halaman 1 dari 4 - pt equality indonesia hasil... · legalitas kayu pada pemegang izin atau pada...
TRANSCRIPT
Halaman 1 dari 4
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA PT EQUALITY INDONESIA
Nomor: 103/EQI-KEP.Cert/I/2014
Tentang
PENERBITAN SERTIFIKAT PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL) PADA IZIN USAHA
PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN ALAM (IUPHHK-HA)
PT SALAKI MANDIRI SEJAHTERA DI KABUPATEN SARMI DAN JAYAPURA
PROVINSI PAPUA
SK IUPHHK-HA NOMOR: SK.396/MENHUT-II/2006 Tanggal 17 JULI 2006
DENGAN LUAS ± 79.130 HEKTAR
DIREKTUR UTAMA PT EQUALITY INDONESIA
Menimbang:
a. bahwa Tim Auditor PT EQUALITY Indonesia telah melaporkan hasil Penilaian/Verifikasi
dalam Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) pada PT SALAKI
MANDIRI SEJAHTERA sesuai dengan Berita Acara Penyerahan Laporan (EQI-F090) tanggal
11 Januari 2014;
b. bahwa Tim Auditor PT EQUALITY Indonesia telah menyampaikan Usulan Lembar
Rekomendasi Nomor: 105/EQI-F037 tanggal 30 Desember 2013 dan Tinjauan Hasil Pemeriksaan oleh Pengambil Keputusan Nomor: 003/EQI-F039 tanggal 3 Januari 2014
dan pernyataan pemeriksaan yang telah disahkan oleh Pengambil Keputusan;
c. bahwa hasil Pengambilan Keputusan Penilaian Kinerja PHPL bagi PT SALAKI MANDIRI
SEJAHTERA sebagaimana tercantum dalam Tabel Rekapitulasi Nilai Indikator
Penilaian/Verifikasi (EQI-F077) Nomor Urut: 105 tanggal 3 Januari 2014 menunjukkan
total nilai kinerja akhir 15 indikator PHPL berpredikat BAIK dan 7 indikator bernilai
SEDANG, tidak terdapat Verifier Dominan yang bernilai BURUK, serta pemenuhan terhadap
Standar Verifikasi Legalitas Kayu adalah MEMENUHI;
d. bahwa dengan hasil Pengambilan Keputusan sebagaimana huruf c, sesuai dengan
Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor: P.8/VI-BPPHH/2012 tanggal
17 Desember 2012, kepada PT SALAKI MANDIRI SEJAHTERA telah memenuhi syarat untuk
diberikan Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (S-PHPL).
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor: 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor: 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor: 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang;
2. Peraturan Pemerintah Nomor: 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Nomor: 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor: 3 Tahun 2008 dan Nomor: 16;
4. Peraturan Presiden Nomor: 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik dalam
Kerangka Indonesia National single Window;
5. ISO/IEC Guide 65-1996 (Pedoman BSN 401-2000) Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi
Produk;
6. Pedoman KAN 402 – 2007 – Panduan Interpretasi untuk Butir-Butir Pedoman BSN 401-
2000: Persyaratn Umum Lembaga Sertifikasi Produk;
Halaman 2 dari 4
7. ISO/IEC 17021:2011 (SNI ISO/IEC 17021:2011): Penilaian Kesesuaian Persyaratan
Lembaga Audit dan Sertifikasi Sistem Manajemen;
8. ISO/IEC 19022:2002 (SNI 19-19011-2005): Panduan Audit Sistem Manajemen Mutu
dan/atau Lingkungan;
9. ISO/IEC 19011:2011: Guidelines for Quality and/or Environmental Management Systems Auditing;
10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil
Hutan yang berasal dari Hutan Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.45/Menhut-II/2009;
11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.38/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang
Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.42/Menhut-II/2013
tanggal 16 Agustus 2013;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.7/Menhut-II/2011 tentang Pelayanan Informasi
Publik di Lingkungan Kementerian Kehutanan;
13. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.641/Menhut-II/2011 tentang Penetapan Tanda
V-Legal;
14. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.418/Menhut-VI/2012 tentang Sistem Informasi
Verifikasi Legalitas Kayu;
15. Pertauran Menteri Kehutanan Nomor: P.18/Menhut-II/2013 tanggal 18 Maret 2013
tentang Informasi Verifikasi Legalitas Kayu melalui Portal Sistem Informasi Legalitas Kayu
(SILK) dan Penerbitan Dokumen V-Legal;
16. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 28/M-DAG/Per/6/2009 tentang Ketentuan
Pelayanan Perijinan Ekspor dan Impor dengan Sistem Elektronik melalui INATRADE dalam
kerangka Indonesia National Single Window;
17. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 64/M-DAG/PER/10/2012 tentang Ketentuan
Ekspor Produk Industri Kehutanan;
18. Perjanjian Kerjasama antara Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan Lembaga Penilai
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP-PHPL) tentang Penggunaan Tanda V-Legal;
19. DPLS 12 Rev.0: Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari (LP-PHPL) dan perubahannya;
20. DPLS 14 Rev.0: Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu
dan perubahannya; 21. Sertifikat Akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor: LPPHPL-013-IDN tanggal 1
September 2009 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dengan memenuhi ISO/IEC 17021:2008 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan Lembaga Audit dan Sertifikasi Sistem Manajemen yang
diperpanjang pada tanggal 2 September 2010 dengan masa berlaku sampai dengan 1
September 2014 dan pengesahan dari Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: SK.5842/Menhut-VI/BPPHH/2010, tanggal 2 September
2010 yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.6067/Menhut-
VI/BPPHH/2012 tanggal 5 Nopember 2012 tentang Penetapan Lembaga Penilai
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP-PHPL) dan Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LV-
LK) sebagai Lembaga Penilai dan Verifikasi Independen (LP & VI);
22. Sertifikat Akreditasi oleh Lembaga Akreditasi Nasional (KAN) Nomor: LVLK-006-IDN tanggal
18 Agustus 2011 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga
Verifikasi Legalitas Kayu dengan memenuhi ISO Guide 65:1996 General requirement for
bodies operating product certification dengan masa berlaku sampai dengan 17 Agustus
2015 dan pengesahan dari Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: SK 6202/Menhut-VI/BPPHH/2011 tanggal 26 Agustus 2011 yang
diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.6067/Menhut-VI/2012
Halaman 3 dari 4
tanggal 5 Nopember 2012 tentang Penetapan Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari (LP-PHPL) dan Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LV-LK) sebagai
Lembaga Penilai dan Verifikasi Independen (LP & VI);
23. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor: P.8/VI-BPPHH/2012 tanggal
17 Desember 2012 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK);
24. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor: P.5/VI-BPPHH/2013 tanggal
17 September 2013 tentang Pedoman Persetujuan Hak Akses atau Nota Kesepahaman
dalam Penyediaan dan Pelayanan Informasi Verifikasi Legalitas Kayu melalui Portal Sistem
Informasi Legalitas Kayu (SILK);
25. Manual EQUALITY Certification beserta Dokumen Sistem Sertifikasi PT EQUALITY Indonesia.
Memperhatikan :
Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) Nomor : 089/EQI-F065/XI/2013, tanggal 25 November 2013.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan:
PENERBITAN SERTIFIKAT PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL) PADA IZIN USAHA
PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN ALAM (IUPHHK-HA) PT SALAKI MANDIRI SEJAHTERA
DI KABUPATEN SARMI DAN JAYAPURA PROVINSI PAPUA, SK IUPHHK-HA NOMOR:
SK.396/MENHUT-II/2006 Tanggal 17 JULI 2006 DENGAN LUAS ± 79.130 HEKTAR
PERTAMA : PT SALAKI MANDIRI SEJAHTERA dinyatakan “LULUS” dan berhak mendapatkan
Sertifikat PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (S-PHPL) dengan Nomor:
018/EQC-PHPL/I/2014.
