hazrat mirza ghulam ahmad -...

30

Upload: truongtuong

Post on 14-Mar-2018

234 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara
Page 2: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara
Page 3: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 1

T a u s i a hT a u s i a hT a u s i a hT a u s i a hT a u s i a h

Dalam hidup beragama,dikenal adanya dua ma-cam penderitaan, yakni

penderitaan syar’iyah dan pen-deritaan samawiyah.

Penderitaan syar’iyah antaralain berupa shalat, puasa, hajidan zakat. Untuk menjalankanshalat, manusia terpaksa meng-hentikan segala urusannya yanglain, apalagi kalau harus pergi ke masjid.Pada saat dingin, dia harus bangun di akhirmalam menjelang fajar. Di bulan Rama-dhan, dia seharian penuh harus menahanlapar dan haus. Saat menunaikan ibadahhaji, dia harus memikul berbagai kesulitandalam perjalanan. Dalam menunaikan za-kat, dia harus menyerahkan sebagian hasilusaha dan cucuran keringatnya sendiri bagiorang lain.

Penderitaan syar’iyah adalah penyebabadanya pahala bagi manusia dan memper-dekat langkahnya ke arah Tuhan. Namundemikian, dalam hal itu manusia diberi ke-longgaran. Manusia diperbolehkan mencaricara yang cocok dan mudah baginya. Diwaktu musim dingin, boleh saja memanas-kan air untuk berwudhu. Karena menderitasakit tertentu dan tidak dapat menjalankanshalat dengan berdiri, maka shalat itu dapatdilakukan dengan duduk. Pada bulan Ra-

madhan, di waktu sahur orangdapat bangun lalu makan sepu-asnya. Bahkan sebagian orangpada bulan Ramadhan lebih ba-nyak mengeluarkan biaya kon-sumsi daripada hari-hari biasa diluar bulan itu.

Jadi, dalam penderitaan syar-’iyah itu, sedikit banyak manusiamemperoleh keringanan. Oleh

karena itu, dengan penderitaan syar’iyahsaja manusia belum bisa mencapai kesuci-an ruhani secara sempurna dan tidak mung-kin secepatnya meraih tahap dekat denganAllah.

Allah Ta’ala menjelaskan jenis pende-ritaan di atas dalam QS Al-Baqarah (2):3.Kaum beriman adalah mereka yang ber-iman kepada Dzat yang Ghaib, yakni AllahTa’ala, dan menegakkan shalat. Orang yangmenegakkan shalat ialah dia yang meski-pun telah muncul ribuan khayalan yangmengaburkan dan memutarbalikkan kon-sentrasi jiwanya, namun dia berulang kaliberusaha sampai titik maksimal kemampu-annya untuk tetap tegak shalatnya dan te-tap konsentrasi menghadap Allah, dan mem-belanjakan sebagian harta yang telah di-anugerahkan kepadanya.

Itulah penderitaan syar’iyah. Akan tetapikita tidak dapat mengandalkan penderitaan

Hikmah Penderitaan Dalam Kehidupan

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad

Page 4: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 20142

syar’iyah itu untuk memperoleh pahala se-cara sempurna. Karena manusia seringkalilalai dalam memikul penderitaan semacamitu. Kebanyakan orang, misalnya, menja-lankan shalat hanya sebagai ritual belaka,karena tak tahu hakikat dan inti shalat.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan de-rajat manusia, ditetapkan juga penderitaansamawiyah. Dalam penderitaan samawi-yah, bila itu telah turun dari langit, manusiatidak berwenang untuk memilih atau meng-hindarinya. Mau tidak mau, manusia harusmemikul dan menanggungnya. Karena itu,dengan mengalami penderitaan samawi-yah, manusia bisa mencapai tingkat kede-katan dengan Allah (taqarrub).

Sehubungan dengan hal itu, Allah Ta’alaantara lain menjelaskan: “SesungguhnyaKami akan mengujimu dengan sesuatu dariketakutan, kelaparan dan kehilangan harta,jiwa, dan buah-buahan. Dan berilah kabarbaik kepada orang yang sabar, yaitu orangyang apabila suatu musibah menimpa me-reka, mereka berkata: Sesungguhnya kamimilik Allah, dan kami akan kembali kepada-Nya. Inilah orang yang memperoleh karu-nia dan rahmat dari Tuhan mereka. Dan ini-lah orang yang terpimpin pada jalan yangbenar” (QS Al-Baqarah [2]:155-156).

Musibah-musibah itu ditimpakan olehtangan Allah sendiri, sebagai suatu ujian.Kadang ujian itu membuat manusia meng-alami ketakutan luar biasa, hingga terlintasdi benaknya berbagai akibat yang amat bu-ruk. Dalam suasana semacam itu, duniaterasa sempit dan segala persoalan nampakamat sulit baginya.

Ayat di atas menyebutkan beberapa daribermacam penderitaan samawi, misalnyakerugian dalam usaha, mungkin tokonyarusak atau kecurian, kerugian dari tanaman

dan buah-buahan yang rusak karena dima-kan hama, atau penderitaan yang disebab-kan karena meninggalnya anak, buah kasihyang sangat dicintainya. Dalam bahasaArab, anak disebut juga tsamar (buah).

Cobaan karena kehilangan anak me-mang terasa amat berat dan menyusahkan.Banyak orang dalam keadaan bingung me-nulis surat kepadaku, agar aku mendoakananak-anak mereka. Bahkan sebagian orangyang lemah imannya menjadi ingkar kepa-da Tuhan oleh karena kematian anaknya.Ada pula orang yang terlalu mencintai anak-nya melebihi cintanya kepada Tuhan, yangkarena itu secara tidak langsung dia telahmenyekutukan Allah dengan anaknya. Adapula beberapa orang yang berpindah aga-ma, hanya karena mengikuti anak yang di-cintainya.

Ini bukanlah berarti Allah itu kejam. Se-bab, selama orang yang terlibat kesulitandan penderitaan itu sabar, maka pahalanyaakan semakin banyak seiring kian bertam-bahnya kesabarannya. Allah adalah Maha-pengasih lagi Maha-pengampun. Dia me-limpahkan penderitaan pada manusia tidaksemata-mata dengan maksud agar manusiamemikul penderitaan itu, akan tetapi agarsupaya manusia dapat semakin maju me-ningkatkan kualitas dan derajat hidupnya.

Kaum sufi berkata, “Orang fasiq akanmengundurkan langkah dan berputus asadi saat cobaan datang kepadanya, tetapiorang saleh justru akan semakin meman-tapkan hati dan memajukan langkahnya.”[]

[Diterjemahkan oleh Yatimin ASdari Kitab Malfuzhat, Jilid X, hlm. 77-85]

Page 5: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 3

Bakda Salam. Yang saya hormati se-genap warga dan pengurus Gerak-an Ahmadiyah Indonesia, yang ti-

dak bisa saya sebutkan satu persatu, dantamu undangan yang berbahagia. Sebenar-nya agak sedikit malu dan mungkin kurangpantas saya harus berbicara di hadapanpara senior saya, baik dalam pengalamanakademik maupun dalam pengalaman ber-masyarakat. Hanya karena hubungan baiksajalah saya diperkenankan hadir. Karena,saya menganggap Ahmadiyah juga saudarakami yang layak saya datangi dan sayasowani.

Islam akan menjadi besar ketika kitamampu menunjukkan bahwa ketakwaan

sebenarnya bukan suatu karakter personalsaja, tapi ketakwaan juga mempunyai impli-kasi sosial yang sangat luas. Seringkali da-lam khotbah, pengajian, dan lain sebagai-nya, kita mengungkapkan ayat “yâ ayyuhal-ladzîna âmanut-taqullâha haqqa tuqâtih”(QS 3:102 –red). Sayang ayat itu hanya di-potong, tidak dibaca secara lengkap. Se-hingga ketika kita merasa menjadi palingtakwa, orang lain kemudian kita vonis kafir,halal darahnya, sesat, di luar Islam, dan lainsebagainya.

Padahal ketakwaan memiliki karaktersosial yang sangat humanis, sangat etis, dansangat kultural. Karena Al-Quran (QS 3:103-104 –red) kemudian menganjurkan,

“Wahai Bani Adam, sesungguhnya Kami menurunkan pakaian kepadamuuntuk menutupi aibmu, dan pula (pakaian) untuk keindahan,

dan pakaian untuk menjaga diri dari kejahatan – inilah (pakaian) yang paling baik.Inilah sebagian dari tanda-tanda Allah agar mereka ingat.” (QS Al-A’raf [7] : 26)

Islam Rahmatan Lil ‘AlaminK.H. Abdul Muhaimin

Pimpinan PP Nurul Ummahat, Yogyakarta

ARTIKEL

Page 6: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 20144

“wa’tasimû bi hablillâhi jamî’aw-walâ tafar-raqû”. Itulah karakter sosial haqqa tuqâtih.Orang yang tamûtunna illâ wa antum-muslimûn adalah dia yang wa’tasimû bihablillâhi jamî’aw-walâ tafarraqû, yang tidakmenyebabkan perpecahan. Kalau ayat inidipahami dengan disiplin ilmu tafsir, makamafhum mukhalafah dari walâ tafarraqûadalah berarti kita diharuskan untuk salingtolong menolong.

Kohesifitas macam inilah yang sekaranghilang. Yang terjadi sekarang ini, ketika ter-jadi perbedaan pendapat, kemudian oranglain disingkirkan. Bahkan dia mengklaimdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur-ga. Saya sering membuat joke buat merekayang mengaku paling islami dan palingberhak masuk surga. Lha, kalau surganyahanya dihuni mereka, kan kesel leh nyapu,tho Pak! Karena surga itu sangat luas, kena-pa kok diklaim untuk sendiri!

Saya sedih, karena Islam sekarang inidibangun dalam format tunggal. Misal,orang yang paling takwa itu harus, maaf,bathuke ditato. Kalau keningnya tidaktatonan itu kurang takwa. Lalu harus jeng-goten. Konon katanya kalau jenggotan,nanti akan banyak malaikat-malaikat yangbergelantungan di jenggot itu. Saya bukananti orang yang berjenggot. Tapi klaim-klaimsimbolik semacam itu, kan tidak benar.Yang berjenggot silakan. Saya sendiri nggakbisa memelihara jenggot. Rambut saya ja-rang sekali, nanti kalau saya pelihara jeng-got malah kayak kambing etawa. Persoal-annya adalah persoalan estetika, masalahpenampilan, begitu!

Sebagai sebuah agama universal, Islamitu non-teritori. Sama seperti agama-agamalain, kalau kita belajar sejarah. Misalnya,Budha lahir di India. Tapi ketika India sudah

tidak cocok lagi dengan etika budhisme, yaBudha pergi. Nasrani itu disebut demikiankarena Isa dari Nazaret. Sekarang mencariorang Kristen di Nazaret susah sekali, yangada tinggal situsnya. Islam memang lahirdi Mekah, tapi salah kalau kita mengidentifi-kasi Islam itu sebagai Arab. Apalagi Saudi,sangat salah. Saudi itu, kita semua tahu,yang memimpinnya bukan keturunanQuraisy, tapi Badui. Maka, kita tidak layakmenganggap Islam itu identik dengan Arab.

Sebagai agama universal, Islam mem-punyai konsekuensi logis untuk bisa ber-akulturasi, beradaptasi, ber-koeksisitensidengan local-culture dan local-wisdom yangada. Kalau Islam itu Arab, ya sana tinggaldi Arab saja, jangan di Indonesia.

Terus terang, ada berbagai fenomenayang kontradiktif sekarang ini. Perkembang-an Islam sebetulnya sangat luar biasa. Tahun2005, ketika keliling Amerika, saya bertemudengan imam besar sebuah masjid di NewYork, namanya Dr. Syamsir Ali. Pas HariJumat, di sana pas ada seorang non-muslimyang disyahadatkan. Namanya Daniel, ke-mudian berganti nama menjadi Hamzah.Beliau bercerita bahwa di sana tidak adahabisnya orang masuk Islam. Dia menun-jukkan data, dalam sebulan ada 35 sampai40 orang yang masuk Islam. Itu baru darisatu masjid. Kemudian saya berkunjung keNew England, bertemu dengan salah satuDoktor di sana. Dia bercerita, dulu tahun1985 dia datang ke sana belum ada masjid,sekarang sudah ada 15 masjid. Begitu jugadi tempat-tempat lain.

