hasil dan pembahasanthesis.binus.ac.id/doc/bab4/lkn2006-23-bab 4.pdf · 2006-11-01 · 93 bab 4...
TRANSCRIPT
93
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Internal
Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal perusahaan dengan
menggunakan pendekatan konsep value chain analysis yang diadopsi oleh PT.
SIM menjadi Business Process Mapping PT. SIM khususnya yang berhubungan
dengan Aspek Quality, Environment, Health & Safety (QEHS). Hal ini
dimaksudkan untuk menggambarkan apa saja yang dilakukan PT. SIM dalam
menambah value dari perusahaan tersebut di berbagai aktifitas baik itu primary
activity maupun support activity. Penerapan aspek QEHS sebagai Sustainable
Competitive Advantage yang diterapkan oleh PT. SIM merupakan suatu
keunggulan yang dapat dikatakan unik, untuk lebih jelasnya berikut adalah uraian
aktifitas-aktifitas yang dimaksud:
4.1.1 Management System
Sistem yang diterapkan di PT. SIM adalah Showa Management System
(SMS), sistem ini baru mulai diberlakukan tahun 2003 yang mencakup Sistem
Manajemen Mutu ISO 90001:2000, Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Astra
Green Company, Total Productive Maintenance, Total Quality Control, Total
94
Quality Management, QCC/SS, Astra Management System, Total
Management System, Kaizen dan sistem-sistem lainnya untuk
mengembangkan efektifitas perusahaan
Showa Management System merupakan acuan atau pedoman dalam
menjalankan aktifitas bisnis perusahaan. Sehingga untuk keperluan audit
sistem, baik internal maupun eksternal akan menggunakan SMS sebagai
standar. Penggambaran SMS dalam operasional perusahaan dijelaskan dalam
“Showa Global Business Process Mapping” (Diagram 4.1).
4.1.2 Business Process Mapping
Showa Global Business Process Mapping menggambarkan bagaimana
operasional perusahaan dijalankan. Hubungan fungsi antar bagian dijelaskan,
semua bagian fungsinya ditujukan untuk memenuhi harapan dan kepuasan
pelanggan (customer satisfaction) serta menciptakan kondisi perusahaan yang
tertib, teratur, aman, nyaman dan ramah lingkungan (environmental friendly).
Dalam memetakan hubungan tersebut diperhatikan juga persyaratan dari
sistem yang diterapkan.
Disamping keterkaitan fungsi masing-masing bagian dijelaskan pula
perangkat sistem yang mendukung fungsi itu berjalan mulai dari proses
perencanaan strategis, proses monitoring, proses review dan solusi tindakan-
tindakan perbaikan dan pencegahan.
95
Tujuan dari rencana Showa Global Business Process Mapping adalah
untuk menjalankan Business Process PT. Showa Indonesia Manufacturing.
Disertakannya pengelolaan QEHS memiliki makna bahwa PT. SIM
berkewajiban menghasilkan produk yang berkualitas kelas dunia serta
menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan ramah lingkungan
yang dapat menciptakan jaminan keberlangsungan perusahaan. Setiap fungsi
dan proses yang digambarkan dalam Business Process Mapping dijalankan
dengan mengimplementasikan prosedur atau dokumen pendukung lainnya.
Kegunaan Showa Indonesia Business Process Mapping adalah sebagai
berikut:
1. Menjadi paduan bagi karyawan dan manajemen PT. Showa
Indonesia Manufacturing untuk menjalankan aktifitas bisnisnya
sesuai dengan fungsinya masing-masing dalam rangka memberikan
kepuasan kepada pelanggan dengan memberikan pelayanan yang
terbaik serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan
ramah lingkungan
2. Meningkatkan efisiensi dengan menghilangkan proses-proses atau
fungsi yang tidak memberikan nilai tambah kepada perusahaan,
pelanggan, masyarakat, alam, karyawan, serta manfaat lainnya.
3. Menjadi dasar dalam pengembangan bisnis perusahaan ke depan
dengan melakukan improvement terhadap core business process
96
1. Customer Order5. SHOCK ABSORBER
CORE BUSINESS
1. Pengendalian
11. Design
III. SUPPLIERMANAGEMENT
II. OPERATIONAL MANAGEMENT IV. CUSTOMERMANAGEMENT
2. IndirectWare
Housing
I.GENERAL MGT1. Strategic Planning
3. Mgt. Review 4. Organisasi2. Checking/Audit System
5. Mgt. System 6. Budget
12. Improvement1. Customer Order5. SHOCK ABSORBER5. SHOCK ABSORBER
CORE BUSINESS
1. Pengendalian
11. Design11. Design
III. SUPPLIERMANAGEMENT
II. OPERATIONAL MANAGEMENT IV. CUSTOMERMANAGEMENT
2. IndirectWare
Housing
2. IndirectWare
Housing
I.GENERAL MGT1. Strategic Planning
3. Mgt. Review 4. Organisasi2. Checking/Audit System
5. Mgt. System 6. Budget
12. Improvement12. Improvement
V. HR & ADMINISTRATION
MANAGEMENT
CUSTOMER
SUPPLIER
3. Finance & Accounting
1. Pengembangan SDM
15. Utility14. Maintenance 16. Facility
2. Customer Care
6. STEERING STEM
7. POWER STEERING
8. CUSTOMIZE /COMPONENT
Supplier
2. Pengendalian Dokumen / Catatan
4. Supply
1. Planning
9. WareHousingFinishGood
10. Delivery
17. ProcessControl
4. Electronic Data Procesing
5. Personal & Administration
18. Pengelolaan QEHS
3. DirectWare
Housing
13. Pembayaran/penagihan
2. PengendalianSubkontraktor
V. HR & ADMINISTRATION
MANAGEMENT
CUSTOMER
CUSTOMER
SUPPLIER
SUPPLIER
3. Finance & Accounting
1. Pengembangan SDM
15. Utility14. Maintenance 16. Facility
2. Customer Care
6. STEERING STEM6. STEERING STEM
7. POWER STEERING7. POWER STEERING
8. CUSTOMIZE /COMPONENT
8. CUSTOMIZE /COMPONENT
Supplier
2. Pengendalian Dokumen / Catatan
4. Supply4. Supply
1. Planning1. Planning
9. WareHousingFinishGood
9. WareHousingFinishGood
10. Delivery10. Delivery
17. ProcessControl
4. Electronic Data Procesing
5. Personal & Administration
18. Pengelolaan QEHS
3. DirectWare
Housing
3. DirectWare
Housing
13. Pembayaran/penagihan
13. Pembayaran/penagihan
2. PengendalianSubkontraktor
Sumber : QEHS Department
Diagram 4.1 Showa Global Business Process Mapping
4.1.3 General Management
General Management merupakan unsur dalam Showa Global Business
Process Mapping yang mencakup Strategic Planning, Checking/Audit System
Management Review, Organization, Management System dan Budget.
97
4.1.3.1 Strategic Planning
Strategic Planning merupakan hal yang vital bagi perusahaan,
karena arah dan strategi perusahaan ditentukan dari sini. Perencanaan
strategis PT. SIM mencakup visi & misi perusahaan, Key Success
Factor, objective & target, kebijakan manajemen, five year policy dan
one year policy. Dari pengamatan yang dilakukan, keseluruhan
perencanaan strategis yang disusun oleh SIM telah memasukkan unsur
LK3 misalnya target pencapaian kategori emas di setiap aktifitas
perusahaan (bukan hanya secara global), kebijakan manajemen yang
telah terintegrasi antara mutu, LK3, customer satisfaction dan
harmonisasi hubungan dengan stakeholder (Lampiran 5).
4.1.3.2 Audit Sistem Manajemen
Dalam suatu pelaksanaan sistem tentunya diperlukan evaluasi untuk
memastikan bahwa sistem tersebut konsisten dilakukan. Audit dilakukan
baik dari pihak internal maupun eksternal. SIM sebagai salah satu
affiliated company (affco) Astra Group juga tidak terlepas dari
kebijakan Astra yang mewajibkan seluruh affco untuk menjalankan
standar Astra Green Company. Audit yang dilakukan EHS division AI-
HO setahun sekali, ternyata berdampak positif. Kompetisi AGC yang
dilakukan setiap tahunnya telah membuat seluruh affco bersaing
menjadi perusahaan yang berkualitas dan ramah lingkungan. Hasilnya,
98
SIM ternyata berhasil menjadi juara umum AGC Award tahun 2003 dan
memperoleh penghargaan sebagai vendor terbaik dari PT. Astra Honda
Motor tahun 2004 ini. Dari hasil assement menunjukkan bahwa tingkat
pemenuhan kriteria AGC PT. SIM menunjukkan peningkatan dari
90,15% tahun 2003 menjadi 102,2% tahun 2004. Angka yang melebihi
100% dikarenakan adanya nilai bonus yang diberikan untuk pemenuhan
merit point yang terdapat dalam kriteria AGC namun diluar penilaian
pokok yang harus dipenuhi. Khusus untuk pemenuhan kriteria Green
Process, persentasenya juga menunjukkan peningkatan dari 92,1%
tahun 2003 menjadi 96,30% tahun 2004.
4.1.3.3 Mekanisme Review
Terjadinya dinamika yang cepat harus ditanggapi secara cepat pula
oleh setiap pihak. Review manajemen dilakukan untuk mengkaji
keefektifan SMS sesuai dengan schedulle yang telah ditentukan. Dalam
melakukan review harus dipastikan bahwa informasi yang dikumpulkan
memadai sebagai bahan evaluasi.
Jenis-jenis review yang diselenggarakan di PT. SIM terdiri dari
forum Rapat Pimpinan (RaPim), Showa Indonesia Manufacturing
Dynamic Action Plan (SIMDAP) (Lampiran 6), Laporan Bulanan, BOD
Meeting dan Manager Meeting. Secara umum adanya forum-forum
99
review tersebut berguna untuk memonitor operasional pelaksanaan SMS
di segala tingkatan fungsional perusahaan.
4.1.4 Supplier Management
Supplier Management adalah sistem yang melakukan pengelolaan
pengadaan barang dan jasa, yang mencakup pembelian direct material
maupun indirect material, dan pengadaan jasa untuk mendukung proses
bisnis. Sistem ini mencakup proses pemilihan subkontraktor/vendor
(kualifikasi subkontraktor/vendor) dan evaluasi subkontraktor/vendor.
Tambahan lagi, bahkan telah dilakukan program audit terhadap vendor-vendor
yang dilakukan setiap 6 (enam) bulan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk
mendorong para vendor untuk peduli terhadap masalah LK3. Dengan
terlaksananya hal tersebut diharapkan perusahaan vendor dapat sustain,
pencapaian zero accident, efisiensi pemanfaatan SDA, dan hal lainnya yang
berujung pada supply material yang continous dan harga yang kompetitif.
Sedangkan untuk subkontraktor jasa yang bersifat proyek perlakuannya
sama seperti subkontraktor material akan tetapi proses evaluasi yang
dilakukan adalah dengan melihat hasil akhir setelah proyek selesai serta
dalam tahapan proses pengerjaan proyeknya. Tanggung jawab dan wewenang
pengelolaan subkontraktor jasa tersebut adalah masing-masing departemen
yang terkait dengan pengerjaan jasa oleh subkontraktor tersebut.
100
Dalam melakukan pengelolaan pembelian tidak hanya faktor harga saja
yang menjadi pertimbangan utama, akan tetapi seluruh aspek yang
menyangkut Quality, Delivery, Cost, Environment, Safety and Health
terhadap produk dan proses serta ketaatan terhadap regulasi terkait juga
menjadi bagian dari persyaratan pembelian. Diadakannya acara Vendor
Gathering yang baru terlaksana dua (2) tahun terakhir ini dimaksudkan untuk
menularkan “virus” Green Company ke pihak vendor. Hal ini dilakukan
untuk mendukung upaya SIM yang berusaha untuk menjadi perusahaan yang
sustain dalam keseluruhan rantai operasionalnya. Keuntungan dari hasil acara
tersebut bila dilaksanakan secara sungguh-sungguh tentunya diharapkan akan
dirasakan oleh kedua belah pihak dalam segi material handling, cleaner
production, dan environmental friendly.
4.1.4.1 Kualifikasi subkontraktor
Kualifikasi subkontraktor merupakan proses yang dilakukan
terhadap semua subkontraktor yang akan men-supply barang ke
perusahaan. Tujuan proses kualifikasi adalah menyeleksi kelayakan
calon subkontraktor. Uji kelayakan tersebut dilakukan pada semua aspek
yang akan dijadikan persyaratan pembelian. Uji kelayakan untuk
subkontraktor direct material dilakukan oleh bagian Engineering yang
bekerja sama dengan bagian terkait dan untuk subkontraktor indirect
material dilakukan oleh departemen Procurement sedangkan
101
subkontraktor jasa yang bersifat proyek dilakukan oleh masing-masing
departemen terkait dan dikomunikasikan dengan departemen
Procurement.
Subkontraktor yang telah lolos kualifikasi akan dimasukkan ke
dalam Approval Vendor List (AVL). Sedangkan bagi subkontraktor
lama yang pada awalnya tidak dilakukan kualifikasi dan menunjukkan
performance yang bagus tidak dilakukan kualifikasi ulang akan tetapi
hanya dilakukan evaluasi secara rutin.
4.1.4.2 Evaluasi Subkontraktor
Evaluasi subkontraktor baik subkontraktor direct atau indirect
material dilakukan secara periodik mengacu pada kriteria penilaian
yang telah ada. Dalam kriteria penilaian (Lampiran 7) dan Panduan
investigasi vendor (Lampiran 8), telah diikutkan pula aspek
Lingkungan, Keselamatan & Kesehatan Kerja (LK3) yang terdiri atas
unsur kemasan dan handling. Pada Gambar 4.1 merupakan salah satu
contoh kemasan material yang ramah lingkungan. Kemasan tersebut
akan dikembalikan pada supplier untuk digunakan saat mengirimkan
material pada jadwal berikutnya, jadi selain menghemat biaya kemasan,
juga tidak mengotori lingkungan karena tidak ada sisa kemasan.
Subkontraktor yang dinilai adalah subkontraktor yang termasuk dalam
Approval Vendor List (AVL). Evaluasi rutin ini akan lebih diutamakan
102
terhadap subkontraktor yang berpengaruh langsung terhadap aspek
kualitas dan lingkungan ataupun subkontraktor yang termasuk dalam
kategori bermasalah.
Sumber : PT. SIM
Gambar 4.1 Kemasan Material yang ramah lingkungan
Proses evaluasi subkontraktor dilakukan oleh Procurement
bersama-sama dengan QA dan QEHS Department dan dengan
pertimbangan dari departemen terkait lainnya sebagai user. Parameter
penilaian yang digunakan mencakup semua aspek dalam persyaratan
pembelian. Setiap periode tertentu masing-masing subkontraktor
tersebut akan menerima hasil penilaian termasuk beberapa tindakan
rekomendasi perbaikan kepada subkontraktor yang dinyatakan kurang.
Verifikasi terhadap tindakan perbaikan yang dilakukan oleh
subkontraktor akan dilakukan. Apabila subkontraktor tersebut tidak
103
melaksanakan tindakan perbaikan sebagaimana diminta, maka
subkontraktor tersebut akan memperoleh surat peringatan. Tindakan
terakhir akan dilakukan seandainya subkontraktor tersebut masih belum
melakukan tindakan perbaikan atau tidak adanya itikad baik untuk
memperbaiki maka subkontraktor tersebut akan dikeluarkan dari AVL
Showa. Bagi subkontraktor yang sudah melakukan tindakan perbaikan
akan tetapi hasilnya belum maksimal, pihak SIM dapat memberikan
toleransi bahkan jika memungkinkan akan memberikan bantuan teknis
maupun non-teknis yang diperlukan.
