hasil dan pembahasan keadaan umum sekolah dasar v... · 20 hasil dan pembahasan keadaan umum...

23
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD di Jakarta dan 30 SD di Bogor. Pada analisis ini, sekolah dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu berdasarkan wilayah, status sekolah, mutu sekolah (akreditasi) serta sarana dan prasarana sekolah. Sebaran SD berdasarkan kategori- kategori tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Sebaran SD berdasarkan status, mutu serta sarana dan prasarana sekolah di Jakarta dan Bogor Kategori SD Wilayah Total (n=82) Jakarta (n=52) Bogor (n=30) n % n % n % Status Negeri 29 55.8 20 66.7 49 59.8 Swasta 23 44.2 10 33.3 33 40.2 Total 52 100.0 30 100.0 82 100.0 Mutu (akreditasi) A 24 46.2 10 33.3 34 41.5 B 25 48.1 14 46.7 39 47.6 C 2 3.8 5 16.7 7 8.5 Belum terakreditasi 1 1.9 1 3.3 2 2.4 Total 52 100.0 30 100.0 82 100.0 Sarana dan prasarana Baik 49 94.2 10 33.3 59 72.0 Sedang 3 5.8 17 56.7 20 24.4 Kurang 0 0.0 3 10.0 3 3.7 Total 52 100.0 30 100.0 82 100.0 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar SD yang menjadi tempat penelitian di wilayah Jakarta maupun Bogor berstatus negeri dan berakreditasi B. Jika dilihat berdasarkan sarana dan prasarana sekolah, SD di wilayah Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik daripada SD di wilayah Bogor. Hal ini dapat dilihat pada SD yang memiliki sarana dan prasarana yang berkategori baik di wilayah Jakarta sebanyak 94.2% sedangkan di Bogor hanya 33.3%. SD dengan sarana dan prasarana yang baik akan menunjang proses belajar mengajar siswa di sekolah. Selain itu juga dapat mendukung perilaku pengelola kantin dan penjaja PJAS. Sarana dan prasarana yang terdiri dari tempat sampah di kelas, tempat sampah di lingkungan sekolah, tempat penampungan sampah

Upload: vanbao

Post on 02-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sekolah Dasar

Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

di Jakarta dan 30 SD di Bogor. Pada analisis ini, sekolah dikelompokkan menjadi

beberapa kategori, yaitu berdasarkan wilayah, status sekolah, mutu sekolah

(akreditasi) serta sarana dan prasarana sekolah. Sebaran SD berdasarkan kategori-

kategori tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran SD berdasarkan status, mutu serta sarana dan prasarana sekolahdi Jakarta dan Bogor

Kategori SD

WilayahTotal

(n=82)Jakarta(n=52)

Bogor(n=30)

n % n % n %Status

Negeri 29 55.8 20 66.7 49 59.8Swasta 23 44.2 10 33.3 33 40.2

Total 52 100.0 30 100.0 82 100.0Mutu (akreditasi)

A 24 46.2 10 33.3 34 41.5B 25 48.1 14 46.7 39 47.6C 2 3.8 5 16.7 7 8.5Belum terakreditasi 1 1.9 1 3.3 2 2.4

Total 52 100.0 30 100.0 82 100.0Sarana dan prasarana

Baik 49 94.2 10 33.3 59 72.0Sedang 3 5.8 17 56.7 20 24.4Kurang 0 0.0 3 10.0 3 3.7

Total 52 100.0 30 100.0 82 100.0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar SD yang

menjadi tempat penelitian di wilayah Jakarta maupun Bogor berstatus negeri dan

berakreditasi B. Jika dilihat berdasarkan sarana dan prasarana sekolah, SD di

wilayah Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik daripada SD di

wilayah Bogor. Hal ini dapat dilihat pada SD yang memiliki sarana dan prasarana

yang berkategori baik di wilayah Jakarta sebanyak 94.2% sedangkan di Bogor

hanya 33.3%.

SD dengan sarana dan prasarana yang baik akan menunjang proses belajar

mengajar siswa di sekolah. Selain itu juga dapat mendukung perilaku pengelola

kantin dan penjaja PJAS. Sarana dan prasarana yang terdiri dari tempat sampah di

kelas, tempat sampah di lingkungan sekolah, tempat penampungan sampah

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

21

sementara, bentuk penampungan sampah sementara di sekolah, keberadaan air,

keberadaan WC dan kualitas air.merupakan faktor pendukung dalam keamanan

pangan di lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari Sebaran SD berdasarkan

kondisi sarana dan prasarana di Jakarta dan Bogor disajikan pada Tabel 3

Tabel 3 Sebaran SD berdasarkan kondisi sarana dan prasarana di Jakarta danBogor

No Sarana dan PrasaranaWilayah

TotalJakarta Bogorn % n % n %

1 Keberadaan tempat sampah di kelas 49 94.2 16 53.3 65 79.32 Keberadaan tempat sampah sekolah 50 96.2 27 90.0 77 93.93 Tempat penampungan sampah

sementara di sekolah38 73.1 21 70.0 59 72.0

4 penampungan sampah sementarayang tertutup di sekolah

16 30.8 2 6.7 18 22.0

5 Ketersediaan air 51 98.1 28 93.3 79 96.36 Sumber air dari PAM 27 51.9 20 66.7 47 57.37 Kualitas air bersih 50 96.2 28 93.3 78 95.18 Tempat cuci tangan 43 82.7 3 10.0 46 56.19 Ketersediaan listrik 52 100.0 29 96.7 81 98.810 Ketersediaan WC 50 96.2 28 93.3 78 95.1

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa penampungan sampah sementara

yang tetutup di Jakarta (30.8%) dan Bogor (6.7%) sangat sedikit. Keberadaan

tempat cuci tangan di wilayah Bogor (10.0%) juga masih sangat kurang.

Andarwulan et al (2008) menyatakan bahwa fasilitas sekolah yang memadai

diperlukan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia. Kenyamanan

belajar dan keberhasilan proses belajar mengajar suatu sekolah sangat tergantung

dari peraturan sekolah yang diterapkan dan keberadaan fasilitas sekolah.

Sekolah yang berada di wilayah Jakarta umumnya memiliki fasilitas yang

lebih baik daripada Bogor. Hal ini mungkin karena wilayah Jakarta yang memiliki

sekolah dengan mutu (akreditasi) A lebih banyak dan Jakarta merupakan wilayah

metropolitan, sehingga akses untuk sarana dan prasarana yang tersedia lebih

memadai.

Karakteristik ContohContoh dalam penelitian ini berjumlah 123 orang, yang terdiri dari 41 orang

pengelola kantin yang berjualan di kantin atau warung sekolah dan 82 orang penjaja

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

22

PJAS yang berjualan di sekitar atau luar sekolah. Contoh tersebut berasal dari 82

SD dengan rincian 52 SD di Jakarta dan 30 SD di Bogor. Jumlah pengelola kantin di

Jakarta sebanyak 33 orang dan Bogor 8 orang, sedangkan penjaja PJAS di Jakarta

sebanyak 52 orang dan Bogor 30 orang.