Tapi, kadang-kadang kita kurang yakinbahwa Allah sudah menjamin, “liyudz-hirahû ‘alad-dîni kullih” (Allah akan meme-nangkan Islam di atas semua agama (QS48:28) –red), atau “al-islâmu ya’lû walâ yu’-

Page 7: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 5

la alaih” (Islam akan menangdan tak akan bisa dikalahkan(al-Hadits) –red). Kita keta-kutan dengan globalisasi.Kita ketakutan dengan misi-misi agama lain. Padahal, pe-ngalaman saya membukti-kan, semakin maju pengeta-huan, maka kebenaran Islamsemakin terungkap. Semakinmodern sebuah masyarakatdengan tawaran-tawaran ga-ya hidup yang aneh-aneh,Islam akhirnya akan menjadipilihan yang paling obyektif dan rasional.Dan kenyataannya, sekarang di negara-ne-gara maju justru Islam berkembang pesat.

Kemarin saya ke Cina, yang katanya ne-gara komunis. Ternyata di dekat lapanganmerah di Beijing, ada sebuah masjid nama-nya Masjid Niujie, jamaahnya penuh, ada4.000 orang kalau pas Jum’atan. Di Shang-hai juga masjidnya cukup ramai dan indah.Masjidnya ada front office-nya. Jadi ketikadatang, kita disambut dan dipeluk. “Andasaudara meski baru ketemu kali ini, karenaanda seorang muslim” begitu kata mereka.Kalau di sini kan masjidnya “liberal” sekali.Khatib datang saja tidak disambut. Celaka-nya lagi, pas mulih sandale ilang. Makanyakalau pas jum’atan, saya menaruh pasang-an sandal saya di tempat yang berbeda.

Di beberapa negara lain, Islam juga ber-kembang luar biasa. Di Ho Chi Minh, Viet-nam Selatan, saya ketemu sesepuh SukuCham, Haji Idris Isma’il, di sana disebut Ma-daris Samail, dan juga Anwar Muhammad,yang disebut Van Mad. Memang yang agakminim (populasi umat Islam –red) di Korea.Tetapi di bagian selatan Korea ada yangsudah mulai masuk Islam.

Tapi kenapa kita menjadiparanoid, seolah-olah segalaancaman akan menghancur-kan Islam. Kita tidak yakindengan jaminan Allah. Keta-kutan sendiri. Akhirnya Islammenjadi musuh globalisasi,demokrasi, HAM, atau gen-der. Padahal itu semua di Is-lam ada. Dalam ranah pemi-kiran, Islam menjadi musuhperadaban, oleh penganutIslam semacam itu. AjaranIslam itu paling final. Di Surat

Al-Isra’:75, “wa la qad karamnâ banî âdam…” (mungkin yang dimaksud QS 17:70 –red), di situ ada tiga kata sumpah Allah, yangmenegaskan bahwa Allah pasti sungguh-sungguh dan benar-benar memuliakan ma-nusia. Tapi kenapa manusia berbeda pen-dapat saja diteror, tidak dimuliakan. LhaWong Allah saja memuliakan!

Bapak ibu yang saya muliakan. PondokPesantren saya itu menerima tamu dari mu-lai yang berbeda agama sampai yang tidakberagama sama sekali. Sudah lebih dari 70negara yang datang. Utusan Obama sajadatang ke pesantren saya. Lha kok manu-sia, wong kucing datang tidak bawa agamasaja saya kasih makan lho! Itu kan ajaranHAM yang paling final. Dan itu ada di Islam.

Tadi siang saya buat status di Facebook.Saya bertanya, karena sampai hari ini sayabelum dapat jawaban yang fix lewat dalilnaqliyah. Ketika orang ribut tentang pemim-pin perempuan, ternyata ada Negeri Saba’,yang ada jauh sebelum zaman Rasulullahitu, dipimpin raja perempuan bernama Bil-qis. Dia menjadi muslim setelah bertemuNabi Sulaiman. Sebelum menjadi muslim,dia sudah menjadi raja atau ratu yang suk-

Page 8: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 20146

ses. Padahal dia penyembah matahari, lho!Ternyata dia mampu membangun NegeriSaba’ menjadi baldatun tayyibâtun wa rab-bun ghafûr. Ini luar biasa. Mengapa dia yangbukan muslim bisa disebut sebagai pemim-pin yang sukses dan menjadikan Negeri Sa-ba’ menjadi wa rabbun ghafûr? Sementara,kita mengklaim dengan sangat anarkis bah-wa orang-orang yang bisa menyelesaikanpersoalan itu hanya orang Islam. Bilqis bu-kan seorang muslimah, akan tetapi di situada wa rabbun ghafûr. Apa sebetulnya yangingin ditunjukkan Allah kepada kita? Bilqismampu membangun masyarakat yang de-mokratis dan berkeadilan. Ingat, “ya’diluhuwa aqrabu lit-taqwa”, adil itu paling dekatdengan takwa. Tapi kenapa kita tidak bisaadil dengan sesama muslim?

Kita itu seringkali malas berpikir. Sehing-ga Islam menjadi musuh peradaban di ra-nah pemikiran, dan pada ranah sosial Islammenjadi musuh kemanusiaan. Sangatmengkhawatirkan kalau Islam dibangunoleh cara-cara berpikir yang sangat puritanseperti itu. Saya berbicara agak beda de-ngan ngaji yang “ndeso-ndeso” itu. Karenakita butuh pencerahan baru, pemikiranbaru yang lebih progresif.

Maka wa lâ tafarraqû, jangan mudahterpecah belah, dan wata’âwanû, kita harussaling tolong menolong, karena kemanu-siaan itu luar biasa. Sekarang ini semua di-lakukan dengan cara-cara yang sangat ka-sar dan sangat bertentangan dengan sub-stansi agama Islam. Bukan lagi amar ma’rufnahyi munkar yang dikedepankan, tapiamar ma’ruf nyambi mungkar. Lha wongAllahu Akbar kok karo ngamuk, ini kananeh. Saat kita shalat, Allâhu Akbar, meng-agungkan Allah (muftahatun bit-takbîr), di-akhiri dengan assalâmu ‘alaikum (muftâha-

tun bit-taslîm). Artinya, dengan teori shalatini, kalau kita memulai sesuatu denganmengagungkan Allah, maka harus diakhiridengan membuat damai di kiri dan kanan.Tidak ada teori dalam Islam, Allâhu Akbarsambil nguncalke watu! Jika ada yang se-perti itu, maka dia tidak tahu ajaran shalat.Ya mungkin sebetulnya tahu, cuma karenaada yang mbayari saja.

Karakter seorang muslim haruslah men-jaga dan mempersatukan. “Wadzkurû ni’-matallâhi ‘alaikum, idz kuntum a’dâ-an faallafa baina qulûbikum.” Bergaullah denganhati, jangan bergaul dengan emosi, apalagibergaul dengan uang. Fenomena sekarangini, banyak orang bergaul dengan uang.Menilai teman, sahabat, dll., diukur denganuang. Seolah-olah uang adalah segala-gala-nya. Seolah-olah kalau dapat uang banyakitu sama dengan mendapat rejeki nomplok.

Rejeki itu bukan uang. Saya kebetulandi Pesantren itu mengajar tafsir, sudah 22tahun, setiap bakda Subuh. Dari 6.666ayat, saya kumpulkan ada sekitar 137 ayatyang di situ mengandung kata-kata rejeki.Nahnu narzuqukum, rizqan hasana, dsb.Ternyata kata-kata rejeki di dalam Al-Qurantidak ada satu pun yang bermakna uang.Para komisaris Bank, Direktur SKK Migas,yang gajinya 150 juta fresh money, belumkalau ada tandatangan di mana-mana se-bagai pejabat, apakah mereka dapat rejeki?Lâ ya’qulûna fî buthûnihim illan-nâr. Yangmasuk ke dalam perutnya itu tidak ada lainkecuali api! Uang itu kan punya nilai kontra-diktif. Semakin banyak bukan semakin ber-lebih, tapi justru semakin berkurang. Makabergaullah dengan hati. Kalau kamu disa-kiti, kira-kira hatimu sakit tidak? Kalau andadituduh kafir itu, kira-kira Anda sakit tidak?Ya, karena itu jangan lakukan.

Page 9: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 7

Saya melihat orang muslim dari basicyang paling fundamental. Kalau dia sudahmengumandangkan lâ ilâha illallâh, yasudah. Arep dadi Syi’ah, Ahmadiyah, opoklenik, yoben. Itu urusannya sendiri-sendiri.Ukurannya kan memang hanya itu. Ketikaterjadi Perang Haibar, kita bisa baca di kitabkarya Ramadhan Al-Muniti (suara tidakcukup jelas –red), yang kemarin dibunuh,ada seorang tentara Yahudi yang namanyasaya lupa, ketika akan dibunuh oleh saha-bat, dia tiba-tiba mengucapkan dua kalimatsyahadat. Sahabat yang sudah terlanjuremosi, yakin bahwa orang Yahudi itu meng-ucapkan syahadat hanya untuk menyela-matkan diri. Akhirnya dibunuh. Setelah se-lesai perang, semua mengadu pada Rasu-lullah, bahwa ada sahabat yang membunuhYahudi yang bersyahadat itu. Akhirnya sa-habat itu dipanggil, “kenapa kamu membu-nuh Yahudi yang bersyahadat itu?” Diaberalasan bahwa Yahudi itu bersyahadathanya untuk menyelamatkan diri. Ternyatasahabat itu malah dimarahi oleh Nabi.“Apakah kamu tahu dan sudah membelahdadanya, dan melihat hatinya bahwa diamengucapkan syahadat hanya karena inginselamat?” Padahal saat itu dia ber-syahadatsudah menjelang gugur. Seperti itu saja,sahabat akhirnya diminta untuk melakukankafarat (bayar denda –red).

Bapak ibu sekalian, bergaul dengan hatimenjadi sangat penting. Apalagi ibu-ibu,mengasuh anak, mestinya juga dengan hati.Ini kan hari ibu, tha? Kalau ibu-ibu meng-andalkan emosi, misalnya mengatakan“kamu kok kayak kambing, nak, jam seginibaru pulang.” Insya Allah, anak ibu akanjadi kambing, Bu! Karena, doa seorang ibuitu diamini malaikat. Karena itu, dari mulut

seorang ibu jangan keluar kata-kata selainkata-kata yang baik.

Saya ikut Mbah Lim, Klaten (K.H. Mus-lim Rifa’i Imampuro –red) sejak tahun 1978.Saya belajar kehidupan yang lebih spiritua-listik di sana. Mbah Lim itu luar biasa. Kalausalaman dengan santri yang berapa ribu itu,tidak ada kata-kata yang keluar kecuali “so-leh, solehah, soleh, solehah”, begitu terussampai santri terakhir. Ibu-ibu bisa nggakkira-kira seperti itu, jika anak-anak pamitsekolah?

Sekarang ini ada kejadian anak dibuang,disiksa. Saya sedih Ibu-ibu, karena sayamelihat banner di luaran berbunyi, “mene-rima penitipan anak umur 6 bulan”. Iki ibu’eiki ming mrocotke thok yake! Saya heran,bayi 6 bulan dititipkan, ikut full day school.Mau menyusui, ibu-ibu takut kecantikannyahilang. Gendong tidak mau, lalu disurungpakai apa itu, baby apa itu, baby oil. Mi-numnya diganti susu sapi, jadi anak gudelya salah siapa!

Saya kadang-kadang narsis. Anak sayaitu delapan. Tak usah khawatir, Bu. Istri sayasatu. Saya bukan Fathonah! Anak saya de-lapan, ya Alhamdulillah. Yang pertama su-dah jadi dokter, sekarang suami istri masihmelanjutkan studi dua-duanya. Yang keduaS2-nya di Norwegia. Yang ketiga, Alham-dulillah hafal al-Quran seperti ibunya, 30Juz, kuliah di IAIN gratis dan dapat uangsaku. Yang keempat sebenarnya dapat ke-sempatan ke Rusia, tapi sulit mengurusnya.Yang kelima, lali aku haha …. Lha iki koknduwe anak siji dadi bajigur kabeh, piye!

Ya Alhamdulillah, dari delapan itu, em-pa di UGM, dua di IAIN, dan dua lagi dipesantren. Yang di pesantren, ikut MbahSahal (K.H. Sahal Mahfudz —red) dan su-dah dijadikan keluarga di sana. Tapi masih

Page 10: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 20148

boleh pulang, ya Alhamdulillah. Saya sen-diri juga dianggap keluarga oleh putra-putranya Mbah Lim. Jadi, bergaul denganhati itu menjadi sangat penting.

Fa allafa baina kulûbikum, fa asbakhtumbini’matihî ikhwânâ. Membangun ukhu-wah. Ini titik lemah yang sekarang ada diumat Islam. Perbedaan sedikit saja, masakmembawa musuh? Wa kuntum ‘alâ syafâkhufratim minan-nâr, fa anqadzakum min-ha.

