hakim pengadilan kasus e-ktp harus...

1
Suara Pembaruan, 31 Juli 2017

Upload: hoangthuan

Post on 12-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

[ J A K A R TA ] I n d o n e s i a Corruption Watch (ICW) meya-kini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih akan mene-mui hambatan yang cukup besar untuk menuntaskan kasus mega-korupsi KTP elektronik (e-KTP).ICW melihat, kasus e-KTP meru-pakan kasus yang cukup menyita energi dan perhatian KPK.Mengingat, untuk menuntaskan-nya terus mendapatkan perlawan-an dari pihak-pihak yang merasa berkepentingan dalam kasus itu.

"Upaya-upaya untuk menga-burkan atau tidak membuat terang perkara itu (kasus e-KTP) sudahterjadi. Kami yakin masih akan ada perlawanan balik ke KPK," kata peneliti ICW, Lola Easter da-lam diskusi bertema MendorongIndepedens i Hakim dalamPenanganan Kasus Korupsi Proyek E KTP, Bagaimana Mencegah pengadilan “masuk angin”, di Kantor ICW, Jakarta,Minggu (30/7).

Diingatkan Lola, perlawanan balik terhadap kasus e-KTP yang harus diwaspadai saat ini berada di lembaga peradilan. Jika kurang dalam pengawasan maka bukan tidak mungkin akan terjadi de-al-deal tertentu yang mengakibat-kan kasus tersebut tidak memenu-hi rasa keadilan masyarakat.

Salah satunya yakni berkaitan dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Jabatan Hakim. Pembahasan tersebut di-

khawatirkan akan menjadi bargai-ning politik dan bisa mempenga-ruhi keputusan hakim.

"RUU jabatan hakim bisa dija-dikan alat untuk mengintervensiputusan di pengadilan yang akan dijatuhkan. Karena itu, kami ha-rap pengawasan juga jangan sam-pai mengendur," ucap Lola.

Atas kondisi itu, menurut Lola, Mahkamah Agung (MA)harus memberikan pengawasan yang lebih ketat terhadap hakim-hakim yang tangani kasus e-KTP.

"Kita mencatat ada tiga pelu-ang dimana suap bisa dilakukan

dalam konteks persidangan. Pertama, saat sebelum atau men-daftarkan perkara. Kita sering me-nerima laporan masyarakat terku-at hal itu,” ucapnya.

Kedua, yakni pada tahap per-sidangan. Nantinya, hakim bisa saja tidak bertindak secara objek-tif dan mengesampingkan fak-ta-fakta di persidangan. Ketiga, ketika membacakan putusan, se-hingga putusannya akan mengun-tungkan terdakwa.

"Kami menyarankan agar MA menjaga independensi dan meno-lak adanya intervensi dari pi-

hak-pihak luar, serta mengingat-kan hakim agar tidak terjerat da-lam penerimaan suap," ujarnya.

Selain MA, lembaga lain yak-ni Komisi Yudisial (KY) juga ha-rus ikut memantau jika nantinyadi kasus e-KTP ada tersangkayang mengajukan praperadilan. Di sisi lain, KPK sendiri juga ha-rus secara aktif mengawasi ha-kim-hakim yang menangani per-kara selama di persidangan.

A h l i h u k u m p i d a n aUniversitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar menegaskan, praperadilan sesungguhnya bukan alat atau me-

kanisme pembebasan seorang ter-sangka. Praperadilan tidak punya kewenangan untuk menilai pokok perkara dan seharusnya hanya se-batas prosedural.

“Jangan sampai jika nantinyaada upaya praperadilan di dalam kasus e-KTP malah membatalkan status tersangka yang sudah dite-tapkan KPK. Ini juga yang harus diwaspadai," kata Abdul FickarHadjar.

Keponakan Setya NovantoDi tempat terpisah, tim penyi-

dik KPK menjadwalkan memerik-sa Irvanto Hendra Pambudi Cahyo, keponakan dari KetuaDPR, Setya Novanto, Senin (31/7). Irvan bakal diperiksa seba-gai saksi kasus dugaan korupsi proyek pengadaan e-KTP yangmenjerat sang paman.

"Irvanto Hendra Pambudi di-periksa sebagai saksi untuk ter-sangka SN (Setya Novanto)," kata Jubir KPK, Febri Diansyah saat dikonfirmasi.

Diduga, dalam pemeriksaan ini, tim penyidik akan mengonfirmasi sejumlah hal yang diketahui Irvan mengenai proyek e-KTP. Termasuk mengonfirmasi mengenai sejumlah dokumen dan barang barang bukti elektronik terkait proyek e-KTP yang telah disita penyidik daripenggeledahan terhadap rumah Irvan di Komplek Kelapa HijauJagakarsa, Jakarta Selatan padaKamis (27/7) lalu. [F-5/Y-7]

Politik & Hukum6 Sua ra Pem ba ru an Senin, 31 Juli 2017

Hakim Pengadilan Kasus E-KTP Harus Diawasi

ANTARA/WAhyu PuTRo A

Pakar Hukum Pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar (kanan), bersama Peneliti Indonesia Corruption Watch(ICW) Kurnia Ramadhana (kiri) menjadi pembicara pada diskusi yang diprakarsai oleh ICW di Jakarta, Minggu (30/7). Diskusi tersebut mengangkat tema “Mendorong Independensi hakim dalam Penanganan Korupsi Proyek e-KTP”.

Suara Pembaruan, 31 Juli 2017