Sedangkan untuk subkontraktor yang bersifat jasa proyek,
evaluasi tidak dilakukan secara rutin dan tidak ada AVL-nya. Evaluasi
yang dilakukan adalah dengan melihat hasil pekerjaannya, keseluruhan
proses pengerjaannya mulai dari peralatan dan manusianya dilengkapi
dengan sarana safety dan lingkungan yang aman atau tidak, serta
handling material teratur atau tidak serta ketepatan waktunya. Apabila
hasilnya menunjukkan nilai yang cukup bagus maka subkontraktor
tersebut dapat direkomendasikan untuk dipakai kembali. Akan tetapi
apabila nilainya jelek maka subkontraktor tersebut tidak akan dipakai
lagi.
104
4.1.4.3 Pembelian
Pembelian direct material, indirect material ataupun pekerjaan
untuk jasa akan dilakukan terhadap subkontraktor yang ada dalam AVL
dan mempunyai performance cukup bagus. Dokumen pembelian
mencakup informasi yang menggambarkan produk yang dibeli termasuk
persyaratan persetujuan produk, prosedur, proses dan peralatan,
kualifikasi personil dan persyaratan lainnya yang terkait termasuk
persyaratan Lingkungan dan Keselamatan Kesehatan Kerja (LK3).
Informasi-informasi minimal yang terdapat dalam barang tersebut
adalah antara lain:
a. Kode barang (jika ada)
b. Merk, type, label grade serta identifikasi lainnya
c. Spesifikasi teknis, drawing dan data teknis lainnya
d. Jenis jasa jika diperlukan
e. Material Safety Data Sheet (MSDS) khusus untuk Bahan
Berbahaya & Beracun (B3)
Tabel 4.1 Koleksi MSDS PT. SIM
Tahun Koleksi MSDS Satuan 2001 56 2002 66 2003 67
2004 *) 80
Buah
Sumber : QEHS Department Keterangan: *) Data s/d Oktober 2004
105
Dalam revisi terbaru SMS, dinyatakan bahwa dokumen
pembelian tersebut harus melalui pemeriksaan dan disetujui oleh
personil yang berwenang untuk meyakinkan kesesuaian dengan
kebutuhan perusahaan.
4.1.4.3.1 Direct Material
Pembelian direct material dilakukan oleh
Procurement Direct Material atas permintaan pembelian dari
PPC yang berupa adanya Request Order. Permintaan
pembelian tersebut akan dibuat oleh PPC atas dasar forecast
dari pelanggan dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan
terhadap inventory stock yang ada. Surat permintaan pembelian
tersebut berisi informasi/spesifikasi persyaratan barang yang
akan dibeli. Procurement akan memeriksa persyaratan tersebut
dan dikomunikasikan ke subkontraktor. Selanjutnya,
subkontraktor akan mengeluarkan quotation berupa
kesanggupan memenuhi order yang diminta. Apabila disepakati
oleh kedua belah pihak maka procurement akan mengeluarkan
Purchase Order (P/O)
Untuk barang lokal maka P/O akan langsung
diserahkan kepada subkontraktor. Sedangkan untuk material
import dapat langsung diserahkan kepada subkontraktor atau
106
melalui bagian import tergantung pada urgensitasnya. Bagian
import akan memonitoring material import mulai dari
pengapalan sampai dengan material tersebut tiba di perusahaan.
4.1.4.3.2 Indirect Material
Pembelian indirect material lokal maupun import
dilakukan atas adanya permintaan pembelian dari seksi terkait
ke bagian procurement. Untuk barang yang rutin maka
permintaan pembelian akan dikeluarkan oleh Tool Warehouse
(TWH), sedangkan barang non-rutin permintaan pembelian
barangnya akan dikeluarkan oleh masing-masing seksi terkait.
Dalam permintaan pembelian barang tersebut tercantum
informasi pembelian, yaitu persyaratan atau spesifikasi material
yang dibutuhkan. Tool Warehouse akan memeriksa barang
yang ada di gudang sebelum membuat permintaan pembelian
barang.
Procurement akan memeriksa kelengkapan
persyaratan pembelian yang selanjutnya akan dikomunikasikan
kepada subkontraktor. Subkontraktor akan mengeluarkan
quotation berupa kesanggupan memenuhi order yang diminta.
Apabila persyaratan pembelian disetujui oleh kedua belah
107
pihak maka procurement akan mengeluarkan Purchase Order
(P/O) kepada sub-kontraktor.
Khusus untuk barang import, mekanisme
pembeliannya sama dengan mekanisme pembelian direct
material.
4.1.4.4 Verifikasi Barang yang Diterima
Verifikasi melalui pemeriksaan barang terhadap produk yang
dibeli baik direct material maupun indirect material lokal maupun
import dilakukan untuk memastikan kesesuaian barang dengan
spesifikasi/persyaratan yang diminta. Direct material pemeriksaannya
dilakukan oleh Quality Assurance melalui incoming inspection,
sedangkan indirect material dilakukan oleh TWH bekerja sama dengan
seksi terkait. Aspek LK3 yang diutamakan saat verifikasi adalah
kemasan produk dan metode handling yang aman baik bagi produk itu
sendiri maupun bagi karyawan.
4.1.4.5 Penyimpanan
Direct material yang telah lolos seleksi in-coming selanjutnya
akan disimpan di gudang baik lokal maupun import. Material tersebut
akan didistribusikan ke masing-masing seksi sesuai dengan Production
108
Planning. Proses penyimpanan dan pengeluaran barangnya
menggunakan sistem First In First Out (FIFO).
Sedangkan untuk indirect material yang telah lolos seleksi
selanjutnya akan disimpan di gudang TWH. Untuk barang indirect
material rutin akan didistribusikan sesuai dengan permintaan dari
masing-masing seksi, juga dengan menggunakan system FIFO.
Sedangkan barang indirect non-rutin akan langsung diorder oleh seksi
yang bersangkutan.
4.1.5 Operational Management
Operational Management merupakan bagian inti/core process dari
Showa Indonesia Business Process Mapping secara keseluruhan. Operational
Management mencakup proses planning, warehousing material, proses supply
material, proses produksi pokok yaitu shock absorber, steering stem, power
steering dan produk komponen serta jasa proses, warehousing finish good,
proses delivery, proses design, dan improvement.
Maintenance, utility, facility & office equipment, process control, dan
pengelolaan QEHS merupakan fungsi-fungsi yang membantu dan mensupport
langsung pelaksanaan operasional manajemen. Fungsi-fungsi yang tercakup
dalam operasional manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut:
109
4.1.5.1 Planning
PT. Showa Indonesia Manufacturing dalam menentukan
perencanaan untuk proses produksi mempertimbangkan faktor-faktor
yang berpengaruh, baik internal maupun eksternal perusahaan. Faktor
internal yang harus dipertimbangkan adalah kapasitas produksi,
ketersediaan material, kondisi proses, lingkungan dll. Sedangkan faktor
eksternal adalah tingkat order pelanggan, kondisi customer serta aspek
non teknis lain yang berpengaruh.
Order diterima oleh marketing dari customer, dengan terlebih
dahulu telah dilakukan checking, selanjutnya order tersebut
didistribusikan ke PPC planning. PPC planning akan membuat rencana
produksi dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan stock tersedia,
dan parts yang diperlukan untuk proses produksi baik local parts
maupun import.
Apabila rencana produksi telah dibuat maka rencana tersebut
didistribusikan kepada bagian terkait diantaranya ke core business
process (produksi), bagian pembelian, gudang, dan supply. Monitoring
pencapaian atas rencana produksi harus selalu dilakukan oleh bagian
planning sehingga kalau terjadi masalah segera diatasi.
Revisi perencanaan produksi dilakukan apabila terjadi suatu hal
baik disebabkan faktor internal maupun eksternal yaitu perubahan order
dari pelanggan yang sangat sering terjadi.
110
4.1.5.2 Material Warehousing
Material Warehousing adalah fungsi yang melakukan
penyimpanan baik direct material maupun indirect material. Untuk
indirect material penyimpanan dilakukan oleh bagian Tool Warehouse
(TWH) yang menerima barang langsung dari supplier. Sedangkan untuk
Direct material penyimpanannya dilakukan oleh bagian PPC yang
menerima barang dari supplier dengan terlebih dahulu dicheck oleh QA
in-coming.
Secara umum, untuk keseluruhan Warehouse baik Direct
Material, Indirect Material, Finish Goods perlu memperhatikan aspek
LK3. Adapun hal-hal penting tersebut adalah:
Tumpukan peti maximum 3 tumpukan, sebab jika
terlalu tinggi akan berbahaya dan menyulitkan
handling.
Ada label dan status barang, sehingga identifikasi
barang mudah dilakukan.
Isi kereta tidak over load/melebihi kapasitas yang
semestinya. Jika muatan terlalu penuh, dikhawatirkan
produk/material berpotensi terjatuh.
Tata letak kereta teratur, ada jalur untuk penempatan
kereta (dicat garis kuning) dengan produk yang sejenis
111
sehingga juga memudahkan identifikasi dan
memperlihatkan kerapihan.
Kelayakan kereta meliputi roda dan rangka juga
memerlukan perhatian khusus. Jika kondisi kereta tidak
laik, dapat membahayakan operator dan beresiko
terjadinya hal-hal yang tak diharapkan pada isi kereta
yang berarti kerugian bagi perusahaan.
4.1.5.2.1 Direct Material Warehousing
PPC menerima kedatangan material dari supplier lokal
atau import sesuai dengan order pembelian. Apabila spesifikasi
material tidak sesuai dengan persyaratan pembelian maka akan
diinformasikan kepada supplier melalui Quality Assurance.
Barang-barang direct material yang baik akan disimpan
sementara di gudang stock material.
Sesuai dengan planning harian produksi maka
material-material tersebut akan didistribusikan ke seksi terkait
dengan terlebih dahulu dilakukan pengecekan oleh Quality
Assurance. Penyerahan material ke seksi produksi akan
dilakukan dengan bukti Bon Serah Terima.
112
4.1.5.2.2 Indirect Material Warehousing
Barang-barang yang termasuk Indirect Material yang
dibeli dari supplier baik lokal maupun import akan diterima
oleh TWH. Proses pengecekan atau verifikasi barang yang
dibeli dilakukan sebelum barang tersebut diproses lebih lanjut.
Proses pengecekan dilakukan oleh TWH bersama-sama dengan
seksi terkait terutama untuk barang-barang yang bersifat
spesifik.
Proses administrasi dilakukan untuk pendataan
material ke komputer, buku registrasi dan stock card. Data-data
tersebut harus selalu sesuai dengan kondisi actual barang yang
tersedia. Oleh karena itu proses up-dating data memegang
peranan penting. Penempatan barang digudang disesuaikan
dengan jenis dan kelompok barang tersebut serta selalu
dilakukan monitoring dan perawatan secara berkala sebelum
barang tersebut didistribusikan ke seksi terkait.
Barang-barang tersebut akan diambil oleh seksi
pemesan/user sesuai dengan kebutuhannya. User bisa dari seksi
produksi atau seksi lain yang menunjang proses produksi
sebagai core business. Bukti pengeluaran barang tersebut harus
dipelihara dan salinannya diinformasikan ke bagian terkait.
113
4.1.5.3 Production
PT. SIM adalah perusahaan industri komponen otomotif yang
memproduksi Shock Absorber, Steering Stem, Power Steering dan
komponen lainnya yang masih berhubungan. Disamping itu juga
melakukan jasa pelayanan proses produksi untuk proses-proses tertentu.
Produk-produk dan jasa tersebut diatas merupakan bisnis inti PT. SIM.
Pada Tabel 4.2 berikut ini merupakan hasil kinerja produksi SIM sejak
tahun 1999 s/d 2004.
Tabel 4.2 Produksi PT. SIM Tahun Jenis Produk
1999 2000 2001 2002 2003 2004 *) Satuan
Front Cushion R/L 800,052 1,481,125 2,405,250 2,725,152 3,817,920 3,424,171 pcs Front Rear Strut N/A 177,478 177,260 153,134 200,273 261,705 pcs Rear Cushion R/L 663,892 1,151,630 2,122,145 2,483,845 4,373,677 3,764,503 pcs Steering Stem N/A N/A N/A 1,535,987 1,945,767 1,684,216 pcs Assy Power Steering N/A N/A N/A N/A N/A 3,626 pcs Cylinder Power Steering N/A N/A N/A N/A N/A 67,568 pcs Gear Housing N/A N/A N/A N/A N/A 155,592 pcs Total 1,463,944 2,810,233 4,704,655 6,898,118 10,337,637 9,361,381 pcs
Sumber : QEHS Departement Keterangan: *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable
115
Data Produksi
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 *)
Tahun
pcs
Front Cushion R/L Front Rear Strut Rear Cushion R/L Steering StemAssy Power Steering Cylinder Power Steering Gear Housing Total
Grafik 4.1 Kinerja Produksi PT. SIM
116
Proses kegiatan produksi dilakukan dalam kondisi
terkendali yang mencakup:
a. Tersedia informasi mengenai karakteristik produk
b. Quality Flow of Process dan Work Instruction
c. Penggunaan peralatan yang sesuai
d. Tersedianya peralatan dan pengukuran yang berfungsi dengan
baik
e. Penerapan aktifitas pemantauan dan pengukuran sesuai
prosedur
f. Pengelolaan tool, fixture, jig dan dies dengan baik
g. Penerapan metode limbah, aspek keselamatan dan kesehatan
kerja yang terpadu
h. Sarana tanggap darurat dan penggunaan alat pelindung diri
yang sesuai
4.1.5.3.1 Informasi dan Karakteristik Produk
Informasi karakteristik dan standar produk dijelaskan
dalam Quality Control Flow of Process (QCFOP) yang dibuat
oleh departemen Engineering dengan mendapatkan persetujuan
pihak produksi dan Quality Assurance. Selanjutnya QCFOP
tersebut dijabarkan kedalam Instruksi Kerja (Work Instruction).
117
Instruksi Kerja tersebut harus selalu tersedia di lapangan karena
akan menjadi acuan dalam melakukan aktifitas pekerjaan.
Perubahan standar produk hanya dilakukan oleh
departemen Engineering yang terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan customer. Perubahan tersebut dilakukan dengan
merevisi QCFOP yang diikuti dengan perevisian Instruksi
Kerjanya.
4.1.5.3.2 Flow of Process
Proses produksi berjalan berdasarkan pada rencana
produksi harian yang dikeluarkan oleh bagian PPC Planning.
Produksi akan menerima material untuk diproses dari bagian
PPC Supply baik lokal maupun import. Sedangkan kebutuhan
indirect material mendapatkan supply dari bagian TWH.
Untuk mendukung kelancaran proses produksi maka
akan mendapatkan support dari bagian lainnya baik langsung
maupun tidak langsung seperti maintenance, utility, quality
control, dan lain-lain. Disamping itu pengelolaan terhadap tool,
jig fixture dan dies dilakukan agar dapat mendukung
kelancaran proses produksi tersebut. Pemeriksaan kualitas
selalu dilakukan dalam setiap tahapan proses, sehingga hanya
barang bagus saja yang akan diproses lebih lanjut. Barang yang
118
jadi (Finish good) selanjutnya akan dikirm ke Warehousing
Delivery untuk persiapan delivery ke customer.
Dalam penentuan production flow of process, telah
dibuat pula bagan pengendalian operasional limbah (Lampiran
9) yang dihasilkan dari proses produksi juga turut diperhatikan,
termasuk tata cara dan sistem pengendaliannya secara
keseluruhan. Aspek safety (keselamatan dan kesehatan kerja)
pada setiap unit dalam proses produksi juga harus terjamin
kondisinya. Sehingga kondisi kerja yang aman & nyaman
tercipta serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
Sebelum proses produksi dilakukan, maka aspek
pengendalian lingkungan dan keselamatan kesehatan kerja pada
operasional proses tersebut baik proses maupun mesin harus
mendapatkan persetujuan dari bagian yang kompeten yaitu
Departemen QEHS. Parameter kontrolnya adalah sistem
proteksi aspek LK3 baik pada mesin, proses maupun standar
alat pelindung diri operator terkait.
