hak pengusahaan hutan, cara memperoleh dan …repository.unair.ac.id/11361/2/kkb kk-2 per 810-86 wul...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
SUMIRATSIH SRI WULANDARI
HAK PENGUSAHAAN HUTAN, CARA
MEMPEROLEH DAN MASALAHNYA
FAKULTAS HUKUM UNIVERS1TAS AIRLANGGA
1986
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
HAK PENGUSAHAAN HUTAN,
CARA MH1MPER0LEH DAN MASALAHNYA
S K R I P S I
Oleh :
Sumiratsih Sri V.'ulandari
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
S U R A B A Y A
1986
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
iju w M A S f / ' r j A *■
HAK PENGUSAHAAN HUTAN,
CARA MEMPEROLEH DAN MASALAHNYA p ,/tif. & t o / 8 &
tS K R I P S I
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum
Oleh :
Sumiratsih Sri Wulandari
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
S U R A B A Y A
1986
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur keha-
dirat Tuhan Yang Hahaesa yang telah member! rahmatNya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penulisan skrip
si ini, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Dalam penulisan skripsi ini, meskipun saya telah
berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, saya merasa
masih banyak kekurangannya. Namun demikian, saya berha-
rap mudah-mudahan skripsi ini dapat menambah manfaat dan
perbendaharaan pengetahuan bagi para pembaca terutama
rekan mahasiswa.
Selama menyelesaikan skripsi ini saya merasa telah
menerima bantuan berupa petunjuk-petunjuk dan bimbingan-
bimbingan dari berbagai pihak. Saya mengakui dan menghar-
gai hal ini sebagai jasa yang tidak dapat saya lupakan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucap-
kan terimakasih kepada :
1, yang terhormat Bapak Soedalhar, S.H, sebagai dosen
pembimbing sekaligus penguji, yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk meraberikan pengarahan
dan saran-saran dengan penuh keeabaran;
?. yang terhormat Bapak Wisnoe Soesanto, S.H. dan 3a-
nak Eman Emma Ramelan, S.H. sebagai dosen penguji,
yang telah sudi meluangkan waktunya untuk menguji
hingga salesai skripsi ini;
iii
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
3. yang terhormat para guru besar, para dosen, dan
para asisten dosen yang telah membekali saya de
ngan pengetahuan;
t\.. yang terhormat seluruh karyav/an Fakultas Hukum U-
niversitas Airlangga yang telah memberikan bantu-
ann.ya baik secara langsung maupun tidak langsung;
5* yang terhormat Bapak Talim SR,, Ajun Administratur
Perhutani Tuban yang telah sudi meluangkan v/aktu-
nya untuk memberikan kcterangan-keterangan yang
saya perlukan;
6. yang terhormat Bapak Kamdiya Adisoesanto, S.H.,
Kepala Biro Hukum Departemen Kehutanan Jakarta
yang bersedia memberikan keterangan-keterangan
hingga skripsi ini dapat selesai;
7. yang terhormat Bapak Soenarto dan Bapak Ir. Har-
yono dard PT. Dwimajaya Utama Jakarta yang telah
banyak memberikan bantuan, data, petunjuk-petunjuk
serta nasihat-nasihat;
8. ayah dan ibu tercinta serta kakak-kakak dan adik-
adik tersayang yang selalu memberikan do'a dan
restu serta dorongan;
9. teman-teman tercinta yang dengan tulus dan tanpa
paiprih memberikan bantuan hingga saya dapat me-
nyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Mahaesa memberikan
balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah
iv
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
membantu saya dan sekali lagi saya mengucapkan terima
kasih.
Surabaya, Februari 1986
Penyusun.
v
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAP ..........................................lii
DAFTAR ISI ............................................. .vi
BAB J : PENDAIiULUAN ................................. .1
A. Permasalahan : Latar Belakang dan Peru- musannya ................................. .1
B. Penjelasan Judul ................ ....... .k
C. Alacan Pemilihan Judul ............. ......6
D. Tujuan Penulisan ........................ .9
E. Metodologi ................................10
1. Pendekatan masalah ................... .10
2. Sumber data .......... ....... ........ .10
3. Analisa data .......... ................. 10
F. Pertanggungjawaban Sistematika ..........11
BAB II : PENGERTIAN DAN ARTI PENTING HUTAN ..........U
A, Pengertian Hutan ........................ ..Ik
b. Man faat Hutan Bagi Kehidupan Manusia ... 19
1. Manfaat Langsung dari Hutan ...........19
2. Manfaat Tidak Langsung ............... ..21
BAB III : TINJAOAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN ............ ..e}
A. Pengertian Hak Pengusahaan H u t a n ..... ...^3
B. Ketentuan-ketentuan Hukum Hak Pengu<3aha-an Hutan ................................. ..?7
C. Subyek Hukum Hak Pengusahaan Hutan .... ..33
BAB IV : CARA f!EMPERCLEH HAK PENGUSAHAAN HUTAN SERTAHAK I’AK KEV'AJIBANNYA ....................... ..39
vi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
A. Prosedur Mendapatkan Hak Pengusahaan Hutan ......... .................. .......... 40
B. Hak dan Kewajiban dari Pemegang Hak Pengusahaan Hutan ...........................
C. Arti Penting Adanya Hak Pengusahaan Hutan Bagi Masyarakat Sekitar Hutan .......... 59
D. Hapusnya Hak Pengusahaan Hutan ......... 60
DAB V : PERMASALAHAN YANG TIMBUL DAN CAPA PENYELE-SAIANNYA .................................... 63
BAB VI : PENUTUP ...................................... 69
A. Kesimpulan ............................... 69
B. Saran .................................... 70
DAFTAR BACAAN .......................................... 72
LAMPIRAN ................................................ 7h
vii
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
B A B I
PENDAHULUAN
A. Pormasalahan : Latar Belakang dan Perumusann.ya
Negara Republik Indonesia yang terdiri dari beri-
bu-ribu pulau besar kecil, tersebar di sekitar garis ka-
tulistiwa, mempunyai suku bangsa dan bahasa yang berbe-
da-beda, Oleh karena itu, sudah sewajarnya kalau rakyat
Indonesia mempunyai tata cara pergaulan hidup serta ke
kayaan alam yang beraneka ragam.
Hutan yang merupakan karunia Tuhan Yang Mahaesa
sebagai salah satu sumber kekayaan alam yang tumbuh di
atas tanah sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai
kckhususan torsendiri, karena member! manfaat yang serba
guna dan mutlak dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang
masa.
Sampai saat ini, pembangunan kehutanan diarahkan
kepada usaha-usaha meningkatkan produksi kayu dan hasil
hutan lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mau-
pun eksport, juga mengusahakan agar eksport kayu olahan
semakin meningkat, sehingga dapat meningkatkan bagian
pendapatan yang dapat menjadi sumber rievisa negara. Oleh
karena itu, penggalian kekayaan alam yang berupa hutan i-
tu porlu dilakaanakan secara intensif dan efektif. Lebih
ditegackan lagi di dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973
tentang Garis-^arls Hesar Haluan Negara, bahwa pembangun-
1
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
an di bidang kehutanan mencakup usaha-usaha pemanfaatan
hasil hutan dan pembinaan sumber-sumber alam dari hutan.
Penggalian kekayaan alam yang berupa hutan secara
maksimal harus dilaksanakan dengan pengusahaan hutan se
cara modern di seluruh wilayah Indinesia. Dengan ikut
sertanya modal swasta, maka dimungkinkanlah pengusahaan
hutan secara. intensif dan modern dengan memanfaatkan
uengalaman dan keahlian dari negara yang lebih maju di
bidang kehutanan. Dengan dibukanya kcsempatan bagi peru
sahaan swasta untuk menanamkan modalnya di bidang kehu
tanan, maka pengusahaan hutan di Indonesia mengalami per-
kembangan yang pesat. Hal yang demikian di satu pihak me-
mang banyak membawa keuntungan bagi devisa negara, membu-
ka kesompatan kerja dan lain-lain. Namun, di lain pihak
dengan adanya pembabatan hutan secara besar-besaran dapat
menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kelestarian
lingkungan dan membuka timbulnya bahaya erosi, banjir,
dan sebagainya.
Telah kita ketahui bersama, bahwa sampai saat ini
kesadaran masyarakat akan arti penting dan fungsinya hu
tan bagi kehidupan manusia dirasakan masih kurang. Hal
ini terbukti m ^ i h banyaknya gangguan keamanan hutan,
misalnya saja masih sering terdcngar adanya berita menge-
nai pencurian kayu, kebakaran hutan, adanya perladangan
liar dengan cara berpindah-pindah sehingga merusakkan ta-
naJi-ta/iah di kawasan hutan, adanya penggembalaan liar
2
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
dan sebagainya. Mengingat hal tersebut kesadaran masyara
kat akan manfaat hutan selalu diharapkan, sehingga keles-
tarlan sumber daya alam khususnya hutan dapat dicapai se-
besar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Itulah sebab -
nya, bahwa hutan perlu dikelola secara mantap dan terarah
agar tetap dapat berperan sesuai dengan fungsinya.
Untuk menghadapi kemungkinan gangguan keamanan dan
kelestarian hutan, telah ditetapkan Undang-undang No..5
Tahun 1?67 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan
dan peraturan-peraturan lainnya mengenai pengusahaan hu
tan. Dalam hubungan ini saya bermaksud membahas bagaimana
cara memperoleh hak pengusahaan hutan dan permas^lahan -
permasalahan apa yang kemudian timbul serta bagaimana pe-
nyelesaiannya.
Demikianlah latar belakang dan garis besar perma-
Galahan yang akan saya bahas di dalam penulisan ini dan
saya rumuskan sebagai berikut :
1. apakah hutan itu?;
2. apakah manfaat hutan bagi kehidupan manusia?;
3. apakah yang dimaksud dengan Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) itu?;
peraturan-peraturan apakah yang mengatur tentang
Hak Pengusahaan Hutan (HPH)?;
5. siapakah yang berhak menjadi subyek hukum Hak Peng
usahaan Hutan (HPH)?;
6. bagaimanakah prosedur untuk mendapatkan Hak Peng-
3
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
usahaan Hutan (HPH)?;
7. apakah hak dan kewajiban pemegang Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) menurut persyaratan yang berlaku?;
8. apakah arti penting dari adanya Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) bagi masyarakat sekitar hutan?;
9. bagaimanakah hapusnya Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
itu?;
10. apa sajakah yang menjadi masalah yang berhubungan
dengan Hak Pengusahaan Hutan (HPH)?;
11. bagaimanakah penyelesaiannya masalah-masalah ter
sebut?.
B. Pen.jQlasan Judul
Skripsi ini berjudul "Hak Pengusahaan Hutan, Cara
Memperoleh Dan Masalahnya". Agar tidak menimbulkan inter-
pretasi lain dari yang saya maksud, maka akan saya jelas-
kan terlebih dahulu mengenai judul tersebut.
"Hak" di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang
disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta adalah kekuasaan untuk
berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh aturan/un-
dang-undang dan sebagainya, sedangkan ''pengusahaan" mem
punyai Arti perbuatan mengusahakan. Selanjutnya yang di
maksud "hutan" munurut; Poerwadarminta adalah tanah luas
,yan^ di-umbuhi pohon-pohonan, sedangkan di dalam "ndang-
undang No. Tahun 19&7 pasal 1 ayat (1) yang dimaksud
hutan adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang
secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam haya-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
ti beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh
Pemerintah sebagai hutan. Pongertian Hak Pengusahaan Hu
tan (HPH) sendiri menurut ketentuan Peraturan Pemerintah
No. 21 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) adalah hak untuk raeng-
usahakan hutan di dalam suatu kawasan hutan yang meliputi
kegiatan-kegiatan penebangan kayu, permudaan dan pemeli-
haraan hutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan sesu
ai dengan rencana karya pengusahaan hutan menurut keten-
tuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan asas keles-
tarian hutan dan asas perusahaan. Kemudian apakah yang
dimaksud dengan "cara"?, Cara dapat berarti jalan melaku-
kan sesuatu, sedangkan "memperoleh” mempunyai arti menda-
patkan sesuatu dengan usaha. "Masalah1' pengertiannya ada
lah sesuatu hal yang harus dipecahkan.
Pengertian secara keseluruhan dari judul MHak
Pengusahaan Hutan, Cara Memperoleh Dan Masalahnya" ada
lah jalan atau cara untuk mendapatkan hak pengusahaan hu
tan, yaitu mulai dari mengajukan permohonan kepada Mente
ri Kehutanan sampai diterbitkannya surat keputusan pembe
rian hak pengusahaan hutan serta masalah-masalah apa sa-
ja yang timbul selama mengajukan permohonan hak pengusa
haan hutan sampai pelaksanaan pengusahaan hutan.
Dengan icmikian dalam pcnulisan skripsi ini akan
dapat diketahui. bcgaimana cara atau prosedur mendapatkan
hak pengusahaan hutan serta masalah-masalah yang timbul
yang ada hubungannya dengan hak nongusahaan hutan yang
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
merupakan hambatan bagi pelaksanaan hak pengusahaan hu
tan, sehingga dapat dicari penyelesaiannya.
C. Alasan Pemilihan Judul
Keadaan perekonomian dunia yang semakin tak menen-
tu dewasa ini, mondorong pemerintah Indonesia untuk lebih
meningkatkan produksi-produksi non minyak.
Hutan sebagai salah satu sektor yang memegang po-
ranan cukup penting dalara rangka menunjang perekonomian
negara, juga tak luput dari perhatian Pemerintah. Hal i-
ni tidak lepas pula dari perhatian para pemilik modal
untuk menginvestasikan modalnya di bidang pengusahaan hu
tan. Ditunjang pula dengan semakin meningkatnya kebutuh-
an akan kayu dari masyarakat, sehubungan dengan ;
1. semakin bertambahnya keperluan masyarakat akan
peralatan rumah tangga, sehingga kebutuhan kayu
semakin meningkat;
2. banyak digunakannya hasil hutan untuk bahan bangu-
nan atau sebagai bahan baku kayu lapis, kertas,
dan sebsgainya.^
Dilain pihak, ditinjau dari sogi hukum agraria,
hak pengusahaan hutan sangat penting di dalam hal :
1. yang berhubungan dengan hak agraria.
6
^-Undang-undang No. 5 Tahun 1967* bagian penjelae- an umum.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
Seperti kita ketahui, bahwa hak pengusahaan hutan
merupakan hak agraria yang tidak member! wewenang
untuk mempergunakan tanah dalara areal hutan yang
diusahakannya. Devvasa ini yang banyak diperhati -
kan adalah masalah hak atas tanah, padahal hak a-
graria pun tidak kalah pentingnya. Di dalam hal
pengusahaan hutan, kayu sangat berguna bagi masya-
rakat dan penting dalam berbagai bidang pembangu
nan, seperti yang telah saya uraikan di atas, Ten-
tu saja kayu-kayu tersebut mutunya harus baik dan
untuk mendapatkan mutu yang baik perlu adanya pe-
ngelolaan serta pemeliharaan yang baik pula. Di
sinilah letak pentingnya hak agraria yang saya
maksud, sebab untuk dapat mengelola hutan guna
mendapatkan kayu yang bermutu harus mempunyai hak
pengusahaan hutan;
bahwa hak pengusahaan hutan merupakan realisasi
dari pada ketentuan dalam pasal 33 ayat (3 ) UUD
1 9 yang berbunyi : "bumi, air dan kekayaan a-
lam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh ne
gara dan dipergunakan untuk 6ebesar-besarnya ke-
makmuran rakyat".
