hasil dan pembahasanthesis.binus.ac.id/doc/bab4/lkn2006-23-bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 bab 4...

117
93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal perusahaan dengan menggunakan pendekatan konsep value chain analysis yang diadopsi oleh PT. SIM menjadi Business Process Mapping PT. SIM khususnya yang berhubungan dengan Aspek Quality, Environment, Health & Safety (QEHS). Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan apa saja yang dilakukan PT. SIM dalam menambah value dari perusahaan tersebut di berbagai aktifitas baik itu primary activity maupun support activity. Penerapan aspek QEHS sebagai Sustainable Competitive Advantage yang diterapkan oleh PT. SIM merupakan suatu keunggulan yang dapat dikatakan unik, untuk lebih jelasnya berikut adalah uraian aktifitas-aktifitas yang dimaksud: 4.1.1 Management System Sistem yang diterapkan di PT. SIM adalah Showa Management System (SMS), sistem ini baru mulai diberlakukan tahun 2003 yang mencakup Sistem Manajemen Mutu ISO 90001:2000, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Astra Green Company, Total Productive Maintenance, Total Quality Control, Total

Upload: doanbao

Post on 10-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

93

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Internal

Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal perusahaan dengan

menggunakan pendekatan konsep value chain analysis yang diadopsi oleh PT.

SIM menjadi Business Process Mapping PT. SIM khususnya yang berhubungan

dengan Aspek Quality, Environment, Health & Safety (QEHS). Hal ini

dimaksudkan untuk menggambarkan apa saja yang dilakukan PT. SIM dalam

menambah value dari perusahaan tersebut di berbagai aktifitas baik itu primary

activity maupun support activity. Penerapan aspek QEHS sebagai Sustainable

Competitive Advantage yang diterapkan oleh PT. SIM merupakan suatu

keunggulan yang dapat dikatakan unik, untuk lebih jelasnya berikut adalah uraian

aktifitas-aktifitas yang dimaksud:

4.1.1 Management System

Sistem yang diterapkan di PT. SIM adalah Showa Management System

(SMS), sistem ini baru mulai diberlakukan tahun 2003 yang mencakup Sistem

Manajemen Mutu ISO 90001:2000, Sistem Manajemen Lingkungan ISO

14001, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Astra

Green Company, Total Productive Maintenance, Total Quality Control, Total

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

94

Quality Management, QCC/SS, Astra Management System, Total

Management System, Kaizen dan sistem-sistem lainnya untuk

mengembangkan efektifitas perusahaan

Showa Management System merupakan acuan atau pedoman dalam

menjalankan aktifitas bisnis perusahaan. Sehingga untuk keperluan audit

sistem, baik internal maupun eksternal akan menggunakan SMS sebagai

standar. Penggambaran SMS dalam operasional perusahaan dijelaskan dalam

“Showa Global Business Process Mapping” (Diagram 4.1).

4.1.2 Business Process Mapping

Showa Global Business Process Mapping menggambarkan bagaimana

operasional perusahaan dijalankan. Hubungan fungsi antar bagian dijelaskan,

semua bagian fungsinya ditujukan untuk memenuhi harapan dan kepuasan

pelanggan (customer satisfaction) serta menciptakan kondisi perusahaan yang

tertib, teratur, aman, nyaman dan ramah lingkungan (environmental friendly).

Dalam memetakan hubungan tersebut diperhatikan juga persyaratan dari

sistem yang diterapkan.

Disamping keterkaitan fungsi masing-masing bagian dijelaskan pula

perangkat sistem yang mendukung fungsi itu berjalan mulai dari proses

perencanaan strategis, proses monitoring, proses review dan solusi tindakan-

tindakan perbaikan dan pencegahan.

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

95

Tujuan dari rencana Showa Global Business Process Mapping adalah

untuk menjalankan Business Process PT. Showa Indonesia Manufacturing.

Disertakannya pengelolaan QEHS memiliki makna bahwa PT. SIM

berkewajiban menghasilkan produk yang berkualitas kelas dunia serta

menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan ramah lingkungan

yang dapat menciptakan jaminan keberlangsungan perusahaan. Setiap fungsi

dan proses yang digambarkan dalam Business Process Mapping dijalankan

dengan mengimplementasikan prosedur atau dokumen pendukung lainnya.

Kegunaan Showa Indonesia Business Process Mapping adalah sebagai

berikut:

1. Menjadi paduan bagi karyawan dan manajemen PT. Showa

Indonesia Manufacturing untuk menjalankan aktifitas bisnisnya

sesuai dengan fungsinya masing-masing dalam rangka memberikan

kepuasan kepada pelanggan dengan memberikan pelayanan yang

terbaik serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan

ramah lingkungan

2. Meningkatkan efisiensi dengan menghilangkan proses-proses atau

fungsi yang tidak memberikan nilai tambah kepada perusahaan,

pelanggan, masyarakat, alam, karyawan, serta manfaat lainnya.

3. Menjadi dasar dalam pengembangan bisnis perusahaan ke depan

dengan melakukan improvement terhadap core business process

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

96

1. Customer Order5. SHOCK ABSORBER

CORE BUSINESS

1. Pengendalian

11. Design

III. SUPPLIERMANAGEMENT

II. OPERATIONAL MANAGEMENT IV. CUSTOMERMANAGEMENT

2. IndirectWare

Housing

I.GENERAL MGT1. Strategic Planning

3. Mgt. Review 4. Organisasi2. Checking/Audit System

5. Mgt. System 6. Budget

12. Improvement1. Customer Order5. SHOCK ABSORBER5. SHOCK ABSORBER

CORE BUSINESS

1. Pengendalian

11. Design11. Design

III. SUPPLIERMANAGEMENT

II. OPERATIONAL MANAGEMENT IV. CUSTOMERMANAGEMENT

2. IndirectWare

Housing

2. IndirectWare

Housing

I.GENERAL MGT1. Strategic Planning

3. Mgt. Review 4. Organisasi2. Checking/Audit System

5. Mgt. System 6. Budget

12. Improvement12. Improvement

V. HR & ADMINISTRATION

MANAGEMENT

CUSTOMER

SUPPLIER

3. Finance & Accounting

1. Pengembangan SDM

15. Utility14. Maintenance 16. Facility

2. Customer Care

6. STEERING STEM

7. POWER STEERING

8. CUSTOMIZE /COMPONENT

Supplier

2. Pengendalian Dokumen / Catatan

4. Supply

1. Planning

9. WareHousingFinishGood

10. Delivery

17. ProcessControl

4. Electronic Data Procesing

5. Personal & Administration

18. Pengelolaan QEHS

3. DirectWare

Housing

13. Pembayaran/penagihan

2. PengendalianSubkontraktor

V. HR & ADMINISTRATION

MANAGEMENT

CUSTOMER

CUSTOMER

SUPPLIER

SUPPLIER

3. Finance & Accounting

1. Pengembangan SDM

15. Utility14. Maintenance 16. Facility

2. Customer Care

6. STEERING STEM6. STEERING STEM

7. POWER STEERING7. POWER STEERING

8. CUSTOMIZE /COMPONENT

8. CUSTOMIZE /COMPONENT

Supplier

2. Pengendalian Dokumen / Catatan

4. Supply4. Supply

1. Planning1. Planning

9. WareHousingFinishGood

9. WareHousingFinishGood

10. Delivery10. Delivery

17. ProcessControl

4. Electronic Data Procesing

5. Personal & Administration

18. Pengelolaan QEHS

3. DirectWare

Housing

3. DirectWare

Housing

13. Pembayaran/penagihan

13. Pembayaran/penagihan

2. PengendalianSubkontraktor

Sumber : QEHS Department

Diagram 4.1 Showa Global Business Process Mapping

4.1.3 General Management

General Management merupakan unsur dalam Showa Global Business

Process Mapping yang mencakup Strategic Planning, Checking/Audit System

Management Review, Organization, Management System dan Budget.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

97

4.1.3.1 Strategic Planning

Strategic Planning merupakan hal yang vital bagi perusahaan,

karena arah dan strategi perusahaan ditentukan dari sini. Perencanaan

strategis PT. SIM mencakup visi & misi perusahaan, Key Success

Factor, objective & target, kebijakan manajemen, five year policy dan

one year policy. Dari pengamatan yang dilakukan, keseluruhan

perencanaan strategis yang disusun oleh SIM telah memasukkan unsur

LK3 misalnya target pencapaian kategori emas di setiap aktifitas

perusahaan (bukan hanya secara global), kebijakan manajemen yang

telah terintegrasi antara mutu, LK3, customer satisfaction dan

harmonisasi hubungan dengan stakeholder (Lampiran 5).

4.1.3.2 Audit Sistem Manajemen

Dalam suatu pelaksanaan sistem tentunya diperlukan evaluasi untuk

memastikan bahwa sistem tersebut konsisten dilakukan. Audit dilakukan

baik dari pihak internal maupun eksternal. SIM sebagai salah satu

affiliated company (affco) Astra Group juga tidak terlepas dari

kebijakan Astra yang mewajibkan seluruh affco untuk menjalankan

standar Astra Green Company. Audit yang dilakukan EHS division AI-

HO setahun sekali, ternyata berdampak positif. Kompetisi AGC yang

dilakukan setiap tahunnya telah membuat seluruh affco bersaing

menjadi perusahaan yang berkualitas dan ramah lingkungan. Hasilnya,

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

98

SIM ternyata berhasil menjadi juara umum AGC Award tahun 2003 dan

memperoleh penghargaan sebagai vendor terbaik dari PT. Astra Honda

Motor tahun 2004 ini. Dari hasil assement menunjukkan bahwa tingkat

pemenuhan kriteria AGC PT. SIM menunjukkan peningkatan dari

90,15% tahun 2003 menjadi 102,2% tahun 2004. Angka yang melebihi

100% dikarenakan adanya nilai bonus yang diberikan untuk pemenuhan

merit point yang terdapat dalam kriteria AGC namun diluar penilaian

pokok yang harus dipenuhi. Khusus untuk pemenuhan kriteria Green

Process, persentasenya juga menunjukkan peningkatan dari 92,1%

tahun 2003 menjadi 96,30% tahun 2004.

4.1.3.3 Mekanisme Review

Terjadinya dinamika yang cepat harus ditanggapi secara cepat pula

oleh setiap pihak. Review manajemen dilakukan untuk mengkaji

keefektifan SMS sesuai dengan schedulle yang telah ditentukan. Dalam

melakukan review harus dipastikan bahwa informasi yang dikumpulkan

memadai sebagai bahan evaluasi.

Jenis-jenis review yang diselenggarakan di PT. SIM terdiri dari

forum Rapat Pimpinan (RaPim), Showa Indonesia Manufacturing

Dynamic Action Plan (SIMDAP) (Lampiran 6), Laporan Bulanan, BOD

Meeting dan Manager Meeting. Secara umum adanya forum-forum

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

99

review tersebut berguna untuk memonitor operasional pelaksanaan SMS

di segala tingkatan fungsional perusahaan.

4.1.4 Supplier Management

Supplier Management adalah sistem yang melakukan pengelolaan

pengadaan barang dan jasa, yang mencakup pembelian direct material

maupun indirect material, dan pengadaan jasa untuk mendukung proses

bisnis. Sistem ini mencakup proses pemilihan subkontraktor/vendor

(kualifikasi subkontraktor/vendor) dan evaluasi subkontraktor/vendor.

Tambahan lagi, bahkan telah dilakukan program audit terhadap vendor-vendor

yang dilakukan setiap 6 (enam) bulan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk

mendorong para vendor untuk peduli terhadap masalah LK3. Dengan

terlaksananya hal tersebut diharapkan perusahaan vendor dapat sustain,

pencapaian zero accident, efisiensi pemanfaatan SDA, dan hal lainnya yang

berujung pada supply material yang continous dan harga yang kompetitif.

Sedangkan untuk subkontraktor jasa yang bersifat proyek perlakuannya

sama seperti subkontraktor material akan tetapi proses evaluasi yang

dilakukan adalah dengan melihat hasil akhir setelah proyek selesai serta

dalam tahapan proses pengerjaan proyeknya. Tanggung jawab dan wewenang

pengelolaan subkontraktor jasa tersebut adalah masing-masing departemen

yang terkait dengan pengerjaan jasa oleh subkontraktor tersebut.

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

100

Dalam melakukan pengelolaan pembelian tidak hanya faktor harga saja

yang menjadi pertimbangan utama, akan tetapi seluruh aspek yang

menyangkut Quality, Delivery, Cost, Environment, Safety and Health

terhadap produk dan proses serta ketaatan terhadap regulasi terkait juga

menjadi bagian dari persyaratan pembelian. Diadakannya acara Vendor

Gathering yang baru terlaksana dua (2) tahun terakhir ini dimaksudkan untuk

menularkan “virus” Green Company ke pihak vendor. Hal ini dilakukan

untuk mendukung upaya SIM yang berusaha untuk menjadi perusahaan yang

sustain dalam keseluruhan rantai operasionalnya. Keuntungan dari hasil acara

tersebut bila dilaksanakan secara sungguh-sungguh tentunya diharapkan akan

dirasakan oleh kedua belah pihak dalam segi material handling, cleaner

production, dan environmental friendly.

4.1.4.1 Kualifikasi subkontraktor

Kualifikasi subkontraktor merupakan proses yang dilakukan

terhadap semua subkontraktor yang akan men-supply barang ke

perusahaan. Tujuan proses kualifikasi adalah menyeleksi kelayakan

calon subkontraktor. Uji kelayakan tersebut dilakukan pada semua aspek

yang akan dijadikan persyaratan pembelian. Uji kelayakan untuk

subkontraktor direct material dilakukan oleh bagian Engineering yang

bekerja sama dengan bagian terkait dan untuk subkontraktor indirect

material dilakukan oleh departemen Procurement sedangkan

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

101

subkontraktor jasa yang bersifat proyek dilakukan oleh masing-masing

departemen terkait dan dikomunikasikan dengan departemen

Procurement.

Subkontraktor yang telah lolos kualifikasi akan dimasukkan ke

dalam Approval Vendor List (AVL). Sedangkan bagi subkontraktor

lama yang pada awalnya tidak dilakukan kualifikasi dan menunjukkan

performance yang bagus tidak dilakukan kualifikasi ulang akan tetapi

hanya dilakukan evaluasi secara rutin.

4.1.4.2 Evaluasi Subkontraktor

Evaluasi subkontraktor baik subkontraktor direct atau indirect

material dilakukan secara periodik mengacu pada kriteria penilaian

yang telah ada. Dalam kriteria penilaian (Lampiran 7) dan Panduan

investigasi vendor (Lampiran 8), telah diikutkan pula aspek

Lingkungan, Keselamatan & Kesehatan Kerja (LK3) yang terdiri atas

unsur kemasan dan handling. Pada Gambar 4.1 merupakan salah satu

contoh kemasan material yang ramah lingkungan. Kemasan tersebut

akan dikembalikan pada supplier untuk digunakan saat mengirimkan

material pada jadwal berikutnya, jadi selain menghemat biaya kemasan,

juga tidak mengotori lingkungan karena tidak ada sisa kemasan.

Subkontraktor yang dinilai adalah subkontraktor yang termasuk dalam

Approval Vendor List (AVL). Evaluasi rutin ini akan lebih diutamakan

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

102

terhadap subkontraktor yang berpengaruh langsung terhadap aspek

kualitas dan lingkungan ataupun subkontraktor yang termasuk dalam

kategori bermasalah.

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.1 Kemasan Material yang ramah lingkungan

Proses evaluasi subkontraktor dilakukan oleh Procurement

bersama-sama dengan QA dan QEHS Department dan dengan

pertimbangan dari departemen terkait lainnya sebagai user. Parameter

penilaian yang digunakan mencakup semua aspek dalam persyaratan

pembelian. Setiap periode tertentu masing-masing subkontraktor

tersebut akan menerima hasil penilaian termasuk beberapa tindakan

rekomendasi perbaikan kepada subkontraktor yang dinyatakan kurang.

Verifikasi terhadap tindakan perbaikan yang dilakukan oleh

subkontraktor akan dilakukan. Apabila subkontraktor tersebut tidak

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

103

melaksanakan tindakan perbaikan sebagaimana diminta, maka

subkontraktor tersebut akan memperoleh surat peringatan. Tindakan

terakhir akan dilakukan seandainya subkontraktor tersebut masih belum

melakukan tindakan perbaikan atau tidak adanya itikad baik untuk

memperbaiki maka subkontraktor tersebut akan dikeluarkan dari AVL

Showa. Bagi subkontraktor yang sudah melakukan tindakan perbaikan

akan tetapi hasilnya belum maksimal, pihak SIM dapat memberikan

toleransi bahkan jika memungkinkan akan memberikan bantuan teknis

maupun non-teknis yang diperlukan.