119
4.1.5.3.3 Peralatan Produksi
Kesiapan peralatan produksi dan utilitas terkait lainnya
sangat diperlukan sehingga kelancaran proses produksi tetap
terjaga. Peralatan tersebut meliputi mesin, perangkat TJDF
(tools, jig, dies & fixture), fasilitas utility pendukung serta alat-
alat pengukuran dan pemantauan untuk proses dan produk,
serta alat-alat dan sistem proteksi pengendalian aspek
lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk menjamin bahwa peralatan produksi dan
pendukung lainnya selalu dalam kondisi siap pakai maka
pemeliharaan dan perawatannya selalu dijaga. Perawatan dan
pemeliharaan yang dilakukan bersifat perbaikan (corrective)
dan pencegahan (preventive). Proses pemeliharaan dan
perawatan tersebut dilakukan oleh produksi sendiri dan bekerja
sama dengan bagian terkait khususnya Plant Seirvice.
Sedangkan support untuk pekerjaan-pekerjaan khusus yang
memerlukan proses pengerjaan lebih lanjut dilakukan oleh
bagian Workshop.
120
4.1.5.3.4 Finish Goods Warehousing
Warehousing material adalah fungsi yang melakukan
penyimpanan barang finish good yang sudah jadi dan siap
dikirim ke customer baik domestik maupun export. Sistem
penyimpanan tersebut berdasarkan pada jenis dan type
produknya. Setiap barang yang disimpan sementara di gudang
finish good yang siap dikirim ke customer terlebih dahulu harus
lolos seleksi akhir. Proses pendataan barang yang masuk ke
gudang harus selalu dilakukan sehingga stock barang yang ada
dapat diketahui dengan segera dan benar. Proses material
handling pun sangat diperhatikan, misalnya saja dalam
penggunaan APD bagi operator, ijin kelayakan forklift, Surat
ijin pengemudi forklift, dan lainnya.
4.1.5.3.5 Delivery
Setelah barang siap untuk dikirim maka proses
terakhir dilakukan oleh bagian Quality Assurance dengan
pemeriksaan. Kode bahwa barang yang dikirim telah melewati
pengecheckan akhir maka pada setiap kereta akan diberikan
label. Apabila ada barang yang tidak lolos seleksi maka akan
langsung diganti dengan barang lain yang lolos seleksi.
Sedangkan barang yang defect akan diserahkan kembali ke
121
Assembling untuk dilakukan tindakan analisa perbaikan.
Sehingga hanya barang yang memenuhi spesifikasi saja yang
dikirim ke customer.
Delivery dilakukan berdasarkan daily production
planning atau berdasarkan barcode yang diterima dari
customer. Kedua sistem tersebut disesuaikan dengan
permintaan dan sistem masing-masing customer. Khusus
barcode system biasanya sudah ditentukan jumlah total order
selama satu bulan berjalan.
4.1.5.3.6 Design
PT SIM tidak merancang sendiri produk shock
absorber yang dihasilkannya. Design produk tersebut diperoleh
dari customer atau melalui Showa Corporation Japan. Design
produk tersebut akan dijabarkan oleh PT SIM menjadi Quality
Control Flow of Process (QCFOP). QCFOP tersebut
selanjutnya akan menjadi acuan standar proses dan produk
dalam memproduksi produk sesuai dengan harapan pelanggan.
Dalam mengembangkan dan menjabarkan design ke
dalam standar proses dan produk, aspek-aspek pengendalian
lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja harus juga
dipertimbangkan. Pengendalian yang dilakukan mulai dari awal
122
proses, saat proses dan pasca proses yang meliputi
pengendalian terhadap standar proses, produk, sarana dan alat-
alat untuk mengurangi/mereduksi kemungkinan timbulnya
limbah, bahaya keselamatan dan kesehatan kerja serta alat
pelindung diri yang sesuai.
4.1.5.3.7 Improvement
Pengembangan dilakukan untuk menghasilkan produk
yang unggul dan berdaya saing tinggi. Pengembangan tersebut
dilakukan pada proses dan produk. Pengembangan tersebut
harus dikendalikan dengan memastikan, menerapkan, dan
memelihara proses yang telah dikembangkan secara efektif dan
efisien untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan
serta mendukung terhadap penciptaan suasana kerja yang
aman, nyaman, tertib dan terkontrol untuk mencapai
perusahaan yang ramah lingkungan.
123
Hal-hal yang diperhatikan dalam pengendalian design
dan pengembangan SIM:
1. Tujuan design dan pengembangan
2. Rencana tahapan design/pengembangan serta
penunjukkan penanggungjawabnya
3. Faktor-faktor yang perlu diketahui untuk memulai
design/pengembangan termasuk persyaratan produk yang
diperlukan dan aspek-aspek pengendalian limbah &
safety (LK3)
4. Bentuk keluaran/hasil design dan pengembangan
5. Tinjauan terhadap kelengkapan design untuk mengetahui
apakah design telah sesuai dengan rencana
pengembangan
6. Verifikasi dan validasi keluaran design sesuai dengan
syarat yang telah ditetapkan dan menghasilkan produk
sesuai dengan harapan pelanggan serta produk yang
ramah lingkungan dan aman dipakai.
7. Perubahan design yang mungkin terjadi pada bebagai
tahapan pengembangan harus selalu ditinjau, diverifikasi
dan validasi.
Comment [HM1]:
124
Pengembangan produk juga mencakup model baru
yang diminta oleh customer. Tahapan pelaksanaan model
baru adalah sama dengan tahapan pengembangan produk.
4.1.5.3.7.1 Mekanisme Improvement
Perubahan atau pengembangan design
produk didasarkan pada kemungkinan penurunan cost,
perbaikan kualitas, pemberian marking/tanda atau
permintaan dari customer. Adanya perubahan design
tersebut harus mendapatkan persetujuan dari
departemen terkait yaitu departemen Engineering,
Produksi dan Quality Assurance.
Jika terjadi perubahan design, maka design
tersebut dianalisa, apabila perubahan tersebut
mempengaruhi mutu dan safety maka perubahan
tersebut harus dibuatkan usulan perubahan design ke
Showa Corporation Japan. Adanya perubahan visual
dari pengembangan harus mendapatkan persetujuan
customer.
125
Apabila usulan perubahan design tersebut
disetujui oleh pihak-pihak terkait, maka departemen
Engineering melakukan modifikasi gambar sekaligus
merevisi QCFOP dan perlu mendapatkan persetujuan
departemen QA dan Produksi. Selanjutnya produksi
akan merevisi Instruksi Kerja dan Check Sheet.
Proses trial dilakukan untuk menguji coba
hasil perubahan/pengembangan design tersebut.
Apabila hasil trial sesuai dengan QCFOP maka bagian
terkait akan membuat persetujuan mass production.
Setiap gambar dari customer yang dijadikan
referensi untuk pengembangan dan pembuatan model
baru dikendalikan oleh Engineering. Gambar tersebut
didistribusikan ke departemen terkait serta
dikendalikan pendistribusiannya.
Untuk mendukung pengembangan dan cost
reduction program serta semangat untuk selalu
menggunakan material yang ramah lingkungan serta
aman bagi pekerja dan pengguna, maka program multy
sourcing dan lokalisasi dilakukan. Hasil multy
sourcing dan lokalisasi mendapatkan uji kelayakan
oleh pihak Showa Japan.
126
Adanya program Cost Reduction Program
(CRP) yang dilakukan membuat proses improvement
ini sangat gencar dilakukan SIM. Berikut ini
ditampilkan data Cost & Benefit akibat program CRP
yang dilakukan selama 2 tahun terakhir (Tabel 4.3 dan
Tabel 4.4). Benefit yang sangat luar biasa diperoleh
SIM pada tahun 2004 ini, yaitu sebesar Rp.12 milyar
(per September 2004). Sebagian besar benefit
diperoleh dari penjualan scrap ingot Alumunium (Al)
untuk dilebur kembali dan kemudian dibeli lagi. Cost
untuk pembelian hasil peleburan scrap Al kembali
ternyata sangat menguntungkan bagi SIM. Selain
benefit financial sebesar Rp. 7 milyar (Januari s/d
September), benefit eficciency material juga
didapatkan. Dengan dilakukannya hal ini tentunya
tidak ada lagi sisa ingot Al yang dibuang.
Tabel 4.3 Benefit Vs Cost Tahun Cost Benefit 2003 Rp2,779,674,562 Rp3,504,630,413
2004 *) Rp7,921,542,564 Rp12,691,633,864Sumber : QEHS Department Keterangan : *) Data bulan Januari s/d Agustus
127
Tabel 4.4 CRP EHS yang dominan
Tahun Program EHS Benefit Cost Kebocoran angin Rp14,630,000 Rp12,000,000 Penjualan limbah domestik Rp166,779,300 - Export limbah gram aluminium Rp1,258,250,000 Rp132,524,000 Reuse Steel Shot Rp27,000,000 Rp288,000 Recycle Gram Cuci di Workshop Rp15,000,000 Rp5,400,000 Material sisa F/P utk pembuatan multipart Rp429,000,000 -
2002
Total Rp1,910,659,300 Rp150,212,000 Penyederhanaan proses shaft Rp469,593,828 - Reuse sparepart (ex-cutting) Rp75,136,500 Rp43,567,500 Perbaikan system distribusi oli Rp122,760,000 Rp20,000,000 Penggantian LPG ke LNG Rp25,100,000 Rp19,300,000
2003
Total Rp692,590,328 Rp82,867,500 2004 Penjualan & Pembelian kembali scrap Ingot Rp7,375,092,164 N/A
Sumber : QEHS Department Keterangan: N/A : Not Applicable
Sumber : PT. SIM, Cikarang
Gambar 4.2 Realisasi CRP Tahun 2003 (modifikasi box penirisan endapan oli)
128
4.1.5.3.7.2 Evaluasi
Proses evaluasi hasil perubahan/
pengembangan produk dilakukan oleh Quality
Assurance. Evaluasi tersebut dilakukan melalui sistem
pengecheckan dari inspeksi, baik inspeksi in-house
maupun pengetesan akhir.
4.1.5.4 Maintenance
Departemen Plant Service berkewajiban mengkoordinasikan
kesiapan fasilitas produksi dan fasilitas pendukung lainnya termasuk
utility sehingga semua fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik dan
maksimal. Sehingga dapat mensupport terhadap pencapaian hasil
produksi yang maksimal baik quality, cost dan delivery-nya. Aktifitas
yang dilakukan untuk hal tersebut adalah dengan melakukan tindakan
corrective dan preventive maintenance terhadap fasilitas produksi dan
fasilitas pendukung lainnya.
4.1.5.4.1 Preventive Maintenance
Preventive maintenance dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kerusakan atau penyimpangan fasilitas
produksi atau fasilitas pendukung lainnya. Aktifitas pencegahan
ini dilakukan secara terjadwal setiap bulan. Perencanaan
129
dilakukan dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan seksi
terkait sehingga tidak mengganggu jalannya produksi.
Aktifitas preventive maintenance juga diarahkan kepada
tindakan pencegahan kemungkinan adanya pencemaran
lingkungan dan kondisi tidak aman pada proses dan mesin.
Identifikasi dan mapping potensi pencemaran lingkungan dan
proses / mesin yang tidak aman dilakukan, sehingga action yang
dilakukan tepat dan sesuai dengan pareto masalahnya.
Evaluasi dan monitoring hasil tindakan pencegahan
harus selalu dilakukan sehingga hasil tindakan tersebut dapat
berhasil dengan optimal. Pencatatan dan pendokumentasian hasil
tindakan juga dilakukan, hal tersebut untuk kepentingan analisa
perbaikan kedepannya.
4.1.5.4.2 Corrective Maintenance
Corrective Maintenance adalah aktifitas yang dilakukan
untuk melakukan perbaikan atas adanya kerusakan atau
penyimpangan pada fasilitas produksi atau lainnya. Aktifitas
perbaikan ini adalah berupa aktifitas yang tidak dijadwalkan
secara sistematik sehingga fokus utamanya adalah secepatnya
menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga break down time
dapat dicegah sekecil mungkin.
130
Disamping pencegahan faktor break down time, faktor
pencemaran lingkungan dan kondisi tidak aman pada mesin atau
fasilitas terkait lainnya yang disebabkan oleh
penyimpangan/kerusakan dari fasilitas dan sarana produksi perlu
mendapat perhatian dan tindakan segera.
Pelaksanaan corrective action ini dilakukan oleh Plant
service atas order dari bagian produksi. Perencanaan tindakan
dilakukan dengan mempersiapkan spare-part dan peralatan
lainnya yang diperlukan. Evaluasi hasil tindakan perbaikan harus
dilakukan. Hal tersebut sebagai historical data bagi analisa
berikutnya.
4.1.5.5 Utility
Utility adalah aktifitas yang dilakukan untuk mengamankan akan
kecukupan energi yang diperlukan untuk proses produksi. Energi yang
diperlukan antara lain air, listrik, bahan bakar, LPG, LNG dan lain-lain.
Oleh karena itu monitoring input (Tabel 4.5) dan output energi tersebut
harus selalu dilakukan termasuk pemeliharaan dan perawatan atas
fasilitas pendukungnya.
131
Tabel 4.5 Konsumsi SDA Tahun SDA
1999 2000 2001 2002 2003 2004 *) Satuan
Air 58,368 80,568 110,616 136,975 169,047 115461 m3 Solar 373,164 518,005 564,456 574,360 524,249 405262 liter Listrik 5,976,468 9,682,835 13,124,172 15,550,968 18,380,66014608514 kWh Gas LPG N/A N/A 744 980 N/A 566 ton Gas LNG N/A N/A N/A N/A 1,549 852.67 ton Minyak Tanah N/A N/A N/A N/A N/A 43695 liter Sumber : QEHS Department Keterangan : *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable
Improvement harus selalu dilakukan sehingga akan menghasilkan
sistem yang hemat energi, efisiensi penggunaan energi dan bahan,
sehingga akan menghasilkan penghematan yang cukup signifikan.
Secara statistika, penggunaan sumber daya energi yang dikonsumsi SIM
dalam menghasilkan produk/unitnya semakin menurun akibat penerapan
program Green Process walaupun jumlah produksinya meningkat pesat.
(Tabel 4.6 dan Grafik 4.2 s/d Grafik 4.9)
132
Tabel 4.6 Konsumsi SDA per unit Tahun SDA
1999 2000 2001 2002 2003 2004 *) Satuan
Air 0.040 0.029 0.024 0.020 0.016 0.012 m3/unit Solar 0.255 0.184 0.120 0.083 0.051 0.043 liter/unit Listrik 4.082 3.446 2.790 2.254 1.778 1.561 kWh/unit Gas LPG N/A N/A 0.000158 0.000142 N/A 0.000060 kg/unit Gas LNG N/A N/A N/A N/A 0.0001498 0.0000911 kg/unit Minyak Tanah N/A N/A N/A N/A N/A 0.0047 liter/unit Keterangan : *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable
Dari Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa selama lima tahun
terakhir terjadi efisiensi yang relatif sangat besar terhadap penggunaan
sumber energi untuk operasional produksi. Untuk lebih mengetahui
angka pasti efisiensi yang telah berhasil dilakukan, tabel 4.7 berikut ini
adalah data efisiensi yang dimaksud. Angka minus (-) yang tertera
memiliki arti bahwa telah terjadi pengurangan/reduksi sebesar
persentase angka yang tertera dari data periode awal yang diperoleh dari
Tabel 4.6 diatas.