Hal ini terbukti dari ketentuan-ketentuan :
a. pasal 13 ayat (1) Undang-undang No. 5 Tahun
1967, yang berbunyi : "pengusahaan hutan bertu-
juan untuk memperoleh dan meninggikan produksi
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
hasil hutan guna pembangunan ekonomi nasional
dan kemakmuran rakyat";
b. pasal lit ayat (1) yang berbunyi : "pada dasar-
nya pengusahaan hutan negara dilakukan oleh
negara dan dilaksanakan oleh Pemerintah, baik
pusat maupun daerah berdasarkan undang-undang
yang berlaku";
c. pasal 5 ayat (1), yaitu : "semua hutan dalam
wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai o-
leh negara".
pengusahaan hutan sangat berhubungan erat dengan
masalah tata guna tanah, yaitu dalam hal asas ke-
lestarian, asas keseimbangan, asas pemanfaatan
yang optimal. Dalam hal asas kelestarian diharap-
kan dapat terjamin kelangsungan kehidupan hutan,
sedangkan asas keseimbangan antara hutan dengan
lingkungannya. sangat penting sebab 6etelah dite-
bang harus dilakukan permudaan dan pemeliharaan
hutan agar tidak terjadi ketidak seimbangan ling-
kungan yang dapat menimbulkan bencana banjir atau
erosi. Asas pemanfaatan yang optimal, yaitu de -
ngan pemanfaatan hutan tersebut didapat hasil
yang optimum dengan mengingat potensi yang ada
serta memperhitungkan kenyataan lingkungan. Oleh
karena itu, dalam operasionilnya hak pengusahaan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
hutan harus mengindahkan asas kelestarian, asas
keseimbangan, dan asas pemanfaatan yang optimal;
if. bahwa hak pengusahaan hutan merupakan realisasi
pula dari ketentuan pasal 12 UUPA, yang berbunyi
sebagai berikut :
(1) segala usaha usaha bereama dalam lapangan a-
graria didasarkan atas kepentingan bersama
dalam rangka kepentingan nasional dalam ben
tuk koperasi dan bentuk-bentuk gotong royong
lainnya;
(2) negara dapat bersama-sama dengan pihak lain
menyelenggarakan usaha bersama dalam lapangan
agraria.
Hal ini terlihat di dalam ketentuan pasal 1^ ayat
(2) yang mengatakan : "pemerintah dapat bersama-
sama dengan pihak lain melaksanakan usaha bersa
ma dalam bidang kehutanan",
Dari uraian inilah saya cenderung memilih judul
penulisan skripsi tersebut, Saya harapkan penulisan da
ri skripsi dengan judul di atas dapat menambah pengerti
an betapa banyaknya manfaat dan pentingnya hutan bagi
kehidupan kita.
D. Tujuan Penulisan
Masalah hutan kurang mendapat perhatian dari ma
syarakat, padahal hutan banyak memberi manfaat bagi ke
hidupan manusia dan dapat diusahakan untuk menambah sum-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
ber pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan maupun bagi
negara. Oleh karena itu, saya mencoba untuk mengetengah-
kan apa manfaat hutan dan bagaimana cara mendapatkan hak
pengusahaan hut'an tersebut sehingga dapat melaksanakan
pengusahaan hutan. Di samping itu, mencoba mencari masa
lah-masalah yang timbul dan bagaimana penyeleseaiannya.
Selain itu, tujuan penulisan skripsi ini dimak -
sudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka
memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Uni-
versitas Airlangga.
E. Metodologi
1. Pendekatan masalah.
Pembahasan yang lebih mendalam terhadap masalah
ini, saya menggunakan pendekatan dari segi yuridis for-
mil yaitu secara studi kepustakaan dan dari segi praktek
saya raelakukan peninjauan secara langsung pada perusaha
an pemegang hak pengusahaan hutan.
2. Sumber data.
Bahan penulisan saya peroleh dari literatur-lite-
ratur yang ada hubungannya dengan masalah yang saya ba-
has, di samping itu wawancara dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Analisa data.
Data yang telah terkumpul dianalisa berdasarkan
metode komparatif, yaitu membandingkan data yang dipero-
leh dari segi teoritis dengan data dari hasil wawancara.
10
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
F. Pertanftgunff.iawaban sistematika
Agar terarah dalam membahas perraasalahan ini, ma
ka penulisan ini saya bagi dalam VI BAB, yaitu :
Sebagai pengantar dalam penulisan ini dan sebelum
memasuki bab-bab pembahasan, maka saya akan meletakkan
Pendahuluan pada BAB I. Dengan memberikan pertanggungja-
waban sistematika ke dalam bab ini, agar pembaca menge -
tahui akan adanya urutan materi yang akan saya bahas,
sehingga akan lebih mengena.
Pengertian dan Arti Penting Hutan saya letakkan
pada BAB II, agar pembaca dapat memahami apa sebenarnya
yang dimaksud dengan "hutan". Di sini saya akan menje -
laskan juga manfaat hutan bagi kehidupan manusia, se -
hingga akan jelas bagi pembaca untuk mengikuti uraian
pada bab-bab selanjutnya.
Sesuai dengan permasalahan yang dibahas, yaitu
mcngenai hak pengusahaan hutan, maka saya akan mengurai-
kan tentang pengertian hak pengusahaan hutan serta pera-
turan-peraturan yang merupakan landasan kerja dan landa-
san hukum yang dapat menampung segala segi persoalan se
cara menyeluruh, Oleh karena itu, pada BAB III saya le -
takkan mengenai Tinjauan Hak Pengusahaan Hutan, agar se
belum menginjak bab-bab berikutnya pembaca dapat menge -
tahui dan memahami apa yang dimaksud dengan hak pengusa
haan hutan. Pada bab ini juga saya uraikan mengenai su -
byek hukum mana saja yang berhak mendapatkan hak pengu -
11
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
sahaan hutan.
Setelah mengetahui apa maksud hak pengusahaan hu
tan yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka pada BAB IV
saya letakkan Cara Memperoleh Hak Pengusahaan Hutan Serta
Hak dan Kewajibannya, agar pembaca dapat mengetahui ba -
gaimana cara memperoleh hak pengusahaan hutan dan apa
syarat-syaratnya serta apa saja hak dan kewajiban dari
para pemegang hak pengusahaan hutan. Di samping itu, saya
juga memasukkan manfaat apa yang diperoleh masyarakat se-
kitar hutan setelah adanya hak pengusahaan hutan. Apa
yang menyebabkan hapusnya hak pengusahaan hutan juga di-
bahas di dalam bab ini, agar diketahui bahwa hak pengu -
sahaan hutan tersebut tidak sekedar hak untuk menebang
hutan saja, melainkan juga ada tanggungjawab yang dibe-
bankan kepada para pemegang hak tersebut untuk ikut men
jaga lingkungan dan kelestarian hutan,
Permaealahan Yang Timbul Dan Cara Penyelesaiannya
saya letrkkan pada BAB V, karena di sini dijelaskan ma -
salah yang timbul yang berhubungan dengan hak pengusaha
an hutan, baik yang ada hubungannya dengan permohonan
hak pengusahaan hutan maupun masalah-masalah yang timbul
di lapangan pengusahaan hutan.
BAB VI sebagai bab penutup adalah merupakan ke -
simpulan dari semua bab dan permasalahan yang timbul, ke-
mudian dari kesimpulan yang ada akan dapat membantu me -
mecahkan permasalahan tersebut. Akhirnya dapat dikemuka-
M I L I K ~PERPUSTAKAAN
•UM1VERS1TAS A IRLA N GO A '
S U R A B A Y A
12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
kan saran-saran yang bermanfaat bagi kemajuan pengusaha-
an hutan.
13
i
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
PENGERTIAN DAN ARTI PENTING HUTAN
B A B II
A. Pengertian Hutan
Hampir setiap orang sudah pernah mendengar bahkan
juga melihat hutan. Apa yang digambarkan oleh masyarakat
tentang hutan adalah kumpulan pepohonan yang besar-besar
dan rimbun, di bawahnya terdapat semak-semak liar, juga
terdapat berbagai macam binatang. Gambaran hutan seperti
di atas tidak hanya terdapat di kalangan orang-orang a-
wam saja, tetapi terdapat juga di kalangan mereka yang
2sudah berpendidikan.
Secara klasik sering dilukiskan pengertian hutan
yang dibeda-bedakan sesuai dengan siapa yang memberi ar
ti tentang hutan tersebut. Bagi seorang pemburu, hutan
adalah areal yang tertutup oleh berbagai macam tetumbuh-
an dan di dalamnya terdapat berbagai macam jenis bina
tang yang dapat diburu. Bagi seorang tukang kayu, hutan
merupakan kawasan tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasil-
kan kayu, sehingga dapat digunakan sebagai perkakas yang
bagus dari berbagai macam ukuran. Namun, terlepas dari
siapa yang mengartikan hutan, pada umumnya hutan selalu
dipandang sebagai kehidupan pepohonan (flora) maupun bi-
pH. Simon, Pen^antar Ilmu Kehutanan, Yayasan Pem
bina Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta, 1977, h. 1
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
natang-binatang (fauna), dari tingkat sederhana sampai
tingkat yang paling tinggi. Pada umumnya asosiasi kehi -
dupan itu didominir oleh tumbuh-tumbuhan berkayu.
Pengertian resmi hutan secara umum diatur di da -
lam pasal 1 sub 1 Undang-undang No. 5 Tahun 1967 : "Hu
tan adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang
secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam ha -
yati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh
Pemerintah sebagai hutan".^
Di dalam penjelasan undang-undang tersebut, selanjutnya
disebutkan :
Hutan dalam undang-undang ini diartikan suatu lapangan yang cukup luas, bertumbuhan kayu, bambu dan/atau palem yang bersama-sama dengan tanahnya, beserta se- gala isinya baik berupa alam nabati maupun alam hewa- ni, secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup yang mempunyai kemampuan untuk memberikan manfaat- manfaat produksi, perlindungan dan manfaat-manfaat lainnya secara lestari.^
Undang-undang No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan
Pokok Kehutanan membagi hutan di Indonesia berdasarkan
fungsi, pemilikan, dan peruntukannya. Berdasarkan fungsi-
nya hutan dapat dibagi :
1 . hutan lindung ialah kawasan hutan yang karena ke-
15
•^Abdurrahman, Ketentuan-ketentuan Pokok tentang Masalah Agraria, Kehutanan, Pertambangan. Transmigrasi DarTpengairan, Alumni, Bandung. 1979« h. 68.
, n. 78.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
adaan si fat alamnya diperuntukkan guna mengatur
tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi
serta pemeliharaan kesuburan tanah;
2. hutan suaka alam ialah kawasan hutan yang karena
sifatnya khas diperuntukkan secara khusus untuk
perlindungan alam hayati dan/atau manfaat-manfaat
lainnya, yaitu :
a. hutan suaka alam yang berhubung dengan ke-
adaan alamnya yang khas termasuk alam he -
wani dan alam nabati, perlu dilindungi un
tuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebu-
dayaan, disebut "cagar alam11;
b, hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai
suatu tempat hidup margaeatwa yang mempu-
nyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan
kebudayaan serta merupakan kekayaan dan ke-
banggaan nasional, disebut "suaka margasat-
wa'\
3. hutan wisata ialah kawasan hutan yang diperlukan
secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna
kepentingan pariwisata dan/atau wisata buru, yai
tu :
a, hutan wisata yang memiliki keindahan alam,
baik keindahan nabati, keindahan hewani
maupun keindahan alamnya sendiri mempunyai
corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepen -
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
tingan rekreasi dan kebudayaan, disebut
"taman wisata";
b. hutan wisata yang di dalamnya terdapat sat-
wa buru yang memungkinkan diselenggarakan
perburuan yang teratur bagi kepentingan
rekreasi, disebut "taman buruM,
hutan produksi yaitu kawasan hutan yang diperun-
tukkan guna produksi hasil hutan untuk raeraenuhi
keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya
untuk pembangunan industri dan eksport.
Berdasarkan peruntukannya, hutan dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
a. hutan tetap adalah hutan, baik yang sudah ada ma-
upun yang akan ditanam atau tumbuh secara alarai
di dalam kawasan hutan;
b. hutan cadangan yaitu hutan yang berada di luar
kawasan hutan, yang peruntukannya belura ditetap-
kan dan tidak dibebani hak. Apabila diperlukan,
hutan cadangan ini dapat dijadikan hutan tetap;
c. hutan lainnya adalah hutan yang ada di luar kawa
san hutan tetap dan di luar hutan cadangan, mi -
salnya hutan yang terdapat pada tanah milik atau
tanah yang dibebani hak-hak lainnya.
Hutan negara adalah kawasan hutan dan hutan yang
tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik, se-
dang hutan milik adalah hutan yang tumbuh di atas tanah
17
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
yang dibebani hak milik. Kedua pembedaan itu dilihat ber-
dasarkan perailikannya.
Kawasan hutan dalam wilayah negara Republik Indo
nesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan digunakan sepenuhnya untuk se -
besar-besarnya kemakmuran rakyat. Kalau raelihat ketentu-
an pasal 3 ayat (1) Undang-undang No. 5 Tahun 1967 ter -
sebut, akan narapak bertentangan dengan ketentuan yang a-
da di dalam pasal 3 Undang-undang No. 5 Tahun I960, yang
lebih dikenal dengan sebutan UUPA, yang berbunyi :
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan pasal 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada harus sede- mikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasi- onal dan negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang- undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih ting* Ci.
Namun, di sini kita harus mengingat ketentuan pasal 33
CJUD 19^5 dengan klausulanya yang berbunyi : ,!.... pada
tingkat tertinggi dikuasai oleh negara", Pengertian di -
kuasai bukanlah berarti dimiliki, melainkan suatu pe -
ngertian yang raengandung berbagai kewajiban dan wdwenang,
yang meliputi wewenang untuk :
1. menetapkan dan mengatur perencanaan, peruntukan,
penyediaan dan penggunaan hutan sesuai dengan
fungsinya dalam memberikan manfaat kepada rakyat
dan negara;
2. mengatur penguruean hutan dalam arti yang luas;
18
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
3* menentukan dan mengatur hubungan hukura antara o-
rang atau badan hukum dengan hutan dan mengatur
perbuatan hukum mengenai hutan.^
Akan tetapi, hak kekuasaan negara yang paling tinggi ter-
eebut dapat dikuasakan kepada masyarakat hukum adat de
ngan hak pengelolaan yang berupa hak-hak ulayat.^
Dengan demikian pengertian hutan negara itu men -
cakup pula hutan-hutan baik yang berdasarkan peraturan
perundangan maupun hutan yang dikuasai oleh masyarakat
hukum adat.
B. Manfaat Hutan Bagi Kehidupan Manusia
Telah kita ketahui, bahwa hutan merupakan karunia
Tuhan Yang Mahaesa yang banyak memberikan manfaat bagi
uniat manusia sepanjang masa. Hutan, bagi kehidupan manu
sia dipandang merapunyai peranan yang penting. Peranan
hutan tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
masing-masing memiliki kadar kepentingan yang tidak saiua,7
tergantung keadaan dan kondisi setempat. t
1. Manfaat Langsung dari Hutan.
Menyangkut masalah produksi, hutan dapat mengha-
silkan benda-benda ekonomi yang menjadi kebutuhan manu-
^Pasal 5 ayat (2) Undang-undang No. 5 Tahun 1967.
S/±snoe Soesanto, Kuliah Hukum Agraria II.
^H. Simon, op.cit.. h. 16.