Sedangkan untuk subkontraktor yang bersifat jasa proyek,

evaluasi tidak dilakukan secara rutin dan tidak ada AVL-nya. Evaluasi

yang dilakukan adalah dengan melihat hasil pekerjaannya, keseluruhan

proses pengerjaannya mulai dari peralatan dan manusianya dilengkapi

dengan sarana safety dan lingkungan yang aman atau tidak, serta

handling material teratur atau tidak serta ketepatan waktunya. Apabila

hasilnya menunjukkan nilai yang cukup bagus maka subkontraktor

tersebut dapat direkomendasikan untuk dipakai kembali. Akan tetapi

apabila nilainya jelek maka subkontraktor tersebut tidak akan dipakai

lagi.

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

104

4.1.4.3 Pembelian

Pembelian direct material, indirect material ataupun pekerjaan

untuk jasa akan dilakukan terhadap subkontraktor yang ada dalam AVL

dan mempunyai performance cukup bagus. Dokumen pembelian

mencakup informasi yang menggambarkan produk yang dibeli termasuk

persyaratan persetujuan produk, prosedur, proses dan peralatan,

kualifikasi personil dan persyaratan lainnya yang terkait termasuk

persyaratan Lingkungan dan Keselamatan Kesehatan Kerja (LK3).

Informasi-informasi minimal yang terdapat dalam barang tersebut

adalah antara lain:

a. Kode barang (jika ada)

b. Merk, type, label grade serta identifikasi lainnya

c. Spesifikasi teknis, drawing dan data teknis lainnya

d. Jenis jasa jika diperlukan

e. Material Safety Data Sheet (MSDS) khusus untuk Bahan

Berbahaya & Beracun (B3)

Tabel 4.1 Koleksi MSDS PT. SIM

Tahun Koleksi MSDS Satuan 2001 56 2002 66 2003 67

2004 *) 80

Buah

Sumber : QEHS Department Keterangan: *) Data s/d Oktober 2004

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

105

Dalam revisi terbaru SMS, dinyatakan bahwa dokumen

pembelian tersebut harus melalui pemeriksaan dan disetujui oleh

personil yang berwenang untuk meyakinkan kesesuaian dengan

kebutuhan perusahaan.

4.1.4.3.1 Direct Material

Pembelian direct material dilakukan oleh

Procurement Direct Material atas permintaan pembelian dari

PPC yang berupa adanya Request Order. Permintaan

pembelian tersebut akan dibuat oleh PPC atas dasar forecast

dari pelanggan dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan

terhadap inventory stock yang ada. Surat permintaan pembelian

tersebut berisi informasi/spesifikasi persyaratan barang yang

akan dibeli. Procurement akan memeriksa persyaratan tersebut

dan dikomunikasikan ke subkontraktor. Selanjutnya,

subkontraktor akan mengeluarkan quotation berupa

kesanggupan memenuhi order yang diminta. Apabila disepakati

oleh kedua belah pihak maka procurement akan mengeluarkan

Purchase Order (P/O)

Untuk barang lokal maka P/O akan langsung

diserahkan kepada subkontraktor. Sedangkan untuk material

import dapat langsung diserahkan kepada subkontraktor atau

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

106

melalui bagian import tergantung pada urgensitasnya. Bagian

import akan memonitoring material import mulai dari

pengapalan sampai dengan material tersebut tiba di perusahaan.

4.1.4.3.2 Indirect Material

Pembelian indirect material lokal maupun import

dilakukan atas adanya permintaan pembelian dari seksi terkait

ke bagian procurement. Untuk barang yang rutin maka

permintaan pembelian akan dikeluarkan oleh Tool Warehouse

(TWH), sedangkan barang non-rutin permintaan pembelian

barangnya akan dikeluarkan oleh masing-masing seksi terkait.

Dalam permintaan pembelian barang tersebut tercantum

informasi pembelian, yaitu persyaratan atau spesifikasi material

yang dibutuhkan. Tool Warehouse akan memeriksa barang

yang ada di gudang sebelum membuat permintaan pembelian

barang.

Procurement akan memeriksa kelengkapan

persyaratan pembelian yang selanjutnya akan dikomunikasikan

kepada subkontraktor. Subkontraktor akan mengeluarkan

quotation berupa kesanggupan memenuhi order yang diminta.

Apabila persyaratan pembelian disetujui oleh kedua belah

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

107

pihak maka procurement akan mengeluarkan Purchase Order

(P/O) kepada sub-kontraktor.

Khusus untuk barang import, mekanisme

pembeliannya sama dengan mekanisme pembelian direct

material.

4.1.4.4 Verifikasi Barang yang Diterima

Verifikasi melalui pemeriksaan barang terhadap produk yang

dibeli baik direct material maupun indirect material lokal maupun

import dilakukan untuk memastikan kesesuaian barang dengan

spesifikasi/persyaratan yang diminta. Direct material pemeriksaannya

dilakukan oleh Quality Assurance melalui incoming inspection,

sedangkan indirect material dilakukan oleh TWH bekerja sama dengan

seksi terkait. Aspek LK3 yang diutamakan saat verifikasi adalah

kemasan produk dan metode handling yang aman baik bagi produk itu

sendiri maupun bagi karyawan.

4.1.4.5 Penyimpanan

Direct material yang telah lolos seleksi in-coming selanjutnya

akan disimpan di gudang baik lokal maupun import. Material tersebut

akan didistribusikan ke masing-masing seksi sesuai dengan Production

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

108

Planning. Proses penyimpanan dan pengeluaran barangnya

menggunakan sistem First In First Out (FIFO).

Sedangkan untuk indirect material yang telah lolos seleksi

selanjutnya akan disimpan di gudang TWH. Untuk barang indirect

material rutin akan didistribusikan sesuai dengan permintaan dari

masing-masing seksi, juga dengan menggunakan system FIFO.

Sedangkan barang indirect non-rutin akan langsung diorder oleh seksi

yang bersangkutan.

4.1.5 Operational Management

Operational Management merupakan bagian inti/core process dari

Showa Indonesia Business Process Mapping secara keseluruhan. Operational

Management mencakup proses planning, warehousing material, proses supply

material, proses produksi pokok yaitu shock absorber, steering stem, power

steering dan produk komponen serta jasa proses, warehousing finish good,

proses delivery, proses design, dan improvement.

Maintenance, utility, facility & office equipment, process control, dan

pengelolaan QEHS merupakan fungsi-fungsi yang membantu dan mensupport

langsung pelaksanaan operasional manajemen. Fungsi-fungsi yang tercakup

dalam operasional manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

109

4.1.5.1 Planning

PT. Showa Indonesia Manufacturing dalam menentukan

perencanaan untuk proses produksi mempertimbangkan faktor-faktor

yang berpengaruh, baik internal maupun eksternal perusahaan. Faktor

internal yang harus dipertimbangkan adalah kapasitas produksi,

ketersediaan material, kondisi proses, lingkungan dll. Sedangkan faktor

eksternal adalah tingkat order pelanggan, kondisi customer serta aspek

non teknis lain yang berpengaruh.

Order diterima oleh marketing dari customer, dengan terlebih

dahulu telah dilakukan checking, selanjutnya order tersebut

didistribusikan ke PPC planning. PPC planning akan membuat rencana

produksi dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan stock tersedia,

dan parts yang diperlukan untuk proses produksi baik local parts

maupun import.

Apabila rencana produksi telah dibuat maka rencana tersebut

didistribusikan kepada bagian terkait diantaranya ke core business

process (produksi), bagian pembelian, gudang, dan supply. Monitoring

pencapaian atas rencana produksi harus selalu dilakukan oleh bagian

planning sehingga kalau terjadi masalah segera diatasi.

Revisi perencanaan produksi dilakukan apabila terjadi suatu hal

baik disebabkan faktor internal maupun eksternal yaitu perubahan order

dari pelanggan yang sangat sering terjadi.

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

110

4.1.5.2 Material Warehousing

Material Warehousing adalah fungsi yang melakukan

penyimpanan baik direct material maupun indirect material. Untuk

indirect material penyimpanan dilakukan oleh bagian Tool Warehouse

(TWH) yang menerima barang langsung dari supplier. Sedangkan untuk

Direct material penyimpanannya dilakukan oleh bagian PPC yang

menerima barang dari supplier dengan terlebih dahulu dicheck oleh QA

in-coming.

Secara umum, untuk keseluruhan Warehouse baik Direct

Material, Indirect Material, Finish Goods perlu memperhatikan aspek

LK3. Adapun hal-hal penting tersebut adalah:

Tumpukan peti maximum 3 tumpukan, sebab jika

terlalu tinggi akan berbahaya dan menyulitkan

handling.

Ada label dan status barang, sehingga identifikasi

barang mudah dilakukan.

Isi kereta tidak over load/melebihi kapasitas yang

semestinya. Jika muatan terlalu penuh, dikhawatirkan

produk/material berpotensi terjatuh.

Tata letak kereta teratur, ada jalur untuk penempatan

kereta (dicat garis kuning) dengan produk yang sejenis

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

111

sehingga juga memudahkan identifikasi dan

memperlihatkan kerapihan.

Kelayakan kereta meliputi roda dan rangka juga

memerlukan perhatian khusus. Jika kondisi kereta tidak

laik, dapat membahayakan operator dan beresiko

terjadinya hal-hal yang tak diharapkan pada isi kereta

yang berarti kerugian bagi perusahaan.

4.1.5.2.1 Direct Material Warehousing

PPC menerima kedatangan material dari supplier lokal

atau import sesuai dengan order pembelian. Apabila spesifikasi

material tidak sesuai dengan persyaratan pembelian maka akan

diinformasikan kepada supplier melalui Quality Assurance.

Barang-barang direct material yang baik akan disimpan

sementara di gudang stock material.

Sesuai dengan planning harian produksi maka

material-material tersebut akan didistribusikan ke seksi terkait

dengan terlebih dahulu dilakukan pengecekan oleh Quality

Assurance. Penyerahan material ke seksi produksi akan

dilakukan dengan bukti Bon Serah Terima.

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

112

4.1.5.2.2 Indirect Material Warehousing

Barang-barang yang termasuk Indirect Material yang

dibeli dari supplier baik lokal maupun import akan diterima

oleh TWH. Proses pengecekan atau verifikasi barang yang

dibeli dilakukan sebelum barang tersebut diproses lebih lanjut.

Proses pengecekan dilakukan oleh TWH bersama-sama dengan

seksi terkait terutama untuk barang-barang yang bersifat

spesifik.

Proses administrasi dilakukan untuk pendataan

material ke komputer, buku registrasi dan stock card. Data-data

tersebut harus selalu sesuai dengan kondisi actual barang yang

tersedia. Oleh karena itu proses up-dating data memegang

peranan penting. Penempatan barang digudang disesuaikan

dengan jenis dan kelompok barang tersebut serta selalu

dilakukan monitoring dan perawatan secara berkala sebelum

barang tersebut didistribusikan ke seksi terkait.

Barang-barang tersebut akan diambil oleh seksi

pemesan/user sesuai dengan kebutuhannya. User bisa dari seksi

produksi atau seksi lain yang menunjang proses produksi

sebagai core business. Bukti pengeluaran barang tersebut harus

dipelihara dan salinannya diinformasikan ke bagian terkait.

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

113

4.1.5.3 Production

PT. SIM adalah perusahaan industri komponen otomotif yang

memproduksi Shock Absorber, Steering Stem, Power Steering dan

komponen lainnya yang masih berhubungan. Disamping itu juga

melakukan jasa pelayanan proses produksi untuk proses-proses tertentu.

Produk-produk dan jasa tersebut diatas merupakan bisnis inti PT. SIM.

Pada Tabel 4.2 berikut ini merupakan hasil kinerja produksi SIM sejak

tahun 1999 s/d 2004.

Tabel 4.2 Produksi PT. SIM Tahun Jenis Produk

1999 2000 2001 2002 2003 2004 *) Satuan

Front Cushion R/L 800,052 1,481,125 2,405,250 2,725,152 3,817,920 3,424,171 pcs Front Rear Strut N/A 177,478 177,260 153,134 200,273 261,705 pcs Rear Cushion R/L 663,892 1,151,630 2,122,145 2,483,845 4,373,677 3,764,503 pcs Steering Stem N/A N/A N/A 1,535,987 1,945,767 1,684,216 pcs Assy Power Steering N/A N/A N/A N/A N/A 3,626 pcs Cylinder Power Steering N/A N/A N/A N/A N/A 67,568 pcs Gear Housing N/A N/A N/A N/A N/A 155,592 pcs Total 1,463,944 2,810,233 4,704,655 6,898,118 10,337,637 9,361,381 pcs

Sumber : QEHS Departement Keterangan: *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal
Page 23: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

115

Data Produksi

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 *)

Tahun

pcs

Front Cushion R/L Front Rear Strut Rear Cushion R/L Steering StemAssy Power Steering Cylinder Power Steering Gear Housing Total

Grafik 4.1 Kinerja Produksi PT. SIM

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

116

Proses kegiatan produksi dilakukan dalam kondisi

terkendali yang mencakup:

a. Tersedia informasi mengenai karakteristik produk

b. Quality Flow of Process dan Work Instruction

c. Penggunaan peralatan yang sesuai

d. Tersedianya peralatan dan pengukuran yang berfungsi dengan

baik

e. Penerapan aktifitas pemantauan dan pengukuran sesuai

prosedur

f. Pengelolaan tool, fixture, jig dan dies dengan baik

g. Penerapan metode limbah, aspek keselamatan dan kesehatan

kerja yang terpadu

h. Sarana tanggap darurat dan penggunaan alat pelindung diri

yang sesuai

4.1.5.3.1 Informasi dan Karakteristik Produk

Informasi karakteristik dan standar produk dijelaskan

dalam Quality Control Flow of Process (QCFOP) yang dibuat

oleh departemen Engineering dengan mendapatkan persetujuan

pihak produksi dan Quality Assurance. Selanjutnya QCFOP

tersebut dijabarkan kedalam Instruksi Kerja (Work Instruction).

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

117

Instruksi Kerja tersebut harus selalu tersedia di lapangan karena

akan menjadi acuan dalam melakukan aktifitas pekerjaan.

Perubahan standar produk hanya dilakukan oleh

departemen Engineering yang terlebih dahulu mendapatkan

persetujuan customer. Perubahan tersebut dilakukan dengan

merevisi QCFOP yang diikuti dengan perevisian Instruksi

Kerjanya.

4.1.5.3.2 Flow of Process

Proses produksi berjalan berdasarkan pada rencana

produksi harian yang dikeluarkan oleh bagian PPC Planning.

Produksi akan menerima material untuk diproses dari bagian

PPC Supply baik lokal maupun import. Sedangkan kebutuhan

indirect material mendapatkan supply dari bagian TWH.

Untuk mendukung kelancaran proses produksi maka

akan mendapatkan support dari bagian lainnya baik langsung

maupun tidak langsung seperti maintenance, utility, quality

control, dan lain-lain. Disamping itu pengelolaan terhadap tool,

jig fixture dan dies dilakukan agar dapat mendukung

kelancaran proses produksi tersebut. Pemeriksaan kualitas

selalu dilakukan dalam setiap tahapan proses, sehingga hanya

barang bagus saja yang akan diproses lebih lanjut. Barang yang

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

118

jadi (Finish good) selanjutnya akan dikirm ke Warehousing

Delivery untuk persiapan delivery ke customer.

Dalam penentuan production flow of process, telah

dibuat pula bagan pengendalian operasional limbah (Lampiran

9) yang dihasilkan dari proses produksi juga turut diperhatikan,

termasuk tata cara dan sistem pengendaliannya secara

keseluruhan. Aspek safety (keselamatan dan kesehatan kerja)

pada setiap unit dalam proses produksi juga harus terjamin

kondisinya. Sehingga kondisi kerja yang aman & nyaman

tercipta serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

Sebelum proses produksi dilakukan, maka aspek

pengendalian lingkungan dan keselamatan kesehatan kerja pada

operasional proses tersebut baik proses maupun mesin harus

mendapatkan persetujuan dari bagian yang kompeten yaitu

Departemen QEHS. Parameter kontrolnya adalah sistem

proteksi aspek LK3 baik pada mesin, proses maupun standar

alat pelindung diri operator terkait.

