hasil dan pembahasan · 2020. 10. 15. · 4.1.6 analisa kadar amonia (sni 06-6989-30.2005)...

15
30 Universitas Muhammadiyah Riau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Rendemen Arang Aktif Kulit Durian Rendemen arang aktif dinyatakan dengan presentase (%). Hasil penentuan rendemen dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Rendemen Arang Aktif Kulit Durian Bobot Kering Kulit Durian (g) Bobot Arang Yang Telah Di Ayak (g) Bobot Arang Yang Telah Di Aktivasi (g) Rendemen (%) 396,8927 100,1326 73,0892 25,23 4.1.2 Penentuan Gugus Fungsi Arang Kulit Durian Hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit durian sebelum diaktivasi dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit durian setelah diaktivasi dengan menggunakan HCl 1 N dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut. Gambar 4.1 Hasil Analisis FTIR Adsorben Kulit Durian Sebelum Diaktivasi 450 750 900 1200 1500 1800 2100 2400 2700 3000 3300 3600 3900 4200 4500 1/cm 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 %T 3613,79 3072,74 2941,57 2869,24 2603,05 2331,07 1688,75 1540,23 1272,11 1219,06 1107,19 1044,50 1010,74 881,51 ARANG KULIT DURIAN 2

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

30 Universitas Muhammadiyah Riau

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Rendemen Arang Aktif Kulit Durian

Rendemen arang aktif dinyatakan dengan presentase (%). Hasil penentuan

rendemen dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Rendemen Arang Aktif Kulit Durian

Bobot Kering

Kulit Durian (g)

Bobot Arang

Yang Telah Di

Ayak (g)

Bobot Arang

Yang Telah Di

Aktivasi (g)

Rendemen (%)

396,8927 100,1326 73,0892 25,23

4.1.2 Penentuan Gugus Fungsi Arang Kulit Durian

Hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit durian sebelum diaktivasi

dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit

durian setelah diaktivasi dengan menggunakan HCl 1 N dapat dilihat pada

Gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.1 Hasil Analisis FTIR Adsorben Kulit Durian Sebelum Diaktivasi

450750900120015001800210024002700300033003600390042004500

1/cm

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

%T

3613

,79

3072

,74

2941

,57 28

69,2

4

2603

,05

2331

,07

1688

,75

1540

,23

1272

,11

1219

,06

1107

,19

1044

,50

1010

,74

881,

51

ARANG KULIT DURIAN 2

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

31

Universitas Muhammadiyah Riau

Gambar 4.2 Hasil Analisis FTIR Adsorben Kulit Durian Setelah Aktivasi HCl 1 N

Tabel 4.2 Perbandingan Puncak Serapan FTIR Arang Aktif Dari Kulit Durian

Gugus Fungsi Standar (cm-1

)

(Dachriyanus, 2004)

Bilangan Gelombang

Sebelum Aktivasi Setelah Aktivasi

O-H 3750-3000 3613,79 cm-1

3634,05 cm-1

C-H 3000-2700 2941,57 cm-1

2870,20 cm-1

C C 2400-2100 2331,07 cm-1

2313,71 cm-1

C=O 1900-1650 1688,75 cm-1

1710,93 cm-1

C=C 1675-1500 1540,23 cm-1

1591,34 cm-1

4.1.3 Penentuan Massa Optimum Adsorben Terhadap Sampel Limbah

Cair Laundry

Berdasarkan hasil analisis massa optimum adsorben terhadap sampel

limbah laundry, didapat hasil analisis berbeda pada tiap massanya. Hasil dapat

dilihat pada Tabel 4.3.

