halaman sampul tesis yf 28070... · isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara...

16
Universitas Indonesia 43 BAB 3 KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI LISTRIK 3.1 PT. PLN (Persero) Sebagai Penyedia Listrik di Indonesia Dalam bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor apa saja baik yang terdapat dalam PPA maupun faktor lainnya yang bisa mewujudkan keseimbangan hak para pihak. Jika para pihak berada dalam situasi normal dan melalui janji-janji yang mereka ajukan membentuk perjanjian, pihak-pihak tersebut dalam perundingan dapat menetapkan sendiri prestasi masing-masing pihak. Tentunya perbuatan hukum demikian jangan berbentuk perbuatan hukum yang melawan undang-undang, kesusilaan yang baik, atau ketertiban umum. Para pihak sepenuhnya bebas mencari keuntungan sendiri, asalkan tidak memunculkan situasi yang tidak dapat ditenggang oleh para pihak. Kedudukan yang setara mengakibatkan para pihak berada dalam situasi yang kurang lebih seimbang. Bila keadaannya seimbang, tidak ada seorang pun akan merasa dirugikan. Namun demikian, tentu bisa terjadi situasi abnormal dan muncul ketidakseimbangan. Hal ini dapat terjadi bila salah satu pihak yang lebih kuat mengambil keuntungan dari situasi yang lebih menguntungkannya. Akan tetapi, situasi ini akan dapat diterima sepanjang tidak menimbulkan keadaan dengan klausul yang tidak wajar hanya menguntungkan salah satu pihak, yang oleh pihak lawan, karena Kedudukan yang rendah, terpaksa diterima. Situasi demikian merupakan konsekuensi kebebasan yang dapat memuaskan semua pihak sepanjang pihak lawan tidak mengabaikan hak-hak dan peluang-peluangnya sendiri. Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) disusun oleh PLN sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) yang mempunyai konsekuensi berupa penetapan target pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Hal tersebut merupakan perintah dari Undang-Undang Ketenagalistrikan Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

43

BAB 3

KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI LISTRIK

3.1 PT. PLN (Persero) Sebagai Penyedia Listrik di Indonesia

Dalam bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor apa saja baik yang terdapat

dalam PPA maupun faktor lainnya yang bisa mewujudkan keseimbangan hak para pihak.

Jika para pihak berada dalam situasi normal dan melalui janji-janji yang mereka

ajukan membentuk perjanjian, pihak-pihak tersebut dalam perundingan dapat

menetapkan sendiri prestasi masing-masing pihak. Tentunya perbuatan hukum demikian

jangan berbentuk perbuatan hukum yang melawan undang-undang, kesusilaan yang baik,

atau ketertiban umum. Para pihak sepenuhnya bebas mencari keuntungan sendiri, asalkan

tidak memunculkan situasi yang tidak dapat ditenggang oleh para pihak. Kedudukan yang

setara mengakibatkan para pihak berada dalam situasi yang kurang lebih seimbang. Bila

keadaannya seimbang, tidak ada seorang pun akan merasa dirugikan. Namun demikian,

tentu bisa terjadi situasi abnormal dan muncul ketidakseimbangan. Hal ini dapat terjadi

bila salah satu pihak yang lebih kuat mengambil keuntungan dari situasi yang lebih

menguntungkannya. Akan tetapi, situasi ini akan dapat diterima sepanjang tidak

menimbulkan keadaan dengan klausul yang tidak wajar hanya menguntungkan salah satu

pihak, yang oleh pihak lawan, karena Kedudukan yang rendah, terpaksa diterima. Situasi

demikian merupakan konsekuensi kebebasan yang dapat memuaskan semua pihak

sepanjang pihak lawan tidak mengabaikan hak-hak dan peluang-peluangnya sendiri.

Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) disusun oleh PLN sebagai

Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) yang mempunyai konsekuensi berupa

penetapan target pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Hal tersebut

merupakan perintah dari Undang-Undang Ketenagalistrikan

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 2: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

44

kepada PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkewajiban untuk

menyediakan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia,. Disusunnya RUPTL bertujuan

untuk memberikan gambaran mengenai rencana usaha penyediaan tenaga listrik oleh

PLN di seluruh Indonesia untuk kurun waktu sepuluh tahun ke depan yang dapat

menjadi acuan dalam menetapkan strategi dan kebijakan jangka panjang serta sebagai

pedoman dalam penyusun program kerja tahunan. Sesuai dengan perkembangannya

RUPTL akan dimutakhirkan secara berkala agar informasi perencanaan lebih up to

date, sehingga dapat dihindarkan pengembangan sarana kelistrikan di luar rencana

yang dapat mempengaruhi efisiensi perusahaan. RUPTL mengindikasikan proyek-

proyek pengembangan sistem yang akan dilakukan oleh PLN, dan proyek-proyek

pembangkit swasta/IPP1.

Dari RUPTL, kemudian PLN otomatis wajib melaksanakan hal-hal sebagai

berikut 2:

1. Masuk dalam daftar RUPTL baik untuk proyek PLN maupun

Swasta/Independent Power Producers (IPP).

2. PLN akan mengundang swasta melalui tender. (Pemerintah menerbitkan

Keputusan Presiden No. 37 tahun 1992 tentang Usaha Penyediaan Listrik

Oleh Swasta karena pertumbuhan kebutuhan listrik nasional yang tinggi tidak

bisa diimbangi oleh kemampuan anggaran PT. PLN untuk membangun

pembangkit baru).

3. Pembelian tenaga listrik dapat dilakukan melalui penunjukan langsung dalam

hal (Pasal 11 ayat (6) Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2005):

1 Ir. Bambang Priyambodo, MM, “Aspek Bisnis dan Teknis Proyek Pembangkit Listrik,” (makalah disampaikan pada 2 days Power Plant Workshop tentang Power Plant Financing from Finance, Legal & Commercial Analysis, Jakarta 27-28 Juli 2010), hlm. 20. 2 Ibid, hlm, 26.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 3: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

45

a. Pembelian tenaga listrik dari pembangkit yang menggunakan enerji

terbarukan, gas marjinal, batubara mulut tambang & enerji setempat

lainnya.

b. Pembelian kelebihan tenaga listrik atau sistem setempat dalam kondisi

krisis.

4. Menetapkan jenis pembangkit listrik sesuai dengan RUPTL.

5. Memilih lokasi pembangkit berdasarkan kriteria:

a. Dekat dengan sumber bahan bakar/enerji primer (batubara, gas).

b. Dekat dengan sumber air pendingin.

c. Dekat dengan Transmisi atau Gardu Induk PLN.

d. Access Road tersedia untuk transportasi peralatan untuk pembangunan

proyek dan untuk transportasi batubara.

e. Memenuhi AMDAL.

6. Memilih peralatan dan teknologi pembangkit listrik yang sudah terbukti

berkualitas.

7. Memenuhi kriteria investasi dan rate of return dari pemilik proyek maupun

pihak perbankan.

8. Memilih Manajemen Proyek yang sudah berpengalaman di pembangunan

pembangkit listrik.

9. Memilih Konsultan yang sudah berpengalaman (Feasibility Study, Bid Doc,

Engineering Design Review dan Construction Supervision).

10. Memilih Engineering Procurement Construction (EPC) Contractor yang

sudah berpengalaman.

11. Pengendalian Proyek (Lingkup Pekerjaan, Organisasi, Mutu dan Biaya,

Jadwal Proyek).

Hal-hal di atas merupakan kewajiban PLN secara umum dan timbul sebelum

ditandatanganinya PPA maupun setelah PPA ditandatangani.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 4: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

46

Produsen listrik swasta (penjual) akan menanggung biaya proyek pembangkit

tenaga listrik sebagai berikut 3:

1. Biaya Engineering Procurement Construction (EPC), pada proyek

pembangkit listrik biaya EPC dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:

a. Main Equipment (Boiler & Turbine Auxiliaries).

b. Balance of Plant Equipment

c. Electrical Equipment

d. Civil Work

e. Engineering Design

f. Erection and Commissioning

g. Special maintenance tool and testing equipment

h. Consumables during warrant period

i. Mandatory Spare parts

j. Training of Owner’s personnel

k. Transportation

l. CAR/EAR Insurance

2. Biaya Pengembangan (Development Cost), pada proyek pembangkit listrik

biaya pengembangan dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:

a. Company Pre Operational Cost

b. Biaya pembebasan tanah

c. Biaya perijinan

d. Biaya konsultan yang terdiri dari:

i. Konsultan Pembuatan Feasibility Study

ii. Konsultan Pembuatan Bid Document

iii. Konsultan Amdal / UKL & UPL

iv. Konsultan untuk penyiapan kontrak EPC

v. Konsultan untuk Engineering Design Review

3 Ibid, hlm, 42.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 5: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