Tabel 4.7 Efisiensi Penggunaan SDA
SDA Efisiensi
Air -69.07%Solar -83.02%Listrik -61.78%Gas LPG -61.77%Gas LNG -39.21%
133
4.1.5.5.1 Visualisasi Konsumsi Sumber Daya Alam
Air
0.000
0.050
Tahun
m3
/ uni
t
Air
Air 0.040 0.029 0.024 0.020 0.016 0.012
1999 2000 2001 2002 2003 2004 *)
Grafik 4.2 Konsumsi Air per unit produk
Solar
0.000
0.200
0.400
Tahun
liter
/ un
it
Solar
Solar 0.255 0.184 0.120 0.083 0.051 0.043
1999 2000 2001 2002 2003 2004
Grafik 4.3 Konsumsi Solar per unit produk
Listrik
0.000
2.000
4.000
6.000
Tahun
kWh
/ uni
t
Listrik
Listrik 4.08 3.44 2.79 2.25 1.77 1.56
1 2 3 4 5 6
Grafik 4.4 Konsumsi Listrik per unit produk
134
Gas LPG
0.000000
0.000100
0.000200
Tahun
kg /
unit
Gas LPG
Gas LPG 0.000158 0.000142 0.000060
2001 2002 2004 *)
Grafik 4.5 Konsumsi Gas LPG per unit produk
Gas LNG
0.0000000
0.0001000
0.0002000
Tahun
kg /
unit
Gas LNG
Gas LNG 0.0001498 0.0000911
2003 2004 *)
Grafik 4.6 Konsumsi Gas LNG per unit produk
Dari Grafik penggunaan SDA di atas, menunjukkan
penurunan konsumsi per unit produknya. Efisiensi dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya perbaikan proses, improvement
yang dilakukan oleh gugus kendali mutu (QCC) PT. SIM,
kesadaran SDM akan pentingnya lingkungan dan sebagainya. Dari
berbagai usaha yang dilakukan tersebut mengakibatkan operating
cost akan menurun, kemudian berdampak pada peningkatan profit,
135
meningkatkan daya saing perusahaan, dan tidak kalah pentingnya
yaitu berperan serta dalam pelestarian lingkungan.
4.1.5.6 Pengelolaan Quality, Environment, Health & Safety
(QEHS)
Pengelolaan Quality, Environment, Health & Safety adalah
aktifitas berupa pengontrolan dan pengorganisasian dari
implementasi Showa Management System khususnya menyangkut
Sistem Manajemen Mutu, Lingkungan dan Keselamatan Kerja.
Pengelolaan tersebut menjadi tanggung jawab QEHS Department
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi.
Implementasi dan perkembangan Quality, Environment,
Health & Safety harus selalu dimonitoring pelaksanaan secara
rutin. Pelaksanaan monitoring tersebut dilakukan oleh internal
QEHS atau bersama-sama dengan departemen terkait. Pelaksanaan
oleh QEHS adalah berupa self-audit ataupun QEHS daily patrol.
Sedangkan kontrol bersama-sama dengan departemen lainnya
melalui audit internal yang terencana. Hasil monitoring tersebut
akan diinformasikan kepada seksi terkait untuk dilakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan. Selanjutnya progress hasil monitoring
ini akan dipresentasikan dalam forum laporan bulanan.
136
Pengelolaan QEHS juga menyangkut pertanggungjawaban
pemenuhan regulasi lingkungan yang terkait (Lampiran 10),
dimana setiap enam bulanan harus memberikan laporan
pengelolaannya kepada instansi pemerintah terkait. Dasar
pelaporannya adalah mengacu kepada Upaya Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL).
4.1.5.6.1 QEHS Planning
Aspek Perencanaan merupakan bagian terpenting
dalam pengelolaan QEHS secara terintegrasi dan
komprehensif. Perencanaan tersebut mencakup penentuan
target dan sasaran yang akan dicapai. Dalam menentukan
perencanaan tersebut harus mempertimbangkan faktor
internal dan eksternal yang berpengaruh. Faktor internal
adalah meliputi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan
QEHS termasuk aspek mutu, lingkungan dan K3 dari
kegiatan, produk, jasa yang dihasilkan dari aktifitas PT.
SIM, sehingga aspek dan dampak penting lingkungan dan
LK3 tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam
menyusun tujuan dan sasaran mutu, lingkungan keselamatan
dan kesehatan kerja.
137
4.1.5.6.1.1 Penentuan Aspek dan Dampak
Departemen terkait melakukan
identifikasi bersama-sama dengan QEHS
Department terhadap semua aspek dan dampak
mutu, lingkungan dan K3 yang ada akibat kegiatan
produk dan jasa.
Proses identifikasi dan evaluasi aspek
mutu dan lingkungan dilakukan dengan
memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh
yaitu menyangkut aspek hukum, keterkaitan dengan
karywan dan masyarakat, tingkat kesulitan
mengubah dampak, analisa kemungkinan insiden
QLK3 dan kemungkinan tingkat keparahan serta
peluang cleaner production.
Penentuan aspek dan dampak QLK3 juga
harus mempertimbangkan kondisi normal dan
kondisi tidak normal (start up, shut down dan over
load) serta aspek pada kondisi emergency (tidak
terencana).
138
4.1.5.6.1.2 Penentuan Peryaratan Perundang-
Undangan & Peraturan Lainnya
Perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang berhubungan dengan aspek dan
dampak mutu, lingkungan dan K3 harus
diidentifikasi (Lampiran 10) dan disosialisasikan
sebagai salah satu dasar untuk menentukan
tindakan perbaikan dan pencegahan. Proses
identifikasi dan sosialisasi undang-undang dan
peraturan dilakukan oleh QEHS Department
dibantu departemen terkait.
Undang-undang, hukum dan
persyaratan lainnya secara periodik harus selalu
direview sehingga selalu tersedia dokumen yang up
to date. Proses review tersebut dilakukan oleh
QEHS Department dengan mempertimbangkan
aspek dan dampak penting QLK3 baru serta adanya
undang-undang, hukum dan persyaratan lainnya
yang baru. Dokumen baru tersebut harus
disosialisasikan kepada departemen terkait.
Mekanisme pengendaliannya mengikuti mekanisme
pengendalian dokumen eksternal.
139
Badan/instansi yang mengeluarkan
undang-undang, hukum dan persyaratan lainnya
diidentifikasi dan di daftar sehingga apabila adanya
perubahan atau revisi dapat secara cepat
mendapatkan informasinya.
4.1.5.6.1.3 Penentuan Tujuan & Sasaran
Aspek dan dampak penting QLK3 hasil
proses identifikasi, kebijakan manajemen dan
regulasi terkait merupakan dasar pertimbangan
dalam penentuan tujuan dan sasaran QLK3.
Disamping itu analisa kondisi internal dan eksternal
dilakukan menyangkut aspek pilihan teknologi,
financial, sumber daya manusia, serta adanya
pandangan pihak terkait.
Analisa proyeksi Cost Benefit Analysis
harus dilakukan sebagai bahan untuk menentukan
apakah proyek yang akan dijalankan layak atau
tidak. Pertimbangan benefit yang dihasilkan
mencakup Economical Benefit dan Ecological
Benefit.
140
Tujuan dan sasaran ini ditentukan
setahun sekali melalui mekanisme review yang
telah berjalan. Adapun pelaporan pencapaian tujuan
dan sasaran dilakukan setiap bulan dalam media
laporan bulanan. Tujuan dan sasaran yang tidak
tercapai maka harus dibuatkan identifikasi
masalahnya serta ditentukan rencana tindakan
perbaikan dan pencegahannya
4.1.5.6.2 Pelaksanaan Operasional QEHS
Pelaksanaan operasional QEHS adalah mengacu
kepada objective dan target yang telah ditetapkan baik
internal perusahaan maupun keterkaitan dengan pihak
eksternal perusahaan.
4.1.5.6.2.1 Pengelolaan Limbah
Dalam melakukan proses produksinya
seksi terkait harus mengacu kepada prinsip
meminimalkan limbah yang dihasilkan. Limbah
yang dihasilkan dari proses produksi harus dicegah
dari awal sehingga tidak menumpuk di akhir
proses. Peralatan untuk mereduksi dan
141
memproteksi limbah harus tersedia pada proses
tersebut. Secara umum limbah yang dihasilkan dari
proses atau aktifitas lainnya harus dikendalikan dan
tidak boleh dibuang langsung sebelum dikelola atau
dinetralkan.
Mekanisme pengelolaan dan penanganan
limbah disesuaikan dengan jenis, sifat dan
karakteristik limbah tersebut yaitu limbah padat,
cair, udara maupun sampah lingkungan (Lampiran
9). Penanganan khusus akan dilakukan terhadap
limbah-limbah yang mengandung Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
Penanganan tersebut dikendalikan mulai
dari limbah tersebut dihasilkan, aliran limbah
sampai dengan limbah tersebut dikelola sebelum
dibuang ke instansi terkait yaitu PPLI. Identifikasi
khusus terhadap kemasan limbah B3 yang
dihasilkan juga telah dilakukan sehingga tidak
tercampur dengan jenis limbah yang lain.
Limbah B3 cair yang dihasilkan dari
proses produksi khususnya yang mengandung
chrome akan diolah oleh Waste Water Treatment
142
(WWT) sebelum dibuang ke luar lingkungan
perusahaan (Gambar 4.3). Sedangkan jenis limbah
oli akan dialirkan melalui oil trap (Gambar 4.4)
yang sudah terpasang di berbagai lokasi. Sedangkan
limbah lainnya dimasukkan ke dalam box limbah
dan dikumpulkan di Pusat Daur Ulang (PDU)
sebelum diserahkan ke pengumpul resmi.
Sumber : PT. SIM
Gambar 4.3 Waste Water Treatment
Sumber : PT. SIM
Gambar 4.4 Oil Trap
143
Limbah padat yang mengandung B3
harus dipisahkan dari yang non-B3, akan tetapi
untuk pengumpulan sementaranya di sentralisasi di
PDU. Sebelum dikirm ke instansi resmi limbah
padat B3 terlebih dahulu dilakukan pre-treatment
sehingga volumenya menjadi berkurang atau kadar
B3-nya turun.
Penanggulangan pencemaran udara
dilakukan dengan menyediakan alat proteksi
pencemaran udara pada mesin atau sumber
pencemar yaitu berupa booth angin (Gambar 4.5),
dust collector atau scrubber (Gambar 4.6). Untuk
mengetahui kadar pencemaran dan nilai ambang
batas udara maka secara periodik dilakukan
pengukuran. Apabila ditemukan penyimpangan
maka tindakan perbaikan dan pencegahannya harus
segera dilakukan.
144
Sumber : PT. SIM
Gambar 4.5 Booth Angin
Sumber : PT. SIM
Gambar 4.6 Scrubber Plating
145
Pengelolaan sampah lingkungan yang
non B3 penanganannya disesuaikan dengan jenis
sampahnya, yang selanjutnya akan dikumpulkan
oleh General Affair untuk disentralisasi di PDU
(Gambar 4.7). Pembuangan sampah lingkungan non
B3 dilakukan oleh pengumpul resmi yang telah
terdaftar di pemerintah.
Sumber : PT. SIM
Gambar 4.7 Pusat Daur Ulang (PDU)
Berdasarkan bentuknya, limbah dapat
digolongkan atas limbah padat dan cair. Kedua
limbah tersebut, baik limbah padat maupun limbah
cair akan dikategorikan menjadi 2 (dua), yakni
146
yang merupakan B3 dan non B3. Untuk data
limbah-limbah yang ditampilkan berikut ini
merupakan limbah padat B3 berasal dari sludge
WWT, sedangkan kategori limbah padat non-B3
terdiri dari limbah domestik, gram Al, gram Fe dan
debu dari proses Casting. Untuk kategori limbah
cair B3 berasal dari Coolant, sedangkan asal limbah
cair non-B3 dari limbah hasil produksi, WWT,
toilet dan MCK.
Limbah padat selain yang telah
disebutkan pada paragraf sebelumnya akan
langsung ditempatkan di Pusat daur Ulang (PDU).
Untuk lebih jelas mengenai alur limbah, dapat
dilihat pada Matriks Limbah yang terdapat di
Lampiran 9.
Tabel 4.8 Limbah Padat Tahun Nama Limbah padat
1999 2000 2001 2002 2003 Satuan
Limbah Padat B3 528,400 37,750 45,300 52,850 64,000 kg Limbah Padat Proses - 170,579 316,383 452,046 533,070 kg
Sumber : QEHS Department
147
Tabel 4.9 Limbah Cair Tahun Nama Limbah Cair
2000 2001 2002 2003 Satuan
Limbah Cair B3 154,400 260,000 2,840,000 2,960,000 liter Limbah Cair Proses - 57,290 93,699 138,886 m3 Sumber : QEHS Department
Dari Tabel 4.8 dan 4.9 diatas merupakan
angka-angka total output limbah yang dihasilkan
oleh PT. SIM. Bila data tersebut dibandingkan
dengan kinerja produksi Tabel 4.2, akan dihasilkan
output limbah per unit produk pada Tabel 4.10 dan
4.11 berikut ini.
Tabel 4.10 Limbah Padat (per unit produk) Tahun Nama Limbah padat
1999 2000 2001 2002 2003 Satuan
Limbah Padat B3 0.361 0.013 0.010 0.008 0.006 kg Limbah Padat Proses - 0.061 0.067 0.066 0.052 kg
Tabel 4.11 Limbah Cair (per unit Produksi) Tahun Nama Limbah Cair
2000 2001 2002 2003 Satuan
Limbah Cair B3 0.055 0.055 0.412 0.286 liter Limbah Cair Proses - 0.031 0.024 0.020 m3
148
Dari visualisasi grafik dibawah ini,
terlihat bahwa penurunan limbah walaupun terjadi
pada limbah padat. Tentunya ini merupakan
keuntungan yang diperoleh akibat penerapan
program CRP yang terus menerus. Selain itu,
adanya QCC juga cukup membantu dalam
minimalisasi limbah padat ini. Tetapi output limbah
cair yang dihasilkan ternyata kurang
menggembirakan. Limbah cair B3 yang dihasilkan
masih dapat dikategorikan cukup tinggi walaupun
sudah sempat menurun dari tahun 2002. Upaya
terus menerus untuk meminimalisasi limbah cair
B3 ini harus terus dilakukan. Lain halnya dengan
limbah cair non-B3, dari grafik menunjukkan trend
yang menurun. Ini perlu terus dipertahankan.
149
Limbah Padat(per unit produk)
0.0000.0500.1000.1500.2000.2500.3000.3500.400
1999 2000 2001 2002 2003
Tahun
kg
Grafik 4.7 Limbah padat
Limbah Cair (per unit produk)
0.0000.0500.1000.1500.2000.2500.3000.3500.4000.450
2000 2001 2002 2003
Tahun
Limbah Cair B3 (liter)
Limbah Cair (m3)
Grafik 4.8 Limbah Cair
150
4.1.5.6.2.2 Kesiapsiagaan & Tanggap Darurat
Perusahaan idealnya membuat dan
memelihara prosedur untuk mengidentifikasi
terjadinya kemungkinan kecelakaan dan situasi
darurat serta tatacara mengatasi dan menanggulangi
kondisi darurat tersebut. PT. SIM dalam hal ini
ternyata telah memiliki struktur organisasi
Penanggulangan Tanggap Darurat (Lampiran 11
dan 12) yang berguna saat terjadinya keadaan yang
tidak diharapkan. Setiap karyawan telah mengerti
dan memahami perannya masing-masing bila
terjadi peristiwa emergency, hal ini penting
sehingga kekacauan dapat diminimalisasi sehingga
keadan dapat teratasi dengan baik. Prosedur
tersebut di review dan disesuaikan dengan kondisi
actual di lapangan dan dilakukan minimal enam (6)
bulan sekali.
QEHS Department mengidentifikasi
situasi darurat dan menganalisa resiko yang
mungkin timbul di seluruh area perusahaan yang
diakibatkan dari proses, produk dan aktifitas yang
dilakukan. Hasil identifikasi tersebut dibuatkan
151
dalam bentuk mapping area darurat “peta daerah
rawan” yang mencakup daerah rawan, peta
evakuasi dan peta peralatan tanggap darurat.
Prosedur dan Instruksi kerja tersebut
diuji coba dan dievaluasi keefektifannya.
Sosialisasi prosedur dilakukan kepada seluruh
karyawan. Prosedur kesiapsiagaan dan tanggap
darurat diantaranya mencakup darurat kebakaran
dini dan terkendali, darurat banjir, darurat huru-
hara, darurat ledakan, dan darurat tumpahan bahan
kimia.