450750900120015001800210024002700300033003600390042004500

1/cm

-0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100%T

3634

,05

2957

,97

2932

,89

2870

,20

2606

,91

2523

,00

2313

,71

2276

,10

1710

,93

1591

,34

1375

,30

1212

,31

1082

,11

1065

,72

1036

,78

969,

27

772,

52

ADSORBEN KULIT DURIAN

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

32

Universitas Muhammadiyah Riau

Tabel 4.3 Hasil Analisis Massa Adsorben Optimum

Parameter

Sebelum

Perlakuan

(mg/L)

Setelah Perlakuan

Penurunan

(%)

Permen

LH No.5

tahun

2014

(mg/L)

Massa

(gr)

Konsentrasi

(mg/L)

TSS 380

1 288 24,21

60 2 160 57,89

3 94 75,26

Amonia 2,142

1 1,570 26,70

0,5 2 1,285 40,01

3 0,714 66,67

Fosfat 2,466

1 1,017 58,76

2 2 1,007 59,16

3 0,897 63,62

4.1.4 Penentuan Waktu Kontak Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair

Laundry

Berdasarkan hasil analisis waktu kontak adsorben terhadap sampel limbah

laundry, didapat hasil analisis berbeda pada tiap waktu kontaknya. Hasil dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Waktu Kontak

Parameter

Sebelum

Perlakuan

(mg/L)

Setelah Perlakuan

Penurunan

(%)

Permen

LH No.5

tahun

2014

(mg/L)

Waktu

(jam)

Konsentrasi

(mg/L)

TSS 380

12 134 64,74

60 24 94 75,26

36 53 86,05

Amonia 2,142 12 1,082 49,48 0,5

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

33

Universitas Muhammadiyah Riau

24 0,714 66,67

36 0,432 79,83

Fosfat 2,466

12 0,980 60,26

2 24 0,897 63,64

36 0,630 74,45

4.1.5 Analisa Padatan Total Tersuspensi (TSS) (SNI.06-6989.3-2004)

Berdasarkan hasil analisis Padatan Total Tersuspensi (TSS), maka didapatkan

hasil analisis massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben

dapat dilihat pada Tabel 4.5. hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada tabel

4.6.

Tabel 4.5 Hasil Analisis TSS Massa Adsorben Optimum

Sebelum

Perlakuan(mg/L)

Setelah Perlakuan

(Penambahan Adsorben) Batas

Keberterimaan 1 gram 2 gram 3 gram

380 288 mg/L 160 mg/L 94 mg/L 60 mg/L

Tabel 4.6 Hasil Analisis TSS Waktu Kontak

Sebelum

Perlakuan(mg/L)

Setelah Perlakuan

(Penambahan Adsorben) Batas

Keberterimaan 12 jam 24 jam 36 jam

380 mg/L 134 mg/L 94 mg/L 53 mg/L 60 mg/L

4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005)

Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa

adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada

Tabel 4.7. Hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Kadar Amonia Massa Adsorben Optimum

Sebelum

Perlakuan(mg/L)

Setelah Perlakuan

(Penambahan Adsorben) Batas

Keberterimaan 1 gram 2 gram 3 gram

2,142 mg/L 1,570 mg/L 1,285 mg/L 0,714 mg/L 0,5 mg/L

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

34

Universitas Muhammadiyah Riau

Tabel 4.8 Hasil Kadar Amonia Waktu Kontak

Sebelum

Perlakuan(mg/L)

Setelah Perlakuan

(Penambahan Adsorben) Batas

Keberterimaan 12 jam 24 jam 36 jam

2,142 mg/L 1,743 mg/L 0,714 mg/L 0,432 mg/L 0,5 mg/L

4.1.7 Analisa Kadar Fosfat (SNI 06-6989-1.31-2005)

Berdasarkan hasil analisis kadar fosfat, maka didapatkan hasil analisis massa

adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada

Tabel 4.9. Hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.9 Hasil Analisis Kadar Fosfat Massa Adsorben Optimum

Sebelum

Perlakuan(mg/L)

Setelah Perlakuan

(Penambahan adsorben) Batas

Keberterimaan 1 gram 2 gram 3 gram

2,466 mg/L 1,017 mg/L 1,007 mg/L 0,897 mg/L 2 mg/L

Tabel 4.10 Hasil Kadar Fosfat Waktu Kontak

Sebelum

Perlakuan(mg/L)