KEDUA : Sertifikat mulai berlaku dari tanggal 3 Januari 2014 sampai dengan tanggal 2
Januari 2019 selama PT SALAKI MANDIRI SEJAHTERA (Pemegang Sertifikat)
tetap memenuhi persyaratan standar sesuai Peraturan Direktur Jenderal Bina
Usaha Kehutanan Nomor: P.8/VI-BPPHH/2012 tanggal 17 Desember 2012.
KETIGA : Sertifikat dan Logo yang diterbitkan oleh PT EQUALITY Indonesia dapat
dipergunakan oleh Pemegang Sertifikat untuk tujuan publikasi dan promosi di
media cetak, brosur ataupun iklan di televisi sebagaimana Panduan Sistem
yang ditetapkan.
KEEMPAT : Apabila Pemegang Sertifikat memerlukan penerbitan Dokumen V-Legal dan
atau penggunaan Tanda V-Legal, PT EQUALITY Indonesia dapat memberikan
hak/sublisensi penggunaan Tanda V Legal kepada Pemegang Sertifikat
melalui “Perjanjian Penggunaan Tanda V-Lehal”, mencakup kewajiban dan hak
PT EQUALITY Indonesia serta kewajiban dan hak Pemegang Sertifikat.
KELIMA : Pemegang Sertifikat harus melaporkan kepada PT EQUALITY Indonesia apabila
terjadi hal-hal yang mempengaruhi kinerja PHPL dan/atau sistem legalitas
kayu, perubahan nama perusahaan dan/atau kepemilikan, perubahan struktur
atau manajemen Pemegang Sertifikat.
KEENAM : PT EQUALITY Indonesia akan melakukan penilaian/verifikasi lebih lanjut terhadap kondisi sebagaimana Diktum KELIMA melalui Penilikan (surveillance)
atau Percepatan Penilikan (Audit Khusus).
KETUJUH : Penilikan (Surveillance) dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali selama masa
berlaku sertifikat dan segala biaya yang diperlukan untuk penilikan
dibebankan kepada Pemegang Sertifikat sesuai kesepakatan.
KEDELAPAN : Percepatan Penilikan (Audit Khusus) dapat dilakukan apabila diperlukan;
dengan segala biaya dibebankan kepada Pemegang Sertifikat sesuai
kesepakatan; untuk menindaklanjuti kondisi-kondisi yang berkaitan dengan:
Halaman 4 dari 4
a. Masukan dari Pemantau Independen (PI) berkaitan dengan kinerja Pemegang
Sertifikat;
b. Informasi lain yang menunjukkan Pemegang Sertifikat tidak memenuhi lagi
persyaratan sesuai standar yang berlaku;
c. Laporan dari Pemegang Sertifikat terhadap kondisi sebagaimana diktum
KELIMA;
d. Perubahan nama perusahaan dan/atau kepemilikan;
e. Pemenuhan standar kembali sebagai tindak lanjut terhadap pengaktifan
sertifikat yang dibekukan sertifikasinya.
KESEMBILAN : Sertifikat dapat dibekukan apabila Pemegang Sertifikat tidak bersedia
dilakukan penilikan sesuai jangka waktu yang ditetapkan atau terdapat
temuan ketidaksesuaian yang tidak dilakukan tindakan koreksi/perbaikan
sebagai hasil Penilikan, Audit Khusus atau hal-hal lain sebagaimana
kesepakatan yang diatur dalam Surat Perjanjian Kerja (Kontrak).
KESEPULUH : Sertifikat dapat dicabut apabila: a. Pemegang Sertifikat tetap tidak bersedia dilakukan penilikan setelah 3 (tiga)
bulan penetapan pembekuan sertifikat;
b. Secara hukum terbukti melakukan pelanggaran antara lain melakukan
penebangan di luar blok yang sudah ditentukan, pelanggaran Hak Azasi
Manusia (HAM), membeli dan/atau menerima dan/atau menyimpan dan/atau
mengolah dan/atau menjual kayu ilegal;
c. Pemegang Sertifikat kehilangan haknya untuk menjalankan usahanya atau
izin usahanya dicabut;
d. Hal-hal lain sebagaimana kesepakatan yang diatur dalam Surat Perjanjian
Kerja (Kontrak).
KESEBELAS : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di: Bogor
Pada Tanggal: 3 Januari 2014
PT EQUALITY Indonesia
Ir. AgustriWarsono
Direktur Utama
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Direktur Utama PT SALAKI MANDIRI SEJAHTERA;
2. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan u.p. Direktur Bina Usaha Hutan Alam di Jakarta;
3. Sekretaris Direktorat Bina Usaha Kehutanan u.p. Kepala Bagian Program dan Pelaporan.
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 1 dari 15
(1) Identitas LPPHPL :
a. Nama Lembaga : PT EQUALITY INDONESIA
b. Nomor Akreditasi : LPPHPL-013-IDN
c. Alamat : Jalan Raya Sukaraja No. 72 Ciater, Sukaraja-Bogor 16710
d. Nomor telepon : 0251-7550722, 7157103
Nomor Fax : 0251-7550724
E-mail : [email protected]
e. Direktur : Agustri Warsono
f. Tim Audit :
1. Faisal Husnul Fuad (L. Auditor/Auditor Prasyarat)
2. Yun Afiatun (Auditor Produksi)
3. M. Tri Cahyo (Auditor Ekologi)
4. Amir Fadhilah (Auditor Sosial)
5. Muji Susanto (Auditor VLK)
g. Tim Pengambil Keputusan :
1. Agustri Warsono (Ketua PK Bidang Prasyarat, Produksi dan VLK)
2. Ir. Muchlis Hidayat (Anggota PK Bidang Ekologi)
3. Wiyono, S.Hut, M.Si (Anggota PK Bidang Sosial)
(2) Identitas Auditee :
a. Nama Pemegang Izin : PT SALAKI MANDIRI SEJAHTERA
b. Nomor & Tanggal SK : 396/Menhut-II/2006 Tanggal 17 Juli 2006
c. Luas dan Lokasi : ± 79.130 hektar di Kabupaten Sarmi dan
Jayapura, Provinsi Papua.
d. Alamat kantor : Jl. Raya Sentani No. 17 Padang Bulan,
Kelurahan Hedam, Distrik Heram,
Kota Jayapura 99351, Provinsi Papua
e. Nomor telepon/faks/E-mail : (0967) 588224/(0967) 582758
f. Pengurus :
Komisaris Utama : Adi Sumarta
RESUME HASIL PENILAIAN KINERJA PHPL
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 2 dari 15
Komisaris : Setiawan Salam
Direktur Utama : Renaldus Iwan Sumarta
Direktur : 1. Quirinus Indra Antugia Sumarta
2. Nur Sahid
3. Then Ganny Arifin
(3) Ringkasan Tahapan:
Tahapan Waktu dan Tempat Ringkasan Catatan
Audit Tahap I 26-27 November
2013, di Kantor
PT Equality
Indonesia, Bogor.