47

vi. Konsultan untuk Construction Supervision

vii. Konsultan untuk Legal Aspect dan Pajak

3. Financing cost, terdiri dari:

a. Interest during construction.

b. Project financing cost:

i. Arranger fee

ii. Provision fee

iii. Participation fee

iv. Legal fee

v. Interest payment

4. Working Capital, terdiri dari:

a. Fuel cost dan consumables selama commissioning.

b. Opex selama menunggu pembayaran dari PLN.

Hal-hal di atas merupakan kewajiban IPP pada saat akan menjadi peserta

tender dan setelah menjadi pihak Penjual dalam PPA. Komponen-komponen biaya

tersebut merupakan salah satu penjelasan terperinci dari kewajiban-kewajiban Penjual

dalam PPA yaitu resiko financial.

3.2. Kewajiban dan Resiko Investor Dalam Pembangunan Pembangkit Tenaga

Listrik

Selain kewajiban yang harus ditanggung oleh PLN sebagai pembeli dan

produsen listrik swasta sebagai penjual, maka ada pula kewajiban dan resiko yang

harus diperhatikan oleh investor sebagai pihak yang –walau secara tidak langsung

merupakan pihak dalam perjanjian- melakukan investasi berupa pembiayaan

pembangunan proyek pembangkit listrik tergantung pula pada modal investor. Resiko

yang akan dihadapi oleh investor juga merupakan ketentuan yang harus diperhatikan

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 6: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

48

karena berpengaruh pada kedudukan PLN dan penjual sekaligus. Jika penjual

memiliki investor yang padat modal, maka posisi penjual dalam perjanjian menjadi

kuat karena PLN percaya bahwa penjual mampu berkomitmen untuk waktu yang

cukup lama.

Investasi pada proyek pembangkit listrik merupakan investasi padat modal

dan teknologi oleh karena itu investor harus memiliki modal yang kuat serta

pengetahuan teknis yang baik pada perencanaan, pembangunan dan pengoperasian

pembangkit listrik 4.

Mengingat project life pembangkit listrik sangat panjang maka bisnis

investasi di proyek pembangkit listrik sustainable sehingga rate of return tidak besar.

Berikut ini project life untuk masing-masing jenis pembangkit:

1. PLTU / CFSPP : 30 tahun

2. PLTG / OCGTPP : 15 tahun

3. PLTGU / CCPP : 25 tahun

4. PLTA / HEPP : lebih dari 40 tahun

5. PLTD / DPP : 15 tahun

6. PLTP / GPP : lebih dari 30 tahun

3.3. Ketentuan Yang Mempengaruhi Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian

Berikut ini adalah ketentuan-ketentuan yang mempengaruhi kedudukan para

pihak dalam sebuah perjanjian, yaitu:

4 Ir. Bambang Priyambodo, MM, “Analisa Investasi Proyek Pembangkit Listrik,” (makalah disampaikan pada 2 days Power Plant Workshop tentang Power Plant Financing from Finance, Legal & Commercial Analysis, Jakarta 27-28 Juli 2010), hlm. 3.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 7: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

49

3.3.1. Perbuatan para pihak 5

Perbuatan yang mengejawantahkan diri sebagai kehendak yang telah

dinyatakan dalam bentuk penawaran-penawaran merujuk pada perbuatan individu

yang setiap kali dapat dikenali karena cara pengungkapan yang sama, yakni, baik

secara lisan, tertulis, maupun diungkapkan dalam pertanda lainnya. Perilaku

individual di dalam khazanah ilmu hukum didefinisikan sebagai perbuatan yang

ditujukan pada suatu akibat hukum. Agar suatu perbuatan dapat memunculkan akibat

hukum maka perbuatan hukum dimunculkan dalam dua kategori perbuatan, yakni

pernyataan kehendak dan kewenangan bertindak. Di samping itu, dengan perbuatan

hukum dimaksudkan adalah pernyataan kehendak dari orang (-orang) yang berbuat

atau bertindak yang ditujukan untuk menciptakan, mengubah atau membatalkan, dan

mengakhiri suatu hubungan hukum tertentu.