Setelah Perlakuan

(Penambahan Adsorben) Batas

Keberterimaan 12 jam 24 jam 36 jam

2,466 mg/L 0,980 mg/L 0,897 mg/L 0,630 mg/L 1 mg/L

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengambilan Sampel Limbah Cair Laundry

Pada penelitian ini analisis Padatan Total Tersuspensi (TSS), amonia dan

fosfat limbah cair laundry menggunakan adsorben arang aktif dari kulit durian

sampel limbah yang akan digunakan diambil dari hasil kegiatan home industry

yaitu dilakukan di salah satu laundry yang berada di Jl. Paus, Kecamatan

Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru.

Metode pengambilan contoh air limbah sesuai dengan SNI 6989.59:2008,

waktu pengambilan sampel limbah cair laundry dengan mengambil sampel saat

kegiatan pembuangan limbah cair laundry berlangsung. Setelah limbah cair

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

35

Universitas Muhammadiyah Riau

laundry keluar dari bak penampungan segera ditampung sampel dan dimasukkan

dalam tabung yang sesuai dengan peruntukan analisis dimana sebelumnya telah

dibilas dengan sampel sebanyak tiga kali untuk pemeriksaan sebagai sampel

(Utami, 2013).

4.2.2 Proses Karbonisasi Dan Proses Aktivasi Arang Aktif Kulit Durian

Kulit durian yang telah dibersihkan dan dijemur seberat 396, 8927 gr di

arangkan dengan furnace pada suhu 400ºC selama 15 menit dan diayak

menggunakan mesh 200 diperoleh 100,1326 gr berat arang. Arang aktif kulit

durian yang telah diaktivasi HCl 1 N selama 24 jam menghasilkan berat arang

sebesar 73,0892 gr dengan rendemen sebesar 25,23%. Hasil rendemen yang di

dapat hampir sama dibandingkan dengan hasil penelitian Marlinawati dkk (2015)

yaitu 24, 9402%. Penetapan rendemen arang aktif kulit durian bertujuan untuk

mengetahui jumlah arang aktif yang dihasilkan setelah melalui proses karbonisasi

dan aktivasi. Proses karbonisasi dilakukan untuk mengurai selulosa menjadi unsur

karbon dan mengeluarkan unsur-unsur non karbon dari dalam kulit durian,

sedangkan aktivasi dilakukan untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi

permukaan arang aktif agar porositas arang dapat ditingkatkan.

4.2.3 Hasil Karakterisasi Adsorben Kulit Durian Dengan Instrumentasi

FTIR

Pengujian FTIR dilakukan untuk melihat dan mendeteksi gugus-gugus

fungsi senyawa organik pada sampel. Hasil pengujian FTIR sampel arang aktif

kulit durian sebelum diaktivasi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dari gambar 4.1

dapat dilihat bahwa spektrum FTIR arang aktif dari kulit durian yang belum

diaktivasi menunjukan adanya vibrasi gugus fungsi O-H, C-H, C C, C=O dan

C=C dari senyawa aromatik yang ditunjukan dengan adanya pita serapan di

daerah panjang gelombang 881,51– 3613,79 cm-1

. Pita lebar dengan intensitas

sedang pada daerah 3613,79 cm-1

menunjukkan adanya ikatan O-H. Pita pada

daerah 2941,57 cm-1

menunjukkan adanya ikatan C-H. Pita pada daerah 2331,07

cm-1

menunjukkan adanya ikatan C C. Pita pada daerah 1688,75 cm-1

menunjukkan adanya ikatan C=O. Pita pada daerah 1540,23 cm-1

menunjukkan

adanya ikatan C=C.