19
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
sia. Fungsi produksi dari hutan dirasa semakin penting
peranannya, sehubungan dengan kian bertambahnya jumlah
penduduk, yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi bersamaan dengan semakin berkurangnya are
al hutan* Di bidang produksi ini, hutan dapat menghasil-
kan kebutuhan-kebutuhan manusia, antara lain :
a. kayu perkakas, yaitu kayu-kayu yang digunakan un
tuk bangunan rumah atau gedung, alat-alat rumah
tangga, alat-alat angkutan, dan sebagainya;
b. kertas, seperti kita ketahui bahan baku kertas a-
dalah bambu, kayu, jerami. Kertas yang berkualitas
tinggi dibuat dari bahan baku kayu;
c. kayu bakar, yaitu kayu-kayu yang dipergunakan un
tuk bahan bakar bagi keperluan rumah tangga, pa -
brik-pabrik, dan lain-lain. Kayu bakar ini biasa-
nya diambil dari bagian-bagian pohon yang tidak
dapat dijadikan kayu perkakas atau dari jenis ka
yu yang memang tidak baik untuk perkakas;
d. kayu lapis, yang sekarang telah dieksport pula ke
berbagai negara.
Kecuali beberapa macam hasil hutan yang telah di-
sebutkan di atas, masih banyak lagi benda-benda yang di-
kenal sebagai hasil hutan. Jenis hasil hutan ini biasa -
nya diusahakan oleh masyarakat sekitar hutan atau diusa-
hakan oleh pihak kehutanan, antara lain lak, gondorukem,
terpentin, bahan penyamak kulit, damar, sutera alam, dan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
21
sebagainya.
2. Manfaat Tidak Langsung.
Di samplng fungsi produksi, hutan masih mempunyai
beberapa manfaat yang tidak kecil artinya. Manfaat-man-
faat tersebut antara lain :
a* sebagai pelindung.
Yang dimaksud fungsi hutan sebagai pelindung ada-
lah untuk menjaga mutu lingkungan hidup, teruta-
ma kepentingan umat manusia. Dengan keadaan ling
kungan yang baik, kehidupan manusia tidak akan
terganggu, bahkan sebaliknya lebih terjamin. Da-
lara hal ini, manfaat hutan adalah untuk menjaga
kesuburan tanah dan menjaga tata air (fungsi hi-
dro orologie). Akibat banyak tangkai-tangkai, da-
han-dahan, daun-daun yang jatuh, maka tanah hutan
lama kelamaan menjadi gerabur, karena tanah gembur
inilah air hujan lebih mudah meresap ke dalam ta
nah dan tidak mengalir di atas tanah. Keadaan ini4
dapat mengurangi atau mencegah erosi dan banjir,
juga pada musim kemarau masih terdapat air. Jelas
di sini, bahwa hutan dapat mengatur air;
b. untuk rekreasi.
Hutan dapat mewujudkan keindahan atau pemandangan
yang menyenangkan. Banyak tempat-tempat rekreasi
di dekat hutan, karena di situ dapat menikmati
keindahan alam;
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
c. untuk strategi dan pertahanan nasional*
Manfaat hutan untuk strategi dan pertahanan nasi
onal ini raeraang hanya dirasakan pada waktu negara
menghadapi serangan dari luar, tetapi hal itu ti
dak mengurangi fungsi hutan tersebut. Fungsi ini
juga telah dirasakan pada waktu bangsa Indonesia
mempertahankan kemerdekaannya dan berterapur mela-
wan penjajah;
d. penghasil oksigen dan udara bersih.
Sebagaimana tumbuh-turabuhan pada umumnya, pohon-
pohon di hutan juga menghasilkan oksigen. Walau
penghasil oksigen itu tidak hanya hutan, tetapi
dapat dirasakan bagaimana seandainya tidak ada
hutan.
Uraian di atas melukiskan bagaimana pentingnya
arti hutan bagi kehxdupan manusia. Memang, kalau hanya
mengetahud sepintas saja, hutan merupakan kawasan yang
hanya berturabuhan pepohonan yang tidak perlu diinjak.
Tetapi begitu kita mengerti dan memahami apa dan bagai-
mana hutan itu, akan terasa besar manfaatnya bagi kehi-
dupan kita dan kita tidak dapat membayangkan bagaimana
seandainya lingkungan hutan tersebut rusak atau tidak a-
da hutan di dalam kehidupan kita ini. Oleh sebab itu,
tugas kitalah untuk tetap memelihara serta melestarikan
lingkungan hutan.
22
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
TINJAUAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN
B A B III
Penggalian kekayaan alam yang berupa hutan secara
intensif adalah merupakan suatu unsur pelaksanaan dari
pada pembangunan nasional. Diharapkan, raelalui Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) raaupun Penanaman Modal Asing
(PMA), semakin besar rainat para pengusaha untuk menanam-
kan modalnya di bidang kehutanan. Dengan ikut sertanya
modal swasta, maka dimungkinkan pengusahaan hutan secara
intensif. Hal ini 6elaras dengan apa yang diutarakan o-
leh Presiden Soeharto di dalam MUNAS APK1ND0 Juli 1985*
pada kesempatan itu beliau mengatakan bahwa sumber daya
alam harus dapat dimanfaatkan dalam pembangunan ekonomi,
sebab tanpa itu pembangunan akan berjalan lambat dan ke-o
kayaan alam tidak akan punya arti bagi kehidupan bangsa.
Akan tetapi, dalam memanfaatkan sumber daya alam
khususnya sumber daya alam hutan, kita harus tetap mem-
perhatikan kelestariannya, Untuk itu, tepatleh kiranya
Pemerintah di dalam mengambil kebijaksanaan dengan menge-
luarkan peraturan tentang hak pengusahaan hutan.
A. Pengertian jjak Pengusahaan Hutan
Sebagai tindak lanjut dalam rangka pengusahaan hu-
^"Presiden Di Depan MUNAS APKINDO", Merdeka. 27 Juli 1935, h. 1.
23
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
tan sebagairaana yang dikehendaki di dalam Undang-undang
No. 5 Tahun 1967, maka dikeluarkanlah peraturan pelaksa-
naannya yaitu Peraturan Peraerintah No. 21 Tahun 1970
tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Peraungutan Hasil Hutan.
Dalam pasal 1 ayat (1) peraturan tersebut dirurauskan,
bahwa yang diraaksud dengan hak pengusahaan hutan, yang
selanjutnya disingkat HPH, adalah :
hak untuk mengusahakan hutan di dalam suatu kawasan hutan yang meliputi kegiatan-kegiatan penebangan kayu, permudaan dan pemeliharaan hutan, pengelolaan dan pemasaran hasil hutan sesuai dengan Rencana Kar- ya Pengusahaan Hutan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan asas kelestarian hutan dan asas perusahaan.
Dengan demikian, pengertian HPH adalah memberi wewenang
kepada pemegang hak tersebut untuk menebang kayu dalam
areal hutan tertentu, mengangkut serta memasarkannya.
Pengertian HPH sebagairaana yang telah diuraikan
di atas haruslah dibedakan dengan pengertian hak pemu -
ngutan hasil hutan. Pasal 1 ayat (5) Peraturan Pemerin-
tah No. 21 Tahun 1970 menyebutkan, bahwa yang dimaksud
dengan hak pemungutan hasil hutan adalah :
hak untuk menebang menurut kemampuan yang meliputi areal hutan paling luas 100 (seratus) hektar untuk jangka waktu selama-lamanya 2 (dua) tahun serta untuk mengarabil kayu dan hasil hutan lainnya dalam jumlah yang ditetapkan dalam surat izin yang bersang- kutan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan.
Di samping itu, antara kedua hak tersebut masih
ada perbedaannya, yaitu dalam hal pemberian hak-hak ter
sebut. HPH diberikan oleh Menteri Kehutanan (dulu Mente-
2if
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
ri Pertanian) setelah mendengar pendapat dari gubernur
kepala daerah propinsi yang bersangkutan, sedangkan hak
pemungutan hasil hutan cukup diberikan oleh gubernur ke
pala daerah propinsi yang bersangkutan sesuai dengan pe-
tunjuk yang diberikan oleh Menteri Kehutanan (dulu Men -
teri Pertanian).^
Hak pengusahaan hutan bukanlah hak atas tanah,
melainkan hak keagrariaan, karena tidak memberikan wewe-
nang untuk mempergunakan tanah dalam areal hutan yang di
usahakannya itu. Akan tetapi, apabila mereka membutuhkan
tanah untuk keperluan-keperluan yang ada hubungannya de
ngan pengusahaan hutan tidak perlu mengajukan permohon-
an dan tidak perlu pula dikeluarkan surat keputusan pem-
berian hak atas tanah.^ Hal ini telah disepakati oleh
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian (sebelum ada-
nya Departemen Kehutanan), bahwa pemegang HPH boleh mem
pergunakan tanah negara yang terdapat di kawasan hutan
yang diusahakannya, sepanjang untuk keperluan yang ber-
hubungan langsung dengan pengusahaan hutan. Keperluan-
keperluan tersebut antara lain untuk tempat penimbunan
kayu, perkantoran, tempat tinggal karyawan, tempat peng-
25
^Abdurrahman, Tebaran Pikiran Mengenai Hukum Agra- ria, Alurani, Bandung, 1985, h. 197.
^Boedi Harsono, UUPA Se.jarah Penyusunan, Isi dan pelaksanaann.ya. Bag, I, Jil. I I , ’jam bat an*,- JakartaT, 1971,h. 335.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
gergajian atau untuk menanami bahan makanan guna memenuhi
kebutuhan karyawan perusahaan sendiri.
Hak pengusahaan hutan Ini hanya dapat diberikan
untuk kawasan hutan produksi, tidak termasuk hutan lin-
dung maupun hutan-hutan yang mempunyai fungsi proteksi
dan tidak dibebani hak-hak lain. Juga hanya dapat diberi
kan atas kawasan hutan yang di atasnya terdapat tegakan
h u t a n . Y a n g dimaksud tegakan hutan hutan di sini ada
lah sekelompok pohon yang mempunyai ciri-ciri seragam,
yaitu mengenai jenis, umur, dan ukurannya.
Di dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1967 tidak di-
sebutkan jangka waktu pemberian HPH, tetapi dapat kita
lihat di dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970
pasal 10 ayat (1) : "flak pengusahaan hutan diberikan un
tuk jangka waktu paling lama 20 tahun dan dapat diper -
panjang apabila tidak bertentangan dengan kepentingan u-
mum". Jangka waktu tersebut di atas juga disebutkan di
dalam surat keputusan pemberian haknya. Luas areal yang
diberikan juga tidak ada pembatasannya di dalam undang-
undang. Umumnya lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) hektar,
luas yang diberikan itu disebutkan di dalam surat kepu
tusan HPH. Setelah dilakukan pengukuran-pengukuran semes-
tinya, maka areal itu dilukiskan pada suatu peta batas
26
^Wawancara dengan Bapak Kamdiya Adisoesanto Kepa- la Biro Hukum Departemen Kehutanan Jakarta, tanggal 10 Oktober 1985.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
27
yang dikeluarkan oleh direktorat jenderal kehutanan atas
beaya pemegang hak.
B. Ketentuan-kotentuan Hukum Hak Pengusahaan Hutan
Mengingat pentingnya pengusahaan hutan juga untuk
menjaga kelestarian hutan, maka pemberian HPH disertai
beberapa syarat dan kewajiban terhadap pemegang hak peng
usahaan tersebut. Oleh karena itu, guna member! landaean
hukum bagi pelaksanaan pemberian HPH, ketentuan persya-
ratan dan kewajiban-kewajiban yang dipandang penting per
lu ada peraturan hukum yang mengaturnya tersendiri.
Peraturan yang mengatur tentang pengusahaan hutan
tersebut antara lain :
1. Undang-undang No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kehutanan. Undang-undang tersebut
dimaksudkan sebagai landasan formil dalam pelak
sanaan pemanfaatan hutan secara optimal untuk ke-
sejahteraan seluruh rakyat, di samping itu untuk
menjaga kelestarian hutan dari tindakan yang ti
dak bertanggungjawab. Dalam Undang-undang No. 5
Tahun 1967, masalah pengusahaan hutan diatur di
dalam pasal 13 dan pasal lif.
Pasal 13 menyatakan :
(1) Pengusahaan hutan bertujuan untuk memperoleh
dan meninggikan produksi hasil hutan guna
pembangunan ekonomi nasional dan kemakmuran
rakyat.
1
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
(2) Pengusahaan hutan diselenggarakan berdasarkan
asas kelestarian hutan dan asas perusahaan
menurut rencana karya atau bagan kerja terse
but pada pasal 8, dan meliputi : penanaman,
pemeliharaan, pemungutan hasil, pengelolaan,
dan pemasaran hasil hutan.
Pasal 8 yang diraaksud mengatakan :
(1) Guna mengetahui modal kekayaan alam yang be-
rupa hutan di seluruh wilayah Pepublik Indo
nesia diselenggarakan inventarisasi hutan gu
na keperluan perencanaan Pembangunan Proyek-
proyek Kehutanan secara nasional dan raenyelu-
ruh.
(2) Untuk pengusahaan hutan tertentu secara les-
tari dan tertib, perlu disusun suatu rencana
karya atau bagan kerja untuk jangka waktu
tertentu yang harus didahului dengan penataan
hutan,
Kemudian dalam pasal 14 diatur pula :
(1) Pada dasarnya pengusahaan hutan Negara dila-
kukan oleh Negara dan dilaksanakan oleh Peme-
rintah, baik Pusat maupun Daerah berdasarkan
undang-undang yang berlaku.
(2) Pemerintah dapat bersama-sama dengan pibak la
in menyelenggarakan usaha bersama dalam bidang
kehutanan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
(3) Kepada Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah
dan Perusahaan Swasta dapat diberikan Hak
Pengusahaan Hutan.
(4) Kepada Warganegara dan Badan Hukum Indonesia
yang seluruh modalnya dimiliki oleh Wargane
gara Indonesia dapat diberikan hak pemungutan
hasil hutan,
(5) Pemberian hak-hak tersebut pada ayat (3) dan
(4) pasal ini diatur lebih lanjut dengan Per
aturan Pemerintah.
Kalau kita raelihat pada pasal 13 ayat (1) nampak
adanya asas perspektif yaitu keinginan atau hara-
pan-harapan baik diraasa depan, sedangkan ayat (2)
nya melukiskan asas operasional yaitu operasional
dari pengusahaan hutan yang mengarah kepada usaha
pelestarian hutan dan pengelolaan hutan yang te-
pat. Pasal lk ayat (2), (3) dan (4) raenurut pen-
dapat saya, menunjukkan adanya keterbatasan Peme
rintah di dalam mengelola pengusahaan hutan. Oleh
karena itu, dengan ikut sertanya perusahaan-peru-
sahaan baik negara, daerah maupun swasta diharap-
kan hutan dan kekayaan alam yangbterkandung di
dalamnya dapat dikelola secara optimal*
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1967 tentang I-
uran Hak Pengusahaan Hutan dan luran Hasil Hutan.
Sekalipun Pemerintah belum raenetapkan suatu pera-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
turan khusus yang mengatur tentang pengusahaan
hutan, namun tujuh bulan setelah diundangkannya
Undang-undang tentang Pokok Kehutanan, oleh Peme-
rintah telah diundangkan Peraturan Pemerintah No.
22 Tahun 1967, yang mengatur tentang masalah iu-
ran HPH (licence fee) dan iuran hasil hutan (ro
yalties). Peraturan tersebut keraudian diubah de
ngan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1980.
3. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 tentang
Hak Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan.