Pendidikan ContohTingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang telah

ditempuh oleh contoh. Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya

penanggulangan masalah gizi. Dengan pendidikan gizi, diharapkan terjadi

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dalam hal mengkonsumsi makanan dan

status gizi. Perilaku konsumsi pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem

keluarga melalui proses pendidikan maupun sebagai dampak penyebaran informasi

(Madanijah 2004). Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan,

semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak akan semakin besar (Engel et al 1994 diacu dalam Lusiana 2008).

Tingkat pendidikan contoh tersebar dari tidak sekolah hingga perguruan

tinggi. Secara umum, pendidikan pengelola kantin lebih baik daripada penjaja PJAS.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4, dimana sebagian besar pendidikan pengelola

kantin adalah SMA/sederajat (41.5%) sedangkan penjaja PJAS adalah SD/sederajat

(62.2%). Sebaran contoh berdasarkan pendidikan di Jakarta dan Bogor disajikan

pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan di Jakarta dan Bogor

PendidikanPengelola kantin Penjaja PJAS

Jakarta Bogor Total Jakarta Bogor Totaln % n % n % n % n % n %

Tidak sekolah 1 3.0 0 0.0 1 2.4 0 0.0 0 0.0 0 0.0SD/sederajat 6 18.2 0 0.0 6 14.6 35 67.3 16 53.3 51 62.2SMP/sederajat 7 21.2 3 37.5 10 24.4 11 21.2 9 30.0 20 24.4SMA/sederajat 14 42.4 2 25.0 17 41.5 5 9.6 5 16.7 10 12.2Perguruan tinggi 5 15.2 3 37.5 7 17.1 1 1.9 0 0.0 1 1.2Total 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100.0 30 100.0 82 100.0

Jenis Kelamin ContohSecara umum, sebagian besar jenis kelamin pengelola kantin dan penjaja

PJAS adalah laki-laki. Laki-laki sebagai kepala rumah tangga atau orang yang

bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga perlu

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

23

memiliki pekerjaan. Pada Tabel 5 dapat dilihat sebaran contoh berdasarkan jenis

kelamin di Jakarta dan Bogor

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin di Jakarta dan Bogor

Jeniskelamin

Pengelola kantin Penjaja PJASJakarta Bogor Total Jakarta Bogor Total

n % n % n % n % n % n %Laki-laki 22 66.7 5 62.5 27 65.9 43 82.7 26 86.7 69 84.1Perempuan 11 33.3 3 37.5 14 34.1 9 17.3 4 13.3 13 15.9Total 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100.0 30 100.0 82 100.0

Sikap Kepala SekolahSikap adalah suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan berfikir (neural) yang

disiapkan untuk memberikan tanggapan suatu objek yang diorganisasikan melalui

pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktek

atau tindakan. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat

ditafsirkan dari tindakan tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Menurut Notoatmodjo 2003, sikap merupakan reaksi atau respon terhadap

suatu stimulus atau menggambarkan suka atau tidaknya terhadap suatu objek dan

belum menunjukkan tindakan atau aktivitas. Sikap kepala sekolah tentang

keamanan pangan dinilai berdasarkan hasil jawaban 10 pertanyaan. Pada Tabel 6

dapat dilihat sebaran sikap kepala sekolah di Jakarta dan Bogor tentang keamanan

pangan.

Sikap kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang menjaga

kebersihan sekolah dengan baik, senantiasa melakukan pengawasan dan

pembinaan terhadap penjual, peduli akan kesehatan dan kebersihan, sering

memberikan nasehat perihal keamanan yang baik terhadap siswa, selalu

menginstruksikan kepada guru untuk memberikan bimbingan atau penyuluhan

kepada siswa tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, melakukan

pembinaan kepada para penjual serta adanya upaya untuk memperbaiki kantin

sekolah.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

24

Tabel 6 Sebaran kepala sekolah berdasarkan sikap di Jakarta dan Bogor

Sikap Kepala Sekolah Jakarta Bogor Total Uji Bedan % n % n %

Baik 6 11.5 8 26.7 14 17.1P=0.215Sedang 41 78.8 19 63.3 60 73.2

Kurang 5 9.6 3 10.0 8 9.8Total 52 100.0 30 100.0 82 100.0Rata-rata skor 70.1 75.8 72.7

Secara umum, sebagian besar kepala sekolah di wilayah Jakarta dan Bogor

memiliki sikap tentang keamanan pangan dengan kategori sedang. Jika dilihat dari

skor rata-rata, kepala sekolah yang memiliki sikap tentang keamanan pangan di

wilayah Bogor (75.8) lebih tinggi dari pada Jakarta (70.1). Berdasarkan hasil uji t-test

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap kepala sekolah berdasarkan wilayah

(p=0.215).

Penerapan Kebijakan Keamanan PanganPeraturan sekolah harus disosialisasikan kepada penjaja makanan yaitu

pada pengelola kantin dan penjaja PJAS dan kemudian harus dipatuhi. Menurut

Notoatmodjo (2003), dengan adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi maka

akan dapat membantu dalam perubahan perilaku seseorang. Penerapan kebijakan

keamanan pangan di SD dinilai berdasarkan hasil jawaban enam pertanyaan.

Pertanyaan tentang kebijakan keamanan mencakup tentang peraturan tentang

pengelola kantin dan penjaja PJAS, bentuk sanksi yang diberikan kepada pengelola

kantin dan penjaja PJAS jika mereka melanggar peraturan, pengawasan serta

pembinaan/penyuluhan.

Pada Tabel 7 dapat dilihat sebaran sekolah berdasarkan penerapan

kebijakan keamanan pangan sekolah. Pada umumnya, sebagian besar sekolah

memiliki penerapan kebijakan keamanan pangan dengan kategori baik yaitu sebesar

50.0%. Jika dilihat dari skor rata-rata penerapan kebijakan keamanan sekolah,

wilayah Bogor (80.0) lebih tinggi daripada Jakarta (77.4). Hal ini sejalan dengan

sikap kepala sekolah, dimana skor sikap kepala sekolah tentang keamanan pangan

yang tinggi, juga diikuti dengan penerapan kebijakan keamanan pangan di sekolah

juga cenderung tinggi. Hasil uji beda statistik menunjukkan tidak ada perbedaan

penerapan kebijakan keamanan pangan sekolah berdasarkan wilayah (p=0.931).