Menyelenggarakan diskusi kesiapan Audit
Tahap II melalui komunikasi telepon, surat
elektronik dan tatap muka. Pengumpulan
dan verifikasi dokumen yang disediakan oleh
PT Salaki Mandiri Sejahtera (PT SMS-
Auditee) di Kantor PT Equality Indonesia di
Bogor, menunjukkan masih terdapat
ketidaklengkapan data/dokumen, dan oleh
karenanya akan diverifikasi lebih lanjut pada
Audit Tahap II.
Berdasarkan masa operasional Auditee
sesuai dokumen IUPHHK-HA, bobot verifier
penilaian kinerja PHPL dipertimbangkan
untuk umur Auditee >5 tahun.
Pelaksanaan penilaian kinerja PHPL
mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal
Bina Usaha Kehutanan Nomor. P.8/VI-
BPPHH/2012 tentang Standar dan Pedoman
Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu.
Koordinasi
Instansi
Kehutanan
11 dan 20 Desember
di Jayapura, Provinsi
Papua
Melaksanakan kegiatan Entry Meeting
dengan aparat Dinas Kehutanan Provinsi
Papua dan Aparat BP2HP Wilayah XVII
Jayapura.
Tim Audit melapor serta menyampaikan
rencana penilaian kinerja PHPL PT Salaki
Mandiri Sejahtera Tahun 2013 serta rencana
pelaksanaan konsultasi publik di Kantor
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 3 dari 15
Tahapan Waktu dan Tempat Ringkasan Catatan
Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi.
Gambaran Umum Penilaian kinerja PHPL dari
hasil Tahap II PT Salaki Mandiri Sejahtera
Tahun 2013 disampaikan pada saat Exit
Meeting di kedua instansi tersebut.
Konsultasi
Publik
12 Desember 2013,
di Kantor Distrik
Bonggo, Kabupaten
Sarmi, Provinsi
Papua.
Selain dihadiri oleh perwakilan Auditee,
Masyarakat Ondoafi (kepala suku), pimpinan
marga pemilik hak ulayat dari berbagai
kampung sekitar PT SMS, Muspika Distrik
Bonggo. Perwakilan dari Instansi Kehutanan
Kabupaten Sarmi Berhalangan Hadir. Jumlah
peserta 31 Orang.
Berdasarkan hasil diskusi, hubungan
masyarakat dengan pihak Auditee selama ini
berjalan baik. Auditee banyak memberikan
manfaat seperti pembukaan jalan, serta
bantuan finansial, serta penyerapan tenaga
kerja dari masyarakat sekitar.
Harapan yang diinginkan adalah peningkatan
nilai fee tebangan, peningkatan bantuan
berupa pemeliharaan jalan atau jembatan.
Pertemuan
Pembukaan
12 Desember 2013
di Km 39 Distrik
Pantai Timur,
Kabupaten Sarmi,
Provinsi Papua.
Perkenalan anggota Tim Audit, Penyampaian
tujuan dan ruang lingkup Penilaian Kinerja
PHPL Tahun 2013, Penjelasan
jadwal/rencana kerja Audit II, Penjelasan
metodologi; penyampaian jaminan
kerahasiaan; konfirmasi dengan Auditee
tentang tanggal, waktu, tempat, dan peserta
pertemuan penutupan; penetapan Wakil
Manajemen oleh Auditee untuk mendampingi
Tim Audit; dan diakhiri dengan
penandatanganan Berita Acara Pertemuan
Pembukaan.
Verifikasi
Dokumen dan
Observasi
13-16 Desember di
Km 39 Distrik Pantai
Timur, Kabupaten
Tim Audit melakukan verifikasi terhadap
ketersediaan dokumen serta fakta lapangan
teradap tingkat kematangan verifier
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 4 dari 15
Tahapan Waktu dan Tempat Ringkasan Catatan
Lapangan Sarmi, Provinsi
Papua.
sebagaimana diatur dalam Perdirjen BPK No.
P.8/VI-Set/2011 Lampiran 1. dan Lampiran
2. Titik berat verifikasi dokumen adalah
kepada ketidaksesuaian yang dihasilkan
pada Audit Tahap I sebelumnya.
Pertemuan
Penutupan
20 Desember 2013
di kantor PT Salaki
Mandiri Sejahtera,
Jalan Raya Sentani
No. 17 padang
Bulan, Abepura,
Jayapura, Provinsi
Papua.
Penyampaian terima kasih kepada Auditee
atas partisipasinya selama Audit Tahap I dan
Tahap II; Pemaparan daftar periksa Audit II,
temuan ketidaksesuaian dan observasi
penilaian; serta penandatanganan seluruh
berkas penilaian (Audit Tahap II). Pertemuan
Penutupan diakhiri dengan
penandatanganan Berita Acara bersama
wakil Auditee.
Pengambilan
Keputusan
3 Januari 2014; di
Kantor PT EQUALITY
Indonesia, Bogor
Rapat pengambil keputusan menelaah
Laporan dan berkas penilaian Audit Tahap II
yang telah diajukan oleh Tim Audit.
Difokuskan kepada hasil akhir penilaian dan
keterpenuhan prosedur agar tahapan Audit
dilakukan secara efektif dan efisien sesuai
dengan ketentuan formal dan prosedur PT
EQUALITY Indonesia. Nilai kinerja PHPL
Auditee pada Penilaian Kinerja PHPL Tahun
2013 ini berpredikat Baik.
(4) Resume Hasil Penilaian :
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
A. Penilaian Kinerja PHPL
1. Prasyarat
1.1. Kepastian Kawasan
Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan
BAIK
88,89%
Auditee memiliki dokumen legal dan administrasi tata
batas lengkap sesuai dengan tingkat realisasi
pelaksanaan tata batas yang telah dilakukan; terkini
berupa Pedoman Tata Batas Tanggal 29 Januari
2013.
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 5 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
Realisasi tata batas (luar) areal kerja Auditee belum
mencapai 100%, dan belum mulai dilaksanakan di
lapangan, namun terdapat bukti upaya untuk
merealisasikan tata batas temu gelang dari sisi
administrasi.
