halaman judul reformulasi etika...
TRANSCRIPT
FORMULASI ETIKA PERANG
DALAM ISLAM
(Study Perang Yang Dilakukan Oleh Nabi Muhammad SAW)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Aqidah Dan Filsafat (AF)
Oleh
F U A D H A S A N
( 4 1 0 1 1 0 6)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2007
v
ABSTRAKSI
Fuad Hasan (NIM: 4101106). Penulisan tentang REFORMULASI ETIKA PERANG (Studi Perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW), menjadi tema besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh dan besar moral yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad dalam situasi perang dan memimpin sebuah negara
Dengan memakai metode penelitian historis sebagai bahan cross-check utama,
tentunya setelah melakukan kajian literatur (library-research) terlebih dahulu. Sehingga data-data yang telah terkumpul dalam literature, kemudian penulis mengolahnya dengan melewati tiga tahapan, yaitu deskripsi, interpretasi, dan analisis kritis demi menjaga validitas dan faktualitas apa yang dihasilkan dari kegiatan penelitian ini dalam perspektif akademis.
Melalui ragam-proses tersebutlah, penulis mencoba menyimpulkan (meski
sebenarnya bukan “final-result”) demi menjawab pokok masalah dalam skripsi ini, yang terdiri dari bagaimanakah etika perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW? aspek apa yang menjadi muatan dari prinsip etika peang tersebut? Dari kedua rumusan masalah tersebut, penulis dapat mengemukakan garis besar kesimpulan sebagai berikut, secara umum bahawa etika perang yang dimainkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah perang yang didasari dengan tiga alasan yang sangat urgen dalam HAM, pertama, perang dilaksanakan karena membela aqidah dan moral umat, kedua, demi membela harga diri, nagara harta benda, dan kepemilikan lainnya, ketiga, memberi pelajaran terhadap penghianat dan penentang Islam. Dari ketiga alasan itulah kita diperbolehkan untuk berperang, setelah perang dilakukan masih ada kode etik yang harus ditaati diantraranya adalah kita dilarang membunuh para wanita dan anak-anak, dan para pendeta, kita dilarang memerangi orang yang tidak terlibat dalam peperangan, tidak membakar rumah-rumah penduduk, dan pohon.
Adapun perang yang tidak dilandasi alasan-alasan yang telah saya sebutkan di
atas bukanlah dinamakan perang akan tetapi kejahatan yang berperan disana, hanya pemuasan nafsu dan keinginan untuk membunuh.
Disinilah peran tulisan yamg kami buat ini yang gunanya untuk meluruskan kembali mereka yang salah paham terhadap jihad, dan mereka yang sengaja maupun tidak melakukan tindakan kejahatan yang hanya memuaskan nafsu ingin menguasiai orang lain sehingga mereka rela mengorbankan nyawa seseorangh. Tujuan tulisan ini adalah mencoba menjaga perdamaian di dunia ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu hal yang harus diakui betapapun pahitnya bahwa perang sepanjang
kehidupan manuasia akan selalu terjadi silih berganti corak dan ragamnya. Ibnu
Khaldun menyatakan bahwa perang memang telah menjadi tabiat dalam sejarah
kehidupan manusia di dunia, dan merupakan Sunatullah yang telah ada sejak
diciptakan sejarah manusia pertama dan turun temurun dari generasi kegenerasi
berikutnya sepanjang zaman. Mickel Raner pernah mengatakan: jika anda
menginginkan perdamaian, bersiap-siaplah untuk berperang.1
Menurut perkiraan antara tahun 1945 sampai 1989 terdapat 138 perang
yang mengakibatkan 23 juta orang meningal, dan perang Vietnam, yang
membunuh dua juta penduduk, adalah pertikaian-pertikaian yang mematikan.
Mickel Ranner mengatakan, bahwa frekwensi dan instensitas perang semakin
meningkat dengan mantap sejak masa Romawi dan seterusnya, dan pengaruh
yang merusak pun telah meningkat. Tiga perempat korban perang yang tewas
sejak zaman Julius Caesar justru terjadi pada abad 20 ini. Jumlah kematian akibat
perang telah membengkak mulai dengan kurang dari 1 juta jiwa dalam abad
keempat belas sampai sekitar 110 juta jiwa sampai sejauh abad ini jauh lebih
cepat dari laju pertambahan penduduk.
Jadi perang dan berbagi konflik lainnya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia di bumi ini. Dalam hal ini al-Qur’an telah
menegaskan dalam surat al-Baqarah; (2): (30):
1 Deby Nasution, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa Rasulullah
SAW, Yogyakarta: Tiara Wacana, IKAPI, 2003), hlm. 1
2
øŒ Î) uρ tΑ$s% š•/ u‘ Ïπ s3 Í× ¯≈ n=yϑù=Ï9 ’ ÎoΤ Î) ×≅ Ïã% y` ’ Îû ÇÚ ö‘ F{ $# Zπ x‹ Î=yz ( (# þθä9$s% ã≅ yèøg rB r& $pκ Ïù ⎯ tΒ ß‰Å¡ø ãƒ
$pκ Ïù à7 Ï ó¡o„ uρ u™!$tΒÏe$! $# ß⎯ øt wΥuρ ßxÎm7 |¡çΡ x8 ωôϑpt ¿2 ⨠Ïd‰s) çΡuρ y7 s9 ( tΑ$s% þ’ ÎoΤÎ) ãΝ n=ôã r& $tΒ Ÿω tβθßϑn=÷ès?
Mereka (Malaikat) berkata: apakah engkau (Allah) akan menjadikan
orang yang akan berbuat kerusakan (kekacauan) dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan
engkau? Tuhan berfirman: sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.2 (QS. Al-Baqarah: 30)
Sebagian mufasir mengatakan bahwa yang dimaksud berbuat kerusakan
adalah melakukan perbuatan maksiat atau melanggar hukum-hukum Allah.
Sedangkan menumpahkan darah adalah melakukan kecurangan dan permusuhan.
Jazirah Arab pada waktu itu merupakan negeri yang paling buruk dalam
peribadatan berhala, dalam mempertautkan hawa nafsu, adat istiadat yang picik
dan buas, zalim dan curang, gandrung pada peperangan, membunuh, dan
mengubur anak perempuannya hidup-hidup tanpa rasa bersalah,3 bahkan
perempuan, seperti budak, tidak mempunyai hak asasi manusia atau hak hukum,
tetapi hanya diangap barang yang bergerak.4 Tiap-tiap kabilah terkenal dengan
angkara murka, masing-masing membangkitkan fanatisme kabilah dan golongan
sehingga tiap-tiap kabilah menentukan berhala sesembahannya masing-masing
supaya tidak ditundukkan oleh kabilah lainnya.5 Mereka juga merampas hak anak
yatim dan janda, merebut harta warisan, dan tidak mempedulikan angota suku
2 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan terjemahnya,
Semarang: CV. Alwaah, 1989), hlm. 13 3 Asy Syekh Khalil Yasien, Muhammad Dimata Cendikiawan Barat, ( cetakan, kota, tahun
tidak diketahui), hlm. 38 6 Karen Amstrong, Muhammad Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto, judul asli;
Muhammad a Biography The Prophet, Yogyakarta: Jendela, 2001), hlm. 77 5 Asy Syekh Khalil Yasien, op-cit, hlm. 38
3
yang lemah atau miskin sebagimana disyari’atkan etos lama.6 Namun, etika
seperti itu tetap merupakan etika yang kejam. Hanya yang kuat yang sanggup
bertahan hidup dan berarti bahwa yang lemah disisikan dan biasa diperas habis-
habisan. Situasi dan kondisi demikian berjalan lama, generasi demi generasi
diliputi kegelapan, kekuasaan, kesesatan berhala, tradisi kekejaman, permusuhan,
peperangan yang memusnahkan dan tiada mengenal ampun, bahkan pada waktu
itu dunia seluruhnya diliputi penyembahan pada berhala secara terang-terangan,
atau pada trinitas dan penjelmaan Tuhan atau kepada gambar dan patung. Apabila
awan gelap gulita itu sudah merata menutupi dunia, kabut kelabu sudah dapat
dipastikan akan menyesatkan semua, maka terjadilah tindak keganasan, haus
kekuasaan, lupa daratan dan lain-lain.
Dalam suasana gelap gulita jahiliyah itu tampillah Muhammad SAW. bin
Abdullah sebagai generasi muda merasa kecewa dan mencari solusi spiritual dan
politik baru terhadap malaise dan kegaduhan kota. Pada awal abad ke 7, ketika
suku Quraisy dan sebagian bangsa Arab mulai meningalkan hidup mengembara
dan menyadari masalah-masalah sosial yang ditimbulkan dari pola hidup
menetap, Muhammad membawa pesan agama baru kepada bangsa Arab,7 dengan
risalah dari langit, untuk menyeru umat manusia kembali kepada ajaran Allah
yang dibawanya, yaitu Islam.8 Ia tampil dari tengah-tengah kegelapan jahiliyah
sebagai juru selamat.
Berakhlak baik, ramah-tamah, mengasihi yang lemah dan lapang dada
terhadap tetangga dan kerabat dapat dilakukan kelompok atau umat mana saja
ketika damai, betapapun primitifnya umat tersebut. Akan tetapi, berlaku baik
dalam peperangan, bersikap lembut terhadap musuh, mengasihi kaum wanita,
anak-anak dan orang tua serta bermurah hati kepada pihak yang kalah, tidak
setiap umat melakukannya dan tidak setiap panglima perang bersifat seperti itu.
6 Karen Amstrong, op.cit.,hlm. 90 7 Ibid, hlm. 92 8 Asy Syekh Khalil Yasien, op-cit, hlm. 39
4
Permusuhan mengobarkan api dendam dan amarah serta mabuk dalam
kemenangan biasa memabukkan para panakluk sehingga menjerumuskan mereka
ke dalam cara-cara pembalasan dendam yang paling keji.
Itulah sejarah negara-negara, baik klasik maupun modern, bahkan dalam
awal sejarah manusia yakni sejak Qobil menumpahkan darah saudaranya, Habil,
sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 30
ã≅ ø?$# uρ öΝ Íκö n=tã r't6 tΡ ó© o_ ö/ $# tΠ yŠ# u™ Èd, ysø9 $$Î/ øŒ Î) $t/ § s% $ZΡ$ t/ ö è% Ÿ≅ Îm6 à)çFsù ô⎯ ÏΒ $yϑÏδω tn r& öΝ s9 uρ ö≅ ¬6 s) tFãƒ
z⎯ ÏΒ Ì yzFψ $# tΑ$s% y7 ¨Ψ n=çFø% V{ ( tΑ$s% $yϑ̄ΡÎ) ã≅ ¬7 s) tGtƒ ª!$# z⎯ ÏΒ t⎦⎫ É) −Fßϑø9 $#
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qobil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka
diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil): “Aku pasti
membunuhmu” berkata Habil: “Sesunguhnya Allah hanya menerima korban dari
orang-orang yang bertaqwa”.9
Di sini sejarah menaruh mahkota keabadian kepada para pemimpin
peradaban yang dibangun Rasulullah Muhammad SAW., militer dan sipil serta
kepada penakluk dan penguasa karena mereka dijadikan unik di antara tokoh-
tokoh setiap pradaban oleh kemanusiaan yang penyayang dan adil dalam
peperangan yang paling sengit dan dalam kondisi-kondisi yang sebenarnya
memaksa pembalasan dendam dan penumpahn darah.
Sebisa mungkin kita harus menjauhi perang, setiap agama apapun
terutama agama Islam mengajarkan kita untuk menjauhi peperangan dan
mengadakan perdamaian, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Al-
Anfal ayat 8:
¨, Ås㊠Ï9 ¨, ysø9 $# Ÿ≅ ÏÜ ö7 ムuρ Ÿ≅ ÏÜ≈ t7 ø9 $# öθs9 uρ oν Ì x. šχθãΒÌ ôfßϑø9 $#
9 Debby Nasution, op.cit hlm. 163
5
“Dan perbaikilah perhubungan antara kamu yang bersengketa dan taatilah
olehmu akan Allah dan Rasulnya jika kamu memang orang-orang yang
beriman.” (QS. al-Anfal 1: 8)
Rasulullah juga bersabda dalam hadist riwayat Turmudzi: Apakah tidak
lebih baik saya kabarkan kepadamu suatu hal yang lebih utama dari derajat puasa,
sembahyang dan sedekah? Para sahabat menjawab: “baik benar kabarkan kepada
kami”. Nabi bersabda: memperbaiki persengketaan; karena sesungguhnya rusak
perhubungan umat lantaran persengketaan itulah yang mencukur (menghancur
leburkan) ummat.
Dari ayat dan hadist di atas bahwa ummat Islam tidak boleh membiarkan
persengketaan itu berjalan terus;10 para ummat Islam tidak boleh berdiam diri
membiarkan melihat persengketaan memainkan rolnya di hadapannya. Para umat
diwajibkan berusaha menghilangkan persengketaan dan menghidupkan kembali
hubungan yang baik antara orang-orang bersengketa dan berselisih itu.
Dasar utama dakwah yang diamanatkan Allah SWT. kepada Rasul-Nya
adalah agar disampaikan dengan damai, menyingkirkan semua permusuhan dan
sengketa. Namun bila ada yang terang-tarangan dan terus “menteror” dan kalau
memang perang tidak bisa kita hindari terpaksa kita harus berperang untuk
membela hak-hak kita yang telah terampas, walaupun perang bukan tujuan kita,
itupun dengan syarat, ada kode etik yang harus kita patuhi ketika kita berperang.
Apa yang dihadapi Rasulullah SAW. dan para sahabatnya sejak dakwah Islam
dilancarkan di Mekah merupakan saksi hidup kesabaran, ketabahan dan
perjuangan mereka menghadapi kaum musyrikin, dan sudah selayaknya sukses
fakta sejarah ini menjadi sumber keteladanan kita.
10 Hasbi As-Shiddeiqy, Islam, (Jakarta, Mutiara, cet. II, 1952), hlm. 449
6
Dari latar belakang di atas yang penulis paparkan, penulis berusaha
memformulasikan etika perang, dengan mengambil contoh etika perang yang
pernah di bangun oleh Rasulullah SAW.
Dari itu pula penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang etika perang dan
sejarah kehidupan Nabi melalui karya-karya yang telah ditulis oleh sarjan-sarjana
Islam. Di antaranya sirah Nabawi yang ditulis oleh Ibnu Ishak, Karen Amstrong,
M. Husain Haikal. Serta buku-buku lain yang berkaitan.
B. Rumusan Masalah
Barangkat dari kerangka pikir dan latar belakang masalah di atas, maka
timbul beberapa permasalahn sebagi berikut:
1. Bagaimanakah etika perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW.?
2. Aspek apa yang menjadi muatan dari prinsip etika perang tersebut?
C. Tujuan Dan Manfaat
Tujuan penulisan ini sebagai usaha akademik untuk menggali lebih jauh
bagaimana sebenarnaya etika perang yang secara moral dapat dibenarkan, dengan
kita mempelajari etika perangnya Nabi Muhammad, dan melakukan pendalaman
tentang arti jihad yang selama ini disalah pahami dengan melakukan tindakan-
tindakan kekerasan.
Adapun penulisan ini di antaranya adalah:
1. Dapat memberikan sumbangan kerangka pikir,
2. Untuk melengkapi literatur Islam terutama dalam bidang filsafat Islam
3. Dapat memberikan informasi masyarakat secara luas (dunia)
4. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya kita dalam menghadapi
musuh dengan jalur yang secara moral dapat dibenarkan.
7
D. Telaah Pustaka
Pembahasan mengenai perang atau militer yang merujuk pada peperangan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, telah banyak dicontoh, baik dalam negeri
maupun luar negeri, di samping itu juga banyak yang mengkaji dan mengamati
sejarah perang Nabi Muhammad. Sejauh kemampuan penulis, penelususran
terhadap kajian-kajian terdahulu, terdapat beberapa kajian yang secara serius
mengkajinya, di antaranya adalah:
Pertama, adalah karya yang pernah ditulis oleh Drs. Imam Yahya, M.Ag.,
yang berjudul Tradisi Militer Dalam Islam, buku ini diterbitkan anggota Logung
Pustaka Yogyakarta, pada tahun 2003. Buku ini membahas tentang beberapa hal
mengenai militer terutama pada fungsi militer itu sendiri. Kajian militer ini
termasuk kajian baru dalam wacana politik kontemporer yang bermula dari
runtuhnya ideologi besar, yaitu sosialis-komunisme di negara –negara Eropa
Timur dan Unisoviet pada perang dingin, dan munculnya negara-negara merdeka
yang menampilkan para perwira militer sebagai penegak kediktatoran baru.11
Kedua, karya yang ditulis oleh oleh Jamal Yusuf al-Khulafat. Karya yang
berjudul Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah. Karya ini merupakan
terjemahan dengan judul asli Askariyatu al-Islamiyah, yang diterbitkan oleh
anggota Izzan Pustaka Yogyakarta pada tahun 2002. buku ini membahas
bagaimana konsep kepemimpinan dalam Islam, serta seni dan strategi perang
yang diterapkan untuk mengalahkan musuh-musuhnya serta kisah keteladanan
yang patut diidolakan dari para pemimpin-pemimpin dan panglima–penglima
perang Islam.12
Ketiga, karya yang ditulis oleh Muhammad Nasution Debby. Sebuah
karya yang berjudul, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada
Masa Rasulullah SAW. Diterbitkan pada tahun 2003 oleh anggota Tiara Wacana,
11 Imam Yahya, Tradisi Militer Dalam Islam, (Logung Pustaka, Yogyakarta, 2003), hlm.1 12 Jamal Yusuf Al-Khulafat, Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah, (terj. Ahmad
Assahili, Izzan Pustaka Yogayakarta, 2002), hlm. 8
8
Yogyakarta. Buku ini membahas di antaranya adalah profesi sebagai seorang
militer dalam mempertahankan Negara bagsa dan agamanya.
Keempat, karya yang ditulis oleh Yuna Ryan Tresna. Sebuah karya yang
berjudul Art Of War, Menejemen Strategi Di Balik Kemenangan Rasulullah SAW,
buku ini diterbitkan pada tahun 2007, oleh angota Progression, Bandung. Buku ini
membahas tentang menejemen sebagai aktifitas kepemimpinan dalam kontek
yang lebih khusus lagi, yaitu dalam konteks perang yang dialami oleh Rasulullah
SAW.13
E. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu
metode yang menggunakan cara dengan riset kepustakaan baik melalui membaca,
meneliti, memahami buku-buku, majalah maupun literatur lain yang sifatnya
pustaka, terutama yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam rangka
memperoleh data.14 Dengan kata lain, pengumpulan data ini adalah dengan
menelusuri atau me-recover buku-buku atau tulisan-tulisan yang sesuai dengan
tema kajian.
Syarat yang paling utama dalam pengumpulan data adalah ketepatan
dalam menggunakan metode, apabila seseorang mengadakan penelitian kurang
tepat atau tidak terlalu diminati, maka untuk memilih metode apa yang digunakan
tentunya akan kesulitan, bisa-bisa malah tidak mendapatkan hasil yang
diinginkan. Untuk mendapatkan data-data atau informasi sebagai bahan penulisan
penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bermaksud
untuk mengungkap etika perang dalam sejarah yang pernah dilakukan oleh
13 Yauana Ryan Tresna, Art Of War, Menejemen Strategi Dibalik Kemenangan Rasulullah
saw, (Bandung : Progresso, 2007), hlm. vii 14 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm.16.
9
Nabi Muhammad, sehingga penulis biasa memformulasikan kembali etika
perang yang pernah di praktekkan oleh Nabi Muhammad.
2. Sumber data
Adapun data-data yang tersedia akan dipilah berdasarkan kriteria
sumber primer dan sumber sekunder dan literatur
a. Sumber Data Primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber pertamanya.15 Adapun yang termasuk sumber data primer
adalah kitab tafsir al-Kasyif karya Imam Muhammad Jawad Mughniyyah
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang biasanya dalam bentuk dokumen-
dokumen yang lebih dikenal dengan data-data pendukung.16Adapun
Sebagai sumber sekunder adalah kitab-kitab yang mendukung karya ini.
Sementara yang tidak terhitung sebagai sumber primer dan sekunder
dipandang sebagai penunjang literatur biasa.
3. Metode pengumpulan data
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu
metode yang menggunakan cara dengan riset kepustakaan baik melalui
membaca, meneliti, memahami buku-buku, majalah maupun literatur lain
yang sifatnya pustaka, terutama yang ada kaitannya dengan permasalahan
dalam rangka memperoleh data.17 Dengan kata lain, pengumpulan data ini
adalah dengan menelusuri atau me-recover buku-
Dalam pengumpulan data penulis menempuh langkah-langkah melalui
riset kepustakaan (library research), yaitu suatu riset kepustakaan atau
penelitian murni.18 Dan metode ini mengkaji sumber- sumber tertulis yang
15 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), hlm. 93. 16 Ibid, hlm. 93 17 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm.16.
18 Sutrisno Hadi, Metode Riset, (Yogykarta: Fakultas Spikologi Unifersitas Gajah Mada, 1987), hlm. 9
10
telah dipublikasikan.19 Misalnya kitab, buku dan sebagainya yang ada
kaitannya dengan yang diteliti penulis.
4. Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis
deskriptif kritis, dan metode histories.
Adapun metode-metode yang dipakai dalam menganalisis data
sebagai berikut:
a. Metode Deskriptif Analisis
Metode Deskriptif Analisis yaitu usaha untuk mengumpulkan dan
menyusun suatu data kemudian diadakan analisis interpretasi terhadap data
tersebut sehingga memberikan gambaran yang komprehensif.20
Sanapiah Faisal mendefinisikan metode deskriptif adalah berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada dari pendapat yang
sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung dan sedang berkembang.21
Sedangkan menurut Ibnu Hajar, metode diskriptif adalah memberikan
gambaran yang jelas dan akurat tentang material atau fenomena yang
diselidiki.22 Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan dan
menginterpretasikan dan sekaligus menganalisis etika perang yang pernah
dilakukan oleh Nabi Muhammad.
b. Metode Historis
Metode historis adalah prosedur-prosedur pemecahan masalah dengan
mempergunakan data atau informasi masa lalu, yang bernilai sebagai
peninggalan.23 Menurut G. J. Ranier, metode sejarah disamakan dengan
19 Suharsimi Kunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, , 1991), hlm. 10
20 Nugroho Noto Susanto, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 32. 21 Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, , 1982)
hlm. 119 22 Ibnu Hadjar, Dasr-Dasar Metodologgi Penelitian Kuantitatif Dan Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 274 23 Hadlir Nawawi, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 1996),
hlm. 214
11
filsafat sejarah formal (geschichtsphilosophie). Bidang ini meliputi tentang
logika dan epistimologi sejarah sebagai disiplin.24 Metode penelitian sejarah
menurut Ernt Bernheim, terdiri atas heuristic (mencari dan menemukan
sumber-sumber sejarah), kritik (menilai otentitas dan kredibilitas atau
tidaknya suatu sumber), auffklarung (sintesis fakta yang diperoleh melalui
kritik sumber); dan dersterllung (penyajian dalambentuk tertulis).25
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sebelum menginjak bab pertama dan berikutnya merupakan satu
kesatuan yang utuh, sistematika penulisan skripsi ini diawali dengan moto,
persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan abstraksi yang selanjutnya bab
pertama.
BAB I : Pendahuluan merupakan bab yang memuat tentang pembuka dari
seluruh rangkaian penulisan skripsi ini. Bab satu ini berisi tentang latar belakang
masalah, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian skripsi, telaah pustaka,
pendekatan dan metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi
BAB II : Pada bab ini meupakan landasan teori dari penulisan skripsi yang
berisi tentang sub-sub pembahasan, yakni gambaran umum mengenai
etika perang, di antaranya pertama, pengertian etika perang, yang
terdiri beberapa sub bab antara lain, penguasa yang mampu, dan tujuan
yang tepat. Kedua, basis etika perang. Ketiga, etika perang dalam
pandangan Islam. Keempat, hukum perang, yang terdiri dari,
dibolehkannya perang, kewajiban berperang, dan alasan perang. Dan
yang kelima adalah hakekat jihad yang terdiri dari, makna jihad dalam
24 G.J. Renier, History; Its Purpose End Mothod (dikutip, misri A. Muchsin,. Filsafat Sejarah
Dalam Islam, Yogyakarta: Khasanah Pustaka Indonesia 2002), hlm. 35 25 Teuku Ibrahim Al-fian Metode Dan Metodologi Sejarah, makalah, tt, hlm. 1-2, begitu juga
yang diuraikan oleh Nugroho Notosusantom, Hakekat Sejarah Dan Model Sejarah (Jakarta: Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata, 1964), hlm.22-29
12
al-Qur’an, jihad dengan pengertian kontak fisik dalam al-Qur’an,
hukum jihad, serta motif dan tujuan jihad.
BAB III : Pada bab ketiga ini merupakan biografi dari seorang tokoh di
antarannya adalah, sejarah kehidupan Muhammad SAW. dan
kemenangan umat Islam yang terdiri dari, pertama biografi
Muhammad SAW., kedua berdakwah menyeru manusia kepada tuhan,
ketiga, hijrah ke Madinah, keempat, kemenangan sejati, dan kelima,
dunia baru yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.
BAB IV : Pada bab ini merupakan analisis dari penulisan skripsi, yang terdiri
dari, pertama, nilai utama dalam perang dan yang kedua adalah aspek-
aspek muatan dari prinsip-prinsip etika perang.
BAB V : Pada bab ini merupakan bagian penutup sebagai akhir dari
keseluruhan proses penulisan yang berisi kesimpulan (menerangkan
hasil-hasil penulisan), saran-saran (dari penulis yang terkait dengan
pembahasan), dan rekomendasi, serta kata penutup sebagai tanda
berakhirnya suatu proses kegiatan penulisan ini.
BAB II
GAMBARAN UMUM
TENTANG ETIKA PERANG A. Pengertian Perang Dalam Islam
Perang dalam bahasa Arab disebut qital (membunuh), gozhwah
(peperangan yang dipimpin oleh panglima perang secara langsung), harb.
(perlawanan secara fisik)1 Sedangkan secara Istilah, menurut Clauzzewits
dalam diktumnya menyatakan bahwa perang adalah politik yang dilanjutkan
dengan cara lain.2 Dalam Islam perang diartikan sebagai qitalu al kuffari fi
sabilillahi li i’lai kalimatillah, yaitu ”memerangi orang-orang kafir dijalan
Allah dalam rangka meninggikan kalimat Allah”.3 Berdasarkan istilah syar’i
itulah, perang memiliki makna yang spesifik yang berbeda dengan makna
bahasanya. Jadi perang adalah mengangkat senjata untuk melawan atau
memerangi orang-orang kafir dalam rangka membela kehormatan islam dan
kaum Muslimin. Dengan kalimat lain, perang haruslah dilakukan semata-mata
dengan niat untuk menegakkan kedaulatan islam, bukan untuk hal yang lain,
seperti berniat menguasai negara lain, kemudian merampas semua yang bukan
menjadi haknya, atau untuk mendapatkan kedudukan, pujian dan lain
sebagainya.
Dari sini menunjukkan bahwa, perang diperbolehkan untuk melawan
dengan fisik dan mengangkat senjata bila terjadi sebuah kekuatan luar yang
mengganggu teritorial anggota-anggota komunitas teritorial Muslim atau
teritorial yang disepakati kaum muslim sebagai negeri perjanjian dengan
komunitas lain. Jadi disini perang mengangkat senjata adalah untuk
mempertahankan teritorioal.