Sebagai tindak lanjut dari ketentuan pasal 1^ a-
yat (5) Undang-undang No. 5 Tahun 1967, maka di-
undangkanlah Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun
1970. Dalam peraturan tersebut diatur secara ga-
ris besar mengenai HPH dan hak pemungutan hasil
hutan, kewajiban pemegang HPH dan pemegang halt
pemungutan hasil.hutan, pemberian HPH dan hak pe
mungutan hasil hutan, hapusnya HPH, serta sanksi-
sanksi pelanggaran ketentuan HPH. Namun, sejalan
dengan semakin meningkatnya kegairahan usaha di-
bidang eksploitasi hutan, maka perlu diadakan
perubahan mengenai ketentuan dari pasal 9 Pera
turan Pemerintah No. 21 Tahun 1970. Pasal 9 ter
sebut diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 18
Tahun 1975 tentang Perubahan Pasal 9 Peraturan
Pemerintah No. 21 Tahun 1970 Tentang Hak Pengusa-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
haan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan.
4. Keputusan Presiden No. 20 Tahun 1975 tentang Ke-
bijaksanaan Di Bidang Pemberian Hak Pengusahaan
Hutan. Sehubungan dengan diundangkannya Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1975, maka dipandang per-
lu untuk menetapkan kebijaksanaan baru di bidang
pemberian HPH. Oleh karena itu, dikeluarkanlah
Keputusan Presiden No. 20 Tahun 1975- Peraturan
tersebut menentukan bagaimana para pemegang HPH
melaksanakan pengelolaannya, yang secara garis
besar dapat kita lihat di bawah ini :
a. pemegang HPH pada dasarnya mengusahakan
sendiri areal hutan yang dikuasakan kepa-
danya;
b. pemegang HPH dapat bekerja sama dengan
perusahaan nasional di bidang pemungutan
hasil hutan atas dasar hubungan kontrak;
c. pemegang HPH dapat bekerja sama dengan
perusahaan nasional maupun asing di bidang
pemungutan dan pengolahan hasil hutan da
lam bentuk perusahaan campuran (joint en
terprise) ;
d. kerja sama tersebut tidak boleh berakibat
beralihnya HPH kepada perusahaan campuran
dimak6ud.
5. Keputusan Presiden No. 35 Tahun 1980 tentang Dana
31
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
Jaminan Reboisasi Dan Permudaan Hutan Areal Hak
Pengusahaan Hutan. Dana reboisasi dalara Keputus-
an Presiden tersebut dimaksudkan untuk menjamin,
agar kegiatan reboisasi dan permudaan hutan serta
pengawasannya dapat terlaksana dengan baik.
6. Keputusan Presiden No. 77 Tahun 1985 tentang Pe-
ngenaan, Pemungutan, Dan Perabagian Iuran Hasil
Hutan. Keputusan Presiden tersebut sebagai pe-
nyempurnaan dari pemungutan iuran hasil hutan
yang telah dilaksanakan selama ini. Sebelum Kepu
tusan Presiden No. 77 Tahun 1985 dikeluarkan, da-
sar pemungutan iuran hasil hutan adalah Keputusan
Presiden No. 55 Tahun 197^ tentang Pelaksanaan
Pungutan Dan Perimbangan Pembagian Penerimaan I-
uran Hasil Hutan Dan Iuran Pembangunan Daerah (I-
PEDA), yang kemudian diubah dengan Keputusan Pre
siden No. 37 Tahun I960.
7. Beberapa Keputusan Menteri dan peraturan lainnya.
Sobagai pelaksanaan dari pada ketentuan-ketentuan
tentang HPH, telah dikeluarkan beberapa keputusan
dari Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan dari
Direktur Jenderal Kehutanan, yang antara lain :
a. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 11/
3/1968 tanggal 14 Maret I968, tentang Pe
laksanaan Perabayaran Iuran HPH dan Iuran
Hasil Hutan;
32
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
b. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 365/
Kpts-II/1985 tentang Pelaksanaan Keputusan
Presiden No. 77 Tahun 1985 Tentang Penge-
naan Pemungutan Dan Pembagian Iuran Hasil
Hutan;
c* Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan
No. 189/Kpts./DJ/I/1980 tentang Pedoman
Pengumpulan, Pengerabalian dan Penggunaan
Dana Jaminan Reboisasi dan Permudaan Areal
Hak Pengusahaan Hutan;
d. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan
No. lifl/Kpts./DJ/I/81 tentang Penyempurna-
an dan Perubahan Penyelesaian Permohonan
Hak Pengusahaan Hutan.
C. Subyek Hukum Pemegang Hak Pengusahaan Hutan
Pada dasarnya pengusahaan hutan negara dilakukan
oleh negara dan dilaksanakan oleh Pemerintah, baik pusat
maupun daerah. Realisasinya, pengusahaan hutan tersebut
di pulau Jawa oleh Pemerintah diserahkan kepada Perum
Perhutani yang merupakan perusahaan milik negara. Berda
sarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1972 dan Pera
turan Pemerintah No. 2 Tahun 1978, wilayah pengusahaan
hutan di Jawa dibagi menjadi 3 unit produksi perusahaan
umum kehutanan negara, yaitu dengan wilayah kerja yang
meliputi :
a. seluruh areal hutan di Daerah Tingkat I Jawa Te-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
ngah dan disebut Unit I Perum Perhutani;
b. seluruh areal hutan di Daerah Tingkat I Jav/a Ti
mur dan disebut Unit II Perum Perhutani;
c. seluruh areal hutan di Daerah Tingkat I Jawa Ba-
rat dan disebut Unit III Perum Perhutani.
Tiap-tiap unit dipimpin oleh kepala unit yang berkedu-
dukan di ibukota propinsi dan bertanggungjawab kepada
Direktur Utaraa Perum Kehutanan yang berkedudukan di Ja
karta, Berarti di sini pemegang HPH di Jawa adalah Perum
Kehutanan Pusat, sedangkan pelaksananya adalah ketiga u-
nit tersebut yang di tingkat II dilaksanakan oleh KPH
(Kesatuan Pemangkuan Hutan)* Perhutani, di samping seba
gai pemegang hak pengelolaan juga merupakan perusahaan,
hal ini terlihat dari kedudukan kepala kesatuan pemang
kuan hutan yang merangkap sebagai administratur.
Untuk pengusahaan hutan di luar Jawa, Pemerintah
dapat bersama-sama dengan pihak lain menyelenggarakan u-
saha bersama di bidang kehutanan. Undang-undang Pokok
Kehutanan (UU No, 5 Tahun 1967) pasal lif ayat (3) menye-
butkan, bahwa HPH dapat diberikan kepada :
a. perusahaan negara;
b. perusahaan daerah;
c. perusahaan sv/asta.
Di dalam pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun
1970 lebih ditegaskan lagi, bahwa HPH dapat diberikan ke
pada :
3*f
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
a. perusahaan milik negara;
b. perusahaan swasta;
c. perusahaan campuran.
Pada bagian penjelasan dari peraturan tersebut dinyata-
kan, yang dimaksud dengan perusahaan milik negara adalah
perusahaan milik Pemerintah pusat maupun daerah yang di-
dirikan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Dalam hal perusahaan swasta, yang dimaksud adalah peru
sahaan swasta nasional maupun perusahaan swasta asing
yang berbadan hukum Indonesia. Sedangkan yang dimaksud
dengan perusahaan campuran adalah usaha bersama antara
perusahaan milik negara atau perusahaan swasta nasional
dengan perusahaan swasta asing, atau perusahaan milik
negara dengan perusahaan swasta nasional dengan mendiri-
kan badan hukum Indonesia.
Namun, sesuai dengan perkembangan sekarang, maka
kepada perusahaan nasional di bidang kehutanan telah
mungkin diberikan peranan yang lebih besar di dalam
pengusahaan hutan. Oleh 6ebab itu, ketentuan pasal 9 da
ri Peraturan Pemerintah No, 21 Tahun 1970 diubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1975* sehingga berbu
nyi :
(1) Hak Pengusahaan Hutan dapat diberikan kepada :
a. perusahaan milik negara;
b. perusahaan swasta nasional yang berbentuk
perseroan terbatas (PT).
35
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
(2) Dalam hal dianggap perlu, maka penyimpangan ter-
hadap ketentuan tersebut dalam ayat (1) ditetap-
kan oleh Presiden.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa yang dimaksud dengan per
usahaan milik negara adalah badan usaha negara baik da
lam bentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN), perusahaan Umum
(PERUM), atau Perusahaan Perseroan (PERSERO), dan peru
sahaan daerah yang didirikan berdasarkan peraturan per-
undang-undangan yang berlaku. Kemudian yang dimaksud de
ngan perusahaan swasta nasional adalah perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas, yang seluruh saham-saham-
nya berada dalam pemilikan warganegara Indonesia.
Kalau melihat uraian di atas, maka dengan diubah-
nya ketentuan pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun
1070 oleh Peraturan Pemerintah No, 18 Tahun 1975, nampak
bahwa perusahaan asing sudah tidak dapat lagi melakukan%
pengusahaan hutan di Indonesia. Akan tetapi, apabila me
lihat lebih lanjut ketentuan Peraturan Pemerintah No. 18
Tahun 1975 pasal 9 ayat (2), perusahaan asing tersebut
masih dapat melaksanakan pengusahaan hutan. Hal ini se-
suai dengan ketentuan yang tercantum di dalam pasal 5
Keputusan Presiden No. 20 Tahun 1975 yang menentukan,
bahwa perusahaan asing dan perusahaan nasional lain yang
turut serta dalam kerja sama di bidang pengusahaan hutan
atas dasar hubungan kontrak maupun dalam bentuk perusaha
an campuran tetap diberikan fasilitas berdasarkan Undang-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
undang No. 1 Tahun 1967 jo. Undang-undang No. 11 Tahun
1970 dan Undang-undang No. 6 Tahun 1968 jo. Undang-un
dang No. 12 Tahun 1970, yaitu tentang Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Di dalam surat keputusan pemberian HPH, salah sa-
tu ketentuannya menyebutkan, bahwa HPH tidak dapat di-
pindah tangankan dalam bentuk apapun kepada pihak keti-
ga. Selanjutnya, apabila melihat ketentuan dari Keputus-
an Presiden No. 20 Tahun 1975 disebutkan, bahwa kerja
sama antara pemegang HPH dengan perusahaan nasional la
innya ataupun dengan perusahaan asing tidak boleh bera-
kibat beralihnya HPH kepada perusahaan campuran tersebut.
Tujuan dari ketentuan-ketentuan di atas dimaksudkan, agar
jangan sampai perusahaan yang telah meraperoleh HPH kemu-
12dian menjual izin tersebut kepada perusahaan lain. A-
kan tetapi, hal ini tidak menutup celah-celah tirabulnya
pengertian penguasaan HPH secara forrail dan materiil.
Artinya, secara formil HPH memang tidak beralih, tetapi
secara materiil dengan adanya ketentuan bahwa perusahaan
swasta nasional yang dapat memperoleh HPH adalah perusa
haan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), maka mela-
lui cara pemilikan saham dari sorang pesero memungkinkan
^Wav/ancara dengan Bapak Kamdiya Adisoesanto Ke- pala Biro Hukum Departemen Kehutanan Jakarta, tanggal 10 Oktober 1985.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
adanya perpindahan HPH tersebut.1^ Terlebih-lebih apabi-
la hal ini dihubungkan dengan ketentuan dari pasal 5 Ke
putusan Presiden No. 20 Tahun 1975 yang telah diuraikan
di atas.
Larangan beralihnya HPH kepada pihak ketiga ter
sebut ternyata di dalam prakteknya tidak sesuai dengan
peraturan atau ketentuan yang ada, hal ini terbukti bah
wa ternyata dengan persetujuan Menteri Kehutanan (dulu
Menteri Pertanian) HPH dapat beralih ke tangan pihak ke
tiga.
38
*^-\awancara dengan Bapak Soenarto dari PT. Dwima- jaya Utama Jakarta, tanggal 7 Oktober 1985.
^^fawancara dengan Bapak Haryono dari PT. Dwima- jaya Utama Jakarta, tanggal 7 Oktober 1985.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
CARA MEMPEROLEH HAK PENGUSAHAAN HUTAN
SERTA HAK DAN KEIVAJIBANNYA
Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 5 Tahun
1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan, yang
mengatur juga tentang pengusahaan hutan serta dikeluar
kannya undang-undang penanaman modal asing dan penanam-
an modal dalam negeri, maka pengusahaan hutan di Indone
sia mengalami perkembangan yang sangat pesat sehubungan
dengan besarnya minat para pengusaha untuk menanamkan
modalnya di bidang kehutanan. Di samping itu, mengingat
pentingnya pengusahaan hutan dan dalam rangka menjaga
kelestarian hutan, jangan sampai para pengusaha tersebut
mengambil hasil hutan eecara serampangan, maka pemberian
HPH disertai dengan berbagai syarat dan kewajiban bagi
pemegang HPH. Di dalam BAB IV ini yang akan saya bahas
adalah cara memperoleh HPH di luar Pulau Jawa. Sedangkan
pengusahaan hutan di Pulau Jawa, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 15 Tahun 1972 dan Peraturan Pemerintah
No. 2 Tahun 1978 diserahkan kepada Perum Perhutani seba-
gaimana yang telah diuraikan di dalam bab sebelumnya.
Di samping sebagai pengelola, Perhutani juga sebagai pe-
laksana tunggal pengusahaan hutan di Pulau Jawa. Oleh
karena itu, secara otomatis tanpa mengajukan permohonan
Perhutani adalah pelaksana dan pemegang HPH di Pulau Ja-
39
B A B IV
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
wa, sehingga sebagian besar peraturan-peraturan yang
mengatur tentang pengusahaan hutan serta persyaratannya
tersebut ditujukan untuk pengusahaan hutan di luar Pulau
Jawa. Di dalam bab ini selanjutnya akan saya uraikan ba
gaimana cara memperoleh HPH.
A. Prosedur Mendapatkan Hak Pengusahaan Hutan
Menurut pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.
21 Tahun 1970, syarat dan cara mengajukan permohonan
serta cara memberikan HPH ditetapkan oleh Menteri Perta-
nian (sekarang Menteri Kehutanan). Tentang bagaimana
prosedur untuk mendapatkan HPH telah diberikan suatu pe-
doman oleh Direktur Jenderal Kehutanan dalam keputusan-
nya No. 2083/A-2/DD/1971 ‘tentang Pedoman Prosedur Penye-
lesaian Permohonan Hak Pengusahaan Hutan, yang kemudian
diubah dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutan
an No. l/fl/Kpts/DJ/81 tentang Penyempurnaan dan Perubah-
an Prosedur Penyelesaian Permohonan Hak Pengusahaan Hu
tan.
Tata cara mengajukan permohonan untuk mendapatkan
HPH sampai memperoleh surat keputusan pemberian hak ada
lah sebagai berikut :
1. permohonan.
Permohonan disampaikan dalam rangkap 2 (dua) ke
pada Direktur Jenderal Kehutanan dengan dileng-
kapi lampiran dokumen-dokumen yang masing-masing
rangkap 2 (dua) terdiri dari :
40
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
a. peta areal yang diminta;
b. akte perusahaan;
c. bagan organisasi perusahaan;
d. referensi bank;
e. balance/neraca perusahaan;
f. izin usaha perusahaan;
g. keterangan fiscal.
Tembusan permohonan tersebut disampaikan kepada :
a. gubernur kepala daerah propinsi yang ber
sangkutan tempat areal tersebut terletak;
b. direktur bina program pada direktorat jen-
deral kehutanan;
c. direktur bina produksi pada direktorat jen
deral kehutanan;
d. direktur tertib pengusahaan hutan pada di
rektorat jenderal kehutanan;
e. dinas kehutanan propinsi yang bersangkutan
pertimbangan.