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

25

Tabel 7 Sebaran sekolah berdasarkan penerapan kebijakan keamanan pangan diJakarta dan Bogor

Penerapan kebijakankeamanan pangan

Jakarta Bogor Total Uji Bedan % n % n %

Baik 26 53.8 13 43.3 41 50.0Sedang 9 17.3 12 40.0 21 25.6 p=0.931Kurang 15 28.8 5 16.7 20 24.4

Total 52 100.0 30 100.0 82 100.0Rata-rata skor 77.4 80.0 78.4

Sebaran sekolah berdasarkan penerapan kebijakan keamanan pangan di

Jakarta dan Bogor dapat dilihat pada Tabel 8. Secara umum, sebagian besar

sekolah yang dijadikan contoh penelitian telah memiliki peraturan mengenai penjaja

makanan. Berdasarkan hasil jawaban dari pihak sekolah, peraturan lebih banyak

dikeluarkan oleh pihak sekolah itu sendiri (97.6%) dan sebagian lainnya dikeluarkan

oleh pihak Sudin Kecamatan (12.2%), Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (9.6%),

Dinas Pendidikan Provinsi (6.1%), Depdiknas Pusat (2.4%) dan lainnya (1.2%). Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian PJAS dalam skala nasional oleh SEAFAST

Center, LPPM IPB (2008) dimana peraturan sekolah dikeluarkan oleh berbagai

sektor antara lain kepala sekolah (95.0%), Dinas Pusat (1.7%), Dinas Provinsi

(1.7%), Dinas Kabupaten/Kota (8.5%), dan Sudin Kecamatan (7.4%). Umumnya

pihak sekolah memberikan sanksi jika melanggar peraturan yaitu tidak diizinkan lagi

berjualan di sekitar sekolah (64.6%) dan tidak boleh berjualan pada selang waktu

tertentu (26.8%). Namun, sebanyak 8.5% sekolah tidak memberikan sanksi apapun

kepada penjaja makanan jika melanggar peraturan.

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar sekolah telah menerapkan

pengawasan pada pengelola kantin dan penjaja PJAS, yang dilakukan oleh guru

UKS (41.5%), guru piket (39.0%), petugas kantin (12.2%) dan lainnya (2.4%).

Berdasarkan wilayah, pengawasan di Jakarta sebagian besar dilakukan oleh guru

UKS (50.0%) dan di Bogor dilakukan oleh guru piket (53.3%). Sebaiknya yang

dijadikan sebagai tim pengawas adalah orang yang memiliki pengetahuan gizi dan

keamanan pangan, mengetahui cara pengolahan pangan yang baik, sanitasi dan

higiene. Lebih baik lagi jika pengelola kantin dan penjaja PJAS pernah mengikuti

pelatihan pengawasan.

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

26

Tabel 8 Sebaran sekolah berdasarkan penerapan kebijakan keamanan pangan diJakarta dan Bogor

No Penerapan kebijakanWilayah JumlahJakarta Bogor

n % n % n %1 Adanya peraturan/tata tertib yang diberlakukan oleh

sekolahAda 39 75.0 21 70.0 60 73.2Tidak 13 25.0 9 30.0 22 26.8

2 Yang mengeluarkan peraturanSekolah 51 98.1 29 96.7 80 97.6Sudin Kecamatan 7 13.5 3 10.0 10 12.2Dinas Pendidikan Kab/kota 5 9.6 3 10.0 8 9.6Dinas Pendidikan Provinsi 4 7.7 1 3.3 5 6.1Depdiknas Pusat 1 1.9 1 3.3 2 2.4Lainnya 0 0.0 1 3.3 1 1.2

3 Yang diatur dalam peraturan keamanan panganKantin sekolah 38 73.0 13 43.3 51 62.2Penjaja makanan di sekitar sekolah 34 65.4 24 80.0 58 70.7Siswa 36 69.2 21 70.0 57 69.5Orangtua siswa 20 38.5 9 30.0 20 24.4Guru 22 42.3 12 40.0 34 41.5Penggunaan fasilitas untuk penjaja kantindan penjaja PJAS

24 46.2 11 36.7 35 42.7

Lainnya 1 1.9 2 6.7 3 3.64 Bentuk sanksi yang diberikan jika melanggar

peraturanTidak boleh berjualan pada selang waktutertentu

16 30.8 6 20.0 22 26.8

Tidak diizinkan lagi berjualan 30 57.7 23 76.7 53 64.6Tidak ada sanksi 6 11.5 1 3.3 7 8.5

5 Yang mengawasi penjaja di sekolahGuru UKS 26 50.0 8 30.0 34 41.5Guru piket 16 30.8 16 53.3 32 39.0Petugas kantin 9 17.3 1 3.3 10 12.2Lainnya 0 0.0 2 6.7 2 2.4Tidak ada 9 17.3 4 13.3 13 15.9

6 Pembinaan/penyuluhanPernah 32 61.5 20 66.7 52 63.4Tidak pernah 20 38.5 10 33.3 30 36.6

Penerapan kebijakan yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam hal

pembinaan/penyuluhan kepada pihak penjaja makanan pada umumnya sudah

dilaksanakan yaitu sebanyak 61.5%% di Jakarta dan 66.7% di Bogor.

Pembinaan/penyuluhan keamanan pangan dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan atau mengubah perilaku penjaja PJAS dan pengelola kantin yang

terkait dengan gizi dan keamanan pangan. Diharapkan dengan adanya

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

27

pembinaan/penyuluhan tersebut, pengetahuan dan praktek gizi dan keamanan

dapat menjadi lebih baik.

Perilaku Pengelola Kantin dan Penjaja PJAS

Pengetahuan Pengelola Kantin dan Penjaja PJASPengetahuan gizi dan keamanan pangan adalah aspek kognitif yang

menunjukkan pemahaman contoh tentang gizi dan keamanan pangan. Tingkat

pengetahuan gizi dan keamanan pangan seseorang berpengaruh terhadap praktek

dan pemilihan pangan, pengolahan dan penyimpanan pangan (Andarwulan et al

2008). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan pada pengelola kantin dan penjaja

PJAS dinilai berdasarkan hasil jawaban 14 pertanyaan. Pengetahuan gizi dan

keamanan pangan dikategorikan menjadi tiga yaitu baik, sedang dan kurang.

Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar dari pertanyaan tentang

pengetahuan gizi dan keamanan pangan disajikan pada Lampiran 1.

Pada Lampiran 1 dapat dilihat contoh pertanyaan mengenai 4 sehat 5

sempurna, akibat mengkonsumsi pangan jajanan yang tidak sehat dan bersih,

kebiasaan mencuci tangan yang baik dan es sirup yang terasa manis, namun agak

pahit jika ditelan, sebagian besar mampu dijawab oleh pengelola kantin dan penjaja

PJAS. Namun pertanyaan mengenai definisi jajanan dan pangan jajanan yang

menyebabkan sakit, kurang mampu dijawab oleh pengelola kantin dan penjaja

PJAS. Hal ini berarti masih kurangnya pengetahuan contoh tentang gizi dan

keamanan pangan. Oleh karena itu, diharapkan kepada pihak sekolah dan pihak-

pihak terkait untuk dapat memberikan pembinaan atau penyuluhan yang rutin

terhadap pengelola kantin dan penjaja PJAS tentang gizi khususnya tentang

keamanan pangan.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan gizi merupakan pengetahuan

tentang peranan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan yang aman untuk

dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang

baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup sehat.

Tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan contoh berpengaruh terhadap

praktek dalam pemilihan pangan yang dijual, dengan pengetahuan gizi dan

keamanan pangan yang baik, diharapkan contoh dapat menjual makanan yang

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

28

aman dan bergizi. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan di Jakarta dan Bogor

dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan di Jakarta dan Bogor

KategoriPengetahuan

Pengelola kantin Penjaja PJASJakarta Bogor Total Uji beda Jakarta Bogor Total Uji beda

n % n % n % n % n % n %Baik 6 18.2 1 12.5 7 17.1

p=0.841

5 9.6 3 10.0 8 9.8

p=0.993Sedang 15 45.5 5 62.5 20 48.8 23 44.2 13 43.3 36 43.9Kurang 12 36.4 2 25.0 14 34.1 24 46.2 14 46.7 38 46.3

Total 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100.0 30 100.0 82 100.0Rata-rata skor 66.2 66.9 66.4 62.1 60.5 61.5

Secara umum, pengetahuan pengelola kantin lebih baik daripada penjaja

PJAS. Hal ini dapat dilihat dari total pengetahuan pengelola kantin yang berkategori

baik sebanyak 17.1% sedangkan penjaja PJAS hanya 9.8% dan rata-rata skor

pengetahuan pengelola kantin (66.4) dan penjaja PJAS (61.5). Sedangkan

berdasarkan wilayah, pengelola kantin di Jakarta maupun di Bogor memiliki

pengetahuan dengan kategori sedang, dan pada penjaja PJAS di Jakarta dan Bogor

memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Hal ini sejalan dengan pendapat

Tjitarsa (1992) yang mengatakan bahwa rendahnya pendidikan berakibat pada

rendahnya pengetahuan dan menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya masalah

kesehatan. Oleh karena itu, pihak sekolah maupun pihak-pihak terkait seperti Dinas

Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan maupun Balai POM setempat

dapat memberikan pembinaan atau penyuluhan kepada penjaja PJAS mengenai gizi

dan keamanan pangan.

Berdasarkan hasil uji t-test, tidak ada perbedaan pengetahuan pengelola

kantin dan penjaja PJAS berdasarkan wilayah (p≥0.05) dan tidak terdapat

perbedaan pengetahuan antara pengelola kantin dan penjaja PJAS (p≥0.05).

Persepsi Pengelola Kantin dan Penjaja PJASPersepsi contoh dinilai berdasarkan hasil jawaban tiga pertanyaan. Sebaran

contoh berdasarkan persepsi yang termasuk baik, disajikan pada Tabel 10.

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

29

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan persepsi yang baik

No PersepsiPengelola kantin

TotalPenjaja PJAS

TotalJakarta Bogor Jakarta Bogorn % n % n % n % n % n %

1 Pangan jajanan yangdijual bergizi

28 84.8 7 87.5 35 85.4 36 69.2 25 83.3 61 74.4

2 Pangan jajanan yangdijual aman dan tidakmenyebabkan sakit

31 93.9 8 100.0 39 95.1 47 90.4 29 96.7 76 92.7

3 Menjaga kebersihan 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100.0 29 96.7 81 98.8

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum, sebagian besar

pengelola kantin dan penjaja PJAS memiliki persepsi bahwa telah menjual makanan

yang bergizi, pangan yang dijual aman dan tidak menyebabkan sakit serta telah

menjaga kebersihan di sekitar lingkungan penjualan.

Praktek Keamanan Pangan Pengelola Kantin dan Penjaja PJASPraktek atau tindakan merupakan respon yang timbul akibat dari rangsangan

atau objek yang telah diketahui atau disadari sepenuhnya. Praktek atau tindakan

nyata seseorang merupakan suatu bentuk aktif dari perilaku (Notoatmodjo 2007).

Praktek keamanan pangan pada pengelola kantin dan penjaja PJAS terdiri

dari higiene penjual atau penyaji, penanganan dan penyimpanan makanan dan

minuman, sarana dan prasarana serta pengendalian hama, sanitasi tempat dan

peralatan. Praktek keamanan pangan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu baik,

sedang dan kurang. Sebaran contoh berdasarkan praktek keamanan pangan di

Jakarta dan Bogor disajikan pada Tabel 11.

Secara umum, keseluruhan praktek pengelola kantin lebih baik daripada

penjaja PJAS. Hal ini dapat dilihat dari praktek keamanan pengelola kantin yang

berkategori baik sebanyak 9.8% sedangkan penjaja PJAS hanya 1.2% dan rata-rata

skor praktek keamanan pangan pada pengelola kantin sebesar 62.7 sedangkan

penjaja PJAS hanya 49.2

Secara umum, sebagian besar pengelola kantin dan penjaja PJAS memiliki

higiene dengan kategori kurang dan penanganan serta penyimpanan makanan dan

minuman dengan kategori sedang. Namun pada aspek sarana dan prasarana serta

pada pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan, pengelola kantin lebih baik

dari pada penjaja PJAS.

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

30

Sebaran contoh berdasarkan praktek higiene serta penanganan dan

penyimpanan makanan dan minuman yang benar disajikan pada Lampiran 2,

sedangkan sebaran contoh berdasarkan praktek sarana dan prasarana serta

pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan disajikan pada Lampiran 3. Hasil

uji t-test menunjukkan bahwa pada pengelola kantin tidak terdapat perbedaan pada

praktek keamanan yaitu higiene, sarana dan prasarana serta penanganan dan

penyimpanan makanan dan minuman (p≥0.05) kecuali pada pengendalian hama,

sanitasi tempat dan peralatan (p=0.011). Hasil uji t-test pada penjaja PJAS

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada praktek keamanan pangan yaitu

pada higiene, penanganan dan penyimpanan makanan dan miinuman, sarana dan

prasarana serta pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan (p≥0.05).

Berdasarkan Lampiran 2, dapat dilihat bahwa pada praktek higiene pengelola

kantin dan penjaja PJAS masih banyak yang memegang uang selama pengolahan

pangan. Pengelola kantin dan penjaja PJAS juga sangat kurang dalam hal mencuci

tangan sebelum dan sesudah melayani pembeli. Namun lebih dari 90% pengelola

kantin dan penjaja PJAS tidak menggaruk-garuk badan, bersin ataupun batuk

selama melayani pembeli. Pada praktek penanganan dan penyimpanan makanan

dan minuman, masih banyak pengelola kantin dan penjaja PJAS yang tidak selalu

menutup makanan/minuman yang dijual serta penggunaan bahan tambahan kimia

atau alami yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, lebih dari 90%

pengelola kantin dan penjaja PJAS tidak terdapat bahan-bahan beracun di area

penjualannya.

Lampiran 3 menunjukkan bahwa pada praktek sarana dan prasarana masih

banyak yang kurang dalam hal tempat cuci tangan, lap tangan, lap peralatan, tempat

sampah dan tempat pencucian peralatan dengan suplai air yang mengalir. Hal

tersebut dapat menjelaskan tentang rendahnya praktek pengelola kantin dan penjaja

PJAS dalam hal mencuci tangan sebelum dan sesudah melayani pembeli. Menurut

Notoatmodjo (2007) sarana dan fasilitas merupakan faktor pemungkinan

terbentuknya atau berubahnya perilaku seseorang. Pada praktek pengendalian

hama, sanitasi tempat dan peralatan, masih banyak pengelola kantin dan penjaja

PJAS yang tidak membuang sampah secara teratur, pencucian peralatan tidak

menggunakan air yang mengalir dan detergen disimpan terpisah dan diberi label.