Suatu perbuatan hukum tidak boleh besumber dari ketidaksempurnaan

keadaan jiwa seseorang. Keadaan tidak seimbang dapat terjadi sebagai akibat dari

perbuatan hukum yang dengan cara terduga dapat menghalangi pengambilan

keputusan atau pertimbangan secara matang. Yang dimaksud di sini adalah keadaan

yang berlangsung lama, seperti ketidakcakapan bertindak (handelings-

onbekwaamheid). Juga, tercakup ke dalam itu ialah perbuatan (-perbuatan) sebagai

akibat dari cacatnya kehendak pelaku, misalnya karena ancaman (bedreiging),

penipuan (bedrog), atau penyalahgunaan keadaan (misbruik van omstandigheden).

Penyalahgunaan keadaan dikatakan ada bila seseorang yang mengetahui atau

seharusnya mengerti bahwa orang lain karena keadaan atau kondisi khusus, misalnya,

keadaan kejiwaan (kondisi kejiwaan yang menyebabkan seseorang tidak mampu

untuk mengambil keputusan yang telah dipertimbangkan dengan matang), atau dalam

5 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia-Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung 2006, hlm. 335.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 8: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

50

hal ada ketergantungan psikis atau praktikal lainnya 6, kurang pengalaman atau

karena keadaan terpaksa (noodtoestand), ternyata telah tergerak untuk melakukan

atau mendorong (atau melanjutkan) suatu perbuatan hukum tertentu 7. Terhadap

aspek ini dapat ditambahkan satu faktor lainnya, yakni berkenaan dengan

pembebanan atau resiko yang berada bukan pada pihak pengambil keputusan,

melainkan pada pihak lainnya. Perbuatan itu haruslah sedemikian rupa sehingga oleh

kontrak yang bersangkutan dimunculkan kekeliruan perihal suatu keadaan tertentu

(wantoestand) yang pada gilirannya dapat mengakibatkan situasi dan kondisi tidak

seimbang. Ilustrasi dari itu misalnya muncul dalam hal salah satu pihak, sebagai

akibat pernyataan kehendak yang mengandung cacat, menjadi diuntungkan,

sebaliknya pihak lawan justru dirugikan. Dalam situasi konkret, bisa saja dilakukan

penafsiran analogikal terhadap norma-norma yang sudah ada berkenaan dengan

ketiadaan atau cacatnya kehendak. Dapat disebutkan di sini dari keadaan-keadaan

khusus (bijzondere omstandigheden) yang membuat orang tergerak untuk melakukan

suatu perbuatan hukum, misalnya kedudukan yang lebih kuat atau penguasaan pasar

secara monopolistik atau kurangnya pengalaman atau sangat bergantung pada orang

lain karena mengalami depresi berat. Jika suatu keadaan atau situasi tidak seimbang

6 Ketergantungan praktikal: pihak yang lebih kuat juga berbagi resiko bahaya, sedangkan dalam keadaan terpaksa/darurat (noodtoestand), pihak penolong harus melakukan suatu tindakan melepaskan seseorang dari ancaman bahaya, keadaan yang berada di luar kemampuannya dan sepenuhnya berada di luar dirinya sendiri., dikutip dari Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia-Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung 2006, hlm. 336. 7 Berkenaan dengan penyalahgunaan keadaan (misbruik van omstandigheden), Cahen berpendapat bahwa ada bentuk-bentuk penyalahgunaan (misbruik) yang tidak perlu ditelaah lebih lanjut, tetapi hanya memunculkan persoalan bagaimana merumuskannya lebih lanjut. Pertanyaannya ialah bagaimana merumuskannya sedemikian sehingga perkaitan tersebut dapat dimunculkan. Dari perbedaan yang ada harus ditelusuri terlebih dahulu apakah pemahaman lebih baik tentang hal itu tidak akan sekaligus memuat indikasi perihal persoalan tolok ukur. Hal ini merupakan suatu bentuk pengakuan pada penyalahgunaan keadaan sebagai pengertian yang berdiri sendiri yang walaupun di dalam BW baru diberikan secara formal, de facto sudah lama ada. Sejumlah hal menarik disebut yang secara umum dipandang merupakan tanggung jawab masing-masing pihak. Cahen menelaah apakah sejumlah hal (persoalan) yang disinggung oleh ketentuan Pasal 3:44 (4) BW dapat dipahami sebagai kemungkinan indikasi adanya cacat dalam kehendak. Sikap acuh tak acuh (lichtzinnigheid), kurangnya pengalaman, dan keadaan kejiwaan abnormal kiranya merupakan “pecahan” dari penipuan (bedrog), ketergantungan, keadaan, atau ancaman bahaya yang dapat dianggap sebagai paksaan (dwang dikutip dari Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia-Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung 2006, hlm. 336.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 9: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