Jadi bapak ibu sekalian, perlu satu per-spektif baru dalam memaknai Islam seka-rang ini. Saya khawatir dengan munculnyaeuphoria serba syariah! Ada bank syariah,pegadaian syariah, simpan-pinjam syariah.Di Sleman ada hotel syariah, di dekat siniada spa syariah. Seolah-olah Islam hanyasatu aspek syariah thok. Padahal etika,estetika, dan spiritualitas itu lebih substantifdaripada syariah.

Di Pesantren saya mengajar tasawuf su-dah 18 tahun. Ternyata luar biasa kekayaanspiritualitas Islam itu. Di dalam tasawuftidak ada claim of truth yang menyebabkankita menjadi sangat tertutup. Imam Ghazalimasuk surga bukan karena mengarang Ihya‘Ulûmud-Dîn. Tapi hanya karena pengala-man ketika menulis. Pada saat ia mencelup-kan penanya, ternyata ada lalat. Maka iabiarkan saja lalat itu menghisap tinta sampaikenyang dan kemudian dibiarkannya ter-bang. Ternyata itu yang menjadikan ImamGhazali masuk surga. Az-Zamakhsyari me-ngarang Kitab ... (suara tidak cukup jelas –red). Dia bercerita pernah bertemu denganSayyidana Umar di dalam mimpi. LaluSayyidina Umar bercerita bahwa ia masuksurga bukan karena melakukan pembelaanterhadap Nabi, tapi karena ia menyelamat-kan seekor burung pipit yang menjadi main-

an seorang anak kecil. Dalam kisah lainyang sangat populer juga ada seorang pe-lacur yang masuk surga karena memberiminum pada anjing.

Apa sebenarnya makna dari itu semua?Surga adalah kasih. Kalau saya mau bicaralebih lebar lagi sebagai seorang yang kenaldengan semua agama, rasanya ajaran itutidak ada bedanya dengan Kristen, misal-nya. Irhamû man fil ‘ardl, yarhamkum manfis-samâ’ (kasihilah yang ada di bumi, nis-caya engkau akan dikasihi yang ada di la-ngit (al-Hadits) –red).

Satu-satunya nabi yang berhak men-dapat dua asmaul husna dari Allah adalahNabi Muhammad. “Laqad jâ akum rasûlum-min anfusikum, azîzun alaihi mâ anittum ha-rîtsun alaikum bil mu’minîna ra’ûfur-rahîm...” (QS 9:128 –red). Dua asma Allah,Ra’ûf dan Rahîm, yang lembut dan yangkasih. Lha wong nabine lembut dan kasihkok umate ngamukan?

Saya rasa, itu saja ibu bapak sekalian.Terlalu panjang nanti. Tapi poin-poin itu se-moga menjadi refleksi akhir tahun. Semogatahun depan umat Islam mendapatkan pen-cerahan. Menjadi lebih humanis, lebih etis,dan lebih kultural, sehingga Islam betul-betul rahmatan lil ‘âlamîn. Kurang lebihnyamohon maaf. Akhirus-Salam.[]

Page 11: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 9

Ahmadiyah Lahoredan Revivalisme Islam di Indonesia

Dr. Ahmad Najib Burhani, M.Sc., Ph.DPeneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Bakda Salam.Pertama-tamasaya ucapkan

terima kasih kepadapanitia, PB GerakanAhmadiyah Indone-sia, dan juga YayasanPIRI, atas kesempat-an yang diberikan ke-pada saya untuk ha-dir dan bersilaturahmi di tempat ini. Ini me-rupakan kesempatan yang sangat luar biasabagi saya, bukan karena sekedar saya akanmenyampaikan sesuatu, tetapi lebih karenasaya akan belajar banyak dari Bapak/ibu.

Mungkin kita akan berbagi pengetahu-an, tetapi yang saya peroleh akan lebih ba-nyak ketika berjumpa dengan Bapak/Ibu,terutama informasi tentang GAI, daripadayang akan saya berikan. Karena itu, ibarat-nya saya akan, istilahnya, menggarami airlaut. Tetapi paling tidak apa yang saya sam-paikan barangkali adalah gambaran sedikitdari orang di luar Ahmadiyah. Bagaimanaorang di luar Gerakan Ahmadiyah itu meli-hat apa yang terjadi di dalam Gerakan Ah-madiyah. Ibaratnya, kalau kita tidak keluardari rumah, maka kita tidak bisa melihat ru-mah kita. Dan untuk melihat, membangunrumah kita, mungkin kita perlu keluar duludari rumah.

Tadi disampaikanoleh Pak Mulyono,bahwa kalau umpa-manya kita melihatkejadian yang terjadisetelah reformasi ta-hun 1998, banyak ke-jadian yang mengaki-batkan hal-hal negatifpada Ahmadiyah, ba-

ik GAI maupun JAI. Tetapi jika seperti apayang dikatakan Pak Mulyono sebagai ber-kah, mungkin saya kurang sepakat. Itu bu-kan berkah bagi Ahmadiyah. Ya, namanyamungkin terkenal, tetapi beberapa orangyang mengalami, jadi tidak bisa bergerakdan mati langkah. Tiap mau melakukan ak-tivitas, seperti untuk penerbitan, dll. ada an-caman dari luar. (Sebelumnya Pak Mulyonodalam sambutannya menyatakan dengannada satire bahwa kasus-kasus yang menim-pa Ahmadiyah sebagai ‘berkah’ –red).

Bagi kalangan akademisi, mungkin ituada benarnya. Jadi, fenomena yang terjadibelakangan ini membuka mata bagi paraakademisi untuk melihat seperti apa sih Ah-madiyah itu. Misalnya seperti yang terjadibukan di Indonesia, tapi di Amerika, orangtidak tahu apa itu Ahmadiyah. Bukan ha-nya soal beda antara JAI dan GAI, tapi“Ahmadiyah itu sendiri apa” mereka tidak

A R T I K E L

Page 12: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201410

tahu. Mereka melihat Islam sebagai sesuatuyang monolitik, sesuatu yang tunggal, tidakada perbedaan di dalamnya.

Peristiwa seperti penyerangan terhadapAhmadiyah itu membuka mata mereka,“oh, ternyata Islam itu ada beragam ya?Ada yang disesatkan juga ya?” Bukan ha-nya dua kelompok besar Sunni dan Syiah,tetapi juga di dalam Sunni ada banyak per-pecahan. Ada Ahmadiyah, ada kelompok-kelompok yang lain seperti Watu Telu,Wahabi, dsb. Di dalam Syi’ah juga adabanyak perpecahan, ada Ismaili, Zuhud,Yazidi, Alawi, dsb.

Nah, ketika saya membuka atau meng-kaji tentang Ahmadiyah, itu apresiasinyaluar biasa. Itu yang terjadi di dunia akade-misi di Amerika. Misalnya di kampus saya,di University of California, sekarang ini di-buka mata kuliah tentang Other Islam(Islam yang lain). Maksudnya adalah Islamdi luar dari apa yang dipahami oleh banyakorang selama ini. Jadi kontennya antaralain adalah kajian tentang Ahmadiyah,Ismaili, Buruzi, Yazidi, Alawi, dan yangseperti itu.

Saya termasuk orang yang beruntungsekali. Maksud saya, kadang ketika orangmembuat disertasi, hingga selesai merekamasih diliputi pertanyaan, “kenapa sayamenulis tentang ini?”. Tetapi saya orangyang beruntung. Diuntungkan oleh Ahma-diyah, maksud saya. Dengan disertasi itu,misalnya, saya diundang ke berbagai nega-ra bagian di Amerika, kemudian mendapat-kan penghargaan yang di sana termasuktinggi, namanya The Professor CharlesWendell Memorial Award. Karena, sayadianggap orang yang membuka jalan baru,istilahnya opening path, membuka jalanbaru untuk kajian baru. Inilah yang saya

sebutkan “berkat” dalam dunia akademis.(Dr. Najib Burhani mendapat nobel TheProfessor Charles Wendell Memorial Award2012-2013 dari Universitas California,Santa Barbara (UCSB) pada 5 Juni 2013atas disertasinya yang mengangkat kasusAhmadiyah di Indonesia –red).

Sebelum saya masuk dalam apa yangakan saya sampaikan saat ini, pertama-ta-ma saya ingin jelaskan satu hal. Ada banyakpertanyaan ketika saya datang ke Ahma-diyah, baik ke JAI atau GAI. Saya datangpertama kali memperkenalkan diri sebagaipeneliti LIPI. Orang lalu berkata, LIPI ituyang dipimpin Amin Jamaludin itu ya, yangmenulis buku Ahmadiyah Ajaran Sesat ituya? Saya jelaskan, LIPI itu berbeda denganLPPI (Lembaga Pengkajian dan PenelitianIslam). Namanya memang hampir sama.Berbeda juga dengan LIPIA (LembagaPengkajian Bahasa Arab). Sementara LIPIadalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo-nesia. Tapi beberapa orang ketika ketemusaya, dan saya katakan “saya dari LIPI”,yang ada dipikiran mereka adalah LPPI, se-hingga ada orang yang mundur dsb.,walaupun sudah saya jelaskan.

Kemudian, yang ingin saya bahas sebe-narnya ada dua. Pertama tentang kontribusiAhmadiyah terhadap revivalisme atau ke-bangkitan Islam di Indonesia, terutama padaabad ke-20, dan bagaimana kemudian kon-tribusi itu berkompetisi atau bersaing de-ngan reformasi atau revivalisme yang di-kembangkan oleh mereka yang belajar dariTimur Tengah.

Pada awal abad ke-20, ada tiga epicen-tre (pusat gempa) revivalisme atau kebang-kitan Islam. Yang pertama di Mesir, melaluiUniversitas Al-Azhar-nya. Yang kedua diSaudi Arabia, dengan Mekah dan Madinah-

Page 13: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 11

nya. Dan yang ketiga adalah di India. DiMesir tokohnya antara lain Rashid Ridla,Muhammad Abduh, dan Al-Afghani. DiMekah dan Madinah, terutama sejak tahun1924, adalah Gerakan Wahabi. Nah, orangbanyak tidak tahu bahwa ada episenter laindari India, yang menggagas tentang refor-masi Islam. Ini nanti yang akan saya sam-paikan.

Kehadiran pertama Gerakan Ahmadi-yah, yang tertulis dalam buku-buku itu, kantahun 1925. Tapi, Khawaja Kamaludin se-betulnya sudah datang, tadi juga sudah di-sampaikan oleh Bapak Ali Yasir, pada tahun1920. Beliau datang ke Surabaya dari Si-ngapura, lalu ke Batavaia. Di Surabaya diabertemu dengan tokoh-tokoh NU, Muham-madiyah dalam Taswirul Afkar yang diha-diri oleh sekitar 4.000 peserta. Bukunya kitalihat di sini. Ini adalah buku Khawaja Kama-ludin berbahasa Urdu yang berjudul Raaz-e-Hayaat atau Injil ‘Amaal. Ini ditanda-tangani pada tanggal 20 September 1920di Surabaya. Sementara, yang diterjemah-kan ke dalam bahasa Indonesia adalah dariversi Inggris, The Secret of Existence atauThe Gospel of Action yang ditandatanganitahun 1921. Buku itu adalah kumpulanpidato-pidatonya ketika ada di Indonesiadan di Singapura.

Satu hal yang sering dilupakan oleh parapeneliti ketika melihat Ahmadiyah itu ada-lah Islamic Review. Itu adalah buku jurnalyang resmi diterbitkan oleh Lahore Ahma-diyah dan terbit setahun sejak berpisahdengan Qadiyan. Di situ banyak sekali in-formasi yang berkaitan dengan kedatanganMirza Wali Ahmad Baig dan MaulanaAhmad, dan dana yang dikirimkan ke Indo-nesia berikut alasan dan tujuan pengirimanmereka. Di sana dijelaskan bahwa datang-

nya itu tahun 1920. Lalu bahwa destinasiatau tujuan akhir dari Mirza Wali AhmadBaig itu bukanlah negara lain. Itu bisa di-lihat di buku The Islamic Review. Jadi tuju-annya adalah Indonesia, atau Jawa.

Lalu kenapa? Banyak sekali artikel berisiperdebatan antara The Islamic Review de-ngan The Moslem World. Meskipun nama-nya The Moslem World (Dunia Islam), tapijurnal itu bukan dibuat oleh komunitas mus-lim. Itu dibuat oleh Samuel Zwemer, seo-rang pastur, yang isinya adalah kegiatan-kegiatan missionaris di berbagai negara, ter-masuk Indonesia. Beberapa artikel di dalamjurnal itu menyebutkan bahwa perubahanatau perpindahan agama daripada umatmuslim kepada kristiani di Indonesia itu pu-luhan ribu dalam setiap tahun. Jadi karenaitulah, Lahore Ahmadiyah merasa perlu un-tuk menyetop penetrasi masuknya Kristendi Indonesia ini. Maka dikirimlah Mirza WaliAhmad Baig dan Maulana Ahmad. Jadikalau selama ini ada kontroversi tentang kemana tujuannya Mirza Wali Ahmad Beig,kalau kita lihat dari The Islamic Review, sa-lah satunya saya cantumkan di sini adalahThe Annual Report atau Laporan Tahunan1928, itu ditujukan memang di Jawa, bukandi negara yang lain.