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

119

4.1.5.3.3 Peralatan Produksi

Kesiapan peralatan produksi dan utilitas terkait lainnya

sangat diperlukan sehingga kelancaran proses produksi tetap

terjaga. Peralatan tersebut meliputi mesin, perangkat TJDF

(tools, jig, dies & fixture), fasilitas utility pendukung serta alat-

alat pengukuran dan pemantauan untuk proses dan produk,

serta alat-alat dan sistem proteksi pengendalian aspek

lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk menjamin bahwa peralatan produksi dan

pendukung lainnya selalu dalam kondisi siap pakai maka

pemeliharaan dan perawatannya selalu dijaga. Perawatan dan

pemeliharaan yang dilakukan bersifat perbaikan (corrective)

dan pencegahan (preventive). Proses pemeliharaan dan

perawatan tersebut dilakukan oleh produksi sendiri dan bekerja

sama dengan bagian terkait khususnya Plant Seirvice.

Sedangkan support untuk pekerjaan-pekerjaan khusus yang

memerlukan proses pengerjaan lebih lanjut dilakukan oleh

bagian Workshop.

Page 28: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

120

4.1.5.3.4 Finish Goods Warehousing

Warehousing material adalah fungsi yang melakukan

penyimpanan barang finish good yang sudah jadi dan siap

dikirim ke customer baik domestik maupun export. Sistem

penyimpanan tersebut berdasarkan pada jenis dan type

produknya. Setiap barang yang disimpan sementara di gudang

finish good yang siap dikirim ke customer terlebih dahulu harus

lolos seleksi akhir. Proses pendataan barang yang masuk ke

gudang harus selalu dilakukan sehingga stock barang yang ada

dapat diketahui dengan segera dan benar. Proses material

handling pun sangat diperhatikan, misalnya saja dalam

penggunaan APD bagi operator, ijin kelayakan forklift, Surat

ijin pengemudi forklift, dan lainnya.

4.1.5.3.5 Delivery

Setelah barang siap untuk dikirim maka proses

terakhir dilakukan oleh bagian Quality Assurance dengan

pemeriksaan. Kode bahwa barang yang dikirim telah melewati

pengecheckan akhir maka pada setiap kereta akan diberikan

label. Apabila ada barang yang tidak lolos seleksi maka akan

langsung diganti dengan barang lain yang lolos seleksi.

Sedangkan barang yang defect akan diserahkan kembali ke

Page 29: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

121

Assembling untuk dilakukan tindakan analisa perbaikan.

Sehingga hanya barang yang memenuhi spesifikasi saja yang

dikirim ke customer.

Delivery dilakukan berdasarkan daily production

planning atau berdasarkan barcode yang diterima dari

customer. Kedua sistem tersebut disesuaikan dengan

permintaan dan sistem masing-masing customer. Khusus

barcode system biasanya sudah ditentukan jumlah total order

selama satu bulan berjalan.

4.1.5.3.6 Design

PT SIM tidak merancang sendiri produk shock

absorber yang dihasilkannya. Design produk tersebut diperoleh

dari customer atau melalui Showa Corporation Japan. Design

produk tersebut akan dijabarkan oleh PT SIM menjadi Quality

Control Flow of Process (QCFOP). QCFOP tersebut

selanjutnya akan menjadi acuan standar proses dan produk

dalam memproduksi produk sesuai dengan harapan pelanggan.

Dalam mengembangkan dan menjabarkan design ke

dalam standar proses dan produk, aspek-aspek pengendalian

lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja harus juga

dipertimbangkan. Pengendalian yang dilakukan mulai dari awal

Page 30: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

122

proses, saat proses dan pasca proses yang meliputi

pengendalian terhadap standar proses, produk, sarana dan alat-

alat untuk mengurangi/mereduksi kemungkinan timbulnya

limbah, bahaya keselamatan dan kesehatan kerja serta alat

pelindung diri yang sesuai.

4.1.5.3.7 Improvement

Pengembangan dilakukan untuk menghasilkan produk

yang unggul dan berdaya saing tinggi. Pengembangan tersebut

dilakukan pada proses dan produk. Pengembangan tersebut

harus dikendalikan dengan memastikan, menerapkan, dan

memelihara proses yang telah dikembangkan secara efektif dan

efisien untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan

serta mendukung terhadap penciptaan suasana kerja yang

aman, nyaman, tertib dan terkontrol untuk mencapai

perusahaan yang ramah lingkungan.

Page 31: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

123

Hal-hal yang diperhatikan dalam pengendalian design

dan pengembangan SIM:

1. Tujuan design dan pengembangan

2. Rencana tahapan design/pengembangan serta

penunjukkan penanggungjawabnya

3. Faktor-faktor yang perlu diketahui untuk memulai

design/pengembangan termasuk persyaratan produk yang

diperlukan dan aspek-aspek pengendalian limbah &

safety (LK3)

4. Bentuk keluaran/hasil design dan pengembangan

5. Tinjauan terhadap kelengkapan design untuk mengetahui

apakah design telah sesuai dengan rencana

pengembangan

6. Verifikasi dan validasi keluaran design sesuai dengan

syarat yang telah ditetapkan dan menghasilkan produk

sesuai dengan harapan pelanggan serta produk yang

ramah lingkungan dan aman dipakai.

7. Perubahan design yang mungkin terjadi pada bebagai

tahapan pengembangan harus selalu ditinjau, diverifikasi

dan validasi.

Comment [HM1]:

Page 32: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

124

Pengembangan produk juga mencakup model baru

yang diminta oleh customer. Tahapan pelaksanaan model

baru adalah sama dengan tahapan pengembangan produk.

4.1.5.3.7.1 Mekanisme Improvement

Perubahan atau pengembangan design

produk didasarkan pada kemungkinan penurunan cost,

perbaikan kualitas, pemberian marking/tanda atau

permintaan dari customer. Adanya perubahan design

tersebut harus mendapatkan persetujuan dari

departemen terkait yaitu departemen Engineering,

Produksi dan Quality Assurance.

Jika terjadi perubahan design, maka design

tersebut dianalisa, apabila perubahan tersebut

mempengaruhi mutu dan safety maka perubahan

tersebut harus dibuatkan usulan perubahan design ke

Showa Corporation Japan. Adanya perubahan visual

dari pengembangan harus mendapatkan persetujuan

customer.

Page 33: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

125

Apabila usulan perubahan design tersebut

disetujui oleh pihak-pihak terkait, maka departemen

Engineering melakukan modifikasi gambar sekaligus

merevisi QCFOP dan perlu mendapatkan persetujuan

departemen QA dan Produksi. Selanjutnya produksi

akan merevisi Instruksi Kerja dan Check Sheet.

Proses trial dilakukan untuk menguji coba

hasil perubahan/pengembangan design tersebut.

Apabila hasil trial sesuai dengan QCFOP maka bagian

terkait akan membuat persetujuan mass production.

Setiap gambar dari customer yang dijadikan

referensi untuk pengembangan dan pembuatan model

baru dikendalikan oleh Engineering. Gambar tersebut

didistribusikan ke departemen terkait serta

dikendalikan pendistribusiannya.

Untuk mendukung pengembangan dan cost

reduction program serta semangat untuk selalu

menggunakan material yang ramah lingkungan serta

aman bagi pekerja dan pengguna, maka program multy

sourcing dan lokalisasi dilakukan. Hasil multy

sourcing dan lokalisasi mendapatkan uji kelayakan

oleh pihak Showa Japan.

Page 34: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

126

Adanya program Cost Reduction Program

(CRP) yang dilakukan membuat proses improvement

ini sangat gencar dilakukan SIM. Berikut ini

ditampilkan data Cost & Benefit akibat program CRP

yang dilakukan selama 2 tahun terakhir (Tabel 4.3 dan

Tabel 4.4). Benefit yang sangat luar biasa diperoleh

SIM pada tahun 2004 ini, yaitu sebesar Rp.12 milyar

(per September 2004). Sebagian besar benefit

diperoleh dari penjualan scrap ingot Alumunium (Al)

untuk dilebur kembali dan kemudian dibeli lagi. Cost

untuk pembelian hasil peleburan scrap Al kembali

ternyata sangat menguntungkan bagi SIM. Selain

benefit financial sebesar Rp. 7 milyar (Januari s/d

September), benefit eficciency material juga

didapatkan. Dengan dilakukannya hal ini tentunya

tidak ada lagi sisa ingot Al yang dibuang.

Tabel 4.3 Benefit Vs Cost Tahun Cost Benefit 2003 Rp2,779,674,562 Rp3,504,630,413

2004 *) Rp7,921,542,564 Rp12,691,633,864Sumber : QEHS Department Keterangan : *) Data bulan Januari s/d Agustus

Page 35: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

127

Tabel 4.4 CRP EHS yang dominan

Tahun Program EHS Benefit Cost Kebocoran angin Rp14,630,000 Rp12,000,000 Penjualan limbah domestik Rp166,779,300 - Export limbah gram aluminium Rp1,258,250,000 Rp132,524,000 Reuse Steel Shot Rp27,000,000 Rp288,000 Recycle Gram Cuci di Workshop Rp15,000,000 Rp5,400,000 Material sisa F/P utk pembuatan multipart Rp429,000,000 -

2002

Total Rp1,910,659,300 Rp150,212,000 Penyederhanaan proses shaft Rp469,593,828 - Reuse sparepart (ex-cutting) Rp75,136,500 Rp43,567,500 Perbaikan system distribusi oli Rp122,760,000 Rp20,000,000 Penggantian LPG ke LNG Rp25,100,000 Rp19,300,000

2003

Total Rp692,590,328 Rp82,867,500 2004 Penjualan & Pembelian kembali scrap Ingot Rp7,375,092,164 N/A

Sumber : QEHS Department Keterangan: N/A : Not Applicable

Sumber : PT. SIM, Cikarang

Gambar 4.2 Realisasi CRP Tahun 2003 (modifikasi box penirisan endapan oli)

Page 36: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

128

4.1.5.3.7.2 Evaluasi

Proses evaluasi hasil perubahan/

pengembangan produk dilakukan oleh Quality

Assurance. Evaluasi tersebut dilakukan melalui sistem

pengecheckan dari inspeksi, baik inspeksi in-house

maupun pengetesan akhir.

4.1.5.4 Maintenance

Departemen Plant Service berkewajiban mengkoordinasikan

kesiapan fasilitas produksi dan fasilitas pendukung lainnya termasuk

utility sehingga semua fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik dan

maksimal. Sehingga dapat mensupport terhadap pencapaian hasil

produksi yang maksimal baik quality, cost dan delivery-nya. Aktifitas

yang dilakukan untuk hal tersebut adalah dengan melakukan tindakan

corrective dan preventive maintenance terhadap fasilitas produksi dan

fasilitas pendukung lainnya.

4.1.5.4.1 Preventive Maintenance

Preventive maintenance dilakukan untuk mencegah

kemungkinan terjadinya kerusakan atau penyimpangan fasilitas

produksi atau fasilitas pendukung lainnya. Aktifitas pencegahan

ini dilakukan secara terjadwal setiap bulan. Perencanaan

Page 37: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

129

dilakukan dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan seksi

terkait sehingga tidak mengganggu jalannya produksi.

Aktifitas preventive maintenance juga diarahkan kepada

tindakan pencegahan kemungkinan adanya pencemaran

lingkungan dan kondisi tidak aman pada proses dan mesin.

Identifikasi dan mapping potensi pencemaran lingkungan dan

proses / mesin yang tidak aman dilakukan, sehingga action yang

dilakukan tepat dan sesuai dengan pareto masalahnya.

Evaluasi dan monitoring hasil tindakan pencegahan

harus selalu dilakukan sehingga hasil tindakan tersebut dapat

berhasil dengan optimal. Pencatatan dan pendokumentasian hasil

tindakan juga dilakukan, hal tersebut untuk kepentingan analisa

perbaikan kedepannya.

4.1.5.4.2 Corrective Maintenance

Corrective Maintenance adalah aktifitas yang dilakukan

untuk melakukan perbaikan atas adanya kerusakan atau

penyimpangan pada fasilitas produksi atau lainnya. Aktifitas

perbaikan ini adalah berupa aktifitas yang tidak dijadwalkan

secara sistematik sehingga fokus utamanya adalah secepatnya

menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga break down time

dapat dicegah sekecil mungkin.

Page 38: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

130

Disamping pencegahan faktor break down time, faktor

pencemaran lingkungan dan kondisi tidak aman pada mesin atau

fasilitas terkait lainnya yang disebabkan oleh

penyimpangan/kerusakan dari fasilitas dan sarana produksi perlu

mendapat perhatian dan tindakan segera.

Pelaksanaan corrective action ini dilakukan oleh Plant

service atas order dari bagian produksi. Perencanaan tindakan

dilakukan dengan mempersiapkan spare-part dan peralatan

lainnya yang diperlukan. Evaluasi hasil tindakan perbaikan harus

dilakukan. Hal tersebut sebagai historical data bagi analisa

berikutnya.

4.1.5.5 Utility

Utility adalah aktifitas yang dilakukan untuk mengamankan akan

kecukupan energi yang diperlukan untuk proses produksi. Energi yang

diperlukan antara lain air, listrik, bahan bakar, LPG, LNG dan lain-lain.

Oleh karena itu monitoring input (Tabel 4.5) dan output energi tersebut

harus selalu dilakukan termasuk pemeliharaan dan perawatan atas

fasilitas pendukungnya.

Page 39: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

131

Tabel 4.5 Konsumsi SDA Tahun SDA

1999 2000 2001 2002 2003 2004 *) Satuan

Air 58,368 80,568 110,616 136,975 169,047 115461 m3 Solar 373,164 518,005 564,456 574,360 524,249 405262 liter Listrik 5,976,468 9,682,835 13,124,172 15,550,968 18,380,66014608514 kWh Gas LPG N/A N/A 744 980 N/A 566 ton Gas LNG N/A N/A N/A N/A 1,549 852.67 ton Minyak Tanah N/A N/A N/A N/A N/A 43695 liter Sumber : QEHS Department Keterangan : *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable

Improvement harus selalu dilakukan sehingga akan menghasilkan

sistem yang hemat energi, efisiensi penggunaan energi dan bahan,

sehingga akan menghasilkan penghematan yang cukup signifikan.

Secara statistika, penggunaan sumber daya energi yang dikonsumsi SIM

dalam menghasilkan produk/unitnya semakin menurun akibat penerapan

program Green Process walaupun jumlah produksinya meningkat pesat.

(Tabel 4.6 dan Grafik 4.2 s/d Grafik 4.9)

Page 40: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

132

Tabel 4.6 Konsumsi SDA per unit Tahun SDA

1999 2000 2001 2002 2003 2004 *) Satuan

Air 0.040 0.029 0.024 0.020 0.016 0.012 m3/unit Solar 0.255 0.184 0.120 0.083 0.051 0.043 liter/unit Listrik 4.082 3.446 2.790 2.254 1.778 1.561 kWh/unit Gas LPG N/A N/A 0.000158 0.000142 N/A 0.000060 kg/unit Gas LNG N/A N/A N/A N/A 0.0001498 0.0000911 kg/unit Minyak Tanah N/A N/A N/A N/A N/A 0.0047 liter/unit Keterangan : *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable

Dari Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa selama lima tahun

terakhir terjadi efisiensi yang relatif sangat besar terhadap penggunaan

sumber energi untuk operasional produksi. Untuk lebih mengetahui

angka pasti efisiensi yang telah berhasil dilakukan, tabel 4.7 berikut ini

adalah data efisiensi yang dimaksud. Angka minus (-) yang tertera

memiliki arti bahwa telah terjadi pengurangan/reduksi sebesar

persentase angka yang tertera dari data periode awal yang diperoleh dari

Tabel 4.6 diatas.