4.1.5.6.2.3 Pengelolaan Aktifitas Pekerjaan
Khusus
Aktifitas yang dilakukan oleh masing-
masing bagian ataupun oleh sub kontraktor yang
berbahaya dan beresiko tinggi terhadap masalah
mutu, lingkungan dan K3 baik bagi karyawan
maupun perusahaan telah diatur dan dikendalikan
pelaksanaannya.
152
Setiap departemen terkait yang
bertanggung jawab terhadap pengerjaan tersebut
baik dilakukan oleh internal seksi maupun oleh sub-
kontraktor harus terlebih dahulu lapor ke QEHS
Departemen. Setelah itu akan dikeluarkan surat ijin
pengerjaan yang akan ditembuskan kepada
departemen terkait termasuk security. Sebelum
mengeluarkan surat ijin pengerjaan, QEHS Dept.
bersama-sama dengan seksi pemohon akan
memeriksa kondisi lapangan termasuk sarana yang
digunakan sekaligus memberikan rekomendasi dan
saran tentang aspek LK3-nya.
Untuk pengerjaan yang sangat berisiko
tinggi, maka selama proses pengerjaannya akan
diawasi oleh bagian keamanan. Sub-kontraktor atau
bagian yang melakukan pengerjaan tersebut harus
memperhatikan benar-benar masalah lingkungan
dan K3 baik untuk pekerja maupun lingkungan
sekitarnya.
153
4.1.5.6.2.4 Penanganan Insiden
Penanggulangan kecelakaan atau insiden
yang terjadi di lingkungan perusahaan atau di luar
lngkungan perusahaan yang menimpa karyawan
PT. SIM harus segera ditanggulangi. Untuk
kejadian kecelakaan dilingkungan perusahaan akan
dilihat tingkat keparahannya sebelum dilakukan
tindakan selanjutnya.
Frequency rate adalah tingkat kekerapan
kecelakaan per satu juta jam kerja (hari hilang
>2x24 jam atau mengalami cacat tetap / amputasi /
meninggal).
Severity rate adalah tingkat keparahan
kecelakaan (dari jumlah hari hilang) per satu juta
jam kerja (hari hilang >2x24 jam atau mengalami
cacat tetap/amputasi/meninggal).
154
Perhitungan Critical Point K3 kategori
Manufaktur (EHS Division, PT. Astra International
Tbk) :
Jumlah karyawan (A)
Jumlah jam kerja dalam suatu periode (B)
Jumlah kecelakaan yang menyebabkan > 2
hari kerja hilang (C)
Jumlah hari hilang akibat kecelakaan yang
mengakibatkan > 2 hari kerja hilang (D)
Rumus :
Tabel 4.12 Accident Rate Standar Astra Green Company Frequency rate
Jumlah Karyawan Kategori (<100) (100-299) (300-499) (>500)
Severity Rate
EMAS FR<5 FR<1,5 FR<1 FR<1 SR<170 HIJAU 5[FR<10 1,5[FR<3,5 1[FR<2,5 1[FR<2 170[SR<375 BIRU 10[FR<15 3,5[FR<5,5 2,5[FR<3,5 2[FR<3 375[SR<750 MERAH 15[FR<20 5,5[FR<7 3,5[FR<4,5 3[FR<4 750[SR<1750 HITAM FR/20 FR/7 FR/4,5 FR/4 SR/1750
000.000.1)(×
×=
BACFR
000.000.1)(×
×=
BADSR
155
Tabel 4.13 Critical Point K3 Item 2000 2001 2002 2003 2004 *)
Jumlah Karyawan 1101 1431 1581 1952 2105 Jumlah kecelakaan 5 6 0 3 4 Jumlah hari hilang 38 42 0 17.5 19 Jam kerja total Karyawan 2959488 3846528 4249728 5246976 5658240 Frequency Rate 1.69 1.56 0.00 0.57 0.71 Severity Rate 12.84 10.92 0.00 3.34 3.36 Sumber : QEHS Department Keterangan : *) Data Januari s/d Agustus
Critical Point K3
0 0.710.57
1.561.69
12.84
0
3.363.34
10.92
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2000 2001 2002 2003 2004 *)
Tahun
FR
02468101214
SR
Frequency RateSeverity Rate
Grafik 4.9 Critical Point K3
Dari data Tabel 4.13 di atas, kemudian
divisualisasikan pada Grafik 4.9, peningkatan
frequency rate dan severity rate setelah pencapaian
zero accident pada tahun 2002 kembali meningkat
walaupun masih dalam kategori emas. Perhatian
khusus perlu diberikan pada semakin tingginya
jumlah tenaga kerja khususnya level operator yang
156
ditugaskan pada jam lembur. Sejumlah karyawan
yang terus menerus mengalami lembur
menyebabkan operator merasa lelah (fatique) dan
berimplikasi pada kelengahan pada unsur safety.
Penekanan masalah Safety sejak awal mulai bekerja
harus ditekankan benar-benar, setelah itu juga perlu
dilakukan sanksi yang sangat serius bagi pelanggar
terutama masalah pemakaian Self Protection
Equipment/Alat Pelindung Diri (Gambar 4.8).
Sumber : PT. SIM
Gambar 4.8 Alat Pelindung Diri
157
Terjadinya kecelakaan tidak hanya
merugikan si korban, namun juga dapat
mempengaruhi keberlangsungan perusahaan yang
mengakibatkan terjadinya kehilangan yang sangat
besar meliputi waktu, produksi, penjualan, delivery
rate, biaya, image perusahaan, dan masih banyak
lagi.
Visualisasi untuk informasi K3
ditampilkan pada papan informasi K3 (Gambar 4.9)
seperti misalnya kecelakaan yang terjadi yang
tujuannya untuk menyadarkan karyawan agar
berhati-hati dalam bekerja sehingga terhindar dari
kecelakaan.
158
Sumber PT. SIM
Gambar 4.9 Papan Informasi K3
4.1.5.6.2.5 Review & Improvement
Process review pengelolaan QEHS
adalah mengacu kepada proses dan mekanisme
review Showa Manufacturing System secara
keseluruhan yaitu melalui saluran dan media yang
sama. Akan tetapi review yang ditekankan disini
adalah review yang benar-benar bersifat
operasional dan implementasi di lapangan. Input
review adalah berasal dari internal audit atau dari
pandangan pihak internal terkait. Review internal
159
pengelolaan QEHS dilakukan minimal sebulan
sekali. Pengembangan dilakukan untuk
menghasilkan sistem pengelolaan QLK3 yang
efektif dan efisien. Sumber melakukan
pengembangan adalah rekomendasi internal audit,
pandangan pihak terkait internal dan eksternal serta
tuntutan standar manajemen untuk perbaikan.
Pengembangan harus benar-benar diarahkan kepada
kesempurnaan dan efektifitas pengelolaan QEHS.
4.1.6 Customer Management
Customer Management adalah aktifitas yang mengelola order dengan
pelanggan mulai dari aktifitas pencarian order, pemenuhan order,
pemeliharaan order serta aktifitas pelayanan untuk memenuhi harapan dan
keinginan pelanggan. Proses pengelolaan tersebut dilakukan oleh bagian
Marketing dengan dukungan seluruh lapisan organisasi perusahaan.
160
Pada Tabel berikut ini akan ditampilkan sales volume PT. SIM
selama 16 tahun terakhir.
Tabel 4.14 Sales Volume PT. SIM 1988 s/d 1995 (dalam miliar rupiah) Tahun ITEM
1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 MOTOR CYCLES 14.40 20.80 29.50 33.94 33.79 51.00 64.90 91.14 AUTOMOBILES 6.20 6.30 10.12 8.99 6.32 7.61 14.40 17.80 EXPORT 0.10 0.87 1.46 2.12 3.36 5.96 3.30 4.36 TOTAL 20.70 27.97 41.08 45.05 43.47 64.57 82.60 113.31Sumber : Company Profile & Marketing File
Tabel 4.15 Sales Volume PT. SIM 1996 s/d 2003 (dalam miliar rupiah) Tahun
ITEM 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
MOTOR CYCLES 128.89 173.45 92.05 130.45 230.24 403.94 573.63 700.02 AUTOMOBILES 17.02 18.82 4.03 12.23 47.32 54.15 77.80 71.97EXPORT 7.23 5.91 13.11 31.88 37.62 38.39 47.97 63.18TOTAL 153.13 198.18 109.20 174.56 315.19 496.48 699.40 835.17Sumber : Company Profile & Marketing File
161
Sumber : Company Profile & Marketing File
Grafik 4.10 Sales Volume PT. SIM tahun 1988 s/d 2003
162
Aktifitas dan fungsi yang tersangkut langsung dengan pemenuhan
order ke pelanggan harus selalu dimonitoring sehingga tidak terjadi hal-hal
yang dapat mengganggu pemenuhan order ke pelanggan. Apabila terjadi
masalah pada aktifitas-aktifitas tersebut maka tindakan perbaikan harus
segera dilakukan.
Pelayanan terhadap pelanggan setelah barang dikirim ke pelanggan
harus terus dilakukan. Adanya claim dari pelanggan harus mendapatkan
respon secara tepat sehingga tidak mempengaruhi image kualitas produk
yang dihasilkannya. Pelayanan yang dilakukan tidak hanya berupa
penanganan claim saja tetapi berupa adanya jaminan garansi dan sistem
jemput bola. Pola jemput bola yang dimaksud adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui dan mencegah sedini mungkin kemungkinan
adanya timbul masalah kualitas di pelanggan pasca pengiriman produk.
4.1.6.1 Customer Care
4.1.6.1.1 Tujuan
PT. SIM harus melakukan pengukuran terhadap
tingkat kepuasan pelanggan. Dengan pengukuran tersebut
dapat diketahui apakah selama ini pelanggan puas atau tidak
terhadap pelayanan yang telah diberikan perusahaan. Data ini
sangat berguna sebagai bahan untuk melakukan evaluasi
kinerja perusahaan dalam melayani pelanggan. Hal tersebut
163
dilakukan demi kelangsungan order dan hubungan baik
dengan pelanggan.
4.1.6.1.2 Mekanisme Penilaian
Pelaksanaan penilaian pelanggan ini dilakukan dan
dikoordinir oleh Marketing. Marketing membuat dan
menentukan kriteria/parameter kepuasan pelanggan baik
menyangkut persyaratan produk, lingkungan, K3 serta
persyaratan pelayanan tertulis atau tidak.
Parameter kepuasan yang telah ditetapkan
selanjutnya dibuat dalam bentuk kuesioner yang akan
diedarkan kepada pelanggan untuk diisi dan dikembalikan ke
PT. SIM. Marketing akan mengolah dan menganalisa data
isian kuesioner dan mengkategorikan tingkat kepuasan
menjadi kategori “Kurang – Cukup – Baik”.
Data kepuasan pelanggan ini didistribusikan kepada
departemen terkait untuk dipelajari dan digunakan sebagai
dasar melakuakn evaluasi kinerja masing-masing di seksi
terkait. Apabila hasil penilaian tersebut kurang memuaskan
maka harus ada action khusus berupa Problem Identification
& Corrective Action dengan segera.
164
4.1.7 Human Resources (HR) & Administration Management
Human Resources Management adalah kegiatan manajemen
perusahaan yang mengelola pengembangan sumber daya manusia,
pengendalian dokumen dan catatan, pengelolaan finance & Accounting,
pengelolaan Electronic Data Processing/Information Technology dan
pengelolaan personalia dan administrasi.
Semua aktifitas tersebut ditujukan untuk mendukung kelangsungan
operasional proses perusahaan terlebih terhadap core business process dan
aktifitas-aktifitas lain yang terkait langsung dengan pemenuhan harapan
dan keinginan pelanggan, serta pemenuhan regulasi terkait lainnya.
Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan fungsi masing-
masing kegiatan tersebut di atas adalah ada pada masing-masing
departemen terkait. Secara umum prinsip pengelolaan tersebut adalah
mengacu pada pemutaran konsep Plan–Do-Check–Action (PDCA).
4.1.7.1 HR Development
4.1.7.1.1 Planning
Perusahaan perlu menentukan dan menyediakan
sumber daya manusia yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan dan menunjang pelaksanaan SMS yang efektif.
SDM yang tersedia adalah sumber daya yang kompeten sesuai
dengan kualifikasi pekerjaan yang diinginkan.
165
Proses penyediaan sumber daya manusia yang
kompeten tersebut mulai dari proses recruitment dan
dikembangkan dalam berbagai kegiatan training yang
dilakukan baik bersifat technical/ / skill maupun yang bersifat
managerial. Pengembangan karyawan juga dilakukan melalui
perencanaan system karir, system mutasi, promosi dan
demosi.
4.1.7.1.2 Recruitment
Proses recruitment yang dilakukan adalah untuk
seluruh lapisan dan jenjang pendidikan mulai dari recruitment
SLTA, D3 dan Sarjana. Recruitment masing-masing jenjang
pendidikan tersebut mempunyai mekanisme recruitment
masing-masing, akan tetapi secara umum mekanismenya
sama.
Proses recruitment akan dilakukan sesuai dengan
permintaan masing-masing bagian yang telah disetujui oleh
atasan terakit, khusus untuk sarjana dan D3 harus
mendapatkan persetujuan dewan direksi Showa Indonesia
maupun Jepang. Pemeriksaan kelengkapan persyaratan
dilakukan oleh HRD. Proses seleksi dilakukan dengan
melakukan test psikologi yang dilakukan oleh pihak Showa
166
sendiri, oleh Astra Recruitment Center maupun oleh pihak
konsultan.
Test kesehatan akan dilakukan bagi calon karyawan
yang telah lulus tes psikologi dan wawancara dengan pihak-
pihak terkait. Karyawan yang telah lulus seleksi maka akan
ditempatkan sesuai dengan permintaan dari masing-masing
bagian.
4.1.7.1.3 Development
Pengembangan karyawan di PT. Showa Indonesia
Manufacturing dilakukan pada semua level dan fungsi dalam
organisasi. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan kemampuan baik skill maupun manajerial
individu karyawan.
Untuk melihat performance masing-masing
karyawan, maka setiap enam bulan sekali dilakukan penilaian
karyawan oleh masing-masing atasan terkait. Penilaian
tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan promosi jabatan maupun pangkat maupun proses
demosi dan mutasi.
167
Proses promosi, demosi, mutasi atau rotasi dilakukan
sesuai dengan tingkat kepentingannya dengan tujuan untuk
melakukan pembinaan. Untuk bagian-bagian tertentu yang
perlu keahlian khusus, atau proses yang sangat significant
terhadap kemungkinan dampak lingkungan maupun K3 harus
orang yang benar-benar ahli dan kompeten dalam bidang
tersebut. Apabila belum kompeten maka training yang sesuai
harus segera dilakukan. Disamping hasil dari penilaian karya,
pertimbangan lain untuk pengembangan karyawan adalah
dengan melihat hasil potential assessment individu yang
bersangkutan.
4.1.7.1.4 Kompetensi & Kesadaran
Perusahaan menentukan kompetensi yang
dibutuhkan untuk personil yang bekerja pada bagian khusus
yang sangat mempengaruhi aspek kualitas, lingkungan
maupun K3. Penentuan parameter kompetensi ditentukan
bersama-sama antara departemen terkait HRD. Parameter ini
dilakukan terhadap semua aktifitas kunci masing-masing
pekerjaan. Secara umum pengelompokkan parameter
kompetensi adalah skill, knowledge, attitude atau special skill
yang dibutuhkan untuk pekerjaan khusus.
168
Perkembangan tingkat kompetensi tersebut selalu
dimonitoring perkembangannya sehingga pekerja tersebut
akan semakin terampil dan cakap. Monitoring perkembangan
tingkat kompetensi dilakukan oleh masing-masing
departemen dan dikoordinir oleh HRD.
Selain mempunyai kompetensi yang mencukupi,
setiap karyawan harus mempunyai kesadaran akan tanggung
jawab kualitas, lingkungan dan K3. Timbulnya kesadaran
tersebut merupakan tanggung jawab atasan masing-masing.