1 Debby M. Nasution, Kedudukan Militer dalam Islam, dan Peranannya Pada Masa
Rasulullah, (Yogyakarta, Tiara Wacanan Yogya, 2003), hlm. 1 2 Ibid, hlm. 1 3 Yuana Ryan Tresna, Muhammad on the Art of War, Menejemen Strategi Dibalik
Kemenangan Rasulullah, (Bandung, Progressio, 2007), hlm. 7
14
Tidak dibenarkan penyerangan dilancarkan, sementara tidak ada
gangguan dari pihak luar atas teritorial komunitas Muslim, atau komunitas
dimana kelompok Muslim mengikat perjanjian dengan komunitas-komunitas
lain satu teritorial negara itu.4 Perlawanan tidak dibenarkan di tempat yang
tidak menjadi teritorial komunitas yang saling berperang. Sebab dalam
keadaan seperti itu bisa mengganggu dan melibatkan kelompok-kelompok lain
yang tidak ikut bersengketa.
Perlawanan secara fisik ini juga hanya menjadi salah salah satu
alternatif di dalam menegakkan teritorial komunitas Muslim atau teritorial
dimana komunitas Muslim terikat perjanjian dengan komunitas lain dalm
sebuah negara. Jadi, bukan satu-satunya alternatif . sebab, dalam hal ini,
Rasulullah pernah juga melakukan ”jalan perdamaian”, seperti yang tercermin
dalam kasus ”perjanjian hudaibiyyah”.5
Oleh karena itu perang dalam Islam harus dilakukan sesuai dengan
tuntunan hukum Islam tentang masalah tersebut. Tidak boleh perang berjalan
tanpa aturan atau sekedar mengikuti kehendak pribadi atau kelompok.
B. Pengertian Etika Perang
Kebanyakan pembenaran untuk perang dimulai dengan suatu acuan
tentang prinsip membela diri.6 Seseorang secara moral di benarkan untuk
mempertahankan diri dari serangan sehinga dipertimbangkan bahwa negara
dibenarkan mempertahankan dirinya dari serangan dengan penggunaan
kekuatan yang kejam.
Jalan lain seringkali dibuat untuk prinsip yang lain pula yaitu bahwa
kita semua diminta untuk membantu orang-orang tidak bersalah yang
menderita. Seperti pada kasus membela diri, seringkali perlu digunakan
kekerasan untuk menghalangi serangan pada orang yang tak berdosa.
Akhirnya banyak orang yang percaya bahwa dibenarkan untuk mengunakan
4 Nur Nhalik Ridwan, detik-detik pembongkaran agama, mempopulerkan agama kebajikan, menggagas pluralisme-pembebasan, (Yogyakarta, Arruz Book Gallery,2003), hlm. 209
5 Ibid, hlm. 210 6 May Larry, etika terapan; sebuah pendekatan multi cultural, (terj. Sinta Carolina, judul
asli, Applied etick; a multicultural approach, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001), hlm.313
15
kekuatan untuk mencegah kejahatan yang lebih besar dari pada pengunaan
kekerasan.
Perang yang adil perang yang secara moral baik – bukan saja perang
perang yang ditentukan dengan prinsip-prinsip keadilan. Perang yang adil
adalah perang yang dapat dibenarkan secara moral setelah keadilan, hak asasi,
kebaikan umum, dan semua konsep yang relevan lainnya telah dikonsultasikan
dan dipertimbangkan terhadap fakta-fakta dan terhadap satu sama lain.7
Para teoritis perang yang adil terkadang gagal untuk melihat bahwa
teori perang yang adil menggambarkan dua jenis perang yang adil, perang
yang secara moral diizinkan dan perang yang secara moral diwajibkan secara
meyakinkan dapat ditunjukkan pada tingkat pribadi. Misalnya, “jika saya
diserang saya mempunyai hak untuk mengunakan kekuatan, untuk membela
diri saya sendiri – dengan mengasumsikan bahwa saya tidak mempunyai jalan
lain”. Namun karena selalu terbuka bagi pemegang hak untuk melepaskan hak
tersebut, saya tidak wajib mengunakan kekuatan untuk diri saya sendiri.
Namun andaikan saya berjanji untuk melindungi seseorang, bahwa seseorang
sekarang terbuka di serang secara tidak adil dan perang tersebut meminta
pertolongan pada saya, dalam kasus semacam itu, saya wajib membela orang
tersebut. Pada tingkat negara, perbedaan antara perang yang diizinkan dan
perang yang diwajibkan mempunyai konsekwensi-konsekwensi penting
terhadap kebijakan. Para analis kebijakan menunjukkan bahwa menggunakan
kekuatan tertentu lulus dari tes perang yang adil, dan kemudian mengambil
kesimpulan bahwa perang adalah wajib, dan “keadila menuntutnya”.
Hal kecil lainnya dalam logika teori perang yang adil patut mendapat
pehatian. Dalam perang yang adil, istilqah “adil” dan “tidak adil” adalah
kebalikan-kebalikan yang logis. Hal itu berarti bahwa dalam perang, hanya
satu pihak yang dapat menjadi pihak yang adil. Namun tidak mustahil kalau
kalau kedua pihak tidak adil dan menjadi salah untuk berfikir bahwa, jika satu
pihak dapat terbukti tidak adil, pihak lain pasti dapat terbukti adil. Jika mush
anda jahat, bukan berarti anda baik. 7 Ibid, hlm. 318
16
Dalam melakukan penialain moral tentang perang, lazimlah untuk
membedakan aturan-aturan kapan diizinkan atau diwajibkan untuk memulai
perang atau diwajibkan untuk mulai perang (jus ad bellum ) dari aturan-aturan
yang menentukan bagaimana perang yang seharusnya yang diperjuangkan
begitu perang telah dimulai (jus in bello).
Aturan-aturan jus ad bellum terutama berlaku pada pemimpin-
pemimpin politk; aturan-aturan jus in bello terutama berlaku bagi para tentara
dan perwira-perwira mereka. Perbedaan tersebut tidaklah sulit diubah, karena
ada situasi-situasi ketika tidak ada jalan yang diizinkan secara moral untuk
berperang.yang dalam kaus itu berarti perang tidak dilakasakan sebelumnya.
1. Penguasa Yang Mampu
Dari masa Agustin, para teoritisi telah mempertahankan bahwa perang
yang adil dapat dilaksanakan hanya oleh “penguasa yang mampu.” Agustine
menganggap penggunaan kekuasaan oleh perorangan secara pribadi tidak
bermoral; sebagai akibatnya satu-satunya penggunaan kekuatan yang
diizinkan adalah penggunaan-penggunaan kekuatan yang disetujui oleh
penguasa publik. Kekuatan yang adil bagi para pangeran yang kewenangan
dan perlindungannya disetujui oleh Tuhan. Dengan adanya akar-akar skolastik
ini, pertimbangan-pertimbangan mengenai penguasa yang mampu mungkin
kelihatan kolot, namun masih berguna bagi tujuan-tujuan penilaian moral
untuk membedakan perang dari pemberontakan spontan, dan membedakan
tentara, dan perwira dari pembajak dan perampok. Perang yang adil, pertama-
tama haruslah perang.
Untuk memulai, banyak sarjana menyetujui bahwa perang adalah
pengunaan kekuatan yang terkontrol, yang dilakukan oleh orang-orang yang
terorganisir dalam rantai komando yang berjalan.8 Pembunuhan yang terisolir
tidak dapat berperang, maka dalam beberapa hal, perang adalah kebalikan dari
kekerasan. Kedua, penggunaan kekuatan dalam perang harus ditujukan pada
hasil politik yang dapat diidentifikasi, hasil politik yang dapat diidentifikasi
adalah suatu perubahan dalam kebijakan pemerintah, suatu perubahan dalam
8 May Larry, ibid, hlm.319
17
bentuk pemerintahan, atau suatu perluasan atau pembatasan jangkauan
kekuasaannya.9 Pemusnahan suatu masyarakat bukanlah hasil politik yang
diidentifikasi.
Definisi kita tentang perang sebagai penggunaan kekuatan yang
terkendali untuk tujuan politik tidak menunjukkan bahwa perang dapat
dilakukan hanya oleh pemerintah-pemerintah Negara –bangsa.
2. Tujuan Yang Tepat
Dalam iklim modern realisme politik, banyak penulis cenderung
memperlakukan standar tujuan yang tetap sebagi peningalan yang pelik dari
masa yang lebih idialis, juga berdasarkan bahwa alasan-alasan moral membuat
hasil-hasil yang mendatangkan malapetaka dalam politik internasional atau
berdasarkan bahwa alasan-alasan bersifat subyektif dan tidak dapat diamati.
Kesulitan yang sesunguhnya dengan tuntutan akan alasan-alasan idealistik
adalah orang biasanya mempunyai lebih dari satu alasan bagi setiap tindakan
yang meraka yang membuatnya sulit untuk menetapkan alasan tersebut.
Meskipun ada kesulitan dengan alasan-alasan yang banyak, pentinglah
untuk mempertahankan suatu versi dari aturan tentang tujuan yang tepat
sebagai bagian dari teori parang yang adil. Tidak ada orang bijaksana yang
bisa tidak terganggu oleh praktek international. Di mana para pemimpin
membuat keputusan-keputusan kebijakan tanpa memperhatikan pertimbangan-
pertimbangan moral.
Jika keinginan akan kebenaran harus dimasukkan sebagai salah satu
alas an untuk perang yang adil. Banyak penulis menegaskan bahwa perang
yang adil tidak dapat dimotivasi oleh kecintaan terhadap kekerasan atau
kebencian terhadap musuh. Bahkan dalam abad ke lima Agustine menulis.
“kejahatan yang sebenarnya dalam perang adalh kecintaan terhadap kekerasan,
kekejaman yang penuh dendam, ras permusuhan yang dahsat dan tak
tergoyahkan, perlawanan yang liar, nafsu akan kekuasaan.” Kebanyakan orang
setuju bahwa seorang pemimpin yang memiliki kecintaan terhadap kekerasan
9 Ibid, hlm. 321
18
atau kebencian terhadap musuh. Sebagi motivasi satu-satunya atau utama
untuk perang mempunyai tujuan yang buruk.
C. Basis Etika Perang dalam Islam
Kenapa manusia menggandrungi perang? Al-Qur’an memberikan
jawaban terbuka dalam banyak ayat yang diturunkan dalam berbagai kurun
waktu, dan bisa dirangkum sebagai basis etika dalam menegakkan kedamaian
dan menghentikan peperangan.10
Pertama, fitrah dasar manusia adalah keadaan tidak bersalah secara
moral (moral innocence), yakni bebas dari dosa. Dengan kata lain, Islam tidak
mengenal istilah "dosa bawaan". Lebih dari itu, setiap individu dilahirkan
dengan pengetahuan tentang ketentuan Tuhan, yaitu aspek paling esensial
mengenai perilaku yang benar. Namun, kesadaran moral ini dapat terkikis dan
mengalami erosi, karena setiap individu berhadapan dengan pengaruh-
pengaruh buruk dan merusak dari lingkungan masyarakatnya di dalam surat
Ar-Rum di jelaskan:
óΟ Ï% r'sù y7 yγ ô_uρ È⎦⎪ Ïe$# Ï9 $ Z‹ ÏΖ ym 4 |NtôÜ Ïù «! $# © ÉL©9 $# tsÜ sù }¨$ ¨Ζ9 $# $ pκö n=tæ 4 Ÿω Ÿ≅ƒ ωö7 s? È, ù=y⇐ Ï9
«!$# 4 š Ï9≡ sŒ Ú⎥⎪ Ïe$! $# ÞΟ ÍhŠ s) ø9$# ∅Å3≈ s9uρ usY ò2r& Ĩ$ ¨Ζ9$# Ÿω tβθ ßϑn= ôètƒ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.11 (QS. Ar-Rum: 30).
10http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=122561&kat_id=105
&kat_id1=147&kat_id2=291
11 Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
19
Kedua, watak manusia adalah untuk hidup di atas bumi dalam keadaan
harmonis dan damai dengan makhluk hidup lain. Inilah makna teragung
tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai khalifah di
atas bumi
øŒ Î)uρ tΑ$ s% š •/u‘ Ïπ s3 Í× ¯≈ n=yϑ ù= Ï9 ’ ÎoΤÎ) ×≅ Ïã% y` ’Îû ÇÚ ö‘ F{ $# Zπ x‹ Î= yz ( (# þθä9$ s% ã≅yèøgrB r& $ pκÏù ⎯ tΒ
߉šø ム$ pκÏù à7Ï ó¡ o„ uρ u™!$ tΒ Ïe$! $# ß⎯øt wΥuρ ßxÎm7 |¡ çΡ x8 ωôϑpt ¿2 â Ï̈d‰s) çΡuρ y7 s9 ( tΑ$ s% þ’ ÎoΤ Î) ãΝ n=ôã r& $ tΒ
Ÿω tβθ ßϑn= ÷è s?
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30).
Karenanya, kedamaian yang sejati (salam) bukan sekadar berarti tidak
adanya perang, tapi eliminasi faktor-faktor yang mendasari terjadinya
percekcokan atau konflik, dan pada akhirnya akan menyebabkan kesia-siaan
dan kerusakan (fasad). Perdamaian, bukan perang atau kekerasan, merupakan
tujuan sejati Tuhan untuk kemanusiaan dalam surat Al-Baqoroh ayat 208
dijelawskan:
$ yγ •ƒ r'̄≈ tƒ š⎥⎪ Ï% ©! $# (#θãΖtΒ#u™ (#θè= äz÷Š $# ’Îû ÉΟù=Åb¡9$# Zπ ©ù!$ Ÿ2 Ÿωuρ (#θãèÎ6®K s? ÅV≡ uθäÜ äz
Ç⎯≈sÜ ø‹ ¤±9$# 4 … çµ ¯Ρ Î) öΝ à6s9 Aρ߉tã ×⎦⎫Î7 •Β
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu”.(QS. Al-Baqarah: 208)
20
Ketiga, dengan adanya kemampuan manusia untuk berbuat salah,
maka akan selalu ada orang yang memilih melanggar watak dirinya dan
melampaui batas-batas ketentuan Tuhan. Adam menjadi manusia seutuhnya
hanya ketika ia memilih untuk menuruti godaan setan dan tidak taat pada
Tuhan. Sebagai akibat ketidaktundukan itu, manusia diusir dari surga dan
diturunkan ke bumi sebagai "musuh satu terhadap yang lain" dalam surat Al-
Baqoroh ayat 36, 7, 24 membicarakan hal ini dengan jelas:
$yϑ ßγ ©9 y—r'sù ß⎯≈ sÜ ø‹ ¤±9 $# $ pκ ÷] tã $yϑ ßγ y_t÷zr'sù $ £ϑÏΒ $ tΡ% x. ϵŠ Ïù ( $ uΖù= è% uρ (#θäÜ Î7 ÷δ $# ö/ ä3 àÒ÷èt/
CÙ÷è t7 Ï9 Aρ߉tã ( ö/ ä3 s9uρ ’ Îû ÇÚö‘ F{ $# @s) tGó¡ãΒ ìì≈tF tΒuρ 4’ n< Î) &⎦⎫Ïm
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan
dari keadaan semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu
menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi,
dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."(QS. Al-Baqarah: 36)
zΝ tFyz ª! $# 4’ n? tã öΝ Îγ Î/θè=è% 4’ n?tãuρ öΝ Îγ Ïèôϑy™ ( #’ n?tã uρ öΝ Ïδ Ì≈ |Áö/r& ×ο uθ≈ t±Ïî ( öΝ ßγs9 uρ ë># x‹ tã
ÒΟŠ Ïà tã
“Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang amat berat”. (QS.Al-Baqarah: 7)
βÎ* sù öΝ ©9 (#θè=yèø s? ⎯s9 uρ (#θè= yèø s? (#θà) ¨? $$ sù u‘$̈Ζ9 $# © ÉL ©9$# $ yδ ߊθè% uρ â¨$ ¨Ζ9 $# äο u‘$yfÅsø9 $#uρ ( ôN £‰Ïãé&
t⎦⎪ ÌÏ≈ s3 ù=Ï9
“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan
dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”.(QS. Al-
Baqarah: 24)
21
Dengan demikian, perang dan kejahatan yang berasal dari mereka,
ditegaskan Alquran, sebagai konsekwensi tak terelakkan dari keunikan
kemampuan manusia untuk memiliki pilihan moral itu.
Namun, drama jatuhnya manusia bukanlah sesuatu yang tak dapat
ditarik kembali, karena Tuhan begitu cepat menolong Adam dan memberinya
hidayah. Tentu saja hidayah terbesar adalah diturunkannya wahyu Illahi untuk
kemanusiaan melalui pengutusan nabi-nabi. Jadi, kehadiran para Nabi bisa
dimaknai sebagai manifestasi rahmat Allah, karena manusia berpotensi untuk
menjadi korban godaan setan. Ketika manusia membentuk unit sosial, maka
potensi itu menjadi sangat serius karena bisa memfasilitasi setiap individu
berebut kekuasaan, kekayaan, prestise, dan segala bentuk ambisi yang tak
terhingga. Kekerasan merupakan akibat tak terhindarkan dari keinginan
manusia untuk mewujudkan kebesaran dirinya (self-aggrandizement).
Berdasarkan basis etika di atas, Islam mengutuk perang karena di balik
itu terselubung motivasi untuk menghancurkan demi kekuasaan, kekayaan,
prestise, dan ambisi lainnya. Sebaliknya, Islam menjadikan salam sebagai kata
kunci untuk setiap kebajikan tertinggi, bahkan tujuan yang diimpikan setiap
insan. Surga yang menjadi dambaan setiap manusia disebut Al-Quran sebagai
"Darus Salam" atau rumah kedamaian.
C. Etika Perang dalam pandangan Islam
Islam adalah agama perdamaian.12 Nyawa dalam Islam adalah suci dan
harus di hormati dan untuk perlindungannya diperlukan keamanan.13 Oleh
karena itu, Islam memajukan perdamaian sebagai prinsip kehidupan. Perang
hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa, di mana tidak ada lagi jalan yang
dapat ditempuh.14 Kebanyakan pembenaran untuk perang dimulai dengan
12 Abdul Aziz, Perang Dan Damai Dimasa Pemerintahan Rasulullah, (terj. H. Syalim
Basyarahil, Judu Asli, Muhammad Bainal Harbi Wssalami, gema insani press, 1991), hlm 23 13 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagi Seorang Pemimpin Militer, (terj. Annas
Siddik, judul asli, Muhammad As Military Leader, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm.15 14 Ibid, 11
22
suatu acuan tentang prinsip membela diri.15 Oleh karena itu, Islam memajukan
perdamaian sebagai prinsip kehidupan yang asasi dan mengambil segala
tindakan yang diperlukan untuk mencapai dan memepertahankannya. Tetapi
masyarakat tidak terdiri dari malaikat yang tentu saja melakukan kesalahan.
Ada manusia perorangan atau kelompok manusia (masyarakat) yang kasar dan
agresif dan tidak suka melihat orang lain hidup tenang dan damai. Mereka
merobek-robek semua ikatan ikatan moral, etika dan memperkosa hak orang
lain tanpa sebab yang pantas. Orang dan kelompok seperti itu harus
dikendalikan sehingga orang lain dan masyarakat dapat hidup dengan aman
dan damai.
Kalau ada orang durhaka seperti itu yang tidak mau membiarkan orang
lain hidup dalam kedamaian dan menjalankan keprcayaan mereka yang seperti
mereka yakini, dan orang durhaka tersebut bermaksud membinasakan mereka
termasuk agama mereka dan dapat menimbulkan kekacauan dalam negeri,
maka perlawanan bukan suatu hal yang wajar tetapi merupakan sesuatu hal
yang wajib bagi kaum Muslim.16
Perang diharuskan; pertama, untuk mengakhiri perburuan, penindasan
dan memulihkan keamanan dan ketertiban sehingga rakyat biasa dapat hidup
dengan tenang dan damai dan dapat menjalankan kepercayaan tanpa campur
tangan dan rintangan dari siapapun juga; kedua, diharuskan untuk
menegakkan hukum,17 dan keadilan sehingga semua orang, kaya dan miskin,
kuat dan lemah, dapat memperoleh perlindungan hukum dan hak-hak mereka
atas dasar yang sama tanpa ada perbedaan. Dalam hal itu, orang Muslim
diharuskan berperang untuk membantu kaum yang lemah dan tertindas untuk
15 May Larry, etika terapan; sebuah pendekatan multi cultural, (terj. Sinta Carolina, judul
asli, Applied etick; a multicultural approach, (Yogyakarta, Tiara Wacana, 2001), hlm. 313
16 Afzalur Rahman, op-cit, hlm. 16 17 Di Mekah Muhammad memulai tugasnya pertama kali dengan mematuhi sendiri
hukum Tuhan dan kemudian mengajak keluarganya dan orang lain untuk mengikutinya dan masuk kedalam pangkuan Islam. Ajakan yang disampaikan Muhammad adalah ajakan untuk semua orang, disampaikan dengan cara baik tanpa ada paksaan. Ibid, hlm. 16
23
mengembalikan kemerdekaan yang dirampas oleh orang yang mungkar dan
tidak adil.18
Dan orang yang memberikan bantuan dalam rangka menegakkan suatu
system keadilan dan ketertiban di muka bumi, bahkan mereka juga berperang
dan mengorbankan nyawanya, disebut mujahidin, berjuang di jalan Allah, dan
orang yang berperang untuk melakukan penindasan dan ketidakadilan disebut
teman setan dalam surat Annisa’ ayat 75-76 dijelaskan:
$ tΒuρ ö/ä3 s9 Ÿω tβθ è= ÏG≈s) è? ’ Îû È≅‹ Î6y™ «! $# t⎦⎫ Ï yèôÒ tF ó¡ßϑ ø9$# uρ š∅ÏΒ ÉΑ% y` Ìh9 $# Ï™ !$|¡ ÏiΨ9 $#uρ
Èβ≡ t$ ø!Èθø9 $#uρ t⎦⎪ Ï% ©!$# tβθ ä9θà) tƒ !$ oΨ −/u‘ $ oΨ ô_Ì÷zr& ô⎯ ÏΒ Íν É‹≈ yδ Ïπ tƒös) ø9 $# ÉΟ Ï9$ ©à9$# $ yγ è=÷δ r& ≅ yèô_$#uρ
$uΖ ©9 ⎯ÏΒ šΡ à$ ©! $|‹ Ï9uρ ≅yèô_$#uρ $oΨ ©9 ⎯ÏΒ šΡ à$ ©! .#·ÅÁtΡ t⎦⎪ Ï% ©! $# (#θãΨ tΒ#u™ tβθ è=ÏG≈ s) ム’ Îû
È≅‹ Î6y™ «! $# ( t⎦⎪ Ï% ©! $#uρ (#ρãx x. tβθè= ÏG≈s) ム’Îû È≅‹ Î6y™ ÏNθäó≈ ©Ü9$# (#þθè=ÏG≈ s) sù u™!$ u‹ Ï9÷ρ r& Ç⎯≈ sÜ ø‹ ¤±9 $# (
¨βÎ) y‰øŠ x. Ç⎯≈sÜ ø‹ ¤±9 $# tβ% x. $ ¸Š Ïè|Ê
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-
orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang
semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Ini
(Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi
Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang
kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan
itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”. (QS. An-
Nisa’: 75-76)
Dengan demikian, orang Muslim bercita-cita untuk menciptakan
kedamaian dan ketenangan. Tetapi kalau ketenangan dan kedamain itu tidak
dapat diperoleh dengan jalan biasa, maka mereka harus berperang untuk
mempertahankan prinsip dasar Islam ini, karena tanpa adanya kedamaian dan
ketenangan kehidupan yang aman tentram dan bahkan kelangsungan hidup itu
18 Ibid, hlm. 19
24
sendiri, tidak mungkin akan tercipta. Jadi, segala usaha harus dilakukan meski
harus mengunakan kekuatan yang kejam.19 untuk membela diri dan
menghilangkan penindasan atau menghapuskan rintangan yang menghalangi
umat melaksanakan kewajibannya dan menikmati kehidupan tenang dan
damai. Segera setelah keadan dapat dipulihkan, semua pertempuran harus
dihentikan, karena perdamaian merupakan ketentuan umum sedangkan perang
hanyalah pengecualian yang hanya dipergunakan sebagai suatu keharusan
dalam rangka menciptakan kedamaian untuk kepentingan semua orang.
Perang hanya boleh mengganggu prdamaian dalam usaha untuk memperoleh
tujuan kemanusiaan yang sebenarnya, memulihkana keadilan dan perdamaian
untuk semua orang menurut hukum Tuhan.
D. Hukum Perang
Ketika Allah SWT. memberikan tugas kenabian kepada hambanya
yang terpilih, Muhammad SAW maka diutuslah Malaikat Jibril untuk
menyampaikan risalah kenabian kepada Muhammad SAW, dan turunlah ayat
pertama yang menyeru kepada Muhammad SAW untuk membacanya.
Didalam surat Al-Alaq dijelaskaan:
ù&tø% $# ÉΟ ó™ $$Î/ y7În/ u‘ “Ï% ©! $# t, n= y{
”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-
Alaq : 1)
Risalah itu hanya untuk dirinya sendiri, tidak perlu disampaikan
kepada orang lain, maka turunlah ayat
$ pκ š‰ r'̄≈ tƒ ãÏoO £‰ßϑø9 $# . óΟ è% ö‘ É‹Ρ r'sù
”Wahai orang yang berselimut! Bangunlah lalu beri peringatan”.(QS. Al-
Mudastir: 1-2)
Ayat kedua ini memerintahkan Nabi Muhammad SAW. Untuk
menyampaikan risalah kenabiannya dalam memberi peingatan kepada kerabat
19 May Larry, op.cit., hlm. 313
25
dekatanya, kemudian kepada kaumnya, dan secara pelan tetapi pasti memberi
peringatan kepada seluruh bangsa Arab, yang akhirnya untuk seluruh
penghuni jagad raya ini. Allah SWT. Berfirman dalam surat Al-A’raf:
ö≅ è% $ yγ •ƒr'̄≈ tƒ ÚZ$ ¨Ζ9 $# ’ ÎoΤÎ) ãΑθ ß™u‘ «! $# öΝ à6ö‹ s9 Î) $ ·èŠ ÏΗsd “Ï% ©! $# … çµ s9 Û ù= ãΒ ÏN≡uθ≈ yϑ¡¡9$#
ÇÚö‘ F{ $#uρ ( Iω tµ≈ s9 Î) ωÎ) uθèδ ⎯Ç‘ ósムàM‹ Ïϑ ãƒuρ ( (#θãΨ ÏΒ$ t↔ sù «! $$Î/ Ï&Î!θß™u‘ uρ Äc© É<̈Ψ9$# Çc’ÍhΓ W{ $#
”Ï% ©!$# Ú∅ÏΒ÷σ ム«!$$ Î/ ⎯ ϵ ÏG≈ yϑÎ= Ÿ2 uρ çνθ ãèÎ7 ¨?$# uρ öΝ à6̄= yès9 šχρ߉tGôγ s?
”Katakan; hai manusia sesunguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu
semua.” (QS Al-A’raf : 158).
Dan Nabi Muhammad saw. bersabda lewat hadistnya: Seorang Nabi
hanya diutus untuk kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat
manusia.
Rasulullah SAW menyampaikan dakwah dan risalah kenabian di kota
Mekah berlangsung selama tiga belas tahun. Beliau menyampaikan pesan
moral Al-Qur’an dan menyerukan bangsa Arab lewat metoed ”dakwah bil
hikmah dan ma’izhatul hasanah” (dakwah penuh kebijaksanaan dan
peringatan yang sangat baik).20 Dengan harapan agar bangsa Arab (umat
manusia) mengikuti terhadap risalah yang disampaikan. Beliau bersama para
pengikutnya tidak pernah berperang yang hanya bertujuan untuk mengajak
orang-orang agar masuk Islam yang ketika itu sering mendapat siksaan dan
cercaan, baik secara fisik maupun psikis, yang dilakukan orang-orang kafir
Quraisy, tapi beliau mengajarkan mereka untuk selalu bersabar dan
menerimanya dengan lapang dada. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Al-Ahqaaf yang berbunyi:
20 Jamal Yusuf , Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah saw , (terj. Ahmad Assahili,
judul asli; Askariyatu al-Islamiyah , Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2002), hlm. 48
26
÷É9 ô¹$$ sù $yϑ x. u y9|¹ (#θä9 'ρé& ÏΘ÷“ yèø9$# z⎯ÏΒ È≅ ß™”9 $# Ÿωuρ ≅ Éf÷ètGó¡ n@ öΝ çλ °; 4 öΝ åκ ¨Ξ r(x. tΠöθtƒ tβ÷ρ t tƒ $ tΒ
šχρ ߉tãθムóΟ s9 (# þθèV t7 ù= tƒ ωÎ) Zπ tã$ y™ ⎯ ÏiΒ ¤‘$ pκ ¨Ξ 4 Ô≈n=t/ 4 ö≅yγ sù à7 n=ôγ ムωÎ) ãΠöθs) ø9 $#
tβθ à) Å¡≈ x ø9$#
”Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan
hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang
diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tingal di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka
tidak dibinasakan kecuali kaum yang fasik.” (QS. al-Ahqaaf : 35)
1. Dibolehkannya Perang
Semasa Rasulullah saw berjuang mendakwahkan ajaran Islam kepada
bangsa Arab di Mekah, para pengikut Nabi SAW tidak sedikit mendapatkan
teror dan intimidasi yang bertubi-tubi dari orang-orang kafir Qurisy. Kondisi
umat Islam pada waktu itu sangat memprihatinkan, menjalani kehidupan
sehari-hari tidak tenang, tegang dan selalu ada ancaman.penderitaan dan
penyiksaan yang diberikan oleh kaum Quraisy sudah menjadi makanan empuk
sehari-hari. Mereka mengintimidasi, menyiksa, menawan kaum Muslaimin,
merampas harta milik mereka dan profokasi dari orang-orang Quraisy atau
mengiming-imingi dan memikat mereka dengan serta budak perempuan yang
cantik.21 Orang Quraisy menggunakan setiap metode dan sarana untuk
menghentikan mereka, namun tidak membuat iman para pengikut Nabi saw
menurun, bahkan selalu mengalami grafik naik dalam jiwanya. Sehinga
mereka lebih bersemangat mengerjakan perintah agama tanpa ragu-ragu
sedikit pun. Menyembah Allah secara terbuka dihadapan setiap manusia,
apakah beriman ataukah tidak, tanpa dianiaya disiksa atau ditekan marupakan
21 Tahia al- Ismail, Tarikh Muhammad saw; Teladan Perilaku Ummat, (terj. A.. Nasir
Budiman, Judul Asli, The Life Of Muhammad: His Life Based On The Earliest Sources, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 133
27
impian kaum muslim Mekah, setelah tiga belas tahun perjuangan,22 kini
menjadi kenyataan setelah kaum Muslimin berhijrah ke Madinah.
Meliahat hal ini, orang-orang kafir Quraisy bingung dan tak habis
pikir. Maka mereka sepakat untuk membunuh Nabi Muhammad saw karena
beliau dianggap sebagai biang keroknya. Maka Allah SWT mengijinkan Nabi
Muhammad SAW agar secepatnya berhijrah bersama para sahabatnya ke kota
Madinah dijadikan tempat berlindung dan dinilai strategis untuk
mengembangkan syi’ar Islam di masa-masa mendatang, di samping itu
penduduknya sangat mencintai Nabi SAW dan beliau juga mencintai mereka.
Setelah Nabi Muhammad SAW menetap di kota Madinah, bersama
para sahabatnya (kalangan Ansor dan Muhajirin) hidup tenang dalam
menjalankan perintah agama dan menyiarkannya lebih leluasa. Maka musuh-
musuh beliau dari kalangan Musyrikin merayu orang-orang yang berlindung
kepada Nabi SAW agar kembali kepada kepercayaan semuala namun misi
mereka tidak berhasil, dan mereka memproklamasikan untuk berperang. Sejak
itulah Allah SWT mengijinkan Nabi SAW bersama kaum Muhajirin
berperang melawan orang-orang Musyrik Quraisy, sebagaimana yang tertulis
dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj:
tβ ÏŒé& t⎦⎪ Ï% ©#Ï9 šχθè= tG≈ s) ムöΝ ßγ ¯Ρ r'Î/ (#θßϑÎ= àß 4 ¨βÎ) uρ ©! $# 4’ n?tã óΟ ÏδÎ óÇtΡ íƒÏ‰s) s9 . t⎦⎪ Ï% ©! $#
(#θã_Ì÷zé& ⎯ÏΒ Ν Ïδ Ì≈ tƒÏŠ ÎötóÎ/ @d, ym HωÎ) χr& (#θä9θà) tƒ $ oΨš/ u‘ ª! $# 3 Ÿωöθs9 uρ ßì øùyŠ «! $# }¨$̈Ζ9 $#
Ν åκ|Õ÷èt/ <Ù÷èt7 Î/ ôM tΒ Ïd‰çλ°; ßì ÏΒ≡uθ|¹ Óìu‹ Î/uρ ÔN≡ uθn=|¹ uρ ߉Éf≈ |¡ tΒ uρ ãŸ2 õ‹ãƒ $ pκ Ïù ãΝ ó™ $# «! $#
#Z ÏVŸ2 3 χ uÝÇΖ uŠ s9uρ ª! $# ⎯ tΒ ÿ… çν çÝÇΨ tƒ 3 χÎ) ©! $# :”Èθs) s9 ̓ tã
“Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi sebab
sesunguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesunguhnya Allah, benar-benar
maha kuasa menolong mereka itu. Yaitu orang-orang yang telah diusir dari
kampong halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka
berkata, “Tuhan kami hanyalah Allah.” Dan sekiranya Allah tiada menolak
22 Ibid . hlm. 133
28
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang yahudi, dan masjid-
masjid, yang di dalamnya disebut nama Allah. Sesunguhnya Allah pasti
menolong orang-orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar maha kuat lagi maha perkasa.” (QS. Al- Hajj 39-40).
Setelah Allah SWT memberi izin kepada Rasulullah SAW berperang,
maka Allah SWT memerintahkan beliau untuk memerangi orang-orang yang
menentang untuk berperang, sedangkan orang-orang yang berdiam diri dan
suka berdamai serta mengedepankan kehidupan bermusyawarah harus
dibiarkan hidup tenang.23 Allah juga memerintahkan memerangi orang-orang
Musyrik secara keseluruhan sehingga agama ini hanya milik Allah. Hal ini
berlandaskan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah:
(#θè= ÏG≈s% uρ ’Îû È≅‹ Î6 y™ «! $# t⎦⎪ Ï%©! $# óΟ ä3 tΡθ è=ÏG≈ s) ムŸωuρ (#ÿρ ߉tG÷ès? 4 χ Î) ©!$# Ÿω = Åsãƒ
š⎥⎪ ωtG÷èßϑ ø9$# . öΝ èδθ è= çF ø% $#uρ ß] ø‹ ym öΝ èδθ ßϑçGø É) rO Ν èδθ ã_Ì÷z r& uρ ô⎯ÏiΒ ß] ø‹ ym öΝ ä.θã_t ÷z r&
4 èπ uΖ ÷F Ï ø9$# uρ ‘‰x©r& z⎯ÏΒ È≅÷Gs) ø9 $# 4 Ÿωuρ öΝ èδθ è= ÏG≈ s) è? y‰Ζ Ïã ωÉfó¡ pRùQ $# ÏΘ#tpt ø: $# 4© ®L ym öΝ ä.θè= ÏF≈ s) ãƒ
ϵŠ Ïù ( βÎ* sù öΝ ä.θè= tG≈s% öΝ èδθ è=çF ø% $$ sù 3 y7Ï9≡ x‹x. â™!#t“ y_ t⎦⎪ ÍÏ≈s3 ø9 $# . ÈβÎ* sù (#öθpκ tJΡ$# ¨βÎ* sù ©!$# Ö‘θà xî
×Λ⎧ Ïm§‘ . öΝ èδθ è= ÏG≈ s% uρ 4© ®Lym Ÿω tβθ ä3 s? ×π oΨ÷F Ïù tβθ ä3 tƒuρ ß⎦⎪ Ïe$! $# ¬! ( ÈβÎ* sù (# öθpκtJΡ $# Ÿξsù tβ≡ uρô‰ãã
ωÎ) ’ n?tã t⎦⎫ ÏΗÍ>≈ ©à9$#
“Dan perangilah di jalan Allah orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesunguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja
kamu jumpai, mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir
kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan
janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika memreka
memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu),
23 Jamal Yusuf, op.cit, hlm. 51
29
maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang Kafir.
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya
Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Dan perangilah mereka itu,
sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah
belaka, maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang
zalim.” (QS. Al-Baqarah : 190-193)
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa, peperangan dalam Islam hanya
suatu keterpakasaan yang tidak bisa dihindari lagi dan tidak boleh direntang
panjangkan. Allah SWT melarang kaum Muslimin mengadakan agresi dan
mencegah membunuh musuh berlebihan.24 2. Kewjiban Berperang
Seorang yang membenarkan agresi dan ketidakadilan semata-mata
untuk kesenangan dan kegembiraan atau karena cinta kepada orang yang dekat
dengannya dan mengabaikan kebenaran adalah orang yang sangat rendah
martabatnya.25 Sesungguhnya, kelemahan ini adalah kelemahan hati dan
kepercayaan dan bukan kelemahan fisik, dan kalau kelemahan ini
mengendalikan pikiran seseorang, pikiran ini menghancurkan semua rasa
keadilan dan kebajikan dan semua kehormatan dan keagungan dalam diri
mereka.
Para teoritis perang yang adil terkadang gagal untuk melihat bahwa
teori perang yang adil menggambarkan dua jenis perang yang adil, perang
yang secara moral diizinkan dan perang yang secara moral diwajibkan secara
meyakinkan dapat ditunjukkan pada tingkat pribadi.26
Islam telah mengajarkan kesabaran dan ketabahan dalam segala hal,
tetapi tidak berdiam diri kalalu kebenaran dihancurkan. Islam memerintahkan
mereka secara khusus bahwa kalau hak-hak- asasi mereka dilanggar kalau
mereka ditindas dan tidak dibenarkan untuk hidup sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaannya sendiri dan diusir dari rumah mereka, mereka tidak boleh
menunjukkan sedikitpun kelemahan pada musuh, tetapi harus menghimpun
24 Abdul Aziz, op.cit., hlm. 25 25 Afzalur Rahman, op.cit.t, hlm. 300 26 May Larry, op.cit., hlm. 318
30
semua kekuatan mereka untuk menghapuskan agresi ini dalam surat An-Nisa’
telah dijelaskan:
ö≅ ÏF≈ s) sù ’ Îû È≅‹ Î6y™ «! $# Ÿω ß# ¯=s3 è? ωÎ) y7 |¡ø tΡ 4 ÇÚ Ìhymuρ t⎦⎫ÏΖ ÏΒ÷σ çRùQ $# ( © |¤ tã ª!$# βr& £# ä3 tƒ
} ù̈'t/ t⎦⎪ Ï% ©! $# (#ρãx x. 4 ª! $#uρ ‘‰x© r& $U™ ù't/ ‘‰x© r&uρ WξŠ Å3Ζ s?
”Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani
melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. ”Kobarkanlah semangat kaum
Mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-
orang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat besar siksaan-Nya.”
(QS. An-Nisaa’: 84)
Perintah berperang itu harus dilakukan oleh nabi Muhammad s.a.w
Karena yang dibebani adalah diri beliau sendiri. ayat Ini berhubungan dengan
keengganan sebagian besar orang Madinah untuk ikut berperang bersama nabi
ke Badar Shughra. Maka turunlah ayat Ini yang memerintahkan supaya nabi
Muhammad s.a.w. pergi berperang walaupun sendirian saja.
Pentingnya pertahanan dapat dilihat dari ini, bahwa pertahanan bukan
bukan hanya salah satu bentuk ibadah dan wajib dalam Islam, melainkan
wajib untuk mempertahankan kepercayaan Islam melawan agresi musuh,
maka perlawanan tersebut menjadi satu-satunya tanda dan standar untuk
menilai kepercayaan dan iman manusia.27
Persiapan perang untuk mengganyang musuh ini bukan saja untuk
menghancurkan musuh atau bukan semata-mata untuk menegaskan negara
yang kuat, melainkan didasarkan pada suatu kearifan yang dalam. Kearifan
dan keharusan tersebut dikatakan oleh Tuhan dalam firman-Nya surat Al-
Imran sebagai berikut:
27 Afzalur Rahman, op.cit., hlm. 301
31
öΝ çGΖ ä. u öyz >π ¨Βé& ôM y_Ì÷z é& Ĩ$ ¨Ψ= Ï9 tβρâ ß∆ù's? Å∃ρã÷èyϑø9 $$ Î/ šχ öθyγ ÷Ψ s? uρ Ç⎯tã Ì x6Ζ ßϑø9 $#
tβθ ãΖ ÏΒ÷σ è? uρ «! $$ Î/ 3 öθs9 uρ š∅tΒ#u™ ã≅÷δ r& É=≈ tGÅ6ø9 $# tβ% s3s9 #Zö yz Ν ßγ ©9 4 ãΝ ßγ÷ΖÏiΒ
šχθãΨ ÏΒ÷σ ßϑ ø9$# ãΝ èδ çsY ò2r&uρ tβθ à) Å¡≈ x ø9 $#
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik”.(QS. Al-Imran: 110).
Dalam firman ini, orang Muslim diperingatkan bahwa orang telah
ditunjuk untuk memimpin dunia dari tangan anak-anak Israel yang telah
dicabut karena mereka tidak cakap. Orang Muslim ditunjuk untuk
menjalankan kewajiban tersebut karena mereka memiliki sifat moral yang
diperlukan untuk menjadi pemimpin yang adil.28
Ini merupakan suatu sistem kebaikan, kebajikan dan keadilan yang
ditugaskan Tuhan untuk ditegakkan oleh umat manusia. Tugas ummat
Islamlah untuk menegakkan sistem ini di muka bumi dan kemudian
melindunginya dari semua bahaya dengan segala kekuatan yang dimilikinya.
Dengan perkataan lain, ummat Islam harus bekerja keras untuk mengajak
seluruh ummat manusia memeluk sistem kehidupan di mana kebaikan,
kebajikan dan keadilan berkembang, sedangkan kekuatan setan, ketidakadilan
dan korupsi dihapuskan. Demikianlah Islam menyajikan suatu standar
kebaikan bersama secara kolektif, bebas dan rasa nasionalisme, rasionalisme,
kedaerahan dan kesukuan yang picik.
3. Alasan Perang
28 Tugas tersebut, adalah untuk menegakkan kebajikan, untuk menghapuskan kejahatan,
mempercayai bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan menjalankan kewajiban kepercayaan ini.
Oleh karena itu, mereka harus memahami tanggung jawab pekerjaan yang telah dipercayakan pada
mereka dan menghindari kesalahan yang telah dibuat oleh pendahulunya. Ibid, hlm.309
32
Ibnu Khaldun, dalam magnum opus-nya Muqaddimah, menyebutkan
bahwa "sejarah perang dan segala bentuk pertengkaran seumur dengan dunia.
Perang terjadi semenjak Tuhan menciptakan dunia". Karena itu, perang
merupakan endemik bagi eksistensi manusia.
Pernyataan Ibnu Khaldun di atas mengisyaratkan betapa perjuangan
untuk menghindari dan menolak perang juga seumur dengan manusia. Perang
dan antiperang menjadi dua entitas kontradiktif, tapi saling terkait. Dalam
pandangan Ibnu Khaldun, sebagaimana juga Ibnu Rusyd, wacana legitimasi
perang dalam literatur Islam klasik didasarkan pada pemisahan dunia ke dalam
dua ruang: dar al-Islam (daerah di mana hukum Islam diterapkan) dan dar al-
harb (daerah perang).29
Ibnu Rusyd menulis risalah yang cukup panjang lebar mengenai
konsep jihad. Dalam kitab Bidayah al-Mujtahid, Ibnu Rusyd mengelaborasi
pandangan-pandangan ulama klasik seputar alasan perang, dan berupaya
merekonsiliasi antara "ayat-ayat damai" dan "ayat-ayat perang". Menarik
dicatat, Ibnu Rusyd juga menganalisis konteks historis mengapa konsepsi
jihad para ulama klasik cenderung mengesankan ofensif, bukan defensif.
Padahal, kata Ibnu Rusyd, Alquran mengizinkan perang sebagai "perjuangan
defensif", yakni perang dilakukan semata untuk melindungi jiwa dan harta
kaum Muslim dari agresi luar.
Jika dikembangkan lebih lanjut, teori zaman pertengahan tentang jihad
sudah tidak lagi relevan. Sebab, pemisahan dunia menjadi dar al-Islam dan
dar al-harb saat ini tak lebih dari fiksi belaka. Dunia Islam sekarang
mengalami disintegrasi ke dalam sejumlah negara yang saling berselisih (rival
states), bahkan sebagian negara Islam bersekutu dengan negara-negara yang
bisa dikategorikan dar al-harb dalam memerangi sesama agama. Lagi-lagi,
Ibnu Rusyd menegaskan, sebagian besar ulama sebenarnya berpandangan
bahwa "ayat-ayat perang" harus dibaca dalam konteks "ayat-ayat damai",
sehingga jihad semata-mata dimaksudkan sebagai perjuangan defensif.
29http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=122561&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2=291
33
Sikap ini diamini oleh Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Al-Halal
wa al-Haram fi al-Islam (1985). Ulama kharismatik ini menyebut satu ayat
yang dapat dijadikan pegangan dalam membina hubungan harmonis lintas
agama. Yakni ayat "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berlaku adil" dalam surat An-Nur telah dijelaskan:
(#äτu‘ ô‰tƒuρ $ pκ ÷]tã z># x‹ yèø9 $# βr& y‰ pκô¶s? yì t/ ö‘ r& ¤N≡ y‰≈ pκ y− «! $$ Î/ … çµ ¯Ρ Î) z⎯Ïϑ s9 š⎥⎫ Î/É‹≈ s3 ø9$#
“Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama
Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang
dusta”. (QS. An-Nur: 8).
Tafsir lain dikemukakan oleh mantan Syeikh al-Azhar, Jadul Haq Ali
Jadul Haq. Dalam karya dua volume yang dijadikan text book di Al-Azhar,
Bayan Ila al-Nash, Jadul Haq menekankan bahwa terminologi jihad tidak
berarti perang (harb). Jika kita hendak berbicara tentang perang, seharusnya
kita menyebut jihad musallah (jihad bersenjata) agar dapat dibedakan dari
jihad dalam pengertian sehari-hari. Yaitu, jihad melawan kebodohan, jihad
melawan kemiskinan, jihad melawan penyakit, dan seterusnya. Dan, mencari
ilmu merupakan tingkatan jihad tertinggi. Lebih lanjut, Jadul Haq
menguraikan bahwa jihad bersenjata tidak begitu penting, karena dahwah itu
sendiri dapat dilakukan tanpa perang.
E. Hakekat Jihad Jihad adalah sebuah kata yang dijadikan istilah oleh Islam untuk
menegakkan kalimat Allah di muka bumi, dan secara rinci dijelaskan sebagai
salah satu dakwah untuk menyebarkan akidah Islamiyah.30 Karena itu, Islam
tidak menggunakan kata harb yang mempunyai arti perang, tetapi
menggunakan kata jihad yang mempunyai arti yang cakupannya sangat luas,
30 Jamal Yusuf, op.cit., hlm. 35-36
34
yaitu mencurahkan segala perjuangan dan usaha yang bernuansa improvisasi
dan pembangunan. Sedangkan kata harb, secara mutlak mempunyai arti
perang yang konotasinya merusak, bernuansa material dan semata-mata
duniawi. Disamping itu, sebab-sebab terjadinya perang biasanya yang
dipertentangkan adalah masalah yang berkaitan dengan ekonomi, social,
idiologi, bahkan urusan pribadi.. Jihad merupakan pengertian yang
mencangkup setiap usaha dan perjuangan yang bersungguh-sungguh dalam
rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi.
Oleh karena itu, jihad harus dilakukan sesuai dengan tuntunan hukum
Islam. Tidak dibolehkan jihad berjalan tanpa aturan atau sekedar mengikuti
kehendak pribadi atau kelompok.
Jihad dalam panddangan Islam dimasukkan ke dalam wacana ibadah.
Dilihat dari segi kewibawaan melaksanaannya.
1. Makna Jihad Dalam Al-Qur’an
Ada beberapa makna jihad dalam Al-Qur’an tentang jihad, apabila di
cari rujukannya dari visi besar Al-Qur’an tentang jihad; pertama kata jihad
dalam Al-Qur’an banyak sekali, dan memiliki variasi penyebutan misalnya
juhd, al-jihad, yujahidu, jahada, al-mujahidin, dan seterusnya yang disebut
sebanyak 41 kali. bahwa dalam pemaknaan bahasa, akar kata jihad adalah
“bersungguh-sungguh” dalam berbagai variasinya. Dalam Islam, arti kata
Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh.
Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu
menegakkan Din Allah atau menjaga Din tetap tegak, dengan cara-cara sesuai
dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan
Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan
kembali kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran
kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan
mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.31
31 Diperoleh dari, http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad
35
Ketika dipakai dalam berbagai versi ayat-ayat Al-Qur’an, “sungguh-
sungguh” memiliki konteks yang berbeda. Misalnya, dalam (QS. Al- Hajj
[22]: 78) jihad dimaknai bersungguh-sungguh di jalan Allah, dan konteksnya
adalah bersungguh-sungguh dalam mengikuti agama Ibrahim.32 Dengan
mendasarkan pada pengertian bahasa tesebut, oleh sebagaian tokoh agama dan
intelektual, kata jihad diimplementasikan dalam banayak aspek. Maka
menurut, mereka, “semua kegiatan kebaikan yang dilakukan dengan sungguh-
sungguh” adalah jihad. Menurut ilmu, bekerja atau berbagai kegiatan lain ,
dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertujuan baik, sumua adalah jihad.
Jihad mestilah dimaknai secara sungguh-sungguh dalam artian,
misalanya; menelaani agama Ibrahim; menolak secara sungguh-sunguh dalam
keimanan untuk mengabdi para penindas, dan memegang teguh janji yang
telah diikrarkan dengan sumpah nama Allah atau Tuhan yang maha Esa.
Makna-makna ini, adalah makna jihad yang menjadi visi besar dalam Al-
Qur’an.33
Bahkan jihad terbesr adalah melawan potensi yang menjadikan
manusia menjadi penindas atas kelompok-kelompok lemah, sebagai nafsu
setan (QS. al-Ankabut : 7. hadis –hadis nabi yang berkaitan dengan jihad juga
menempatkan jihad yang seperti ini adalah jihad yang terbesar diantara
keseluruhan makna jihad yang ada dalam Islam, seperti yang pernah dikatakan
oleh Rasulullah SAW setelah pulang dari perang badar. Jihad yang berkaitan
dengan perlawanan fisik, dipandang sebagai jihad kecil.34
Versi lain, dalam QS. Al-Maidah [5]: 53 jihad atau sungguh-sungguh
dimakanai sebagai keteguhan dalam bersumpah dalam menyebut nama Allah.
Sumpah disini kaitannya dengan janji dan keteguhan, di mana ketika
besumpah dengan nama Allah, dengan sendirinya ia akan memiliki
32 Nur Khalik Ridwan, Detik-Detik Pembongkaran Agama; Mempopulerkan
Agamankebajikan, Menggagas Pluralisme-Pembebasan, (Yogyakart: Naskah Nusantara, 2003), hlm. 206
33 Ibid, hlm. 213 34 Nur Khalik Ridwan, op.cit., hlm. 213
36
konsekwensi bahwa sumpah itu mestilah ditepati dengan teguh. Sebab di
manapun sumpah, ia berarti ia telah mengikat janji yang harus dipegang teguh.
Sedangkan dalam QS. al-Ankabut: 8, jihad dimaknai sebagai upaya
orang tua untuk menekan dan memaksa seorang anak agar mengabdi kepada
penindas (Musyrik). Disini kata jihad digunakan untuk sesuatu yang tidak
terpuji, sebagai pemaksaan orang tua kepada anak. Kemudian, diakhir ayat,
jihad yang berarti pemaksaan orang tua agar anak mengabdi kepada para
penindas, anak tidak boleh taat. Dengan sendirinya kalau jihad digunakan
untuk suatu pengabdian kepada para penindas, dalam ayat ini anak disuruh
menolak.35 Masih banyak lagi variasi makna tentang jihad ini dalam Al-
Qur’an. Di antara variasi-variasi ini, memang ada makna dimana Al-Qur’an
menggunakan kata jihad untuk konteks sungguh-sunguh dengan menggunakan
harta, jiwa dan raga di jalan Allah. Lebih spesifik lagi ada beberapa ayat Al-
Qur’an yang menggunakan ini untuk melawan orang-orang Kafir dan Munafiq
seperti dalam surat QS. at-Taubah: 73, QS. at-Tahrim: 99, dan QS. al-Furqan:
53. hanya makna ini memiliki konteksnya tersendiri, yang tidak bisa
digunakan untuk kseluruhan kasus. Sebab, tidak semua kasus kemudian
diasumsikan bisa diperangi.
2. Jihad dengan Pengertian kontak Fisik dalam Al-Qur’an.
Memahami jihad dalam pengertian perlawanan fisik dengan
keseluruhan pengertian mestilah dipahami dalam konteks peperangan yang
dilakukan Rasul. Ketika di Mekah, Rasulullah jelas-jelas menempatkan jihad
sebagai jalan spiritual.36 Rasul sama sekali tidak menggunakan kekuatan
senjata atau pun fisik. Pengikut Raul justru menepi dan hijrah ke Habsyah. Hal
ini adalah periode di mana Rasulullah sebagai seorang Nabi dan Rasul semata,
yang melakukan kecaman-kecaman moral kepada kelompok-kelompok borjuis
Mekah yang menindas orang-orang miskin.
Barulah jihad dalam artian mengangkat senjata terjadi di Madinah
dengan begitu jihad yang pertama-tama adalah untuk mempertahankan
35 Nur Khalik Ridwan, ibid, hlm. 207 36 Ibid, hlm. 207
37
territorial Madinah, seperti yang tercantum dalam piagam Madinah bahwa
“Masing-masing anggota yang mengikat perjanjian berkewajiban untuk
mempertahankan bersama-sama dari serangan musuh”
Jihad di sini, yang dilawan adalah bukan kekuatan komunita agama
lain. Sebab orang-orang kufar Mekah yang artinya adalah penindas.
Seandainya mereka tidak memerangi Nabi dan mengejar-ngejar, maka
pertarungan itu sangat mungkin tidak menjadi konfrontai senjata.37
Jihad dalam bentuk perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang
membahayakan eksistensi ummat (antara lain berupa serangan-serangan dari
luar). Jihad tidak bisa dilaksanakan kepada orang-orang yang tunduk kepada
aturan Allah atau mengadakan perjanjian damai maupun ketaatan.38
Ketika kelompok-kelompok penindas Mekah tersebut, di Madinah
mencoba untuk menghancurkan sekuat tenaga, maka sangatlah logis bahwa
mempertahankan Madinah adalah bagian dari kewajiban anggota-anggotanya.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa jihad, diperbolehkan untuk
melawan dengan fisik bila terjadi kekuatan luar yang mengganggu toritoprial
anggota-angota komunitas territorial Muslim atau territorial yang disepakati
kaum Muslim sebagai negeri perjanjian dengan komunitas lain. Keperluannya,
kekuatan luar justru ingin menghancurkan kekuatan-kekuatan yang ada di
territorial komunitas Muslim atau negeri perjanjian. Jadi, disini jihad dalam
konteks menggunakan fisik adalah untuk mempertahankan territorial.
Selanjutnya, memepertahankan territorial diasumsikan melindungi
kepentingan agama kelompok-kelompok yang mengikat perjanjian dalam
territorial itu. Pengertian jihad disini bermakna ganda: politik dan
mempertahankan kepercayaan atau agama komunitas yang mengikat
perjanjian dalam sebuah Negara. Jihad disini dibebankan kepada anggota
komunitas Negara yang mengikat perjanjian dalam sebuah negara. Jihan disini
dibebankan kepada anggota komunitas Negara yang mengikat perjanjian itu.
37 Ibid, hlm. 2008 38 http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad
38
Dengan demikian, tidak dibenarkan jihad dilakukan dengan
melancarkan penyeranagn, sementara tidak ada ganguan dari pihak luar atas
territorial komunitas Muslim, atau komunitas di mana kelompok Muslim
mengikat perjanjian dengan komunitas-komunitas lain satu territorial Negara
itu. Jihad juga dalam artian melakukan perlawanan, tidak dibenarkan ditempat
yang tidak menjadi teritorial komunitas yang saling beperang. Sebab dalam
keadaan seperti itu biasa mengganggu dan melibatkan kelompok-kelompok
lain yang tidak ikut bersengketa. Jihad juga tidak dibenarkan, dengan
mengambil sasaran mereka yang tidak ikut terlibat dalam senketa peperangan,
misalnya anak-anak atu warga sipil yang tidak tahu menahu.
3. Hukum jihad
Pada mulanya peperangan itu dicegah, lebih dari 70 ayat dalam Al-
Qur’an mencegah kita melakukan peperangan. Akan tetapi musuh-musuh
Islam kian hari kian bertambah buruknya, bertambah kasar dan ganas, barulah
untuk membela agama dan menangkis keganasan musuh maka diturunkanlah
ayat yang mengizinkan perang. Seperti dalam surat Al-Hajji ayat 40.39 Hukum
jihad adalah fardu kifayah,40 apabila keadaan tidak genting atau tidak
membahayakan bagi eksistensi negara Islam, dan kalau sudah ada umat Islam
yang sudah terjun terlebih dahulu maka umat Islam yang lain sudah gugur
kewajibannya. Sedangkan apabila musuh telah menghamburkan diri dalam
negara Islam dan menginjak-injak martabat dan kehormatan serta harga diri
umat Islam, maka dalam keadaan seperti ini bukan merupakan fardhu kifayah
lagi tatapi sudah berubah menjadi fardhu’ ain bagi kaum laki-laki, wanita, tua,
muda dan anak-anak. Mereka wajib berjihad di jalan Allah dan menghalau
orang-orang yang melampaui batas. Hal ini berdasarkan firman Allah swt.
Dalam Al- Qur’an surat An-Nisa’:
39 Hasbi Ash-Siddieqy, Al- Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 544 40 Jamal Yusuf, op.cit., hlm. 59
39
ö≅ ÏF≈ s) sù ’ Îû È≅‹ Î6y™ «! $# Ÿω ß# ¯=s3 è? ωÎ) y7 |¡ø tΡ 4 ÇÚ Ìhymuρ t⎦⎫ÏΖ ÏΒ÷σ çRùQ $# ( © |¤ tã ª!$# βr& £# ä3 tƒ
} ù̈'t/ t⎦⎪ Ï% ©! $# (#ρãx x. 4 ª! $#uρ ‘‰x© r& $U™ ù't/ ‘‰x© r&uρ WξŠ Å3Ζ s?
”Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani
melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. ”Kobarkanlah semangat kaum
Mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-
orang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat besar siksaan-Nya.”
(QS. An-Nisaa’: 84)
4. Motif Dan Tujuan Jihad
Dalam peperangan yang pernah dilalui oleh umat Islam pada masa
silam, musuh-musuh umat Islam yang berhadapan dengan pasukan jihad
merasa aneh dengan mental “nekad” pasukan Muslimin. Dalam catatan sjarah,
pasukan jihad adalah pasukan yang rindu akan kematian;41 suatu hal yang
bertolak belakang dengan mental musuh-musuhnya. Tidak heran, ketika ada
panggilan jihad, umat Islam pada waktu itu menyambut dengan gagap
gembira dan merasa senang hati tanpa imbalan apapun. Fakta inilah yang
memperkuat ada anggapan bahwa ada motif dan tujuan luhur dalam aktivitas
perang dalam Islam.
Motif aktivitas jihad adalah dalam rangka keinginan kuat untuk
melaksanakan perintah Allah SAW. Karena jihad adalah akativitas ibadah
seseorang hamba kepada Rabb-nya dan perang untuk membela hak adalah
bagian dari ibadah. Motif inilah yang menentukan kualitas nilai dari ibadah
yang dilakukannya dan motif spiritual inilah yang tidak dimengerti oleh
kebanyakan orang kafir.
Jihad adalah penampakan lain dari kasih sayang umat Islam kepada
seluruh umat manusia agar mereka menerima keluhuran tata nilai publik Islam
diterapkan ditengah-tengah mereka.
Motif semacam ini jelas tidak pernah ada dalam aktivitas imperialisme
yang dilakukan oleh negara-negara barat. Imperialisme yang dilakukan oleh
41 Yunan Ryan Tresna, op.cit., hlm. 11
40
barat kering dari aktivitas spiritual; yang ada hanyalah hawa nafsu dan
keserakahan untuk mengeksploitasi negara atau bangasa lain.
Adapun tujuan jihad adalah untuk menyebar luaskan ajaran Islam
kepada seluruh manusia keseluruh penjuru dunia agar umat manusia dapat
merasakan kebaikan Islam. Beberapa tujuan yang dijelaskan oleh Allah dan
dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Meninggikan kalimat Allah Swt. Dan melenyapkan segala
macam kekufuran. (dalam Q.S Al-Baqoroh, 2: 193)
2. Menghilangkan kezhaliman yang menimpa umat Islam (dalam
Q.S. Al-Hajj, 22: 39)
3. Menggetarkan musuh Allah dan siapa saja yang ada di
belakangnya hingga mereka tunduk kepada umat Islam (dalam
Q.S. Al-Anfal, 8: 60)
Sementara itu, tujuan imperialisme (penjajahan) adalah keinginan
untuk merampas kekayaan alam negeri yang dijajah, mendominasi, dan
menindas manusia-manusia yang ada di dalamnya. Semangat imperialaisme
tidak bisa dilepaskan dari idiologi kapitalisme yang mendasarinya.
Sebagaimana kita ketahui, imperialisme merupakan strategi kebijakan
luar negeri negara kapitalis. Hubungan yang dibangun oleh negara imperialis
dengan negara yang lain adalah hubungan superior-inferior; superior bagi
negara tuan dan inferior bagi negara budak. Dalam perjalanan sejarah, negara
kapitalis senantiasa menggunakan menggunakan strategi penjajahan,
kolonialisme dan imperialisme dalam rangka membuka peluang kebijakan
ekonominya, seperti menambah modal, menemukan pasar baru tempat
dipasarkannya produk mereka, dan menemukan bahan baku murah untuk
memasok kebutuhan produksi dalam negeri.
Motif dan tujuan yang didasarkan pada nafsu penjajahan atas umat
manusia akan melahirkan cara yang berbeda dengan yang di dasarkan pada
nilai spiritual yang luhur. Bagi penganut idiologi kapitalisme, apapun akan
menjadi sah dilakukan demi meraih tujuan imperialismenya. Penipuhan,
pembohongan, sampai pembunuhan atas umat manusia akan menjadi hal yang
41
sah dan lumrah. Kita akan mendapati bahwa perjalanan sejarah Islam
senantiasa dihiasi dengan keagungan yang keberadaban. Berbeda dengan
kapitalisme, catatan sejarahnya dihiasi dengan sejarah dan tangisan negara
yang dijajahnya. Perbedaan dalam hal dan motif tujuan ini terbukti
meniscayakan perbedaan pada tataran praktek pelaksanaannya.
Islam menjalankan aktivitas peperangannya didasarkan pada perintah
dan petunjuk dari Allah Swt. Perang adalah pilihan terakhir setelah Islam
mengajak mereka terlebih dahulu untuk memeluk Islam. Kalau tidak bersedia,
mereka ditawari masuk dalam kekuasan Islam dengan jalan membayar jizyah
(upeti bagi pemerintahan Islam atas perlindungan yang diberikan Islam
kepada mereka) meskipun mereka tetap pada agama mereka.
Jihad bukan merupakn suatu kebrutalan. Perang dalam rangka
membebaskan suatu wilayah bukanlah legitimasi atas pembunuhan terhadap
penduduk sipil. Pihak yang diperangi adalah penghalang fisik, seperi penguasa
yang menghalangi masuknya Islam secara damai pada daerah tersebut. Perang
dalam Islam tidak boleh membunuh anak-anak kecil, para wanita, orang tua
renta, dan rahib-rahib digereja. Adapun bagi musuh-musuh yang tertawan,
Islam memperlakukan mereka secara baik. Demikian juga dengan penggunaan
senjata penghancur massal, Islam dibolehkan membolehkan senjata tersebut
jika musush menggunakan senjata yang sama. Alasannya karena jihad
diarahkan alam rangka membebaskan suatu negeri, bukan dalam rangka
menghabisi penduduk sipil.
Berbeda dengan negara-negara kapitalisme, mereka menggunakan cara
yang ketika mempraktekkannya betapa banyak korban yang berjatuhan yang
diakibatkan oleh penjajahan kapitalisme atas daerah yang dijajahnya. Menurut
negara-negera penganut idiologi tersebut, cara apapun menjadi sah demi apa
yang akan didapatkannya.sebagai contoh, kolonialisme yang dipraktekkan
barat telah memakan jutaan korban jiwa dan penderitaan bagi mereka yang
masih hidup akibat perang dunia I dan perang dunia II.
Imperialisme hanya akan melahirkan ketidak adilan global. Sebaliknya
Islam, sepanjang sejarahnya dipenuhi dengan ketentraman, ketentraman
42
tersebut bukan hanya dirasakan oleh orang-orang Islam semata, melainkan
juga oleh non-muslim. Inilah kenyataan bahwa dari hasil jihad jauh berbeda
dengan imperialisme yang dibawa oleh barat, baik dari segi tujuan maupun
motifnya.
Secara historis, kondisi itu telah di buktikan oleh sejarah Islam
sepanjang 800 tahun ketika Sepanyol hidup dalam naungan Islam. Taiga
agama basar, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi bisa hidup bedampingan.
Masing-masing pemeliknya bebas menjalankan syari’at agamanya dan
dijamin oleh negara. Dengan demikian sepatutnya kita menoleh masyarakat
Islam yang jaya, mulia, makmur di Spanyol.42
Keadilan pun dirasakan secara merata oleh semua rakyatnya. Ketika
rumah seorang yahudi hendak digusur oleh Amr bin Ash untuk pembangunan
masjid, yang berarti menasionalisasi hak milik pribadi, Umar bin Khattab
marah dan meminta gubernurnya untuk mengembalikan hak milik pribadi
orang Yahudi tersebut.
Juga kisah Ali bin Abi Thalib yang bersengketa dengan orang Yahudi
soal baju besi. Kasus itu dimenangi oleh orang Yahudi yang merupakan rakyat
jelata. Inilah jaminan yang diberikan Islam kepada rakyatnya.
5. Antara Jihad Dan Imperialisme
Sekarang tibalah saatnya kita pada pembahasan untuk membedakan
dua konsep yang seakan sama, yaitu jihad dan imperialisme. Sebagaimana
telah dijelaskan pada bab pembahasan sebelumnya, jihad adalah perang, baik
terlibat secara langsung maupun tidak. Dalam hal ini dapat dipahami bahawa
negara dalam konsep Islam sah untuk melakukan kekerasan.43 Namun,
kekerasan tersebut berbeda dengan kekerasan yang dilakukan negara dalam
konteks imperialisme. Perbedaan antara jihad dan imperialisme terletak pada
dasar penggunaan kekerasan, tujuannya, dan cara merealisasikannya.
42 Tan Malaka, Pandangan Hidup, (Yogyakarta: CV. Adipura, cet I), hlm. 23 43 Yunan Ryan Tresna, op.cit., hlm. 10
43
6. Dasar Idiologi
Negara yang beridiologi Islam dengan negara yang beridiologi
kapitalisme akan berbeda pandangannya atas perang, demikian juga jika kita
bandingkan dengan negara yang menganut idiologi komunisme, tentu
persoalannya akan lebih berbeda lagi. Jadi, idiologi yang dianut oleh suatu
negara negara akan memengaruhi pandangannya terhadap pengelolaan
sesuatu, termasuk terhadap masalah perang.44
Faktanya, tidak ada satu negarapun di dunia ini yang tidak
menggunakan kekerasan dalam dalam meraih tujuan-tujuannya. Amerika
Serikat, misalnya, sebagai negara kapitalis yang saat ini memiliki kekuatan
super power, dalam prakteknya banyak menggunakan kekerasan dalam rangka
menyebar luaskan ide-ide kapitalisnya dan mencapai kepentingan nasionalnya
(nation interest). Demikian juga negara yang berbasis idiologi sosialisme
komunisme. Mereka melakukan hal yang sama. Sejarah telah mencatat bahwa
Rusia, semasa perang dingin, telah banyak melakukan pembantaian bukan
hanya dinegaranya, tetapi juga di negara-negara lain.
Rasanaya, penggunaan kekerasan sulit dihilangkan mengingat dunia
ini di huni oleh banyak orang dan negara yang berbeda satu sama lain dari sisi
pemikiran, idiologi atau kepentingan. Selain itu, bisa jadi negara negara
melakukan kekerasan dalam rangka mencegah terjadinya tindak kejahatan
pihak lain mengingant tidak setiap orang atau negara berperilaku baik dan
dapat disadarkan hanya dengan kata-kata lembut atau kasar sekalipun.
Penjelasan jihad di atas, menanndakan bahwa konep jihad mestilah
tidak disalahartikan oleh agama-agama lain sebagai konsep Islam untuk
mengancam agama mereka. Sebaliknya, konsep ini juga menegaskan bahwa ,
jihad tidak boleh ditafsirkan secara serampanagn oleh kelompok muslim untuk
melakukan kekerasan dan terorisme, meskipun dengan dalih menegakkan
agama Allah. Apalagi membunuh warga sipil sebagai tujuan politik sangatlah
menjijikkan. Praktek seperti ini tidak ada kaitannya dengan jihad. Itu adalah
44 Ibid,, hlm. 10-11
44
persoalan pembunuhan tujuan politik, sama seperti komunitas apapun bias
melakukan hala yang sama.
BAB III SEJARAH KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD SAW DAN
KEMENANGAN UMAT ISLAM
A. Biografi Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW. Lahir di Mekah, disuatu tempat yang dikenal
dengan suqul lail, pada hari senin pagi, hari ketujuh belas bulan Rabiul awal.
Ada pula yang mengatakan hari kedua belas bulan rabiul awal pada tahun
gajah, yaitu tahun kedatangan pasukan gajah ke Mekah di bawah pimpinan
Abrahah Al-Asyram, raja Yaman untuk menghancurkan Ka’bah.1 Nabi Muhammad SAW lahir sekitar tahun 570 miladiah dari klan
Hasyim yang telah berkurang kekuasaannya dan merasa tersingkir. Hasyim
Ibn Abdi Manaf, cucu laki-laki Qushai, adalah sosok penting di Mekah
semasa hidupnya. Abdi Manaf adalah orang pertama yang mempunyai dua
kafilah yang setiap tahun hilir mudik dari Mekah ke Syiria dan yaman, dan
disebutkan mempunyai hubungan baik dengan Najjasyi dari Abisinia dan raja
Bizantium. Awalnya klan yang didirikannya itu berhasil. Anak lelaki Hasyim,
yaitu Abdul Muthalib adalah tokoh karismatik yang diyakini telah
menemukan kembali mata air suci Zamzam yang pernah ditimbun leluhur
Quraisy mereka di Mekah. Sehinga klan Hasyim memiliki hak istimewa
membagikan air dari Zamzam kepada para peziarah saat melakukan ibadah
haji. Abdul Muthalib adalah seorang saudagar kaya yang untanya
menunjukkan bahwa ia meneruskan sebagian dari tradisi hidup mengembara.
Ia mempunyai sepuluh putra dan enam putri, mereka berparas tampan dan
cantik. Sejarawan Ibnu Sa’d menyebutkan kesan yang dirasakan penduduk
mekah dari anak-anak Abdul Muthalib: ”di antara penduduk Arab tidak ada
sesosok yang lebih mulia, tidak ada tokoh yang lebih luhur. Hidung mereka
begitu mancung sehingga melebihi bibirnya. Abdullah adalah putra terkecil
1 Asy Syekh Khalil Yasien, Nabi Muhammad saw Dimata Cendikiawan Barat, ( cetakan,
kota, tahun tidak diketahui), hlm. 24
46
kesayangan Abdul Muthalib yang lebih tampan dari saudara-saudaranya :
Abdullah inilah ayah Nabi Muhammad SAW. 2
Keadaan masa kecil Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa
keluarganya berada dalam situasi sulit. Ketika tiba waktunya bagi Abdullah
untuk menikah, Ia menikah dengan Aminah bint Wahab, ibu Nabi Muhammad
SAW, yang merupakan kerabat saudagar terkemuka klan Zuhrah.3
Abdullah meningal ketika Aminah tengah mengandung dan keluarga
itu berada dalam kesusahan sebab Abdullah hanya meninggalkan lima ekor
unta dan budak perempuan muda yang bernama Ummu Aiman, konon
Aminah merasakan ketidak nyamanan saat mengandung Nabi Muhammad
SAW. Meskipun ia pernah mendengar suara yang mengatakan bahwa dirinya
tengah mengandung raja Arab dan menyaksikan cahaya keluar dari perutnya
sehingga terlihat puri-puri Basrah di Syria, wilayah yang kemudian menerima
Islam.4 Sesudah beliau dilahirkan, ia mengirimkan utusan untuk
pemberitahuan hal itu kepada kakeknya, Abdul Muthalib. Sesudah sang kakek
datang untuk menjenguk cucunya, maka kata sang ibu, ”wahai Abal Harist!
Aku melahirkan untuk anda seorang yang aneh.” maka tanya sang kakek tiba-
tiba, ”apakah ia bukan seorang yang sempurna? Jawabnya, ” bukan tetapi saya
melihatnya tiba-tiba bersujud!” lalu sang ibu berkata suatu kelak bayi itu akan
menjadi orang besar. Karena gembira dan bersyukur kemudian si kakek
membawa cucunya ke Ka’bah dan diberiny nama Nabi Muhammad SAW,5
seraya berucap ”aku berharap ia akan dipuji seluruh bumi ini. Ia sendiri sudah
mengetahui masa depan Nabi Muhammad SAW yang gemilang: seorang
kabin meramalkan bahwa salah seorang keturunannya akan menguasai dunia
dan samalam ia bermimpi menyaksikan sebuah tanaman tumbuh dari
punggung cucunya; pucuknya menggapai langit dan cabang-cabangnya
2 Karen Amstrong, Nabi Muhammad saw Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto,
judul asli; Nabi Muhammad saw a Biography The Prophet, Yogyakarta: Jendela, , 2001), hlm. 103-104
3 Ibid, hlm.106 4 Ibid, hlm. 106 5 Asy Syekh Khalil Yasien, op.cit., hlm. 25
47
merentang ketimur dan barat. Dari tanaman itu memunculkan seberkas cahaya
yang disembah oleh bangsa Arab dan Persia yang kelak menerima Islam.6
1. Keturunan Dan Nasab Rasulullah SAW
Kebanggaan terbesar dari bangsa Arab dan keistimewaan mereka
adalah bahawa mereka sngat gemar menghaflkan silsilah keturunan mereka.
Mereka sangat membangga-banggakan akan kemuliaan nenek moyang
mereka.maka tidaklah heran, apabila mereka bisa menghafal silsilah
Rasulullah, sejak dari bapk sampai kepada neneknya, yaitu Nabi Ibrahim,
yang juga menjadi nenek dari sebagian besar nabi-nabi dan rasul-rasul.
Silsilah rasul adalah sebagai berikut:7
Nabi Muhammad saw bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu
Manaf bin Qusayy bin Hakim bin Kaab bin Luayy bin Ghalib bin fihr bin
Malik bin Nadr bin Kinanah bin Khazaimah bin Madrikah bin Mudhar bin
Nazar bin Ma’ad bin Adnan.8
Demikian silsilah keturunan Raulullah dari pihak Ilyas bin bapaknya.
Adapun dari pihak ibunya, yaitu Aminah bin binti Wahab bin Abdul Manaf
bin Zuhrah bin Hakim yang bergelar Kilab. Dari sini bertemulah silsilahnya
dengan nenek Raulullah yang keenam. Jadi, baik dari pihak bapak, dan dari
pihak ibu, adalah sama-sama keturunan Nabi Ibrahim nelalui anaknya Nabi
Ismail a.s.
Bangsa Quraisy dipandang bangsa Arab kabilah yang berkuasa
dikalangan bangsa Arab, karena merekalah yang menjaga Ka’bah dan kota
Mekah, sedangkan ka’bah itu dianggap suci oleh seluruh banga Arab sejak
zaman nabi Ibrahim dan Ismail.9 Karena kesuciannya, Ka’bah itu selalu
merupakan tempat yang aman bagi orng yang ketakutan. Mereka berlomba-
6 Karen Amstrong, op.cit., 106 7 Abdul Hamid Al- Khatib, Ketinggian Risalah Nabi Nabi Muhammad saw Saw, (Jakarta:
Bulan Bintang, Jilid I, Cetakan Pertama, 1976), hlm 92 8 Adanan adalah termasuk anak Ismail bin Ibrahim, Allah telah memilihnya sebagai Nabi
dari kabilah yang paling bersih, keturunan yang paling suci dan utama. Tak sedikitpun dari kerebat-kerabat jahiliyah yang menyusup kedalam naasabnya. Nabi Muhammad said Ramadhan, Sirah Nabawiyah; Analisis Ilmuah Manhajiah Terhadap Sejarah Pergerakan Islam Di Masa Rasulullah Saw, (kota, penerbit, tahun tidak diketahui), hlm. 43
9 Abdul Hamid Al- Khatib, op.cit.,, hlm. 93
48
lomba bertempat tinggal disekitarnya. Karena keturunan Ismail yang
memegang kekuasaan atas Ka’bah itu, maka keturunan Islmail dianggab
keturunan yang mulia dan terhormat. Bentuk kekuasan itu adalah:10
a. Yang memegang kunci-kunci Ka’bah dan yang mengurusinya
b. Yang berwenang membagi-bagi air minum dari telaga zam-zam
bagi orang Yang datang berziarah di tempat suci itu (Ka’bah)
c. Yang menyediakan jamuan bagi para utusan yang datang, sebagai
tuan rumah dan yang menentukan setiap nilai pelayanan.
d. Yang memimpin darun Nadwah (tempat pertemuan) yang
dibangun di samping Ka’bah sebagai tempat berkumpul
(berunding) tahunan
e. Yang menyimpan bendera perang dan mengibarkannya sebagai
perintah perang
f. Yang memimpin perang atau tentara di medan perang.
Semua kekuasaan dan kehormatan tersesebut ini dipegang oleh Abdul
Muthalib bin Hasyim. Ia berharta dan berwibawa atas kaumnya dikota Mekah.
Ia mempunya sepuluh orang anak yang paling dicintainya ialah yang paling
bungsu, abdullah namanya. Abdullah dipelihara dan dididik secara istimewa.
Ketika berumur 24 tahun, Abdulullah dikawinkan dengan Aminah anak
Wahab, yang nantinya akan lahir seorang bayi laki-laki yang bernama Nabi
Muhammad SAW.
2. Pengasuh Nabi Muhammad SAW dan Hidupnya Ketika Masih Kanak-
Kanak
Ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan ayahnya sudah tiada,
ayahnya meningal duni di Madinah dan dikebumikan disanan ketika beliau
masih dalam kandungan 2 bulan.11 Dalam kehidupan sosial masyarakat Arab,
berkembang sebuah tradisi yang berlaku dikalangan bangsawan Arab yang
biasa menusukan bayinya kepada orang lain dan membawa bayi itu kedaerah
10 Ibid., hlm. 93 11 Asy Syekh Khalil Yasien, op.cit., hlm. 25
49
pedalaman. Hala yang sama juga berlaku dengan bayi Nabi Muhammad SAW.
Namun sebelum mendapatkan wanita tukang menyusui yang bersifat tetap,
maka Nabi Muhammad SAW disusui sementara waktu oleh Syu’aibah, budak
perempun milik salah seorang paman Nabi Muhammad SAW yang bernama
Abu Lahab. Kemudian datanglah Halimah untuk menyusui Nabi Muhammad
SAW dan membawa bayi itu ke desa pedalaman tempat tinggal Halimah.12
Ditempat inilah Nabi Muhammad SAW tumbuh dan dibesarkan dalam susana
pedesaan yang udaranya masih bersih. Salain halimah, Nabi Muhammad
SAW juga diasuh oleh putri Halimah sendiri yang bernama Syaima. Udara
sahara yang bersih dan kehidupan pedalaman yang kasar ini menyebebkan
perkembangan fisik Nabi Muhammad SAW tumbuh secara cepat. Bersamaan
dengan itu, sikap mental Nabi Muhammad SAW juga berkembang pesat,
sehingga ia menjadi anak yang cepat dewasa.
Masa pengasuhan dan penyusuan Nabi Muhammad SAW oleh
Halimah berlangsung dua tahun. Setelah dua tahun berlalu, Halimah kemudian
mengembalikan Nabi Muhammad SAW kepada Ibunya, Aminah. Akan tetapi,
atas kehendak Aminah, Nabi Muhammad SAW lalu dikembalikan lagi
kerumah Halimah dengan harapan agar pertumbuhan dan perkembangan Nabi
Muhammad SAW lebih matang. Selama dua tahun kemudian Nabi
Muhammad SAW ditinggal di Sahara sambil menikmati udara pedalaman
yang jernih dan bebas serta tifdak terikat oleh sesuatu ikatan apapun, baik
ikatan jiwa maupun ikatan materi. Dengan demikian, hampir berlangsung
selama 5 tahun, Nabi Muhammad SAW tinggal bersama keluarga halimah dan
ia belajar bahasa Arab yang murni dari kabilah ini. Masa 5 tahun inilah
merupakan masa yang penuh dengan kenangan yang indah yang terpatri
secara kekal dalam jiwanya. Setelah 5 tahun kembali, Nabi Muhammad saw
dikembalikan lagi kepangkuan Ibunya di Mekah. Sejak saat itu, kakek Nabi
Muhammad SAW yang bernama Abdul Muthalib-seorang pemimpin seluruh
12 Wafiyah Awaluddin Pimay, Sejarah Dakwah, (Semarang: RaSAIL cet. I, 2005), hlm.
60
50
Quraisy dan pemimpin Mekah bertindak sebagai pengasuh Nabi Muhammad
SAW.
Pada usia 6 tahun, Nabi Muhammad saw dibawa oleh ibunya untuk
melihat peristirahatan terakhir ayahnya di Madinah (yang ketika itu masih
bernama Yatsrib). Itulah saat-saat yang mengharukan yang pertama kali
dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai seorang anak yatim. Sebulan
mereka tingggal di Yatsrib untuk berziarah kemakam ayahnya serta untuk
menengok familinya. Kemudian mereka kembali Kemekah menmpuh gurun
yang panas dan ganas. Dalam perjalanan pulang ke Mekah, ibundanya wafat
dan dikebumikan di Abwa`, sebuah daerah yang terletak antara Makkah dan
Madinah.13 Sejak saat itu Nabi Muhammad SAW menjadi anak yatim piatu.
Peristiwa ini merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi Nabi
Muhammad saw kecil, sebab baru berapa hari yang lalu ia mendengar keluhan
dan duka ibunya yang kehilangan suami (ayah Nabi Muhammad SAW)
semasa Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan. Akan tetapi, ia kini
melihat sendiri suatu kenyataan bahwa ibunya telah pergi untuk selamanya
seperti yang dialami ayahnya dulu. Tubuh ibunya lalu di kebumikan di
asebuah kampung yang jauh dari keluarga dan tempat kelahirannya.
Setelah Nabi Muhammad SAW ditinggal ibunya, Nabi Muhammad
SAW diasuh oleh kakeknya, yaitu Abdul Muthalib. Limpahan kasih sayang
dari kakeknya ini sedikit mengobati luka hati Nabi Muhammad SAW akan
tetapi, kakek yang merupakan tempat mengadu bagi Nabi Muhammad SAW
ini meninggal dunia setelah dua tahun mengasuhnya.14 Sebelum meninggal Ia
berwasit kepada Abu Thalib (yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW)
agar memelihara Nabi Muhammad SAW kecil, Abu Thalib tidaklah dalam
keadaan berada.15 Di samping itu ia juga mempunyai banyak anak dan
tanggungan pula. Sedangkan pamannya yang bernama Abbaslah yang paling
berada. Sungguhpun begitu, Abu Thaliblah yang diwasiatkan ayahnya, untuk
memelihara Nabi Muhammad SAW. Itu adalah disebabkan keudukan Abu
13 http://ical88.Wordpress.com/2007/11/01/biografi-Nabi-Nabi Muhammad-saw/ 14 Wafiyah Awaluddin Pimay, op.cit., hlm, 61 15 Abdul Hamid Al- Khatib, op.cit., hlm. 102
51
Thalib di tengah masyarakat Quraisy, seorang yang terpandang dan disegani,
yang diserahi Abdul Muthalib memimpin kaumnya, dan untuk memelihara
cucunya yang masih kecil samapai besarnya.
Sebab itulah Nabi Muhammad saw yang masih kanak-kanak, berusaha
meringankan beban pamannya dengan menerima upah mengembalakan
kambinga kaumnya disamping mengembalakan kambing pemannya sendiri.
Menegembalakan kambing ditengah-tengah sahara(padang pasir),
menimbulkan perhatiannya untuk memikirkan alam dan keajaiban-
keajaibannya, sehingga ia dapat merasakan dan menginsafi kebesaran sang
pencipta, disamping sebagai hiburan terhadap dirinya sendiri.
Kemudian terasa benar kepadanya, bahwa tugas ini terlalu sedikit
mendatangkan rejeki. Akhirnya ia mulai berfikir untuk berdagang. Karena tak
ada pengalaman dalam dagang, ia berteman dengan seorang laki-laki bernama
Saib, seorang pedagang. Selama mengikuti saib dalam berdagang, Nabi
Muhammad SAW menjadi terkenal sebagai seorang yang paling dipercaya,
sehingga ia diberi gelar al-Amin.
Pada suatu hari, Abu Thalib berkata kepada Nabi Muhammad SAW
yaitu ”hai anak saudaraku, Kahdijah binty Khuwailid, seorang bengsawan
yang kaya dan baik (berbudi) sudah dua kali kawin dngan keluarga bani
Makhzum, sehingga telah bertambah-tambah harta kekayaannya.” Tetapi ia
sudah berzuhud tak suka bersuami lagi. Ia sekarang ingin memperkerjakan
beberapa laki-laki untuk mejalankan perdagangannya ke Syam. Maukah
gerangan engkau berpergian ke Syam. Dengan perdagangannya ini? kalau
engkau suka, akan saya bicarakan denga Khadijah.
Nabi Muhammad SAW menjawab: ”tak apa (mau)”.
Abu Thalib lalu mendatangi Khadijah dan berkata: ”sukakah eangakau
hai Khadijah memberi gaji kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjalankan
perdagangan engkau, dan mengirimnya kesyam, sedang engakau tahu bahwa
ia adalah orang yang terpercaya?”. ”tetapi saya takkan ijinkan ia kalau engkau
tidak beri upah dengan empat ekor unta yang masih muda”.
52
Khadijah menjawab: ”sekiranya engakau meminta kepada saya untuk
memeperkerjakanseorang laki-laki yang aku benci dan jauh, pasti aku terima,
apalagi yang engkau usulkan itu seorang yang dikasihi dan dekat”.
Abu Thalib segara menyampaikan kabar gembira ini kepada Nabi
Muhammad SAW dengan berkata: ”inilah rezki yang dikendalikan Allah
menuju engkau”.16
3. Menikah Dengan Khadijah
Nabi Muhammad SAW berangkat ke Syam disertai budak laki-laki
Khadijah yang bernama Maisaroh melalui Wadi I-Qura dan perkampungan
bangsa Tsamud dan Mad-yan. dengarnyalah cerita-cerita hebat tentang siksa
Allah yang menimpa kaum itu di jaman dahulu, karena kecurangan-
kecurangan dalam perdagangan dan mencari rizki. Kalbunya penuh dengan
rasa takut akan Allah, dia berikhtiyar membersihkan jalan yang ditempuhnya,
dapat menjual barang-barang dagangannya dengan harga yang baik. Akhirnya
ia kembali dengan keuntungan yang lebih besar dari keuntungan-keuntungan
yang di peroleh Khadijah sebelumnya.
Setibanya di Mekah dia setelah Khadijah tahu keuntungan
dagangannya yang melimpah, yang tidak pernah dilihatnya sebanyak itu
sebelumnya, Maisaroh menceritakan kepada Khadijah apa saja yang
dilihatnya dari ketinggian dan kemuliaan budi pekerti serta sifat-sifatnya yang
indah, kecerdikan dan kejujuran Nabi Muhammad SAW keterangan Maisaroh
menimbulkan rasa penghargaan, hormat dan cinta dalam kalbu Khadijah
terhadap Nabi Muhammad SAW, sekalipun Khadijah sudah menzuhudkan diri
dari perkawinan (laki-laki). Ia mulai melamun: ”alangkah bahagia hidup saya
sekiranya aku dapat kawin dengan pemuda yang tampan, berbudi luhurdan
terpercaya itu, yang dapat menambah kekayaan dan mengurus perdaganganku
itu!”. ”tetapi, dapatkah gerangan saya yang sudah janda dan mencapai 40
tahun ini. Tiba-tiba saja dia teringat seorang rekannya, Nafisah binti Munyah.
Dia meminta agar rekannya ini menemui Nabi Muhammad SAW dan
16 Ibid, hlm. 103
53
menemukan jalan agar Nabi Muhammad SAW mau menikah dengan
Khadijah. Ternyata Nabi Muhammad SAW menerima tawaran itu, lalu Nabi
Muhammad SAW menemui paman-pamannya. Kemudian paman-pamannya
menemui paman Khadijah untuk mengajukan lamran. Setelah semuanya
dianggap beres, maka perkawinan siap dilksanakan. Yang ikut hadir dalam
pelakasnaan akad nikah adalah Bani Hasyim. Dan para pemuka Bani
Mundar.17 Hal ini terjadi dua bulan sepulang beliau dari Syam.18 Maskawin
beliau dua puluh ekor onta muda. Usia Khadijah sendiri empat puluh tahun,
yang pada masa itu dia meupakan wanita yang paling terpandang, cantik
pandai dan sekaligus kaya dia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah
SAW.
Putra pertama dari hasil pernikahan Nabi Muhammad SAW dan
Khadijah Al-Qasim, dan dengan nama ini pula Nabi Muhammad SAW
dijuluki (Abul Qasim), kemudian zainab, At-Tayib dan At-Tahir. Semua putra
beliau meninggal dunia selagi masih kecil. Sedangkan putra beliau sempat
menjumpai Islam, dan mereka masuk Islam serta ikut hijrah. Hanya saja
mereka semua meninggal dunia ketiaka Nabi Muhammad SAW masih hidup,
kecuali Fatimah.19 Dia meninggal dunia selang enam bulan sepeninggal Nabi
Muhammad SAW
B. Berdakwah Menyeru Manusia Kepada Tuhan
Setelah menerima wahyu pertama di gua hira, terputus wahyu
beberapa lama,20 pada waktu terputusnya wahyu, Ibnu Sa’ad, Rasulullah SAW
diam dan menjadi sangat sedih. Rasa kaget dan bingung melingkupi diri
beliau. kalau Tuhan marah kepadanya disebabkan kejadian di gua hira. Sebab
itu ia kembali ber’iktikaf di gua Hira satu bulan lamanya, kemudian ia
kembali kerumahnya dalam keadaan menderita batin karena sedih. Dalam
17 Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, (tej. Khatur Syuhardi.,
judul asli. Ar-Rahiqul Makhtum, Jakarta: pustaka kaustar, 1997) hlm. 83 18 Ibid, hlm. 84 19 Ibid, hlm.84 20 Ibid, hlm. 94
54
perjalanan pulang itu, ia mendengar seruan. Ia menoleh kedepa, kebelakang,
kekanan, dan kekiri, tetapi tidak melihat siapapun. Ia lalu mengangkatkan
kepalanya kelangit. Tampaklah kepadanya malaikat yang pernah
mendatanginya digua hira satu bulan yang silam, duduk di atas kursi dantara
langit dan bumi.
Kembali ia merasa takut dan terkejut. Kemudian berlari ke arah
Khatijah seraya berkata: ”Selimuti Aku, Selimuti Aku”.
Di kala ia berselimut itu turunlah wahyu yang berbunyi:
$ pκ š‰r'̄≈ tƒ ãÏoO£‰ßϑ ø9$# . óΟ è% ö‘ É‹Ρ r'sù . y7 −/u‘ uρ ÷Éi9 s3 sù . y7 t/$ u‹ ÏO uρ öÎdγ sÜ sù . t“ ô_”9$# uρ öàf÷δ $$ sù .
Ÿωuρ ⎯ãΨôϑ s? ç ÏY õ3 tGó¡ n@
”Hai orang yang berselimut. Berdirilah dan beri peringatan dan akan
Tuhanmu besarkanlah. Bersihkanlah pakaianm. Jahuilah maksiat. Jangan
engkau memberi karena mengharapkan balasan. Dan karena tuhanmu
hendaklah engkau bersabar”. (Al-Muddastir: 1-6)
Dengan turunnya wahyu ini, Nabi Muhammad SAW menjadi gembira.
Kemudian itu berturut-turut tunlah wahyu kepadanya . kadang-kadang ia
mendngar suara seperi bunyi lonceng, lalu diikuti dengan wahyu yang amat
terang. Dan kadang-kadang tampak Malaikat berbentuk manusia (laki-laki)
yang berbicara kepadanya, yang segara dapat diketahuinya bahwa itu adalah
Jibril. Ia sangat ingat segala kata-katanya.
Dengan wahyu-wahyu itu, Allah menentukan cara yang harus
ditempuhnya, tingkat demi tingkat, agar sukses dalam tugasnya. Tingkat-
tingkat tersebut adalah sebagai berikut:21
Pertama, menyampaikan risalah (wahyu) disaat diterimanya wahyu
itu, tidak boleh ditunda.
Kedua, memberi peringatan kepada manusia akan siksaan Allah bila
mereka tidak berhenti menyembah berhala.
21 Ibid, hlm. 130
55
Ketiga, menyeru manusia untuk mengenal Allah dan kebesaran-Nya.
Ia maha besar, tidak ada yang disembah selain dia
Keempat, membersihkan diri dari segala kekejian. Sebab di dalam
kebesihan badan dan baiknya tingkah laku terletak penghormatan dan
penghargaan dari manusia.
Kelima, menjahui dari perbuatan dosa dan apa-apa yang dibenci oleh
Allah
Keenam, sabar dalam menghadapi masalah, dan dari segala kesulitan
dan kesukaran yang dihadapi, tidak mudah putus asa.
Menyeru Kepada Kerabat Dekat
Kemudian Rasululullah SAW mulai berdakwah mengajak kerabatnya
menuju kepada pengesaan Allah SWT yang meniupakan asal-usul dari segala
yang wujud. Khadijah, istrinya merupakan orang pertama dari kalangan kaum
wanita yang mempercayai kenabiannya. Sedang laki-laki pertama yang
mengikuti dan mengimani ajarannya adalah, Ali bin Abi Thalib a.s. 22
Selama tiga tahun Rasululullah SAW berdakwah secara diam-diam di
kalangan keluarganya dan setelah turun ayat 94 dari Surah Al-Hijr yang
berbunyi:
“Maka siarkanlah apa-apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan
berpalinglah dari orang-orang Musyrik”, Rasulullah SAW mulai berdakwah
secara terang-terangan. kemudian Rasulullah lalu naik ke bukit shafa memberi
peringatan kepada orang-orang Quraisy, mendengar seruan itu, kaum Quraisy
berdatangan, lebih-lebih pemuka-pemukanya.
Sebagian manusia datang kepadanya minta diperlihatkan mu’jizat-
mu’jizat sebagaimana yang pernah diperlihatkan oleh Nabi Musa a.s dan Nabi
Isa kepada kaumnya. Rasulullah tidak meladeni permintaan yang demikian
itu. Ia mencoba agar mereka jangan sampai menerima ajaran ini semata-mata
22 http://ical88.Wordpress.com, loc-cit
56
karena kejadian luar biasa, tetapi harus berdasarkan pemikiran dengan akal
yang sehat tentang tanda-tanda kebesaran Allah. Karena syari’at yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW berdasarkan pemikiran.
Yang ia inginkan ialah agar manusia beriman dengan Allah dengan
keimanan yang benar, berdasarkan pengakuan akan risalah. Tidak berdasarkan
taqlit, tetapi dengan jalan memikirkan apa yang diciptakan Allah,23 ia ingin
setiap setiap pria danperempuan Mekah mengetahui kebaikan Allah yang bisa
mereka lihat di jagad raya. Allah telah menciptakan dan membimbing mereka
serta melindungi seluruh tatanan alam semesta demi kebaikan mereka.24
sehingga terasa bagi mereka, hanya Allah lah yang memang pantas disembah.
Dengan merenungkan ”tanda-tanda” kekuasaan Allah di dunia yang diakui
suku Quraisy telah diciptakannya, mereka akan memahami kemurahan Tuhan
dan rasa tidak terimakasih mereka.
Namun, teryata kaum Quraisy menolak ajakan suci dari Rasulullah
SAW, bahkan pamannya sendiri, Abu Lahab, termasuk salah seorang yang
memusuhinya. Melihat permusuhan kaum Qurasy pada beliau SAW,
pamannya, Abu Thalib, berkata: “Bagaimana rencanamu dalam menghadapi
permusuhan ini, wahai kemenakanku? Akankah engkau menghentikan
misimu?”. Dengan pantas Rasulullah SAW menjawab: “Wahai pamanku!
Andai matahari diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar
aku menghentikan misi ini, sungguh aku tidak akan menghentikannya, hingga
agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya”.25
Bagi Nabi Muhammad SAW demi kehendak Allah apapun boleh
terjadi. Gangguan demi gangguan, penderitaan demi penderitaan. ejekan,
fitnahan, cemoohan serta penganiayaan, telah mewarnai kehidupannya. Kaum
Quraisy bukan hanya mengganggu Rasulullah SAW akan tetapi para
23 Ibid, hlm. 131 24 Karen Amstrong, Nabi Muhammad saw; Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto,
jdl asli; Nabi Muhammad saw, a Biography Of The Prophet, Yogyakarta: Jendela, 2004), hlm. 138
25 http://ical88.Wordpress.com, loc.cit
57
sahahatnya seperti, Amar serta kedua orang tuanya, Bilal dan yang lainnya
juga tidak luput dan penyiksaan dan penganiayaan.
Melihat tingkah laku umatnya, khususnya kaum Qurays, Rasulullah
SAW sangat sedih sekali. Beliau yang dikenal sebagai pembawa rahmat,
penuh belas kasih, terhiasi dengan kasih sayang, merasa sedih karena beliau
tahu bahwa penolakan dan gangguan kaumnya itu tidak lain hanya akan
mengakibatkan kesengsaraan dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.
Kesedihan itu semakin bertambah ketika pada tahun kesepuluh dari
kenabiaannya, istrinya, Khadijah, yang sangat menyayanginya, yang
membantu penyebarkan misi Allah dengan harta dan jiwanya, yang selalu
menghibur dan membahagiakan Rasulullah SAW di saat beliau diganggu dan
dianiaya oleh kaumnya, meninggal dunia. Tidak hanya itu, pamannya, Abu
Thalib, yang memelihara sejak kecil hingga dewasa, yang selalu membela
dengan jiwa dan raganya, juga meninggal dunia pada tahun yang sama.26
Setelah wafatnya dua orang terkemuka, pembela Rasululah SAW
dalam segala keadaan, gangguan kaum kafir Quraiys semakin menjadi-jadi.
Dan pada tahun ke-13 dari kenabiannya, Rasulullah SAW berhijrah ke kota
Madinah, setelah kaum kafir Quraisy bersepakat untuk membunuhnya. Di
tempat hijrahnya itulah Rasulullah SAW mulai mendapat sambutan, sehingga
beliau mampu menyebarkan misi Allah dengan lebih luas dan mendirikan
negara Islam di bawah pimpinan beliau sendiri.
Bianasalah manusia; alangkah besar kekafirannya?
Dari apakah Allah menciptakannya?
Dari setetes mani, Allah menciptakannya dan menentukannya;
Kemudian memudahkan jalannya;
Kemudian dia mematikannya dan memasukkan kedalam kubur;
Maka bila dia menghendaki, dia membangkitkannya kembali.
Sekali-kali tidak! Manusia belum melaksanakan perintah Allah.
26 loc.cit.
58
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
Sesungguhnya, kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit);
Kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, dan kami tumbuhkan
biji-bijian dimuka bumi itu.
Anggur dan sayur-sayuran;
Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat;
Dan buah-buahhan serta rumput-rumputan;
Demi kesenanganmu dan binatang-binatang ternakmu.27
Namun tetap saja mereka menolak untuk hidup di jalan yang diridhai
Allah.
Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW tidak mengeluarkan bermaam-
macam persyaratan. Pada dasarnya, ia bermaksud mengubah tradisi Arab lama
yang sudah dikenal suku Quraisy. Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa pria
maupun wanita harus berjuang keras untuk menciptakan masyarakat yang adil,
di mana yang lemah diperlakukan secara layak. Inilah landasan pesan Al-
Qur’an.28
C. Hijrah Ke Madinah
Para penulis biografi Nabi Muhammad SAW kadang-kadang
menyebut tahun 619 sebagai tahun kesedihan. Segera setelah pemboikotan
berakhir, Khadijah wafat: ia sudah berusia 60-an dan kesehatannya merosot
akibat kekurangan pangan. Khadijah adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad
SAW dan sepeninggalnya tidak ada seorangpun yang mampu
menggantikannya. Bahkan Abu Bakar yang setia atau Umar yang bersemangat
tidak sanggup memberikan dukungan yang setara kepada Nabi Muhammad
SAW, dan kematian itu sangat mempengaruhinya. Tidak lama kemudian,
kematian kedua menyusul dan memberikan dampak yang lebih nyata. Abu
Thalib sakit parah dan kondisinya tidak mungkin bakal pulih. Sebelum Abu
Thalib meninggal, suku Quraisy memberikan tawaran damai yang terakhir.
27 Surat Abasa: hlm. 17-32 28 Karen Amstrong, op.cit., hlm. 139-140
59
Meskipun menekan sedemikian, mereka sadar bahwa Abu Thalib bertindak
layaknya seorang sayid Arab sejati yang memberikan dukungan terus menerus
kepada klannya dan Abu Jahl mengirim delegasi keranjangnya untuk
membujukknya melakukan rekonsiliasi: jika Nabi Muhammad SAW bersedia
mengakui agama mereka, mereka tidak akan mengusiknya. Namun, Nabi
Muhammad SAW sudah mempertimbangkan persoalan ini dua tahun
sebelumnya dan mengatakankepada suku Quraisy, bahwa Allah adalah satu-
satunya Tuhan. Mereka marah dan pergi seraya menegaskan bahwa Allah
sendiri yang akan mengadili mereka dan Nabi Muhammad SAW.
Setelah mereka pergi, Nabi Muhammad SAW heran tatkala Abu
Thalib mengatakan kepadanya bahwa tindakannya menolak berkompromi
sudah tepat. Nabi Muhammad SAW pun meminta pamannya untuk melangkah
setapak lagi dan berserah diri kepada Allah. Dengan halus Abu Thalib
menjawab kalau ia membuat pernyataan keimanan semacam itu, ia akan
melakukannya demi menyenangkan Nabi Muhammad SAW. Ia ingin mati,
sebagaimana menjalani hidup, dalam kepercayaan nenek moyangnya. Akan
tetapi, pada saat terakhir, Abbas mengamati bahwa bibir Abu Thalib yang
sekarat tampak bergerak dan memberi tahu Nabi Muhammad SAW bahwa
Abu Thalib melafalkan kalimat syahadat, namun, Nabi Muhammad SAW
menggelengkan kepala: ia tahu bahwa Abu Thalib tidak pernah masuk
Islam.29
Pemimpin baru klan Hasyim adalah Abu Lahab yang sangat serius
terhadap Nabi Muhammad saw, namun awalnya Abu Lahab memberi
perlindungan. Perlindungan itu diharapkan dirinya karena menjadi pemimpin;
namun, tidak seefekif perlindungan Abu Thalib sebab setiap orang tahu bahwa
perlindungan itu diberikan dengan berat hati. Mereka memenfaatkan rapuhnya
Nabi Muhammad SAW. Tetangga-tetangganya mulai mengolok-oloknya
dengan menggunakan usus domba: mereka biasa menumpuk Nabi Muhammad
SAW dengan benda menjijikkan ini ketika ia sedang shalat. Suatu hari, ketika
Nabi Muhammad SAW sedang berjalan di kota, seorang pemuda Quraisy
29 Ibid, hlm. 222
60
melempari dengan kotoran. Putri Nabi Muhammad SAW menangis ketika
Nabi Muhammad SAW pulang dengan keadaan seperti itu dan terus menangis
saat ia mencucia pakaiannya. ”jangan menangis putriku,” hibur Nabi
Muhammad SAW, ”karena Allah akan melindungi ayahmu.” akan tetapi, Nabi
Muhammad SAW berkata lirih kepada dirinya sendiri: ”Orang-orang Quraisy
tidak pernah memperlakukanku seburuk ini ketika Abu Thalib masih hidup.”
Nabi Muhammad SAW harus mencari pelindung baru dan ketika ia
berupaya mencari pelindung di Taif, tempat suci Latta itulah tanda
keputusannya. Taif adalah kota perdagangan seperti Mekah, kendati belum
terlalu makmur Taif terletak di wilayah Arab yang lebih subur dan saat Nabi
Muhammad SAW mendekati kota yang dikelilingi tembok di atas bukit itu,30
beberapa anggota klan Abdi Syiams dan Hasyim memiliki rumah
peristirahatan disan sehingga Nabi Muhammad SAW sudah memiliki kenalan
di kota itu akan tetapi, upayanya tadi beresiko sebab klan Tsaqif, penjaga suci
kuno itu, amat sakit hati dengan kecaman Nabi Muhammad SAW atas
penyembahan Latta. Nabi Muhammad SAW mengunjungi tiga kerabatnya dan
meminta mereka menerima agamanya dan memberinya perlindungan namun
permintaannya ditampik dengan kasar ketika orang Tsaqif itu amat murka
dengan kelancangan Nabi Muhammad SAW yang berani mengajukan
permintaan seperti itu sehingga mereka menyuruh budak untuk mengejar Nabi
Muhammad SAW sampai kejalan.
Untuk meloloskan diri dari kejaran mereka, Nabi Muhammad SAW
bersembunyi di kebun buah milik Utbah bin Rabiah dan saudaranya, Syahibah
yang saat itu sedang duduk di kebun dan menyaksikan seluruh kejadian tadi.
Keduanya tergolong penentang utama Nabi Muhammad SAW di Mekah,
namun juga figur yang adil dan merasa sedih menyaksikan seorang Quraisy
lari terbirit-birit. Lalu Nabi Muhammad SAW memohon perlindungan kepada
Allah:31
30 Ibid, hlm. 227 31 Ibid, hlm. 227-228
61
”Ya Allah, kepadamu aku mengeluhkan kelemahan, ketidakberdayaan,
dan kerendahan diriku dihadapan manusia. Ya Rahim, engkaulah
perlindunganku dan Tuhanku. Kepada siapa engkau akan
mempercayakan kepercayaanku! Kepada siapa engkau akan
mempercayakan keselamatanku? Kepada orang asing yang akan
mencelakakanku? Atau kepada musuh yang lebih kuasa dari diriku?
Bial engkau tidak murka kepadaku, aku pasti tidak merasa cemas.
Kemurahan-Mu lebih lusa daripada diriku. Aku berlindung dibawah
naungan cahaya-Mu yang sanggup menerangi kegelapan dan semua
di dunia ini dan sesudahnya tertata dengan tertip, sepanjang murka-
Mu tidak turun kepadaku atau amarah-Mu membakarku. Segalanya
demi kepuasa-Mu hingga engkau benar-benar puas tidak ada kekuatan
dan tidak ada yang bisa lolos dari-Mu.”
Tuhan segera menjawab doannya dengan ”tanda” tatkala Addas, budak
muda yang disuruh membawakan anggur tiba dihadapannya. Addas adalah
pengenut kristen dari Niniveh (termasuk Irak sekarang ini) dan heran
menyaksikan lelaki arab ini mengucapkan ”Bismillah” sebelum menyantap
hidangan. Nabi Muhammad SAW terkejut dan senang setelah tahu bahwa
Addas berasal dari Niniveh kota nabi Yunus, maka ia memberi tahu addas
bahwa dirinya juga seorang nabi ehingga masih ” saudara Yunus.
Namun ”berlindung kepada Allah” bukan berarti bahwa Nabi
Muhammad SAW mengabaikan perlindungan manusia. Al-Qur’an
menjelaskan agar kaum Muslimin memanfaatkan segala daya upayanya untuk
melindungi diri dan tidak dan tidak menyerahkan semua urusan kepada
Tuhan: sesungguhnya, Tuhan tiadak akan mengubah nasib suatu kaum,
kecuali mereka mengubah nasib mereka sendiri.
Akan tetapi, perlindungan itu bukan solusi jangka panjang, dan pada
saat itu Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah kepada para peziarah badui
62
yang datang untuk ibadah haji dengan harapan untukmenemukan pelindung
yang lebih tetap di antara mereka.32
1. Pertemuan Aqobah Pertama
Selama ibadah haji Nabi Muhammad mengunjungi para peziarah
ketika sedang berkemah selama tiga hari yang sudah ditentukan dilembah
mina.33 Ia berkunjung dari satu kemah ke kemah lain. Dengan cara ini, ia
bertemu dengan enam orang penyembah berhala Arab dari Yatsrib selama
ibadah haji pada 620. mereka berkemah di Aqobah dilembah yang terdekat
dengan Mekah Nabi Muhammad duduk bersama mereka, menyampaikan
misisnya, dan membacakan Al-Qur’an, namun alih-alih mendapatkan
permusuhan dan penolakan, mereka justru menyimak dengan penuh perhatian
dan merasa senang. Setelah Nabi Muhammad berlalu, merekla saling
bertatapan dan berkata dialah nabi yang senantiasa dibicarakan kaum Yahudi
Yatsrib. Bertahun-tahun mereka menyampaikan kisah nabi yang akan
menghancurkan berhala tetangga-tetangganya di Yatsrib, sebagaimana bangsa
Ad dan Iram bangsa arab kuno yang telah dibinasakan.
Ketika Nabi Muhammad SAW bertemu enam peziarah dari Yatsrib
dalam ibadah haji pada 620, mereka menyadari baha sebagai Rasulullah, Nabi
Muhammad SAW akan menjadi seorang pemimpin yang lebih adil daripada
Ibnu Ubay. Mereka tidak terkejut dengan pesan yang disamaikannya . mereka
telah hidup lama dengan dengan kaum Yahudi dan terbiasa dengan gagasan
bahwa hanya ada satu Tuhan serta menganggap dewi-dewi lama sebagai jin
dan malaikat. Selama waktu yang cukup lama mereka merasa rendah diri di
hadapan kaum Yahudi karena tidak memiliki kitab suci sendiri dan menjadi
manusia tanpa penegtahuan sehingga mereka tergetar dengan klaim Nabi
Muhammad SAW bahwa ia adalah Nabi SAW bagi bangsa Arab dan
membawa kitab Al-Qur’an. Mereka segera menyatakan keimanannya kepada
Allah dengan harapan besar bagi Yatsrib. Pada pertemuan ini, yang dikenal
dengan nama perjanjian Aqabah pertama, agama lebih ditekankan daripada
32 Ibid, hlm. 229 33 Ibid, hlm. 238
63
politik. Paganisme kuno gagal mengatasi krisis di Yatsrib dan penduduknya
siap menerima idiologi baru. Ketentuan agama Nabi Muhammad SAW
membantu kaum Muslim mengembangkan rasa hormat kepada orang lain
sebagai individu dengan hak asasi yang tidak bisa dicabut.
Adapun isi dari Perjanjian Aqabah pertama pada 621 Masihi ialah: 34
a.Tidak menyekutukan Allah.
b.Tidak membunuh anak.
c.Tidak berzina.
d.Tidak mencuri.
e.Tidak membuat dan menyebar fitnah.
Mereka sepakat akan kembali memberi kabar kepada Nabi
Muhammad SAW setahun lagi. Sungguh penting bagi Nabi Muhammad SAW
untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas di Yastrib jika ia akan behijrah
kesana bersama sahabat-sahabatnya.
2. Pertemuan Aqobah Kedua
Dalam ibadah haji pada 221, enam orang mualaf dari Yatsrib kembali
ke Mekah dan membawa serta tujuh orang lain, dua orang diantaranya dalah
suku Aus. Mereka kembali berjumpa dengan Nabi Muhammad di Aqabah dan
berjanji untuk hanya menyembah Allah dan mematuhi segala perintah-Nya.
Kemudian salah seorang dari mereka berkata:35
”Kami menyatakan kesetiaan kepada Rasulullah bahwa kami tidak
menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berbuat zina, tidak
membunuh keturunan kami, tidak memfitnah tetangga-tetangga kami
mematuhi [Nabi Muhammad] karena dia benar, jika kami
melaksanakannya maka surga akan menjadi milik kami: jika kami
melakukan perbuatan dosa, hanya Tuhanlah yang sanggup
menghukum atau mengampuni kami sebagaimana kehendaknya.”
34 http://members.tripod.com/~Dipintusepi/hijrah2. 35 Karen Amstrong, op.cit., hlm. 244-245
64
Pada 622, rombongan besar peziarah meninggalkan Madinah menuju
Mekah pada musim haji. Beberapa diantaranya masih menyembah berhala,
namun 73 pria dan dua wanita adalah Muslim dan mereka mewakili keluarga-
keluarga paling berpengaruh di Madinah.
Pada persinggahan ritual di lembah Mina, diselenggarakan pertemuan
lain di Aqabah, namun kali ini berlangsung ditengah malam. Ikrar yang
mereka rumuskan pada tahun itu selanjutnya dikenal sebagai perjanjian perang
(perjanjian Aqabah kedua): ”kami berjanji kepada diri kami sendiri untuk
membela Rasulullah, dalam suka maupun duka, dalam kemudahan maupun
kesusahan; bahwa kami tidak akan menyalahkan orang lain; bahwa kami akan
selalu berkata jujur dan dalam beribadah kepada Tuhan kami tidak akan takut
pada siapapun. Perjanjian perang bukan berarti bahwa Islam menjadi agama
perang yang agresif; perjanjian itu diperlukan guna mendukung langkah-
langkah yang hendak diambil Nabi Muhammad SAW.36 Ia mendorong
sahabat-sahabatnya untuk melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah, namun
hijrah bukan sekedar perubahan geografis. Kaum Muslim Mekah segera
meninggalkan suku Quraisy dan menerima perlindungan permanen dan suku
yang tidak memiliki ikatan darah dengan mereka. Sementara kaum Muslim
Madinah berjanji bahwa mereka akan memberikan perlindungan dan
pertolongan tetap kepada mereka yang bukan keluarga. Sejak itulah, mereka
disebut kaum Ansar, pemberi pertolongan kepada Nabi SAW dan para
sahabatnya.37
D. Kemenangan Sejati
Allah berulang-di dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa hanya Allah
sajalah yang memiliki kemenangan itu. Bila seseorang mendapat kemenangan,
maka kemenangan yang diperolehnya adalah pemberian Allah semata. Untuk
mendapat kemenangan dari Allah, Allah memerintahkan kepada hamba-
hambanya untuk memprsiapkan segala sesuatu yang membawa kepada
36 Ibid, hlm. 251 37 Ansar biasanya diartikan sebagai penolong, namun memberikan kesan lemah pada
makna keseluruhannya: nasr berarti harus siap memberikan.
65
kemenangan itu, seperti kekuatan fisik, bilangan yang banyak, pemikiran
(estimate) yang rieel dan kemampuan watak. Begitu juga segala bahan-bahan
prisipil untuk mencapai kemenagan itu, yang semuanya merupakan hal-hal
yang nyata. Allah juga memberikan kemenangan dan pertolongan-Nya yang
merupakan pertolongan-pertolongan yang tak nyata. Seperti menumbuhkan
rasa takut terhadap musuh-musuh, menyebarkan wabah dan penyakit
dikalangan tentara Musuh, mengirimkan bantuan yang merupakan petir, angin
(badai), hujan dan petaka-petaka alamiyah, yang semuanya terajdi semata-
mata karena qodrat dan irodat Allah.38 Atau dengan mengirimkan pasukan
yang terdiri dari malaikat-malaikat yang tak dapat dilihat dari manusia. Itulah
yang dimaksudkan firman oleh Allah al-Mudatstir 31: ”Tidak ada yang
mengetahui akan tentara Tuhanmu, kecuali ia”. Sebab itu dengan tegas sekali
Allah tegaskan dalm kitab-Nya yang mulia, Surat Al-Imran 127: ”Dan
tidaklah kemenangan kecuali dari Allah yang maha kokoh dan bijaksan”.
Bila Allah memerintahkan kita mengadakan persiapan dan
perlengkapan-perlengkapan yang merupakan perlengkapan-perlengkapan fisik
dan materiel di dalam menghdapi peperangan, bukanl;ah itu untuk menjamin
kemenangan, tetapi itulah adalah semata-mata termasuk pertolongan Allah
yang masih ghaib bagi kita, yang di dalam Al-Qur’an dikatakan agar kita
selalu awas dan waspada terhadap serangan Musuh dan juga untuk semata-
mata untuk menkut-nakuti musuh. Seperti dalam surat al-Anfal: 60:
(#ρ‘‰Ïãr&uρ Ν ßγ s9 $ ¨Β Ο çF ÷èsÜ tGó™$# ⎯ÏiΒ ;ο §θè% ∅ ÏΒuρ ÅÞ$t/Íh‘ È≅ ø‹ y⇐ø9$# šχθç7 Ïδ öè? ⎯ϵ Î/ ¨ρ ߉tã
«!$# öΝ à2̈ρ ߉tãuρ t⎦⎪Ìyz# u™uρ ⎯ÏΒ óΟ Îγ ÏΡρߊ Ÿω ãΝ ßγ tΡθ ßϑ n=÷ès? ª! $# öΝ ßγ ßϑ n= ÷ètƒ 4 $tΒ uρ (#θà) ÏΖè? ⎯ ÏΒ
&™ó© x« †Îû È≅‹ Î6y™ «! $# ¤∃ uθムöΝ ä3 ö‹ s9Î) óΟ çFΡr& uρ Ÿω šχθßϑ n=ôà è?
38 Abdul Hamid Al- Khatib, op.cit., hlm. 346
66
”Persiapkanlah untuk menhadapi mereka (Musuh) apa saja yang kamu
sanggupi (semaksimal mungkin)berupa kekuatan, kuda-kuda yang dapt
menakutkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kamu, musuh yang kamu
tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahui mereka. Karena apa-apa yang
kamu belanjakan dijalan Allah, Allah akan sempurnakan pahalanya kepada
kamu, dan kamu tidak akan dianiaya(dirugikan)”.39
Allah memerintahkan para Mu’min menyiapkan segala perangkat
peperangan yang diperlukan untuk menangkis dan menolak serangan musuh
serta untuk memelihara kebenaran dan keutamaan.40 Dengan firman ini Allah
menyuruh kita menyiapkan apa yang kita sanggupi yang sudah barang tentu
berbeda-beda keadaannya sesuai dengan perkembangan masa. Seperti
mengawal tapal batas agar tak dapat diserbu musuh.
Siapkan olehmu segala perlengkapan perang itu dan pengawalan tapal
batas untuk kamu menakutkan musuh Allah yang mengingkari-Nya dan
mengingkari kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan musuhmu yang
terus menerus mencari peluang untuk membinasakanmu.
Firman ini menerangkan hal-hal menyebabkan kita harus memperkuat
pertahanan negara. Kamu mempertakutkan dengan senjatamu, orang-orang
selain musuh-musuhmu yang telah kamu kenal, yang kamu tiada
mengetahuinya sedang Allah mengetahuinya.
Tujunnya, membanyakkan alat-alat persenjataan sehinga menyebabkan
musuh-musuh tidak berani menyerang, baik musuh-musuh yang telah dikenal
atupun yang belum.dan sesuatu bangsa dapat mempersiapkan persenjataan
dengan anggaran yang besar. Dan tak dapat negara memnyiapkan dana untuk
pertahanan tanpa pajak yang dipungut dari setiap warga negara.41
Tetapi bagaimanapun juga hebat dan besarnya persediaan yang
merupakan kekuatan perang itu, Allah anjurkan kepada hamba-hambanya agar
jangan menggantungkan diri kepada persediaan kekuatan-kekuatan nyata itu,
39 Tengku Nabi Muhammad Sawhasby As-Sidiqy, Tafsir al-Qur’anul Majid, (Semarang:
Pustaka Rizki cet. II, 1995), hlm. 1543 40 Ibid, hlm. 1544 41 Ibid, hlm. 1545
67
tetapi selalu dan tetap menggantungkan diri kepada Allah semata, sebab
kemenangan itu semata-mata dari Allah.
Setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasulullah SAW, 13
tahun lamanya beliau menyebarkan ajaran-ajaran yang berisi pemikiran-
pemikiran tentang dan peristiwa-peristiwa yang berlaku atasnya secara
ceramah-ceramah ilmiyah, untuk mempertegaskan dakwah (seruan) dan
syari’at yang beliau bawa kepada manusia semua menuju satu tujuan (target),
yaitu agar manusia percaya (iman) terhadap satu Tuhan yang menjadi satu
sumber semua kehendaki, ”Yang tak dapat ditangkap oleh penglihatan dan
melihat segala, Yang Maha Teliti, maha mengetahui.”
Setelah Rasulullah berhijrah ke Madinah dan berkuasa atasnya, ajaran-
ajaran tersebut diteruskan dan ditambah dengan ajaran yang lain sifatnya dari
yang sudah-sudah. Kalau yang sudah-sudah bersifat bersifat penyelidikan,
pemikiran-pemikiran yang bersifat ilmiyah, sekarang ditambah dengan ajaran-
ajaran yang bersifat amaliyah atau perbuatan-perbuatan, yaitu mengatur hidup
manusia dan masyrakat sesuai dengan keselamatan mereka.42 Menjaga
keamanan dan keselamatan umat pada umumnya, dan pengikut-pengikut
beliau yang masih sedikit jumlahnya tetapi mendapat penganiayaan dari
musuh-musuh mereka. Beliau memperoleh kemenangan demi kemenangan.
Kemenangan dapat merebut kota Mekah adalah pelajaran yang terbesar yang
menambah teguhnya kepercayaan orang-orang beriman kepada Allah dan
penyerahan diri terhadap-Nya.
E. Dunia Baru Yang Dibangun Oleh Nabi Nabi Muhammad SAW
Tidak diragukan lagi, bahwa pada hakekatnya perputaran zaman yang
kita hidup ini, pergantiannya dari masa lalu, mrupakan buah dari diutusnya
nabi Muhamamd SAW. Buah dari dakwahnya yang menyeluruh dan abadi,
serta kesungguhan dari dakwah tersebut.
Pada pertama kalinya, beliau menghindarkan kekerasan dalam
mendidik manusia, kemudian membekalinya dengan anugerah yang mahal
42 Abdul Hamid Al- Khatib, op.cit, hlm. 349
68
dan abadi, serta hadiah-hadiah yang indah dan baru.43 Beliau mengajarkan
tentang kehidupan dan semangatnya, tentang keinginan dan hasrat yang kuat,
tentang kemuliaan dan tujuan yang baik dan menepati janji. beliau
mengajarkan kebuadayaan dan kemajuan, mengajari cara menjadi pemimpin
yang bertanggung jawab dan ikhlas, yang dapat membangun manusia,
membentuk akhlak dan kehidupan sosialnya.
Sekarang kita uraikan enam perubahan yang penting, suatu pemberian
yang sangat berharga, yang memiliki peran besar dalam memperbaiki dan
mengarahkan manusia, dalam memberi petunjuk baginya, sebagai jalan
kebangkitan dan perkembangan.
1. Akidah Taukhid Yang Bersih Dan Jelas
Perubahan yang pertama adalah aqidah taukhid yang bersih dan mahal.
Itulah akidah yang menggemparkan, yang tercurah dengan kekuatan dan
kehidupan yang mengubah, yang menghancurkan tuhan-tuhan yang batil.
Belum pernah dan takakan pernah didapat selain Nabi SAW.
Rasulullh SAW mencukupi kita dengan akidah yang bersih dan
mudah, bersungguh-sungguh demi keinginan dan memberikan semangat
hidup. Mereka akan terbebas dari segala ketakutan dan kecemasan, sehingga
tidak takut kecuali kepada Allah. Beliau mengajarkan dengan keyakinan yang
sebenarnya bahwa Allah adalah maha esa lagi maha suci. Dialah yang
memberi madharat dan manfaat, yang memberi dan menahan, dan hanya
Dialah yang memenuhi semua kebutuhan manusia.
Pandangan dunia seluruhnya berubah dengan pengetahuan yang baru,
yang terpelihara dari segala sesembahan yang lain, terpelihara dari segala
harapan dan ketakutan kepada makhluk, terpelihara dari sesuatu yang
meluukai hati dan menggangu pikiran, hingga dia tidak mersa sendirian dalam
keramaian dan paling dekat diantara makhluk kepada Allah.
Sesungguhnya sebagaian agama basar yang menumbuhkan kesyirikan
dan penyembahan pada Tuhan-Tuhan yang banyak, sebagaimana
43 Abul Hasan Ali Al-Hasani An-nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Nabi Muhammad Saw ,
(Yogyakarta: Mardiyyah press, 2006), hlm. 567
69
bercampurnya antara daging dan darah, pada akhirnya memaksa untuk
mengetahui bahawsa Allah adalah satu-meski dengan suara yang takut dan
pelan di telinga tidak ada sekutu baginya. Dan memaksa untuk menakwilakan
kepercayaan-kepercayaannya yang musyrik denbgan takwil falsafati, yang
membebaskannya dari syirik dan bid’ah, sehingga menjadikannya mirip
dengan akidah taukhid dalam Islam.44
2. Prinsip Persatuan Dan Persamaan Derajat
Manusia terbagi ke dalam kabilah-kabilah, umat, generasi, dan kaum,
yang sangat jelas perbedaannya, seperti perbedaan antara manusia dan hewan.
Di antara orang-orang merdeka dan budak, dan adtara orang-orang yang
menyembah dengan yang disembah, tidakterbatik sama sekali pada waktui itu
pemikiran untuk menyatukan dan meyamakan derajat. Setelah berabad-abad
lamanya hal ini didiamkan, maka Nabi Muhammad SAW mengumumkan
revolusi yang mengejutkan akal dan mengubah keadaan:
”Wahai manusia sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, dan ayah
kalian adalah satu. Setiap kalian adalah dari adam, sedangkan Adam
berasal dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian
adalah yang paling taqwa; tiada perbedaan antara orang-orang Arab dan
bukan Arab kecuali taqwa.”
Seruan dalam Al-qur’an ini memuat dua hal, yaitu dua penyangga,
yang mendasari rasa aman dan selamat. Atas kedua hal tersebut Islam kokoh
dan berdiri di setiap zaman dan di setiap tempat yaitu persatuan dalam konsep
kemanusia. Oleh karena itu seorang manusia adalah saudara manusia yang
lain dari dua tinjauan, pertama, bahwa Tuhan itu satu dan kedua, bahwasanya
nenek moyang manusia itu satu, dalam surat an-Nisa’ dijelaskan:
44 Ibid, hlm. 567
70
$pκ š‰r'̄≈ tƒ â¨$ ¨Ζ9$# (#θà) ®? $# ãΝ ä3−/ u‘ “ Ï% ©! $# /ä3 s) n= s{ ⎯ÏiΒ <§ø ¯Ρ ;ο y‰Ïn≡uρ t, n= yz uρ $ pκ ÷]ÏΒ
$ yγ y_÷ρ y— £]t/ uρ $uΚ åκ÷]ÏΒ Zω% y` Í‘ #ZÏW x. [™!$ |¡ ÎΣ uρ 4 (#θà) ¨? $#uρ ©! $# “Ï% ©! $# tβθ ä9u™ !$|¡ s? ⎯ ϵ Î/
tΠ%tn ö‘ F{$#uρ 4 ¨β Î) ©! $# tβ%x. öΝ ä3 ø‹ n= tæ $ Y6Š Ï% u‘ ∩⊇∪
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan Mengawasi kamu”. (QS.An-Nisa’:1).45
Maksud dari ayat diatas menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian
tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan
muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari
unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu
atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti
:As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama
Allah.
$ pκ š‰r'̄≈ tƒ â¨$ ¨Ζ9$# $̄Ρ Î) /ä3≈oΨø) n= yz ⎯ ÏiΒ 9x. sŒ 4© s\Ρ é&uρ öΝ ä3≈oΨù=yèy_ uρ $ \/θãèä© Ÿ≅Í←!$ t7 s% uρ (# þθèùu‘$ yètGÏ9 4
¨β Î) ö/ä3 tΒtò2 r& y‰ΨÏã «!$# öΝ ä39 s) ø? r& 4 ¨β Î) ©! $# îΛ⎧ Î=tã × Î7 yz
45Departemen Agama Republik Indonesia , Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Alwaah, 1989), hlm. 114
71
”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”
(QS.Al- Hujurat:13).46
Kalimat itu adalah kalimat abadi yang diucapkan oleh Nabi
Muhammad SAW saat haji wada’ pengumuman akan sejarah agung, yang
tidak ada seorang ’alim pun yang berperangai tenang mampu mengucapkan
kata-kata yang tegas yang selalu diucapkan dan dikuatkannya.
3. Pemberitaan Tentang Kemuliaan Dan Keluhuran Manusia
Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, manusia berada dalam jurang
kehinaan dan kenistaan, tidak ada di atas bumi yang lebih hina darinya
sebagian hewan dan pepohonan, yang disucikan dan disembah para
penganutnya adalah lebih mulia dibanding hamba-hambanya, dan lebih
banyak dipelihara daripada manusia, meskipun harus dengan membunuh yang
tak bersalah dan merupakan darah.
Mereka mempersembahkan daerah dan daging manusia, tanpa merasa
hina dan tanpa menghiraukan kata hati. Telah kita lihat sebagian contoh dan
gamabaran yang buruk dinegara-negara terdahulu yang maju, seperti India
pada abad ke 20.
Nabi Muhammad SAW ingin mengembalikan kemuliaan dan harga
diri manusia. Beliau mengumumkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan paling berharga di dunia ini, tidak ada yang lebih terhormat
dan lebih mulia darinya. Sungguh Allah telah meninggikan kedudukannya,
yaitu dengan mengangkatnya menjadi Khalifah Allah dan wakilnya di bumi
ini alam semesta diciptakan untuknya dan dia diciptakan hanya untuk Allah
yang esa.
46 Ibid, hlm. 847
72
”Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”
(Al-Baqorah: 29).47
4. Memberantas Pesimisme Dan Pikiran Yang Negatif, Dan Membangkitkan
Cita-Cita, Harapan Kepercayaan Dan Kemuliaan Dalam Jiwa Manusia
Banyak manusia yang berputus asa dari rahmat Allah, dengan
berprasangka buruk terhadap fitrah manusia yang suci. Hal ini telah menjadi
atmosfir dan keadaan akal yang khas. Dalam hal ini sebagian agama agama
timur yang dahulu dan agama amsehi yang telah berubah di Eropa dan di
sebalah timur Arab memiliki peran yang besar.
Agama –agama dahulu di India meyakini rainkarnasi dan filsafatnya,
yakni tidak ada ruang bagi manusia untuk berkehendak atau menolak secara
mutlak. Setiap manusia berada dalam bahaya, tidak mustahil ia akan
mendapatkan siksa dari sesuatu yang ia perbuat di dunia. Bentuk dari siksa itu
bisa berupa penampakan diri (rainkarnasi) sebagai hewan liar pemangsa,
binatang ternak, hewan yang hina, atau manusia yang menderita dan selalu
disiksa.
Ketika agama Kristen menyerukan bahwa setiap manusia berdosa
sejak lahir, Yesus menjadi tebusan dan jaminan untuk dosa-dosa ini, maka
akidah Islam telah menumbuhkan simpati dalam diri jutaan orang dalam dunia
yang beragam dan makmur. Sebelumnya mereka memeluk Kristen, yang
membawa prasangka buruk terhadap diri sendiri, berputus asa dengan
kehidupan mereka di masa yang akan datang, dan berputus asa dari rahmat
Tuhan.
Di sinilah Nabi SAW. Mengumumkan dengan segala kekuatan dan
kejelasan, bahwa fitrah manusia itu bagaikan hamparan yang bersih, yang
sama sekali belum tertulis apapun, yang memungkinkan untuk diukir atau
ditulis dengan tulisan yang indah, dan bisa diperbaiki dengan sebaik-baiknya.
Dan bahwa manusia dapat bebas berbuat atau dapat memandang hidupnya
sendiri, memperoleh pahala dan hukuman, atau memperoleh surga dan neraka
47 Ibid, hlm. 13
73
dengan amalnya. Dia tidak bertanggung jawab dengan amal orang lain
selamanya.
”Yaitu bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya, dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan
kepadanya. Kemudian akan diberi balasan sepadanya dengan balasan
yang paling sempurna.” (QS. An-Najm:38-41).48
Sesungguhnya Nabi Nabi Muhammad SAW. Tel.ah memberitahukan
bahwa maksiat, dosa dan kesalahan serta kekeliruan adalah sesuatu yang pasti
dilalui dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya Nabi Nabi Muhammad SAW
telah membuka pintu taubat yang luas bagi orang-orang yang berbuat dosa dan
kesalahan. Beliau menyeru manusia dengan seruan yang menyeluruh untuk
siapa saja. Beliau menerangkan keutaman taubat dengan keterangan yang
sangat jelas. Beliau menjadikan jalan yang mudah dalam waktu singkat untuk
mencapai derajat yang paling tinggi.
5. Memadukan Antara Agama Dan Dunia, Menyatukan Barisan Yang
Berselisih Dan Pasukan Yang Saling Berperang
Agama-agama terdahulu, khususnya Kristen talah membagi kehidupan
manusia menjadi dua bagian: bagian untuk agama dan bagian untuk dunia.
Dan membagi manusia yang tinggal di bumi ke dalam dua golongan: yang
berkecimpung dalam agama dan dunia. Kedua golongan ini tidak hanya
berbeda akan tetapi diantara mereka terdapat jurang yang dalam dan bentenga
yang tebal, dan mereka saling berselisih dan memerangi.
Perubahan dari pengutusan Nabi Nabi Muhammad SAW adalah
bahwasanya beliau telah memenuhi ruang yang luas antara agama dan dunia.
Beliau menjadikan dua hal yang bermusuhan dan berjahuan bagi mereka yang
hidup dalam permusuhan yang terus menerus dan kedengkian menjadi
kelembutan dan cinta kasih. Sehingga hidup dalam keselamatan dan
keselarasan.
48 Ibid, hlm. 874
74
Sesungguhnya beliau adalah rasul pemersatu pemberi kabar gembira
dan sekaligus pemberi peringatan. Beliau menyelamatkan manusia yang saling
berperang menjadi satu persaudaraan dalam iman, kasih sayang terhadap
manusia, dan untuk mencari ridha Allah.
”Ya Tuhan kami, berilah kamu kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat,
dan peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS. Al-Baqarah: 201).49
Hal itu menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul
pemersatu, yang mencurahkan segala daya upaya menuju kesempurnaan.
Beliau juga adalah pembawa kabar gembira sekaligus peringatan. Beliau tidak
memisahkan antara dunia dengan agama, semuanya adalah ibadah, dan
menjadikan bumi keseluruhannya adalah masjid.
6. Menerangkan Tujuan Dan Maksud Dalam Medan Amal Dan Perjuangan
Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kepada manusia tempat
yang cocok sebagai wadah kekuatan, kemudoian mengangkat kekuatan itu ke
langit yang luas lagi tinggi.
Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, manusia masih bodoh dengan
tujuan hidupnya, ia tidak tahu kemana harus pergi dan keman harus kembali,
dan bagaimana menggunakan segala kemampuan dalam hidupnya?
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah menetapkan untuk dirinya
tujuan dan nilai penting perbuatannya, membatasi nafsunya pada lingkup yang
sempit dan terbatas, beliau telah mengerahkan segala kekuatan, kemampuan
dan kecerdasannya. Terdapat teladan yang agung dalam diri beliau, seorang
yang sukses, seorang yang luas pengaruh dan kekuasaannya, seorang yang
berwibawa dan bijaksana dikalangan manusia.50
Nabi Muhammad SAW menjadikan tujuan hidup yang terakhir
menjadi menyenangkan. Yaitu dengan mengetahui pencipta langit dan bumi,
mempelajari sifat-sifatnya, kodrat dah hikmahnya keagungan serta keabadian-
Nya sampai pada keimanan, keyakinan dan kemenangan bersana ridha Allah
yang maha esa.
49 Ibid, hlm. 17 50 Abul Hasan Ali Al-Hasani, op.cit., hlm. 584
75
Nabi Muhammad SAW menyeru agar manusia rela dengan kodratnya,
selalu berusaha menyatukan yang tercerai berai, menumbuhkan kekuatan
batinnya, dan menambah kekuatan spiritualnya untuk sampai kepada derajat
kedekatan dan keyakinan. Beliau juga mengajak untuk membantu kepada
sesama manusia, mengasihi dan menjaganya.
Dengan demikian manusia akan sampai kepada suatu tempat yang
tidak dapat dicapai oleh malaikat sekalipun. Itulah kebahagiaan yang hakiki
bagi manusia, dan akhir dari kesempurnaannya, yang menjadi naungan hati
dan ruhnya.
BAB IV
REFORMULASI DAN APLIKASI ETIKA PERANG
A. Nilai Utama Dalam Perang
Setiap orang kadang kala memiliki tujuan yang berbeda yang melatar
belakangi dilakukannya sebuah perbuatan (action). Tujuan inilah yang
kemudian biasa disebut sebagai qimatul ‘amal (nilai perbuatan [value of
action].1 Bahakan merupakan hal yang pasti bahwa setiap perbuatan telah
memiliki nilai-nilai tertentu yang ingin diraih dan dicapai oleh seseorang
ketika ia melakukan suatu perbuatan kalau tidak demikian, tentulah perbuatan
tersebut merupakan perbuatan yang sia-sia; perbuatan yang tidak mengandung
suatu nilai. Ini menjadi hal yang tidak pantas dilakukan seseorang terlebih
seorang Muslim. Justru menjadi kewajiban baginya untuk senantiasa
memperhatikan tercapai tidaknya nilai-nilai perbuatan yang dilakukannya.
Dorongan nilai-nilai inilah yang mempengaruhinya melakukan atau tidak
melakukan suatu aktivitas pekerjaan atau suatu perbuatan. Selain nilai
perbuatan, dikenal pula istilah tujuan akhir (supergoal) dari seluruh perbuatan
manusia. Dengan demikian, dalam melakukan aktivitas jihad, setiap Muslim
pasti didorong oleh suatu motivasi tertentu (certainty motive) baik berupa nilai
maupun tujuan akhir perbuatan.
Nilai tersebut akan tampak ketika manuasia melakukan perbuatan.
Setiap perbuatan (action) ternyata hanya memiliki satu nilai tertentu saja.
Nilai tersebut adalah qimah madiyah (niali materi), qimah insaniyah (nilai
kemanusiaan), qimah khulukiyah (niali moral/akhlak), dan qimah ruhiyah
(nilai spiritual). Niali perbuatan yang sifatnya materi berarti keuntungan
(profit) material semata. Orientasi qimah insaniyah berarti dapat memberikan
manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan social
(shadaqoh), dan bantuan lainnya. qimah khuluqiyah mengandung pengertian
1 Yuana Ryan Tresna, Art of war, menejement strategi dibalik kemenangan Rasulullah,
(Bandung, Progresio, 2007), hlm. 23
77
bahwa niali-nilai akhlaqul karimah (akhlaq mulia) menjadi suatu kemestian
yang harus muncul dalam aktivitas yang dilakukan manusia. Sementara qimah
ruhiyah berarti perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
Dari sisi tujuan akhir (supergoal) perbuatan manusia, tujuan akhir dari
tujuan jihad adalah dalam rangka mngharap rindho dari Allah Swt. Dari
pandangan inilah, dapat dipahami bahwa motivasi seorang Muslim dalam
melakuakan atau meninggalakan suatu perbuatan adalah karena keridhaan
Allah. Kebahagiaan bagi seorang Muslim adalah ketika ia mampu
menempatkan ketentuan Allah (aturan Islam) menjai standart pijakan dalam
melakukan seluruh aktivitas peperangan (karena perang di dalam Islam
merupakan ibadah), tidak sekedar berperang atau bertempur tanpa acuan yang
dibenarkan Islam.
Perang yang dibangun Rasululullah ini jelas berbeda budaya perang
orang-orang kafir. Norma, keyakinan, tata nilai, standar, ritual struktur, nuansa
dan tipe interaksi yang ada dikalangan Muslim akan berbeda seratus
delapanpuluh derajad dengan yang ada pada pasukan tempur kafir, baik
Yahudi maupun Quraisy. Budaya organisasi dari pasukan Islam tidak akan
lepas dari tujuan jihad. Tujuan jihad adalah dalam rangka meningikan kalimat
Allah swt. dan menggetarkan musuh Allah swt. nilai yang ada adalah nilai
Islam, yaitu nilai ibadah; niali taqqarub kepada Allah swt. Yahudi memerangi
Islam karena kemunafikannya yang tidak mau menerima kebenaran. Ada pun
kuraisy dan kabilah yang ada disekitarnya memerangi Rasul karena kebencian
dan arogansi mereka terhasdap Rasulullah. Mereka tidak mau menerima
kerasulan Muhammad bin Abdillah.2
Pandangan Khalid bin walid merupakan pandangan yang
menunjukkan keluhuran tujuan akhir yang dikejar oleh para sahabat dalam
2 Fredrick, Post, dan Devis, mengatakan bahwa nilai individual dan karakter moral
memainkan sebuah pean penting dalam meningkatkan kinerja dan etika tim. Belasn abad yang lalu kaum Muslimin telah berhasil menunjukkan pola ini dalam tataran praktek. Sosok para sahabat pada zaman Rasul adalah generasi terbaik sepanjang masa. Dalam diri mereka masing-masing memiliki kekhasan tersendiri yang menonjol. Yuana Ryan Tresna, Art of war,Ibid, hlm. 113
78
berperang. Pada suatu hari, ia berkata : tidak ada suatu malampun- tidak
malam pengantin, tidak pula malam lahirnya anak laki-laki yang dapat
menandingi kegembiaraanku daripada malam ketika aku dengan ekspedisi
para mujahidin melakukan serangan fajar terhadap orang musyrik.3
Artinya penilaian terhadap perbuatan yang baik dan buruk, terpuji dan
tercela, tidak boleh menggunakan sebab yang diberikan oleh manusia.
Manusia bergantung, dalam penentuan ini, hanya kepada Allah Swt. Dalam
konteks peperangan, Allah Swt. pernah menegaskan bahwa perang itu adalah
hal yang baik walau manusia menganggapnya buruk. kemudian, dalam surat
Al- Baqarah diterangkan:
|=ÏGä. ãΝ à6ø‹ n= tæ ãΑ$tF É) ø9$# uθèδ uρ ×ν öä. öΝ ä3 ©9 ( #©|¤ tãuρ β r& (#θèδ tõ3 s? $ \↔ ø‹ x© uθèδ uρ ×öyz öΝ à6©9
( #© |¤tãuρ β r& (#θ™6Åsè? $ \↔ ø‹ x© uθèδ uρ @Ÿ° öΝ ä3 ©9 3 ª!$# uρ ãΝ n=÷ètƒ óΟ çFΡ r&uρ Ÿω šχθßϑ n= ÷ès? ∩⊄⊇∉∪
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. al-Baqarah: 216).
Perlu di pahami bahwa sesungguhnya tidak ada perang jika mereka
menolak masuk Islam, tetapi bersedia taat dalam kekuasaan Islam karena
memang tidak ada paksaan dalam hal keyakinan agama. Mereka tergolong
sebagai ahlu dzimah yang harus tunduk pada seluruh hukum-hukum Islam,
keuali yang menyangkut perkara ibadah, pakaian makanan, minuman, serta
yang terkait dengan keyakinan mereka. Jadi, apabila mereka menolak dan
menghalangi dakwah, serta tidak mau tunduk sebagai ahlu dzimah, mereka
akan diperangi. Peperangan terhadap mereka atau dalam kasus yang seperti itu
termasuk dalam jihad ofensif, sebagaimana keterangan di bab dua. Inilah jihad
sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:
3 Ibid. hlm. 24
79
(#θè=ÏG≈s% š⎥⎪ Ï% ©! $# Ÿω šχθãΖ ÏΒ ÷σム«!$$ Î/ Ÿωuρ ÏΘöθu‹ ø9$$Î/ ÌÅz Fψ $# Ÿωuρ tβθ ãΒÌh pt ä† $ tΒ tΠ§ ym ª! $#
… ã& è!θß™u‘ uρ Ÿωuρ šχθãΨƒ ω tƒ t⎦⎪ÏŠ Èd, ysø9$# z⎯ÏΒ š⎥⎪Ï% ©! $# (#θè?ρ é& |=≈tF Å6ø9$# 4© ®Lym (#θäÜ ÷èãƒ
sπ tƒ÷“ Éfø9$# ⎯ tã 7‰ tƒ öΝ èδ uρ šχρãÉó≈|¹
“Perangilah oleh kamu sekalian orang-orang yang tidak beriman kepada
Allah dan hari akhir, dan mereka tidak mengharamkan apa yang apa
yang diharamkan Allah dan Rasulnya, dan tidak beragama dengan agama
yang haq (Islam), yaitu dari orang-orang yang diberi Al-Kitab kepada
mereka hinga mereka membayar jizyah4 dengan patuh, sedang mereka
dalam keadaan tunduk”. (QS. At –Taubah: 29). Dari ayat-ayat di atas sebenarnya, jihad adalah penampakan lain dari
kasih sayang umat Islam kepada seluruh umat manusia agar mereka mau
menerima keluhuran tata nilai publik Islam diterapkan di tengah-tengah
mereka, sehingga bentuk ketidak adilan, penindasan, pemerasan pembunuhan,
kekufuran, kemunafikan, dan segala bentuk kejahatan dapat dihilangkan,
diganti dengan tatanan nilai publik Islam yang luhur.
Dari sisi nilai perbuatan manusia, nilai perbuatan jihat tiada lain adalah
nilai spiritual, bukan atas dasar kemanfaatan materi. Memahami jihad dalam
pengertian perlawanan fisik. dengan keseluruhan kemampuan mestilah
dipahami dalam konteks peperangan yang dilakukan Rasul. Ketika di Makkah,
Rasulullah jelas-jelas menempatkan jihad sebagai jalan spiritual.. Rasul sama
sekali tidak menggunakan kekuatan senjata ataupun fisik. Pengikut rasul justru
menepi dan hijrah ke Habsyah. Hal ini adalah periode di mana Rasulullah
sebagai seorang Nabi dan Rasul semata, yang melakukan kecaman-kecaman
moral kepada kelompok-kelompok borjuiz Makkah yang menindas orang-
orang miskin. Di Mekah ini, Muhammad SAW tidak menggabungkan posisi
4 Jizyah ialah pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang
yang bukan islam, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka.
80
Rasul dan pribadinya sebagai seorang pemimpin sebuah negara.5 Hal itu
didasarkan karena jihad merupakan aktivitas ibadah, aktivitas untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dalam aktivitas setiap peperangan,
seorang Muslim harus berusaha meraih nilai yang dituju dan dilakukan sesuai
dengan aturan Islam.6
Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah Al-Qur’an mulai
mendesak kaum Muslimin Madinah untuk berpartisipasi dalam jihad.
Partisipasi itu akan mencakup perang dan pertumpahan darah, namun akar
kata jihad menyiratkan lebih dari sekedar dari “perang suci”. Jihad
menunjukkan uapaya fisik, moral, spiritual, dan intelektual. Ada banyak kata
Arab yang mengacu pada pertempuran bersenjata, seperti harb (perang),
sira’a (penyerangan), yang digunakan Al-Qur’an bila perang merupakan cara
utama kaum Muslimin dalam menjalankan upaya ini. Justru Al-Qur’an
memilih kata-kata yang lebih samara dan kaya makna dengan jangkauan
konotasi yang luas. Jihad bukanlah salah satu rukun Islam. Jihad bukan tiang
utama Islam. Jiahad sudah dan masih merupakan kewajiban bagi kaum
Muslimin untuk terlibat dalam perjuangan disemua ranah – moral, spiritual,
dan politik – untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beradab, tempat
mereka yang miskin dan lemah tidak diperas, dan berada di jalan yang diridhai
Tuhan. Pertempuran dan peperangan memang kadang-kadang memang
diperlukan, namun hanya sebagian kecil dari seluruh jihad atau perjuangan.
Sebuah hadis yang tekenal meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda setelah
sekembalinya dari pertempuran, “kita kembali dari jihad kecil menuju jihad
yang lebih besar, yakni upaya yang lebih sulit dan lebih penting untuk
menaklukkan kekuatan-kekuatan jahad dalam diri manusia dan masyarakat,
dalam setiap sisi kehidupan sehari-hari.
Segera setelah kaum Muslimin melaksanakan hijrah, mereka tahu
bahwa mereka harus siap untuk mengangkat senjata. Kaum Ansor telah
membuat perjanjian perang dalam perjanjian aqobah kedua, dan setelah
5 Nur Khalik Ridwan, Detik-detik pembongkaran agama, (Jogjakarta; Arruzz book gallery, 2003), hlm.206-208
6 Yuana Ryan Tresna, Art of war, op.cit., hlm. 24
81
kedatangannya dari Makkah, Muhammad menerima wahyu yang memberi
izin kepada kaum Muhajirin untuk berperang:
tβ ÏŒé& t⎦⎪ Ï% ©# Ï9 šχθè=tG≈s) ムöΝ ßγ ¯Ρr'Î/ (#θßϑ Î= àß 4 ¨β Î)uρ ©! $# 4’n? tã óΟ Ïδ ÎóÇtΡ íƒÏ‰ s) s9 t⎦⎪ Ï% ©! $#
(#θã_Ì÷z é& ⎯ÏΒ Ν Ïδ Ì≈tƒÏŠ ÎötóÎ/ @d, ym HωÎ) χ r& (#θä9θà) tƒ $ oΨš/u‘ ª! $# 3 Ÿωöθs9uρ ßì øùyŠ «! $# }¨$̈Ζ9$#
Ν åκ|Õ÷èt/ <Ù ÷èt7 Î/ ôM tΒ Ïd‰çλ °; ßì ÏΒ≡uθ|¹ Óìu‹ Î/uρ ÔN≡uθn=|¹ uρ ߉Éf≈|¡ tΒ uρ ãŸ2 õ‹ ム$ pκ Ïù ãΝ ó™ $# «! $#
#Z ÏVŸ2 3 χ uÝÇΖ uŠ s9uρ ª! $# ⎯ tΒ ÿ… çν çÝÇΨtƒ 3 χ Î) ©! $# :”Èθs) s9 ̓ tã
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena
Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu,
(yaitu) orang-orang yang Telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa
alasan yang benar, kecuali Karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah
Allah". dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia
dengan sebagian yang lain, tentulah Telah dirobohkan biara-biara Nasrani,
gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di
dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong
orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al- Hajj 39-40).7
Al-Qur’an mulai mengembangkan teologi perang yang adil: kadang-
kadang memang diwajibkan untuk berperang demi melestarikan nilai-nilai
yang luhur. Jika umat beragama tidak siap untuk menghindari serangan,
seluruh tempat ibadah mereka akan hancur. Tuhan akan memberikan
kemenangan kepada kaum Muslimin hanya jika mereka “mendirikan shalat
dan membayar zakat”, membuat hokum yang adil dan dihormati, dan
menciptakan masyarakat yang adil.8
7 Jamal Yusuf , Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah SAW, (terj. Ahmad Assahili,
judul asli; Askariyatu al-Islamiyah , Yogyakarta, Izzan Pustaka, 2002), hlm. 50
8 Karen Amstrong, Muhammad Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto, jdl asli; Muhammad, a Biography of the Prophet, Yogyakarta, Jendela, 2004), hlm. 289-290
82
Barulah jihad dalam artian mengangkat senjata terjadi di Madinah.
Tesis yang mengatakan bahwa jihad di Madinah ini ada kaitannya dengan
mempertahankan Islam semata seperti yang dipahami selama ini, adalah
distortif . sebab mereka yang melakukan perang bukan hanaya tentara Islam,
tetapi juga orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang telah mengikat
perjanjian di Madinnah. Ketiga kelompok ini yang umumnya dikenal dalam
sejarah sebagai angota-angota Negara Madinah.
Dengan begitu jihad yang pertama-tama adalah untuk
mempertahankan territorial Madinah. Seperti yang tercantum dalam piagam
Madinah (bahwa masing-masing anggota yang mengikat perjanjian
berkewajiban untuk mempertahankan bersama-sama dari serangan musuh),
meskipun pada wktu itu konsep territorial masih bercampur dengan kesukuan.
Mereka yang berperang adalah untuk melindungi kepentingan Madinah secara
keseluruhan, dan tujuannya Islam sebagai agama, Yahudi dan Kristen tidak
ditundukkan oleh orang-orang Makkah. 9
Jihad di sini, yang dilawan adalah bukan kekuatan komunitas agama
lain. Sebab orang-orang Kuffar Mekah adalah kelompok penindas. Seandainya
mereka tidak memerangi Nabi dan mengejar-ngejar, maka pertarungan itu
sangat mungkin tidak menjadi konfrontasi senjata. Ketika kelompok-
kelompok penindas kuffar Mekah tersebut, di Madinah mencoba untuk
menghancurkan sekuat tenaga, maka sangatlah logis bahwa mempertahankan
Madinah adalah bagian dari kewajiban angiota-angotanya.
Dari sini dapat dijelaskan bahwa yang bisa membangkitkan perang
dalam Islam adalah berkaitan erat dengan landasan-landasan yang utama,
perlunya suatu pembelaan dan adanya akidah yang tinggi agar tidak
tercemar.10
Menurut hemat penulis, factor-faktor di atas belum cukup untuk
menyanjung roh peradaban kita yang berdamai dalam perang. Kalau begitu
9 Lihat teks perjanjian Madinah ini dalam, Munawwir Sadzalis, Islam dan Tata Negara;
Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, (Jakarta, UI Press, 1993). 10 Jamal Yusuf , op.cit., hlm. 5
83
marilah kita perhatikan bagaimana kenyataan praktek prinsip ini dalam
peradaban Islam.
B. Contoh Keteladanan Moral perang Rasulullah
Rasulullah adalah pelopor peradaban Islam dan peletak fondasi dan
aturan permainannya. Beliau ungkapkan secara nyata tentang moral, tujuan
dan misinya. Selama tiga belas tahun di Makkah Rasul dan pengikutnya
menghadapi maker, gagnguan cacian, dan penyiksaan. Kehidupan beliau dan
para sahabatnya sealu diancam marabahaya. Sepuluh tahun di Madinah adalah
perjuangan dan pertempuran berantai yang sambung menyambung. Peradaban
Islam datang ketika seluruh dunia berjalan di atas hukum rimba. Perang
merupakan permainan aturan yang diakui dikalangan semua syariat, agama,
uamat, dan bangasa tanpa ikatan dan batasan dan tanpa pembedaan antara
perang yang dibolehkan dan perang yang lalim.
Peradaban Islam, peradaban yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ini,
tidak mengakui aturan permainan yang zalim ini, yang biasa menjerumuskan
kemanusiaan ketingkat kebinatangan yang buas bahkan Rasulullah
mengajarkan dan memproklamasikan bahwa pangkal hubungan antar umat
adalah saling mengenal dan menolong sebagimana dijelaskan dalam surat al-
Hujurat ayat 13:
$ pκ š‰r'̄≈ tƒ â¨$ ¨Ζ9$# $̄Ρ Î) /ä3≈oΨø) n= yz ⎯ ÏiΒ 9x. sŒ 4© s\Ρ é&uρ öΝ ä3≈oΨù=yèy_ uρ $ \/θãèä© Ÿ≅Í←!$ t7 s% uρ (# þθèùu‘$ yètGÏ9 4
¨β Î) ö/ä3 tΒtò2 r& y‰ΨÏã «!$# öΝ ä39 s) ø? r& 4 ¨β Î) ©! $# îΛ⎧ Î=tã × Î7 yz
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengena”. (QS. Al-Hujurat: 13)
Jika suatu umat hanya mau berperang dan menyerang umat lain, maka
umat kita harus bersiap-siap menghadapi serangan itu karena meninggalkan
persiapan mendorong dan mempercepat terjainya serangan.
84
(#ρ‘‰Ïãr&uρ Ν ßγ s9 $ ¨Β Ο çF ÷èsÜ tGó™$# ⎯ÏiΒ ;ο §θè% ∅ ÏΒuρ ÅÞ$t/Íh‘ È≅ ø‹ y⇐ø9$# šχθç7 Ïδ öè? ⎯ϵ Î/ ¨ρ ߉tã
«!$# öΝ à2̈ρ ߉tãuρ t⎦⎪Ìyz# u™uρ ⎯ÏΒ óΟ Îγ ÏΡρߊ Ÿω ãΝ ßγ tΡθ ßϑ n=÷ès? ª! $# öΝ ßγ ßϑ n= ÷ètƒ 4 $tΒ uρ (#θà) ÏΖè? ⎯ ÏΒ
&™ó© x« †Îû È≅‹ Î6y™ «! $# ¤∃ uθムöΝ ä3 ö‹ s9Î) óΟ çFΡr& uρ Ÿω šχθßϑ n=ôà è?
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah,
musuhmudan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 60)
Jika umat itu mengurungkan niatnya untuk menyerang dan menyukai
perdamaian maka umat lain harus condong dan antusias terhadap perdamaian
itu.
β Î)uρ (#θßsuΖy_ ÄΝ ù= ¡¡= Ï9 ôx uΖ ô_$$sù $ oλ m; ö≅ ©.uθs? uρ ’n?tã «!$# 4 … çµ ¯ΡÎ) uθèδ ßìŠ Ïϑ¡¡9$# ãΛ⎧ Î= yèø9$#
”Dan jika mereka condong kepada perdamaian maka condonglah kepadanya
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dia lah yang maha mendengar
lagi maha mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 61)
Jika ia tetap memilih alternatif perang maka kekuatan bisa menolak
kekuatan dan serangan harus dilawan dengan serangan yang serupa
sebagaiman diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an:
(#θè= ÏG≈s% uρ ’Îû È≅‹ Î6y™ «! $# t⎦⎪ Ï%©! $# óΟ ä3 tΡθ è=ÏG≈s) ムŸωuρ (#ÿρ ߉tG÷ès? 4 χ Î) ©!$# Ÿω =Åsãƒ
š⎥⎪ ωtG÷èßϑ ø9$#
85
”Dan perangilah dijalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. al- Baqarah 190)
1. Perlakuan Terhadap Orang Yang Takluk
Nabi mempelakukan semua orang yang dikalahkan dengan baik dan
ramah. Sesungguhnya, Nabi selalu mempelihatkan kemurahan hati dalam
kemenangannya. Dan kemenangan terbesar adalah kemenangan di Mekah,
tanpa menumpahkan setetes darah. Para pemimpin Quraisy telah melakukan
banyak kejahatan terhadap dirinya dan para sahabatnya selama tiga belas
tahun di Mekah ternyata ketika kota mekah bisa ditaklukkan oleh Nabi, beliau
berkata, ”hai orang-rang Quraisy, apa yang akan aku lakukan terhadap kalian
setelah kalian aku taklukkan, ”hari ini tidak ada penyesalan ditimpakan
padamu; Tuhan akan mengampunimu. Pergilah, kalian bebas”. Begitu juga,
beliau mempelakukan suku lain yang dikalahkannya dengan ramah dan
membebaskan mereka semua
2. Tawanan Perang
Islam telah menetapkan prinsip umum mengenai tawanan perang.
Muhammad melarang keras membunuh tawanan perang bahkan memerintahkan
kepada para sahabatnya untuk mempelakukan mereka dengan baik. Nabi selalu
menasehati pengikutnya untuk ramah dan sayang pada tawanannya. Para tawanan
perang badar yang selama bertahun-tahun sebelumnya menindas orang Muslim dan
menyebabbkan kesengsaraan yang amat berat pada sebagian mereka, mreka
perlakukan dengan baik.11
Al-Qur’an menganjurkan kepada orang beriman untuk membebaskan
tawanan dengan tebusan atau memperlakukan mereka dengan baik, oleh karena itu,
kalau kamu berjumpa dengan orang yang tidak beriman (dalam pertempuran),
pukullah tengkuknya; kalau kamu telah menggiringnya, kemudian ikatlah tawanan
tersebut; setelah itu perlakukan mereka dengan baik atau lepaskan mereka dengan
tebusan sampai perang melepaskan bebannya (47:4). Nabi memperlakukan mereka
11 Afzalurrahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer ,(Jakarta, Bumi
Aksara, 1991), hlm. 295
86
dengan baik sekali dan sering memerdekakan mereka, seperti tawanan perang Hunain
dan banyak lagi tawanan lainnya.
Perang hanya boleh mengganggu perdamaian dalam usaha untuk
memperoleh tujuan kemanusiaan yang sebenarnya, memulihkana keadilan dan
perdamaian untuk semua orang menurut hukum Tuhan. Ringkasnya, perang
baru dilakukan karena beberapa hal alasan di bawah ini;12
Pertama, untuk mengamankan dan melindungi idiologi dalam hal ini
Islam yang menjadi dasar sitem keadilan dan kedamaian. Musuh ingin
menghancurkannya sama sekali, dan satu-satunya cara untuk melindungi
Islam adalah mempertahankannya dengan kekuatan yang sama.
Kedua, perang baru dilakukan untuk mempertahankan Madinah
dimana Nabi SAW dan para sahabat dan para sahabat mencari perlindungan
untuk menjalankan kepercayaannya dengan bebas tanpa takut akan campur
tangan dari luar.
Ketiaga, untuk menggertak, jika perlu untuk menghentikan atau
menghancurkan setiap kekuatan agresif dan bermusuhan yang merupakan
sumber bahaya terhadap Negara dan menggagu tercapainya tujuan tersebut.
Keempat, untuk menghancurkan setiapa kekuatan agresif, baik yang
brsifat politik, ekonomi, agama atau social yang merintangi perkembangan
dan pertumbuhan Islam dan kebudayaan dan peradaban Islam.
B. Aspek-Aspek Muatan Dari Prinsip-Prinsip Etika Perang
Di sini prinsip-prinsip peradaban yang memproklamasikan
pengharaman peperangan yang bertujuan untuk menyerang, merampas harta
benda dan menghinakan kehormatan bangsa-bangsa. Perang yang sah
hanyalah perang yang bertujuan untuk:
1. Membela Aqidah dan moral umat
2. Membela kebebasan, kemerdekaan dan keselamatan umat. 13
12 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagi Seorang Pemimpin Militer, (terj. Annas
Siddik, judul asli, Muhammad As Military Leader, Bumi Aksara, 1991), hlm. 20 13 Mustafa As-Siba’I, Pearadaban, Islam Dulu, Kini Dan Esok. (kota pnerbit tahun: tidak
diketahui), hlm. 110
87
3. Memberi pelajaran terhadap penghianat dan penentang Islam.14
öΝ èδθè= ÏG≈s% uρ 4©®L ym Ÿω tβθ ä3 s? ×π oΨ÷F Ïù tβθ ä3 tƒuρ ß⎦⎪Ïe$! $# ¬! ( Èβ Î* sù (#öθpκ tJΡ $# Ÿξsù tβ≡uρ ô‰ ãã ωÎ) ’n? tã
t⎦⎫ ÏΗÍ>≈©à9$#
“ Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-
orang yang zalim”. (QS. Al-Baqoroh 193).
Jika tujuan perang yang diajarkan Rasulullah SAW memang begitu,
maka ketika mengumumkan perang untuk kebenaran dan kebaikan itu, kita
tidak boleh berbalik menjadikan perang sebagai alat yang membuat kebatilan
dan kejahatan. Karena itu diantara prinsip perang yang diajarka Rasul SAW
adalah hanya berperang dengan pihak-pihak yang memerangi dan menyerang
kita.
ãöκ ¤¶9$# ãΠ# t pt ø: $# Ìöκ ¤¶9$$ Î/ ÏΘ# tpt ø: $# àM≈tΒãçt ø:$# uρ ÒÉ$ |Á Ï% 4 Ç⎯ yϑ sù 3“ y‰tGôã$# öΝ ä3 ø‹ n= tæ (#ρ߉tF ôã$$ sù
ϵ ø‹ n=tã È≅÷VÏϑ Î/ $ tΒ 3“ y‰tGôã $# öΝ ä3 ø‹ n= tæ 4 (#θà) ¨?$# uρ ©!$# (#þθßϑ n=ôã$#uρ ¨β r& ©! $# yì tΒ t⎦⎫É) −F ßϑø9$#
“Bulan Haram dengan bulan haram,15 dan pada sesuatu yang patut
dihormati,16 berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu barangsiapa yang
menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya
terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah, bahwa Allah beserta
orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al- Baqoroh 194)
14 Jamal Yusuf, op-cit, hlm. 61
15 Kalau umat Islam diserang di bulan Haram, yang Sebenarnya di bulan itu tidak boleh berperang, Maka diperbolehkan membalas serangan itu di bulan itu juga.
16 Maksudnya antara lain ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram
dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan ihram.
88
Dari sini dapat dijelaskan bahwa perang yang sah hanyalah perang
yang disebabkan karena tiga faktor di atas yang akan penulis jelaskan satu
persatu dibawah ini:
1. Membela Aqidah Dan Moral Umat
Aqidah Islamiyah (aqidah yang berlandaskan ajaran agama Islam)
adalah sebuah nama yang harus dijadikan tuntunan hidup setiap individu
uamat Islam. Juga dijadikan pedoman dalam gerak-gerik sehari-hari dan
benar-benar menjadi pegangan hidup, meskipun banyak godaan yang bisa
melunturkan ketebalan imannya. Godaan-godaan itu bisa berupa siksaan fisik
maupun psikis yang sangat berat, diusir dari negaranya dan diancam
keberadaan agamanya. Dalam hal ini umat Islam harus bertindak tegas karena
godaan semacam ini lebih besar perjuangannya daripada perang, sedangkan
tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menjaga eksistensi umat manusia dmi
tetap berlangsungnya kehidupan. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt:
(#θä9$ s% ⎯ s9 x8 tÏO÷σ œΡ 4’n? tã $tΒ $ tΡ u™ !%y` š∅ÏΒ ÏM≈uΖÉi t7 ø9$# “ Ï%©! $#uρ $ tΡ tsÜ sù ( ÇÙ ø% $$ sù !$tΒ |MΡ r&
CÚ$ s% ( $yϑ ¯Ρ Î) © ÅÓ ø) s? Íν É‹≈yδ nο 4θuŠ pt ø:$# !$ u‹ ÷Ρ ‘$! $#
“Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu
daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang Telah datang kepada kami
dan daripada Tuhan yang Telah menciptakan Kami; Maka putuskanlah apa
yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu Hanya akan dapat
memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja”. (QS. Thaha (20): 72)
Fitrah dalam agama dan fitrah dalam akidah adalah dua ungkapan yang
bisa mempengaruhi seorang muslim untuk memperoleh suatu kebahagiaan di
dunia dan di akherat, sedangkan kebahagiaan yang didapat akan kekal untuk
selamanya. Allah SWT. menjadikan surga yang diperuntukkan buat orang-
orang yang bertaqwa dari hamba-hambanya yang selalumengerjakan amal
shaleh. Dari sinilah juga Allahswt. Mensyariatkan jihad menghadapi orang-
89
orang yang suka membuat fitnah berkaitan dengan agama dan aqidah, karena
samdngan orang-orang yang suka berperang. Allah berfirman:
(#θè= ÏG≈s% uρ ’Îû È≅‹ Î6y™ «! $# t⎦⎪ Ï%©! $# óΟ ä3 tΡθ è=ÏG≈s) ムŸωuρ (#ÿρ ߉tG÷ès? 4 χ Î) ©!$# Ÿω =Åsãƒ
š⎥⎪ ωtG÷èßϑ ø9$# ∩⊇®⊃∪
”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas karena sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al-Baqarah: 190)
öΝ èδθ è= çF ø% $#uρ ß] ø‹ ym öΝ èδθ ßϑçGø É) rO Ν èδθ ã_Ì÷z r& uρ ô⎯ÏiΒ ß] ø‹ ym öΝ ä.θã_t÷z r& 4 èπ uΖ÷F Ï ø9$# uρ ‘‰ x©r&
z⎯ÏΒ È≅÷Gs) ø9$# 4 Ÿωuρ öΝ èδθ è= ÏG≈ s) è? y‰Ζ Ïã ωÉfó¡ pRùQ $# ÏΘ#tpt ø:$# 4© ®L ym öΝ ä.θè= ÏF≈s) ムϵŠÏù ( β Î*sù öΝ ä.θè= tG≈s%
öΝ èδθ è= çF ø% $$ sù 3 y7 Ï9≡x‹ x. â™!#t“ y_ t⎦⎪ÍÏ≈s3 ø9$#
“Dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah
mereka dari tempat mereka Telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah17 itu
lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi
mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat
itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka Bunuhlah mereka.
Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah: 191)
Orang-orang yang suka berbuat fitnah dan suka menindas harus
diperangi agar tindakan mereka tidak merajalela dan umat Islam dilarang
keras pergi berperang bersama-sama orang zalim.
Rasulullah SAW tidak membenarkan umat Islam ikut serta berperang
melawan bangsa Romawi, karena yang mengajak adalah orang-orang Syam
yang menolak keberadaan umat Islam. Tetapi setelah bangsa Romawi
melampaui batas terhadap hak-hak asasi umat Islam, barulah Rasulullah SAW
17 fitnah (menimbulkan kekacauan), seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya,
merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.
90
memerintahkan umatnya memerangi mereka. Rasulullah SAW juga pernah
mengutus salah satu sahabat menemui raja Kisra, Qushaira, Muqaiqis, dan
raja-raja Arab lainnya agar mereka masuk Islam dan diikuti rakyat mereka
masing-masing dengan kesadarannya sendiri, kecuali orang-orang yang
fanatik dari penduduk Syam. Tabiat dan watak meeka suka berperang dan
menyiksa orang-orang yang suka berdamai. Melihat kenyataan ini Rasulullah
tidak tingal diam untuk memerangi penduduk Syam agar tindakan mereka
tidak merajalela dan penyiksaan-penyiksaan tidak mendapat tempat di muka
bumi.
Dibolehkan menggunakan kekuatan untuk melakukan pembelaan;
membela tanah air, memepertahankan hak bagi orang lain, memberikan hak
orang lain untuk memilih akidah mereka.18
Bukan hanya kebebasan Akidah saja yang dituntut kepada umat yang
mengumumkan perang, tapi juga harus menjamin seluruh kebebasan akidah
dan melindungi tempat iabadah masing-masing agama.
”Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; sesungguhnya
telah jelas jalan yang yang benar daripada jalan yang salah.” (QS.
Al-Baqarah: 256).
Dari sini dapat dijelaskan bahwa yang bisa membangkitkan perang
dalam agama Islam adalah berkaitan erat dengan landasan-landasan yang
utama, perlunya suatu pembelaan dan adanya akidah yang tinggi agar tidak
tercemar.19
Jadi perang untuk membela akidah, kemerdekaan dan perdamaian
inilah perang yang sah.
2. Membela Harga Diri, Negara, Harta Benda, Dan Kepemilikan Lainnya
Berperang mempunyai dasar hukum yang kuat dalam Islam, dan wajib
bagi umat Islam berperang bila bertujuan untuk membela harga diri, negara,
18 James Turner Johnson, Perang Suci Atas Nama Tuhan: Dalam Tradisi Barat Dan
Islam, (terj. Ilyas Hasan, jdl. Asli; The Holy War Idea In Western And Islmamic Tradition, Bandung; pustaka hidayah, 1997), hlm. 90 19 Jamal Yusuf, op-cit, hlm. 53
91
harta kekayaan dan barang-barang yang dimiliki lainnya. Apabila terjadi
penganiayaan terhadap terhadap seorang muslim maka ia wajib membela
dirinya dengan segala kemampun yang dimiliki, dan Islam mengharamkan
umat Islam menyerah kepada musuh tanpa perlawanan yang berarti. Islam
mewajibkan juga kepada pemeluknya untuk membela sanak saudaranya yang
terancam, baik jiwa maupun harta bendanya. Orang yang terbunuh karena
membela anak, keluarga, dan harga dirinya atau menjaga kehormatannya
maka dia mati dalam keadaan syahid. Hal ini diperkuat oleh hadis Nabi saw.
melalui sabdanya ”barang siapa yang terbunuh karena (mempertahankan)
hartanya, dia mati syahid. Barang siapa yang terbunuh karena (membela)
darahnya, dia mati syahid. Barang siapa mati terbunuh karena (membela)
agamanya, dia mati syahid. Barang siapa mati terbunuh karena (membela)
keluarganya, dia mati syahid.” (HR. Bukhari Muslim)
Islam memerangi orang-orang Yahudi karena ada perintah dari Allah
SWT, sebab mereka suka menyandra orang-orang Islam dari kalangan anak-
anak kecil, kaum wanita dan orang tua, serta mereka merampas bumi palestina
(di dalamnya terdapat Masjidil Aqsha). Allah SWT berfirman: ”Mengapa
kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang
lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa
yang ada dalam surat An-Nisa’:
$tΒ uρ ö/ä3 s9 Ÿω tβθ è= ÏG≈s) è? ’Îû È≅‹ Î6y™ «! $# t⎦⎫ Ï yèôÒtF ó¡ ßϑø9$#uρ š∅ ÏΒ ÉΑ%y Ì̀h9$#
Ï™ !$|¡ ÏiΨ9$#uρ Èβ≡t$ ø! Èθø9$#uρ t⎦⎪Ï% ©! $# tβθ ä9θà) tƒ !$oΨ−/ u‘ $oΨô_Ì÷z r& ô⎯ÏΒ Íν É‹≈yδ Ïπ tƒö s) ø9$# ÉΟ Ï9$ ©à9$# $ yγ è=÷δ r&
≅yèô_$#uρ $uΖ ©9 ⎯ÏΒ šΡ à$ ©! $ |‹ Ï9uρ ≅yèô_$# uρ $ oΨ©9 ⎯ÏΒ šΡà$ ©! # ·ÅÁ tΡ ∩∠∈∪
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-
orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang
semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Ini
(Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi
Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!" (QS. An-Nisa’: 75).
92
Apabila ada sekelompok orang yang mencoba merampas harta orang-
orang kaya dan terjadi di negara Islam, maka umat Islam wajib mencegah dan
memerangi mereka, kerena mereka pantas dianggap musush Islam. Harta
benda adalah suatu sandaran yang kuat untuk dijadikan salah satu sarana
dalam menciptakan kedamaian, pemerataan pembangunan, mengadakan
pergerakan untuk memperoleh keberhasilan sebuah perjuangan. Orang Islam
yang memiliki harta yang banyak dan dipergunakan dengan semestinya, dia
tidak akan mendapat kesulitan untuk mewujudkan apa yang dikehendaki, dan
apabila dia terbunuh karena membela harta bendanya, dia mati syahid.dalam
suatu hadis yang bersumber dari abu hurairah ditegaskan: ”seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah dan bertanya, ”wahai Rasulullah! Bagaimana
menurutmu, jika seseorang mau mengambil hartaku?” Beliau menjawab:
”jangan berikan apa yang ada padamu.” Dia bertanya: ”bagaimana
menurutmu jika ia memerangiku?” ” beliau menjawab: ”perangi dia.” Dia
bertanya: ”Bagaimana, jika ia membunuhku?” Beliau menjawab: ”kamu mati
syahid.” dia tanya lagi: ”bagaimana jika aku membunuhnya?” Beliau
menjawab: ”Dia masuk neraka.” (HR.Bukhari Nasa’i).
3. Memberi Pelajaran Terhadap Penghianat Dan Penentang Islam
Allah SWT. memerintahkan agar umat Islam memikirkan sifat jujur
dalam mengarungi pergaulan hidup dan selalu menepati janji serta
menyempurnakan kewajiban-kewajiban. Sifat ini harus dimiliki oleh setiap
Muslim, tidak berbuat dosa dan tidak berkhianat karena agama Islam
memerintahkan kepada pemeliknya untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf
serta melarang perbuatan yang mungkar dan keji. Allah SWT berfirman:
* ¨β Î) ©! $# öΝ ä. ããΒù'tƒ β r& (#ρ –Šxσ è? ÏM≈uΖ≈ tΒ F{$# #’n< Î) $ yγ Î=÷δ r& # sŒÎ) uρ Ο çF ôϑ s3 ym t⎦ ÷⎫ t/
Ĩ$ ¨Ζ9$# β r& (#θßϑä3 øt rB ÉΑô‰yèø9$$ Î/ 4 ¨β Î) ©! $# $ −ΚÏèÏΡ /ä3 Ýà Ïè tƒ ÿ⎯ϵ Î/ 3 ¨β Î) ©! $# tβ%x. $ Jè‹ Ïÿ xœ #ZÅÁ t/
93
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”. (QS An-Nisa’(4):58)
Ÿωuρ (#θç/t ø) s? tΑ$ tΒ ÉΟŠ ÏKuŠ ø9$# ωÎ) © ÉL ©9$$ Î/ }‘ Ïδ ß⎯|¡ ômr& 4©®L ym x è=ö7 tƒ … çν £‰ä©r& 4 (#θèù÷ρ r&uρ ωôγ yèø9$$Î/ (
¨β Î) y‰ôγ yèø9$# šχ%x. Zωθä↔ ó¡ tΒ
”Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang
lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji, sesungguhnya
janji itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 34)
Di antara musuh-musuh Islam adalah kaum Yahudi, di mana mereka
suka memperlakukan umat Islam dengan penuh kebohongan, penghinaan, tipu
muslihat dan selalu memata-matai dunia Islam. Ketika Rasulullah SAW hijrah
kekota Madinah Al- Munawarah, harta kekayaan mereka
Jika perang berkobar, jangan sampai melupakan prinsip- prinsip yang
telah di bangun oleh Rasulullah. Perang kemanusiaan yang murni karena
Allah SWT harus tetap manusiawi, dalam wasilah-wasilahnya dan ketika
gencarnya jalan peperangan.20 Dari sini lahir wasiat-wasiat yang tak pernah
ada duanya dalam sejarah, seperti wasiat yang disampaikan Abu Bakar.
Semasa kepemimpinan Muhammad dan Khulafaur Rasyidin antara
lain diriwayatkan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum mengirim pasukan
untuk berperang melawan pasukan Romawi, memberikan pesan pada
pasukannya , yang kemudian menjadi etika dasar dalam perang yaitu:21
* Jangan berkhianat.
* Jangan berlebih-lebihan.
* Jangan ingkar janji.
20 Ibid, hlm. 112 21 Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad"
94
* Jangan mencincang mayat.
* Jangan membunuh anak kecil, orang tua renta, wanita.
* Jangan membakar pohon, menebang atau menyembelih binatang ternak
kecuali untuk dimakan.
* Jangan mengusik orang-orang Ahli Kitab yang sedang beribadah.
Perang kemanusiaan yang disyariatkan di jalan Allah, bukan untuk
kejahatan dan kezaliman. Perang ini terus terikat dengan prinsip-prinsip
kemanusiaan yang penyayang hingga berakhir dengan damai atau menang,
jika damai, semua perjanjian di dalamnya dihormati dan isi dari perjanjian itu
wajib dilaksanakan. Hal ini telah diperintahkan oleh Allah dalam firmannya:
(#θèù÷ρ r&uρ ωôγ yèÎ/ «! $# #sŒÎ) óΟ ›?‰yγ≈tã Ÿωuρ (#θàÒà)Ζ s? z⎯≈yϑ÷ƒF{$# y‰÷èt/ $ yδ ω‹ Å2öθs? ô‰ s%uρ
ÞΟ çFù= yè y_ ©! $# öΝ à6ø‹ n= tæ ¸ξŠ Ï x. 4 ¨β Î) ©! $# ÞΟ n=÷ètƒ $ tΒ šχθè=yèø s?
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya,
sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-
sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”.
(QS. An-Nahl, 91)
Jika menang maka kemenangan itu merupakan kemenangan kelompok
yang marah demi kebenaran dan mati syahid di jalan itu. Ketika memperoleh
kemenangan maka yang hanya akan diperbuat mengokohkan tonggak-tonggak
kebenaran di muka bumi serta menolak kerusakan dan keangkaraan ditengah-
tengah manusia. Inilah manusia dan peradaban yang dikatakan Allah dalam
Al-Qur’an:
t⎦⎪Ï% ©! $# β Î) öΝ ßγ≈̈Ψ©3 ¨Β ’Îû ÇÚö‘ F{$# (#θãΒ$ s% r& nο 4θn=¢Á9$# (#âθs?# u™uρ nο 4θŸ2 ¨“9$# (#ρãtΒ r& uρ Å∃ρã ÷èyϑ ø9$$Î/
(#öθyγ tΡ uρ Ç⎯tã Ìs3Ζßϑ ø9$# 3 ¬!uρ èπ t6É)≈tã Í‘θãΒ W{$#
95
”Yaitu orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi,
niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakt, menyuruh berbuat yang
ma’ruf dan mencgah dari perbuatan ang mungkar; dan kepda Allah lah
kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj: 41)
Ini merupakan pembatasan bagi perbuatan negara yang menang.
Misinya setelah kemenangan adalah meningikan roh, mengangkat keadilan
dalam masyarakat, tolong menolong untuk kebaikan dengan kemanfaatan
manusia serta mencegah kejahatan dan kerusakan di bumi.
Inilah prinsip-prinsip perang yang diajarkan Rasulullah, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kasih sayang dan pemenuhan
perjanjian, sebagi bentuk pesan moral etika perang Islam.
Menutup bab ini, kita dapat mengambil simpulan bahwa formulasi
etika perang sebenarnya adalah upaya untuk mempertahankan diri dalam
lingkungan perang yang menantang dan dinamis. Termasuk di dalamnya
adalah upaya-upaya untuk meraih keberhasilan dan aktivitas peperangan yang
dilakukan.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Inilah tujuan terbesar dari etika perang, dalam praktek yang telah
dicontohkan Muhammad SAW yaitu: membebaskan manusia dari perbudakan
manusia agar mereka menghamba hanya kepada Allah.
Perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah perang yang
dilakukan karena terpaksa, Nabi Muhammad SAW tidak menjadikan perang
sebagai tujuan, bahkan tidak mengizinkan kepada pemeluknya kecuali untuk satu
tujuan yang besar, yaitu perdamaian dan ketentraman. Perdamaian merupakan
tujuan Islam yang utama,
Jadi, peperangan dalam Islam hanya suatu keterpakasaan yang tidak bisa
dihindari lagi dan tidak boleh direntang panjangkan. Allah SWT melarang kaum
Muslimin mengadakan agresi dan mencegah membunuh musuh berlebihan.
Kemudian yang menjadi muatan dari prinsip etika perang dalam Islam
adalah:
Yang pertama, prinsip membela aqidah atau kebebasan dalam
menjalankan ibadah yang didasarkan bedasarkan ayat-ayat da Allah SWT.
Kedua, membela kemerdekaan dan kebebasan umat atau negara juga
didasarkan denga ayat-ayat Allaah SWT.
Ketiga, Memberi pelajaran terhadap penghianat dan penentang Islam juga
didasarkan dengan ayat-ayat Allah SWT.
B. Saran-Saran
Setelah penulis menyelesaikan karya skripsi ini, maka ada hal-hal yang
harus diperhatikan, pertama jangan melupakan isi pesan perang yang disampaikan
83
oleh Abu bakar saat perang, kedua dibolehkan berperang jika keadaan terpakasa
yang tidak bisa di hindari lagi.
Jika terjadi konflik seperti kekerasan ataupun perang, maka karya ini bias
dijadikan rujukan, bagaimana hendaknya yang harus dilakukan jika kekerasan
atau perang terjadi, dan langkah apa yang harus diambil jika perang berlangsung
Jadi sebelum berperang, ataupun jika perang sedang berlangsung hendak
jangan melupakan prinsip-prinsip dasar perang dan aspek muatan dari prensip-
prinsip perang itu sendiri, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yakni
perang karena keterpakasaan yang tidak dapat dihindari lagi dan yang secara
moral dapat bolehkan.
C. Penutup
Demikian skripsi yang yang saya susun, yang mungkin jauh dari
kesempurnaan, karena sebagai manusia pasti melakukan kesalahan dan
mempunyai banyak kekurangan. Namun paling tidak, tulisan saya ini bisa ikut
mewarnai kegiatan intelektual, sehingga tulisan ini dianggap suatu langkah awal
untuk memikirkan ulang strategi pertahanan untuk keamanan dunia khususnya
Indonesia. Kajian yang dilakukan di sini dimaksudkan untuk membuka gerbang
bagi pengembangan suatu strategi pertahan dan perang yang menempatkan aspek
moralitas sebagai pertimbangan primer, lebih mengutamakan eksplorasi
alternatif-alternatif resolusi konflik sebelum memikirkan penggunaan instrumen
perang dan terutama, tidak lagi melibatkan masyarakat sipil dalam aplikasi
pertahanan tarjed operasi perang tanpa mempertimbangkan dampak-dampak fisik
dan psikis yang mungkin terjadi akibat meletusnya kekerasan terorganisir.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun, saya harapkan demi riset dan
penelitian lebih jauh dan bisa menjadi lebih baik lagi.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Inilah tujuan terbesar dari etika perang, dalam praktek yang telah
dicontohkan Muhammad SAW yaitu: membebaskan manusia dari perbudakan
manusia agar mereka menghamba hanya kepada Allah.
Perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah perang yang
dilakukan karena terpaksa, Nabi Muhammad SAW tidak menjadikan perang
sebagai tujuan, bahkan tidak mengizinkan kepada pemeluknya kecuali untuk satu
tujuan yang besar, yaitu perdamaian dan ketentraman. Perdamaian merupakan
tujuan Islam yang utama,
Jadi, peperangan dalam Islam hanya suatu keterpakasaan yang tidak bisa
dihindari lagi dan tidak boleh direntang panjangkan. Allah SWT melarang kaum
Muslimin mengadakan agresi dan mencegah membunuh musuh berlebihan.
Kemudian yang menjadi muatan dari prinsip etika perang dalam Islam
adalah:
Yang pertama, prinsip membela aqidah atau kebebasan dalam
menjalankan ibadah yang didasarkan bedasarkan ayat-ayat da Allah SWT.
Kedua, membela kemerdekaan dan kebebasan umat atau negara juga
didasarkan denga ayat-ayat Allaah SWT.
Ketiga, Memberi pelajaran terhadap penghianat dan penentang Islam juga
didasarkan dengan ayat-ayat Allah SWT.
B. Saran-Saran
Setelah penulis menyelesaikan karya skripsi ini, maka ada hal-hal yang
harus diperhatikan, pertama jangan melupakan isi pesan perang yang disampaikan
83
oleh Abu bakar saat perang, kedua dibolehkan berperang jika keadaan terpakasa
yang tidak bisa di hindari lagi.
Jika terjadi konflik seperti kekerasan ataupun perang, maka karya ini bias
dijadikan rujukan, bagaimana hendaknya yang harus dilakukan jika kekerasan
atau perang terjadi, dan langkah apa yang harus diambil jika perang berlangsung
Jadi sebelum berperang, ataupun jika perang sedang berlangsung hendak
jangan melupakan prinsip-prinsip dasar perang dan aspek muatan dari prensip-
prinsip perang itu sendiri, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yakni
perang karena keterpakasaan yang tidak dapat dihindari lagi dan yang secara
moral dapat bolehkan.
C. Penutup
Demikian skripsi yang yang saya susun, yang mungkin jauh dari
kesempurnaan, karena sebagai manusia pasti melakukan kesalahan dan
mempunyai banyak kekurangan. Namun paling tidak, tulisan saya ini bisa ikut
mewarnai kegiatan intelektual, sehingga tulisan ini dianggap suatu langkah awal
untuk memikirkan ulang strategi pertahanan untuk keamanan dunia khususnya
Indonesia. Kajian yang dilakukan di sini dimaksudkan untuk membuka gerbang
bagi pengembangan suatu strategi pertahan dan perang yang menempatkan aspek
moralitas sebagai pertimbangan primer, lebih mengutamakan eksplorasi
alternatif-alternatif resolusi konflik sebelum memikirkan penggunaan instrumen
perang dan terutama, tidak lagi melibatkan masyarakat sipil dalam aplikasi
pertahanan tarjed operasi perang tanpa mempertimbangkan dampak-dampak fisik
dan psikis yang mungkin terjadi akibat meletusnya kekerasan terorganisir.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun, saya harapkan demi riset dan
penelitian lebih jauh dan bisa menjadi lebih baik lagi.
84
Daftar pustaka
Amstrong Karen, Muhammad Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto,
judul asli; Muhammad a Biography The Prophet, Jendela, Yogyakarta, 2001) As-Shiddeiqy Hasbi, al-Islam, (Jakarta, Mutiara, cet. II, 1952) Aziz Abdul, Perang Dan Damai Dimasa Pemerintahan Rasulullah, (terj. H.
Syalim Basyarahil, Judu Asli, Muhammad Bainal Harbi Wssalami, Jakarta: Ngema Insani Press, 1991)
As-Sidiqy Tengku Muhammad sawhasby, Tafsir al-Qur’anul Majid,
(Semarang: Pustaka Rizki cet. II, 1995)
Ali Abul Hasan Al-Hasani An-nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw,(Yogyakarta: Mardiyyah press, 2006)
As-Siba’I Mustafa, Pearadaban, Islam Dulu, Kini Dan Esok. (kota pnerbit tahun: tidak diketahui)
Departemen agama republic Indonesia , Al-Qur’an dan terjemahannya,
(Jakarta: CV. Alwaah, 1989)
Faisal Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, (usaha nasional, Surabaya, 1982)
Hadi Sutrisno, Metode Riset, (Fakultas Spikologi Unifersitas Gajah Mada,
1987) Hamid Abdul Al- Khatib, Ketinggian Risalah Nabi Muhammad saw Saw,
(Jakarta: Bulan Bintang, Jilid I, Cetakan Pertama, 1976) http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=122561&ka
t_id=105&kat_id1=147&kat_id2=291 http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=122561&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2=291
http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad Hadjar Ibnu, Dasr-Dasar Metodologgi
Penelitian Kuantitatif Dan Pendidikan, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996) http://ical88.Wordpress.com/2007/11/01/biografi-Nabi-Muhammad-saw/ http://members.tripod.com/~Dipintusepi/hijrah2.html Ibrahim Teuku Al-fian, Metode Dan Metodologi Sejarah, makalah, ________
)
85
Ismail Tahia al-, Tarikh Muhammad saw; Teladan Perilaku Ummat, (terj. A.. Nasir Budiman, Judul Asli, The Life Of Muhammad: His Life Based On The Earliest Sources, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)
Johnson James Turner, Perang Suci Atas Nama Tuhan: Dalam Tradisi Barat
Dan Islam, (terj. Ilyas Hasan, jdl. Asli; The Holy War Idea In Western And Islmamic Tradition, Bandung; pustaka hidayah, 1997)
Kunto Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Rineka Cipta, Jakarta, 1991) Komarudin, Kamus Riset, (Angkasa, Bandung, 1984), hlm. 120 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan
terjemahnya, CV. Alwaah, Semarang, 1989)
Larry May, Etika Terapan; Sebuah Pendekatan Multi Cultural, (terj. Sinta Carolina, judul asli, Applied etick; a Multicultural Approach, Yogyakarta: Tiara Wacana, , 2001)
Muhadjir Nueng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Rake Sarasian,
Yogyakarta, 1992) Muliong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rodakarya,
Bandung, 2001) Malaka Tan, Pandangan Hidup, Yogyakarta: CV. Adipura, cet I Nasution Deby, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa
Rasulullah Saw, Tiara Wacana, IKAPI, Yogyakarta, 2003) Nazir Moh, Metode Penelitian, (Ghalia Indonesia, Jakarta 1998), hlm. 62 Nawawi Hadlir, Penelitian Terapan, (Gajah Mada Universitas Press,
Yogyakarta, 1996) Pimay Wafiyah Awaluddin, Sejarah Dakwah, (Semarang: RaSAIL cet. I,
2005)
Renier G.J., History; Its Purpose End Mothod (dikutip, misri A. Muchsin,.
Filsafat Sejarah Dalam Islam, Khasanah Pustaka Indonesia 2002) Rahman Afzalur, Nabi Muhammad Sebagi Seorang Pemimpin Militer, (terj.
Annas Siddik, judul asli, Muhammad As Military Leader, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
86
Ramadhan Muhammad said, sirah nabawiyah; analisis ilmuah manhajiah terhadap sejarah pergerakan Islam di masa rasulullah saw, (kota, penerbit, tahun tidak diketahui)
Ridwan Nur Khalik, Detik-Etik Pembongkaran Agama; Mempopulerkan Agamankebajikan, Menggagas Pluralisme-Pembebasan, (Yogyakart: Naskah Nusantara, 2003)
Siddieqy Hasbi Ash-, Al- Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977)
Sadzalis Munawwir, Islam dan tata Negara; ajaran sejarah dan pemikiran,
(Jakarta, UI Press, 1993) Shafiyyurahman Syaikh Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, (tej. Khatur
Syuhardi., judul asli. Ar-Rahiqul Makhtum, Jakarta: pustaka kaustar, 1997) Tresna Yauana Ryan, Art Of War, Menejemen Strategi Dibalik Kemenangan
Rasulullah saw, (progresso, bandung, 2007)
Tholfson Trygve R., Historical Thingking, (dikutip, Misry A. Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam, Khazanah Pustaka Indonesia, 2002)
Yasien Asy Syekh Khalil, Muhammad Dimata Cendikiawan Barat, ( cetakan, kota, tahun tidak diketahui)
Yahya Imam, Tradisi Militer Dalam Islam, (Logung Pustaka, Yogyakarta, 2003)
Yusuf Jamal Al-Khulafat, Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah, (terj. Ahmad Assahili, Izzan Pustaka Yogayakarta, 2002)