Pertimbangan sepenuhnya atas permohonan itu ada
pada Direktur Jenderal Kehutanan. Bila dianggap
perlu Direktur Jenderal Kehutanan mengadakan ra-
pat staf terbatas yang terdiri dari :
a. sekretaris direktorat jenderal kehutanan;
b. direktur bina program kehutanan;
c. direktur bina produksi kehutanan;
d. direktur tertib pengusahaan hutan;
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
e. direktur perlindungan dan pengawetan alam;
f. aparatur lain yang dianggap perlu,
Rapat tersebut diadakan untuk mempertimbangkan/
menilai apakah perusahaan yang mengajukan permo
honan itu memenuhi syarat-syarat yang diperlukan
baik mengenai kemampuan tehnis maupun kemampuan
finansiil/bonafiditas. Di sini diadakan pula
checking apakah areal yang dimohon oleh perusaha
an tersebut masih bebas dan memungkinkan untuk
diusahakan sebagai areal HPH.
3. checking areal.
Apabila di dalam pertimbangan permohonan dinilai
memenuhi syarat serta areal memungkinkan untuk
dicadangkan sebagai areal kerja HPH, maka direk
tur jenderal kehutanan memberikan instruksi kepa
da direktur bina program kehutanan untuk menyiap-
kan peta areal tersebut sebagai lampiran surat
clearing areal kepada gubernur kepala daerah yang
bersangkutan.
4. clearing areal ke daerah.
Direktur jenderal kehutanan membuat surat clearing
areal kepada gubernur kepala daerah tingkat satu
yang bersangkutan untuk meminta rekomendasi atas
areal yang dimohon tersebut.
5. instruksi orientasi (flight survai) dan survai
lapangan.
42
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
Berdasarkan rekomendasi dari gubernur kepala da
erah yang bersangkutan, direktur jenderal kehu
tanan mengeluarkan instruksi kepada perusahaan
yang bersangkutan untuk roengadakan orientasi
(flight survai) dan/atau survai lapangan bersama-
sama dengan direktorat bina program kehutanan.
6. penetapan areal kerja HPH dan annual allowable
cut.
Berdasarkan hasil survai tersebut, maka direktur
bina program kehutanan menetapkan peta areal ker
ja HPH dan Annual Allowable Cut (AAC) untuk peru
sahaan yang bersangkutan.
?, surat keputusan tentang penetapan pencadangan a-
real kerja dan ketentuan persyaratan pelaksanaan
HPH (surat keputusan).
Setelah ada penetapan areal kerja HPH dan AAC,
direktur jenderal kehutanan menginstruksikan ke
pada perusahaan untuk memenuhi syarat-syarat guna
memperoleh surat keputusan tentang penetapan pen
cadangan areal kerja dan ketentuan persyaratan
pelaksanaan HPH. Kemudian sekretaris direktorat
jenderal kehutanan memberikan keterangan bonafi-
ditas perusahaan yang bersangkutan setelah peru
sahaan memenuhi persyaratan-persyaratan dan me-
lengkapi dokumen-dokumen :
a. akte perusahaan;
43
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
b. bagan organisasi perusahaan;
c. referensi bank;
d. balance/neraca perusahaan;
e. izin usaha perusahaan;
f. keterangan fiscal.
Direktur bina produksi kehutanan menetapkan be-
sarnya investasi perusahaan tersebut serta menen-
tukan persyaratan tentang industri perkayuan yang
wajib didirikan oleh perusahaan tersebut, Setelah
itu, direktur tertib pengusahaan hutan cq. sub
direktorat tertib penata usahaan kehutanan menyi-
apkan bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka a-
kan diterbitkannya surat keputusan tentang pene-
tapan pencadangan areal kerja dan ketentuan per
syaratan pelaksanaan HPH (surat keputusan) bagi
perusahaan yang bersangkutan, antara lain peme-
riksaan dokumen perusahaan dan mempersiapkan
draft surat keputusan,
8. penandatanganan surat keputusan.
Setelah pembahasan draft lampiran surat keputusan
selesai, maka hasil pembahasan oleh direktorat
tertib pengusahaan hutan diserahkan kepada sekre-
tariat direktorat jenderal kehutanan untuk dapat
ditandatangani oleh direktur jenderal kehutanan
dan perusahaan yang bersangkutan yang diwakili o-
leh direktur utama menandatangani lampiran surat
kk
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
keputusan dengan kesanggupan untuk mematuhi dan
roelaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum
di dalamnya.
9. pengajuan surat keputusan kepada Menteri Kehutan
an.
Setelah surat keputusan ditandatangani, dengan
surat pengantar dari direktur jenderal kehutanan,
surat keputusan beserta lampiran-lampirannya di-
ajukan kepada Menteri Kehutanan untuk dimohonkan
persetujuan, pengajuan permohonan tersebut disi-
apkan oleh direktorat tertib pengusahaan hutan,
10. penagihan iuran HPH (licence fee)
Setelah ada persetujuan dari Menteri Kehutanan
atas surat keputusan tersebut, maka perusahaan
diwajibkan memenuhi pembayaran iuran HPH sesuai
dengan ketentuan surat keputusan. Penagihan iuran
tersebut dilakukan oleh direktorat bina produksi
kehutanan.
11, penerbitan surat keputusan HPH,
Sesudah iuran HPH dibayar sesuai dengan penagihan,
maka direktorat jenderal kehutanan atas nama Men
teri Kehutanan mengeluarkan surat keputusan HPH.
Surat keputusan HPH ialah izin beserta ketentuan-
45
"^Contoh Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan (HPH), selanjutnya lihat lampiran.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
ketentuan yang diberikan oleh Menteri Kehutanan untuk
melaksanakan pengusahaan hutan. Di dalam surat keputusan
tersebut dicantumkan juga jangka waktu pemberian HPH,
luas areal, letak hutan yang diberikan hak pengusahaan,
hak-hak dan kewajiban dari pemegang HPH serta ketentuan-
ketentuannya.
B. Hak Dan Kewajiban Dari Pemegang Hak Pengusahaan Hutan
Dengan diberikannya suatu halt berarti sudah di-
tentukan hak-hak apa yang dimiliki oleh pemegang hak
tersebut. Di samping itu, setiap pemberian hak akan me-
nimbulkan kewajiban bagi pemegang hak. Begitu pula de
ngan pemberian HPH juga akan menimbulkan hak dan kewa
jiban bagi pemegang HPH tersebut.
Hak dari pemegang HPH adalah mengelola areal kon-
sosinya dan mengambil hasil hutan, eepanjang tidak me-
langgar ketentuan-ketentuan pokok kehutanan, yaitu ;
a. menebang kayu;
b. mengolah;
c. mengangkut,serta
d. memasarkannya.
Hak-hak tersebut di atas juga dicantumkan di dalam surat
keputusan pemberian hak.
Sedangkan kewajiban dari pemegang HPH, di samping
sebagaimana yang telah ditentukan di dalam surat keputus
an Menteri Kehutanan (dulu Menteri Pertanian) tentang
pemberian HPH yang mengikat secara mutlak bagi pemegang
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
hak tersebut, juga didasarkan atas ketentuan yang ada di
dalam peraturan perundangan mengenai pengusahaan hutan.
Kewajiban-kewajiban dari pemegang HPH tersebut antara
lain :
a. wajib membayar iuran HPH (licence fee);
b. wajib membayar iuran hasil hutan (royalties);
c. v/ajib membayar uang jarainan (performance bond)
sebagai syarat untuk penandatanganan surat kepu
tusan HPH;
d. wajib membayar dana reboisasi;
e. v/ajib melaksanakan sendiri pengusahaan hutan;
f. wajib membangun prasarana-prasarana untuk dapat
melaksanakan eksploitasi hutan, antara lain :
1. jalan-jalan;
2. d ermaga-dermaga;
3. jembatan dan sebagainya.
g. wajib membangun industri pengolahan kayu;
h. wajib melaksanakan pengurusan dan pengamanan hu
tan dalam wilayah pengusahaannya, yaitu antara
lain :
1. permudaan hutan;
Z. pencegahan kebakaran;
3. pencegahan banjir dan erosi;
/f. pemeliharaan mata air;
5. perlindungan alam dan pengawasan perburuan
dan lain-lain.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
wajib membuat rencana karya pengusahaan hutan
yang terdiri dari :
1. rencana karya tahunan yang harus diserah-
kan untuk disetujui Menteri Kehutanan (du-
lu Menteri Pertanian) 2 bulan sebelum pe-
nebangan dimulai;
2. rencana karya lima tahunan yang harus di-
serahkan untuk disetujui Menteri Kehutanan
dalam waktu 1 (satu) tahun setelah dikelu-
arkannya surat keputusan HPH;
3. rencana karya pengusahaan hutan yang meli
puti seluruh jangka waktu pengusahaan hu
tan yang harus diserahkan untuk disetujui
Menteri Kehutanan dalam waktu 3 (tiga) ta
hun setelah dikeluarkannya surat keputusan
HPH.
wajib bekerja menurut rencana karya yang telah
disahkan;
wajib menaati segala ketentuan di bidang perburuh-
an menurut ketentuan yang berlaku serta wajib mem-
pekerjakan secukupnya tenaga-tenaga ahli kehutan
an yang memenuhi persyaratan, terutama di bidang :
1. perencanaan dan penataan hutan;
2. pongolahan hutan;
3. pengukuran dan pengujian kayu.
wajib member! izin kepada penduduk untuk memungut
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
hasil hutan yang dasarnya dari hak adat;
m, wajib membantu pemerintah daerah dalam melaksana
kan pembangunan masyarakat di dalam areal kerja
pengusahaan dan masyarakat sekitarnya;
n. wajib mematuhi dan memberikan bantuan seluas-lu-
asnya kepada para petugas yang diberi wewenang
untuk mengadakan bimbingan dan pengawasan;
0. wajib memulai kegiatannya secara nyata dan ber-
sungguh-sungguh selambat-lambatnya 180 hari sete
lah dikeluarkannya surat keputusan HPH;
p. melaksanakan kewajiban-kewajiban lain yang diten-
tukan oleh departeraen kehutanan sesuai dengan ke
tentuan yang berlaku.
Di dalam surat keputusan HPH disebutkan, bahwa a-
pabila pemegang HPH ternyata tidak memenuhi kewajibannya
sebagaimana tersebut dalam sub a, b, e, g, h, dan o, ma
ka Menteri Kehutanan berhak mencabut HPHnya. Selain itu,
apabila pemegang HPH ternyata tidak melaksanakan kewa
jiban-kewajiban yang tersebut di dalam sub f dan js maka
Menteri Kehutanan berhak mengurangi luas areal pengusa
haannya,
Selain keharusan melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang telah disebutkan di atas, pemegang HPH diwajibkan
pula memenuhi segala ketentuan dan instruksi yang terda-
pat di dalam lampiran surat keputusan, antara lain :
1. dilarang monebang pohon-pohon buah-buahan, kecuali
49
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
dengan izin khusus;
2. dilarang menebang, merusak, atau melukai pohon-
pohon yang diberi tanda oleh pejabat kehutanan
yang berv/enang, untuk dipelihara sebagai pohon
yang dilindungi, untuk pohon induk, atau dipakai
sebagai tanda batas;
3* dilarang merusak atau mengganggu tempat-tempat
bersejarah, keramat, atau kuburan yang terletak,
di dalam lapangan konsesi;
4. dilarang membeli hasil hutan yang diperoleh tanpa
izin, menerima ganti rugi, atau menerima iuran
hasil hutan dari orang yang diberi izin untuk rae-
mungut hasil hutan di areal pengusahaannya.
Di atas telah disebutkan, bahwa pemegang HPH wa
jib membayar iuran HPH (licence fee) dan iuran hasil hu
tan (royalties), yang diatur lebih lanjut di dalam Pera
turan Pemerintah No. 22 Tahun 1967 yang kemudian diubah
dengan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1980. Di dalam
ketentuan pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1967
dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan iuran HPH adalah
pungutan yang dikenakan kepada pemegang HPH atas suatu
kompleks hutan tertentu dan pungutan tersebut hanya di-
lakukan sekali saja sebelum surat keputusan HPH diterbit-
kan. Sedangkan iuran hasil hutan merupakan pungutan seba
gai pengganti sebagian nilai intrinsik dari hasil hutan
yang dipungut, Iuran HPH ditentukan atas luas areal hu-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
tan, waktu pengusahaan, dan nilai tegakan, sedangkan iu
ran hasil hutan didasarkan atas jumlah jenis hasil hutan,
faktor-faktor eksploitasi, dan beaya-beaya pengusahaan,
di samping itu ada koraponen pengurangan penambahan yang
dapat dimasukkan yang berdasarkan keadaan prasarana se~
tempat dan penggunaan hasil hutan yang dipungut.
Namun, dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden
Wo. 77 Tahun 1985? iuran hasil hutan khusus dikenakan
untuk kayu olahan yaitu kayu-kayu yang telah diubah ben-
tuknya dari bahan baku kayu bulat baik besar maupun kecil
melalui proses pengolahan. Keputusan tersebut juga raewa-
jibkan Perhutani sebagai pelaksana pengusahaan hutan di
Pulau Jawa untuk membayar iuran hasil hutan, yang sebe -
lumnya tidak mempunyai kewajiban untuk membayar iuran
hasil hutan. Oleh karena, di dalam Keputusan Presiden
No. 77 Tahun 1985 disebutkan, bahwa semua hasil hutan
yang dipungut di seluruh wilayah Indonesia dikenakan iu
ran hasil hutan, Kayu olahan yang dikenakan iuran hasil
hutan ialah kayu hasil olahan yang diproduksi oleh suatu
industri pengolahan kayu yang raengolah langsung bahan-ba-
han baku kayu bulat dan besarnya iuran hasil hutan terse
but tergantung dari jenis, ukuran, dan bentuknya. Penge-
naan iuran tersebut didasarkan pada daftar kayu olahan
yang akan diperdagangkan dan atau dipergunakan sendiri,
sedangkan untuk kayu yang tidak memungkinkan pengenaan i-
uran hasil hutan dalam bentuk kayu olahan, maka pengena-
51
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
annya dilakukan atas kayu bulat pada saat penyerahan a-
tau penjualan kepada industri pengolahan kayu dan dilu-
nasi oleh penjual kayu bulat.
Kewajiban membayar iuran HPH dan iuran hasil hu
tan tersebut dimaksudkan untuk :
a. pembangunan daerah yang bersangkutan;
b. pembangunan kehutanan daerah yang bersangkutan;
c. rehabilitasi hutan dan kehutanan nasional dalam
arti luas.
Mengenai iuran HPH ketentuannya harus dibayar kontan,
tetapi di dalam prakteknya dapat diangsur atau bertahap,
Namun, sebelum iuran HPH tersebut dilunasi surat kepu
tusan pemberian HPH belum dapat diterbitkan. ^
Kewajiban membayar iuran hasil hutan mencakup pu
la kewajiban untuk membayar iuran pembangunan daerah a-
tau lebih dikenal dengan istilah IPEDA. Pembagian hasil
pungutan iuran hasil hutan tersebut ditetapkan sebagai
berikut :
a. 60% yang terbagi atas 1+0% untuk pembeayaan pem
bangunan daerah tingkat I dan ZQ% untuk pembea
yaan pembangunan daerah tingkat II;
b, 2 % untuk pembeayaan rehabilitasi hutan dan kehu
tanan secara nasional;
52
Wawancara dengan Bapak Haryono dari PT. Dwima-jaya Utama Jakarta, tanggal 8 Oktober 1985*
16
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
c, 15# untuk pembeayaan kehutanan. daerah.