51

telah dikonstatasi, semua teori berkenaan dengan cacatnya kehendak dapat diterapkan

terhadap kasus-kasus lain yang kurang lebih menunjukkan kemiripan dengannya.

3.3.2. Isi dari kontrak 8

Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun

diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

dengan aturan-aturan yang dikategorikan sebagai hukum yang bersifat memaksa. Hal

ini pertama-tama berkaitan dengan asas kebebasan berkontrak, yakni bahwa pada

prinsipnya setiap orang bebas untuk menentukan sendiri isi suatu kontrak. Isi kontrak

berkenaan dengan apa yang telah dinyatakan para pihak, ataupun maksud dan tujuan

yang menjadi sasaran pencapaian kontrak sebagaimana betul dikehendaki para pihak

melalui perbuatan hukum tersebut. Sekalipun kebebasan untuk menentukan sendiri isi

kontrak tidak dicantumkan secara tegas di dalam undang-undang, cakupan asas

tersebut dibatasi oleh undang-undang, kesusilaan yang baik, atau ketertiban umum,

bisa jadi absah, batal demi hukum, atau kadang dapat dibatalkan. Suatu perjanjian

dengan isi seperti itu, yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, atau

ketertiban umum, mengakibatkan keadaan tidak seimbang. Perjanjian tersebut

berdasarkan asas keseimbangan menyebabkan keabsahan perjanjian menjadi

terganggu.

3.3.3. Pelaksanaan kontrak 9

Sudah selayaknya suatu kontrak harus dipenuhi oleh kedua belah pihak

dengan itikad baik. Faktor-faktor pelengkap lainnya – yang menjadi dasar bila pihak-

pihak terkait tidak melengkapinya sendiri – adalah ketentuan-ketentuan dari aturan

pelengkap (aanvullend recht), yaitu kepatutan dan kelayakan. Penting bahwa itikad

baik (goeder trouw) diprioritaskan, bahwa juga dalam hal perjanjian dengan aturan-

8 Ibid, hlm. 337. 9 Ibid,hlm. 338.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 10: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

52

aturan memaksa (dwingend recht). Selain itu, juga harus turut diperhitungkan

perubahan keadaan yang berpengaruh terhadap pemenuhan prestasi yang

diperjanjikan.

Setelah perjanjian ditutup, namun sebelum penuntasan pelaksanaan perjanjian,

bisa saja muncul suatu keadaan khusus (bijzondere omstandigheden), baik untuk

sebagian maupun seluruhnya tidak terduga sebelumnya, satu kejadian yang

menyimpang dari kejadian normal. Keadaan khusus tersebut dapat memunculkan

kondisi tidak seimbang berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian dan sekaligus

menjadi syarat berkenaan dengan pengujian keabsahan perjanjian. Secara umum

keadaan demikian dapat dirujuk sebagai “situasi yang berkaitan dengan pelaksanaan

perjanjian (uitvoeringsomstandigheden)”. Bila situasi yang meliputi pelaksanaan

perjanjian berdasarkan mana perjanjian telah ditutup ternyata mengalami perubahan

mendasar, pertanyaannya ialah apakah hubungan hukum yang tercipta atas dasar

perjanjian tersebut harus dipertahankan keberadaannya seperti semula? Setidak-

tidaknya di Belanda, untuk kejadian-kejadian seperti ini, “keadaan tidak terduga

(onvoorziene omstandigheden)” diberi pengaturan dalam ketentuan Pasal 6: 258 BW.