Lalu yang kedua adalah bahwa adadaya tarik dari Lahore Ahmadiyah ketikadatang ke Indonesia, terutama adalah corakrationality, modernity, dab yang ketiga ada-lah kemampuannya untuk membendungpenetrasi Kristen. Ini yang kemudian mena-rik bagi Muhammadiyah, dan juga SyarikatIslam, untuk menerima dengan tangan ter-buka kehadiran Ahmadiyah di Indonesia.—Tapi tadi malam ketika saya melihat acaradi sini, sepertinya Ahmadiyah itu sekaranglebih dekat ke NU daripada ke Muhamma-

Page 14: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201412

diyah. Tradisinya sudah berbeda. Ada tra-disi shalawatan, tadi juga kita dengar. Terusyang berbeda dengan Muhammadiyah jugasoal tradisi tepat waktu. Jadi ada tradisi yangbergeser, dari dekat ke Muhammadiyah ke-pada dekat dengan NU – (Malam sebelumDr. Najib Burhani berbicara, diselenggara-kan ceramah umum oleh K.H. Abdul Mu-haimin, pimpinan PP Nurul Ummahat, yangdiawali dengan Hadrah oleh para santri dariPP Al-Mahalli, Wonokromo –red).

Salah satu kemampuan daripada buku-buku Ahmadiyah Lahore adalah kemam-puannya meyakinkan orang-orang yanghampir lepas keislamannya, semisal RuslanAbdul Ghani, Soekarno, Cokroaminoto,Agus Salim, yang katakanlah tergiur, bukantergiur, tapi mendapatkan serangan bertubi-tubi dari materialisme, atheisme, komu-nisme, atau Kristen, untuk keluar dari Islam.Dan itu diselamatkan oleh Lahore Ahma-diyah. Saya kira, bapak/ibu mungkin sudahbaca, tentang pengakuan Ruslan AbdulGhani. Ketika semua barang di rumahnyadisita oleh Pemerintah Belanda, eh, Jepangwaktu itu, dia berpesan satu hal, “satu bukuyang tolong berikan ke saya, semuanya bo-leh kalian sita, tetapi Qur’an dari Muham-mad Ali, The Holy Quran, ini tetap sayapegang”. Itu adalah pengakuannya. Jugabanyak pengakuan dari Soekarno, dan jugapengakuan dari yang lain, bagaimana bu-ku-buku dari Ahmadiyah Lahore itu me-nyelamatkan mereka dari terjatuh kepadamaterialisme, atheisme, dan christianity.

Karena daya tarik dan kemampuan La-hore Ahmadiyah untuk mencegah christia-nity, dan juga memperkenalkan agama yangmodern dan rasional itulah, maka Muham-madiyah mengirim beberapa putranya keLahore. Beberapa kadernya di antaranya

adalah Erfan Dahlan. Saya komunikasi ba-nyak dengan cucu K.H. Ahmad Dahlan,yakni Winai Dahlan, tentang apakah bapak-nya Lahore Ahmadiyah atau bukan. Sayaberada pada keyakinan bahwa dia sebetul-nya tetap missionaris Lahore Ahmadiyah.Saya berbicara seperti ini bukan karenasaya di hadapan orang-orang Ahmadiyah.Saya sempat berbicara berbeda, maksudsaya tentang W.R. Supratman di hadapanorang-orang Ahmadiyah (mungkin yang di-maksud JAI –red).

Bagi saya, W.R. Supratman itu bukan,atau saya belum yakin bahwa dia itu, seo-rang Ahmadiyah. Kenapa? Salah satu bukuyang digunakan sebagai landasan bahwadia itu Ahmadiyyah adalah buku “Peringat-an Ulangtahun Kesepuluh Kota Madiun”,dan itu jarang yang punya. Saya termasukyang punya. Dijelaskan di situ bahwa W.R.Supratman ketika sakit datang ke Ahma-diyah. Tetapi di situ tidak dijelaskan bahwadia Ahmadiyah. Nah, kalau umpamanyaada bukti lain, misalnya ada pernyataandari keluarga, atau baiat, dan sebagainya,mungkin saya menjadi yakin bahwa diaJemaat Ahmadiyah. Tetapi kalau buktinyahanya buku itu, maka saya belum yakin.

Ini berbeda dengan Erfan Dahlan. Me-mang ada beberapa kasus misalnya sepertiRomo Almeida, seorang pastur dari TimorLeste, yang belajar di UIN Jogjakarta. Diadatang ke situ bukan kemudian berpindahmenjadi muslim, tetapi ingin mempelajariIslam dari tempat Islam. Ketika keluar, diasemakin kuat menjadi pastur. Ini berbedasaya kira dengan kasus Erfan Dahlan. ErfanDahlan ketika berangkat ke Lahore masihmuda, dan dia adalah satu-satunya yanglulus dari sekolah Isha’at Islam College diLahore. Lalu kemudian dia tidak pulang ke

Page 15: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 13

Indonesia. Keluarga memang melarang diapulang, karena itu bisa menimbulkan kon-flik di dalam keluarganya. Kalau umpama-nya tidak ada masalah, saya kira dia akanpulang, meskipun sekali. Dan dia memanghanya pulang sekali, menurut Winai Dah-lan, ketika K.H. Ahmad Dahlan mendapatgelar pahlawan dari Soekarno. Selebihnya,dia tidak pernah datang ke Indonesia. Kalauumpama alasan yang diungkapkan keluar-ga adalah laut, atau soal transportasi, sayakira itu akan bisa diatasi. Tetapi jika alasan-nya materi, bisa jadi dia tidak pulang karenamemilih untuk pada keyakinan tertentu.

Yang ketiga, bagi saya bukan sekedardia tidak pulang dan menikah, tetapi iniadalah soal tradisi dari Lahore Ahmadiyah,bahwa ketika datang ke suatu tempat, ialebih memilih memperkenalkan Islam dari-pada Ahmadiyahnya. Itu juga yang terjadidengan Khawaja Kamaluddin ketika di Lon-don, dan Wali Ahmad Baig ketika di Yogya-karta. Ada resisten atau penolakan untukmendirikan organisasi, karena yang merekapentingkan adalah Islam. Saya kira itu jugayang terjadi dengan Erfan Dahlan ketika diThailand. Dia tidak pernah bercerita ten-tang ke-Ahmadiyahan-nya. Dan itulah sayakira yang membedakan antara GerakanAhmadiyah dengan Jemaat Ahmadiyah.

Ini ada sedikit perbedaan yang dapatkita lihat tentang perbedaan strategi dakwah(antara GAI dan JAI –red), yang saya kiraBapak/Ibu sudah tahu, tapi saya hanyaingin memberikan sedikit garis bawah. Yangpertama, Jemaat itu menekankan unique-ness, atau keunikan daripada Ahmadiyah.Misalnya soal kenabian Ghulam Ahmad,soal Ghulam Ahmad sebagai Masih-Mau’-ud, dll. Sedangkan Lahore Ahmadiyahmenekankan pada Islam. Kedua, aktivitas-

nya berbeda antara Lahore dan Qadiani.Gerakan, yang saya lihat lebih menekankanpada reformasi Islam, menerjemahkan bu-ku-buku dan Al-Qur’an. Sedangkan Qadi-ani lebih pada perekrutan anggota. Kalausudah memiliki tiga anggota, maka didiri-kan cabang. Tapi ini juga kelemahan dariGerakan, karena sampai sekarang jumlah-nya tidak lebih dari sepuluh ribu. Karenaberfokus pada keilmuan, penerjemahanbuku dan Al-Qur’an, maka jumlah anggotamenjadi terabaikan. Ini kalah dengan Jema-at yang anggotanya semakin berkembang.Lalu, soal independensi. Kalau di Gerakanitu hanya ada satu mubaligh yang ke Indo-nesia, maka kalau di Qadian itu sampai se-karang masih terus dikirimi mubaligh dariIndia.

Yang terakhir, yang saya kira palingmembedakan, adalah penafsiran Al-Qur’-annya. Kalau di Lahore sering disebut meta-phorical interpretation (penerjemahan me-taforis). Ini biasanya yang ditolak oleh bebe-rapa ulama di dalam Sunni. Dengan penaf-siran seperti itu, maka Gerakan Ahmadiyahdikenal sebagai penolak mukjizat. Ya, misal-nya, Nabi Musa menyebrang laut itu tidakmungkin dengan memukulkan tongkat saja.Tapi bagi kelompok Sunni yang lain itu ada-lah mungkin. Kata Quran begitu, ya begitu.Sedangkan di Jemaat, karakter tafsirnya ituadalah mystical interpretation (penafsiranmistis). Salah satunya adalah soal Nuzulul-Masih, yang turun di dekat Masjid Aqsha,dst. Konsep-konsep tafsir mereka adalahmistik. Ya, mungkin dekat dengan NU. —Tapi, sekarang Ahmadiyah Lahore dekatjuga kepada NU tampaknya.

Kemudian, satu hal yang tadi ingin sayatekankan adalah soal di mana peran dariLahore Ahmadiyah di dalam reformasi

Page 16: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201414

Islam? Nah, ini adalah beberapa contohorang. Saya membedakan antara merekayang mendapatkan pendidikan dariBelanda (Dutch Educated Muslim Scholars)dan yang mendapatkan pendidikan dariArab (Arab Educated Muslim Scholars),.Orang-orang seperti Cokroaminoto, AgusSalim, Soekarno, itu kan tidak bisa ber-bahasa Arab. Berbeda dengan K.H. HasyimAsy’ari, Ahmad Dahlan, dan sebagainya.Karena itu, referensi Soekarno itu ya buku-buku Ahmadiyah. Referensi yang dipakaiCokroaminoto itu ya juga buku-buku Ah-madiyah. Karena itu pula mereka mengga-gaskan satu reformasi Islam yang sumber-nya berbeda dengan mereka yang berang-kat dari pendidikan Timur Tengah. Para pe-serta JIB (Jong Islamieten Bond) adalahmereka yang mendapatkan pendidikanBarat, lemah dengan pengetahuan Islam,lemah dengan Bahasa Arab, dan merekahanya bisa memanfaatkan buku-buku Ah-madiyah. Karena itu cara berpikir merekaadalah modernis-rasional dan dekat de-ngan Lahore Ahmadiyah. Misalnya tema-tema kajiannya adalah perceraian dalamIslam, perbudakan, Islam sebagai agamayang menekankan kemanusiaan, dsb. Jadiintinya adalah mereka mencoba menyatu-kan antara religion dan sains, antara agamadan ilmu pengetahuan (wetenschaap). Ituyang menjadi penekanan kenapa kemudianAhmadiyah Lahore menarik pada zamanawal-awal. Salah satu jurnal yang diterbit-kan JIB, adalah Het Licht. Namanya persissama dengan The Light yang diterbitkanoleh Lahore Ahmadiyah. Banyak perde-batan di situ yang berpihak kepada LahoreAhmadiyah daripada Qadiani Ahmadiyah.

Nah, sekarang masuk ke analisis. Sebe-tulnya karakter buku-buku Ahmadiyah itu

seperti apa sih? Pertama, berkaitan denganilmu pengetahuan dan dunia modern. Ke-dua, berkaitan dengan christianity. Kalauberkaitan dengan ilmu pengetahuan dandunia modern, banyak orang menyebutkanbahwa buku Ahmadiyah ini cenderungbersifat defensif, membela diri, dan menga-takan Islam itu yang benar, dunia modernitu sebenarnya mengikuti Islam. Kemudianberkaitan dengan Kristen adalah bersifatoffensive, menyerang keyakinan-keyakinandasar (fundamental belief) dari christianity.Contohnya dalam bidang comparative reli-gion, seperti pakarnya yang ada di sini, PakAli Yasir. Sebenarnya orang-orang Kristensangat marah dengan ilmu ini. Orang se-perti Karl Steenbrink (peneliti –red) sajasama sekali tidak mau melihat buku-bukuAhmadiyah. Tetapi, pengaruhnya padastudi banding di Indonesia, atau ilmu per-bandingan agama di IAIN atau UIN itusangat kuat.