Dana yang dipergunakan untuk pembangunan kehutanan dae
rah tersebut untuk :
a. pengadaan sarana dan prasarana untuk pembangunan
hutan dan kehutanan;
b. pembinaan dan pengamanan hutan;
c. pendaya gunaan hutan;
d. penyempurnaan aparatur dalam rangka melestarikan
dan memanfaatkan sumber daya alam;
e. pengendalian, bimbingan, dan pengawasan.
Selanjutnya, untuk meningkatkan dan memantapkan
pengusahaan hutan dalam rangka menunjang pembangunan e-
konomi nasional, perlu dilaksanakan usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas tegakan hutan dengan melalui re
boisasi. Untuk itu, Pemerintah mewajibkan kepada peme
gang HPH untuk membayar dana reboisasi, yang bertujuan
menjamin agar kegiatan reboisasi dan permudaan hutan
serta pengawasannya dapat terlaksana dengan sebaik-baik-
nya. Dana jaminan ini berbeda dengan uang jaminan (per
formance bond) yang merupakan jaminan perusahaan bagi
Departemen Kehutanan, apabila perusahaan yang melaksana
kan pengusahaan hutan tersebut melakukan pelanggaran. U-
ang jaminan tersebut disetorkan kepada Departemen Kehu
tanan sejumlah US.$ .5b.000 (lima puluh empat ribu US.
dollar). Setiap kali Departemen menerima pembayaran-pem-
bayaran dari uang jaminan sebagai denda atas pelanggaran
53
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
5k
yang dilakukan oleh perusahaan pemegang HPH, jumlah uang
jaminan tersebut harus dipulihkan kembali oleh perusaha
an yang bersangkutan. Sedangkan besarnya dana jaminan
reboisasi adalah :
a. US,$4 (empat dollar Amerika) untuk setiap meter
kubik kayu dari seraua jenis kayu termasuk kayu
bakar dan kayu bahan untuk arang dengan nilai
banding 3% atau US.(EO,20 (dua puluh sen dollar
Amerika) untuk setiap meter kubik ekivalen;
b. US.SO,5 (setenah dollar Amerika) untuk setiap
meter kubik ekivalen kayu chip,
Pada dasarnya, reboisasi dan permudaan hutan men-
jadi kewajiban dari para pemegang HPH, hal ini tercantum
di dalam ketentuan pasal 1 Keputusan Presiden No. 35 Ta
hun 1980. Akan tetapi, berdasarkan Surat Keputusan Men
teri Pertanian No. 729/Kpts/Um/10/1980 di dalam pasal 15
disebutkan :
Apabila wajib setor tidak melaksanakan atau dinilai tidak mampu melaksanakan reboisasi dan permudaan hutan sebagaimana dimaksud pada pasal 13, maka Direktur Jenderal Kehutanan menunjuk Dinas Kehutanan untuk melaksanakan kegiatan secara swakelola atau pi- hak ketiga secara borongan dengan tata cara sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Penunjukan dinas kehutanan atau pihak ketiga untuk me
laksanakan reboisasi ini apabila pihak wajib setor tidak
mampu melaksanakan sesuai bunyi pasal 1 3 , yaitu :
Dana jaminan akan dipergunakan Pemerintah cq, Direktorat Jenderal Kehutanan untuk reboisasi dan permudaan hutan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan :
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
a. Wajib setor ternyata tidak melaksanakan reboisasi dan permudaan hutan;
b. Dinilai tidak mampu, khususnya dalam hubungan pe- nyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan reboisasi dan permudaan hutan, melaksanakan kegiatan reboisasi dan permudaan hutan,
Mengingat sangat pentingnya kelestarian sumber daya alam
dan sifat pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan
pengalaman yang luas, maka di dalam penunjukan pihak ke
tiga sebagai pemborong reboisasi dan permudaan hutan di-
utamakan ;
a, badan usaha negara di bidang kehutanan;
b. perusahaan swasta yang khusus berusaha di bidang
reboisasi, yang memiliki tenaga ahli dan pengala
man sesuai dengan persyaratan yang diatur oleh
direktur jenderal kehutanan,
Lebih lanjut ditentukan, apabila pemegang HPH sendiri
yang melaksanakan reboisasi, maka dana jaminan yang te
lah dibayarkan tersebut dikembalikan. Akan tetapi, jika
pemegang HPH tidak melaksanakan sendiri, dana jaminan
tersebut dipergunakan untuk membeayai pelaksanaan reboi
sasi dan permudaan hutan.
Kenyataan yang ada, pihak ke tiga sebagai pelak-
sana reboisasi, banyak yang bertindak untuk keuntungan-
nya sendiri. Moreka tidak memperhatikan maksud dan tuJu
an dari reboisasi itu sendiri. Kebanyakan pemborong-pem-
borong tersebut menyeleweng dari ketentuan yang ada, rai-
salnya menanam jenis tanaman yang tidak sesuai dengan
55
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
jenis tanaman yang telah ditetapkan, adanya laporan-la-
poran fiktif dari pemborong reboisasi atau tidak dilak-
sanakannya reboisasi dengan tepat dan benar sesuai de
ngan ketentuan yang ada. Tentu saja keadaan tersebut da
pat menimbulkan dampak negatif dan. dapat merugikan pihak
pemegang HPH, antara lain :
a. pemerintah dapat menyalahkan pemegang HPH yang
mengakibatkan dapat dicabutnya HPH mereka;
b. dengan adanya laporan-laporan fiktif atau tidak
sesuainya jenis tanaman yang ditanam dengan jenis
yang telah ditetapkan, dapat mengakibatkan keru-
gian dan tidak tercapainya target yang harus di-
penuhi oleh pihak pemegang HPH.
Dengan adanya kejadian seperti tersebut di atas, sangat-
lah penting adanya kerja sama yang baik antara pihak pe
megang HPH dengan pihak-pihak yang melaksanakan reboisasi
tersebut.
Selain berkewajiban membayar iuran atau dana yang
telah ditetapkan, kewajiban melaksanakan sendiri pengu
sahaan hutan serta kev/ajiban-kewajiban lain yang telah
disebutkan di atas, pemegang HPH juga mempunyai kewajib
an untuk membuat laporan pengusahaan hutan. Laporan ter
sebut diraaksudkan agar Pemerintah dapat raenilai apakah
56
'Wawancara dengan Bapak Haryono dari PT. Dwimaja- ya Utama Jakarta, tanggal 8 Oktober 1985.
17
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
pemegang HPH bekerja sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang tercantum di dalam surat keputusan HPH dan peratur
an perundangan yang berlaku. Laporan pengusahaan hutan
diserahkan kepada direktur jenderal kehutanan, yang pe-
riode pelaporannya diatur sebagai berikut ;
a. laporan lima tahun, pengajuan laporannya diteri-
ma paling lambat 3 bulan setelah jangka waktu
pengusahaan hutan lima tahun berakhir;
b. laporan tahunan, selambat-lambatnya diterima sa-
tu bulan setelah tahun kalender berakhir;
c. laporan triwulan, pengajuan laporannya diterima
selambat-lambatnya l'O hari setelah bulan berjalan
berakhir;
d. laporan bulanan.
Di dalam laporan pengusahaan hutan tersebut, yang harus
dilaporkan adalah :
a. data-data dasar HPH yang meliputi : nama, luas,
letak, surat keputusan HPII, annual allowable cut,
standing stock rata-rata dari blok lima tahun
yang dibuka berdasarkan hasil cruising;
b. produksi, yang meliputi ; penebangan, investasi
pembangunan, tenaga kerja, pemasaran, royalties
dan licence fee, penerimaan dan pengeluaran;
c. pengolahan, yang dalam pokok ini diberikan juga
evaluasi kualitatif mengenai jenis pengolahan, pre
inveuthen survey, persiapan plansito, konstruksi,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
rencana produksi dan marketing;
d. pengembangan ekonomi, yang meliputi : hubungan
kerja, iatihan kerja, pendidikan, penelitian pro
duksi pengolahan, perhubungan, fasilitas sosial,
hubungan dengan masyarakat sekitar yang menyang-
kut sosial dan ekonomi;
e. aspek-aspek kelestarian, yang dalam pokok ini di
berikan evaluasi kualitatif mengenai : inventory,
peromajaan, tata air, pengawetan tanah, penggem-
balaan, perladangan, perlindungan, penelitian
perlindungan dan silvikultur, pengelolaan yang
meliputi penataan, pemeliharaan, perlindungan,
keamanan dan pelanggaran.
Laporan lima tahun pada dasarnya memberikan evaluasi
progres dan keadaan pengusahaan dalam waktu lima tahun,
sedangkan laporan tahunan memberikan gambaran mengenai
pelaksanaan HPH. Pada laporan triwulan memberikan gambar
an hasil yang dicapai secara kuantitatif mengenai pelak
sanaan HPH dengan catatan licence, penerimaan dan penge-
luaran tidak perlu dilaporkan, sedangkan untuk laporan
bulanan di sini hanya raenekankan kepada hasil produksi
sehingga yang harus diisi hanya data dasar HPH.
Di atas telah disinggung mengenai masalah pemasar-
an, dalam hal ini pelaksanaan pemasaran kayu dilakukan
dengan cara :
a. untuk eksport dilaksanakan dengan sistem FOB, ya-
58
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
59
itu sistem pengangkutan melalui kapal laut, yang
beaya pengangkutannya mulai dari gudang penjual
sarapai di atas kapal ditanggung oleh penjual dan
risiko mulai beralih pada saat barang berada di
atas kapal;
b. untuk penjualan di dalam negeri dengan cara per-
janjian, sedangkan pemasaran yang dilaksanakan
oleh Perhutani dilakukan dengan cara lelang, di-
bawah tangan, perjanjian, dan penjualan retribusi.
C. Arti Penting Adan.ya Hak Pengusahaan Hutan Bagi Masya- rakat Sekitar Hutan
Telah kita ketahui, bahwa dengan adanya HPH dapat
meningkatkan sumber pendapatan negara dan apabila hasil
hutan tersebut sudah diambil dan diolah untuk dieksport
akan merupakan pula sumber devisa negara. Selain itu,
dengan adanya HPH masyarakat di sekitar hutan kehidupan-
nya akan lebih meningkat, hal ini disebabkan karena :
a, adanya sarana transportasi yang lebih lancar se-
hingga masyarakat sekitar hutan tidak terisolir;
b, dengan adanya HPH membuka lapangan kerja atau ke-
sempatan kerja bagi penduduk sekitar hutan yang
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut
sehingga taraf hidupnyapun lebih baik;
c. dengan adanya aliran listrik keamanan masyarakat
sekitar hutan juga lebih terjamin;
d. sarana pendidikan yang lebih dekat menjadikan a-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
nak-anak yang bersekolah lebih mudah untuk menca-
pai lokasinya;
e. adanya sarana sosial yang dibangun oleh pemegang
HPH, antara lain perumahan, masjid, gereja, dan
sebagainya.
D. Hapusn.ya Hak Pengusahaan Hutan
Hak pengusahaan hutan diberikan untuk jangka wak-
tu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpan-
jang apabila tidak bertentangan dengan kepentingan umum
serta pemegang HPH telah memenuhi persyaratannya. Selama
pengusahaan hutan tersebut berjalan, ada kemungkinan un
tuk menjadi hapus. Menurut ketentuan pasal 13 ayat (1)
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970, HPH menjadi ha
pus karena ;
a. jangka waktu yang diberikan telah berakhir;
b. dicabut oleh Menteri Kehutanan sebagai sanksi
yang dikenakan kepada pemegang HPH;
c. diserahkan kembali oleh pemegang HPH kepada Peme
rintah sebelum jangka waktu berakhir,
Berakhirnya jangka waktu HPH ialah apabila jangka waktu
yang tercantum di dalam surat keputusan pemberian hak
tersebut telah lewat atau jangka waktu perpanjangan hak
pengusahaan tersebut juga telah lewat,
Pencabutan HPH oleh Menteri Kehutanan disebabkan
karena :
a, pemegang HPH tidak membayar iuran HPH pada waktu
60
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
yang telah ditentukan sebagaimana tertera dalam
surat keputusan HPH;
b. pemegang HPH tidak membayar iuran hasil hutan;
c. pemegang HPH tidak melaksanakan usahanya secara
nyata dalam waktu 180 hari setelah surat keputus
an HPH dikeluarkan;
d. pemegang HPH tidak menyerahkan rencana karya ta
hunan, rencana karya lima tahun, dan rencana kar
ya pengusahaan hutan;
e. pemegang HPH meninggalkan arealnya dan pekerjaan-
nya sebelum HPH berakhir. Apabila pemegang HPH
meninggalkan areal tanpa izin dari Pemerintah,
maka segala milik perusahaan disita untuk negara;
f. pemegang HPH tidak mendirikan industri pengolahan
hasil hutan menurut ketentuan pasal 5 Peraturan
Pemerintah No, 21 Tahun 1970;
g. pemegang HPH tidak mengindahkan tegoran dan per-
ingatan yang telah diberikan tiga kali berturut-
turut oleh yang berwajib.
Di samping sanksi-sanksi yang berupa pencabutan HPH se-
perti tersebut di atas, dapat pula dikenakan sanksi-sank-
si lain yaitu luas areal yang dibebani HPH dikurangi ka-
rena pemegang HPH tidak berhasil memenuhi target produk
si sesuai dengan rencana karya pengusahaan hutan yang
telah disahkan. Apabila pemegang HPH menyalahi ketentuan-
ketentuan dan mengakibatkan kerusakan hutan, maka peme-
61
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
gang HPH dijatuhi denda sesuai dengan berat serta inten-
sitas kerusakan yang ditimbulkan.
Dalam hal hapusnya HPH karena diserahkan kembali
kepada Pemerintah sebelum jangka waktunya berakhir, hal
ini terjadi apabila pemegang HPH ternyata tidak mampu
lagi melanjutkan pengusahaan hutan. Dalam hal demikian,
pemegang HPH harus secara tegas menyerahkan kembali ke
pada Pemerintah dan meminta izin untuk meninggalkan are
al pengusahaan hutan.
Berakhirnya HPH sebagaimana yang telah diuraikan
di atas, kepada pemegang HPH masih diberi kewajiban un
tuk :
a. melunasi iuran HPH dan iuran hasil hutan serta
kewajiban finansiil lainnya kepada Pemerintah;
b. melaksanakan semua ketentuan yang ditetapkan da
lam rangka berakhirnya HPH sesuai dengan ketentu
an yang berlaku.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
B A B V
PERMASALAHAN YANG TIMBUL DAN
CARA PENYELESAIANNYA
Masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam rang-
ka mengajukan permohonan pengusahaan hutan sampai pelak-y
sanaannya di lapangan jarang sekali terjadi, hal ini di-
sebabkan prosedur dan pelaksanaannya berdasarkan pera-
turan-peraturan yang sudah ada. Sedangkan permasalahan-
permasalahan yang banyak terjadi selama ini adalah per-
soalan dengan masyarakat sekitar hutan dan mengenai gang-
guan keamanan hutan. Hanya kadang-kadang ada satu atau
dua peraturan yang sulit dilaksanakan oleh pemegang HPH
di lapangan atau ketentuan-ketentuan yang tidak sesuai
dengan keadaan di dalara praktek, misalnya :
1. dalam rangka pengajuan HPH yang merupakan hambat-
an adalah :
a. pelaksanaan survai yang lama;
b. pelaksanaan hasil laporan atau penyelesaian
hasil survai yang lama;-
c. birokrasi yang terlalu ketat sehingga untuk
pengurusan HPH cukup sulit.