Tabel 4.7 Efisiensi Penggunaan SDA

SDA Efisiensi

Air -69.07%Solar -83.02%Listrik -61.78%Gas LPG -61.77%Gas LNG -39.21%

Page 41: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

133

4.1.5.5.1 Visualisasi Konsumsi Sumber Daya Alam

Air

0.000

0.050

Tahun

m3

/ uni

t

Air

Air 0.040 0.029 0.024 0.020 0.016 0.012

1999 2000 2001 2002 2003 2004 *)

Grafik 4.2 Konsumsi Air per unit produk

Solar

0.000

0.200

0.400

Tahun

liter

/ un

it

Solar

Solar 0.255 0.184 0.120 0.083 0.051 0.043

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Grafik 4.3 Konsumsi Solar per unit produk

Listrik

0.000

2.000

4.000

6.000

Tahun

kWh

/ uni

t

Listrik

Listrik 4.08 3.44 2.79 2.25 1.77 1.56

1 2 3 4 5 6

Grafik 4.4 Konsumsi Listrik per unit produk

Page 42: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

134

Gas LPG

0.000000

0.000100

0.000200

Tahun

kg /

unit

Gas LPG

Gas LPG 0.000158 0.000142 0.000060

2001 2002 2004 *)

Grafik 4.5 Konsumsi Gas LPG per unit produk

Gas LNG

0.0000000

0.0001000

0.0002000

Tahun

kg /

unit

Gas LNG

Gas LNG 0.0001498 0.0000911

2003 2004 *)

Grafik 4.6 Konsumsi Gas LNG per unit produk

Dari Grafik penggunaan SDA di atas, menunjukkan

penurunan konsumsi per unit produknya. Efisiensi dilakukan

dengan berbagai cara, diantaranya perbaikan proses, improvement

yang dilakukan oleh gugus kendali mutu (QCC) PT. SIM,

kesadaran SDM akan pentingnya lingkungan dan sebagainya. Dari

berbagai usaha yang dilakukan tersebut mengakibatkan operating

cost akan menurun, kemudian berdampak pada peningkatan profit,

Page 43: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

135

meningkatkan daya saing perusahaan, dan tidak kalah pentingnya

yaitu berperan serta dalam pelestarian lingkungan.

4.1.5.6 Pengelolaan Quality, Environment, Health & Safety

(QEHS)

Pengelolaan Quality, Environment, Health & Safety adalah

aktifitas berupa pengontrolan dan pengorganisasian dari

implementasi Showa Management System khususnya menyangkut

Sistem Manajemen Mutu, Lingkungan dan Keselamatan Kerja.

Pengelolaan tersebut menjadi tanggung jawab QEHS Department

mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi.

Implementasi dan perkembangan Quality, Environment,

Health & Safety harus selalu dimonitoring pelaksanaan secara

rutin. Pelaksanaan monitoring tersebut dilakukan oleh internal

QEHS atau bersama-sama dengan departemen terkait. Pelaksanaan

oleh QEHS adalah berupa self-audit ataupun QEHS daily patrol.

Sedangkan kontrol bersama-sama dengan departemen lainnya

melalui audit internal yang terencana. Hasil monitoring tersebut

akan diinformasikan kepada seksi terkait untuk dilakukan tindakan

perbaikan dan pencegahan. Selanjutnya progress hasil monitoring

ini akan dipresentasikan dalam forum laporan bulanan.

Page 44: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

136

Pengelolaan QEHS juga menyangkut pertanggungjawaban

pemenuhan regulasi lingkungan yang terkait (Lampiran 10),

dimana setiap enam bulanan harus memberikan laporan

pengelolaannya kepada instansi pemerintah terkait. Dasar

pelaporannya adalah mengacu kepada Upaya Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL).

4.1.5.6.1 QEHS Planning

Aspek Perencanaan merupakan bagian terpenting

dalam pengelolaan QEHS secara terintegrasi dan

komprehensif. Perencanaan tersebut mencakup penentuan

target dan sasaran yang akan dicapai. Dalam menentukan

perencanaan tersebut harus mempertimbangkan faktor

internal dan eksternal yang berpengaruh. Faktor internal

adalah meliputi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan

QEHS termasuk aspek mutu, lingkungan dan K3 dari

kegiatan, produk, jasa yang dihasilkan dari aktifitas PT.

SIM, sehingga aspek dan dampak penting lingkungan dan

LK3 tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam

menyusun tujuan dan sasaran mutu, lingkungan keselamatan

dan kesehatan kerja.

Page 45: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

137

4.1.5.6.1.1 Penentuan Aspek dan Dampak

Departemen terkait melakukan

identifikasi bersama-sama dengan QEHS

Department terhadap semua aspek dan dampak

mutu, lingkungan dan K3 yang ada akibat kegiatan

produk dan jasa.

Proses identifikasi dan evaluasi aspek

mutu dan lingkungan dilakukan dengan

memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh

yaitu menyangkut aspek hukum, keterkaitan dengan

karywan dan masyarakat, tingkat kesulitan

mengubah dampak, analisa kemungkinan insiden

QLK3 dan kemungkinan tingkat keparahan serta

peluang cleaner production.

Penentuan aspek dan dampak QLK3 juga

harus mempertimbangkan kondisi normal dan

kondisi tidak normal (start up, shut down dan over

load) serta aspek pada kondisi emergency (tidak

terencana).

Page 46: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

138

4.1.5.6.1.2 Penentuan Peryaratan Perundang-

Undangan & Peraturan Lainnya

Perundang-undangan dan persyaratan

lainnya yang berhubungan dengan aspek dan

dampak mutu, lingkungan dan K3 harus

diidentifikasi (Lampiran 10) dan disosialisasikan

sebagai salah satu dasar untuk menentukan

tindakan perbaikan dan pencegahan. Proses

identifikasi dan sosialisasi undang-undang dan

peraturan dilakukan oleh QEHS Department

dibantu departemen terkait.

Undang-undang, hukum dan

persyaratan lainnya secara periodik harus selalu

direview sehingga selalu tersedia dokumen yang up

to date. Proses review tersebut dilakukan oleh

QEHS Department dengan mempertimbangkan

aspek dan dampak penting QLK3 baru serta adanya

undang-undang, hukum dan persyaratan lainnya

yang baru. Dokumen baru tersebut harus

disosialisasikan kepada departemen terkait.

Mekanisme pengendaliannya mengikuti mekanisme

pengendalian dokumen eksternal.

Page 47: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

139

Badan/instansi yang mengeluarkan

undang-undang, hukum dan persyaratan lainnya

diidentifikasi dan di daftar sehingga apabila adanya

perubahan atau revisi dapat secara cepat

mendapatkan informasinya.

4.1.5.6.1.3 Penentuan Tujuan & Sasaran

Aspek dan dampak penting QLK3 hasil

proses identifikasi, kebijakan manajemen dan

regulasi terkait merupakan dasar pertimbangan

dalam penentuan tujuan dan sasaran QLK3.

Disamping itu analisa kondisi internal dan eksternal

dilakukan menyangkut aspek pilihan teknologi,

financial, sumber daya manusia, serta adanya

pandangan pihak terkait.

Analisa proyeksi Cost Benefit Analysis

harus dilakukan sebagai bahan untuk menentukan

apakah proyek yang akan dijalankan layak atau

tidak. Pertimbangan benefit yang dihasilkan

mencakup Economical Benefit dan Ecological

Benefit.

Page 48: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

140

Tujuan dan sasaran ini ditentukan

setahun sekali melalui mekanisme review yang

telah berjalan. Adapun pelaporan pencapaian tujuan

dan sasaran dilakukan setiap bulan dalam media

laporan bulanan. Tujuan dan sasaran yang tidak

tercapai maka harus dibuatkan identifikasi

masalahnya serta ditentukan rencana tindakan

perbaikan dan pencegahannya

4.1.5.6.2 Pelaksanaan Operasional QEHS

Pelaksanaan operasional QEHS adalah mengacu

kepada objective dan target yang telah ditetapkan baik

internal perusahaan maupun keterkaitan dengan pihak

eksternal perusahaan.

4.1.5.6.2.1 Pengelolaan Limbah

Dalam melakukan proses produksinya

seksi terkait harus mengacu kepada prinsip

meminimalkan limbah yang dihasilkan. Limbah

yang dihasilkan dari proses produksi harus dicegah

dari awal sehingga tidak menumpuk di akhir

proses. Peralatan untuk mereduksi dan

Page 49: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

141

memproteksi limbah harus tersedia pada proses

tersebut. Secara umum limbah yang dihasilkan dari

proses atau aktifitas lainnya harus dikendalikan dan

tidak boleh dibuang langsung sebelum dikelola atau

dinetralkan.

Mekanisme pengelolaan dan penanganan

limbah disesuaikan dengan jenis, sifat dan

karakteristik limbah tersebut yaitu limbah padat,

cair, udara maupun sampah lingkungan (Lampiran

9). Penanganan khusus akan dilakukan terhadap

limbah-limbah yang mengandung Bahan Berbahaya

dan Beracun (B3).

Penanganan tersebut dikendalikan mulai

dari limbah tersebut dihasilkan, aliran limbah

sampai dengan limbah tersebut dikelola sebelum

dibuang ke instansi terkait yaitu PPLI. Identifikasi

khusus terhadap kemasan limbah B3 yang

dihasilkan juga telah dilakukan sehingga tidak

tercampur dengan jenis limbah yang lain.

Limbah B3 cair yang dihasilkan dari

proses produksi khususnya yang mengandung

chrome akan diolah oleh Waste Water Treatment

Page 50: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

142

(WWT) sebelum dibuang ke luar lingkungan

perusahaan (Gambar 4.3). Sedangkan jenis limbah

oli akan dialirkan melalui oil trap (Gambar 4.4)

yang sudah terpasang di berbagai lokasi. Sedangkan

limbah lainnya dimasukkan ke dalam box limbah

dan dikumpulkan di Pusat Daur Ulang (PDU)

sebelum diserahkan ke pengumpul resmi.

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.3 Waste Water Treatment

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.4 Oil Trap

Page 51: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

143

Limbah padat yang mengandung B3

harus dipisahkan dari yang non-B3, akan tetapi

untuk pengumpulan sementaranya di sentralisasi di

PDU. Sebelum dikirm ke instansi resmi limbah

padat B3 terlebih dahulu dilakukan pre-treatment

sehingga volumenya menjadi berkurang atau kadar

B3-nya turun.

Penanggulangan pencemaran udara

dilakukan dengan menyediakan alat proteksi

pencemaran udara pada mesin atau sumber

pencemar yaitu berupa booth angin (Gambar 4.5),

dust collector atau scrubber (Gambar 4.6). Untuk

mengetahui kadar pencemaran dan nilai ambang

batas udara maka secara periodik dilakukan

pengukuran. Apabila ditemukan penyimpangan

maka tindakan perbaikan dan pencegahannya harus

segera dilakukan.

Page 52: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

144

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.5 Booth Angin

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.6 Scrubber Plating

Page 53: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

145

Pengelolaan sampah lingkungan yang

non B3 penanganannya disesuaikan dengan jenis

sampahnya, yang selanjutnya akan dikumpulkan

oleh General Affair untuk disentralisasi di PDU

(Gambar 4.7). Pembuangan sampah lingkungan non

B3 dilakukan oleh pengumpul resmi yang telah

terdaftar di pemerintah.

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.7 Pusat Daur Ulang (PDU)

Berdasarkan bentuknya, limbah dapat

digolongkan atas limbah padat dan cair. Kedua

limbah tersebut, baik limbah padat maupun limbah

cair akan dikategorikan menjadi 2 (dua), yakni

Page 54: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

146

yang merupakan B3 dan non B3. Untuk data

limbah-limbah yang ditampilkan berikut ini

merupakan limbah padat B3 berasal dari sludge

WWT, sedangkan kategori limbah padat non-B3

terdiri dari limbah domestik, gram Al, gram Fe dan

debu dari proses Casting. Untuk kategori limbah

cair B3 berasal dari Coolant, sedangkan asal limbah

cair non-B3 dari limbah hasil produksi, WWT,

toilet dan MCK.

Limbah padat selain yang telah

disebutkan pada paragraf sebelumnya akan

langsung ditempatkan di Pusat daur Ulang (PDU).

Untuk lebih jelas mengenai alur limbah, dapat

dilihat pada Matriks Limbah yang terdapat di

Lampiran 9.

Tabel 4.8 Limbah Padat Tahun Nama Limbah padat

1999 2000 2001 2002 2003 Satuan

Limbah Padat B3 528,400 37,750 45,300 52,850 64,000 kg Limbah Padat Proses - 170,579 316,383 452,046 533,070 kg

Sumber : QEHS Department

Page 55: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

147

Tabel 4.9 Limbah Cair Tahun Nama Limbah Cair

2000 2001 2002 2003 Satuan

Limbah Cair B3 154,400 260,000 2,840,000 2,960,000 liter Limbah Cair Proses - 57,290 93,699 138,886 m3 Sumber : QEHS Department

Dari Tabel 4.8 dan 4.9 diatas merupakan

angka-angka total output limbah yang dihasilkan

oleh PT. SIM. Bila data tersebut dibandingkan

dengan kinerja produksi Tabel 4.2, akan dihasilkan

output limbah per unit produk pada Tabel 4.10 dan

4.11 berikut ini.

Tabel 4.10 Limbah Padat (per unit produk) Tahun Nama Limbah padat

1999 2000 2001 2002 2003 Satuan

Limbah Padat B3 0.361 0.013 0.010 0.008 0.006 kg Limbah Padat Proses - 0.061 0.067 0.066 0.052 kg

Tabel 4.11 Limbah Cair (per unit Produksi) Tahun Nama Limbah Cair

2000 2001 2002 2003 Satuan

Limbah Cair B3 0.055 0.055 0.412 0.286 liter Limbah Cair Proses - 0.031 0.024 0.020 m3

Page 56: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

148

Dari visualisasi grafik dibawah ini,

terlihat bahwa penurunan limbah walaupun terjadi

pada limbah padat. Tentunya ini merupakan

keuntungan yang diperoleh akibat penerapan

program CRP yang terus menerus. Selain itu,

adanya QCC juga cukup membantu dalam

minimalisasi limbah padat ini. Tetapi output limbah

cair yang dihasilkan ternyata kurang

menggembirakan. Limbah cair B3 yang dihasilkan

masih dapat dikategorikan cukup tinggi walaupun

sudah sempat menurun dari tahun 2002. Upaya

terus menerus untuk meminimalisasi limbah cair

B3 ini harus terus dilakukan. Lain halnya dengan

limbah cair non-B3, dari grafik menunjukkan trend

yang menurun. Ini perlu terus dipertahankan.

Page 57: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

149

Limbah Padat(per unit produk)

0.0000.0500.1000.1500.2000.2500.3000.3500.400

1999 2000 2001 2002 2003

Tahun

kg

Grafik 4.7 Limbah padat

Limbah Cair (per unit produk)

0.0000.0500.1000.1500.2000.2500.3000.3500.4000.450

2000 2001 2002 2003

Tahun

Limbah Cair B3 (liter)

Limbah Cair (m3)

Grafik 4.8 Limbah Cair

Page 58: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

150

4.1.5.6.2.2 Kesiapsiagaan & Tanggap Darurat

Perusahaan idealnya membuat dan

memelihara prosedur untuk mengidentifikasi

terjadinya kemungkinan kecelakaan dan situasi

darurat serta tatacara mengatasi dan menanggulangi

kondisi darurat tersebut. PT. SIM dalam hal ini

ternyata telah memiliki struktur organisasi

Penanggulangan Tanggap Darurat (Lampiran 11

dan 12) yang berguna saat terjadinya keadaan yang

tidak diharapkan. Setiap karyawan telah mengerti

dan memahami perannya masing-masing bila

terjadi peristiwa emergency, hal ini penting

sehingga kekacauan dapat diminimalisasi sehingga

keadan dapat teratasi dengan baik. Prosedur

tersebut di review dan disesuaikan dengan kondisi

actual di lapangan dan dilakukan minimal enam (6)

bulan sekali.

QEHS Department mengidentifikasi

situasi darurat dan menganalisa resiko yang

mungkin timbul di seluruh area perusahaan yang

diakibatkan dari proses, produk dan aktifitas yang

dilakukan. Hasil identifikasi tersebut dibuatkan

Page 59: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

151

dalam bentuk mapping area darurat “peta daerah

rawan” yang mencakup daerah rawan, peta

evakuasi dan peta peralatan tanggap darurat.

Prosedur dan Instruksi kerja tersebut

diuji coba dan dievaluasi keefektifannya.