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

31

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan praktek keamanan pangan di Jakarta danBogor

Praktek

KelompokPengelola kantin

TotalPenjaja PJAS Total

Jakarta Bogor Jakarta Bogorn % n % n % n % n % n %

Higiene penjual/ penyajiBaik 1 3.0 0 0.0 1 2.4 1 1.9 0 0.0 1 1.2Sedang 13 39.4 5 62.5 18 43.9 24 46.2 10 33.3 34 41.5Kurang 19 57.6 3 37.5 22 53.7 27 51.9 20 66.7 47 57.3

Total 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100 30 100.0 82 100.0Rata-rata 57.8 65.6 59.4 57.0 51.6 55.0Uji beda p=0.441 p=0.166Penanganan dan penyimpanan makanan dan minuman

Baik 11 33.3 5 50.0 16 39.0 7 13.5 3 10.0 10 12.2Sedang 15 45.5 3 37.5 18 43.9 30 57.7 21 70.0 51 62.2Kurang 7 21.2 0 0.0 7 17.1 15 28.8 6 20.0 21 25.6

Total 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100.0 30 100.0 82 100.0Rata-rata 69.6 84.6 72.5 62.7 67.1 64.3Uji beda p=0.078 p=0.700Sarana dan prasarana

Baik 14 42.4 4 50.0 18 43.9 8 15.4 0 0.0 8 9.8Sedang 5 15.2 3 37.5 8 19.5 3 5.8 5 16.7 8 9.8Kurang 14 42.4 1 12.5 15 36.6 41 78.8 25 83.3 66 80.5

Total 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100.0 30 100.0 82 100.0Rata-rata 60.5 75.0 63.4 40.7 30.7 37.0Uji beda p=0.299 p=0.176Pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan

Baik 1 3.0 2 25.0 3 7.3 1 1.9 1 3.3 2 2.4Sedang 15 45.5 5 62.5 20 48.8 7 13.5 5 16.7 12 14.6Kurang 17 51.5 1 12.5 18 43.9 44 84.6 24 80.0 68 82.9

Total 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100.0 30 100.0 82 100.0Rata-rata 54.3 76.9 58.7 43.5 44.4 43.8Uji beda p=0.011 p=0.568Total praktek

Baik 2 6.1 2 25.0 4 9.8 1 1.9 0 0.0 1 1.2Sedang 20 60.6 6 75.0 26 63.4 10 19.2 4 13.3 14 17.1Kurang 11 33.3 0 0.0 11 26.8 41 78.8 26 86.7 67 81.7

Total 33 100.0 8 100.0 41 100.0 52 100.0 30 100.0 82 100.0Rata-rata 59.6 75.3 62.7 49.2 49.1 49.2Uji beda p=0.22 p=0.324

Hubungan Antar VariabelHubungan antar variabel dianalisis untuk mengetahui adanya hubungan

antara karakteristik contoh (jenis kelamin dan pendidikan), karakteristik sekolah

(status sekolah, mutu sekolah serta sarana dan prasarana), sikap kepala sekolah,

serta penerapan kebijakan keamanan pangan terhadap perilaku (pengetahuan dan

praktek keamanan pangan) pada pengelola kantin dan penjaja PJAS.

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

32

Hubungan antara Karakteristik Contoh dengan Perilaku Keamanan PanganPengelola kantin

Hubungan antara karakteristik contoh dengan pengetahuan dan praktek

keamanan kantin disajikan pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 12 Hubungan pendidikan dengan pengetahuan dan praktek keamananpangan pengelola kantin

VariabelPendidikan pengelola kantin

Tidak tamat SD SMP SMA PT Totaln % n % n % n % n % n %

Pengetahuan pengelola kantinBaik 0 0.0 1 16.7 0 0.0 4 25.0 2 25.0 7 17.1Sedang 0 0.0 3 50.0 4 40.0 9 56.3 4 50.0 20 48.8kurang 1 100.0 2 33.3 6 60.0 3 18.8 2 25.0 14 34.1Total 1 100.0 6 100.0 10 100.0 16 100.0 8 100.0 41 100.0

p=0.421 r=0.278Praktek keamanan pangan pengelola kantinBaik 0 0.0 1 16.7 1 10.0 0 0.0 2 25.0 4 9.8sedang 1 100.0 3 50.0 6 60.0 11 68.7 5 62.5 26 63.4kurang 0 0.0 2 33.3 3 30.0 5 31.3 1 12.5 11 26.8

Total 1 100.0 6 100.0 10 100.0 16 100.0 8 100.0 41 100.0p=0.707 r=0.550

Pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa hasil uji chi square, tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan (p=0.421),

maupun praktek keamanan pangan (p=0.707) pada pengelola kantin. Namun jika

dilihat pada Tabel 12, terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan

maka semakin baik pengetahuan dan praktek keamanan pangannya. Hal tersebut

dilihat pada pengetahuan dan praktek keamanan pangan yang berkategori kurang

sangat sedikit ditemukan pada pengelola kantin yang berpendidikan formal

perguruan tinggi. Hal tersebut didukung oleh pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa

tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku yang lebih

baik.

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

33

Tabel 13 Hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan dan praktek panganpengelola kantin

VariabelJenis kelamin pengelola kantin

UjiLaki-laki Perempuan Totaln % n % n %

Pengetahuan pengelola kantinBaik 5 18.5 2 14.3 7 17.1

p=0.697r=0.700

sedang 14 51.9 6 42.9 20 48.8Kurang 8 29.6 6 42.9 14 34.1

Total 27 100.0 14 100.0 41 100.0Praktek keamanan pangan pengelola kantin

Baik 2 7.4 2 14.3 4 9.8p=0.385r=0.364

Sedang 16 59.3 10 71.4 26 63.4Kurang 9 33.3 2 14.3 11 26.8

Total 27 100.0 14 100.0 41 100.0

Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa berdasarkan uji chi square, tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pengetahuan (p=0.697)

maupun dengan praktek keamanan pangan (p=0.385). Hal ini diduga ada faktor lain

yang lebih mempengaruhi dan mempunyai peranan yang sangat penting seperti

pikiran, keyakinan dan emosi dalam menentukan sikap dan tindakan atau praktek

seseorang. Respon dan praktek individu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu

karakteristik individu yang bersifat genetik (tingkat kecerdasan, tingkat emosional

dan sebagainya) dan faktor eksternal (lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan

sebagainya) (Notoatmodjo 2003).

Penjaja PJASHubungan antara karakteristik contoh dengan pengetahuan dan praktek

keamanan pada penjaja PJAS pangan disajikan pada Tabel 14 dan 15.

