hambatan desentralisasi fiskal

5
Hambatan Desentralisasi Fiskal untuk Mempersempit Kesenjangan antar Daerah Eka Muhammad Muqorrobien D IV Akuntansi, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan Abstrak Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2014 disebutkan salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah untuk lebih memandirikan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota atau mengurangi kesenjangan fiskal baik kesenjangan fiskal vertikal dan horizontal. Penelitian di Cina (Qiao dkk., 2007) dan Kolombia (Bonet, 2006) menunjukan bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah berdampak pada peningkatan disparitas pendapatan antar wilayah. Pemerintah menghadapi hambatan dalam pelaksanaan desentralisasi yang salah satunya bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal di daerah. Kendala yang dihadapi antara lain, masalah pembagian DAU, , geografi, SDM, dan lemahnya mekanisme check and balance di daerah. Kata kunci: Hambatan, Desentralisasi, Kesenjangan 1. PENDAHULUAN Desentralisasi yang tidak terkontrol berpotensi memunculkan daerah kaya dan miskin yang berdampak memperjauh economic gap antar daerah. Jika tidak diatasai dengan serius, perbedaan ini akan mengancam intergitas negara indonesia sebagai negara kesatuan. Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2014 disebutkan salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah untuk lebih memandirikan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota atau mengurangi kesenjangan fiskal baik kesenjangan fiskal vertikal dan horizontal. Desentralisasi fiskal diharapkan dapat meningkatkan pendapatan sumber-sumber penerimaan asli di daerah. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi fiskal belum mampu untuk meratakan/memperkecil jarak kesenjangan antar daerah. 2. ISI Studi empiris dampak pelaksanaan Otonomi Daerah terhadap kesenjangan ekonomi antar wilayah di berbagai negara menunjukan hasil yang beragam. Penelitian di Cina (Qiao dkk., 2007) dan Kolombia (Bonet, 2006) menunjukan bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah berdampak pada peningkatan disparitas pendapatan antar wilayah. Sementara, RodriguezPose dan Pzeurra (2009) yang meneliti desentralisasi di 26 negara menemukan perbedaan dampak desentralisasi terhadap disparitas pendapatan di negara maju, berkembang dan miskin. Di negara maju, desentralisasi berdampak pada penurunan disparitas pendapatan antar wilayah. Sebaliknya di negara

Upload: muhammad-muqorrobien-robien

Post on 20-Jan-2016

146 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hambatan desentralisasi fiskal dalam mencapai kemandirian daerah

TRANSCRIPT

Page 1: hambatan desentralisasi fiskal

Hambatan Desentralisasi Fiskal untuk Mempersempit Kesenjangan antar Daerah

Eka Muhammad MuqorrobienD IV Akuntansi, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan

Abstrak – Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2014 disebutkan salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah untuk lebih memandirikan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota atau mengurangi kesenjangan fiskal baik kesenjangan fiskal vertikal dan horizontal. Penelitian di Cina (Qiao dkk., 2007) dan Kolombia (Bonet, 2006) menunjukan bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah berdampak pada peningkatan disparitas pendapatan antar wilayah. Pemerintah menghadapi hambatan dalam pelaksanaan desentralisasi yang salah satunya bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal di daerah. Kendala yang dihadapi antara lain, masalah pembagian DAU, , geografi, SDM, dan lemahnya mekanisme check and balance di daerah.

Kata kunci: Hambatan, Desentralisasi, Kesenjangan

1. PENDAHULUAN

Desentralisasi yang tidak terkontrol berpotensi memunculkan daerah kaya dan miskin yang berdampak memperjauh economic gap antar daerah. Jika tidak diatasai dengan serius, perbedaan ini akan mengancam intergitas negara indonesia sebagai negara kesatuan.

Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2014 disebutkan salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah untuk lebih memandirikan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota atau mengurangi kesenjangan fiskal baik kesenjangan fiskal vertikal dan horizontal. Desentralisasi fiskal diharapkan dapat meningkatkan pendapatan sumber-sumber penerimaan asli di daerah. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi fiskal belum mampu untuk meratakan/memperkecil jarak kesenjangan antar daerah.

2. ISI

Studi empiris dampak pelaksanaan Otonomi Daerah terhadap kesenjangan ekonomi antar wilayah di berbagai negara menunjukan hasil yang beragam. Penelitian di Cina (Qiao dkk., 2007) dan Kolombia (Bonet, 2006) menunjukan bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah berdampak pada peningkatan disparitas pendapatan antar wilayah. Sementara, RodriguezPose dan Pzeurra (2009) yang meneliti desentralisasi di 26 negara menemukan perbedaan dampak desentralisasi terhadap disparitas pendapatan di negara maju, berkembang dan miskin. Di negara maju, desentralisasi berdampak pada penurunan disparitas pendapatan antar wilayah. Sebaliknya di

negara berkembang dan miskin, desentralisasi berdampak pada peningkatan disparitas pendapatan antar wilayah.[1]

Kumorotomo (2008) membagi instrumen desentralisasi fiskal secara umum menjadi 3 bagian besar yaitu pertama, revenue sharing dimana pusat memberikan sebagian penerimaan pemerintah (biasanya dalam bentuk hasil ekstraksi sumber daya alam, konsesi, dll) kepada daerah berupa Dana Bagi Hasil non-pajak (DBH non-pajak). Kedua, fiscal sharing yaitu pusat membagi kewenangan memungut pajak dan belanja publik kepada daerah berupa Dana Bagi Hasil pajak (DBH pajak). Ketiga, pemberian subsidi (grants) kepada pemerintah daerah berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) atau Dana Otonomi Khusus (Otsus).

Sebelum tahun 2008, pembagian DAU menggunakan prinsip hold harmless, yang berarti pemerintah daerah tidak akan mendapatkan alokasi DAU lebih rendah dari tahun sebelumnya. Adanya prinsip hold hormless ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya peran DAU untuk lebih mewujudkan pemerataan kemampuan fiskal antardaerah karena penentuan besarnya lebih banyak melalui pertimbangan sosial-politis yang menyebabkan penetapan DAU menjadi rumit dan memerlukan negosiasi yang panjang (Hamid, 2005:84). Setelah tahun 2008, penggunaan prinsip hold harmless untuk pembagian DAU sudah dihilangkan sehingga lebih memudahkan tujuan DAU untuk menutup kesenjangan antar daerah.

Penggunaan DAU untuk membiayai belanja pegawai daerah menyebabkan ketidakefisienan penyelenggaraan pemerintah. DAU menjadi semacam jaminan kepada Pemerintah Daerah untuk membayar

Page 2: hambatan desentralisasi fiskal

gari PNS daerah. Hal ini akan menjadikan pengelolaan SDM (PNS daerah) tidak sesuai dengan kebutuhan riil. Kajian World bank (2007:132), menyatakan jika satu kabupaten/kota mengurangi gaji pegawainya (tanpa adanya pengurangan oleh kabupaten/kota yang lain), maka hal tersebut akan mengurangi alokasi dasar DAU daerah tersebut (untuk tahun berikutnya). Dengan demikian, komponen gaji ini mengurangi insentif daerah untuk melakukan perampingan jumlah pegawainya karena akan mengurangi jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima daerah yang bersangkutan.[2]

Adanya lobi politik terkait besarnya alokasi DAU semakin memperbesar kesenjangan antar daerah. Lobi politik menyebabkan hasil perhitungan DU sesuai dengan formula yang telah ditetapkan menjadi bias. Daerah yang seharusnya mendapatkan porsi DAU lebih besar tidak mendapatkan alokasi sesuai dengan yang seharusnya.

Persebaran Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak merata menyebabkan ketimpangan pendapatan daerah. Merupakan hal yang tidak disangkal lagi jika Indonesia merupakan Negara yang kaya akan SDA. Akan tetapi, kondisi Indonesia secara geografis sangat beraneka ragam. Kekayaan alam daerah tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Daerah yang memiliki SDA bernilai tinggi (pertambangan) akan memiliki pendapatan daerah yang tinggi. Namun sebaliknya, daerah yang memiliki SDA rendah sangat sulit untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Daerah berpendapatan rendah biasanya merupakan daerah yang perekonimiannya didominasi dengan sektor pertanian.

Selain masalah geografis, persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) pada tiap-tiap daerah belum merata. Untuk menjalankan desentralisasi, Pemerintah daerah memerlukan SDM yang mempunyai cukup kapasitas dan kompetensi dalam mengelola keuangan daerah. SDM yang berkualitas dibutuhkan untuk mengatur pengelolaan perencanaan strategi, perencanaan operasional, dan keuangan.

Transparansi, akuntabilitas, dan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan pemerintahan daerah masih rendah. Partisipasi masyarakat dalam mengawasi jalannya pemerintah daerah sangat dibutuhkan untuk menciptakan mekanisme check and balance. Lemahnya mekanisme check and balance menimbulkan potensi terjadinya KKN yang cukup besar sehingga menghambat pertumbuhan daerah.

Lemahnya koordinasi dan harmonisasi perencanaan pembangunan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Harmonisasai

perencanaan pembangunan sangat dibutuhkan supaya antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memiliki rencana dan kebijakan yang sinergis dan tidak saling berlawanan. Selain itu, koordinasi suatu daerah dengan daerah tetangga belum optimal sehingga pembangunan infrastruktur kurang memadai. Pembangunan infrastruktur yang bagus akan meningkatkan investasi antar daerah.

3. KESIMPULAN

Salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah untuk lebih memandirikan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota atau mengurangi kesenjangan fiskal baik kesenjangan fiskal vertikal dan horizontal. Untuk mencapai tujuan tersebut Pemerintah dihadapkan pada beberapa hambatan, antara lain:1. penggunaan DAU yang sebagian besar untuk

belanja Pegawai sehingga mengurangi porsi anggaran untuk pembangunan,

2. adanya lobi politik yang menjadikan fungsi DAU sebagai alat memperkecil kesenjangan menjadi bias,

3. potensi dan kandungan SDA yang berbeda-beda di tiap-tiap daerah,

4. kurangnya pemerataan SDA yang berkualitas untuk mengelola pemerintahan,

5. belum terbangunnya sistem check and balance dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah,

6. lemahnya koordinasi dan harmonisasi perencanaan pembangunan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.

DAFTAR REFERENSI

[1] Siti Herni Rochana. Kesenjangan Ekonomi antar Wilayah pada Era Otonomi Daerah di Indonesia. http://sappk.itb.ac.id/spe/wp-content/uploads/2013/11/otonomi_daerah_-_sayembara.pdf diakses 25 Februari 2014.

[2] Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Desentralisasi fiskal: politik dan perubahan kebijakan 1974-2004. Jakarta: Kencana.

[3] Wordl Bank, 2007, Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru, http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/2262711168333550999/PER-Bahasa.pdf diakses 25 Februari 2014.

[4] Hadi Sasana. Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di

Page 3: hambatan desentralisasi fiskal

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Dalam Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2009, Hal. 50 - 69. Vol. 16, No.1.

[5] Suryanto. Menyoal Desentralisasi Fiskal: Mempertanyakan Akuntabilitas Keuangan Pemerintahan Daerah. http://www.stialan.ac.id/ artikel/artikel%20suryanto.pdf diakses tanggal 25 Februari 2014.

[6] http://www.rmol.co/read/2013/02/27/100179/Dua-Penyebab-Desentralisasi-Gagal-Perkecil-Kesenjangan-Antar-Daerah- diakses tanggal 25 Februari 2014.

[7] http://fajarsodiq.blogspot.com/2013/05/pengaruh-desentralisasi-fiskal-terhadap.html diakses tanggal 25 Februari 2014.

[8] http://indracuin.blogspot.com/2013/04/desentralisasi-hambatan-yang-dihadapi.html diakses tanggal 25 Februari 2014.

[9] http://www.scribd.com/doc/31770230/Permasalahan-dalam-Desentralisasi-Fiskal diakses tanggal 25 Februari 2014.

[10] Rumokoy, P.O. Politik Hukum Desentralisasi Fiskal di Era Otonomi Daerah. Vol.XXI/ No.3/April-Juni/2013. http://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php/jurnalhukumunsrat/article/download/1149/927 diakses tanggal 25 Februari 2014.

[11] Sugeng Hadi Utomo dan Hadi Sumarsono. Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Efisiensi Sektor Publik dan Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur. JESP Vol. 1, No. 2, 2009

[12] Achmad Solihin dan Niken Ajeng Lesatri. Analisis Ketimpangan Fiskal di Indonesia Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah. Majalah Ekonomi Tahun XX, No. 1 April 2010.