Sosialisasi prosedur dilakukan kepada seluruh

karyawan. Prosedur kesiapsiagaan dan tanggap

darurat diantaranya mencakup darurat kebakaran

dini dan terkendali, darurat banjir, darurat huru-

hara, darurat ledakan, dan darurat tumpahan bahan

kimia.

4.1.5.6.2.3 Pengelolaan Aktifitas Pekerjaan

Khusus

Aktifitas yang dilakukan oleh masing-

masing bagian ataupun oleh sub kontraktor yang

berbahaya dan beresiko tinggi terhadap masalah

mutu, lingkungan dan K3 baik bagi karyawan

maupun perusahaan telah diatur dan dikendalikan

pelaksanaannya.

Page 60: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

152

Setiap departemen terkait yang

bertanggung jawab terhadap pengerjaan tersebut

baik dilakukan oleh internal seksi maupun oleh sub-

kontraktor harus terlebih dahulu lapor ke QEHS

Departemen. Setelah itu akan dikeluarkan surat ijin

pengerjaan yang akan ditembuskan kepada

departemen terkait termasuk security. Sebelum

mengeluarkan surat ijin pengerjaan, QEHS Dept.

bersama-sama dengan seksi pemohon akan

memeriksa kondisi lapangan termasuk sarana yang

digunakan sekaligus memberikan rekomendasi dan

saran tentang aspek LK3-nya.

Untuk pengerjaan yang sangat berisiko

tinggi, maka selama proses pengerjaannya akan

diawasi oleh bagian keamanan. Sub-kontraktor atau

bagian yang melakukan pengerjaan tersebut harus

memperhatikan benar-benar masalah lingkungan

dan K3 baik untuk pekerja maupun lingkungan

sekitarnya.

Page 61: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

153

4.1.5.6.2.4 Penanganan Insiden

Penanggulangan kecelakaan atau insiden

yang terjadi di lingkungan perusahaan atau di luar

lngkungan perusahaan yang menimpa karyawan

PT. SIM harus segera ditanggulangi. Untuk

kejadian kecelakaan dilingkungan perusahaan akan

dilihat tingkat keparahannya sebelum dilakukan

tindakan selanjutnya.

Frequency rate adalah tingkat kekerapan

kecelakaan per satu juta jam kerja (hari hilang

>2x24 jam atau mengalami cacat tetap / amputasi /

meninggal).

Severity rate adalah tingkat keparahan

kecelakaan (dari jumlah hari hilang) per satu juta

jam kerja (hari hilang >2x24 jam atau mengalami

cacat tetap/amputasi/meninggal).

Page 62: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

154

Perhitungan Critical Point K3 kategori

Manufaktur (EHS Division, PT. Astra International

Tbk) :

Jumlah karyawan (A)

Jumlah jam kerja dalam suatu periode (B)

Jumlah kecelakaan yang menyebabkan > 2

hari kerja hilang (C)

Jumlah hari hilang akibat kecelakaan yang

mengakibatkan > 2 hari kerja hilang (D)

Rumus :

Tabel 4.12 Accident Rate Standar Astra Green Company Frequency rate

Jumlah Karyawan Kategori (<100) (100-299) (300-499) (>500)

Severity Rate

EMAS FR<5 FR<1,5 FR<1 FR<1 SR<170 HIJAU 5[FR<10 1,5[FR<3,5 1[FR<2,5 1[FR<2 170[SR<375 BIRU 10[FR<15 3,5[FR<5,5 2,5[FR<3,5 2[FR<3 375[SR<750 MERAH 15[FR<20 5,5[FR<7 3,5[FR<4,5 3[FR<4 750[SR<1750 HITAM FR/20 FR/7 FR/4,5 FR/4 SR/1750

000.000.1)(×

×=

BACFR

000.000.1)(×

×=

BADSR

Page 63: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

155

Tabel 4.13 Critical Point K3 Item 2000 2001 2002 2003 2004 *)

Jumlah Karyawan 1101 1431 1581 1952 2105 Jumlah kecelakaan 5 6 0 3 4 Jumlah hari hilang 38 42 0 17.5 19 Jam kerja total Karyawan 2959488 3846528 4249728 5246976 5658240 Frequency Rate 1.69 1.56 0.00 0.57 0.71 Severity Rate 12.84 10.92 0.00 3.34 3.36 Sumber : QEHS Department Keterangan : *) Data Januari s/d Agustus

Critical Point K3

0 0.710.57

1.561.69

12.84

0

3.363.34

10.92

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2000 2001 2002 2003 2004 *)

Tahun

FR

02468101214

SR

Frequency RateSeverity Rate

Grafik 4.9 Critical Point K3

Dari data Tabel 4.13 di atas, kemudian

divisualisasikan pada Grafik 4.9, peningkatan

frequency rate dan severity rate setelah pencapaian

zero accident pada tahun 2002 kembali meningkat

walaupun masih dalam kategori emas. Perhatian

khusus perlu diberikan pada semakin tingginya

jumlah tenaga kerja khususnya level operator yang

Page 64: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

156

ditugaskan pada jam lembur. Sejumlah karyawan

yang terus menerus mengalami lembur

menyebabkan operator merasa lelah (fatique) dan

berimplikasi pada kelengahan pada unsur safety.

Penekanan masalah Safety sejak awal mulai bekerja

harus ditekankan benar-benar, setelah itu juga perlu

dilakukan sanksi yang sangat serius bagi pelanggar

terutama masalah pemakaian Self Protection

Equipment/Alat Pelindung Diri (Gambar 4.8).

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.8 Alat Pelindung Diri

Page 65: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

157

Terjadinya kecelakaan tidak hanya

merugikan si korban, namun juga dapat

mempengaruhi keberlangsungan perusahaan yang

mengakibatkan terjadinya kehilangan yang sangat

besar meliputi waktu, produksi, penjualan, delivery

rate, biaya, image perusahaan, dan masih banyak

lagi.

Visualisasi untuk informasi K3

ditampilkan pada papan informasi K3 (Gambar 4.9)

seperti misalnya kecelakaan yang terjadi yang

tujuannya untuk menyadarkan karyawan agar

berhati-hati dalam bekerja sehingga terhindar dari

kecelakaan.

Page 66: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

158

Sumber PT. SIM

Gambar 4.9 Papan Informasi K3

4.1.5.6.2.5 Review & Improvement

Process review pengelolaan QEHS

adalah mengacu kepada proses dan mekanisme

review Showa Manufacturing System secara

keseluruhan yaitu melalui saluran dan media yang

sama. Akan tetapi review yang ditekankan disini

adalah review yang benar-benar bersifat

operasional dan implementasi di lapangan. Input

review adalah berasal dari internal audit atau dari

pandangan pihak internal terkait. Review internal

Page 67: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

159

pengelolaan QEHS dilakukan minimal sebulan

sekali. Pengembangan dilakukan untuk

menghasilkan sistem pengelolaan QLK3 yang

efektif dan efisien. Sumber melakukan

pengembangan adalah rekomendasi internal audit,

pandangan pihak terkait internal dan eksternal serta

tuntutan standar manajemen untuk perbaikan.

Pengembangan harus benar-benar diarahkan kepada

kesempurnaan dan efektifitas pengelolaan QEHS.

4.1.6 Customer Management

Customer Management adalah aktifitas yang mengelola order dengan

pelanggan mulai dari aktifitas pencarian order, pemenuhan order,

pemeliharaan order serta aktifitas pelayanan untuk memenuhi harapan dan

keinginan pelanggan. Proses pengelolaan tersebut dilakukan oleh bagian

Marketing dengan dukungan seluruh lapisan organisasi perusahaan.

Page 68: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

160

Pada Tabel berikut ini akan ditampilkan sales volume PT. SIM

selama 16 tahun terakhir.

Tabel 4.14 Sales Volume PT. SIM 1988 s/d 1995 (dalam miliar rupiah) Tahun ITEM

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 MOTOR CYCLES 14.40 20.80 29.50 33.94 33.79 51.00 64.90 91.14 AUTOMOBILES 6.20 6.30 10.12 8.99 6.32 7.61 14.40 17.80 EXPORT 0.10 0.87 1.46 2.12 3.36 5.96 3.30 4.36 TOTAL 20.70 27.97 41.08 45.05 43.47 64.57 82.60 113.31Sumber : Company Profile & Marketing File

Tabel 4.15 Sales Volume PT. SIM 1996 s/d 2003 (dalam miliar rupiah) Tahun

ITEM 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

MOTOR CYCLES 128.89 173.45 92.05 130.45 230.24 403.94 573.63 700.02 AUTOMOBILES 17.02 18.82 4.03 12.23 47.32 54.15 77.80 71.97EXPORT 7.23 5.91 13.11 31.88 37.62 38.39 47.97 63.18TOTAL 153.13 198.18 109.20 174.56 315.19 496.48 699.40 835.17Sumber : Company Profile & Marketing File

Page 69: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

161

Sumber : Company Profile & Marketing File

Grafik 4.10 Sales Volume PT. SIM tahun 1988 s/d 2003

Page 70: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

162

Aktifitas dan fungsi yang tersangkut langsung dengan pemenuhan

order ke pelanggan harus selalu dimonitoring sehingga tidak terjadi hal-hal

yang dapat mengganggu pemenuhan order ke pelanggan. Apabila terjadi

masalah pada aktifitas-aktifitas tersebut maka tindakan perbaikan harus

segera dilakukan.

Pelayanan terhadap pelanggan setelah barang dikirim ke pelanggan

harus terus dilakukan. Adanya claim dari pelanggan harus mendapatkan

respon secara tepat sehingga tidak mempengaruhi image kualitas produk

yang dihasilkannya. Pelayanan yang dilakukan tidak hanya berupa

penanganan claim saja tetapi berupa adanya jaminan garansi dan sistem

jemput bola. Pola jemput bola yang dimaksud adalah kegiatan yang

dilakukan untuk mengetahui dan mencegah sedini mungkin kemungkinan

adanya timbul masalah kualitas di pelanggan pasca pengiriman produk.

4.1.6.1 Customer Care

4.1.6.1.1 Tujuan

PT. SIM harus melakukan pengukuran terhadap

tingkat kepuasan pelanggan. Dengan pengukuran tersebut

dapat diketahui apakah selama ini pelanggan puas atau tidak

terhadap pelayanan yang telah diberikan perusahaan. Data ini

sangat berguna sebagai bahan untuk melakukan evaluasi

kinerja perusahaan dalam melayani pelanggan. Hal tersebut

Page 71: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

163

dilakukan demi kelangsungan order dan hubungan baik

dengan pelanggan.

4.1.6.1.2 Mekanisme Penilaian

Pelaksanaan penilaian pelanggan ini dilakukan dan

dikoordinir oleh Marketing. Marketing membuat dan

menentukan kriteria/parameter kepuasan pelanggan baik

menyangkut persyaratan produk, lingkungan, K3 serta

persyaratan pelayanan tertulis atau tidak.

Parameter kepuasan yang telah ditetapkan

selanjutnya dibuat dalam bentuk kuesioner yang akan

diedarkan kepada pelanggan untuk diisi dan dikembalikan ke

PT. SIM. Marketing akan mengolah dan menganalisa data

isian kuesioner dan mengkategorikan tingkat kepuasan

menjadi kategori “Kurang – Cukup – Baik”.

Data kepuasan pelanggan ini didistribusikan kepada

departemen terkait untuk dipelajari dan digunakan sebagai

dasar melakuakn evaluasi kinerja masing-masing di seksi

terkait. Apabila hasil penilaian tersebut kurang memuaskan

maka harus ada action khusus berupa Problem Identification

& Corrective Action dengan segera.

Page 72: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

164

4.1.7 Human Resources (HR) & Administration Management

Human Resources Management adalah kegiatan manajemen

perusahaan yang mengelola pengembangan sumber daya manusia,

pengendalian dokumen dan catatan, pengelolaan finance & Accounting,

pengelolaan Electronic Data Processing/Information Technology dan

pengelolaan personalia dan administrasi.

Semua aktifitas tersebut ditujukan untuk mendukung kelangsungan

operasional proses perusahaan terlebih terhadap core business process dan

aktifitas-aktifitas lain yang terkait langsung dengan pemenuhan harapan

dan keinginan pelanggan, serta pemenuhan regulasi terkait lainnya.

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan fungsi masing-

masing kegiatan tersebut di atas adalah ada pada masing-masing

departemen terkait. Secara umum prinsip pengelolaan tersebut adalah

mengacu pada pemutaran konsep Plan–Do-Check–Action (PDCA).

4.1.7.1 HR Development

4.1.7.1.1 Planning

Perusahaan perlu menentukan dan menyediakan

sumber daya manusia yang mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan dan menunjang pelaksanaan SMS yang efektif.

SDM yang tersedia adalah sumber daya yang kompeten sesuai

dengan kualifikasi pekerjaan yang diinginkan.

Page 73: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

165

Proses penyediaan sumber daya manusia yang

kompeten tersebut mulai dari proses recruitment dan

dikembangkan dalam berbagai kegiatan training yang

dilakukan baik bersifat technical/ / skill maupun yang bersifat

managerial. Pengembangan karyawan juga dilakukan melalui

perencanaan system karir, system mutasi, promosi dan

demosi.

4.1.7.1.2 Recruitment

Proses recruitment yang dilakukan adalah untuk

seluruh lapisan dan jenjang pendidikan mulai dari recruitment

SLTA, D3 dan Sarjana. Recruitment masing-masing jenjang

pendidikan tersebut mempunyai mekanisme recruitment

masing-masing, akan tetapi secara umum mekanismenya

sama.

Proses recruitment akan dilakukan sesuai dengan

permintaan masing-masing bagian yang telah disetujui oleh

atasan terakit, khusus untuk sarjana dan D3 harus

mendapatkan persetujuan dewan direksi Showa Indonesia

maupun Jepang. Pemeriksaan kelengkapan persyaratan

dilakukan oleh HRD. Proses seleksi dilakukan dengan

melakukan test psikologi yang dilakukan oleh pihak Showa

Page 74: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

166

sendiri, oleh Astra Recruitment Center maupun oleh pihak

konsultan.

Test kesehatan akan dilakukan bagi calon karyawan

yang telah lulus tes psikologi dan wawancara dengan pihak-

pihak terkait. Karyawan yang telah lulus seleksi maka akan

ditempatkan sesuai dengan permintaan dari masing-masing

bagian.

4.1.7.1.3 Development

Pengembangan karyawan di PT. Showa Indonesia

Manufacturing dilakukan pada semua level dan fungsi dalam

organisasi. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan

meningkatkan kemampuan baik skill maupun manajerial

individu karyawan.

Untuk melihat performance masing-masing

karyawan, maka setiap enam bulan sekali dilakukan penilaian

karyawan oleh masing-masing atasan terkait. Penilaian

tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

melakukan promosi jabatan maupun pangkat maupun proses

demosi dan mutasi.

Page 75: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

167

Proses promosi, demosi, mutasi atau rotasi dilakukan

sesuai dengan tingkat kepentingannya dengan tujuan untuk

melakukan pembinaan. Untuk bagian-bagian tertentu yang

perlu keahlian khusus, atau proses yang sangat significant

terhadap kemungkinan dampak lingkungan maupun K3 harus

orang yang benar-benar ahli dan kompeten dalam bidang

tersebut. Apabila belum kompeten maka training yang sesuai

harus segera dilakukan. Disamping hasil dari penilaian karya,

pertimbangan lain untuk pengembangan karyawan adalah

dengan melihat hasil potential assessment individu yang

bersangkutan.

4.1.7.1.4 Kompetensi & Kesadaran

Perusahaan menentukan kompetensi yang

dibutuhkan untuk personil yang bekerja pada bagian khusus

yang sangat mempengaruhi aspek kualitas, lingkungan

maupun K3. Penentuan parameter kompetensi ditentukan

bersama-sama antara departemen terkait HRD. Parameter ini

dilakukan terhadap semua aktifitas kunci masing-masing

pekerjaan. Secara umum pengelompokkan parameter

kompetensi adalah skill, knowledge, attitude atau special skill

yang dibutuhkan untuk pekerjaan khusus.

Page 76: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

168

Perkembangan tingkat kompetensi tersebut selalu

dimonitoring perkembangannya sehingga pekerja tersebut

akan semakin terampil dan cakap. Monitoring perkembangan

tingkat kompetensi dilakukan oleh masing-masing

departemen dan dikoordinir oleh HRD.

Selain mempunyai kompetensi yang mencukupi,

setiap karyawan harus mempunyai kesadaran akan tanggung

jawab kualitas, lingkungan dan K3. Timbulnya kesadaran

tersebut merupakan tanggung jawab atasan masing-masing.