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

36

Universitas Muhammadiyah Riau

Hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit durian sebelum diaktivasi

dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa spektrum

FTIR pada arang aktif yang diaktivasi dengan HCl 1 N terjadi pergeseran panjang

gelombang dari 3613,97 cm-1

menjadi 3634,05 cm-1

pada gugus fungsi O-H, dan

terjadi pergeseran panjang gelombang pada gugus fungsi C-H dari 2941,57 cm-1

menjadi 2870,20 cm-1

. Pada gugus fungsi C C terjadi pergeseran panjang

gelombang dari 2331,07 cm-1

menjadi 2313,71 cm-1

. Pada gugus fungsi C=O juga

terjadi pergeseran panjang gelombang dari 1688,57 cm-1

menjadi 1710,93 cm-1

.

Serta terjadi pergeseran panjang gelombang pada gugus fungsi C=C dari 1540,23

cm-1

menjadi 1591,34 cm-1

. Berdasarkan pola spektrum FTIR terlihat bahwa

proses aktivasi mempengaruhi intensitas serapan di daerah panjang gelombang

dan mengakibatkan terjadinya pergeseran gugus fungsi. Hal ini terjadi

dikarenakan kadar penyerapan air.

4.2.4 Penentuan Massa Optimum Adsorben Terhadap Sampel Limbah

Cair Laundry

Pada penelitian ini dilakukan variasi massa adsorben untuk mengetahui

massa optimum adsorben oleh arang aktif kulit durian. Penggunaan massa

adsorben dalam jumlah yang tepat akan mempengaruhi efesiensi kadar TSS,

amonia dan fosfat pada limbah cair laundry. Hasil analisa Pengaruh massa

adsorben dan terhadap sampel limbah cair laundry dapat dilihat pada Gambar 4.3

berikut :

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

37

Universitas Muhammadiyah Riau

Gambar 4.3 Massa Adsorben Optimum Terhadap Sampel Limbah Cair Laundry

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa massa adsorben yang

digunakan berpengaruh terhadap efisiensi penurunan kadar pada limbah cair

laundry. Penurunan kadar TSS, amonia dan fosfat mengalami penurunan relatif

secara bertahap, seiring bertambahnya massa adsorben arang atif kulit durian yang

digunakan. Efisiensi penurunan kadar TSS, amonia dan fosfat massa adsorben

optimum yaitu pada massa 3 gram sebesar 94 mg/L, 0,714 mg/L pada kadar

amonia dan 0,897 mg/L pada kadar fosfat. Menurut putri (2019) pada

penelitiannya pengaruh massa dan waktu kontak adsorben cangkang buah

ketapang terhadap efisiensi penyisihan logam fe dan zat organik pada air gambut

semakin banyak massa adsorben yang digunakan maka semakin tinggi pula

tingkat efisiensinya. Hal ini dikarenakan, dengan meningkatnya massa adsorben

maka luas permukaan adsorben lebih banyak tersedia sehingga makin banyak zat

yang teradsorpsi. Jika dibandingkan baku mutu limbah cair laundry berdasarkan

Permen LH No.5 Tahun 2014 hasil sebeum dan setelah proses adsorpsi kadar

TSS masih tinggi yaitu 53 mg/L. Hal ini dikarenakan dalam sampel terdapat

bahan perncemar organik dalam jumlah banyak.

4.2.5 Penentuan Waktu Kontak Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair

Laundry

Pada penelitian ini dilakukan penentuan waktu kontak sangat berpengaruh

dalam proses adsorpsi. Penentuan waktu kontak akan menghasilkan kapasitas

0

50

100

150

200

250

300

350

1 gram 2 gram 3 gram

mg/l

Massa Adsorben

TSS

Amonia

Fosfat

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

38

Universitas Muhammadiyah Riau

adsorpsi maksimum. Hasil analisa waktu kontak terhadap efisiensi limbah cair

laundry dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4 Waktu Kontak Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair Laundry

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dijelaskan pengaruh waktu kontak terhadap

efisiensi sampel limbah cair laundry. Dari grafik diatas terlihat adanya penurunan