Media untuk menimbulkan kesadaran dapat dilakukan dengan
melakukan komunikasi internal melalui briefing, five minute
talk, poster, memo, dll.
4.1.7.1.5 Training
Identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan bagi
setiap karyawannya terutama yang bidang kerjanya secara
langsung mempengaruhi aspek kualitas, lingkungan dan K3.
Proses pengidentifikasian kebutuhan pelatihan dilakukan oleh
masing-masing bagian yang dikoordinir oleh HRD.
Rencana pelatihan baik internal maupun eksternal
dibuat di awal tahun oleh HRD dan disetujui oleh direksi
termasuk dana yang diperlukan temasuk lembaga
169
penyelenggara pelatihannya. Rencana pelatihan tersebut atas
usulan dari masing-masing bagian.
Pencapaian rencana pelatihan setiap bulannya akan
dilaporkan kepada direksi. Apabila ada yang tidak sesuai
maka HRD akan membuat Problem Identifikasi dan rencana
tindakan perbaikan dan pencegahan. Permintaan pelatihan
yang belum direncanakan di awal tahun dapat dilakukan
dengan persetujuan direksi.
Proses evaluasi hasil pelatihan dilakukan untuk
melihat keefektifan pelatihan tersebut. Proses evaluasi dapat
dilakukan oleh HRD ataupun pimpinan kerja terkait. Hasil
evaluasi pelatihan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
apakah pelatihan tersebut masih bisa dipertahankan atau tidak.
Secara umum jenis pelatihan di PT. SIM adalah sebagai
berikut:
a. Pelatihan Karyawan baru (Pra-Kerja)
Setiap karyawan yang baru masuk di PT SIM akan
mendapatkan pelatihan pra-kerja seperti yang terlihat
dalam Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 Pelatihan
tersebut ditujukan kepada pengenalan kondisi
perusahaan, Showa Management System yang
mencakup pemahaman kualitas, lingkungan,
170
keselamatan dan kesehatan kerja dan tatacara
perawatan/pemeliharaan mesin. Di samping itu
dijelaskan tentang tata tertib, hak dan kewajiban
karyawan. Pelatihan pra kerja dilakukan di dalam
kelas.
Setelah karyawan tersebut selesai pelatihan pra-kerja
akan diteruskan dengan pelatihan ditempat kerja
berupa on the job training (OJT). Proses training ini
adalah berupa pengenalan dan praktek langsung di
lapangan dengan bimbingan atasan terkait.
Pelaksanaan OJT dilakukan selama kurang lebih satu
minggu. Penilaian OJT dilakukan oleh masing-masing
atasan dan diserahkan ke HRD.
171
Sumber : QEHS Department
Gambar 4.10 Pelatihan Pemadaman Kebakaran saat Training Pra-Kerja
Sumber : QEHS Department
Gambar 4.11 Pelatihan Pemakaian APD saat Training Pra-kerja
172
b. Pelatihan Karyawan
Pelatihan karyawan adalah pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan karyawan. Pelatihan
tersebut dapat dilakukan secara internal maupun
eksternal training. HRD akan mengkoordinir
pelaksanaan training tersebut. Peserta yang telah
selesai melakukan eksternal training diwajibkan
membuat evaluasi hasil pelatihan. Presentasi atas hasil
pelatihan harus dilakukan oleh yang bersangkutan,
akan tetapi dengan pertimbangan tertentu presentasi
boleh tidak dilaksanakan.
4.1.7.2 Information Technology
Pengelolaan IT adalah fungsi yang bertanggung jawab
terhadap pengadaan, pemeliharaan, operasional dan perbaikan sarana
komputerisasi dan sejenisnya baik aspek Hardware-nya maupun
software-nya. Kelancaran operasional komunikasi melalui jaringan
komputer sangat bermanfaat bagi keefektifan operasional SMS, baik
segi waktu, biaya dan safety.
Oleh karena itu pemeliharaan dan improvement hardware
maupun software-nya masih perlu dikembangkan. Pemeliharaan yang
dilakukan selama ini bersifat preventive maupun corrective.
173
Pemeliharaan yang bersifat perbaikan adalah perbaikan yang
dilakukan atas adanya penyimpangan atau kerusakan baik di software
maupun hardware. Perbaikan akan dilakukan setelah adanya
informasi atau permintaan perbaikan dari user. Bagian IT akan
menganalisa tingkat kerusakan yang perlu diperbaiki. Apabila IT
tidak bisa memperbaiki kerusakan tersebut harus dimonitoring dan
dievaluasi. Proses monitoring tersebut dilakukan oleh user ataupun
oleh bagian IT.
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang telah
direncanakan oleh IT untuk mengantisipasi kemungkinan adanya
penyimpangan atau kerusakan baik pada hardware maupun software-
nya. Tindakan pencegahan ini dilakukan oleh IT atau bekerja sama
dengan pihak provider yang kompeten.
Dalam melakukan pengembangan harus selalu mengacu
kepada perkembangan teknologi informasi secara global. Akan tetapi
implementasinya harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi
perusahaan.
Untuk menanggapi isu e-commerce yang semakin
berkembang, kiranya masalah pengembangan penerapan sistem
jaringan informasi dalam seluruh kegiatan yang dilakukan juga dapat
dipertimbangkan dalam rangka merebut pasar Internasional dan tidak
tertutup juga untuk skala nasional, karena sesuai kesepakatan APEC
174
bahwa regulasi perdagangan bebas akan dimulai tahun 2010 untuk
negara maju dan tahun 2020 untuk negara berkembang. Jika
disiapkan mulai saat ini, tentunya akan sangat baik.
4.1.8 Dampak Penerapan AGC
Setelah Terlaksananya program Astra Green Company, beberapa
perubahan yang terjadi di PT. SIM adalah:
Sertifikasi ISO 14001 pada tahun 2001
Perubahan prosedur-prosedur yang meliputi aspek lingkungan dan
juga aspek Keselamatan Kerja dalam pemenuhan pilar-pilar Green
Company.
Permintaan Material Safety Data Sheet (MSDS) kepada supplier
yang mengirimkan material-material yang termasuk dalam kategori
berbahaya dan beracun sehingga dapat dicegah sedini mungkin
perlakuan-perlakuan yang dapat membahayakan pekerja saat
menggunakan bahan tersebut.
Sebagai wujud komitmen manajemen dalam masalah lingkungan,
maka pada tanggal 8 Oktober 2001 dilakukan pengangkatan
Executive in Charge dalam bidang LK3
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, maka pada tanggal 10
September 2002 dilakukan pengangkatan Person in
175
Charge/Management Representative (MR) bidang Quality,
Environment, Health & Safety (QEHS)
Pada tanggal 14 September 2002 dibentuk team Penanggulangan
Tanggap Darurat untuk mengantisipasi kekacauan bila terjadi hal-
hal yang diluar dugaan. Team ini kemudian ditegaskan kembali
dengan pengesahan oleh Bupati Bekasi pada tanggal 8 November
2002 dan kemudian disahkan oleh Kepala Dinas tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Bekasi pada tanggal 15 Juli 2003.
Melakukan simulasi / pelatihan pemadaman kebakaran skala kecil
pada seluruh karyawan baru dengan menggunakan karung basah
APAR yang sudah atau mendekati tanggal kadaluarsa. Selain
simulasi, ini juga berguna untuk memeriksa kondisi APAR.
Melakukan simulasi pemadaman kebakaran skala besar dengan
bekerja sama dengan unit-unit terkait (Pertamina, Kawasan
Jababeka, dll) secara rutin satu kali setiap tahunnya.
Melakukan audit kepada supplier secara berkala setiap enam bulan
sekali dan mengadakan Vendor Gathering sebagai acara
kebersamaan para supplier diselingi dengan pengumuman supplier
terbaik dengan penilaian dari segi Quality, Cost, Delivery, Service,
Environment, Health & Safety.
Dimasukkannya aspek EHS dalam Objective dan Target yang
ditetapkan perusahaan agar menerapkan pencapaian Gold Category
176
Astra Green Company bukan hanya secara global melainkan dalam
setiap aktifitas perusahaan.
Melakukan sertifikasi SMK3 pada tanggal 2 Januari 2004. dalam
sertifikasi yang pertama, SIM langsung mendapatkan kategori emas
dalam penerapan K3. Hal ini tentunya merupakan keuntungan yang
diperoleh akibat penerapan AGC.
Melakukan Patrol LK3 secara ketat dan rutin kepada setiap operator
di pabrik.
Penurunan tingkat kecelakaan bahkan mencapai zero accident pada
tahun 2002.
Melakukan pemeriksaan APAR dan Hydrant secara rutin agar alat-
alat tersebut selalu siap digunakan bila diperlukan.
Dibuatnya matriks limbah sebagai acuan pengendalian limbah
dalam lingkungan PT. SIM.
Menambah fasilitas-fasilitas LK3 seperti oil trap, dust collector,
spray boothing dan lain sebagainya sebagai upaya lebih mencaga
kondisi operator yang tentunya berdampak pada keberlangsungan
perusahaan.
Integrasi Sistem Manajemen yang disebut Showa Management
System (SMS) yang meliputi aspek QEHS. Dari integrasi ini
berdampak pada disatukannya jadwal audit. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah dampak dari Integrasi Sistem Manajemen.
177
178
Tabel 4.16 Perbandingan Sebelum dan Sesudah SMS
Jumlah Jumlah Item Sebelum integrasi per tahun hari
Sesudah integrasi per tahun hari
Keuntungan
1. Audit 5K 12 1 1. Audit 5K 12 1 1. pengurangan biaya
2. Audit mutu internal 3 3 2. Audit internal SMS 3 3 2. pengurangan waktu auditor dan pihak manajemen
3. Audit lingkungan internal 3 3 3. mengurangi waktu BOD u/ closing meeting
4. Audit Green Company 3 3
Audit internal
Total 39 Total 21
1. Audit ISO 9001:2000 TUV 1 3 1. Audit ISO 14001 & ISO 9001:2000 1 3 1. pengurangan mandays 3 hari
2. Audit ISO 14001 TUV 1 3 2. Audit AGC 1 2 2. pengurangan waktu preparasi
3. Audit AGC 1 2 3. Audit Showa Japan 1 1
4. Audit Showa Japan 1 1 4. Audit Honda Japan 1 1
5. Audit Honda Japan 1 1 5. Audit Suzuki 1 1
Audit eksternal
6. Audit Suzuki 1 1
Total 11 Total 8
1. pengurangan hari : 3 hari Management Review
(SIMDAP) 3 2 3 1
2. materi lebih komprehensif (singkat & padat)
179
4.2 Kondisi Eksternal
4.2.1 Analisis Lingkungan
Scanning kondisi eksternal diperlukan untuk mengidentifikasi setiap faktor
di luar perusahaan yang memiliki kemungkinan mempengaruhi bisnis. Hal ini
diperlukan agar perusahaan mampu menjawab baik dengan menyerang maupun
bertahan terhadap faktor-faktor dengan merumuskan strategi yang memanfaatkan
peluang eksternal atau yang meminimalkan dampak ancaman potensial.
Pada umunya kondisi eksternal terbagi menjadi lima (5) kategori besar,
yaitu:
1. Politik, pemerintah dan hukum
2. Ekonomi
3. Sosial, budaya dan lingkungan
4. Teknologi
Kecenderungan dan peristiwa eksternal yang terjadi secara signifikan akan
mempengaruhi semua produk, jasa, pasar dan organisasi di dunia. Perubahan yang
terjadi perlu diterjemahkan dalam kaitannya dengan perubahan permintaan
konsumen.
180
4.2.1.1 Politik, Pemerintah dan Hukum
Pemerintah asing, nasional RI dan pemerintah daerah merupakan
regulator, pemberi subsidi, dsb. Oleh karena itu, faktor-faktor politik,
pemerintah dan hukum dapat mencerminkan peluang atau ancaman kunci
untuk perkembangan organisasi.
Regulasi pemerintah nasional yang semakin ketat akan hal
lingkungan sudah merupakan point positif bagi SIM, karena secara umum
peraturan-peraturan yang ada sudah terpenuhi seperti adanya AMDAL
UKL/UPL, pemberian APD dan bahkan mewajibkan penggunaannya
kepada tenaga kerja, adanya fasilitas pengolahan limbah sehingga tidak
mencemari lingkungan, dan lain sebagainya. Penerapan Green Company
yang dimotori oleh Astra International membawa keuntungan bagi SIM
sebagai Competitive Advantage yang salah satu efeknya ialah mampu
melakukan Cost Reduction mencapai lebih dari Rp. 12 milyar (per
september 2004). Dahulu, banyak kalangan yang menyatakan masalah
pelestarian lingkungan merupakan investasi yang tidak akan / sulit diperoleh
pengembaliannya. Alhasil, SIM membuktikan bahwa hal tersebut adalah
sangat bertolak belakang.
181
Dirjen Depperindag menyatakan bahwa Indonesia akan melibatkan
diri untuk turut serta dalam global e-commerce. Jika RUU yang sedang
disusun sudah rampung, kebijakan bidang Teknologi Informasi dan
Traksaksi Elektronik dikeluarkan maka persaingan perdagangan global akan
semakin kompetitif.
Pemilihan umum yang baru saja berlangsung telah terlaksana dengan
baik. Presiden terpilih merupakan pilihan rakyat secara langsung yang
pertama di Indonesia, sehingga diperkirakan dengan kemenangan angka
yang sangat signifikan tidak akan terlalu menimbulkan gejolak politik
nasional khususnya dalam kaitannya dengan hal keamanan. Kebijakan-
kebijakan pembaharuan yang akan diambil dapat merupakan ancaman
maupun peluang bagi industri-industri di Indonesia termasuk SIM.
Tingginya harga minyak mentah dunia jika terus menerus terjadi,
cepat atau lambat maka akan mempengaruhi kebijakan pemerintah RI
tentang subsidi yang akan berdampak pada operasional cost. Data subsidi
yang dilakukan pemerintah Indonesia dari tahun 2000-2004 (Grafik 4.11)
semakin meningkat. Jika pemerintah terus menerus melakukan subsidi ini,
maka akan sangat memberatkan APBN pemerintah, namun jika subsidi
dikurangi maka rakyat dan perekonomian nasional pun akan menjadi
taruhannya.
182
Subsidi Pemerintah Untuk Minyak (dalam triliun rupiah per tahun)
0.6 9
4053
68
020406080
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
Trili
un R
upia
h
Sumber : Economic Chalenge edisi Selasa, 19 Oktober 2004, Metro TV
Grafik 4.11 Subsidi Pemerintah untuk Minyak
4.2.1.2 Ekonomi
Tahun 1998 krisis ekonomi mencapai puncaknya, dimana hampir
semua bisnis terkena dampaknya, demikian juga bisnis kendaraan. Tahun
1999, merupakan awal kebangkitan bisnis kendaraan dan terus menguat
hingga saat ini. Tahun 2004 ini, pasar kendaraan roda 2 mencapai 3 juta
unit. Data dari Annual Report Astra menyatakan bahwa di Jakarta, terdapat
hampir 1.5 juta mobil setiap harinya dengan penambahan 8500 unit /
bulannya. Untuk kendaraan roda 2 saja, terdapat lebih dari 3,3 juta unit yang
berada di jakarta per-harinya dengan penambahan 35000 unit per-bulannya.
Banyaknya jumlah sepeda motor juga diperkuat dengan adanya penambahan
satu huruf di seri terkahir nomor plat baru yang berguna dalam proses
registrasi. Di lain pihak, akibat adanya regulasi tentang AFTA
183
mengakibatkan kompetisi bisnis otomotif akan semakin ketat terutama
dengan masuknya produk dari RRC yang memaksa perusahaan nasional
harus menekan harga jual agar mampu berkompetisi dengan harga produk
RRC.