Media untuk menimbulkan kesadaran dapat dilakukan dengan

melakukan komunikasi internal melalui briefing, five minute

talk, poster, memo, dll.

4.1.7.1.5 Training

Identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan bagi

setiap karyawannya terutama yang bidang kerjanya secara

langsung mempengaruhi aspek kualitas, lingkungan dan K3.

Proses pengidentifikasian kebutuhan pelatihan dilakukan oleh

masing-masing bagian yang dikoordinir oleh HRD.

Rencana pelatihan baik internal maupun eksternal

dibuat di awal tahun oleh HRD dan disetujui oleh direksi

termasuk dana yang diperlukan temasuk lembaga

Page 77: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

169

penyelenggara pelatihannya. Rencana pelatihan tersebut atas

usulan dari masing-masing bagian.

Pencapaian rencana pelatihan setiap bulannya akan

dilaporkan kepada direksi. Apabila ada yang tidak sesuai

maka HRD akan membuat Problem Identifikasi dan rencana

tindakan perbaikan dan pencegahan. Permintaan pelatihan

yang belum direncanakan di awal tahun dapat dilakukan

dengan persetujuan direksi.

Proses evaluasi hasil pelatihan dilakukan untuk

melihat keefektifan pelatihan tersebut. Proses evaluasi dapat

dilakukan oleh HRD ataupun pimpinan kerja terkait. Hasil

evaluasi pelatihan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi

apakah pelatihan tersebut masih bisa dipertahankan atau tidak.

Secara umum jenis pelatihan di PT. SIM adalah sebagai

berikut:

a. Pelatihan Karyawan baru (Pra-Kerja)

Setiap karyawan yang baru masuk di PT SIM akan

mendapatkan pelatihan pra-kerja seperti yang terlihat

dalam Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 Pelatihan

tersebut ditujukan kepada pengenalan kondisi

perusahaan, Showa Management System yang

mencakup pemahaman kualitas, lingkungan,

Page 78: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

170

keselamatan dan kesehatan kerja dan tatacara

perawatan/pemeliharaan mesin. Di samping itu

dijelaskan tentang tata tertib, hak dan kewajiban

karyawan. Pelatihan pra kerja dilakukan di dalam

kelas.

Setelah karyawan tersebut selesai pelatihan pra-kerja

akan diteruskan dengan pelatihan ditempat kerja

berupa on the job training (OJT). Proses training ini

adalah berupa pengenalan dan praktek langsung di

lapangan dengan bimbingan atasan terkait.

Pelaksanaan OJT dilakukan selama kurang lebih satu

minggu. Penilaian OJT dilakukan oleh masing-masing

atasan dan diserahkan ke HRD.

Page 79: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

171

Sumber : QEHS Department

Gambar 4.10 Pelatihan Pemadaman Kebakaran saat Training Pra-Kerja

Sumber : QEHS Department

Gambar 4.11 Pelatihan Pemakaian APD saat Training Pra-kerja

Page 80: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

172

b. Pelatihan Karyawan

Pelatihan karyawan adalah pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan karyawan. Pelatihan

tersebut dapat dilakukan secara internal maupun

eksternal training. HRD akan mengkoordinir

pelaksanaan training tersebut. Peserta yang telah

selesai melakukan eksternal training diwajibkan

membuat evaluasi hasil pelatihan. Presentasi atas hasil

pelatihan harus dilakukan oleh yang bersangkutan,

akan tetapi dengan pertimbangan tertentu presentasi

boleh tidak dilaksanakan.

4.1.7.2 Information Technology

Pengelolaan IT adalah fungsi yang bertanggung jawab

terhadap pengadaan, pemeliharaan, operasional dan perbaikan sarana

komputerisasi dan sejenisnya baik aspek Hardware-nya maupun

software-nya. Kelancaran operasional komunikasi melalui jaringan

komputer sangat bermanfaat bagi keefektifan operasional SMS, baik

segi waktu, biaya dan safety.

Oleh karena itu pemeliharaan dan improvement hardware

maupun software-nya masih perlu dikembangkan. Pemeliharaan yang

dilakukan selama ini bersifat preventive maupun corrective.

Page 81: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

173

Pemeliharaan yang bersifat perbaikan adalah perbaikan yang

dilakukan atas adanya penyimpangan atau kerusakan baik di software

maupun hardware. Perbaikan akan dilakukan setelah adanya

informasi atau permintaan perbaikan dari user. Bagian IT akan

menganalisa tingkat kerusakan yang perlu diperbaiki. Apabila IT

tidak bisa memperbaiki kerusakan tersebut harus dimonitoring dan

dievaluasi. Proses monitoring tersebut dilakukan oleh user ataupun

oleh bagian IT.

Tindakan pencegahan adalah tindakan yang telah

direncanakan oleh IT untuk mengantisipasi kemungkinan adanya

penyimpangan atau kerusakan baik pada hardware maupun software-

nya. Tindakan pencegahan ini dilakukan oleh IT atau bekerja sama

dengan pihak provider yang kompeten.

Dalam melakukan pengembangan harus selalu mengacu

kepada perkembangan teknologi informasi secara global. Akan tetapi

implementasinya harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi

perusahaan.

Untuk menanggapi isu e-commerce yang semakin

berkembang, kiranya masalah pengembangan penerapan sistem

jaringan informasi dalam seluruh kegiatan yang dilakukan juga dapat

dipertimbangkan dalam rangka merebut pasar Internasional dan tidak

tertutup juga untuk skala nasional, karena sesuai kesepakatan APEC

Page 82: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

174

bahwa regulasi perdagangan bebas akan dimulai tahun 2010 untuk

negara maju dan tahun 2020 untuk negara berkembang. Jika

disiapkan mulai saat ini, tentunya akan sangat baik.

4.1.8 Dampak Penerapan AGC

Setelah Terlaksananya program Astra Green Company, beberapa

perubahan yang terjadi di PT. SIM adalah:

Sertifikasi ISO 14001 pada tahun 2001

Perubahan prosedur-prosedur yang meliputi aspek lingkungan dan

juga aspek Keselamatan Kerja dalam pemenuhan pilar-pilar Green

Company.

Permintaan Material Safety Data Sheet (MSDS) kepada supplier

yang mengirimkan material-material yang termasuk dalam kategori

berbahaya dan beracun sehingga dapat dicegah sedini mungkin

perlakuan-perlakuan yang dapat membahayakan pekerja saat

menggunakan bahan tersebut.

Sebagai wujud komitmen manajemen dalam masalah lingkungan,

maka pada tanggal 8 Oktober 2001 dilakukan pengangkatan

Executive in Charge dalam bidang LK3

Untuk menindaklanjuti hal tersebut, maka pada tanggal 10

September 2002 dilakukan pengangkatan Person in

Page 83: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

175

Charge/Management Representative (MR) bidang Quality,

Environment, Health & Safety (QEHS)

Pada tanggal 14 September 2002 dibentuk team Penanggulangan

Tanggap Darurat untuk mengantisipasi kekacauan bila terjadi hal-

hal yang diluar dugaan. Team ini kemudian ditegaskan kembali

dengan pengesahan oleh Bupati Bekasi pada tanggal 8 November

2002 dan kemudian disahkan oleh Kepala Dinas tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Bekasi pada tanggal 15 Juli 2003.

Melakukan simulasi / pelatihan pemadaman kebakaran skala kecil

pada seluruh karyawan baru dengan menggunakan karung basah

APAR yang sudah atau mendekati tanggal kadaluarsa. Selain

simulasi, ini juga berguna untuk memeriksa kondisi APAR.

Melakukan simulasi pemadaman kebakaran skala besar dengan

bekerja sama dengan unit-unit terkait (Pertamina, Kawasan

Jababeka, dll) secara rutin satu kali setiap tahunnya.

Melakukan audit kepada supplier secara berkala setiap enam bulan

sekali dan mengadakan Vendor Gathering sebagai acara

kebersamaan para supplier diselingi dengan pengumuman supplier

terbaik dengan penilaian dari segi Quality, Cost, Delivery, Service,

Environment, Health & Safety.

Dimasukkannya aspek EHS dalam Objective dan Target yang

ditetapkan perusahaan agar menerapkan pencapaian Gold Category

Page 84: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

176

Astra Green Company bukan hanya secara global melainkan dalam

setiap aktifitas perusahaan.

Melakukan sertifikasi SMK3 pada tanggal 2 Januari 2004. dalam

sertifikasi yang pertama, SIM langsung mendapatkan kategori emas

dalam penerapan K3. Hal ini tentunya merupakan keuntungan yang

diperoleh akibat penerapan AGC.

Melakukan Patrol LK3 secara ketat dan rutin kepada setiap operator

di pabrik.

Penurunan tingkat kecelakaan bahkan mencapai zero accident pada

tahun 2002.

Melakukan pemeriksaan APAR dan Hydrant secara rutin agar alat-

alat tersebut selalu siap digunakan bila diperlukan.

Dibuatnya matriks limbah sebagai acuan pengendalian limbah

dalam lingkungan PT. SIM.

Menambah fasilitas-fasilitas LK3 seperti oil trap, dust collector,

spray boothing dan lain sebagainya sebagai upaya lebih mencaga

kondisi operator yang tentunya berdampak pada keberlangsungan

perusahaan.

Integrasi Sistem Manajemen yang disebut Showa Management

System (SMS) yang meliputi aspek QEHS. Dari integrasi ini

berdampak pada disatukannya jadwal audit. Untuk lebih jelasnya,

berikut adalah dampak dari Integrasi Sistem Manajemen.

Page 85: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

177

Page 86: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

178

Tabel 4.16 Perbandingan Sebelum dan Sesudah SMS

Jumlah Jumlah Item Sebelum integrasi per tahun hari

Sesudah integrasi per tahun hari

Keuntungan

1. Audit 5K 12 1 1. Audit 5K 12 1 1. pengurangan biaya

2. Audit mutu internal 3 3 2. Audit internal SMS 3 3 2. pengurangan waktu auditor dan pihak manajemen

3. Audit lingkungan internal 3 3 3. mengurangi waktu BOD u/ closing meeting

4. Audit Green Company 3 3

Audit internal

Total 39 Total 21

1. Audit ISO 9001:2000 TUV 1 3 1. Audit ISO 14001 & ISO 9001:2000 1 3 1. pengurangan mandays 3 hari

2. Audit ISO 14001 TUV 1 3 2. Audit AGC 1 2 2. pengurangan waktu preparasi

3. Audit AGC 1 2 3. Audit Showa Japan 1 1

4. Audit Showa Japan 1 1 4. Audit Honda Japan 1 1

5. Audit Honda Japan 1 1 5. Audit Suzuki 1 1

Audit eksternal

6. Audit Suzuki 1 1

Total 11 Total 8

1. pengurangan hari : 3 hari Management Review

(SIMDAP) 3 2 3 1

2. materi lebih komprehensif (singkat & padat)

Page 87: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

179

4.2 Kondisi Eksternal

4.2.1 Analisis Lingkungan

Scanning kondisi eksternal diperlukan untuk mengidentifikasi setiap faktor

di luar perusahaan yang memiliki kemungkinan mempengaruhi bisnis. Hal ini

diperlukan agar perusahaan mampu menjawab baik dengan menyerang maupun

bertahan terhadap faktor-faktor dengan merumuskan strategi yang memanfaatkan

peluang eksternal atau yang meminimalkan dampak ancaman potensial.

Pada umunya kondisi eksternal terbagi menjadi lima (5) kategori besar,

yaitu:

1. Politik, pemerintah dan hukum

2. Ekonomi

3. Sosial, budaya dan lingkungan

4. Teknologi

Kecenderungan dan peristiwa eksternal yang terjadi secara signifikan akan

mempengaruhi semua produk, jasa, pasar dan organisasi di dunia. Perubahan yang

terjadi perlu diterjemahkan dalam kaitannya dengan perubahan permintaan

konsumen.

Page 88: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

180

4.2.1.1 Politik, Pemerintah dan Hukum

Pemerintah asing, nasional RI dan pemerintah daerah merupakan

regulator, pemberi subsidi, dsb. Oleh karena itu, faktor-faktor politik,

pemerintah dan hukum dapat mencerminkan peluang atau ancaman kunci

untuk perkembangan organisasi.

Regulasi pemerintah nasional yang semakin ketat akan hal

lingkungan sudah merupakan point positif bagi SIM, karena secara umum

peraturan-peraturan yang ada sudah terpenuhi seperti adanya AMDAL

UKL/UPL, pemberian APD dan bahkan mewajibkan penggunaannya

kepada tenaga kerja, adanya fasilitas pengolahan limbah sehingga tidak

mencemari lingkungan, dan lain sebagainya. Penerapan Green Company

yang dimotori oleh Astra International membawa keuntungan bagi SIM

sebagai Competitive Advantage yang salah satu efeknya ialah mampu

melakukan Cost Reduction mencapai lebih dari Rp. 12 milyar (per

september 2004). Dahulu, banyak kalangan yang menyatakan masalah

pelestarian lingkungan merupakan investasi yang tidak akan / sulit diperoleh

pengembaliannya. Alhasil, SIM membuktikan bahwa hal tersebut adalah

sangat bertolak belakang.

Page 89: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

181

Dirjen Depperindag menyatakan bahwa Indonesia akan melibatkan

diri untuk turut serta dalam global e-commerce. Jika RUU yang sedang

disusun sudah rampung, kebijakan bidang Teknologi Informasi dan

Traksaksi Elektronik dikeluarkan maka persaingan perdagangan global akan

semakin kompetitif.

Pemilihan umum yang baru saja berlangsung telah terlaksana dengan

baik. Presiden terpilih merupakan pilihan rakyat secara langsung yang

pertama di Indonesia, sehingga diperkirakan dengan kemenangan angka

yang sangat signifikan tidak akan terlalu menimbulkan gejolak politik

nasional khususnya dalam kaitannya dengan hal keamanan. Kebijakan-

kebijakan pembaharuan yang akan diambil dapat merupakan ancaman

maupun peluang bagi industri-industri di Indonesia termasuk SIM.

Tingginya harga minyak mentah dunia jika terus menerus terjadi,

cepat atau lambat maka akan mempengaruhi kebijakan pemerintah RI

tentang subsidi yang akan berdampak pada operasional cost. Data subsidi

yang dilakukan pemerintah Indonesia dari tahun 2000-2004 (Grafik 4.11)

semakin meningkat. Jika pemerintah terus menerus melakukan subsidi ini,

maka akan sangat memberatkan APBN pemerintah, namun jika subsidi

dikurangi maka rakyat dan perekonomian nasional pun akan menjadi

taruhannya.

Page 90: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

182

Subsidi Pemerintah Untuk Minyak (dalam triliun rupiah per tahun)

0.6 9

4053

68

020406080

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Trili

un R

upia

h

Sumber : Economic Chalenge edisi Selasa, 19 Oktober 2004, Metro TV

Grafik 4.11 Subsidi Pemerintah untuk Minyak

4.2.1.2 Ekonomi

Tahun 1998 krisis ekonomi mencapai puncaknya, dimana hampir

semua bisnis terkena dampaknya, demikian juga bisnis kendaraan. Tahun

1999, merupakan awal kebangkitan bisnis kendaraan dan terus menguat

hingga saat ini. Tahun 2004 ini, pasar kendaraan roda 2 mencapai 3 juta

unit. Data dari Annual Report Astra menyatakan bahwa di Jakarta, terdapat

hampir 1.5 juta mobil setiap harinya dengan penambahan 8500 unit /

bulannya. Untuk kendaraan roda 2 saja, terdapat lebih dari 3,3 juta unit yang

berada di jakarta per-harinya dengan penambahan 35000 unit per-bulannya.

Banyaknya jumlah sepeda motor juga diperkuat dengan adanya penambahan

satu huruf di seri terkahir nomor plat baru yang berguna dalam proses

registrasi. Di lain pihak, akibat adanya regulasi tentang AFTA

Page 91: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

183

mengakibatkan kompetisi bisnis otomotif akan semakin ketat terutama

dengan masuknya produk dari RRC yang memaksa perusahaan nasional

harus menekan harga jual agar mampu berkompetisi dengan harga produk

RRC.