TSS, amonia dan fosfat teradsorpsi dari waktu kontak 12 jam sampai 36 jam. Hal

ini karena semakin lama waktu kontak mengakibatkan interaksi antara adsorben

arang aktif kulit durian dengan limbah cair laundry semakin lama waktu

perendaman maka semakin efisien proses penyerapan yang teradsorpsi oleh

adsorben arang aktif kulit durian. Menurut zian (2016) pada penelitiannya

pengaruh waktu kontak pada adsorpsi remazol violet 5r menggunakan adsorben

nata de coco, semakin lama waktu kontak kemampuan adsorben dalam menyerap

adsorbat akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena adanya waktu kontak

yang lama antara adsorben dengan adsorbat memungkinkan semakin banyak

terbentuk ikatan antara partikel adsorben dengan adsorbat hingga tercapai titik

setimbang. Akan tetapi waktu kontak antara adsorben dan adsorbat yang terlalu

lama dapat menyebabkan kondisi adsorben menjadi jenuh dan adsorbat menjadi

terlepas.

Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan TSS, amonia, dan fosfat

efisiensi terjadi pada waktu kontak 36 jam, dimana efisiensi penurunan TSS

sebesar 53 mg/L dan amonia sebesar 0,432 mg/L dan fosfat sebesar 0,6300 mg/L.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

12 jam 24 jam 36 jam

mg/

L

Waktu Kontak

TSS

Amonia

Fosfat

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

39

Universitas Muhammadiyah Riau

4.2.6 Analisa Padatan Total Tersuspensi

Berdasarkan hasil analisis Padatan Total Tersuspensi (TSS), maka didapatkan

hasil analisis massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben

dapat dilihat pada gambar 4.5 hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada

gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.5 Hasil Analisis TSS Massa Adsorben

Gambar 4.6 Hasil Analisis TSS Waktu Kontak

0

50

100

150

200

250

300

350

1 gram 2 gram 3 gram

mg/

L

Massa Adsorben

TSS

0

20

40

60

80

100

120

140

160

12 jam 24 jam 36 jam

mg/

L

Waktu Kontak

TSS

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

40

Universitas Muhammadiyah Riau

Pengukuran kondisi awal Padatan Tersuspensi Total (TSS) dilakukan

dikarenakan TSS dapat mengakibatkan bertambahnya kekeruhan di dalam air.

Limbah laundry yang akan diberi perlakuan memiliki kandungan TSS 380 mg/L.

Hal tersebut berada di atas baku mutu Permen LH no 5 tahun 2014. Penurunan

TSS dengan tujuan mendapatkan dosis optimum untuk menghilangkan TSS.

Penelitian ini menggunakan arang aktif kulit durian variasi massa 1 gram, 2 gram,

dan 3 gram. Dapat dilihat pada gambar 4.4 massa adsorben optimum yaitu pasa

massa arang aktif 3 gram yaitu dapat menurunkan kadar TSS menjadi 94 mg/L.

Kemudian pada gambar 4.6 dapat dilihat wakktu optimum penurunan TSS yaitu

pada waktu 36 jam dapat menurunan TSS menjadi 53 mg/L, hal ini menunjukkan

bahwa TSS pada massa arang aktif 3 gram dengan waktu kontak 36 jam dapat

menurunkan TSS dan telah di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.

Menurut Estikarini (2016) hubungan antara ukuran mesh atau besarnya partikel

adsorben dan waktu terhadap konsentrasi TSS tersebut signifikan yaitu variabel

dosis memberikan kontribusi besar terhadap konsentrasi TSS.

4.2.7 Analisa Kadar Amonia

Penurunan kadar amonia menggunkan arang aktif durian dengan variasi

massa adsorben dan waktu kontak dengan menggunakan instrumen

spektrofotometer uv-vis dengan panjang gelombang 640 nm. Berdasarkan hasil

analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan waktu

kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada gambar 4.7 hasil analisis

waktu kontak dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut.