Tabel 4.17 Motorcycle Production, Sales & Exports Year Production (unit) Sales (unit) Exports (unit)1985 225535 - - 1986 313117 - - 1987 248133 - - 1988 260256 - - 1989 288516 - - 1990 408792 414699 - 1991 445765 440179 - 1992 488584 486914 - 1993 621085 621544 - 1994 781404 785204 - 1995 1042938 1035598 - 1996 1425373 1426902 50255 1997 1861111 1852906 51816 1998 519404 517914 84363 1999 571953 587402 99651 2000 982380 979422 115278 2001 1644133 1650770 74948 2002 2318241 2317991 52517 2003 2814054 2823702 13806
2004 (s/d April) 1174387 1176559 1774 Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia)
184
Motorcycle Production
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (s/d
April)
Year
Uni
t
Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Grafik 4.12 Motorcycle Production
Motorcycle Sales
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (s/d April)
Year
Uni
t
Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Grafik 4.13 Motorcycle Sales
185
Motorcycle Export
0
50000
100000
150000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (s/dApril)
Year
Uni
t
Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia)
Grafik 4.14 Motorcycle Export
Pada Tabel 4.18 berikut ini akan ditampilkan pula penjualan jumlah
mobil yang berhasil diperoleh dari Gabungan Industri Komponen &
Otomotif Indonesia (Gaikindo).
Tabel 4.18 Car Sales Year Sales (unit)1997 387000 1998 54000 1999 94000 2000 310000 2001 300000 2002 318000 2003 354000 2004 420000
Sumber : Gaikindo (Gabungan Industri & Komponen Otomotif Indonesia)
186
Car Sales
0100000200000300000400000500000
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Year
Uni
t
Sumber : Gaikindo (Gabungan Industri & Komponen Otomotif Indonesia)
Grafik 4.15 Car Sales
Sedangkan dari segi pertumbuhan ekonomi nasional, dapat dikatakan
terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi
hanya –13% sedangkan tahun 2004 ini mencapai +5%. Hal ini sangat-lah
baik bagi iklim industri nasional dan diharapkan dapat terus membaik
dengan kepemimpinan pemerintahan baru.
Dominansi pangsa pasar domestik produk dari customer SIM yakni
AHM, Suzuki dan Kawasaki membuat SIM perlu semakin menyesuaikan
demand yang semakin tinggi. Tentunya ini adalah hal positif bagi SIM,
namun perlu tetap mempertahankan/meningkatkan keunggulan harga,
kualitas dan aspek kelestarian lingkungan. Sedangkan untuk Mitsubishi,
Suzuki, Honda, dan Daihatsu yang juga merupakan customer SIM produk
kendaraan roda 4, juga merupakan perusahaan yang mendominasi
187
persaingan pasar domestik dalam bidang bisnis yang digelutinya.
Keberhasilan customer tentunya juga merupakan peluang bagi SIM sebagai
supplier jika dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Keberhasilan
dapat diperoleh dengan peningkatan customer satisfaction misalnya dengan
kemampuan flexibilitas produksi dan delivery terhadap demand yang
berfluktuasi memegang peranan penting. Pemanfaatan teknologi informasi
untuk melakukan system on-line di setiap aktifitas perusahaan sangat
berpotensi untuk dikembangkan.
(a) Tahun 2002 (b) Tahun 2003 Sumber : Annual Report Astra tahun 2003
Grafik 4.16 Customer’s Market Share
188
Untuk Competitor produk substitusi, sampai dengan saat ini belum
muncul keberadaannya, namun untuk Competitor skala nasional yang dapat
sangat mengancam SIM adalah perusahaan Kayaba yang menghasilkan
produk sejenis. Persaingan di roda 2, tetap merupakan peluang yang harus
dipertahankan bahkan dikembangkan bagi SIM karena pihak AHM sebagai
market leader untuk produk kendaraan roda 2 dan sekaligus sebagai holding
company SIM menjadikan SIM sebagai customer utama. Dalam hal roda 4,
keberadaan KYB jauh lebih unggul, hal ini terlihat dari data MS KYB yang
jauh lebih tinggi dibanding SIM. Jika dapat memanfaatkan kapasitas
produksi yang tinggi, membuka distribution channel yang baru, strategi
marketing yang jitu maka peluang untuk masuk ke dalam persaingan
kendaraan roda 4 sangat terbuka lebar.
Competitor yang cukup mengancam dan ternyata sangat berkembang
pesat datang dari importir terutama RRC dengan produk berharga murah.
Perbandingan MS tahun 2002 dan 2003 terjadi peningkatan yang cukup
signifikan baik untuk pasar kendaraan roda 2 maupun roda 4.
Pada sektor lain, yang paling menonjol saat ini adalah tentang
tingginya harga minyak mentah dunia yang bahkan pernah mencapai angka
tertinggi di dunia yakni di kisaran 54-55 U$ per barrel (Oktober 2004)
akibat adanya permasalahan buruh di Nigeria, konflik peperangan Irak yang
mengakibatkan hambatan untuk eksport minyak, pailitnya raksasa produsen
minyak Ustoc di Rusia, badai yang menerpa tangki penyimpanan minyak di
189
Amerika sehingga cadangan minyak negara tersebut menipis dan terorisme
di Arab Saudi. Jika harga BBM meningkat, maka dikhawatirkan
mempengaruhi demand market untuk produk kendaraan bermotor menurun
yang pasti akan menerpa SIM sebagai salah satu produsen komponen
kendaraan bermotor. Penurunan demand yang sangat signifikan sepertinya
akan sangat dirasakan oleh industri kendaraan beroda 4 yang harganya
cukup tinggi. Keengganan untuk membeli kendaraan bermotor terjadi pada
tahun 2000 lalu pada produk kendaraan yang mengkonsumsi solar karena
tingginya harga solar. Hal sebaliknya diperkirakan akan terjadi untuk
industri beroda 2, kemungkinan demand untuk penjualan motor mungkin
tidak terlalu tajam karena harga motor yang lebih terjangkau dibanding
mobil dan temtunya lebih simple.
4.2.1.3 Sosial, Budaya dan Lingkungan
Perubahan sosial, budaya dan lingkungan praktis mempunyai
dampak besar bagi produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Untuk negara kita,
budaya konsumtif merupakan peluang yang sangat besar. Terkait dengan hal
tersebut, perlu dilakukan desain-desain produk baru yang dilakukan untuk
memanfaatkannya. Biasanya jika ada produk kendaraan baru baik beroda 2
maupun beroda 4, konsumen memiliki kecenderugan untuk segera memiliki
walaupun dengan program kredit sekalipun. Berbagai program kredit yang
ditawarkan instansi bahkan sudah merambah dunia perbankan yang semakin
190
marak saat ini mengakibatkan kemudahan dalam kepemilikan kendaraan
bermotor. Dampak dari tingginya angka penjualan kendaraan tentunya akan
langsung dirasakan oleh SIM sebagai supplier shock absorber, steering stem
dan komponen otomotif lainnya. Kunci utamanya adalah tetap pada
fleksibilitas dalam memenuhi customer demand.
Masalah lingkungan dan K3 akhir-akhir ini telah menjadi
pembicaraan utama negara-negara berkembang di dunia. Bagi SIM, hal ini
sudah tentu merupakan peluang karena tingkat pemenuhan terhadap regulasi
yang ada dalam standar skala nasional maupun standar skala internasional
secara umum sudah dapat dipenuhi. Internal perusahaan telah mengadopsi
berbagai sistem manajemen lingkungan dan K3 dalam suatu system yang
terintegrasi dan telah diterapkan dengan baik. Peluang untuk sertifikasi
OHSAS 18001 tampaknya tidak akan menjadi suatu hambatan / ancaman
bagi SIM jika memang dibutuhkan.
4.2.1.4 Teknologi
Perubahan teknologi dan penemuan secara revolusioner seperti
robotik, superkonduktivitas, jaringan satelit, internet, electronic data
processing memberikan dampak pada perusahaan. Kemajuan
superkonduktivitas yang dapat meningkatkan daya guna produk listrik
dengan menurunkan hambatan terhadap arus membuat perubahan
revolusioner dalam operasional bisnis terutama dalam industri yang
191
menggunakan banyak peralatan yang menjadikan listrik sebagai sumber
energi utama.
Peralatan dan perkembangan teknologi seperti Computer Aided
Design and Manufacturing (CAD/CAM), Enterprise Resource Planning,
Computer Integrated Manufacturing, global e-commerce telah berkembang
pesat di kalangan Internasional.
Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman yang
perlu dipertimbangkan dalam menjalankan strategi perusahaan. Kemajuan
teknologi secara dramatik dapat mempengaruhi produk, pasar, supplier,
distributor, pesaing, pelanggan, proses manufaktur, pemasaran dan posisi
bersaing. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru dan
menghilangkan/mengurangi hambatan biaya dalam proses bisnis dan
menciptakan rangkaian proses yang lebih singkat. Kemajuan teknologi
dapat menciptakan keunggulan bersaing yang lebih berdaya guna untuk
mendukung dan meningkatkan keunggulan yang sudah terlaksana sampai
dengan saat ini.
Pemanfaatan IT di Indonesia sendiri masih belum terlihat
keseriusannya karena salah satu pertimbangan berat yang mungkin masih
dipikirkan bagi pemerintah adalah akan memberikan peluang yang besar
dalam hal menghindari pajak, jika melihat kondisi SDM dalam skala
nasional. Terdapat tantangan yang serius potensial bagi tatanan politik dan
sosial, untuk itu diperlukan tatanan hukum untuk perlindungannya.
192
World Wide Web adalah jaringan global yang tersedia lewat internet.
Melalui hal tersebut, individu atau perusahaan dapat menempatkan
informasi atau iklan untuk dikonsumsi oleh pihak lain di seluruh belahan
dunia. Halaman web dapat berisi tentang informasi produk, kualitas, harga,
company profile, feature untuk melakukan pemesanan produk, dan
informasi lain sebagainya yang dapat ditampilkan dalam bentuk teks dan
nonteks, termasuk potongan suara, animasi, grafik, dan bahkan film.
Mempunyai situs web dalam cyberspace dapat menghemat banyak kertas,
fotokopi, telepon, dan pos. Penghematan dalam iklan bahkan dapat lebih
tinggi. Atau mungkin saja dapat dilakukan pemesanan melalui situs web
yang tersedia. Namun yang perlu diperhatikan adalah dengan bertambahnya
pengguna web akan menimbulkan pelanggaran keamanan. Perusahaan harus
menyadari bahwa setiap komputer di dunia dapat berhubungan dan
berinteraksi hampir dengan komputer mana pun. Pesaing dapat menghujani
sistem yang ada dengan pesan dan informasi palsu.
193
4.2.2 Analisa Persaingan Industri
4.2.2.1 Customer
Sekitar 70% produk yang dihasilkan merupakan pasokan untuk
AHM. Dikarenakan AHM sebagai Holding Company dengan kapitalisasi
45% maka mengakibatkan bargaining power SIM dapat dikategorikan
sedang karena pihak AHM sendiri tentulah menyadari bahwa dalam bisnis
tetap memerlukan profit. Tuntutan agar cost yang selalu menurun semakin
gencar untuk memenuhi permintaan customer, meningkatkan daya saing
perusahaan terutama persaingan produk di tingkat lokal, AFTA maupun
global mengakibatkan harga produk yang ditetapkan sebagai harga jual
harus kompetitif dengan berbagai keunggulan. Oleh sebab itu efisiensi
senantiasa perlu dilakukan terus menerus.
Sedangkan tuntutan customer untuk sertifikasi berskala internasional
juga sudah merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, terutama untuk ISO
9001 untuk sistem mutu dan ISO 14000 untuk sistem manajemen
lingkungan. Untuk segi keselamatan dan kesehatan kerja juga semakin
berkembang sebagai suatu peryaratan wajib.
Tabel 4.19 berikut ini merupakan data tentang jumlah kendaraan
beroda 2 yang beroperasi di jalanan. Data tersebut dapat menunjukkan
bahwa betapa potensialnya replacement market yang jumlahnya cukup
besar dari tahun ke tahun. KYB saat ini merupakan pemimpin dalam pasar
ini.
194
Tabel 4.19 Jumlah kendaraan roda 2 yang beroperasi Tahun Jumlah 1994 7,787,7201995 8,784,4561996 10,090,8061997 10,808,5581998 12,600,5821999 13,053,1482000 13,563,0172001 15,336,8722002 18,061,4142003 23,312,945
Sumber : AISI
4.2.2.2 Supplier
Dari segi supplier, semakin tingginya demand produk kendaraan
mengakibatkan SIM harus meningkatkan jumlah produksinya. Untuk itu
diperlukan support material yang memadai pula. Sumber perolehan material
pada beberapa material seperti oli masih harus di import akibat tidak adanya
produk lokal sejenis. Selain itu, jumlah delivery vendor rate yang hanya
mencapai 96% tahun 2003 mengakibatkan SIM harus melakukan stock
material yang memakan biaya dan lahan. Ketergantungan SIM pada support
material yang terbatas mengakibatkan bargaining power SIM sedang.
Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah SIM
berusaha untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali atas
perusahaan vendor. Management supply dengan memanfaatkan jaringan
atau system on-line dengan vendor juga dapat dipertimbangkan.
Keuntungannya adalah pihak vendor material dapat memonitor kebutuhan
195
material SIM sehingga dapat diantisipasi pasokannya agar selalu mencukupi
pada waktu yang tepat (just in time).
4.2.2.3 Substitute
Untuk produk shock absorber, steering steem dan komponen otomotf
yang diproduksi SIM sampai saat ini belum ditemukan produk yang dapat
dikategorikan sebagai produk alternatif/pengganti/substitusi. Untuk itu hal
ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan SIM.
4.2.2.4 Rival
Satu-satunya competitor skala nasional, hanya terdapat satu (1)
competitor yakni Kayaba. Kayaba menghasilkan produk sejenis dengan
SIM. Oleh karena itu persaingan kualitas, harga, keunggulan dalam bersaing
dan lainnya sangat kompetitif. Untuk saat ini, SIM mendominasi pasar R2,
sedang KYB menguasai pasar R4. Adanya AFTA, perdagangan global
mengakibatkan masuknya importir produk sejenis perlu dikhawatirkan. Data
pangsa pasar tahun 2003 menyatakan bahwa pihak importir mampu merebut
lebih dari 72% untuk jenis passenger car. Jika hal ini terus terjadi, maka
lama kelamaan posisi SIM akan terancam. Untuk mengatasi hal ini adalah
dengan mengoptimalkan peranan marketing dalam persaingan lokal.
Strategi yang jitu perlu diterapkan untuk memperoleh customer yang loyal.
Kunci keberhasilannya adalah dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
196
Berkembangnya dunia internet mengakibatkan tidak adanya batas-batas
negara yang jelas terutama dalam hal komunikasi yang difungsikan untuk
menjalankan fungsi marketing. Untuk itu SIM juga perlu mengatasi hal ini
dengan memanfaatkan pula cyberspace terutama untuk merebut pasar
Internasional yang potensial.
Dari sisi EHS, kekuatan kompetitor utama juga sudah menerapkan
konsep Astra Green Company karena PT. Kayaba sendiri juga merupakan
anak perusahaan Astra Group. PT. Kayaba juga telah memiliki sertifikasi
ISO 9000, ISO 14000 dan OHSAS 18001. Untuk integrasi sistem
manajemen belum dapat diketahui penerapannya di PT. Kayaba. Jika
dibandingkan dengan PT. SIM, sampai saat ini SIM masih lebih unggul
dalam penerapan AGC. Hal ini dibuktikan dari hasil assesment AGC tahun
2003 yang lalu dimana SIM keluar sebagai juara umum. Untruk tahun ini,
proses assesment masih terus berlangsung hingga diumumkannya pada
sekitar bulan Februari 2005 mendatang. SIM dikabarkan tetap masuk dalam
nominasi juara umum kembali.
Jika dibandingkan antara OHSAS 18001 yang diraih KYB dengan
SMK3 yang diraih SIM, OHSAS sesungguhnya merupakan standar K3 yang
telah diakui di negara eropa dan pertama kali diciptakan oleh Inggris yang
kemudian banyak ditiru oleh negara lainnya. Sedangkan SMK3 merupakan
standar K3 negara Indonesia yang cakupan pengakuannya hanya skala
nasional. Kesimpulannya SMK3 maupun OHSAS 18001 merupakan suatu
197
pengakuan yang dapat dikatakan relatif seimbang. Keunggulan tetap lebih
dimiliki oleh SIM terutama berdasarkan penilaian standar Astra yang
merupakan adopsi berbagai sistem manajemen.