Konflik batas areal kerja antara Auditee dengan pihak
lain tidak dijumpai, namun terdapat potensi konflik
dengan perusahaan tambang yang akan beroperasi
dan keberadaan batas tanah hak ulayat yang belum
terpetakan dengan jelas. Namun Auditee telah
menempuh upaya antisipasi melalui berbagai
pendekatan dan komunikasi.
Tidak terdapat perubahan fungsi kawasan hutan
sehingga tidak mempengaruhi pengaturan
kelestarian dalam tata kelola hutan oleh Auditee.
Terdapat penggunaan kawasan di luar sektor
kehutanan di dalam areal kerja Auditee, yang secara
keseluruhan telah didata dan dilaporkan kepada
instansi terkait.
1.2. Komitmen Pemegang
Izin/Hak Pengelolaan
BAIK
100,00%
Auditee telah memiliki visi, misi dan tujuan
perusahaan sesuai dengan kerangka PHL dan telah
terdokumentasi dengan baik.
Auditee telah melaksanakan sosialisasi visi-misi-
tujuan perusahaan baik di level internal, kepada mitra
kerja, maupun kepada masyarakat setempat,
dibuktikan dengan adanya Berita Acara.
Auditee telah berupaya mengimplementasikan PHL
secara menyeluruh sesuai dengan visi dan misi
perusahaan.
1.3. Jumlah dan kecukupan
tenaga profesional terlatih dan
tenaga teknis pada seluruh
tingkatan untuk mendukung
pemanfaatan implementasi
penelitian, pendidikan dan
Latihan
BAIK
93,33%
Keberadaan tenaga profesional bidang kehutanan di
lapangan belum tersedia lengkap untuk setiap bidang
kegiatan pengelolaan hutan, dan jumlahnya kurang
dari ketentuan yang berlaku, sebagaimana Perdirjend.
BPK No. P.8/VI-SET/2009 (klasifikasi luas 50.000 s.d.
<100.000 ha.)
Auditee telah mencapai angka realisasi peningkatan
kompetensi SDM >70% dari rencana.
Auditee telah memiliki dokumen ketenagakerjaan
yang lengkap.
1.4. Kapasitas dan mekanisme
untuk perencanaan
pelaksanaan pemantauan
periodik, evaluasi dan penyajian
umpan balik mengenai
kemajuan pencapaian
(kegiatan) Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan
BAIK
100,00%
Auditee memiliki struktur organisasi yang dengan Job
Description, dan telah sesuai dengan kerangka PHL.
Auditeetelah mengembangkan perangkat SIM dalam
operasi kerjanya yang telah dilengkapi dengan tenaga
pelaksana dan sarana prasarana yang memadai.
Auditeetelah memiliki organisasi SPI/internal auditor,
dan telah berjalan dengan efektif dalam mengontrol
sebagian besar tahapan kegiatan pengelolaan hutan.
Auditee telah mengembangkan pola tindak koreksi
manajemen secara menyeluruh berbasis hasil
monitoring dan evaluasi.
1.5. Persetujuan tanpa paksaan
berdasarkan informasi yang
lengkap
BAIK
77,78%
Auditee telah menyebarkan informasi awal yang
memadai mengenai kegiatan RKT yang akan
mempengaruhi kepentingan hak-hak masyarakat
setempat, dan telah mendapatkan persetujuan
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 6 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
masyarakat setempat.
Auditee telah memperoleh persetujuan dalam proses pembuatan AMDAL dari sebagian para pihak.
Auditee telah memperoleh persetujuan dalam proses
tata batas dari sebagian kecil para pihak, yakni dari
aparat Kementerian Kehutanan.
Auditee telah memperoleh persetujuan dalam proses dan pelaksanaan CSR/CD dari sebagian para pihak.
Auditee telah memperoleh persetujuan dalam proses
penetapan Kawasan Dilindungi dari sebagian para pihak.
2. Produksi
2.1. Penataan areal kerja jangka
panjang dalam pengelolaan
hutan lestari
BAIK
75,00%
Auditee telah memiliki dokumen RKUPHHK yang
sudah disetujui oleh pejabat yang berwenang dan
disusun berdasarkan hasil IHMB/survei
potensi/risalah/ landscaping areal produksi efektif
secara realistis/benar.
Auditee telah melakukan penataan areal kerja di
lapangan (blok RKT/RTT dan compartment) yang
sebagian besar telah sesuai dengan RKUPHHK-HA.
Auditee telah melakukan pemeliharaan tanda batas
blok dan petak kerja, namun hanya sebagian yang
terlihat dengan jelas di lapangan.
2.2. Tingkat pemanenan lestari
untuk setiap jenis hasil hutan
kayu utama dan nir kayu pada
setiap tipe ekosistem
BAIK
66,67%
Auditee telah memiliki data potensi tegakan pada tipe
ekosistem yang ada dari hasil IHMB dan hasil ITSP
RKT 2009-2013 beserta kelengkapan peta
pendukungnya (jalur survei, peta pohon).
Auditee telah memiliki data pengukuran PUP dan
belum dianalisis.
Auditee tidak memiliki bukti upaya melakukan analisis
data potensi dan riap tegakan dan memanfaatkan
hasilnya untuk menyusun perhitungan JTT sendiri.
2.3. Pelaksanaan penerapan
tahapan sistem silvikultur untuk
menjamin regenerasi hutan
BAIK
86,67%
Auditee telah memiliki SOP tahapan sistem silvikultur
yang sebagian sesuai dengan ketentuan teknis yang
berlaku dan tidak lengkap untuk seluruh tahapan.
Auditee telah melaksanakan sebagian tahapan
kegiatan: Penataan Areal Kerja (PAK), Inventarisasi
Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP), Pembukaan
Wilayah Hutan (PWH), Pemanenan, pengadaan
bibit, pengayaan, penanaman areal tanah kosong,
penanaman kiri kanan jalan angkutan, pemeliharaan
tanaman pengayaan dan pembebasan pohon binaan,
serta Perlindungan dan Pengamanan hutan.
Di areal kerja Auditee terdapat jumlah pohon inti dan
pohon yang disisakan rata-rata sebanyak 26,35
batang/ha (tidak ditebang) dari jenis-jenis komersial
yang tersebar merata dengan mempertimbangkan
kemampuan riap pertumbuhan tegakan setempat)
dapat menjamin terjadinya kelestarian pemanenan
hasil pada rotasi ke-2 (≥25 batang/ha).
Di areal kerja Auditee terdapat pohon induk jenis
komersial yang menjamin ketersediaan permudaan
tingkat semai dan terdapat permudaan tingkat tiang
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 7 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
dan/atau pancang dari jenis-jenis komersial yang
tersebar merata dalam jumlah yang (dengan
mempertimbangkan kemampuan riap pertumbuhan
tegakan setempat) mampu menjamin terjadinya
kelestarian pemanenan hasil pada rotasi ke-3 karena
terdapat sebanyak rata-rata 716 batang tiang/ha (≥
100 batang tiang/ha).