Suatu keadaan, misalnya, dapat dikualifikasikan sebagai tidak dapat diperhitungkan

atau diduga sebelumnya sehingga di luar apa yang disepakati salah satu pihak

mendapat keuntungan dengan kerugian pada pihak lainnya atau maksud dan tujuan

yang hendak dicapai karena munculnya keadaan tidak terduga demikian tidak lagi

mungkin terjangkau. Situasi yang meliputi pelaksanaan perjanjian mungkin

merupakan kejadian-kejadian dalam skala nasional atau internasional (perang, krisis

ekonomi), namun juga dapat berbentuk kejadian-kejadian yang sifatnya insidental.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 11: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

53

3.4. Ketentuan Dalam Perjanjian Jual Beli Listrik Agar Para Pihak Mempunyai

Kedudukan Sama Kuat

Kemudian ketentuan-ketentuan lainnya yang juga harus diperhatikan oleh

para pihak PPA agar kedudukan para pihak sama kuat adalah pasal-pasal dalam PPA

itu sendiri, sebagai berikut:

Pasal The Project (Proyek) 10 mengatur maksud dan tujuan PPA antara PLN

dengan Penjual. Maksud dan tujuan PPA adalah guna memenuhi kebutuhan tenaga

listrik di pulau atau propinsi tertentu di Indonesia, PLN bermaksud membeli tenaga

listrik dari Penjual. Kemudian, Penjual berkeinginan untuk menyediakan PLN

pasokan tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit tenaga listrik milik Penjual

(produsen listrik swasta) yang terdiri dari dua unit (biasanya 2 unit untuk setiap

pembangkit) yang masing-masing unit memiliki desain kapasitas dalam satuan ukur

MegaWatt yang terletak di suatu daerah di propinsi di Indonesia, yang akan didesain,

dibangun dan dikonstruksi menurut kontrak Engineering, Procurement and

Construction yang telah ditandangani dan dilaksanakan antara Penjual dan

Kontraktor. Berdasarkan kompetensi masing-masing, para pihak sepakat untuk

membuat PPA berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagaimana

disebutkan dalam Perjanjian ini. PLN dan Penjual bermaksud untuk menuangkan

hak-hak dan kewajiban masing-masing Pihak. Jangka waktu PPA adalah tiga puluh

(30) tahun sejak Tanggal Operasi Komersial. Jangka waktu perjanjian dapat berakhir

lebih awal dan dapat pula diperpanjang sesuai kesepakatan para pihak. Pasal ini

merupakan gambaran umum dari maksud keseluruhan PPA yang diringkas dalam

satu pasal.

Pasal Definitions (Definisi) mengatur istilah dan batasan yang digunakan

dalam PPA sehingga tidak ada penafsiran yang berbeda atas suatu pengertian atau

atas suatu hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pasal definisi ini juga akan

10 PPA Executed Copy, hlm. 12.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 12: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

54

memudahkan kerja expert (ahli independent) saat memberikan pendapat sesuai

bidang keahliannya dan arbiter saat memutuskan suatu sengketa antara para pihak

karena tidak ada peluang untuk menafsirkan suatu istilah selain daripada yang telah

didefinisikan dalam Pasal Definitions (Definisi) ini.

Sebagaimana dikatakan oleh Prof. DR. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya

“Azas-azas Hukum Perjanjian” bahwa dalam ilmu pengetahuan hukum soal istilah

adalah sangat penting11. Pasal ini meskipun nampak sederhana namun memiliki peran

yang sangat penting karena menjadi acuan atas suatu istilah atau memberikan

petunjuk kepada pembaca dalam pasal mana suatu pengertian dapat ditemukan.

Definisi juga berfungsi sebagai petunjuk terhadap pelaksanaan PPA apakah sudah

seimbang atau belum.

Pasal Conditions Precedent (Syarat Tangguh) merupakan pasal berikutnya

yang harus diperhatikan karena mempengaruhi kedudukan para pihak dalam PPA.