Tabel 14 Hubungan pendidikan dengan pengetahuan dan praktek keamananpangan penjaja PJAS

VariabelPendidikan penjaja PJAS

UjiSD SMP SMA PT Totaln % n % n % n % n %

Pengetahuan penjaja PJASBaik 6 11.8 1 5.0 1 10.0 0 0.0 8 9.8

p=0.742r=0.676

Sedang 20 39.2 9 45.0 6 60.0 1 100.0 36 43.9Kurang 25 49.0 10 50.0 3 30.0 0 0.0 38 46.3

Total 51 100.0 20 100.0 10 100.0 1 100.0 82 100.0Praktek keamanan pangan penjaja PJAS

Baik 0 0.00 0 0.0 1 10.0 0 0.0 1 1.2p=0.250r=0.542

Sedang 8 15.7 4 20.0 2 20.0 0 0.0 14 17.1Kurang 43 84.3 16 80.0 7 70.0 1 100.0 67 81.7

Total 51 100.0 20 100.0 10 100.0 1 100.0 82 100.0

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

34

Pada Tabel 14 terlihat bahwa, berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan chi square, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan dengan dengan pengetahuan (p=0.742) maupun praktek keamanan

pangan (p=0.250). Namun jika diamati pada Tabel 14, terdapat kecenderungan

bahwa semakin tinggi pendidikan terlihat semakin baik pengetahuannya.

Hubungan yang tidak signifikan tersebut diduga karena terdapat faktor lain

yang lebih berpengaruh terhadap pengetahuan penjaja PJAS. Suhardjo (1996)

menyatakan bahwa pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan

informal. Faktor pendidikan informal yang diduga mempengaruhi pengetahuan

penjaja PJAS adalah informasi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti media

masa dan koran. Hal ini sesuai dengan pendapat WHO (2000) menyatakan

pengetahuan bisa diperoleh melalui informasi ataupun pengalaman.

Banyak faktor yang mempengaruhi praktek/tindakan seseorang. Salah

satunya adalah kebiasaan yang sudah dilakukan secara turun temurun dalam

kehidupan sehari-hari. Kebiasaan tersebut mungkin kurang baik dengan kaidah

kesehatan, tetapi sulit untuk merubahnya (Suprapti 2004).

Tabel 15 Hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan dan praktek keamananpangan penjaja PJAS

VariabelJenis kelamin penjaja PJAS

UjiLaki-laki Perempuan Totaln % n % n %

Pengetahuan penjaja PJASBaik 34 49.3 4 30.8 38 46.3

p=0.162r=0.211

Sedang 30 43.5 6 46.2 36 43.9Kurang 5 7.2 3 23.1 8 9.8

Total 69 100.0 13 100.0 82 100.0Praktek keamanan pangan penjaja PJAS

Baik 58 84.1 9 69.2 67 81.7p=0.052r=0.117

Sedang 11 15.9 3 23.1 14 14Kurang 0 0.0 1 7.7 1 1

Total 69 100.0 13 100.0 82 100.0

Pada Tabel 15 terlihat bahwa, berdasarkan uji chi square tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pengetahuan (p=0.162)

maupun praktek keamanan pangan (p=0.052).

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

35

Hubungan antara Karakteristik Sekolah dengan Perilaku Keamanan PanganPengelola Kantin

Hubungan karakteristik sekolah dengan pengetahuan dan praktek keamanan

pangan pengelola kantin disajikan pada Tabel 16 dan 17.

Pada Tabel 16 dan 17 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan status sekolah (p=0.641), dengan mutu

sekolah (p=0.690) maupun dengan sarana dan prasarana sekolah (p=0.647). Tidak

terdapat juga hubungan yang signifikan antara praktek keamanan pangan dengan

status sekolah (p=0.225), dengan mutu sekolah (p=0.367) maupun dengan sarana

dan prasarana sekolah (p=0.918). Karakteristik sekolah yang tidak berhubungan

dengan pengetahuan maupun praktek keamanan pangan diduga karena

pengetahuan maupun praktek keamanan pangan pada pengelola kantin yang

berjualan di sekolah baik berstatus negeri maupun swasta dengan akreditasi A, B, C

atau belum terakreditasi serta pada sarana dan prasarana sekolah yang baik,

sedang maupun kurang umumnya termasuk kategori yang sama berkisar antara

kurang sampai sedang.

Tabel 16 Hubungan karakteristik sekolah dengan pengetahuan pengelola kantin

VariabelPengetahuan pengelola kantin

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

Status sekolahNegeri 7 30.4 11 47.8 5 21.7 23 100.0 p=0.641

r=0.632Swasta 7 38.9 9 50.0 2 11.1 18 100.0Total 14 34.1 20 48.8 7 17.1 41 100.0Mutu sekolah

Belum terakreditasi 0 0.0 1 100.0 0 0.0 1 100.0

p=0.690r=0.599

C 0 0.0 1 100.0 0 0.0 1 100.0B 4 26.7 7 46.7 4 26.7 15 100.0A 10 41.7 11 45.8 3 12.5 24 100.0

Total 14 34.1 20 48.8 7 17.1 41 100.0Sarana dan prasarana

Baik 9 42.9 9 42.9 3 14.3 21 100.0p=0.647r=0.606

Sedang 5 26.8 10 52.6 4 21.1 19 100.0Kurang 0 0.0 1 100.0 0 0.0 1 100.0

Total 14 34.1 20 48.8 7 17.1 41 100.0

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

36

Tabel 17 Hubungan karakteristik sekolah dengan praktek keamanan panganpengelola kantin

Variabelpraktek pengelola kantin

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

Status sekolahNegeri 5 21.7 17 73.9 1 4.3 23 100.0 p=0.225

r=0.220Swasta 6 33.3 9 50.0 3 16.7 18 100.0Total 11 26.8 26 63.4 4 9.8 41 100.0Mutu sekolah

Belum terakreditasi 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100.0

p=0.367r=0.236

C 0 0.0 1 100.0 0 0.0 1 100.0B 5 33.3 10 66.7 0 0.0 15 100.0A 5 20.8 15 62.5 4 16.7 24 100.0

Total 11 26.8 26 63.4 4 9.8 41 100.0Sarana dan prasarana

Baik 5 23.8 14 66.7 2 9.5 21 100.0p=0.918r=0.865

Sedang 6 31.6 11 57.9 2 10.5 19 100.0Kurang 0 0.0 1 100.0 0 0.0 1 100.0

Total 11 26.8 26 63.4 4 9.8 41 100.0

Penjaja PJASHubungan antara karakteristik sekolah dengan pengetahuan dan praktek

disajikan pada Tabel 18 dan 19.Pada Tabel 18 dan 19 terlihat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan status sekolah (p=0.111), dengan mutu sekolah(p=0.312) maupun dengan sarana dan prasarana sekolah (p=0.122). Tidak terdapatjuga hubungan yang signifikan antara praktek keamanan pangan penjaja PJASdengan status sekolah (p=0.101), dengan mutu sekolah (p=0.201) dan dengansarana dan prasarana sekolah (p=0.312).