Tetapi, beberapa akademisi, tidak maumelihat itu, karena menganggap hanya ber-isi soal-soal apologetik, polemik, dan kon-troversial. Dan karena itu, kalau kita lihatdalam sejarah Indonesia, mungkin bisa di-koreksi kalau salah, pengaruh dari buku-buku Ahmadiyah itu banyak berperanterutama pada dua masa yang tidak stabildi Indonesia. Yakni sebelum dan sesudahkemerdekaan. Setelah itu, sejak zamanMukti Ali, yang namanya ilmu perban-dingan agama itu tidak lagi memakai buku-buku dari Ahmadiyah. Tapi sebelum itu, se-perti Ahmad Sjalaby dan beberapa penulistentang perbandingan agama, memakaibuku-buku dari Ahmadiyah. Termasukbuku-buku yang dipakai Muhammadiyah,Jarnawi Hadikusumo, dan sebagainya, jugamemakai buku dari Ahmadiyah. Tetapi oleh

Page 17: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 15

Mukti Ali semua itu dihilangkan. Kenapa?Karena bagi Mukti Ali, ilmu perbandingan-nya masih bersifat apologetik, dan yang ke-dua baginya yang terpenting adalah bagai-mana menciptakan harmoni. Karena, eraitu di bawah Soeharto yang menekankanpada harmoni, dan harapannya denganadanya ilmu perbandingan agama adalahterjadi kerukunan antar umat beragama.

Berikutnya adalah pengakuan dari be-berapa tokoh, seperti Johan Effendi danRuslan Abdul Ghani. Johan Efendi adalahorang yang sebenarnya di luar Ahmadiyahtetapi dituduh sebagai orang Ahmadiyah.Dan orang Ahmadiyah mengklaim dia jugasebagai Ahmadiyah. Tetapi dia mengata-kan, “Saya itu dekat dengan Ahmadiyah,baik Lahore atau Qadiani. Saya mendapat-kan keselamatan keagamaan itu dari Ahma-diyah.” Di dalam buku biografinya dia ber-cerita, ketika dia hampir saja kehilanganiman, buku-buku Ahmadiyah-lah yang me-nyelamatkannya. Tetapi kemudian dia lebihmemilih untuk tidak bergabung. Karena diaberpikir, harus berpindah dari yang sifatnyaapologetik kepada comparative religionatau cooperative religion (kerjasama antaragama). Dia adalah salah satu yang bergurupada salah satu tokoh Ahmadiyah di Jogja,Muhammad Irsyad, dan yang membawabuku-buku yang didapat darinya kepadaHasbullah Bakry.

Lalu, saya akan membaca Ahmadiyahdari perspektif Fazlur Rahman. Fazlur Rah-man membagi revivalisme Islam atau ke-bangkitan Islam menjadi empat kategori.Yang pertama revivalisme gaya Muham-mad bin Abdul Wahab, yang mengajak kitauntuk going back kepada Qur’an dan Sun-nah, denagn menghilangkan superstisi, ta-hayul, bid’ah dan khurafat. Yang kedua mo-

dernisme, revivalisme yang mengambilsemua inspirasi dari Barat. Ini seperti yangdilakukan oleh Turki, Muhammad Abduh,dan sebagainya. Yang ketiga neo-revivalis-me, yang menolak Islam disamakan sepertiBarat, karena Islam itu lebih unggul. Ahma-diyah Lahore masuk dalam kategori ini.

Kalau kita melihat kategori di atas lebihlanjut, maka ada satu yang masih kurangdi sini yang menurut Fazlur Rahman adalahneo-modernisme, yang bersifat sistematisdan komprehensif dalam strategi/metodo-logi mereformasi Islam. Ini yang kurangdilakukan oleh Ahmadiyah. Maksud saya,setelah Muhammad Ali, atau setelah Kha-waja Kamaluddin, hampir tidak ada bukuyang sifatnya sekaliber atau sebagus mere-ka, yang diterbitkan oleh Ahmadiyah. Ter-jadi stagnasi, berhenti sampai 1962, ketikaMuhamad Ali meninggal, dan tidak adaupaya reformasi lagi. Makanya mungkinkarena itu Fazlurrahman dalam hal ini me-masukkan Ahmadiyah dalam neo-reviva-lisme, belum masuk pada neo-modernisme.

Terakhir, saya ingin memperlihatkanempat pengaruh Lahore Ahmadiyah diIndonesia. Pertama adalah menciptakanconfidence yang tinggi tentang superioritasIslam, bahwa agama ini adalah benar, ter-hadap para intelegensia abad 20, juga ke-mampuannya untuk berdebat dengan Kris-ten. Kedua adalah kemampuan untuk me-modernisasi pemahaman tentang Islam.Ketiga adalah penyebaran pemahamantentang Qur’an dengan bahasa lokal, yangdiantaranya melalui upaya penerjemahan.Keempat adalah jihad dengan media cetak,buku dan sebagainya. Saya kira itu adalahempat kontribusi terpenting dari Ahma-diyah dalam revivalisme Islam di Indonesia.Saya kira begitu saja. Akhirus-Salam.[]

Page 18: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201416

Era reformasi diIndonesia te-lah melahirkan

dilema. Di satu sisiada pengakuan danpenumbuhkembang-an prinsip-prinsipmasyarakat madanidan multi-kultural-isme, namun di sisi la-in konflik horizontal bernuansa agama dankonflik vertikal antara kelompok agama de-ngan negara masih sering terjadi. Akibatnya,kehidupan keagamaan bangsa ini masih per-lu terus dikendalikan oleh semua komponenyang ada di dalamnya.

Tulisan ini berupaya menjelaskan poten-si dan akar masalah kehidupan keagamaan,khususnya dalam relasi antar kelompok aga-ma, dan untuk memberikan pemahamanmengenai faktor-faktor penyebab berkem-bangnya relasi positif (damai) dan negatif(konflik) khusus dalam kasus intra komunalatau internal umat Islam. Bagian terakhir tu-lisan ini khusus menelisik masalah dan tan-tangan yang sedang dan akan dihadapi olehGerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI).

Potensi dan Akar MasalahSecara historis-empiris, di negara-negara

yang masyarakatnyaplural dalam banyakaspek, termasuk plu-ralitas dalam pema-haman keagamaan,persoalan relasi sosialterus menjadi isu ak-tual. Indonesia, seba-gai satu negara yangmasyarakatnya plural

secara keagamaan, tidak bisa melepaskandiri dari sejarah dan pengalaman tersebut.

Saat ini dan masa yang akan datang, ma-salah relasi sosial antar kelompok beragama,termasuk intra komunal Islam, akan terusterjadi dengan berbagai ragam bentuk, baikkualitas maupun kuantitasnya. Hal ini dise-babkan setidaknya karena ada potensi ma-salah kehidupan keagamaan di Indonesiapasca-reformasi, yaitu:

Pertama, perbedaan pemahaman agamadan kepentingan telah melahirkan banyakkelompok Islam, hal ini tentu berujung ke-pada perjuangan dan kontestasi untuk me-realisasikan ide gerakannya.

Kedua, secara sosial-politik, berkem-bangnya ide dan kesadaran akan hak azasimanusia memberikan peluang bagi setiappelaku/kelompok keagamaan yang me-nyempal dari kelompok mainstream untuk

GAI di Tengah Problematika Keagamaandi Indonesia

Dr. H. Nawari Ismail, M.AgDosen Fakultas Agama Islam UMY

A R T I K E L

Page 19: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 17

mengaktualisasikan identitas budayanya(ide dan metode gerakannya).

Ketiga, proses demokratisasi juga telahdan akan memungkinkan terjadinya kontakkepentingan antara elite politik dengankelompok-kelompok Islam sempalan. Relasiantara keduanya dimungkinkan terjadi ka-rena adanya kesalingmanfaatan (simbiosis-mutualisme). Di satu pihak elite politik (par-tai politik ataupun pemerintah) berkepen-tingan untuk memperbanyak dukungan, dipihak lain kelompok sempalan membutuh-kan perlindungan agar mampu bertahan.Hal ini akan terus menjadi masalah nasionalke depan dalam peta relasi intra-komunalagama Islam. Keempat, melemahnya buda-ya toleransi. Dari sekian potensi masalahtersebut, sebenarnya akar masalah kehi-dupan agama di Indonesia saat ini dan kedepan lebih banyak berkaitan dengan kianmelemahnya budaya toleransi ini.

Perbedaan kelompok dan kepentingan,adanya kesalingmanfaatan elite politik de-ngan kelompok agama, dan penguatan iden-titas, sesungguhnya tidak akan melahirkankonflik masif dan kekerasan jika dalam ma-syarakat terdapat budaya toleransi yang ku-at. Selain itu, toleransi kian menjadi barangmewah seiring dengan terjadinya penguatanidentitas yang bersifat negatif, yaitu pengu-atan identitas kelompok agamanya denganmengabaikan identitas kelompok lain. Aki-batnya terjadi serangkaian konflik yang se-olah tanpa henti, seperti bola salju (snowball)yang menggelinding dari satu tempat ketempat lain dan dari waktu ke waktu. Ben-tuknya beragam, mulai dari level ide (fatwa,surat keputusan, regulasi), pengerahan mas-sa, dan kekerasan (perusakan atau pemba-karan bangunan, kekerasan fisik, dan peng-hilangan nyawa).

Jika awal tahun 2000-an ditandai de-ngan maraknya konflik antar-umat beraga-ma, hampir sewindu ini kehidupan keaga-maan lebih banyak ditandai dengan konflikinternal umat Islam yang melibatkan Kelom-pok Islam Non-Mapan (selanjutnya dising-kat KINM). Ketidakharmonisan dan konflikkekerasan intra-komunal Islam berkembangmeluas bukan hanya di berbagai daerah diJawa, tapi juga di luar Jawa, seperti kasusAhmadiyah (JAI --red) di Kuningan, Lom-bok dan tempat lain, kasus Syiah di Situ-bondo dan Sampang, serta kasus penolakan“Kelompok Islam mapan” (selanjutnya di-singkat KIM) terhadap keberadaan FPI diKudus dan Kalimantan Tengah. Di pihak lain,walau di berbagai daerah ada KINM, namuntetap relatif harmonis. Pertanyaan pokokyang muncul adalah mengapa di satu dae-rah terjadi konflik, sedangkan di daerah laindamai, padahal sama-sama ada KINM danKIM-nya?

Penyebab Bentuk Relasi Sosial:Kasus Intra-komunal Islam

Kajian menunjukkan bahwa penyebabperbedaan bentuk relasi sosial (konflik-da-mai) intrakomunal Islam di Indonesia palingtidak tergantung kepada tiga faktor yangsaling berkelindan, yaitu:

Pertama, berkembang-tidaknya religio-sentrisme antarpihak yang disertai denganberkembang-tidaknya toleransi, terutamadari pihak mayoritas. Religiosentrisme ada-lah sebuah pandangan yang melihat pahamkelompok Islam lain secara negatif karenaberdasarkan standar dan klaim kebenaranmenurut paham agamanya sendiri, sehing-ga melahirkan stereotip. Di satu pihak terjadistereotip sesat formal dan sesat publik terha-dap KINM, di pihak lain ada pengkafiran

Page 20: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201418

dari KINM terhadap KIM. Hal ini mengan-daikan bahwa walaupun religiosentrismeatau stereotip negatif berkembang, namunjika sikap toleransi juga berkembang makakonflik kekerasan dan gerakan masif tidakakan ada, begitu juga sebaliknya.

Kedua, adanya tindakan-tindakan yangdilakukan setiap kelompok dalam berelasidengan kelompok lain, baik oleh negara, ke-lompok masyarakat sipil, dan tindakan a-gensi dari KINM sendiri. Tindakan-tindakanberbagai pihak tersebut selain telah menye-babkan terjadinya konflik, juga menyebab-kan integrasi.

Dalam menghadapi kasus KINM, adadua kekuatan besar yang bermain, tiap pi-hak menjalankan tindakan atau kekuasaan,yaitu masyarakat sipil dan negara. Kekuatanmasyarakat sipil terpola ke dalam dua ke-lompok, yaitu kekuatan sipil anti-KINM dankekuatan sipil anti-diskriminasi dan pegiatHAM. Negara dan kekuatan sipil anti-KINMselalu berkolaborasi dalam menghadapiKINM, sedangkan kekuatan sipil anti-diskri-minasi mendukung KINM.

Posisi KINM di tingkat lokal sangat dipe-ngaruhi oleh persepsi, sikap dan regulasiyang dilakukan negara dan kekuatan ma-syarakat sipil anti-KINM pada level nasional,walaupun mungkin sebuah KINM lokal ber-posisi mayoritas. Negara juga tidak mema-sukkannya sebagai lembaga konsul, danbahkan menafikan sebagian hak-hak sipilwarga KINM. Negara juga sering berkolabo-rasi dengan kekuatan sipil dari kalanganKIM, dalam upayanya mengubah keyakinanKINM. Hal ini telah menyebabkan negaratidak bersifat netral, dan tidak mampu me-mosisikan diri sebagai mediator atau mode-rator yang baik dalam proses konflik antarkelompok Islam.

