMATOKRIT METODE
MAKRO (WINRTOBE) DAN METODE MIKRO. [online]. Tersedia:
yMMu'Lv'Onew Edogawa Karya Tulis Ilmiah.pdf. [diakses: 4 Oktober 2015.
22.00 wita]
Denpasar, 7 Oktober 2015
Praktikan,
(I Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma)
Lembar Pengesehan
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Dr. dr. Sianny Herawati, Sp.Pk) (Rini Riowati, B.Sc)
Pembimbing III, Pembimbing IV,
(I Ketut Adi Santika, A.Md. AK) (Luh Putu Rinawati, S.Si)
Pembimbing V,
(Surya Bayu Kurniawan, S.Si)