Tabel 4.17 Motorcycle Production, Sales & Exports Year Production (unit) Sales (unit) Exports (unit)1985 225535 - - 1986 313117 - - 1987 248133 - - 1988 260256 - - 1989 288516 - - 1990 408792 414699 - 1991 445765 440179 - 1992 488584 486914 - 1993 621085 621544 - 1994 781404 785204 - 1995 1042938 1035598 - 1996 1425373 1426902 50255 1997 1861111 1852906 51816 1998 519404 517914 84363 1999 571953 587402 99651 2000 982380 979422 115278 2001 1644133 1650770 74948 2002 2318241 2317991 52517 2003 2814054 2823702 13806

2004 (s/d April) 1174387 1176559 1774 Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia)

Page 92: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

184

Motorcycle Production

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (s/d

April)

Year

Uni

t

Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Grafik 4.12 Motorcycle Production

Motorcycle Sales

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (s/d April)

Year

Uni

t

Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Grafik 4.13 Motorcycle Sales

Page 93: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

185

Motorcycle Export

0

50000

100000

150000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (s/dApril)

Year

Uni

t

Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia)

Grafik 4.14 Motorcycle Export

Pada Tabel 4.18 berikut ini akan ditampilkan pula penjualan jumlah

mobil yang berhasil diperoleh dari Gabungan Industri Komponen &

Otomotif Indonesia (Gaikindo).

Tabel 4.18 Car Sales Year Sales (unit)1997 387000 1998 54000 1999 94000 2000 310000 2001 300000 2002 318000 2003 354000 2004 420000

Sumber : Gaikindo (Gabungan Industri & Komponen Otomotif Indonesia)

Page 94: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

186

Car Sales

0100000200000300000400000500000

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Year

Uni

t

Sumber : Gaikindo (Gabungan Industri & Komponen Otomotif Indonesia)

Grafik 4.15 Car Sales

Sedangkan dari segi pertumbuhan ekonomi nasional, dapat dikatakan

terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi

hanya –13% sedangkan tahun 2004 ini mencapai +5%. Hal ini sangat-lah

baik bagi iklim industri nasional dan diharapkan dapat terus membaik

dengan kepemimpinan pemerintahan baru.

Dominansi pangsa pasar domestik produk dari customer SIM yakni

AHM, Suzuki dan Kawasaki membuat SIM perlu semakin menyesuaikan

demand yang semakin tinggi. Tentunya ini adalah hal positif bagi SIM,

namun perlu tetap mempertahankan/meningkatkan keunggulan harga,

kualitas dan aspek kelestarian lingkungan. Sedangkan untuk Mitsubishi,

Suzuki, Honda, dan Daihatsu yang juga merupakan customer SIM produk

kendaraan roda 4, juga merupakan perusahaan yang mendominasi

Page 95: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

187

persaingan pasar domestik dalam bidang bisnis yang digelutinya.

Keberhasilan customer tentunya juga merupakan peluang bagi SIM sebagai

supplier jika dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Keberhasilan

dapat diperoleh dengan peningkatan customer satisfaction misalnya dengan

kemampuan flexibilitas produksi dan delivery terhadap demand yang

berfluktuasi memegang peranan penting. Pemanfaatan teknologi informasi

untuk melakukan system on-line di setiap aktifitas perusahaan sangat

berpotensi untuk dikembangkan.

(a) Tahun 2002 (b) Tahun 2003 Sumber : Annual Report Astra tahun 2003

Grafik 4.16 Customer’s Market Share

Page 96: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

188

Untuk Competitor produk substitusi, sampai dengan saat ini belum

muncul keberadaannya, namun untuk Competitor skala nasional yang dapat

sangat mengancam SIM adalah perusahaan Kayaba yang menghasilkan

produk sejenis. Persaingan di roda 2, tetap merupakan peluang yang harus

dipertahankan bahkan dikembangkan bagi SIM karena pihak AHM sebagai

market leader untuk produk kendaraan roda 2 dan sekaligus sebagai holding

company SIM menjadikan SIM sebagai customer utama. Dalam hal roda 4,

keberadaan KYB jauh lebih unggul, hal ini terlihat dari data MS KYB yang

jauh lebih tinggi dibanding SIM. Jika dapat memanfaatkan kapasitas

produksi yang tinggi, membuka distribution channel yang baru, strategi

marketing yang jitu maka peluang untuk masuk ke dalam persaingan

kendaraan roda 4 sangat terbuka lebar.

Competitor yang cukup mengancam dan ternyata sangat berkembang

pesat datang dari importir terutama RRC dengan produk berharga murah.

Perbandingan MS tahun 2002 dan 2003 terjadi peningkatan yang cukup

signifikan baik untuk pasar kendaraan roda 2 maupun roda 4.

Pada sektor lain, yang paling menonjol saat ini adalah tentang

tingginya harga minyak mentah dunia yang bahkan pernah mencapai angka

tertinggi di dunia yakni di kisaran 54-55 U$ per barrel (Oktober 2004)

akibat adanya permasalahan buruh di Nigeria, konflik peperangan Irak yang

mengakibatkan hambatan untuk eksport minyak, pailitnya raksasa produsen

minyak Ustoc di Rusia, badai yang menerpa tangki penyimpanan minyak di

Page 97: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

189

Amerika sehingga cadangan minyak negara tersebut menipis dan terorisme

di Arab Saudi. Jika harga BBM meningkat, maka dikhawatirkan

mempengaruhi demand market untuk produk kendaraan bermotor menurun

yang pasti akan menerpa SIM sebagai salah satu produsen komponen

kendaraan bermotor. Penurunan demand yang sangat signifikan sepertinya

akan sangat dirasakan oleh industri kendaraan beroda 4 yang harganya

cukup tinggi. Keengganan untuk membeli kendaraan bermotor terjadi pada

tahun 2000 lalu pada produk kendaraan yang mengkonsumsi solar karena

tingginya harga solar. Hal sebaliknya diperkirakan akan terjadi untuk

industri beroda 2, kemungkinan demand untuk penjualan motor mungkin

tidak terlalu tajam karena harga motor yang lebih terjangkau dibanding

mobil dan temtunya lebih simple.

4.2.1.3 Sosial, Budaya dan Lingkungan

Perubahan sosial, budaya dan lingkungan praktis mempunyai

dampak besar bagi produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Untuk negara kita,

budaya konsumtif merupakan peluang yang sangat besar. Terkait dengan hal

tersebut, perlu dilakukan desain-desain produk baru yang dilakukan untuk

memanfaatkannya. Biasanya jika ada produk kendaraan baru baik beroda 2

maupun beroda 4, konsumen memiliki kecenderugan untuk segera memiliki

walaupun dengan program kredit sekalipun. Berbagai program kredit yang

ditawarkan instansi bahkan sudah merambah dunia perbankan yang semakin

Page 98: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

190

marak saat ini mengakibatkan kemudahan dalam kepemilikan kendaraan

bermotor. Dampak dari tingginya angka penjualan kendaraan tentunya akan

langsung dirasakan oleh SIM sebagai supplier shock absorber, steering stem

dan komponen otomotif lainnya. Kunci utamanya adalah tetap pada

fleksibilitas dalam memenuhi customer demand.

Masalah lingkungan dan K3 akhir-akhir ini telah menjadi

pembicaraan utama negara-negara berkembang di dunia. Bagi SIM, hal ini

sudah tentu merupakan peluang karena tingkat pemenuhan terhadap regulasi

yang ada dalam standar skala nasional maupun standar skala internasional

secara umum sudah dapat dipenuhi. Internal perusahaan telah mengadopsi

berbagai sistem manajemen lingkungan dan K3 dalam suatu system yang

terintegrasi dan telah diterapkan dengan baik. Peluang untuk sertifikasi

OHSAS 18001 tampaknya tidak akan menjadi suatu hambatan / ancaman

bagi SIM jika memang dibutuhkan.

4.2.1.4 Teknologi

Perubahan teknologi dan penemuan secara revolusioner seperti

robotik, superkonduktivitas, jaringan satelit, internet, electronic data

processing memberikan dampak pada perusahaan. Kemajuan

superkonduktivitas yang dapat meningkatkan daya guna produk listrik

dengan menurunkan hambatan terhadap arus membuat perubahan

revolusioner dalam operasional bisnis terutama dalam industri yang

Page 99: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

191

menggunakan banyak peralatan yang menjadikan listrik sebagai sumber

energi utama.

Peralatan dan perkembangan teknologi seperti Computer Aided

Design and Manufacturing (CAD/CAM), Enterprise Resource Planning,

Computer Integrated Manufacturing, global e-commerce telah berkembang

pesat di kalangan Internasional.

Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman yang

perlu dipertimbangkan dalam menjalankan strategi perusahaan. Kemajuan

teknologi secara dramatik dapat mempengaruhi produk, pasar, supplier,

distributor, pesaing, pelanggan, proses manufaktur, pemasaran dan posisi

bersaing. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru dan

menghilangkan/mengurangi hambatan biaya dalam proses bisnis dan

menciptakan rangkaian proses yang lebih singkat. Kemajuan teknologi

dapat menciptakan keunggulan bersaing yang lebih berdaya guna untuk

mendukung dan meningkatkan keunggulan yang sudah terlaksana sampai

dengan saat ini.

Pemanfaatan IT di Indonesia sendiri masih belum terlihat

keseriusannya karena salah satu pertimbangan berat yang mungkin masih

dipikirkan bagi pemerintah adalah akan memberikan peluang yang besar

dalam hal menghindari pajak, jika melihat kondisi SDM dalam skala

nasional. Terdapat tantangan yang serius potensial bagi tatanan politik dan

sosial, untuk itu diperlukan tatanan hukum untuk perlindungannya.

Page 100: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

192

World Wide Web adalah jaringan global yang tersedia lewat internet.

Melalui hal tersebut, individu atau perusahaan dapat menempatkan

informasi atau iklan untuk dikonsumsi oleh pihak lain di seluruh belahan

dunia. Halaman web dapat berisi tentang informasi produk, kualitas, harga,

company profile, feature untuk melakukan pemesanan produk, dan

informasi lain sebagainya yang dapat ditampilkan dalam bentuk teks dan

nonteks, termasuk potongan suara, animasi, grafik, dan bahkan film.

Mempunyai situs web dalam cyberspace dapat menghemat banyak kertas,

fotokopi, telepon, dan pos. Penghematan dalam iklan bahkan dapat lebih

tinggi. Atau mungkin saja dapat dilakukan pemesanan melalui situs web

yang tersedia. Namun yang perlu diperhatikan adalah dengan bertambahnya

pengguna web akan menimbulkan pelanggaran keamanan. Perusahaan harus

menyadari bahwa setiap komputer di dunia dapat berhubungan dan

berinteraksi hampir dengan komputer mana pun. Pesaing dapat menghujani

sistem yang ada dengan pesan dan informasi palsu.

Page 101: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

193

4.2.2 Analisa Persaingan Industri

4.2.2.1 Customer

Sekitar 70% produk yang dihasilkan merupakan pasokan untuk

AHM. Dikarenakan AHM sebagai Holding Company dengan kapitalisasi

45% maka mengakibatkan bargaining power SIM dapat dikategorikan

sedang karena pihak AHM sendiri tentulah menyadari bahwa dalam bisnis

tetap memerlukan profit. Tuntutan agar cost yang selalu menurun semakin

gencar untuk memenuhi permintaan customer, meningkatkan daya saing

perusahaan terutama persaingan produk di tingkat lokal, AFTA maupun

global mengakibatkan harga produk yang ditetapkan sebagai harga jual

harus kompetitif dengan berbagai keunggulan. Oleh sebab itu efisiensi

senantiasa perlu dilakukan terus menerus.

Sedangkan tuntutan customer untuk sertifikasi berskala internasional

juga sudah merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, terutama untuk ISO

9001 untuk sistem mutu dan ISO 14000 untuk sistem manajemen

lingkungan. Untuk segi keselamatan dan kesehatan kerja juga semakin

berkembang sebagai suatu peryaratan wajib.

Tabel 4.19 berikut ini merupakan data tentang jumlah kendaraan

beroda 2 yang beroperasi di jalanan. Data tersebut dapat menunjukkan

bahwa betapa potensialnya replacement market yang jumlahnya cukup

besar dari tahun ke tahun. KYB saat ini merupakan pemimpin dalam pasar

ini.

Page 102: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

194

Tabel 4.19 Jumlah kendaraan roda 2 yang beroperasi Tahun Jumlah 1994 7,787,7201995 8,784,4561996 10,090,8061997 10,808,5581998 12,600,5821999 13,053,1482000 13,563,0172001 15,336,8722002 18,061,4142003 23,312,945

Sumber : AISI

4.2.2.2 Supplier

Dari segi supplier, semakin tingginya demand produk kendaraan

mengakibatkan SIM harus meningkatkan jumlah produksinya. Untuk itu

diperlukan support material yang memadai pula. Sumber perolehan material

pada beberapa material seperti oli masih harus di import akibat tidak adanya

produk lokal sejenis. Selain itu, jumlah delivery vendor rate yang hanya

mencapai 96% tahun 2003 mengakibatkan SIM harus melakukan stock

material yang memakan biaya dan lahan. Ketergantungan SIM pada support

material yang terbatas mengakibatkan bargaining power SIM sedang.

Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah SIM

berusaha untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali atas

perusahaan vendor. Management supply dengan memanfaatkan jaringan

atau system on-line dengan vendor juga dapat dipertimbangkan.

Keuntungannya adalah pihak vendor material dapat memonitor kebutuhan

Page 103: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

195

material SIM sehingga dapat diantisipasi pasokannya agar selalu mencukupi

pada waktu yang tepat (just in time).

4.2.2.3 Substitute

Untuk produk shock absorber, steering steem dan komponen otomotf

yang diproduksi SIM sampai saat ini belum ditemukan produk yang dapat

dikategorikan sebagai produk alternatif/pengganti/substitusi. Untuk itu hal

ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan SIM.

4.2.2.4 Rival

Satu-satunya competitor skala nasional, hanya terdapat satu (1)

competitor yakni Kayaba. Kayaba menghasilkan produk sejenis dengan

SIM. Oleh karena itu persaingan kualitas, harga, keunggulan dalam bersaing

dan lainnya sangat kompetitif. Untuk saat ini, SIM mendominasi pasar R2,

sedang KYB menguasai pasar R4. Adanya AFTA, perdagangan global

mengakibatkan masuknya importir produk sejenis perlu dikhawatirkan. Data

pangsa pasar tahun 2003 menyatakan bahwa pihak importir mampu merebut

lebih dari 72% untuk jenis passenger car. Jika hal ini terus terjadi, maka

lama kelamaan posisi SIM akan terancam. Untuk mengatasi hal ini adalah

dengan mengoptimalkan peranan marketing dalam persaingan lokal.

Strategi yang jitu perlu diterapkan untuk memperoleh customer yang loyal.

Kunci keberhasilannya adalah dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.

Page 104: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

196

Berkembangnya dunia internet mengakibatkan tidak adanya batas-batas

negara yang jelas terutama dalam hal komunikasi yang difungsikan untuk

menjalankan fungsi marketing. Untuk itu SIM juga perlu mengatasi hal ini

dengan memanfaatkan pula cyberspace terutama untuk merebut pasar

Internasional yang potensial.

Dari sisi EHS, kekuatan kompetitor utama juga sudah menerapkan

konsep Astra Green Company karena PT. Kayaba sendiri juga merupakan

anak perusahaan Astra Group. PT. Kayaba juga telah memiliki sertifikasi

ISO 9000, ISO 14000 dan OHSAS 18001. Untuk integrasi sistem

manajemen belum dapat diketahui penerapannya di PT. Kayaba. Jika

dibandingkan dengan PT. SIM, sampai saat ini SIM masih lebih unggul

dalam penerapan AGC. Hal ini dibuktikan dari hasil assesment AGC tahun

2003 yang lalu dimana SIM keluar sebagai juara umum. Untruk tahun ini,

proses assesment masih terus berlangsung hingga diumumkannya pada

sekitar bulan Februari 2005 mendatang. SIM dikabarkan tetap masuk dalam

nominasi juara umum kembali.