Ketika terjadi proses konflik, kekuatansipil anti-KINM membagi peran (sharingrole). Mereka ada yang bermain pada levelkonflik ide, seperti penyebaran stereotip danfatwa ataupun keputusan, baik pada tingkatnasional maupun lokal. Di pihak lain adayang berperan sebagai pelaku konflik masifdan kekerasan. Dalam proses relasi antar-kelompok, KINM dihadapkan kepada dile-ma. KINM melakukan tindakan agensi se-bagai upaya mempertahankan diri dan me-langgengkan relasi dan kondisi yang sudahada. Tindakan mempertahankan diri dilaku-kan melalui berbagai strategi, yaitu:

(1) Diam dan berakomodasi. Ketika ter-jadi tindakan konflik yang dilakukan pihakluar dalam berbagai bentuk, anggota KINMnampaknya lebih banyak melakukan tin-dakan diam, walaupun bukan berarti pasifsama sekali. Justru dalam diamnya itu mere-ka intensif melakukan konsolidasi ke dalam.

(2) Pembalikan wacana. KINM lebih ba-nyak bereaksi terhadap wacana yang ber-sifat stereotip yang dilakukan negara dan ke-lompok Islam lain, atau pembalikan wacanadengan tujuan meluruskan dan memperta-hankan diri.

(3) Membangun aliansi dan upaya hu-kum. Ini dilakukan KINM pada tingkat nasio-nal maupun lokal. Kelompok aliansi akanmelakukan advokasi atau sekedar memberi-kan dukungan moril dan simpati ketika ter-jadi konflik yang melibatkan warga KINM.Umumnya mitra aliansi berfokus kepada isuHAM, pluralisme dan hukum, yang memilikikeberpihakan kepada minoritas yang ter-marginalisasi dan mendapat ketidakadilan.KINM juga ada yang berusaha memperta-hankan diri dengan melakukan upaya hu-kum, terutama ketika ada regulasi yang di-anggap merugikan kepentingannya.

Page 21: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 19

Ketiga, adanya struktur sosial yang men-jadi daya paksa bagi kelompok yang menye-babkan konflik atau harmoni antar kelom-pok. Struktur sosial itu meliputi posisi tokohlokal, kantong komunitas, sejarah relasi, danjaringan relasi.

Tokoh lokal punya peran penting dalamikut menentukan relasi antar-kelompok. DiYogyakarta misalnya, faktor penting tidakterjadinya konflik masif dan kekerasan ka-rena sikap dan kebijakan multikulturalismedari tokoh/elite budaya-politik. Politik multi-kulturalisme dari elite telah berdampak ter-hadap berkembangnya toleransi atau sikapmenahan diri dari kelompok sipil dan aparatnegara. Faktor lain yaitu relatif tidak adanyakantong komunitas KINM menjadi faktorterjadinya harmoni di Yogyakarta. Hal iniberbeda dengan di beberapa daerah sepertiSyiah di Sampang dan Ahmadiyah (JAI --red) di Kuningan.

Selain itu, eksklusivitas KINM dalam rela-si keseharian serta tidak dilibatkannya KINMdalam lembaga konsul tetap menjadi faktorpotensial terjadinya kecemburuan dan kon-flik intra-komunal Islam. Dalam aspek seja-rah relasi menunjukkan bahwa tiap daerahsebenarnya tidak sepenuhnya steril dari kon-flik, walaupun masyarakat di daerah itu se-tidak-tidaknya saat ini dianggap berada da-lam harmoni. Perbedaannya terletak padainterval waktu terjadinya konflik awal de-ngan konflik susulannya; bentuk konflikyang ada, apakah dalam bentuk konflik ide,masif, dan atau kekerasan; dan perubahanbentuk relasi sosial awal (dari konflik atauintegrasi) ke relasi sosial susulannya (konflikatau integrasi).

Menelisik Tantangan GAIJika mengingat perjalanan sejarahnya,

sebenarnya GAI telah menampilkan diri se-bagai gerakan yang sangat akomodatif ter-hadap perubahan di luar dirinya. Mungkinkarena begitu akomodatifnya terhadap tun-tutan dari luar atau karena inklusivitasnya,ada yang berpendapat bahwa gerakan ini‘tidak beridentitas’, terutama dalam halpraktik keagamaan.

Walaupun demikian, saat ini dan ke de-pan GAI tetap tidak akan terlepas dari ma-salah terutama yang berasal dari luar diri-nya. Tantangan dan masalah yang dihadapiGAI sebenarnya tidak jauh berbeda dengantantangan dan masalah yang dihadapiKINM lainnya. Antara lain sebagai berikut:

(1) Tantangan dari NegaraCukup banyak tantangan yang dihadapi

GAI yang berasal dari negara/pemerintah,di antaranya adalah:

(1) Stereotip di kalangan sebagian aparatpemerintah. Hal ini ada kaitannya denganstereotip dari negara, KIM, dan MUI terha-dap JAI, yang kemudian berpengaruh terha-dap kecenderungan menstereotipkan GAI.

(2) Generalisasi terhadap kelompok Ah-madiyah. Generalisasi dari sebagian aparatpemerintah ini juga terdapat di kalanganmasyarakat Islam. Mereka menganggap GAIdan JAI sama. Alasannya karena keduanyadianggap sama-sama mengacu kepada ki-tab yang sama sebagai sumber paham aga-manya dan tidak mau shalat bermakmumkepada orang non-Ahmadiyah, termasukadanya bai’at di kalangan GAI. Tidak ada-nya kesatuan persepsi di kalangan pejabatpemerintah sendiri dalam menilai kedua ke-lompok Ahmadiyah, GAI dan JAI, diakibat-kan kurangnya pemahaman mereka terha-dap Ahmadiyah itu sendiri. Misalnya, ketikadinyatakan bahwa dalam AD/ART GAI me-

Page 22: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201420

nyebutkan hanya bersumber dari Al-Qur’andan Hadits, serta hanya mengakui NabiMuhammad sebagai nabi terakhir, justrumereka menyatakan tidak mengetahuinya.

(3) Kolaborasi pemerintah dengan Or-mas Islam. Hal ini dilakukan pemerintah da-lam banyak kasus ketika berelasi denganKINM di Indonesia, baik di tingkat pusatmaupun di level lokal.

(4) Tidak memasukkan GAI ke dalamwakil di lembaga forum dan konsul. Masuk-tidaknya sebuah organisasi (Islam) dalamlembaga perwakilan keagamaan sepertiFKUB, MUI dan FKLD, tampaknya sangattergantung kepada pandangan atau persepsikelompok Islam mapan terhadap doktrinkeagamaan dari ormas atau gerakan Islamtertentu (sempalan), bukan pada metode ge-rakan yang digunakan oleh Islam sempalantersebut. Sebab, ada juga ormas Islam sem-palan, yang metode gerakannya menyempalatau tidak lazim digunakan oleh Islam ma-pan, tetap diakomodasi dalam lembaga per-wakilan tersebut.

(5) Regulasi. Satu hal yang melegakanGAI dari tindakan pemerintah adalah ada-nya regulasi berupa SKB 3 Menteri.[1] Apa-pun isi dari SKB ini, namun yang jelas iatidak menjadikan GAI sebagai subyek sasar-an.

(2) Tantangan dari Masyarakat SipilPada tahun 1980 Majelis Ulama Indo-

nesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwaAhmadiyah Qadian sesat. Fatwa ini kemu-dian diperkuat lagi dengan fatwa baru hasilMunas VII MUI tahun 2005 yang mengha-ramkan Ahmadiyah. Fatwa MUI tahun 2005tertuang dalam Keputusan Fatwa MUI No.11/Munas VII/MUI/15/2005 tentang AliranAhmadiyah.

Memang ada perbedaan persepsi atautafsir terhadap fatwa MUI tahun 2005. Dikalangan GAI sendiri menafsirkan bahwafatwa MUI tahun 2005 hanya menegaskankembali fatwa tahun 1980, artinya yang di-fatwa sesat hanyalah Ahmadiyah Qadian.Sementara dari Kementerian Agama menaf-sirkan fatwa MUI tahun 2005 sebagai per-luasan, yaitu mencakup JAI dan GAI. Halini terlihat dari ‘Sambutan Menteri Agamadalam Acara Sosialisasi SKB 3 Menteri’ (da-lam Kanwil Kementerian Agama DIY, 2011:60). Walaupun demikian Kementerian Aga-ma, termasuk dalam SKB 3 Menteri, hanyamenyebut JAI sebagai yang dipermasalah-kan atau yang dianggap menyimpang.

Di pihak lain, MUI DIY menganggapadanya perluasan cakupan sasaran yaitudari sebelumnya (1980) hanya menetapkantentang sesatnya Jemaat Ahmadiyah Qadi-yan (JAI), kemudian tahun 2005 mencakupJAI dan GAI.

Dari kalangan Ormas Islam, baik dariKIM maupun KINM yang lain seolah mem-bagi peran dalam menghadapi Ahmadiyah,dan GAI termasuk pihak yang kena ‘getah-nya’. Resistensi Ormas Islam ada pada levelide, masif dan kekerasan. Bahkan merekamampu berkolaborasi dengan negara.

RefleksiBangsa ini memiliki pekerjaan rumah yang

sangat besar agar konflik kekerasan dapatdiredam dan harmoni dapat berkembang.Problematika besar bangsa ini bukan terle-tak pada banyaknya kelompok agama dankelompok-kelompok Islam serta penguatanidentitas kelompok, namun lebih karenakian melemahnya budaya toleransi. Religio-sentrisme atau stereotip tetap akan terus adasepanjang ada perbedaan pemahaman dan

Page 23: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 21

kepentingan antar-kelompok. Namun, jikadiiringi dengan budaya toleransi (tasamuh),maka konflik akan dapat dicegah dan har-moni akan berkembang.

Mengingat penyebab terjadinya bentukrelasi sosial di lokasi tempat KINM beradakarena multi-faktor, maka dalam upaya pe-ngembangan relasi sosial positif perlu diper-hatikan beberapa faktor yang saling berke-lindan tersebut. Secara garis besar dapat di-fokuskan kepada: (a) minimalisasi religio-sentrisme (stereotip) sekaligus memaksima-lisasi budaya toleransi. (b) mengevaluasi se-cara cermat tindakan-tindakan yang dilaku-kan setiap kelompok yang ikut memicu kon-flik dan damai, termasuk aparat negara sen-diri. (c) mencermati aspek-aspek struktur so-sial yang ikut memberikan pengaruh terha-dap terciptanya konflik dan damai. Ketigaaspek tersebut perlu diimplementasikan se-cara komprehensif.

Pemerintah selayaknya melakukan so-sialisasi informasi mengenai perbedaanprofil dan paham keagamaan GAI dan JAI,baik kepada masyarakat Islam maupunkepada pejabat pemerintah daerah sendiri.Selain itu pemerintah juga perlu mengimple-mentasikan isi SKB 3 Menteri secara adildan komprehensif. Artinya, bukan hanyamengatur larangan dan pengawasan kegiat-an Ahmadiyah (JAI), namun juga penga-wasan terhadap tindakan masyarakat Islamkhususnya dari KIM yang mengarah kepadapenafian kerukunan dan toleransi. Jugaperlu adanya sinkronisasi antara isi SKB 3Menteri dengan fatwa MUI tahun 2005, khu-susnya mengenai kelompok sasarannya.Sinkronisasi juga perlu dilakukan antara Ke-menterian Agama dengan MUI mengenaikriteria dalam memberikan stempel sesat.Kriteria tersebut juga harus diberlakukan

secara adil dan berlaku umum bagi semuaormas/gerakan Islam, sehingga tidak munculkesan diskriminasi. Misalnya dalam kasusLDII dan Ahmadiyah Lahore (GAI). Saatini, LDII dianggap tidak sesat lagi karenadokumen legalitasnya (AD/ART) sudah di-anggap normal dan diberi legalitas oleh pi-hak pemerintah. Sementara GAI, yangdalam AD/ART-nya tidak ada keanehan,namun masih terjadi dualisme dalam sikapmasyarakat dan kebijakan pemerintah.

Perlu dipertimbangkan untuk mengem-bangkan dialog ide dan atau praksis dalammenangani masalah sosial-budaya antaraKINM dan KIM. Untuk itu negara harusmampu memosisikan diri sebagai fasilitator,mediator-moderator, dan meminimalisasikecenderungan kolaboratifnya dengan KIM.