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

41

Universitas Muhammadiyah Riau

Gambar 4.7 Hasil Analisis Kadar Amonia Massa Adsorben

Gambar 4.8 Hasil Analisis Kadar Amonia Waktu Kontak

Pada gambar 4.7 dan 4.8 penurunan amonia terlihat menurun dari sampel

sebelum diberi perlakuan sebesar 2,142 mg/L turun hingga 0,714 mg/L pada

massa adsorben optimum yaitu 3 gram. Dan juga terjadi penurunan pada waktu

kontak menjadi 0,432 mg/L. Penurunan kadar amonia sebesar 66,67%.

Menurut Palilingan (2019) dalam perairan, kadar amonia yang terukur

berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas (NH3) tidak dapat terionisasi,

sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi. Amonia bebas (NH3) yang tidak

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

1 gram 2 gram 3 gram

mg/

L

Massa Adsorben

Amonia

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

12 jam 24 jam 36 jam

mg/

L

Waktu Kontak

Amonia

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

42

Universitas Muhammadiyah Riau

terionisasi ini dapat bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amonia

terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen

terlarut, pH dan suhu. Dengan adanya adsorpsi pada sampel air limbah laundry,

maka tentu saja kadar amonia bebas yang terdapat dalam sampel air limbah

laundry dapat diturunkan hingga 66,67%, itu tandanya adanya perlakuan adsorben

dapat menurunkan kadar amonia secara signifikan, di mana amonia terjerap dalam

pori-pori adsorben.

Dalam penelitian ini, penurunan kadar amonia pada sampel air limbah

laundry, ternyata juga mampu diturunkan hingga di bawah batas maksimum baku

mutu air limbah yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup menurut

Permen LH No. 5 Tahun 2014 yaitu batas maksimum amonia yang ditetapkan

yaitu 0,5 mg/L.

4.2.8 Analisa Kadar Fosfat

Larutan deterjen selain terkandung bahan aktif surfraktan juga mengandung

bahan utama lainnya yaitu fosfat. Fosfat dalam deterjen ini berfungsi sebagai

builder dalam deterjen. Pada penelitian kali ini. Penentuan kadar fosfat ini

dilakukan pada sampel limbah laundry sebelum dan sesudah proses pengolahan

dengan arang aktif dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 880 nm.

Berdasarkan hasil analisis adar amonia, maka didapatkan hasil analisis

massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat

pada gambar 4.9 hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada gambar 4.10

berikut.

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

43

Universitas Muhammadiyah Riau

Gambar 4.9 Hasil Analisis Kadar Fosfat Massa Adsorben

Gambar 4.10 Hasil Analisis Kadar Fosfat Waktu Kontak

Pada gambar 4.9 dan 4.10 penurunan fosfat terlihat menurun dari sampel

sebelum diberi perlakuan sebesar 2,466 mg/L turun hingga 0,897 mg/L pada

massa adsorben optimum yaitu 3 gram. Terjadi penurunan pada waktu kontak

menjadi 0,63 mg/L, dimana penurunan terjadi 64,15% pada 200 mesh. Adsorben

diaktivasi menggunakan asam kuat yakni HCl 1 N. Tujuannya adalah karena

adanya ikatan hidrogen akan menyebabkan permukaan partikel adsorben menjadi

0,82

0,84

0,86

0,88

0,9

0,92

0,94

0,96

0,98

1

1,02

1,04

1 gram 2 gram 3 gram

mg/

L

Massa Adsorben

Fosfat

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

12 jam 24 jam 36 jam

mg/

L

Waktu Kontak

Fosfat

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005) Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan

44

Universitas Muhammadiyah Riau

bermuatan positif, sehingga dapat mengikat ion fosfat yang bermuatan negatif.

Sebelum proses adsorpsi, ion H+ di permukaan ini berikatan dengan anion-anion

lain. Fosfat yang bermuatan negatif (PO42-

) memungkinkan terjadinya ikatan

dengan adsorben yang bermuatan positif (ion H+). Pada proses adsorpsi ini, anion

fosfat akan menggantikan anion-anion lain yang berikatan dengan ion H+

(Masduqi, 2004). Semakin besar adsorben (mesh) maka konsentrasi fosfat

semakin menurun.