2.4. Ketersediaan dan
penerapan teknologi tepat guna
untuk pemanfaatan hutan
BAIK
86,67%
Auditee telah mengembangkan SOP dan IK mengenai
pemafaatan hutan ramah lingkungan, tetapi isinya
tidak sesuai untuk karakteristik kondisi setempat.
Auditee menerapkan teknologi ramah lingkungan (RIL)
pada 1 tahapan kegiatan pemanenan hasil.
Di areal kerja Auditee tingkat kerusakan tegakan
tinggal rata-rata untuk semua tingkatan permudaan
atau tingkat pohon sebesar 12,98 %. (≤ 15%).
Pengujian nilai rata-rata FE di areal kerja Auditee
sebesar 0,84 (FE ≥ 0,7).
2.5. Realisasi penebangan
sesuai dengan rencana kerja
penebangan/pemanenan/
pemanfaatan pada areal
kerjanya
BAIK
66,67%
Auditee telah memiliki dokumen RKT yang disahkan
oleh pejabat berwenang tetapi hanya sebagian isinya
yang mengacu pada RKU yang syah.
Auditee memiliki peta kerja yang menggambarkan
areal yang boleh ditebang/dipanen/ dimanfaatkan/
ditanam/ dipelihara beserta areal yang ditetapkan
sebagai Kawasan Dilindungi, dimana sebagian RKT
sesuai dengan RKU yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang.
Auditee telah mengimplementasikan peta kerja
berupa penandaan pada batas blok
tebangan/dipanen/
dimanfaatkan/ditanam/dipelihara, serta sebagian
pada batas areal yang ditetapkan sebagai kawasan
dilindungi.
Auditee memiliki realisasi volume tebangan mencapai
43,82 % (<70%) dari rencana produksi tebangan
tahunan dan lokasi panen telah sesuai dengan RKT
yang disahkan.
2.6. Tingkat investasi dan
reinvestasi yang memadai dan
memenuhi kebutuhan dalam
pengelolaan hutan,
administrasi, penelitian dan
pengembangan, serta
peningkatan kemampuan
sumber daya manusia
BAIK
66,67%
Auditee belum memiliki Rencana Alokasi Anggaran
untuk kegiatan pengelolaan hutan sesuai dengan
realisasi pengeluaran pengelolaan hutan yang
dikerjakan.
Auditee memiliki realisasi alokasi dana untuk
kegiatan pengelolaan hutan kurang proporsional,
yaitu terdapat perbedaan sebesar 64,42 %
(perbedaan lebih dari 50%).
Auditee memiliki Realisasi pendanaan untuk kegiatan
teknis kehutanan berjalan lancar sesuai dengan tata
waktu.
Auditee telah merealisasikan kegiatan pembinaan
hutan, dan penanaman tanah kosong sebesar 81,38
% (melebihi 80%), tapi belum seluruhnya.
Auditee telah merealisasikan kegiatan pembinaan
hutan di areal kerjanya >80% dari yang
direncanakan.
3. Ekologi
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 8 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
3.1. Keberadaan, kemantapan
dan kondisi kawasan dilindungi
pada setiap tipe hutan
BAIK
80,00%
Auditee telah mengalokasikan kawasan dilindungi
dengan luasan sesuai dengan dokumen perencanaan
formal yang terbaru yakni RKUPHHK-HA Berbasis
IHMB periode Tahun 2012-2021; mengacu pada
peraturan perudangan yang berlaku, peta kelas
lereng, peta tanah dan telah sesuai dengan kondisi
biofisiknya.
Panjang batas kawasan dilindungi yang telah ditata di
lapangan sebesar 61% dari yang seharusnya.
Kondisi kawasan dilindungi di dalam areal kerja
Auditee masih berada dalam keadaan berhutan
sebesar 96,94% dari total Kawasan Dilindungi.
Tidak semua para pihak mengakui keberadaan
Kawasan Dilindungi dalam areal kerja Auditee.
Terdapat laporan pengelolaan yang sesuai dengan
ketentuan terhadap sebagian kawasan dilindungi
hasil tata ruang areal/Landscaping.
3.2. Perlindungan dan
pengamanan hutan
BAIK
66,67%
Auditee telah mengembangkan prosedur
perlindungan dan pengamanan hutan, tetapi tidak
mencakup seluruh jenis gangguan yang ada.
Jenis dan jumlah sarana prasarana sesuai dengan
ketentuan tetapi fungsinya tidak sesuai atau jenis dan
jumlah sarana prasarana tidak sesuai dengan
ketentuan tetapi fungsinya sesuai.
Tersedia SDM perlindungan hutan dengan jumlah
dan/atau kualifikasi personil tidak memadai.
Kegiatan perlindungan diimplementasikan Auditee
melalui tindakan tertentu
(preemptif/preventif/represif) tetapi belum
mempertimbangkan jenis-jenis gangguan yang ada.
3.3. Pengelolaan dan
pemantauan dampak terhadap
tanah dan air akibat
pemanfaatan hutan
BAIK
72,22%
Auditee telah mengembangkan prosedur pengelolaan
yang mencakup seluruh dampak terhadap tanah dan
air akibat pemanfaatan hutan.
Auditee telah memiliki sarana pengelolaan dan
pemantauan yang jumlahnya belum sesuai dengan
ketentuan (AMDAL, dll.), tetapi yang telah ada cukup
berfungsi dengan baik.
Auditee telah memiliki personil pelaksana
pengelolaan dan pemantauan dampak terhadap
tanah dan air, tetapi jumlah dan/atau kualifikasinya
tidak memadai.
Auditee telah memiliki dokumen RKL yang memuat
perencanaan pengelolaan dampak terhadap tanah
dan air. Implementasikan pengelolaan tidak sesuai
dengan ketentuan, diantaranya pembuatan kontruksi
jalan yang kurang baik.
Auditee telah memiliki dokumen RPL yang memuat
perencanaan pengelolaan dampak terhadap tanah
dan air, tetapi hanya sebagian yang
diimplementasikan.
Terdapat indikasi terjadinya dampak yang besar dan
penting terhadap tanah dan air, tetapi ada upaya
pengelolaan dampak sesuai ketentuan.
3.4. Identifikasi spesies flora
dan fauna yang dilindungi
BAIK
83,33%
Tersedia prosedur identifikasi untuk seluruh jenis
yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam
punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 9 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
dan/atau langka (endangered),
jarang (rare), terancam punah
(threatened) dan endemik
izin.
Auditee telah mengimplementasikan identifikasi flora
dan fauna tetapi tidak mencakup seluruh jenis yang
dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah
dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin.
3.5. Pengelolaan flora untuk :
a. Luasan tertentu dari
hutan produksi yang
tidak terganggu, dan
bagian yang tidak
rusak.
b. Perlindungan terhadap
species flora dilindungi
dan/atau jarang, langka
dan terancam punah
dan endemik
BAIK
66, 67%
Tersedia prosedur pengelolaan flora tetapi tidak
mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau
langka, jarang, terancam punah dan endemik yang
terdapat di areal kerj Auditee.