Dalam pasal ini, Penjual harus menanggung resiko pembiayaan yaitu modal dari

investor harus mencukupi modal minimum yang disyaratkan kreditur pada saat

Penjual akan mengajukan permohonan pinjaman kepadanya, juga harus memastikan

bahwa Penjual mempunyai jaminan yang memenuhi syarat untuk diserahkan kepada

Bank pemberi pinjaman dan resiko konstruksi di mana pada saat konstruksi, Penjual

harus mengeluarkan biaya sangat besar sedangkan pada saat itu belum ada uang yang

bisa diterima karena belum terjadi jual beli listrik. Setelah PPA ditandatangani, maka

masuk ke periode Conditions Precedent (Syarat Tangguh) di mana Penjual wajib

menyerahkan Bank Garansi Stage I kepada PLN untuk menjamin bahwa Penjual akan

melakukan prestasinya sesuai isi PPA. Jika semua kewajiban bisa dipenuhi sesuai

yang ditentukan dalam PPA, PLN akan mengembalikan Bank Garansi Stage I kepada

Penjual.

11 Prof. DR. Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Cetakan keduabelas, Penerbit Sumur, Bandung, 1993, hlm. 7.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 13: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

55

Pasal Implementation of the Project (Pelaksanaan Proyek) merupakan

pelaksanaan isi Perjanjian yaitu Penjual listrik swasta memberitahukan itikadnya

untuk melakukan pembangunan konstruksi pembangkit listrik tenaga batubara di

suatu area yang telah ditentukan dan telah memperoleh ijin untuk melakukan

konstruksi tersebut. Pada tahap konstruksi, Seller wajib menyerahkan Bank Garansi

Stase II sebagai jaminan terpenuhinya prestasi pada tahap ini. PLN memiliki

tanggung jawab untuk membantu Penjual dalam melakukan kewajiban-kewajibannya

seperti membantu mengurus ijin-ijin kepada instansi pemerintah yang mensyaratkan

harus ada rekomendasi dari PLN.

Pasal Construction of the Project (Konstruksi Proyek) merupakan pasal yang

mengatur bahwa Penjual bertanggung jawab terhadap engineer, design and construct

Proyek pembangkit. Pasal ini menjelaskan kewajiban Penjual pada tahap konstruksi.

Pasal Start-Up and Commissioning (Start-Up dan Komisioning) merupakan

pasal yang mengatur hak PLN yang sewaktu-waktu dapat menginstruksikan kepada

Penjual untuk melakukan start-up terhadap Pembangkit untuk mengetahui apakah

Pembangkit sudah bisa beroperasi dan menghantarkan listrik sesuai jadwal yang telah

diatur dalam PPA.

Pasal Operation and Maintenance of the Plant (Operasi dan Pemeliharaan

Pembangkit). Penjual sebagai pemilik pembangkit tenaga listrik bertanggung jawab

terhadap kelancaran berlangsungnya operasi pembangkit dalam menghasilkan listrik

dengan tujuan agar bisa terus mengirimkan listrik kepada PLN seperti menjamin

pasokan batubara dan keamanan di Lokasi dan Pembangkit. Penjual dapat melakukan

perjanjian operasi dan pemeliharaan dengan operator atas persetujuan PLN.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 14: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

56

Pasal Sale and Purchase of Energy (Jual Beli Tenaga Listrik) 12 merupakan

tahap di mana jual beli listrik sudah dimulai. Jika pasal-pasal sebelumnya mengatur

mengenai hak dan kewajiban para pihak pada tahap pra-sale and purchase of energy

maka dalam pasal ini diatur mengenai kewajiban PLN untuk membayar listrik yang

telah dihantarkan oleh Penjual termasuk mengatur mengenai pengaturan beban listrik

sesuai pemberitahuan dari PLN kepada Penjual.

Pasal Billing and Payment (Penagihan dan Pembayaran) 13 merupakan pasal

yang berhubungan dengan cara apa dan dengan jumlah berapa PLN sebagai pembeli

harus membayar listrik yang dibelinya. Termasuk mengatur denda keterlambatan

pembayaran listrik.

Pasal Metering (Pengukuran) 14 merupakan pasal yang mengatur mengenai

besar jumlah listrik yang dikirim oleh Penjual kepada PLN, metering merupakan

dasar bagi Penjual untuk menagih dan PLN untuk membayar listrik yang telah

dikirimkan.