Tabel 18 Hubungan karakteristik sekolah dengan pengetahuan penjaja PJAS

VariabelPengetahuan penjaja PJAS

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

Status sekolahNegeri 27 55.1 17 34.7 5 10.2 49 100.0 p=0.111

r=0.109Swasta 11 33.3 19 57.6 3 9.1 33 100.0Total 38 46.3 36 43.9 8 9.8 82 100.0Mutu sekolah

Belum terakreditasi 1 50.0 0 0.0 1 50.0 2 100.0

p=0.312r=0.319

C 4 57.1 3 42.9 0 0.0 7 100.0B 19 48.7 15 38.5 5 12.8 39 100.0A 14 41.2 18 52.9 2 5.9 34 100.0

Total 38 46.3 36 43.9 8 9.8 82 100.0Sarana dan prasarana

Baik 12 40.0 16 53.3 2 6.7 30 100.0p=0.122r=0.093

Sedang 24 54.5 14 31.8 6 13.6 44 100.0Kurang 2 25.0 6 75.0 0 0.0 8 100.0

Total 38 46.3 36 43.9 8 9.8 82 100.0

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

37

Tabel 19 Hubungan karakteristik sekolah dengan praktek keamanan pangan penjajaPJAS

Variabelpraktek penjaja PJAS

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

Status sekolahNegeri 43 87.8 5 10.2 1 2.0 49 100.0 p=0.101

r=0.088Swasta 24 72.7 9 27.3 0 0.0 33 100.0Total 67 81.7 14 17.1 1 1.2 82 100.0Mutu sekolah

Belum terakreditasi 2 100.0 0 0.0 0 0.0 2 100.0

p=0.201r=0.121

C 7 100.0 0 0.0 0 0.0 7 100.0B 35 89.7 4 10.3 0 0.0 39 100.0A 23 67.6 10 29.4 1 2.9 34 100.0

Total 67 81.7 14 17.1 1 1.2 82 100.0Sarana dan prasarana

Baik 22 73.3 8 26.7 0 0.0 30 100.0p=0.312r=0.179

Sedang 37 84.1 6 13.6 1 2.3 44 100.0Kurang 8 100.0 0 0.0 0 0.0 8 100.0

Total 67 81.7 14 17.1 1 1.2 81 100.0

Kondisi yang sama terjadi pada penjaja PJAS, dimana pengetahuan dan

praktek keamanan pangan pengelola PJAS hampir sama yaitu berkategori kurang

sampai sedang. Hal ini diduga menjadi penyebab tidak adanya hubungan antara

karakteristik sekolah dengan pengetahuan dan praktek keamanan pangan,

disamping itu dipengaruhi oleh faktor lain seperti sarana dan prasarana sekolah.

Hubungan antara sikap kepala sekolah dengan perilaku keamanan panganpengelola kantin.

Hubungan sikap kepala sekolah dengan pengetahuan dan praktek

keamanan pangan pengelola kantin disajikan pada Tabel 20

Tabel 20 Hubungan sikap kepala sekolah dengan pengetahuan dan praktekkeamanan pangan pengelola kantin

VariabelSikap kepala sekolah

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

Pengetahuan pengelola kantinBaik 0 0.0 5 17.2 2 28.6 7 17.1

p=0.154r=0.075

Sedang 5 100.0 12 41.4 3 42.8 20 48.8kurang 0 0.0 12 41.4 2 28.6 14 34.1

Total 5 100.0 29 100.0 7 100.0 41 100.0Praktek keamanan pangan pengelola kantin

Baik 1 20.0 3 10.3 0 0.0 4 9.8p=0.841r=0.739

Sedang 3 60.0 18 62.1 5 71.4 26 63.4Kurang 1 20.0 8 27.6 2 28.6 11 26.8

Total 5 100.0 29 100.0 7 100.0 41 100.0

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

38

Pada Tabel 20, dapat dilihat bahwa hasil uji chi square tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara sikap kepala sekolah dengan pengetahuan

(p=0.841) maupun praktek keamanan pangan (p=0.841). Keadaan ini diduga karena

pengetahuan dan praktek keamanan pangan pengelola kantin lebih dipengaruhi oleh

faktor lain seperti pendidikan formal, informal serta sarana dan prasarana yang

dimiliki.

Penjaja PJASHubungan sikap kepala sekolah dengan perilaku keamanan pangan disajikan

pada Tabel 21.

Tabel 21 Hubungan sikap kepala sekolah dengan pengetahuan dan praktekkeamanan pangan penjaja PJAS

VariabelSikap kepala sekolah

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

Pengetahuan penjaja PJASBaik 1 12.5 5 8.3 2 14.3 8 9.8

p=0.533r=0.510

Sedang 2 25.0 26 43.3 8 57.1 36 43.9kurang 5 62.5 29 48.3 4 28.6 38 46.3

Total 8 100.0 60 100.0 14 100.0 82 100.0Praktek keamanan pangan Penjaja PJAS

Baik 0 0.0 0 00.0 1 7.1 1 1.2p=0.138r=0.138

Sedang 0 00.0 12 20.0 2 14.3 14 17.1Kurang 8 100.0 48 80.0 11 78.6 67 81.7

Total 8 100.0 60 100.0 14 100.0 882 100.0

Pada Tabel 21 terlihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

sikap kepala sekolah dengan pengetahuan (p=0.533) maupun dengan praktek

keamanan pangan (p=0.138).

Hubungan antara penerapan kebijakan keamanan pangan sekolah denganperilaku keamanan panganpengelola kantin

Salah satu upaya dalam merubah praktek keamanan pangan adalah dengan

adanya penerapan kebijakan keamanan pangan di sekolah. Penerapan kebijakan

keamanan pangan yang dimaksud adalah adanya peraturan, pengawasan,

penyuluhan dan sanksi. Penerapan peraturan yang diamati meliputi banyak hal yaitu

higiene penjual/penyaji, penanganan dan penyimpanan makanan dan minuman,

sarana dan prasarana, serta pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan.

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

39

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku yang didasari oleh pengetahuan akanlebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. MenurutAndarwulan et al (2009) pengetahuan gizi dan keamanan pangan dapat diperolehmelalui himbauan/pengarahan dari pihak sekolah yang merupakan bagian daripenerapan kebijakan keamanan pangan.

Hubungan antara penerapan kebijakan keamanan pangan sekolah denganpengetahuan dan praktek keamanan pangan disajikan pada Tabel 22 dan Tabel 23.

Tabel 22 Hubungan antara penerapan kebijakan keamanan pangan sekolah denganpengetahuan

VariabelPenerapan kebijakan keamanan pangan pengelola kantin

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

PengetahuanBaik 1 10.0 1 9.1 5 25.0 7 17.1

p=0.415r=0.428

Sedang 6 60.0 4 36.4 10 50.0 20 48.8Kurang 3 30.0 6 54.5 5 25.0 14 34.1

Total 10 100.0 11 100.0 20 100.0 41 100.0

Berdasarkan uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara penerapan kebijakan keamanan pangan dengan pengetahuan

(p=0.415). Hal ini diduga karena kurangnya penerapan kebijakan keamanan pangan

di sekolah khususnya mengenai penyuluhan/pembinaan yang rutin mengenai materi

kriteria makanan jajanan sehat serta syarat higiene dan sanitasi makanan kepada

pengelola kantin.