2. cruising tidak dapat dilaksanakan 100%, keadaan
ini disebabkan karena peralatan yang tidak mema-
dai dan beaya yang terlalu mahal, Terbentur de
ngan keadaan itu, maka cruising hanya dapat di-
63
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
laksanakan 0,1# dari luas areal HPH dan itu digu-
nakan sebagai patokan untuk menghitung berapa ku-
bik isi hutan di seluruh areal HPH. Dengan demi-
kian, cruising yang dilakukan untuk seluruh areal
pengusahaan tersebut hanyalah suatu perkiraan;
3. pemberian areal HPH di dalam surat keputusan de
ngan kenyataannya tidak sama, hal ini disebabkan
antara lain karena faktor alam yang berubah-ubah,
yaitu sungai-sungai, gunung-gunung yang dipakai
sebagai batas areal pengusahaan. Akibat dari se-
mua itu, di dalam praktek HPH tidak dapat bekerja
sampai 20 tahun yang merupakan jangka waktu pem
berian HPH.
Masalah lain yang pernah terjadi yang berhubungan
dengan masalah keamanan hutan dan masyarakat hukum adat
atau masyarakat sekitar hutan adalah :
1, pencurian kayu dan penggembalaan liar.
Kasus ini banyak terjadi baik di Jawa maupun di
luar Jawa. Pencurian kayu merupakan masalah yang
sering terjadi dan sulit penanganannya, karena
hal ini selalu berhubungan dengan keadaan masya
rakat yang miskin. Untuk kelangsungan hidupnya
mereka terpaksa melakukan pencurian kayu, namun
tidak jarang posisi mereka yang demikian itu di
man faatkan oleh pihak ke tiga. Dalam hal pelaku
pencurian tertangkap, maka dihadapkan kepada pi-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
hak yang berwajib dan diurus sampai tuntas. Se-
lanjutnya sebagai tindakan pengamanan hutan ditu-
gaskan Polsus Kehutanan untuk menjaganya. Di Jawa
yang pengusahaan hutannya dikelola oleh Perhutani,
pihak Perhutani melakukan langkah-langkah sebagai
tindakan pengamanan serta untuk kelancaran usaha
perusahaan dengan mengambil kebijaksanaan :
a. penduduk desa di sekitar hutan diperboleh-
kan menggunakan tanah di sela-sela tanaman
pohon jati untuk ditanami dengan tanaman
yang berhubungan dengan keperluan hidup
mereka, yang lebih dikenal dengan sistem
tumpang sari;
b, menyeponsori diadakannya desa model pada
salah satu desa yang terletak dekat kawas
an hutan, guna meningkatkan kesejahteraan
penduduk.
Kedua usaha tersebut menurut Perhutani Tuban tem-
pat saya melakukan penelitian, disebut prosperity
approach. Penduduk desa yang diperbolehkan berco-
cok tanara di sela-sela tanaman pohon jati, bahkan
diberi bantuan berupa pupuk, bibit, obat-obatan
dari Perhutani. Bantuan tersebut dituangkan dalam
bentuk perjanjian, dengan ketentuan mereka yang
mendapat bantuan wajib mengembalikan bantuan tadi
dalam bentuk uang yang dihitung 70% dari 100%
65
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
bantuan yang diberikan dan pengembaliannya dila-
kukan sehabis panen dan tanpa bunga. Dalam hal
desa model, maka selain Perhutani juga .instansi-
instansi lain (misalnya dinas pertanian, perikan-
an, perindustrian, peternakan, bangdes, pemerin
tah daerah) yang menangani diadakannya desa model
tersebut. Dalam rangka mengadakan desa model, pi
hak Perhutani dan instansi lainnya tadi sifatnya
hanya membantu usaha penduduk dalam hal usaha
pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian,TQ
dan lain-lain. Pada pengusahaan hutan di luar
Jawa, sesuai dengan hasil wawancara saya dengan
pihak PT. Dwimajaya Utama sebagai pemegang HPH di
daerah Kalimantan, pencurian kayu diatasi dengan
cara :
a, mengadakan patroli atas areal HPH bersama-
sama dengan pihak Polsus Kehutanan;
b. memberikan penyuluhan kepada penduduk di
sekitar kawasan pengucahaannya untuk tidak
melakukan penebangan liar dan ikut menjagaIQ
kelestarian hutan.
66
1 AWawancara dengan Bapak Talim SR. dari Perhutani
Tuban, tanggal 20 September 1985.
7Wawancara dengan Bapak Haryono dari PT. Dwimajaya Utama Jakarta, tanggal 8 Oktober 1985.
19
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
Deraikian juga untuk penggembalaan hewan, mereka
diarahkan untuk menggunakan tanaman yang tidak
berguna atau dahan-dahan sisa penebangan sebagai
makanan ternaknya;
perladangan liar.
Masalah ini kebanyakan terdapat di luar Jawa.
Perlu diketahui, bahwa perladangan liar yang se-
lama ini banyak menimbulkan kerusakan dan keba-
karan hutan, melibatkan masyarakat yang miskin
dan yang pengetahuannya mengenai hutan sangat ku-
rang. Mereka biasanya berladang dengan cara ber-
pindah-pindah, sehingga kadang-kadang memasuki
areal hutan yang sudah masuk dalam suatu HPH. A-
pabila ada masalah seperti ini penyelesaiannya
hanya di tingkat kabupaten saja. Selama ini pihak
PT. Dwimajaya Utama sebagai pemegang HPH di dalam
menghadapi masalah perladangan liar ini mengatasi-
nya dengan cara mengarahkan penduduk di sekitar
kawasan hutan yang merupakan areal pengusahaannya
untuk melaksanakan pertanian menetap dengan cara
yang lebih modern;
masalah yang berhubungan dengan masyarakat adat.
Pemegang HPH mempergunakan sarana yang merupakan
hak masyarakat adat setempat, seperti ladang-la-
dang masyarakat adat untuk sarana jalan bagi ke-
pentingan pengusahaan hutan atau untuk pelaksana-
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
an reboisasi. Sengketa semacam ini diselesaikan
dengan jalan :
a. ganti rugi atas hak masyarakat adat oleh
perusahaan pemegang HPH yang disertai mu-
syawarah bersama antara masyarakat adat
dengan pemegang HPH;
b. barter antara hak masyarakat adat dengan
sesuatu yang diinginkan oleh masyarakat
adat yang nanti disediakan oleh pihak pe
megang HPH.
Dalam hal tata batas, selama ini pihak PT. Dwima
jaya Utama belum pernah mempunyai sengketa dengan pihak
pemegang HPH lainnya. Akan tetapi, apabila ada sengketa
masalah tata batas akan diselesaikan secara musyav/arah
antara para pihak yang bersengketa melalui Departemen
Kehutanan cq. Bina Program Kehutanan atau badan INTAG
(Inventarisasi dan Tata Guna Hutan), dengan ketentuan
beaya pelaksanaannya dibebankan kepada para pihak yang
bersengketa.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
B A B VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang terdapat di dalam
skripsi ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa :
1. hutan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Mahaesa
yang merupakan sumber kekayaan alam yang serba
guna. Bagi kehidupan manusia pun hutan mempunyai
arti penting baik langsung maupun tidak langsung;
2. dalam memanfaatkan hutan beserta kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya (dalam hal ini kayu),
diadakan pengusahaan hutan yang di pulau Jawa
pengusahaannya diserahkan kepada Perum Perhutani,
sedangkan di luar Jawa diberikan kepada perusaha
an negara atau daerah dan perusahaan swasta yang
berbentuk perseroan terbatas;
3. dengan adanya HPH tersebut ternyata menambah sum
ber devisa negara;
hak pengusahaan hutan di luar Jawa didapatkan de
ngan jalan mengajukan permohonan kepada Menteri
Kehutanan berdasarkan peraturan-peraturan yang
ada;
5. menurut peraturan HPH tidak dapat dipindah ta-
ngankan kepada pihak ke tiga, namun dalam praktek
HPH dapat berpindah ke tangan pihak ke tiga de-
69
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
ngan izin Menteri Kehutanan;
6. pemegang HPH di luar Jawa mempunyai kewajiban mem
bayar iuran HPH dan iuran hasil hutan, sedangkan
Perhutani sebagai pelaksana pengusahaan hutan di
Jawa hanya diwajibkan membayar iuran hasil hutan;
7. untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tegakan
hutan termasuk menjaga kelestariannya diadakan u-
saha reboisasi. Reboisasi dalam pengusahaan hutan
di Jawa dilaksanakan sendiri oleh pihak Perhutani,
sedangkan di luar Jawa dapat dilaksanakan oleh pe
megang HPH atau oleh pihak ke tiga sebagai pembo-
rong;
8. usaha untuk menjaga keamanan hutan dilaksanakan
dengan jalan raengadakan penyuluhan dan pengarahan
kepada masyarakat sekitar hutan serta dibentuknya
Polsus Kehutanan sebagai aparat ponjaga keamanan
hutan.
B. Saran
1. hutan merupakan sumber pendapatan nasional terma
suk sumber kesejahteraan masyarakat hukum adat a-
tau masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, sa-
ya mempunyai saran perlu adanya tanggapan yang po-
sitif dari seluruh masyarakat terutama masyarakat
sekitar hutan untuk ikut serta menjaga kelestarian
alam (dalam hal ini hutan). Di samping itu, perlu
ditingkatkan penyuluhan dan penerangan raengemai
70
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
arti penting hutan bagi kehidupan manusia, agar
masyarakat berhati-hati dalam memanfaatkan hutan
beserta isinya;
2. untuk menghindari jangan sampai HPH berpindah ke
tangan pihak ke tiga, hendaknya di dalam peredar-
an saham-saham dari perusahaan pemegang HPH tetap
diawasi oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen
Kehutanan;
3, reboisasi hutan di luar Jawa sebaiknya dilaksana-
kan sendiri oleh pihak pemegang HPH, hal ini un
tuk mempermudah pengawasan dan untuk menghindari
jangan sampai ada laporan fiktif atau penyeleweng-
an mengenai jenis pohon yang harus ditanam;
Jf. sudah saatnya Pemerintah mengusahakan peralatan
yang lengkap dan modern dalam rangka melaksanakan
survai atau cruising, agar tidak terjadi penyim-
pangan-penyimpangan di dalam melaksanakan pengu
sahaan hutan, yaitu yang berhubungan dengan pem
berian areal pengusahaan dan batas waktu pemberi
an HPH.
71
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
72
BUKU :
Abdurrahman, Beberaua Asuek tentang Hukum Agraria, Seri Hukum V, Alumni, Bandung, I960.
_______ . Ketentuan-ketentuan Pokok tentang Masalah Agra-ria,' Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi, dan Pengairan, Alumni, Bandung, 1979*
_______ , Tebaran Pikiran Mengenai Hukum Agraria, Alumni,B a n d u n g , 1985. '
Boedi Harsono, UUPA Se.jarah Penyusunan, Isi, dan Pelak- sanaannya, Bag. I, Jil. II, Jambatan, Jakarta, 1971•
H. Simon, Pengantar Ilmu Kehutanan, Yayasan Pembina Fa- kultas Kehutanan UGM7 Yogyakarta, 1977.
SURAT KABAR :
"Presiden Di Depan M U M S APKINDO", Merdeka, 1985.
PERKULIAHAN :
Wisnoe Soesanto, Catatan Kuliah Hukum Agraria II, 1985.
PERUNDANG-UNDANGAN :
Keputusan Presiden No. 20 Tahun 1975 tentang Kebijaksa- naan Di Bidang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan.
Keputusan Presiden No. 35 Tahun 1980 tentang Dana Jaminan Reboisasi dan Permudaan Hutan Areal Hak Pengusahaan Hutan.
Keputusan Presiden No. 77 Tahun 1985 tentang Pengenaan, Pungutan, Dan Pembagian Iuran Hasil Hutan.
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1967 tentang Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan Iuran Hasil Hutan.
Poraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan llutari dan Hak Pemungutan Hasil Hutan.
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1975 tentang Perubanan Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan.
DAFTAR BACAAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
73
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 19o7 tentang Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan Iuran Hasil Hutan.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. lifl/Kpts/ DJ/I/81 tentang Penyempurnaan dan Perubahan Prosedur Penyelesaian Permohonan Hak Pengusahaan Hutan.
Undang-undang No. 5 Tahun 196? tentang Ketentuan-ketentu- an Pokok Kehutanan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
V" r ;
7 kI -*x-i
MTNTCRl PCRTANJAK RLPUULIK INDONESIA
aur. T ryppTLEAx Kgaiyiti rr.icrAUiAi;W o . I
t4iat-*.ogyg?g£KrjLm h>lX rrH ^in xn xxg hotam r.rjAp*
:KHinxRi nocrxaxAH,
Sv'nr.ac* * 1* S o r a t p^rcahonaxi P ,T * a la n a t J l .K a b o n X-acai>g kaya Jio
1 l& n tA i 2 / a , J a k a r ta t t a r t a r ^ a l IB J a i l 1571 Wo. . .O Q l/B /I /D ix /7 /7 1
txnfcuic raeridUp*tXui JixiL >«D 9 iix*hAan Btrtan <Siwll_»yeh £ r o p ^ * i XaI-U’^d-
t a n Ttmgah..
2 , B-urat p «r»o fcn juaxi Gobcurrnr/Xttpala D*«rai) P rop in K i K d lca n t& n TiLngai-.
'.te jr ta n g g a l l*fiBptcad>cx 1971 Ho. E X .29 5 9 /E .2 -5 /7 1 .
Henlmbao? I a . ftAinm, a x e a l bxituui y*u*9 d i c i n t a o le h pemohcm (ber&asarfcaji p c r t i r -
bajjgttB Edjr»irfctir UJerxlcral Kfihntjuxan) tddaJc tercam ilc h c ta a lln£un<;
HDtuk p«AC*9 ahjux « i r o « i d a a l ia n ^ lr , tsn&£-*nii »uafc_* * 1 k l a ta ir-
pm j htrtLzin2 d ctig ia ; tn n X < l p r o t a t c i la lt in y a daa barxiA*jir^jui aurvery
yaxuj t a l a h dlil»\X*-*naxaxi ta rn y a t* . xLapatr d lu # ahafc.au t o t u i * eXr>Dccrin.
b . Bali*a oleOa Jcjltbha. I t u &tAS a x a a l h u ta n t*u~»ebnt d a p a t d lbarik ^ m Sak
Parcing aha an HtcLan.