4.2.2.5 New Entrants
Adanya kebijakan pemerintah untuk menstimulasi iklim investasi di
Indonesia sangat besar peluang untuk munculnya pemain baru dalam produk
sejenis. Regulasi AFTA dan perdagangan global yang semakin berkembang
juga memperkuat timbulnya peuang ini. Menciptakan network yang erat
dengan customer penting dilakukan untuk mengantisipasi hal ini sehingga
diperoleh fixed/permanent customer yang dapat menciptakan perusahaan
yang sustainable.
198
4.3 Strategi Manajemen
4.3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal
Dari berbagai uraian kondisi internal, maka dapat disimpulkan hal-hal
yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. SIM. Tabel 4.20 berikut ini adalah
Matriks Evaluasi Faktor Internal PT. SIM.
Tabel 4.20 Matriks Evaluasi Faktor Internal Strength Bobot Nilai Bobot x Nilai
1 QLK3 built in process 0.05 4 0.2 2 Cost Reduction Program yang berjalan baik 0.05 4 0.2 3 Pemimpin dalam pangsa pasar R2 0.05 4 0.2 4 Kesadaran & Kompetensi karyawan tentang aspek QLK3 0.1 3 0.3 5 Komitmen manajemen yang tinggi tentang aspek QLK3 0.15 3 0.45 6 Integrasi Sistem Manajemen 0.05 3 0.15 7 Support dari Holding Company 0.05 3 0.15 8 Volume Sales yang terus berkembang 0.05 3 0.15 9 Audit Rutin yang dilakukan 0.05 3 0.15
10 Delivery rate 100% 0.05 3 0.15 11 Penambahan Kapasitas produksi 0.05 3 0.15 Weakness
1 Promosi yang belum optimal 0.05 2 0.1 2 Pangsa pasar REM & R4 yang rendah 0.05 1 0.05 3 Jumlah kecelakaan yang terjadi 0.05 2 0.1 4 Distribution Channel 0.1 2 0.2 5 Up-date informasi pada cyberspace 0.05 1 0.05
Jumlah 1 2.75
Seperti yang sudah tergambarkan pada sub bab 4.1, aspek QLK3 dalam
setiap aktifitas sudah sangat diperhatikan, bahkan telah ditunjuk seorang
Executive in Charge yang khusus menangani masalah lingkungan yang berarti
keseriusan SIM dalam hal ini, Kemudian tentang CRP yang juga luar biasa
hasilnya dengan pencapaian efisiensi cost mencapai Rp. 12 milyar, kemudian
199
persentasi SIM yang berhasil menguasai pangsa pasar R2 juga sudah bertahan
selama 3 tahun terakhir dan mengalami peningkatan, oleh karena itu 3 hal
tersebut diberi penilaian 4 (superior).
Kelemahan utama SIM dari penelitian yang dilakukan terdapat pada
pangasa pasar REM dan R4 yang relatif selalu rendah selama 3 tahun terakhir
walaupun terus mengalami peningkatan. Selain itu, dari penelusuran pada situs
SIM, diperoleh bahwa update terakhir yang dilakukan yaitu tahun 2002, padahal
peluang untuk melakukan promosi dapat memanfaatkan cyberspace ini khususnya
untuk pasar internasional, sehingga untuk 2 hal tesebut mendapatkan angka 1
(jelek). Angka 2 menunjukkan bahwa hal tersebut di atas dilaksanakan secara
rata-rata sama dengan perusahaan pada umumnya, sedangkan angka 3
menunjukkan pelaksanaannya diatas rata-rata perusahaan pada umumnya.
200
4.3.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Sedangkan dari uraian kondisi eksternal yang meliputi analisis lingkungan,
analisis persaingan industri diperoleh beberapa peluang dan ancaman bagi SIM
yang terdapat pada Tabel 4.21 berikut ini.
Tabel 4.21 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Opportunities Bobot Nilai Bobot x Nilai 1 Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 +5% 0.1 2 0.2 2 Demand kendaraan yang terus meningkat 0.15 4 0.6 3 Budaya konsumtif masyarakat 0.05 3 0.15 4 Produk customer tetap yang mendominasi pangsa pasar 0.1 3 0.3 5 Pasar Internasional yang potensial (AFTA) 0.05 2 0.1 6 Perkembangan Global e-commerce 0.1 2 0.2 7 REM yang potensial 0.05 3 0.15 Threats 1 Revisi order yang sering terjadi 0.05 2 0.1 2 Vendor delivery rate 96% 0.1 2 0.2 3 Masuknya importir akibat regulasi AFTA 0.05 2 0.1 4 Harga minyak mentah dunia yang tinggi 0.1 1 0.1 5 Kayaba sebagai pemimpin pangsa pasar REM & R4 0.1 1 0.1 Jumlah 1 2.3
Dari berbagai sumber media seperti media cetak, radio, dan
memperhatikan trend pasar otomotif nasional, demand akan kendaraan terus
mengalami peningkatan. Peningkatan demand tidak hanya terjadi pada kendaraan
beroda 2 yang sangat tinggi, bahkan juga dialami oleh kendaraan beroda 4. Ini
ditandai dengan adanya indent selama hampir satu (1) tahun untuk pembelian
mobil. Artinya, perusahaan tidak mampu memenuhi tingginya permintaan mobil
sehingga diperlukan semacam lead time untuk itu.
201
Dari sisi ancaman, tingginya harga minyak mentah dunia terus
mengkhawatirkan. Seperti uraian pada sub bab 4.2.1.2 jika harga bahan bakar
tinggi dikhawatirkan akan menurunkan demand terhadap kendaraan karena
meningkatnya semua harga-harga di pasaran sehingga konsumen akan menunda
pembelian kendaraan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer. Untuk 2 hal
ini diberi angka 1 (jelek) karena cukup mengancam perkembangan SIM.
202
4.3.3 Matriks Internal-Eksternal
Dari Matriks EFI diperoleh koordinat 2,75. Sedangkan dari Matriks EFE
diperoleh koordinat 2,3. Dari kedua koordinat tersebut dimasukkan ke dalam
Matriks IE seperti di bawah ini:
TOTAL NILAI EFI
Kuat 3,0 - 4,0
Sedang 2,0 - 2,99
Lemah 1,0 - 1,99
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi 3,0 - 4,0
Sel 1 Sel 2 Sel 3
3,0
Sedang 2,0 - 2,99
Sel 4
Sel 5 Sel 6
2,0
Rendah 1,0 - 1,99
TOTA
L N
ILAI
EFE
Sel 7 Sel 8 Sel 9
1,0
Diagram 4.2 Matriks Internal Eksternal (IE)
Posisi PT. SIM berdasarkan hasil Matriks IE, berada dalam sel 5. Secara
teoritis, strategi perusahaan yang berada dalam sel 5 adalah mempertahankan dan
memelihara; penetrasi pasar adalah hal yang tepat bagi SIM dalam kondisi
sekarang ini. Pasar yang dimaksud adalah mempertahankan pangsa pasar R2 yang
telah dikuasai, dan melakukan penetrasi terhadap pasar R4 dan pasar Internasional
(2,75;2,3)
203
yang potensial. Untuk memasuki pasar Internasional, pemanfaatan cyberspace
adalah hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan.
4.3.4 Matriks Boston Consulting Group (BCG)
Produk PT. SIM terbagi atas 2 kategori, Automobiles dan Motorcycles.
Dalam setiap kendaraan baik itu mobil maupun motor pasti memiliki peredam
kejut atau yang dikenal dengan shock absorber, oleh karena itu untuk data
pertumbuhan penjualan komponen shock absorber akan diasumsikan sama
dengan pertumbuhan penjuaan mobil dan motor.
Pertumbuhan Penjualan tahun 2003:
Komponen R2 = ( ) %82,21%100991.317.2
991.317.2702.823.2=×
−
Komponen R4 = ( ) %32,11%100000.318
000.318000.354=×
−
204
Pangsa Pasar Relatif:
Tabel 4.22 Pangsa Pasar Relatif R2 Tahun SIM terhadap KYB2003 2.20 2004 2.07
Tabel 4.23 Pangsa Pasar Relatif 4W-Commercial Car
Tahun SIM terhadap KYB2003 0.54 2004 0.84
Tabel 4.24 Pangsa Pasar Relatif 4W-Passenger Car Tahun SIM terhadap KYB2003 0.14 2004 0.97
POSISI PANGSA PASAR RELATIF
Tinggi Sedang Rendah
1,0 0,5 0,0 Tinggi +20
Stars
Question Marks
Sedang 0
Kecepatan Pertumbuhan
Penjualan (Persentase)
Cash Cows Dogs
Rendah -20
Diagram 4.3 Matrix Boston Consulting Group (BCG)
205
Secara keseluruhan untuk tahun 2004 (data pangsa pasar s/d bulan Juni)
produk PT. SIM berada dalam posisi bintang (Stars). Perolehan pangsa pasar R2
tetap dipertahankan dengan baik oleh SIM selama 2 periode ini. Secara teoritis,
produk yang berada dalam posisi bintang dapat menikmati keuntungan besar
karena mempunyai pangsa pasar relatif besar di satu sisi, didukung oleh potensi
pertumbuhan penjualan yang cukup tinggi di sisi lain. Dengan perencanaan
pemasaran yang tepat, keuntungan dapat terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penjualan produk tersebut. Disamping peningkatan keuntungan yang
mungkin diperoleh, posisi ini juga mempunyai konsekuensi penggarapan pasar
secara lebih serius, mengingat kemungkinan banyaknya kompetitor baru akan
memasuki pasar produk shock absorber untuk R2. Hal ini terjadi karena
dirangsang oleh pertumbuhan pasar untuk kendaraan beroda 2 yang masih
menjanjikan dan tentunya menjanjikan keuntungan yang tinggi pula.
Sedangkan posisi untuk produk komponen R4 tahun 2004 yang juga berada
berada pada kisaran posisi Stars walaupun sempat mengkhawatirkan saat periode
2003 khususnya untuk 4W-Passenger Car. Posisi ini mempunyai pangsa pasar
relatif tinggi dan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi pula setelah kembali
pulih saat dilanda krisis ekonomi yang lalu. Peningkatan MS yang relatif dapat
dikatakan tinggi dibanding tahun 2003 merupakan signal positif bagi SIM bahwa
peluang untuk dapat terus melakukan pengembangan pasar untuk produk
komponen otomotif R4 masih sangat terbuka. Tentunya hal ini juga didukung oleh
sejumlah program efisiensi yang terus dikembangkan pihak SIM.
206
4.3.5 Matriks SWOT
Tabel 4.25 Matriks SWOT Strength: Weakness: 1 QLK3 built in process 1 Promosi yang belum optimal 2 Cost Reduction Program yang berjalan baik 2 Pangsa pasar R4 & REM SIM dibawah KYB
3 Pemimpin dalam pangsa pasar R2 3 Kecelakaan yang masih terjadi 4 Kesadaran & Kompetensi karyawan tentang aspek QLK3 4 Distribution Channel yang minim 5 Komitmen manajemen yang tinggi tentang aspek QLK3 5 Up-date informasi pada cyberspace 6 Integrasi Sistem Manajemen 7 Support dari Holding Company 8 Volume Sales yang terus berkembang 9 Audit Rutin yang dilakukan 10 Delivery rate 100%
11 Penambahan Kapasitas produksi Opportunities: Strategi SO Strategi WO 1 Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 +5% 2 Demand kendaraan yang terus meningkat 3 Budaya konsumtif masyarakat 4 Produk customer tetap yang mendominasi pangsa pasar 5 Pasar Internasional yang potensial (AFTA) 6 Perkembangan Global e-commerce 7 Pasar REM yang potensial
- Pertahankan Strategi Lingkungan yang diterapkan - Penetrasi pasar International melalui global e-commerce
- Pencapaian zero accident untuk menghilangkan lost
- Membuka Distribution channel yang baru (khusunya R4 & REM)
Threats: Strategi ST Strategi WT 1 Revisi order yang sering terjadi 2 Vendor delivery rate 96% Penciptaan Brand Image untuk REM 3 Masuknya importir akibat regulasi AFTA 4 Harga minyak mentah dunia yang tinggi 5 Kayaba sebagai pemimpin pangsa pasar R4
Penerapan Supply Chain Management (Activities Adjustment)
207
Untuk strategi SO, strategi lingkungan yang telah diterapkan sangat positif
dan merupakan keunggulan utama sehingga perlu terus dikembangkan.
Pemanfaatan global e-commerce untuk melakukan penetrasi pasar adalah hal
yang tepat mengingat prestasi sales volume yang baik dan harus terus
ditingkatkan, delivery rate 100% dan adanya penambahan areal untuk
manufacturing yang berarti kapasitas produksi SIM akan bertambah.
Strategi ST yang diperlukan adalah dengan melakukan penerapan Supply
Chain Management. Supply Chain yang dimaksud disini mencakup arus
informasi, arus barang dan tentunya arus keuangan. Ini dipengaruhi oleh prestasi
vendor SIM yang delivery rate-nya hanya 96% dan seringnya tejadi revisi order
customer yang mengakibatkan SIM harus selalu menyesuaikan kondisi produksi
dan jadwal deliverynya. Untuk mempertahankan kepemimpinan pangsa pasar,
peningkatan sales volume, peranan arus informasi sangat menentukan.
Berdasarkan pemikiran tersebutlah maka implementasi supply chain
management dengan cara penyaluran informasi dan transaksi elektronik melalui
sistem komputerisasi perlu diterapkan.
Strategi WO adalah peningkatan/pembenahan kelemahan untuk merebut
peluang yang ada. Trend kecelakaan yang kembali meningkat harus kembali
ditanggulangi hingga kembali kepada prestasi zero accident pada tahun 2002
yang lalu. Promosi yang kurang dan saluran distribusi untuk REM juga belum
terlalu merebak di pasaran memang merupakan target psara SIM. Namun
peningkatan pangsa pasar R4 dan REM juga tiak boleh diabaikan, maka
208
distribution channel yang baru diperlukan sehingga mampu memasok produk
SIM lebih besar lagi.
Untuk Strategi WT, strategi penciptaan brand image merupakan hal yang
harus dilakukan dalam rangka meningkatkan replacement market yang dikuasai
KYB.
4.4 Implementasi
Komparasi strategi kiranya merupakan hal yang tepat. Keseluruhan strategi yang
dirumuskan merupakan hal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan
membuka distribution channel baru dan promosi-promosi ditujukan untuk merebut
pasar REM yang sangat potensial. Setiap tahunnya angka penjualan kendaraan dapat
dikatakan relatif tinggi, dan jika dikumulatifkan berarti sama dengan jumlah
kendaraan yang ada di jalanan saat ini.
Semakin tingginya demand untuk komponen R2 ditandai dengan bertambahnya
satu digit untuk nomor polisi bagian belakang. Selain itu, tingginya harga minyak
dunia diperkirakan akan berpengaruh pada meningkatnya harga BBM dan
berdampak pada konsumen untuk lebih memilih kendaraan R2 dibanding R4. Alasan
ini cukup logis mengingat konsumsi BBM oleh kendaraan R4 jauh lebih besar
dibanding konsumsi BBM oleh kendaraan R2. Belum lagi meningkatnya beban
operasional produksi yang tentunya akan meningkatkan harga kendaraan.
Untuk memenuhi perkiraan semakin tingginya demand untuk komponen R2 dan
menghadapi persaingan global, penerapan supply chain management dirasakan tepat
209
sebagai adjustment yang diberikan kepada aktifitas rutin mengingat begitu
pentingnya informasi yang up-date untuk masa yang akan datang. Pada Lampiran 13
adalah rekomendasi implementasi supply chain management yang diusulkan
khususnya pada bagian perencanaan produksi (PPC) berupa alur sistem.