Saran khusus bagi GAI, untuk terus me-lakukan pendekatan kepada KementerianAgama dengan tujuan meminimalisir gene-ralisasi stereotip, dan membangun citra posi-tif. Sebab ada celah penting dari regulasiKementerian Agama dan lembaga pemerin-tah yang lain, yaitu tidak memasukkan GAIsebagai subyek sasaran dalam SKB 3 Men-teri. GAI juga perlu melakukan wacana dansosialisasi informasi mengenai perbedaanprofil dan paham keagamaan GAI dan JAI,baik kepada masyarakat Islam maupunkepada pejabat negara, khususnya peme-rintah lokal maupun pusat.

Dalam kaitannya dengan relasi positifdengan berbagai pihak, GAI perlu melaku-kan berbagai upaya, antara lain: (1) tidakmengembangkan kantong komunitas, (2)meningkatkan lagi insklusivitas dalam relasikeseharian seperti kegiatan keagamaan,perkawinan lintas paham dan pertemanan,

bersambung ke hal. 28

Page 24: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201422

Berkenaan turut sertanya saya dalamacara Jalsah Salanah keluarga besarGAI tanggal 22-24 Desember 2013

di Yogyakarta, perkenankan saya berbagicerita, sebagai oleh-oleh saya selama meng-ikutinya.

Kecuali sebagai reuni guna melepas rin-du antar kita, Jalsah dimaksud juga sebagaiajang meningkatkan kualitas batin, gunameningkatkan kerinduan dan mendapatkancinta kasih Allah Ta’ala. Sebagaimana dilu-kiskan oleh Dr. Sukasno, sesepuh kita dariKudus, apabila batin kita dapat terisi sepertihalnya batu baterai HP sesudah di-charge,maka kita akan enak menerima suara dariyang lain, dan orang lain pun akan enakmendengarkan suara yang kita keluarkan.

Nyatanya, para peserta Jalsah benar-benar memanfaatkan moment itu. Merekamenghiasi keheningan malam dengan iba-dah tahajjud, menjalani shalat jamaah de-ngan khusyuk, dan menyimak berbagai na-sihat dengan khidmat. Itu semua dilakukansemata-mata demi meningkatkan kualitasbatin mereka, agar lebih dekat dengan SangKhalik, yang sesungguhnya hadir tak jauhdari urat nadi mereka sendiri.

Bila kerinduan telah merasuk batin sese-orang, maka batin itu pasti akan mendobrakbatas pemisah antara dia dan yang dirindu-

K O L O M

kannya. Dan itulah yang tampak dari wajahjamaah Jalsah, yang dengan ta’zhim danrendah hati merindukan kehadiran dankasih sayang Tuhan, sembari mentafakkurikebesaran dan kemuliaanNya.

***Kesyahduan malam pertama Jalsah diisi

tabuhan rebana dan senandung syair-syairreligius dari sebuah grup hadrah, yang me-ngiringi ceramah umum dari seorang Kyaiflamboyan namun penuh talenta. SangKyai menggugah kita semua untuk “bergauldengan hati”. Hati yang baik pasti akanmelahirkan perilaku yang baik, positif, dantanpa rasa curiga. Salah satu cara menjadi-kan hati menjadi baik, menurut Sang Kyai,adalah dengan memedomani shalat seba-gai landasan perbuatan, yang sejak awalhingga akhir mengandung makna pemulia-an Tuhan dan segenap makhlukNya. Ini ter-lukis dari kalimat takbir yang mengawalishalat, dan kalimat salam yang mengakhiri-nya.

Ini selaras dengan apa yang ditulis olehMaulana Muhammad Ali dalam buku Isla-mologi. Shalat bukanlah semata-mata pe-kerjaan lahiriah, melainkan terutama aktivi-tas pengolah batin manusia. Shalat adalahsuatu cara bagi manusia memanjatkan do’aagar Tuhan berkenan melindungi dan me-

Mensyukuri Kebersamaan(Sebuah Catatan dari Jalsah GAI, 2013)

Fathurrahman IrsyadGAI cabang Jakarta

Page 25: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 23

nuntunnya untuk senantiasa berada di jalanyang benar dalam kehidupannya, hinggaia dapat selamat sampai di tempat tujuanakhirnya.

Shalat adalah sarana pembersihan hati(tazkiyatul-qalb) dan penyucian jiwa (tazki-yatun-nafs) guna mewujudkan sifat ilahiyahdalam diri manusia. Dengan hadirnya sifatilahiyah di dalam dirinya, manusia tak ha-nya terdorong untuk berbuat baik kepadasesama tanpa pamrih, tetapi memungkin-kannya mencapai derajat akhlak yang luhurdan derajat batin yang sempurna.

Saat seorang mengucap takbir dan ber-sidekap, maka sesungguhnya ia tengah me-nanggalkan sikap yang biasa dilakukan ma-nusia seumumnya, berupa kesombongan,angkuh, dan merasa diri hebat (rumangsagedhe), dan beralih pada sikap rendah hati(tawadhu’), ta’zhim, sembari menaruh rasahormat dengan sepenuh penghayatan ke-pada Tuhan Yang Maha Agung. Lalu iabermohon perlindungan kepadaNya darisyaithan (ta’awudz), dan kemudian mem-baca surat yang menjadi intisari Al-Qur’an(al-Fatihah), yang di dalamnya terdapatpengakuan manusia akan sifat kekuasaanAllah beserta hasrat harapan manusia kepa-daNya. Sesudah itu, kita melakukan gerak-an dan membaca bacaan yang disyaratkandalam shalat, dan lantas diakhiri salam, yangmelambangkan sapaan cinta kasih kita didepan pintu gerbang kehidupan kepadasesama makhluk Tuhan. Karena itu, shalatyang sempurna akan terwujud dalam budipekerti luhur manusia, yang terbabar dalamucapan dan perilakunya.

Sekilas, kegiatan shalat dan perilaku ter-hadap sesama tampak terpisah dan berdirimasing-masing. Padahal tidak. Sebab, sha-lat dan perilaku kita adalah suatu kesatuan(unity) yang memiliki hubungan kausalitas,saling pengaruh-mempengaruhi. Sungguh,

kehidupan ruhani tidak dapat diceraikandari kehidupan duniawi, dan tiadalah arti-nya jika kita hanya menjaga salah satu darikeduanya (perhatikan QS Al-Ma’un [107]).

Ruh shalat seharusnya kita bawa-bawadalam batin kita di tengah pergaulan kitadengan sesama: keluarga, tetangga, danmasyarakat seumumnya. Niscaya denganitu, Tuhan akan menjaga dan menyelamat-kan kita, sekaligus memberi ganjaran kenik-matan surgawi, baik di alam yang kita jalanisekarang ini maupun di alam keabadian ke-lak (perhatikan QS An-Najm [53]:39-41).

***Pagi menjelang siang di hari kedua, ke-

bahagiaan menyeruak di tengah para peser-ta Jalsah, dengan kehadiran tiga orang pa-kar, yang secara bersama menyampaikanhasil penelitiannya tentang Ahmadiyah.Mereka adalah Dr. Najib Burhani (LIPI), Dr.Nawari Ismail (UMY), dan Prof. IskandarZulkarnain (UIN Sunan Kalijaga).

Pakar pertama dari LIPI, seorang mudayang cendekia, bertutur banyak soal sejarahawal kehadiran Ahmadiyah Lahore di Indo-nesia dan bagaimana hubungannya denganpara cendekiawan dan negarawan muslimdi era pertama kemunculannya itu. Adanyapersamaan persepsi keagamaan dalam me-mahami Islam di antara keduanya menjadi-kan relasi itu amat erat dan lekat. Selainitu, pada umumnya cerdik cendekia dalammempelajari Islam saat itu, lebih banyakbergumul dengan literatur AhmadiyahLahore yang berbahasa Inggris, ketimbangliteratur lain yang banyak menggunakanbahasa Arab. Antara lain beliau menyebutnama beberapa tokoh yang kemudian haridikenal sebagai peletak dasar dan pendiribangsa, seperti Cokroaminoto, Agus Salim,Soekarno, Ruslan Abdul Ghani, dll.

Kendati demikian, saya kira para cende-kia itu tak hanya belajar Islam dari Ahma-

Page 26: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201424

diyah saja. Bung Karno, misalnya, saat di-asingkan di kota Ende (NTT), beliau menu-lis surat tertanggal 25 November 1936 ber-tajuk “Tidak percaya bahwa Mirza GhulamAhmad adalah Nabi”. Dalam surat itu, be-liau mengungkap setidaknya dua hal. Per-tama, bahwa keislaman beliau tidak terikatpada satu golongan. Beliau mempelajariIslam dari berbagai sumber, bahkan terma-suk buku-buku yang diterbitkan oleh parapenentang Islam sekalipun. Kedua, beliaumenyatakan tidak mempercayai MirzaGhulam Ahmad sebagai Nabi, dan belummempercayai beliau sebagai mujaddid.Tetapi beliau mengakui buku-buku Ahma-diyah Lahore sebagai literatur yang ra-tioneel, modern, broadminded, logis, danbanyak memberi faedah dan penerangankepadanya.

Pakar kedua, seorang dosen dari kalang-an Muhammadiyah, menyatakan adanyafragmentasi dalam masyarakat Islam di In-donesia menjadi setidaknya dua kelompok,yakni yang mapan dan yang tak mapan.Selain itu, budaya toleransi semakin terge-rus dan melemah di tengah-tengah masya-rakat. Dalam nuansa menguatnya intole-ransi semacam itu, negara atau pemerintahbiasanya memilih menjadikan kelompokIslam mapan sebagai partnernya.

Hemat saya, sang pakar telah mencam-pur-adukkan antara perkara agama danperkara politik dengan kesimpulan bahwapemerintah berpihak pada kelompok Islammapan. Sebab, untuk menggalang kekuat-an, pemerintah tidak saja hanya akan me-rangkul kelompok mapan, melainkan jugaberbagai pihak yang bersedia mendukunggerak roda politiknya. Sebab dalam politikada jargon, “tak ada kawan atau musuhyang abadi, yang kekal hanyalah kepen-tingan”. Di samping itu, Indonesia bukanlahNegara Islam, meski penduduknya mayori-

tas beragama Islam. Sebab itu yang diper-juangkan pemerintah bukan hanya kepen-tingan Islam saja, melainkan kepentinganbangsa secara keseluruhan.

Dalam “Seminar Pendidikan Agama danKeagamaan Pada Ormas Keagamaan” diPuncak, Bogor beberapa waktu lalu, yangsaya juga ikut hadir di sana, Pak Mulyonomenyatakan bahwa “Ahmadiyah itu tidakhanya di rumah ataupun di kantor GAI saja,tetapi ada di mana-mana”. Ini artinya, pa-ham Ahmadiyah tidak hanya berada di ke-lompok Islam tak mapan, tapi juga ada dikelompok Islam mapan, atau mereka yangberselimut di kelompok Islam mapan (jikamasyarakat Islam itu dikelompokkan sepertikeinginan sang pakar). Banyak juga orang-orang yang berpaham Ahmadiyah dudukdi pemerintahan, meski mereka tidak meng-atributir diri sebagai seorang Ahmadi.

Pakar ketiga, guru besar dari UIN SunanKalijaga, mengemukakan analisisnya yangterkini. Beliau menyebutkan berbagai kele-mahan GAI saat ini, antara lain tidak ada-nya lagi literatur bermutu yang diterbitkanoleh GAI, lemahnya manajemen organisasi,kendurnya rekruitmen anggota, kurangnyamenjaga jaringan, dan tidak adanya proseskaderisasi. Analisis Pak Profesor ini, dalampengamatan saya, dapat diterima dan justruharus kita garis bawahi dan perhatikan de-ngan seksama.

Soal literatur, tampaknya para “Kyai Ah-madiyah” harus berjihad lebih keras me-nuangkan inspirasinya ke dalam bentuk tu-lisan, guna meramaikan penerbitan buku-buku made in GAI. Soal rekruitmen anggo-ta, memang tak sepesat JAI atau yang lain,sebab GAI lebih mementingkan “penyebar-luasan pemahaman Islam” daripada perse-baran tanda keanggotaan. Lantas soal ka-derisasi, ini selaras dengan yang didiskusi-kan pada seminar di Puncak, dimana dalam

Page 27: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 25

hal ini PIRI, sebagai wajan penggorenganperwira-perwira Ahmadi, tampaknya me-ngalami dua dilema yang timbul oleh karenafaktor dari luar maupun dari dalam. Dariluar, PIRI terkena imbas dari berbagai peris-tiwa kasus keagamaan di Indonesia yangmenyangkut Ahmadiyah, sehingga kwan-titas penerimaan calon peserta didik menu-run drastis. Sementara dari dalam, faktormasalah yang terutama adalah soal sistem,networking dan relationship. Namun sayaangkat topi atas prakarsa Pedoman Besar,yang berencana mengadakan beasiswa bagisiswa-siswi yang mau dididik menjadi kaderGAI sembari melanjutkan pendidikan for-malnya setingkat SMA/K dan Akademi diPIRI.