Berdasarkan uji chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara penerapan kebijakan keamanan pangan dengan higiene (p=0.024), dengan

penanganan dan penyimpanan makanan dan minuman (p=0.022), dengan

pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan (p=0.040) dan dengan total

praktek keamanan pangan (p=0.004). Hal tersebut terjadi karena adanya peraturan-

peraturan yang dikeluarkan oleh sekolah yang harus ditaati oleh pengelola kantin

karena jika tidak dipatuhi akan mendapatkan sanksi yaitu tidak diizinkan berjualan

pada selang waktu tertentu dan tidak diizinkan berjualan. Hal tersebut didukung oleh

pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa adanya peraturan-peraturan

yang harus dipatuhi, merupakan salah satu strategi untuk merubah perilaku

seseorang kearah yang lebih baik.

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

40

Tabel 23 Hubungan antara penerapan kebijakan keamanan pangan dengan praktek

VariabelPenerapan kebijakan keamanan pangan pengelola kantin

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

Higiene pengelola kantinBaik 0 0.0 1 9.1 0 0.0 1 2.4

p=0.024r=0.018

Sedang 1 10.0 4 36.4 13 65.0 18 43.9Kurang 9 90.0 6 54.5 7 35.0 22 53.7

Total 10 100.0 11 100.0 20 100.0 41 100.0Penanganan serta penyimpanan makanan dan minuman

Baik 2 20.0 8 72.7 6 30.0 16 39.0p=0.022r=0.029

Sedang 4 40.0 2 18.2 12 60.0 18 43.9Kurang 4 40.0 1 9.1 2 10.0 7 17.1

Total 10 100.0 11 100.0 20 100.0 41 100.0Sarana dan prasarana

Baik 2 20.0 7 63.6 9 45.0 18 43.9p=0.267r=0.254

Sedang 2 20.0 1 9.1 5 25.0 8 19.5Kurang 6 60.0 3 27.3 6 30.0 15 36.6

Total 10 100.0 11 100.0 20 100.0 41 100.0Pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan

Baik 0 0.0 3 27.2 0 0.0 3 7.3p=0.040r=0.046

Sedang 4 40.0 4 36.4 12 60.0 20 48.8Kurang 6 60.0 4 36.4 8 40.0 18 43.9

Total 10 100.0 11 100.0 20 100.0 41 100.0Total praktek keamanan pangan

Baik 0 0.0 4 36.4 0 0.0 4 9.8p=0.004r=0.005

Sedang 5 50.0 5 45.5 16 80.0 26 63.4Kurang 5 50.0 2 18.2 4 20.0 11 26.8

Total 10 100.0 11 100.0 20 100.0 41 100.0

Penjaja PJASBerdasarkan uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara kebijakan keamanan pangan dengan pengetahuan (p=0.457),

dengan higiene (p=0.533), dengan penanganan dan penyimpanan makanan dan

minuman (p=0.218), dengan sarana dan prasarana (p=0.909), dengan pengendalian

hama, sanitasi tempat dan peralatan (p=0.813) serta dengan total praktek keamanan

pangan (p=0.733). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Wijaya, R tahun 2009 pada penjaja PJAS di Kota dan Kabupaten Bogor, bahwa

tidak ada hubungan antara peraturan sekolah dengan praktek keamanan pangan

pada penjaja PJAS. Hal ini diduga karena penerapan peraturan, pengawasan,

pembinaan maupun sanksi yang merupakan bagian dari penerapan kebijakan

keamanan pangan belum diberlakukan dan disosialisasikan kepada penjaja PJAS

dari pihak sekolah.

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

41

Hubungan antara penerapan kebijakan keamanan pangan sekolah dengan

pengetahuan disajikan pada Tabel 24 dan hubungan antara penerapan kebijakan

keamanan pangan dengan praktek keamanan pangan disajikan pada Tabel 25.

Tabel 24 Hubungan antara penerapan kebijakan keamanan pangan sekolah denganpengetahuan

VariabelPenerapan kebijakan keamanan pangan penjaja PJAS

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

PengetahuanBaik 2 10.0 0 0.0 6 14.6 8 9.8

p=0.457r=0.236

Sedang 9 45.0 11 52.4 16 39.0 36 43.9Kurang 9 45.0 10 47.6 19 46.3 38 46.3

Total 20 100.0 21 100.0 41 100.0 82 100.0

Tabel 25 Hubungan antara penerapan kebijakan keamanan pangan dengan praktekkeamanan pangan

VariabelPenerapan kebijakan keamanan pangan penjaja PJAS

UjiKurang Sedang Baik Totaln % n % n % n %

Higiene pengelola kantinBaik 0 0.0 0 0.0 1 2.4 1 1.2

p=0.533r=0.465

Sedang 9 45.0 6 28.6 19 46.3 34 41.5Kurang 11 55.0 15 71.4 21 51.2 47 57.3

Total 20 100.0 21 100.0 41 100.0 82 100.0Penanganan serta penyimpanan makanan dan minuman

Baik 0 0.0 2 9.5 8 19.5 10 12.2p=0.218r=0.098

Sedang 13 65.0 13 61.9 25 61.0 51 62.2Kurang 7 35.0 6 28.6 8 19.5 21 25.6

Total 20 100.0 21 100.0 41 100.0 82 100.0Sarana dan prasarana

Baik 2 10.0 2 9.5 4 9.8 8 9.8p=0.909r=0.902

Sedang 1 5.0 3 14.3 4 9.8 8 9.8Kurang 17 85.0 16 76.2 33 80.5 66 80.5

Total 20 100.0 21 100.0 41 100.0 82 100.0Pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan

Baik 0 0.0 1 4.8 1 2.4 2 2.4p=0.813r=0.738

Sedang 2 10.0 3 14.3 7 17.1 12 14.6Kurang 18 90.0 17 81.0 33 80.5 68 82.9

Total 20 100.0 21 100.0 41 100.0 82 100.0Total praktek keamanan pangan

Baik 0 0.0 0 0.0 1 2.5 1 1.2p=0.733r=0.646

Sedang 2 10.0 4 19.0 8 19.5 14 17.1Kurang 18 90.0 17 81.0 32 78.0 67 81.7

Total 20 100.0 21 100.0 41 100.0 82 100.0

Winarno (1991) menyatakan jenis pangan jajanan yang dijual oleh pedagang

kecil lebih besar peluangnya terhadap kontaminan dan bahaya kesehatan

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar V... · 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) yang dianalisis berjumlah 82 SD dengan rincian 52 SD

42

dibandingkan yang berasal dari pedagang besar dengan perlengkapan yang

memadai. Penjaja PJAS pada umumnya merupakan usaha kecil yang masih

kekurangan modal untuk memenuhi sarana dan prasarana yang baik. Apabila tidak

dibantu oleh pihak lain untuk melengkapi sarana dan prasarana yang memadai akan

sulit bagi penjaja PJAS untuk menerapkan syarat higiene dan sanitasi makanan

yang meliputi higiene, penanganan dan penyimpanan makanan dan minuman serta

pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan.