ham dan realita yang ada

2
HAM DAN REALITA YANG ADA Sering kita mendengar istilah HAM tapi apakah yang dimaksud dengan HAM?HAM adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan yang berlaku secara universal tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1. HAM tersebut diantaranya hak untuk hidup, hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk hidup bersama seperti orang lain, hak untuk emperoleh pekerjaan dan lain-lain. Jadi pada dasarnya setiap orang harus mendapatkan pengakuan atas HAM yang mereka miliki. Namun bagaimana dengan realita yang ada? Jika dilihat pada realita kehidupan bermasyarakat kita penegakkan HAM masih sangat minim dan perlu adanya peningkatan. Memang jika dibandingkat dimasa-masa sebelum reformasi peningkatan atas pengakuan dan perlindungan HAM sangat berkembang dengan pesat. Intimidasi terhadap kaum minoritas sudah dihapuskan dan juga pengakuan atas hak untuk menyatakan pendapat juga telah diatur didalam UUD 1945 tidak seperti masa-masa sebelumnya dimana intervensi terhadap suara rakyat sangat terlihat. Namun bukan berarti bahwa pengakuan, perlindungan serta penegakkan HAM sudah mencapai titik maksimal. Penodaan terhadap kehormatan HAM masih kerap terjadi dimasyarakat kita. Contohnya saja yang terjadi akhir-akhir ini yaitu aksi pembantaian terhadap para petani di Mesuji, Lampung yang sudah tergolong kedalam pelanggaran HAM berat. Pembantaian dan kekerasan yang terjadi telah melukai kehormatan atas HAM. Terjadinya kasus seperti ini pada kaum petani di indonesia memperlihatkan bahwa selama ini pemerintah lebih mengutamakan perlindungan HAM untuk kaum mayoritas. Karena kaum mayoritas memiliki suara yang lebih besar atau dengan kata lain lebih memiliki pengaruh. Padahal jaminan perlindungan HAM seharusnya diberikan kepada kaum minoritas yang terpinggirkan, kaum minoritas yang selalu ditindas, masyarakat kurang mampu, dan mereka yang merasa hak-haknya dirampas. kasus-kasus Hak Asasi Manusia tidak pernah mengalami penyelesaian, justru terus bertambah. Kurangnya sikap tegas pemeritah dalam menanggapi serta menyelesaikan kasus yang muncul merupakan faktor utama mengapa masih banyak terjadi peanggaran HAM. Pemerintah seolah tidak melihat dan bersikap tidak peduli terhadap apa yang terjadi pada realita yang ada. Apalagi jika fenomena ini terjadi pada rakyat yang kurang mampu. Hal ini juga dipengaruhi oleh pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Kita kembali pada kasus mesuji yang terjadi di

Upload: eli-nira

Post on 08-Aug-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ham Dan Realita Yang Ada

HAM DAN REALITA YANG ADA

Sering kita mendengar istilah HAM tapi apakah yang dimaksud dengan HAM?HAM adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan yang berlaku secara universal tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1. HAM tersebut diantaranya hak untuk hidup, hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk hidup bersama seperti orang lain, hak untuk emperoleh pekerjaan dan lain-lain. Jadi pada dasarnya setiap orang harus mendapatkan pengakuan atas HAM yang mereka miliki. Namun bagaimana dengan realita yang ada? Jika dilihat pada realita kehidupan bermasyarakat kita penegakkan HAM masih sangat minim dan perlu adanya peningkatan. Memang jika dibandingkat dimasa-masa sebelum reformasi peningkatan atas pengakuan dan perlindungan HAM sangat berkembang dengan pesat. Intimidasi terhadap kaum minoritas sudah dihapuskan dan juga pengakuan atas hak untuk menyatakan pendapat juga telah diatur didalam UUD 1945 tidak seperti masa-masa sebelumnya dimana intervensi terhadap suara rakyat sangat terlihat. Namun bukan berarti bahwa pengakuan, perlindungan serta penegakkan HAM sudah mencapai titik maksimal.

Penodaan terhadap kehormatan HAM masih kerap terjadi dimasyarakat kita. Contohnya saja yang terjadi akhir-akhir ini yaitu aksi pembantaian terhadap para petani di Mesuji, Lampung yang sudah tergolong kedalam pelanggaran HAM berat. Pembantaian dan kekerasan yang terjadi telah melukai kehormatan atas HAM. Terjadinya kasus seperti ini pada kaum petani di indonesia memperlihatkan bahwa selama ini pemerintah lebih mengutamakan perlindungan HAM untuk kaum mayoritas. Karena kaum mayoritas memiliki suara yang lebih besar atau dengan kata lain lebih memiliki pengaruh. Padahal jaminan perlindungan HAM seharusnya diberikan kepada kaum minoritas yang terpinggirkan, kaum minoritas yang selalu ditindas, masyarakat kurang mampu, dan mereka yang merasa hak-haknya dirampas. kasus-kasus Hak Asasi Manusia tidak pernah mengalami penyelesaian, justru terus bertambah. Kurangnya sikap tegas pemeritah dalam menanggapi serta menyelesaikan kasus yang muncul merupakan faktor utama mengapa masih banyak terjadi peanggaran HAM. Pemerintah seolah tidak melihat dan bersikap tidak peduli terhadap apa yang terjadi pada realita yang ada. Apalagi jika fenomena ini terjadi pada rakyat yang kurang mampu.

Hal ini juga dipengaruhi oleh pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Kita kembali pada kasus mesuji yang terjadi di lampung. Terjadinya peristiwa tersebut sedikit banyak disebabkan oleh strategi dan kebijakan pembangunan yang lebih besar.Bila pemerintah berpihak pada perusahaan asing namun tidak membela rakyatnya maka akan terjadi ketidakadilan. Jika masalah seperti ini dibiarkan larut maka peristiwa semacam ini akan terulang kembali di lain waktu. Jika hal tersebut terjadi bagaimana mungkin masyarakat indonesia mendapatkan perlindungan atas HAM yang mereka miliki. Bukankah negara bertanggungjawab atas perlindungan terhadap rakyatnya agar rakyat merasa aman.Perlindungan terhadap HAM tidak hanya dibutuhkan oleh orang-orang yang berada di kalangan atas namun semua lapisan masyarakat harus terjamin HAM-nya. Hanya dengan cara itulah rakyat indonesia akan damai dan sejahtera hidup di negaranya sendiri.

Kedepannya saya sangat berharap pemerintah masa reformasi ini lebih proaktif dalam menjamin perlindungan terhadap HAM. Pemerataan pembangunan, perlindungan hak untuk beribadah, minimnya jaminan kesehatan, dan berbagai macam persoalan lainnya merupakan potret masih minimnya jaminan perlindungan HAM di masyarakat. Semoga harapan saya mengenai peningkatan jaminan perlindungan HAM bukan hanya sekedar angan-angan belaka.