***Bakda shalat Subuh di hari ketiga, saya

terketuk oleh ungkapan hati Dr. BambangDharmaputra, dari Jakarta, yang disampai-kannya di atas mimbar masjid. Apa yangdiutarakannya, perlulah kiranya mendapatperhatian dan pemikiran kita. Beliau ber-tutur, bahwa syiar Islam dalam perspektifAhmadiyah melalui buku-buku adalah jalanyang paling efektif. Namun, kegiatan itu ter-kendala dengan mahalnya biaya produksidan sulitnya melakukan proses distribusi.Rata-rata toko buku, misalnya, memintarabat hingga 70% untuk setiap item. Olehkarena itu, perlu dicari alternatif lain untukpersebaran buku-buku GAI. Salah satunyamelalui internet, karena media ini sudahsangat populer dan biayanya relatif murah.Kendati demikian, saat ini DKI tengah mem-persiapkan cetak ulang Al-Qur’an edisi ter-baru, dengan bahan produksi yang eksklu-sif.

Lalu, tampillah pula seorang kyai sepuhdari Kediri, Bapak Imam Munasrip. Beliaubercerita soal pengalaman beliau sekitartahun 1966, saat mengikuti ceramah Bapak

Soedewo di gedung Bank Tabungan Posdan Giro di Yogyakarta. Menurut beliau,kala itu Pak Dewo menerangkan lafadz bas-malah, sebagai intisari al-Qur’an, denganargumentasi-argumentasi ilmiah. Itulahyang membuatnya saat itu takjub dan terka-gum-kagum dengan Pak Dewo.

Jelang siang, sebelum upacara penutup-an Jalsah diselenggarakan, seorang anakmuda dari Jakarta, keturunan almarhumSuyud Ahmad Syurayuda memantapkandirinya mengikrarkan bai’at di hadapanpara jamaah Jalsah. Ibnu Ghulam, sanganak muda tadi, bersimpuh di hadapanBapak Ali Yasir, yang memberikannya we-jangan sebelum menuntunnya menunaikanbai’at. Kita berharap, semoga bai’at yangdilakukannya menjadi semacam pintu ger-bang bagi perjalanan kehidupan batinnyayang amat mulia.

Sesudah itu, saya dibuat terpekur olehkata-kata Bapak Mulyono dalam sambutan-nya di acara Penutupan Jalsah. Beliau me-ngingatkan kita untuk selalu andhap asor,tawadlu’, menjalani hidup laiknya bumiyang kita pijak. Meski selalu diinjak-injak,dikuyo-kuyo, bumi tak pernah sekalipunmengeluh. Justru ia malah memberi sesautuyang bermanfaat dan berdaya-guna bagimereka yang menginjak-injaknya. Falsafahhidup yang menurut saya teramat dalamuntuk direnungkan.

Di penghujung acara, kami bersalaman,berangkulan, dan tertawa renyah bersama,menumpahkan kegembiraan dan rasa syu-kur. Duh Gusti Allah, selamatkanlah kamidi dunia ini, selamatkanlah kami di akhiratkelak, dan jauhkanlah kami dari siksa apineraka. Amin.[]

Page 28: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201426

WARTA KELUARGA

BERITA DUKA CITA

tunya untuk beraktivitas dalam dakwahmelalui wadah Muslimat GAI. Beliau banyakmenciptakan syair, lagu, dan mars di lingku-ngan PIRI, Muslimat, dan GAI. Jabatan ter-akhir beliau di kepengurusan GAI adalahsebagai anggota Majelis Amanah OrganisasiGAI perwakilan Cabang Yogyakarta.

Semoga beliau mendapat tempat yangmulia di sisiNya, dan semoga keluarga yangditinggalkan diberi ketabahan dan kesabar-an. Amin.[]

Keluarga Besar GAI, Februari lalu,dirundung duka dengan mening-galnya Ibu Sri Hartati Sudiyono.

Beliau wafat pada hari Sabtu, 1 Maret 2014,setelah sebelumnya menderita sakit.

Beliau aktif dalam aktivitas dakwah GAIsejak menjadi guru di sekolah-sekolah di ba-wah naungan Yayasan PIRI. Jabatan ter-akhir beliau sebelum pensiun adalah seba-gai Kepala Sekolah SMA PIRI 2 Yogyakarta.Sesudah pensiun, beliau mencurahkan wak-

***REPORTASE DARI LAHORE

Bapak Yatimin juga ikut hadir dalam ke-giatan di Lahore tersebut, sebagai satu-satu-nya perwakilan dari Indonesia. Sebagaima-na diberitakan dalam Fathi Islam edisi se-belum ini, beliau berkunjung ke Lahore atasundangan AAIIL Pakistan, selain untukmenghadiri forum Jalsah, juga dalam rang-ka penerjemahan buku-buku karya AmirAziz, Sekretaris Jendral AAIIL Pakistan.Untuk keperluan tersebut, beliau bertinggaldi Lahore selama hampir dua bulan. Beliaujuga menceritakan mengenai berbagai ke-giatan lain yang ada di Kompleks Darus-salam, sebagai pusat kegiatan AhmadiyahLahore di Pakistan.

Sehari sesudah Jalsah Du’aiyah, dise-lenggarakan pertemuan antar perwakilanAAIIL dari berbagai negara, dalam sebuahforum yang disebut International Consul-tative Committee (ICC). Dalam forum ter-sebut antara lain dibicarakan mengenai ga-

Ahmadiyya Anjuman Isha’ati IslamLahore (AAIIL) Pakistan akhir tahunlalu menyelenggarakan Jalsah Du-

’aiyah (Pengajian Tahunan) sekaligus peri-ngatan 100 tahun perjuangan AhmadiyahLahore di Kompleks Darussalam, Lahore,Pakistan. Acara ini berlangsung selama limahari, yakni tanggal 25 sampai dengan 29Desember 2013. Pada tahun ini, merekamengundang perwakilan AAIIL dari berba-gai negara, antara lain Belanda, Amerika,Inggris, Suriname, Trinidad, India, dan Aus-tralia.

Demikian penuturan Bapak Yatimin ASdi hadapan warga GAI Yogyakarta, padaPengajian Minggu Ketiga, bulan Februari2013 lalu di Aula Yayasan PIRI. PengajianMinggu Ketiga di Yogyakarta tetap diseleng-garakan, meskipun debu vulkanik akibatletusan Gunung Kelud di Jawa Timur masihmenyelimuti kota Yogyakarta saat itu.

Page 29: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 2014 27

Pada hari Sabtu, 15 Maret 2013 lalu,GAI mendapat kunjungan dari sekitar30 peserta Sekolah Lintas Iman Ang-

katan Ke-5, berikut para pendampingnya.Sekolah Lintas Iman adalah sebuah pro-gram studi yang berorientasi pada “DialogDalam Aksi”, di mana para mahasiswa yangmengambil program studi ini belajar bersa-ma tentang dialog mengenai tema yang di-angkat, melalui pengalaman real, kunjunganlapangan, dan refleksi bersama. Program inidiselenggarakan oleh Institut Dialog AntarIman (Dian/Interfidei) sejak tahun 2010, be-kerja sama dengan tiga universitas di Yogya-karta, yakni Universitas Islam Negeri (UIN)Sunan Kalijaga, Universitas Sanata Dharma(USD), dan Universitas Kristen Duta Waca-na (UKDW).

SLI Angkatan ke-5 ini mengambil tema“Kebhinekaan, Demokrasi, dan Hak-hakWarga Negara”. GAI mendapat kehormatanmenjadi salah satu tuan rumah dan narasumber dalam kaitannya dengan peran GAIdi tengah masyarakat terkait tema tersebut.

Selain itu, berbagai kasus pelanggaran hakwarga negara, khususnya dalam menjalan-kan keyakinannya, sebagaimana juga yangmenimpa warga Ahmadiyah di Indonesia,menjadi materi yang juga didiskusikan.

Para peserta diterima di ruang Aula Ya-yasan PIRI oleh Sekretaris PB GAI, BapakMulyono, ditemani oleh Ibu Anis Farikhatin,salah satu pengurus Muslimat GAI CabangYogyakarta. Dalam kesempatan tersebut,Pak Mul menyampaikan soal bagaimanaperan GAI dalam proses sejarah kehidupandemokrasi di Indonesia sejak sebelum ber-diri hingga sekarang, utamanya dalam ra-nah pengembangan wacana intelektual ke-agamaan. Sementara di ranah politik, GAIadalah organisasi non-partisan. Karena itu,GAI tidak pernah mengintervensi dan bah-kan memberikan keleluasaan kepada setiapwarganya untuk bersikap mandiri dalammenentukan sikap politiknya. GAI sendiri,sebagai sebuah organisasi, bersikap taat se-penuhnya pada pemerintahan yang sah.

Sementara itu, Ibu Anis menyampaikan

gasan mendirikan sub-center AAIIL, yangsementara ini direncanakan didirikan di Su-riname. Gagasan ini diwacanakan terkaitsempitnya ruang gerak AAIIL di Lahore ka-rena berbagai peraturan pemerintah terkaitAhmadiyah.

Pak Yatimin bercerita juga mengenailembaga kaderisasi di Lahore, yakni LahoreAhmadiyya School for Education on Reli-gion (LASER). Lembaga ini telah memilikikurikulum kaderisasi yang telah baku, yang

materi ajarnya antara lain seputar tafsir Qur-’an, tarikh Islam, tarikh imamuz-zaman, dll.Masa tempuh pendidikan kader di sini ada-lah empat (4) tahun. Selain itu, ada klinikgratis (free dispencary) di kompleks Darus-salam Lahore, yang diperuntukkan bagipelayanan kesehatan terhadap masyarakatluas tanpa memungut biaya sepeser pun.Menurut penuturan pengelolanya, setidak-nya ada sekitar 200 pasien setiap hari yangdilayani.[]

***KUNJUNGAN MAHASISA SEKOLAH LINTAS IMAN

Page 30: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/05/FI-Edisi-03.pdfdiri sebagai yang merasa berhak masuk sur- ... Karena surga itu sangat luas, ... gara

FATHI ISLAM - Edisi 003 | Maret - April 201428

bahwa dikaitkannya GAI dengan berbagaikasus kekerasan di Indonesia, yang antaralain menimpa warga JAI, adalah karena pro-ses generalisasi akibat ketidaktahuan dankesalahpahaman pemerintah maupun ma-syarakat pada umumnya. Generalisasi ter-jadi dikarenakan adanya kesamaan namaantara GAI dan JAI, yang sama-sama meng-gunakan kata “Ahmadiyah”. Generalisasi itukemudian melahirkan stigma yang berujungpada sikap diskriminatif. Sesungguhnya GAI,

Donatur Fathi Islam Edisi 003 - 2014

jejaring dan kemitraan dengan kekuatansipil yang berfokus kepada hukum danHAM, termasuk juga dengan elite budaya-politik. (5) Perlu mempertimbangkan keje-lasan afiliasi politik.[]

(3) perlu dipertimbangkan untuk mendo-rong anggotanya terus meningkatkan relasidengan kelompok/oganisasi yang berorien-tasi kepada pengembangan hobi, bisnis,bahkan partai politik yang anggotanya ber-beda paham agama. (4) mengembangkan

sambungan dari hal. 21

No. Donatur Jumlah

1 GAI Cabang Kediri 300,000

2 Bp Marsetyo Raharjo 50,000

3 Ibu Sunaryatni 50,000

4 Bp Iwan Yusuf 100,000

5 Bp Suroso Raharjo 100,000

6 Bp Muslim 50,000

7 Bp Mulyono 100,000

8 Asgor Ali 100,000

Jumlah 850,000

Saluran Infaq Sedekah Fathi Islam

BTN Syari'ah Yogyakarta a/n LAZIS PIRI No. Rek 7043300040

menurut Ibu Anis, mendapat imbas (side-effect) belaka dari berbagai kasus yang me-nimpa warga JAI. Padahal, pada kenyataan-nya, GAI dan JAI adalah dua hal yang ber-beda, baik secara ideologis maupun organi-satoris. Menurut Ibu Anis, hal ini bukan pe-nilaian subjektif beliau selaku warga GAI.Sebab, hal ini diungkap pula secara objektifoleh beberapa peneliti dalam forum JalsahGAI pada akhir Desember 2013 lalu.[]