Jika dibandingkan antara OHSAS 18001 yang diraih KYB dengan

SMK3 yang diraih SIM, OHSAS sesungguhnya merupakan standar K3 yang

telah diakui di negara eropa dan pertama kali diciptakan oleh Inggris yang

kemudian banyak ditiru oleh negara lainnya. Sedangkan SMK3 merupakan

standar K3 negara Indonesia yang cakupan pengakuannya hanya skala

nasional. Kesimpulannya SMK3 maupun OHSAS 18001 merupakan suatu

Page 105: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

197

pengakuan yang dapat dikatakan relatif seimbang. Keunggulan tetap lebih

dimiliki oleh SIM terutama berdasarkan penilaian standar Astra yang

merupakan adopsi berbagai sistem manajemen.

4.2.2.5 New Entrants

Adanya kebijakan pemerintah untuk menstimulasi iklim investasi di

Indonesia sangat besar peluang untuk munculnya pemain baru dalam produk

sejenis. Regulasi AFTA dan perdagangan global yang semakin berkembang

juga memperkuat timbulnya peuang ini. Menciptakan network yang erat

dengan customer penting dilakukan untuk mengantisipasi hal ini sehingga

diperoleh fixed/permanent customer yang dapat menciptakan perusahaan

yang sustainable.

Page 106: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

198

4.3 Strategi Manajemen

4.3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal

Dari berbagai uraian kondisi internal, maka dapat disimpulkan hal-hal

yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. SIM. Tabel 4.20 berikut ini adalah

Matriks Evaluasi Faktor Internal PT. SIM.

Tabel 4.20 Matriks Evaluasi Faktor Internal Strength Bobot Nilai Bobot x Nilai

1 QLK3 built in process 0.05 4 0.2 2 Cost Reduction Program yang berjalan baik 0.05 4 0.2 3 Pemimpin dalam pangsa pasar R2 0.05 4 0.2 4 Kesadaran & Kompetensi karyawan tentang aspek QLK3 0.1 3 0.3 5 Komitmen manajemen yang tinggi tentang aspek QLK3 0.15 3 0.45 6 Integrasi Sistem Manajemen 0.05 3 0.15 7 Support dari Holding Company 0.05 3 0.15 8 Volume Sales yang terus berkembang 0.05 3 0.15 9 Audit Rutin yang dilakukan 0.05 3 0.15

10 Delivery rate 100% 0.05 3 0.15 11 Penambahan Kapasitas produksi 0.05 3 0.15 Weakness

1 Promosi yang belum optimal 0.05 2 0.1 2 Pangsa pasar REM & R4 yang rendah 0.05 1 0.05 3 Jumlah kecelakaan yang terjadi 0.05 2 0.1 4 Distribution Channel 0.1 2 0.2 5 Up-date informasi pada cyberspace 0.05 1 0.05

Jumlah 1 2.75

Seperti yang sudah tergambarkan pada sub bab 4.1, aspek QLK3 dalam

setiap aktifitas sudah sangat diperhatikan, bahkan telah ditunjuk seorang

Executive in Charge yang khusus menangani masalah lingkungan yang berarti

keseriusan SIM dalam hal ini, Kemudian tentang CRP yang juga luar biasa

hasilnya dengan pencapaian efisiensi cost mencapai Rp. 12 milyar, kemudian

Page 107: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

199

persentasi SIM yang berhasil menguasai pangsa pasar R2 juga sudah bertahan

selama 3 tahun terakhir dan mengalami peningkatan, oleh karena itu 3 hal

tersebut diberi penilaian 4 (superior).

Kelemahan utama SIM dari penelitian yang dilakukan terdapat pada

pangasa pasar REM dan R4 yang relatif selalu rendah selama 3 tahun terakhir

walaupun terus mengalami peningkatan. Selain itu, dari penelusuran pada situs

SIM, diperoleh bahwa update terakhir yang dilakukan yaitu tahun 2002, padahal

peluang untuk melakukan promosi dapat memanfaatkan cyberspace ini khususnya

untuk pasar internasional, sehingga untuk 2 hal tesebut mendapatkan angka 1

(jelek). Angka 2 menunjukkan bahwa hal tersebut di atas dilaksanakan secara

rata-rata sama dengan perusahaan pada umumnya, sedangkan angka 3

menunjukkan pelaksanaannya diatas rata-rata perusahaan pada umumnya.

Page 108: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

200

4.3.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Sedangkan dari uraian kondisi eksternal yang meliputi analisis lingkungan,

analisis persaingan industri diperoleh beberapa peluang dan ancaman bagi SIM

yang terdapat pada Tabel 4.21 berikut ini.

Tabel 4.21 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Opportunities Bobot Nilai Bobot x Nilai 1 Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 +5% 0.1 2 0.2 2 Demand kendaraan yang terus meningkat 0.15 4 0.6 3 Budaya konsumtif masyarakat 0.05 3 0.15 4 Produk customer tetap yang mendominasi pangsa pasar 0.1 3 0.3 5 Pasar Internasional yang potensial (AFTA) 0.05 2 0.1 6 Perkembangan Global e-commerce 0.1 2 0.2 7 REM yang potensial 0.05 3 0.15 Threats 1 Revisi order yang sering terjadi 0.05 2 0.1 2 Vendor delivery rate 96% 0.1 2 0.2 3 Masuknya importir akibat regulasi AFTA 0.05 2 0.1 4 Harga minyak mentah dunia yang tinggi 0.1 1 0.1 5 Kayaba sebagai pemimpin pangsa pasar REM & R4 0.1 1 0.1 Jumlah 1 2.3

Dari berbagai sumber media seperti media cetak, radio, dan

memperhatikan trend pasar otomotif nasional, demand akan kendaraan terus

mengalami peningkatan. Peningkatan demand tidak hanya terjadi pada kendaraan

beroda 2 yang sangat tinggi, bahkan juga dialami oleh kendaraan beroda 4. Ini

ditandai dengan adanya indent selama hampir satu (1) tahun untuk pembelian

mobil. Artinya, perusahaan tidak mampu memenuhi tingginya permintaan mobil

sehingga diperlukan semacam lead time untuk itu.

Page 109: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

201

Dari sisi ancaman, tingginya harga minyak mentah dunia terus

mengkhawatirkan. Seperti uraian pada sub bab 4.2.1.2 jika harga bahan bakar

tinggi dikhawatirkan akan menurunkan demand terhadap kendaraan karena

meningkatnya semua harga-harga di pasaran sehingga konsumen akan menunda

pembelian kendaraan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer. Untuk 2 hal

ini diberi angka 1 (jelek) karena cukup mengancam perkembangan SIM.

Page 110: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

202

4.3.3 Matriks Internal-Eksternal

Dari Matriks EFI diperoleh koordinat 2,75. Sedangkan dari Matriks EFE

diperoleh koordinat 2,3. Dari kedua koordinat tersebut dimasukkan ke dalam

Matriks IE seperti di bawah ini:

TOTAL NILAI EFI

Kuat 3,0 - 4,0

Sedang 2,0 - 2,99

Lemah 1,0 - 1,99

4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi 3,0 - 4,0

Sel 1 Sel 2 Sel 3

3,0

Sedang 2,0 - 2,99

Sel 4

Sel 5 Sel 6

2,0

Rendah 1,0 - 1,99

TOTA

L N

ILAI

EFE

Sel 7 Sel 8 Sel 9

1,0

Diagram 4.2 Matriks Internal Eksternal (IE)

Posisi PT. SIM berdasarkan hasil Matriks IE, berada dalam sel 5. Secara

teoritis, strategi perusahaan yang berada dalam sel 5 adalah mempertahankan dan

memelihara; penetrasi pasar adalah hal yang tepat bagi SIM dalam kondisi

sekarang ini. Pasar yang dimaksud adalah mempertahankan pangsa pasar R2 yang

telah dikuasai, dan melakukan penetrasi terhadap pasar R4 dan pasar Internasional

(2,75;2,3)

Page 111: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

203

yang potensial. Untuk memasuki pasar Internasional, pemanfaatan cyberspace

adalah hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan.

4.3.4 Matriks Boston Consulting Group (BCG)

Produk PT. SIM terbagi atas 2 kategori, Automobiles dan Motorcycles.

Dalam setiap kendaraan baik itu mobil maupun motor pasti memiliki peredam

kejut atau yang dikenal dengan shock absorber, oleh karena itu untuk data

pertumbuhan penjualan komponen shock absorber akan diasumsikan sama

dengan pertumbuhan penjuaan mobil dan motor.

Pertumbuhan Penjualan tahun 2003:

Komponen R2 = ( ) %82,21%100991.317.2

991.317.2702.823.2=×

Komponen R4 = ( ) %32,11%100000.318

000.318000.354=×

Page 112: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

204

Pangsa Pasar Relatif:

Tabel 4.22 Pangsa Pasar Relatif R2 Tahun SIM terhadap KYB2003 2.20 2004 2.07

Tabel 4.23 Pangsa Pasar Relatif 4W-Commercial Car

Tahun SIM terhadap KYB2003 0.54 2004 0.84

Tabel 4.24 Pangsa Pasar Relatif 4W-Passenger Car Tahun SIM terhadap KYB2003 0.14 2004 0.97

POSISI PANGSA PASAR RELATIF

Tinggi Sedang Rendah

1,0 0,5 0,0 Tinggi +20

Stars

Question Marks

Sedang 0

Kecepatan Pertumbuhan

Penjualan (Persentase)

Cash Cows Dogs

Rendah -20

Diagram 4.3 Matrix Boston Consulting Group (BCG)

Page 113: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

205

Secara keseluruhan untuk tahun 2004 (data pangsa pasar s/d bulan Juni)

produk PT. SIM berada dalam posisi bintang (Stars). Perolehan pangsa pasar R2

tetap dipertahankan dengan baik oleh SIM selama 2 periode ini. Secara teoritis,

produk yang berada dalam posisi bintang dapat menikmati keuntungan besar

karena mempunyai pangsa pasar relatif besar di satu sisi, didukung oleh potensi

pertumbuhan penjualan yang cukup tinggi di sisi lain. Dengan perencanaan

pemasaran yang tepat, keuntungan dapat terus meningkat seiring dengan

pertumbuhan penjualan produk tersebut. Disamping peningkatan keuntungan yang

mungkin diperoleh, posisi ini juga mempunyai konsekuensi penggarapan pasar

secara lebih serius, mengingat kemungkinan banyaknya kompetitor baru akan

memasuki pasar produk shock absorber untuk R2. Hal ini terjadi karena

dirangsang oleh pertumbuhan pasar untuk kendaraan beroda 2 yang masih

menjanjikan dan tentunya menjanjikan keuntungan yang tinggi pula.

Sedangkan posisi untuk produk komponen R4 tahun 2004 yang juga berada

berada pada kisaran posisi Stars walaupun sempat mengkhawatirkan saat periode

2003 khususnya untuk 4W-Passenger Car. Posisi ini mempunyai pangsa pasar

relatif tinggi dan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi pula setelah kembali

pulih saat dilanda krisis ekonomi yang lalu. Peningkatan MS yang relatif dapat

dikatakan tinggi dibanding tahun 2003 merupakan signal positif bagi SIM bahwa

peluang untuk dapat terus melakukan pengembangan pasar untuk produk

komponen otomotif R4 masih sangat terbuka. Tentunya hal ini juga didukung oleh

sejumlah program efisiensi yang terus dikembangkan pihak SIM.

Page 114: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

206

4.3.5 Matriks SWOT

Tabel 4.25 Matriks SWOT Strength: Weakness: 1 QLK3 built in process 1 Promosi yang belum optimal 2 Cost Reduction Program yang berjalan baik 2 Pangsa pasar R4 & REM SIM dibawah KYB

3 Pemimpin dalam pangsa pasar R2 3 Kecelakaan yang masih terjadi 4 Kesadaran & Kompetensi karyawan tentang aspek QLK3 4 Distribution Channel yang minim 5 Komitmen manajemen yang tinggi tentang aspek QLK3 5 Up-date informasi pada cyberspace 6 Integrasi Sistem Manajemen 7 Support dari Holding Company 8 Volume Sales yang terus berkembang 9 Audit Rutin yang dilakukan 10 Delivery rate 100%

11 Penambahan Kapasitas produksi Opportunities: Strategi SO Strategi WO 1 Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 +5% 2 Demand kendaraan yang terus meningkat 3 Budaya konsumtif masyarakat 4 Produk customer tetap yang mendominasi pangsa pasar 5 Pasar Internasional yang potensial (AFTA) 6 Perkembangan Global e-commerce 7 Pasar REM yang potensial

- Pertahankan Strategi Lingkungan yang diterapkan - Penetrasi pasar International melalui global e-commerce

- Pencapaian zero accident untuk menghilangkan lost

- Membuka Distribution channel yang baru (khusunya R4 & REM)

Threats: Strategi ST Strategi WT 1 Revisi order yang sering terjadi 2 Vendor delivery rate 96% Penciptaan Brand Image untuk REM 3 Masuknya importir akibat regulasi AFTA 4 Harga minyak mentah dunia yang tinggi 5 Kayaba sebagai pemimpin pangsa pasar R4

Penerapan Supply Chain Management (Activities Adjustment)

Page 115: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

207

Untuk strategi SO, strategi lingkungan yang telah diterapkan sangat positif

dan merupakan keunggulan utama sehingga perlu terus dikembangkan.

Pemanfaatan global e-commerce untuk melakukan penetrasi pasar adalah hal

yang tepat mengingat prestasi sales volume yang baik dan harus terus

ditingkatkan, delivery rate 100% dan adanya penambahan areal untuk

manufacturing yang berarti kapasitas produksi SIM akan bertambah.

Strategi ST yang diperlukan adalah dengan melakukan penerapan Supply

Chain Management. Supply Chain yang dimaksud disini mencakup arus

informasi, arus barang dan tentunya arus keuangan. Ini dipengaruhi oleh prestasi

vendor SIM yang delivery rate-nya hanya 96% dan seringnya tejadi revisi order

customer yang mengakibatkan SIM harus selalu menyesuaikan kondisi produksi

dan jadwal deliverynya. Untuk mempertahankan kepemimpinan pangsa pasar,

peningkatan sales volume, peranan arus informasi sangat menentukan.

Berdasarkan pemikiran tersebutlah maka implementasi supply chain

management dengan cara penyaluran informasi dan transaksi elektronik melalui

sistem komputerisasi perlu diterapkan.

Strategi WO adalah peningkatan/pembenahan kelemahan untuk merebut

peluang yang ada. Trend kecelakaan yang kembali meningkat harus kembali

ditanggulangi hingga kembali kepada prestasi zero accident pada tahun 2002

yang lalu. Promosi yang kurang dan saluran distribusi untuk REM juga belum

terlalu merebak di pasaran memang merupakan target psara SIM. Namun

peningkatan pangsa pasar R4 dan REM juga tiak boleh diabaikan, maka

Page 116: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

208

distribution channel yang baru diperlukan sehingga mampu memasok produk

SIM lebih besar lagi.

Untuk Strategi WT, strategi penciptaan brand image merupakan hal yang

harus dilakukan dalam rangka meningkatkan replacement market yang dikuasai

KYB.

4.4 Implementasi

Komparasi strategi kiranya merupakan hal yang tepat. Keseluruhan strategi yang

dirumuskan merupakan hal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan

membuka distribution channel baru dan promosi-promosi ditujukan untuk merebut

pasar REM yang sangat potensial. Setiap tahunnya angka penjualan kendaraan dapat

dikatakan relatif tinggi, dan jika dikumulatifkan berarti sama dengan jumlah

kendaraan yang ada di jalanan saat ini.

Semakin tingginya demand untuk komponen R2 ditandai dengan bertambahnya

satu digit untuk nomor polisi bagian belakang. Selain itu, tingginya harga minyak

dunia diperkirakan akan berpengaruh pada meningkatnya harga BBM dan

berdampak pada konsumen untuk lebih memilih kendaraan R2 dibanding R4. Alasan

ini cukup logis mengingat konsumsi BBM oleh kendaraan R4 jauh lebih besar

dibanding konsumsi BBM oleh kendaraan R2. Belum lagi meningkatnya beban

operasional produksi yang tentunya akan meningkatkan harga kendaraan.

Untuk memenuhi perkiraan semakin tingginya demand untuk komponen R2 dan

menghadapi persaingan global, penerapan supply chain management dirasakan tepat

Page 117: HASIL DAN PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/LKN2006-23-Bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal

209

sebagai adjustment yang diberikan kepada aktifitas rutin mengingat begitu

pentingnya informasi yang up-date untuk masa yang akan datang. Pada Lampiran 13

adalah rekomendasi implementasi supply chain management yang diusulkan

khususnya pada bagian perencanaan produksi (PPC) berupa alur sistem.