Pasal Covenants (Kesepakatan-Kesepakatan) merupakan pasal yang mengatur

mengenai kewajiban Penjual untuk tidak mengadakan PPA dengan pihak ketiga,

Penjual wajib mengadakan koordinasi dan komunikasi dengan PLN mengenai segala

modifikasi, amandemen, perubahan dan sebagainya dalam perjanjian-perjanjian

dengan pihak Kontraktor/sub-kontraktor.

Pasal Insurance (Asuransi) merupakan pasal yang mengatur kewajiban

penjual untuk mengasuransikan Proyek termasuk mengikutsertakan PLN dan

pegawai-pegawainya sebagai pihak tertanggung tambahan pada polis-polis asuransi

tersebut.

12 Ibid, hlm. 25. 13 Ibid, hlm. 38. 14 Ibid, hlm. 39.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 15: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

57

Pasal Indemnification and Liabililty (Ganti Kerugian dan Tanggung Jawab)

merupakan pasal yang mengatur kewajiban penjual untuk bertanggung jawab selama

masa PPA untuk melindungi PLN dari gugatan pihak ketiga sehubungan dengan

pekerjaan konstruksi atau hasil desain yang dibuat Penjual jika terjadi kehilangan,

kerugian, kematian, luka-luka yang diderita oleh pihak ketiga (dalam hal ini adalah

masyarakat).

Pasal Force Majeure (Kejadian Force Majeure) adalah pasal yang mengatur

mengenai keadaan memaksa yang membuat para pihak tidak dapat melakukan

kewajibannya dengan baik, padahal segala cara pencegahan dan upaya lainnya telah

dilakukan agar para pihak dapat melaksanakan kewajibannya, kejadian tersebut di

luar kendali para pihak.

Pasal PLN Project Purchase Option (Opsi PLN Untuk Membeli Proyek)

adalah pasal yang mengatur hak PLN untuk membeli Proyek setiap saat, maksudnya

adalah PLN dapat mengeksekusi haknya tersebut kapan saja dan Penjual tidak dapat

menolak keinginan PLN tersebut.

3.5. Hal-Hal Lain Yang Turut Mempengaruhi Kedudukan Para Pihak

Hal lain yang mempengaruhi kedudukan para pihak adalah bentuk

pembiayaan atas proyek yang lazim disebut project financing, dimana bentuk

pembiayaan ini mensyaratkan adanya pasal-pasal dalam PPA yang lebih

memudahkan (dan bahkan menguntungkan pihak Penjual qq. Kreditur) dalam hal

terjadinya wan prestasi oleh PLN/Pembeli sehingga proses pemutusan (Termination)

PPA dan penuntutan ganti rugi menjadi lebih mudah dari sudut pandang kreditur.

Pasal yang biasanya disyaratkan oleh Kreditur pada PPA adalah pasal Penyelesain

Perselisihan (Settlement of Dispute) yang menetapkan forum penyelesaian diserahkan

kepada forum/badan arbitrase ad hoc (UNCITRAL Arbitration Rules) maupun

permanen (International Chamber of Commerce Arbitration Rules). Adanya

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.

Page 16: Halaman Sampul Tesis YF 28070... · Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang bersangkutan bertentangan

Universitas Indonesia

58

pemilihan BANI sebagai forum penyelesaian perselisihan dalam draft PPA yang

disiapkan oleh PLN dipandang oleh pihak Penjual dan Kreditur sebagai non-bankable

atau PPA tersebut tidak layak untuk diberikan pembiayaan karena penyelesaian

perselisihan di BANI dianggap oleh Penjual dan Kreditur tidak akan menghadirkan

proses yang impartial sehingga berpotensi merugikan Penjual dan Kreditur.

Demikian juga dengan sub-pasal 15.3 Consequences of Termination yang

mewajibkan PLN membeli proyek (baik dalam tahap konstruksi maupun operasional)

apabila PLN gagal melakukan kewajibannya yang masuk dalam kategori PLN’s Non-

Remedial Events, merupakan pasal yang disyaratkan oleh Kreditur. Tanpa pasal ini,

tidak akan ada Kreditur yang mau membiayai pembangunan proyek pembangkit

listrik karena bila PLN wan prestasi, tidak ada jaminan uang yang mereka pinjamkan

untuk membiayai pembangunan proyek akan dapat kembali.

Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.