Auditee telah mengimplementasikan pengelolaan
flora meskipun belum mencakup seluruh jenis yang
dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah
dan endemik yang terdapat di areal kerjanya.
Terdapat gangguan terhadap kondisi sebagian
species flora dilindungi dan/atau jarang, langka dan
terancam punah dan endemik yang terdapat di areal
kerja Auditee.
3.6. Pengelolaan fauna untuk :
a. Luasan tertentu dari
hutan produksi yang
tidak terganggu, dan
bagian yang tidak
rusak.
b. Perlindungan terhadap
species fauna
dilindungi dan/atau
jarang, langka dan
terancam punah dan
endemik
BAIK
66,67%
Tersedia prosedur pengelolaan fauna untuk sebagian
jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang,
terancam punah dan endemik yang terdapat di areal
pemegang izin.
Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak
mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau
langka, jarang, terancam punah dan endemik yang
terdapat di areal pemegang izin.
Terdapat gangguan tetapi ada upaya penanggulangan
gangguan oleh pemegang izin.
4. Sosial
4.1. Kejelasan deliniasi
kawasan operasional
perusahaan/unit manajemen
dengan kawasan masyarakat
hukum adat dan/atau
masyarakat setempat
BAIK
80,00%
Auditee memiliki dokumen/laporan yang lengkap
mengenai pola penguasaan dan pemanfaatan
SDA/SDH setempat, identifikasi hak-hak dasar
masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat
setempat, dan rencana pemanfaatan SDH.
Auditee telah memiliki dokumen yang memuat
mekanisme pembuatan batas kawasan secara
partisipatif dan mekanisme penyelesaian konflik
batas, namun untuk implementasi laporan
pelaksanaan (BAP) batas partisipatif dengan
masyarakat, pihak Auditee belum dapat menunjukkan
dokumennya, dengan demikian mekanisme tersebut
baru masuk pada tahap diketahui para pihak.
Auditee telah memiliki mekanisme mengenai
pengakuan hak-hak dasar masyarakat hukum adat
dan masyarakat setempat dalam perencanaan
pemanfataan SDH, yang legal, lengkap dan jelas.
Terdapat bukti-bukti tentang luas dan batas batas
pemegang ijin dengan sebagian masyarakat hukum
adat / setempat.
Terdapat persetujuan oleh sebagian para pihak dan
masih ada konflik.
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 10 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
4.2. Implementasi
tanggungjawab sosial
perusahaan sesuai dengan
peraturan perundangan yang
berlaku
BAIK
93,33%
Auditee memiliki dokumen yang lengkap menyangkut
tanggung jawab sosial Pemegang izin sesuai dengan
peraturan perundangan yang relevan.
Auditee telah memiliki mekanisme yang lengkap dan
legal tentang pemenuhan kewajiban social pemegang
izin terhadap masyarakat.
Auditee telah memiliki bukti-bukti pelaksanaan
kegiatan sosialisasi mengenai hak dan kewajibannya
terhadap masyarakat dalam mengelola SDH, namun
hanya sebagian.
Terdapat bukti yang lengkap tentang realisasi
pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap
masyarakat.
Auditee memiiki laporan lengkap terkait pelaksanaan
tanggungjawab sosial pemegang izin termasuk ganti
rugi (kompensasi) yang diimplementasikan melalui
pemberian dan penyaluran Dana kompensasi
produksi.
4.3. Ketersediaan mekanisme
dan implementasi distribusi
manfaat yang adil antar para
Pihak
BAIK
100,00%
Auditee telah memiliki data dan informasi tentang
keberadaan masyarakat lokal yang terlibat,
tergantung dan terpengaruh oleh aktivitas Pemegang
Izin dalam pengelolaan SDH tersedia dalam beberapa
dokumen, yang cukup lengkap.
Auditee memiliki mekanisme yang legal, lengkap dan
jelas mengenai peningkatan peran serta dan aktivitas
ekonomi masyarakat.
Auditee telah memiliki dokumen rencana pemegang
izin mengenai kegiatan peningkatan peran serta dan
aktivitas ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui
program kelola social, yang lengkap dan jelas.
Auditee telah mengimplementasikan sebagian besar
(> 50%) kegiatan peran serta dan aktivitas ekonomi
masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat
setempat oleh pemegang.
Auditee memiliki bukti dokumen/ Laporan mengenai
pelaksanaan distribusi manfaat kepada para pihak
yang lengkap dan terdokumentasi dengan baik.
4.4. Keberadaan mekanisme
resolusi konflik yang handal
BAIK
75,00%
Auditee memiliki mekanisme resolusi konflik namun
belum lengkap.
Terdapat konflik dan tersedia peta konflik namun
belum lengkap.
Auditee memiliki data organisasi, sumberdaya
manusia, dan pendanaan yang cukup untuk
mengelola konflik.
Auditee memiliki dokumen/laporan penanganan
konflik, namun belum lengkap mencakup seluruh
potensi dan konflik yang akan terjadi.
4.5. Perlindungan,
pengembangan dan
peningkatan kesejahteraan
tenaga kerja
BAIK
83,33%
Auditee telah merealisasikan sebagian besar
hubungan industrial dengan seluruh karyawan.
Auditee telah merealisasikan sebagian besar rencana
pengembangan kompetensi.
Auditee memiliki dokumen standar jenjang karir dan
telah diimplementasikan seluruhnya.
Terdapat dokumen tunjangan kesejahteraan
karyawan dan telah diimplementasikan seluruhnya.
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 11 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
B. Verifikasi Legalitas Kayu
1.1. Areal unit manajemen
hutan terletak di kawasan hutan
produksi
1.1.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan mampu
menunjukkan keabsahan Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu (IUPHHK)
Memenuhi Terdapat dokumen sebagai berikut :
Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Papua
Nomor 15 Tahun 2002 tentang Pemberian
IUPHHK/HPH PT Salaki Mandiri Sejahtera (Auidtee,
SMS) seluas ± 80.500 Hektar.
SK Menteri Kehutanan Nomor SK.396/Menhut-
II/2006 tentang Pembaharuan IUPHHK-HA PT Salaki
Mandiri Sejahtera atas Areal Hutan Produksi Seluas ±
79.130 (Tujuh Puluh Sembilan Ribu Seratus Tiga
Puluh) Hektar di Provinsi Papua, tanggal 17 Juli 2006.
Akta Notaris Suprakoso, SH. Nomor 66 Tanggal 27
April 2000 Tentang Akta Pendirian Perseroan
Terbatas PT Salaki Mandiri Sejahtera.
Akta No. 25 Tanggal 26 Oktober 2001 Notaris
Suprakoso, disahkan melalui SK Menkumham No. C-
06962 HT.01.01.TH.2002 Tgl. 24 April 2002.
Akta Notaris Edi Priyono, S.H. No. 04 Tgl. 03 Juni
2009 disahkan dengan SK Menkumham No. AHU-
25655.AH.01.02.Tahun 2009 Tgl. 11 Juni 2009.
Terdapat Surat Kepala Dinas Kehutanan Provinsi
Papua Nomor : 522.3/645 Perihal Pelunasan Iuran
IUPHHK a.n. Auditee yang di dalamnya terdapat
rincian penyetoran IIUPHHK PT SMS sebagai berikut :
a. Kewajiban sesuai SPP Susulan=
Rp1.558.000.000,-
b. Realisasi penyetoranTahap I = Rp
79.450.000,00 dan Tahap II RP
1.128.520.000,-
c. Kekurangan Pembayaran = Rp 350.030.000,-
Tersedia dokumen Bukti Setor bagi Pembayaran Iuran
Ijin (IIUPHHK) a.n. Auditee dengan copy setoran
melalui Rekening Giro No. GH 833 882 Bank Mandiri
ke Rekening BUN Rekening IHH dan IHPH dengan
nomor Rekening 508.000.014 pada Bank Indonesia
Thamrin Jakarta sejumlah Rp 1.128.520.000,00
Tanggal 9 Februari 2004.
Tersedia dokumen Bukti Pembayaran IIUPHHK a.n.
Auditee berupa copy transfer Bank BNI Cabang Tebet
sebesar Rp 350.000.000,00 dengan tujuan Rekening
IHH dan IHPH No. Rekening 508.000.014 tanggal 27
Oktober 2003.
2.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan memiliki rencana
penebangan pada areal
tebangan yang disahkan oleh
pejabat yang berwenang
2.1.1. RKUPHHK/RPKH dan
Rencana Kerja Tahunan
(RKT/Bagan Kerja/RTT)
disahkan oleh yang berwenang
Memenuhi a Tersedia dokumen:
SK Menhut Nomor: SK.43/BUHA-2/2012 Tentang
Persetujuan RKUPHHK-HA pada Hutan Produksi
Berbasis IHMB Periode Tahun 2012-2021 atas
nama Auditee Provinsi Papua tanggal 09 Mei
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 12 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
2012.
Peta Lampiran RKUPHHK-HA a.n. Auditee.
SK Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi
Provinsi Papua Nomor: SK.522.1/4785 Tentang
Persetujuan RKT Tahun 2013 a.n. Auditee tanggal
12 Desember 2012.
Peta Lampiran RKT Tahun 2013 a.n. Auditee.
b Terdapat areal yang tidak boleh ditebang pada blok
RKT 2013 yaitu berupa sempadan sungai, di
lapangan terdapat tanda batas berupa patok kayu
dan jalur rintis dengan menggunakan cat warna
merah.
c Penandaan batas blok RKT 2013 di peta lampiran
RKT ditandai dengan cap Dinas Kehutanan dan
Konservasi Provinsi Papua dan penandaan di blok
dengan tanda batas yang jelas.
2.2. Adanya Rencana Kerja yang
sah
2.2.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan mempunyai
rencana kerja yang sah sesuai
dengan peraturan yang berlaku
Memenuhi Tersedia dokumen RKUPHHK-HA untuk jangka waktu
10 tahun (2012 – 2021) yang penyusunan dan
proses perbaikan sesuai dengan arahan untuk
kemudian disahkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Usaha Kehutanan (a.n. Menteri Kehutanan, u.b.
Direktur Bina Usaha Hutan Alam) Nomor SK.43/BUHA-2/2012 Tanggal 09 Mei 2012.
Karena Auditeetidak melaksanakan kegiatan
penyiapan HTI, maka verifier ini tidak dapat diverifikasi (Not Applicable). (verifier 2.2.1.b.)
2.2.2. Seluruh peralatan yg
dipergunakan dalam kegiatan
pemanenan telah memiliki izin
penggunaan peralatan dan
dapat dibuktikan kesesuaian
fisik di lapangan
Memenuhi Ijin penggunaan peralatan Auditee sesuai dengan:
SK Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan
Nomor: SK. 345/VI-BPHA/2008 tentang Izin
Pemanfaatan dan Penggunaan Peralatan Untuk
Kegiatan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada
Hutan Alam a.n. Auditee.
SK Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi
Papua Nomor: SK.522.1/4785 Tentang Persetujuan
RKT Tahun 2013 a.n. Auditee tanggal 12 Desember
2012.
3.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan menjamin bahwa
semua kayu yang diangkut dari
Tempat Penimbunan Kayu (TPK)
hutan ke TPK Antara dan dari
TPK Antara ke industri primer
hasil hutan(IPHH)/pasar
mempunyai identitas fisik dan
dokumen yang sah
3.1.1. Seluruh kayu bulat yang
ditebang/dipanen atau yang
dipanen/dimanfaatkan telah di–
LHP-kan
Memenuhi Dokumen LHP dibuat dan disahkan oleh petugas
yang mempunyai kewenangan sesuai Surat
Keputusan Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi
Provinsi Papua, kondisi fisik kayu sesuai dengan LHP,
dan nomor batang di LHP dapat ditemukan di
lapangan.
3.1.2. Seluruh kayu yang
diangkut keluar areal izin
Memenuhi Kayu yang diangkut dari TPK hutan dan TPK Antara
serta pengangkutan ke industri seluruhnya dilindungi
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 13 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
dilindungi dengan surat
keterangan sahnya hasil hutan
dengan surat keterangan sahnya hasil hutan berupa
SKSKB beserta lampirannya dan FA-KB beserta
lampirannya.
3.1.3. Pembuktian asal usul
kayu bulat (KB) dari Pemegang
Izin/Hak Pengelolaan
IUPHHKHA/ IUPHHK-
HT/IUPHHK-RE/Hak
Pengelolaan
Memenuhi Tanda-tanda PUHH pada batang kayu yang ada di TPK
dapat ditelusuri sesuai dengan dokumen FAKB,
SKSKB, LHP, buku ukur serta LHC sehingga tunggak dapat tertelusur sampai ke petak tebangan.
Penerapan Identitas Kayu di erapkan secara
konsisten oleh Auditeemulai dariperencanaan
produksi, pemanenan atau penebangan, penandaan,
pengukuran dan pengujian,
pengangkutan/peredaran serta penimbunan.
Penandaan pada pohon yang sudah ditebang
dilakukan mulai dari tunggak kayu di petak tebang,
kayu yang berada di TPn hutan, dan kayu yang ada di
TPK Antara/Logpond. Penandaan pada kedua
bontos/badan kayu yang ditebang ditandakan ada
enam yaitu: nomor petak, nomor batang, nomor
bantu/produksi, diameter, panjang, dan nama jenis.
Seluruh kegiatan penandaan pada batang kayu dilakukan di TPn hutan (Tempat Pengumpulan Kayu).
3.1.4. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan mampu
membuktikan adanya catatan
angkutan kayu ke luar TPK
Memenuhi Dalam melakukan kegiatan pengangkutan kayu,
Auditee telah melengkapi dokumen FA-KB dan
SKSKB yang lengkap dan dibuat oleh petugas yang berwenang menerbitkan dokumen tersebut.
3.2. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan telah melunasi
kewajiban pungutan pemerintah
yang terkait dengan kayu
3.2.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan menunjukkan bukti
pelunasan Dana Reboisasi (DR)
dan/atau Provisi Sumberdaya
Hutan (PSDH)
Memenuhi Berdasarkan verifikasi dokumen Surat Perintah
Pembayaran (SPP) dan dokumen-dokumen LHP yang
telah direkapitulasi dan ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang terdapat kesesuaian dalam hal
kelompok jenis kayu, volume, tarif, jumlah nominal
pembayaran PSDH dan DR, serta pengesahan dari
Pejabat Penagih SPP.
Auditeetelah melunasi pembayaran PSDH dan DR
melalui Bank Mandiri sesuai dengan SPP yang
diterbitkan dan bukti setor sah karena dengan bukti
ivalidasi oleh petugas Bank Mandiri.
Pembayaran DR dan atau PSDH Hasil kayu hutan oleh
Auditee telah sesuai dengan tarif yang berlaku.
3.3.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan yang mengirim
kayu bulat antar pulau memiliki
pengakuan sebagai Pedagang
Kayu Antar Pulau Terdaftar
(PKAPT).
Memenuhi Pada mulanya Auditee terdaftar sebagai PKAPT
(Pedagang Kayu Antar Pulau Terdaftar) di Direktorat
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dengan Nomor
26.08.1.01956 s.d. 3 April 2009. Pasca
dikeluarkannya Peraturan Bersama Gubernur Papua
dan Gubernur Papua Barat Nomor 163 Tahun 2007
Tentang Peredaran Hasil Hutan Kayu (larangan
menjual kayu log ke luar Papua), PKAPT secara tidak
langsung sudah tidak berlaku lagi.
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 14 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
Auditeetelah mengajukan permohonan penerbitan
rekomendasi PKAPT melalui Surat Nomor 13/WMT-
JPR/I/2011 kepada Walikota Jayapura c.q. Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota
Jayapura, tetapi sampai saat ini belum ada respon.
3.3.2. Pengangkutan kayu bulat
yang menggunakan kapal harus
kapal yang berbendera
Indonesia dan memiliki izin yang
sah
Memenuhi Dalam pengangkutan kayu ke industri, Auditee
selalu menggunakan kapal berbendera Indonesia.
Identitas kapal dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kemenhub.
4.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan telah memiliki
AMDAL/DPPL/UKL dan UPL &
melaksanakan kewajiban yang
dipersyaratkan dalam dokumen
lingkungan tersebut
4.1.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan telah memiliki
dokumen AMDAL/DPPL/UKL-
UPL meliputi ANDAL, RKL dan
RPL yang telah disahkan sesuai
peraturan yang berlaku meliputi
seluruh areal kerjanya
Memenuhi Dokumen AMDAL Auditee telah disetujui oleh
Komisi Penilai Amdal Daerah Provinsi Papua tanggal 20 Desember 2002.
4.1.2. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan memiliki laporan
pelaksanaan RKL dan RPL yang
menunjukkan penerapan
tindakan untuk mengatasi
dampak lingkungan dan
menyediakan manfaat sosial
Memenuhi Tersedia dokumen Laporan Pelaksanaan RKL dan
RPL yang disusun mengacu pada dokumen AMDAL
yang telah disahkan. (Lihat hasil verifikasi Indikator
3.3.3 dan 3.3.4 Kriteria Ekologi).
Auditee telah melaksanakan kegiatan pengelolaan
dan pemantauan terhadap aspek-aspek yang
mempunyai dampak penting terhadap tanah dan air
serta flora-fauna dan sosial (Lihat hasil verifikasi Indikator 3.3.3 dan 3.3.4 Kriteria Ekologi).
5.1. Pemenuhan ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
5.1.1. Prosedur dan
Implementasi K3
Memenuhi Terdapat prosedur K3 dalam kegiatan operasional
lapangan Auditee.
Auditee telah menyediakan peralatan K3 diantaranya
Alat Pelindung Diri (APD), alat pemadam kebakaran
serta peralatan lainnya dan dapat difungsikan
dengan baik.
Auditee mempunyai sistem pencatatan terhadap
karyawan dan pekerja yang mengalami sakit ataupun
kecelakaan dalam bidang kerjanya. Pencatatan
dilakukan secara rutin oleh unit kerja personalia
dengan data yang tersimpan rapi dan baik dan dilaporkan setiap bulan.
5.2. Pemenuhan hak-hak
tenaga kerja
5.2.1. Kebebasan berserikat Memenuhi Meskipun belum mempunyai Serikat Pekerja, namun
EQI-F102.1.0/20120126 Halaman 15 dari 15
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
bagi pekerja Direktur Auditee telah mengeluarkan Surat
Pernyataan yang menyatakan adanya kebebasan
bagi karyawan dan karyawati untuk mendirikan atau
membentuk serta melakukan kegiatan organisasi
Serikat Pekerja sesuai dengan perundangan yang berlaku pada tanggal 7 Juni 2013.
5.2.2. Adanya Kesepakatan
Kerja Bersama (KKB) atau
Peraturan Perusahaan (PP)
Memenuhi Dokumen Peraturan Perusahaan (PP) dan
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang mengatur
hak dan kewajiban antara Auditee dengan
karyawannya masih dalam pemeriksaaan di Dinas
Tenaga Kerja Provinsi Papua sehingga belum
memiliki pengesahan.
Terdapat Surat Permohoanan Pemeriksaan Peraturan
Perusahaan dari Kepala Cabang Auditee kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Papua Nomor :
99/WMT-JPR/III/2012 di tandatangani oleh Kepala
Cabang a.n. Ir. Hengky Rumfabe dan bukti
penerimaan surat di Dinas Tenaga Kerja
ditandatangani oleh A. Rahman Iba, NIP:
195905071985021003.
5.2.3. Perusahaan tidak
mempekerjakan anak di bawah
umur
Memenuhi Hasil verifikasi dokumen tenaga kerja periode
Oktober 2013 dan wawancara dengan Kepala Bagian
Personalia serta karyawan Auditee diketahui bahwa
ada satu orang pekerja di bagian harian umum yang
masih dibawah umur. Menurut hasil wawancara, latar
belakang hal itu terjadi karena pekerja tersebut
merupakan penduduk lokal yang menjadi tulang
punggung keluarga sehingga sangat memerlukan
pekerjaan tersebut dan pekerjaan yang di lakukan
merupakan pekerjaan ringan. Orang tua karyawan
tersebut juga telah membuat surat pernyataan secara
tertulis yang menyatakan bahwa mereka tidak
keberatan anaknya menjadi karyawan Auditee.
Laporan ketenagakerjaan telah dikirimkan secara
periodik kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Prov. Papua setelah dikirim terlebih dahulu ke kantor
Cabang di Jayapura.