‘.tu ig ln ca t : Z . -tJnd an^ 2 Ixa*ar BJrprnbllk TnAm Anliy ta liu n 15<5 P t a a l 33 i
2 e ,Dn<l*j>g2 M o-5 tah tm 1 9 GO txuxtAO? Paxatraran Djtsax Poi.oV-2 A g ra r la <iafi . X-etztat.min2 JLonvexnij
3 . t3ttdarvp2 W o.5 tLAhtm 1974 tu n ta o g Tc&aXJ. Pecsejrlntjihaii Dnerah>
A . nrw*.snq2 N o .5 ta b Tin 1967 ttm taxvj X «t^ a tu sn 2 PtA cil KnhutA2Lani
i it Dudaz>g2 B o .11 ta h q n 1567 ta n ta n g Xat£ntusm 2 PoXoX Par tanbanganj
£*. Drk±Ang2 n o . 6 ta b u a 1908 tcn fcang ptsm#M=3B M odal DaIiub Ncroorl » « b e - g a in s na t a l a h d lu b a ii d in d ltJ tcb n h 6111*9 an U rgant;2 Wo. 12 t-abun 1970|
7 . Or£cma.rx*i I>a rlln < 3un9 *ii &lnatJL£>g L ia r t-ahun ^1931 ,i
ft o.--*.-— r o r n x r f a b g a n Xlajs t jih c s 1941 ;
9 - H oou ir*\ iiton O r d o n a n t i * k t ^ a f c i l j l a d 1 9 3 1 * o . 2 3 8 } o S ta a ta h lfK S 193C H e. S l^ j
1CL. Alqfcx^jne Kftt-ar B ir^l*r»cnt 1936 S tA a tx b la d 193& t^a'. 489 j o ^ tA A tx h ln i 1937 Ho. S40/
1 1 . J '«rattxrm a Pnjruruiari^fuj t-&ntJL»9 Prg-bnjyyanAn Z X aaca l Ann P or<^^aUl*!in}
12.. J'*rttt:txrno P e r o r In tA h Jio.64 tuiban 19S7 t r j t A n g P cn ycr*i«vn ■ri>*cian tlajri u iu t im J 'ra trL n t* i) T uaat D ilA ^cncA ja Parlkjixum L iju tr^ ^ u,>kXnftJ1
fjn rr .t . F-.iV.yat Xup.niia D o c x a h -D A n r a h S v a t-a rs tx a T in ^ h a t . 1 i
1 3 . j 'c fA tu ra r . . . .
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
13 . F e jra tn x a n P«*M»xintAii flo .22 tahtm 195? tantanty lu r a n HaX V aacu- » « h » i p Hat-jua d *n lu r a a E a a l l Ectan>
14 . X 'arn tT n-M Paaearlnt.&h Ho.21 ta'aun 1970 ta n ta m ; E_Ot Pai^pisahA/in I3ut*n 6-\xx Pcszr ct-KA Ruil B*taa »«b*9aiaana dix'niiah darx;*n P c r * t r a -* n 1rm x > + r± n t*2i K o « l8 ftahnn 1375/
15v P «x * t ;u x a n ^ U M rln tA h S o .U i :t i i i3 a 1970 ta n ta n g r«xuno£AA.iA Bataa?
16 . X opatu*«J5 P x «a i A en £ a .6 6 fcahufi 1971 t m t a n g PaoJuyjkatan P r a m an* Pct37tr»aha*n anfcan..*aha/yal.gta.na t o la h d lo b a h «Sai\s*a Xjopratxu;zLii l - i t - s i d a n B o . 19 tahun 1974t
17 . J-erpratxixan P r u L d u i K o.23 txhtza 1974 tantjuiiy ( e s b t t j i c a a PemggccxaAn T e n » g a Yfaxgan^aza. A a ln g Pan& atapg>
IB . Xapatruafin P r a * i£ » n Uo.SS ta lm a 1974 tsm tarvj P«lai.t»atLaaa Pur>g~utan d a n P a r i s h a m a n P aobay lan P a n e r ita a n lo r / in I la * l l Eut&u dan lu ra a PfiwfooLiagunJHj l>*»XAh ( 1 ? I D X ) j
19 . X a p u tn * a n Pr^aidm n D o . 20 ta lm a 1975 t* n ta n g XfthLjaVj»an*an Cl B id a n g Paoab«rljLa EjJc P aagn tah a»n K utan;
20 . £ ra ra t X * p n ta »a n Mccntexi. P a r ta a la n K o . JL*p.25/ < / 196B t-anggal 20 A p r i l . 19 6 Q fcantaog p e llB p e lm n v^nmnajvj pananda tanganan S u ra t X jjptitm axn-Penaixulaji Hail ^aog-naahaaaa Bn ta n k epa£a D ixa k tu r Jenderal* JCahafcananj
2 1 * S c n i t X-tputxiaan H a n ta r l P a r ta n ia a S o . . 29 l /K p t a /I h V 5/70 t a o o g a l IS K a l 1 Q70—t a s t a n g pcm fttapan A r a a l tru r ja P engusahaan flu ta n Bebngalk jW U ftfi BtitJm Vrprtf l ^ V;
22 . S u r a t )ELepxit23*-aA H a n tcx i P a r ta n ia n Ika. . 54/X p t a /O a /2/1972 ta n ta n g P oho n2 .'n l rta lag S a v u u i H ataa yang di.lijuSisngi.i
23* X o p u tu s a ji H a n ta x i Tanaga t t ir j* ., 'C r ia im lg r a s i dan X o p a ra * ! No.413/ 3C p t» /K £ 2S /7,i ta n ta n g PelaX caruum Pemba ta x an .Penggim&an Tanaga - Rcurja W a r g a n ^ a r a A a ln g Pandatang pa da S a k to r P a rta n ia n Bob fiek to ; Xfiirufcanan O n it Paogus^haan E ntaaj
24 . S u r a t X aput xi*an\y^arn t a x i Pax-tanian B a . 396/X p t* /T 7a /f i /72 tn n taag Pan** tin p a n b « u r a y i Itrran H a a ll H utan' (R o y a lty ) tarbah an untufc b l - aiya 5*cj>gcn^i^aa, 7 iu±iaJJuin dan P aoa L lh a ra a n S u n ga i a o r ta J lo o e tt le —
25 . S u r a t X c p u tc x a n H e a te r l P a r ta n ia n B o . 172/rpt*/E K ]C D /4/1975 ten ta ix T a ta C a ra P »= b a y a ra n PTSDgrrten lu x an B a s i l l iu ta n j
26 . B u r a t X a p u tea a n H s n te r i P e r t s n ia n Mo. 561/K pts /E X X IJ /9/1976 t c r - ta jyg p o n e ta p a a b e s a m y a l .H .P .H . rtan I .H .U . j
i 1 . P*sjrj an j l_aa Poxx^rtxuhaan H ntcn a n t a m DcpajrcxsacA P c r t x n la c iJtvricj an
P^X . taJTtang^al 13 J u n i 1975 R o . j r A / U / D lB / V I/75
\ > rh .t ica lm jiA f ^ dlaAAnndxia dang an y o x ^ a ja jia a p an g n snhaan Uatan
■ fcgl.a P i h n a r l . 1577 b o . F ^ / i " / b l X / l I/17 dan t g l . 16 F e b m a r l 1977
r o . r v « / o i s / n / 77.
2 . P t r n ■ t o j uan Mantexd. P o x ta n la n tm rta n g g a l 10 Scpt^fflbor 1975 Ho.
27/ 11 / 1975 .
K E K D T D S r X M »
t M eob a rlX a n Ica p a ia P .T . HaJc pCTmyucahxan Butan untu>.
^tn^V a v a k t n 2 0 (d a a pn ln h ) tairan a t a s a r e a l h u ta n » « lu a 3
Ha y a n g t t r l o t a k A iv l la y a b P m -
p iiL S l X J ilic -a n ta n Z w jQ n h . d*ngan X *t*n tivaa aabagaJ. b e r i t u t I
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
rrirrAKA
I.FJXIX
KZTlGk
7
i LuAi a ic ^ il yju^? d lb c r l t i in dcn^an EaX Pttry^u»alt*aA Pnt^r, r ^ r -
• •but ** lc a s hA
y»ry? le t -t l-cy * < 5 1 1 n t i p a d * p * t * - « tfca*si ta r ljc c p tr y * »9 & U q t li-
»U3-al C zjcyX.ft dlft'isXisn p^ng-ulcarttjaa r 1—— t* r y
y*aij < llka lu xxt*a o le i i Dl_roirtarat J a n d a ra l XAbutnuuv at&m b l* y *
Pmrxyucai;* y*ag bars 3Tu;tu tin dol^m vakfcu »eliUBb«,fc--l*»bat3jy* t ig a tahin
i EaJc. zxrvt-aJi ButJu* tj*ranbut tHint** aauspunyoi. Hat ontoxi
i4onatbix> i^ysk, uars^AAoir^t *orxa Bmrmnrlcjinoyft yn-og porinciaimyn uaooa.
. 6 0 3 9 &n *p» yauy t M r + m p«^a Pur^&ajiita Pn& rtrsakAAn Hutaa t-angg-al
13 JtxrI 1975 Ro* JTX/K/015/VT/75 •sb*g*-Ua&n*. dJuulfltmdaa t_nrxgl.
8 JTahrunrl 1977 Vo.-TA/3/l\/TT/77 dan t g l* 1& r a b r c a r i 1977 Ho. PA/
3 /0 1 5 /1 2 /7 7 x n t i r a Dtyart-gsrsa P artaa laa . dajvjsji Peraa^hajm fcaxuubut
dlAta.* boD«ITtA J*r *hin~tL*rrhn>iw~Hy* {AddOadnaO;
i Pr£M*gsjig lSXk. P a sy cS fth u s ButJta b i r c i eaTSMinu h l V«rwajli>*tt-kcvA)lbno
o cb a g ti. b a r ifcu t j
1 . Slcaboyar- lu r a n HaX PaogxiMiluutn 3atjua Am a larisua B f t i i l Bxttan mc-rt^
ioe=attsh l ‘> « tcn ct ia n 2 y^tc^ ■fcarcan.tm- ■flld&lzca P orja n ji-& n Pangrcjflhflan *
Btxtxs pAda dJUfctnn Ka4u* -fcarsabnt d la L a x .
2 . K*l*OcKKn»tan » « n d i r i pnacrciaho.*n htitrm te rn s b t i- .
3 - Hrr^wtnrjuTj pr*jt.*r?Bxa2 "01113111. d&jwit ic=la)t*an&kAa eXaplaltjmi htitan.
4 . ?iKib-»ncnaa i»d u stxi peBgolahm ha^ni.
5. Hftlr&AnnAX*n p*pqiirua-an <4aa peagaicAnan hutsa BebaJJt-boiJcaya CaXoa
Kilfcynh kfrrjanya., iat^arm. pcr*itHlR*a but^n, pencokgalian t>xx>*i
d * & • b a a jlr , p e n o b ca b cr ; kcb^hxim r:, p u a d lh n rQ A n oa.taJZ-ai.r, p r _ r l in -
dungan aJjsua d*A peoaovosjLQ p cc^ a m a n dl3.*
6 . B«i;tor^a »*rrorat: reac&aA Xnxyt. y&aa dlgyahVim olab .Dixmktorat.
Juaderal. t*h yt2i^ a ..
7. JicEpefceo afcra pc rrai yan? tssssiliki AKaj jnzazi/baftbXlan dalncp»H7arTi3JO p^pynsAhAMl hntAXij
' B . Jke=a.troixi d a a K»ty bm\tT w a o ltia a -lt ia a u j'J . XeoadA jxura nat.'u-*•*•* ,
90s yo=3 olch ttEStari rartanign d ib crl w-^nar^ uatru)c xwu>9»AaXaji
blr^hir^oa p<57CT*sm.3* * ix = a la l k ^ ix t^ c x a y i s s c a r a cyata . daa jDorttxuryTah-Bteo??^ »olj«M,j a t -
lrL=i:atr.ya 130 i^ ir i ^ a ta la h dlXaluarfcaim ya our*t. XxipuCuaaa I n l -
1 psao<jaTig EaX rfiaauaAhAna iiut^n tarxr^but d i i t a s tx x l^ a t o le b lE tex i-
bcriVcut j s
1 . }irJh P r r , 7 z ; . '^ - S r t ^ i i s l .t l^ x X i i p j i t
b c r - t ^ apapur k a p sd a P ih z k
2.. Hffrr-inuhl n ^ n la Xotmutni*Ji2 dan ijiHtarctrl y»i>9 otr\n>«VjMi
nurat X*put-n*aa i n ± , . ,
3 . IX llxn tlftl hlla o o l l s l h p « a i » p o t : laetxgcaal iu t iir p r c t^ a c i
cVacrnh k t r j a , )c*pnitT»an D cpvurtc^cn P ert^rvtua edal& b
«i. iliA.a.2 tcran bu t: d ia t- ’is ticL tx ncjitjirradct! i>erLak.uayA p « - a t i ; - i a 2y.Miq ad.% biding E-chut-^r.ar..
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
4
Lr.I.lKk i X* 2 >Abil.a 1! “ : p ttB gaM hw n Uu-t*» t-a rn y ota t id a k nmaejiuhi
lu rw ^ jiba jsn ya » e b A 7 A lu n « . tarwabxrt pad*. d ik t u a k a t ip a l l o . l , 2,4
5 dxn. W, K a a t^ r i PartMinlaa boriuL t r^ n cabn t. Kai. W r ^ y .Saan
B utA n i s i i . .
2»>p*bila Pgu»yAsg iiai: E'nvymshaim Butan t^rayata HrtiV -*>1 l^Vjn kjnrfa^il^rujya aaixj-jnirana tjtrsehrafc peda diktixa £ /s tig a B o . 3 Asm 6
IfiAntari V ^ r ta n i* ^ im rii*): ja w ^ u rcitfl ia& a ara& l butan...
3 , r o lc r r ^ i oraxi-2 la ir ^ y a tcrh ad xp pera tn xxn dihid&nq JCahntanaxi d lX e -
n*k-an ca jok xi g o a c a l dan^tm katanfcua» yax»g bacrlatu .
XEEZIXM t B cra t. X *p u tu *a n Bak. P t m q v o aiLaan B utan frc*«tirt.a liesplraaS-aaya b a rl«& u
tftrid-tru irj s q ja k ■tAXjgval dit=rtap)mi* txntufc jury jV * ’wjJttn 20 (dua pu lu h )
■taiiun, X a a u a l i a p a h l la se fc ilu sm ya <31c* ra b ia u i X c^ z l_ L cLaii yessrja jv ;
Bale yarn j bearsangk vtan , a ta u dieatrcrt t i l t h ■ rwintaarl P e r t c a la n .
Tcsbuian k«T*atlA Yth.. i
P ita t& p k a a d l
.■ • frada ■tangqalt TvriKCj;.» 3 - ^ L t c Z - 1977
HOTTER! MIXEAHIAN
// v ST Fnnyirrm3G3?im'>ramSR2iL‘KmnaBiB,1 . B.s»pfcX H orsteri Pcnrt-S-niar. d l
- J a k a r t a [2n) *2 . Bapak X a ^ ita ri 3£j£hakigJia
d l JakaJTtA,3. Eapak. K e s t e x l fta j » r \ K&oe,rl d i
J a k a r ta .4 . Bapak JiantAri X ^aan gsn d l
J a k a r ta . 5 . &apak M *n t».r l ZzXj;
£ X o p «* r ts l d l J a k a r ta .£ . E d r . Bafcrotari-S Jem dtjxal D ap arteaaa J>*rtaoiaa
d i J a k a r t a .7 . S i r . In sp a k tm r J e n d a r a l DepertcsaMi PartanVan d i J a t a r te ..B . S d r . JLatua fta flan X o o r d l n a * ! rrainna-yan i t a d a l d i J a k a r t a .9 , E d t2 * D i r a k t u r J ^ a d a rr^ l d a la s : l i - r . g r d ^ e a D sp arttisa m
P<urtr.niga d i J a k a r t a ,1 0 . S d r . X-*paia. H ir o Bukiza daxi Btssaa D cp art*«iH PcorLanian d i ,J a k a r t a .1 1 . E d r2 . D ir n k tc r dalaia lii\ y c ^ s ? x a M t*a a » .X c ir 3 ta n a a d i J a k c r ta /B o g o e .12 .-_£ d r v “ D uhornur/X Jrpal a D aorah Y iiv jfck t-X X a lij*a n ta n Tunaah ( 2jc) .13. 3fl.r- Xa-pala DinaJ Xdrataimn D&croh “Ht.X XjilAjxantajo Ttm^Ah (2x) .14. £ d r . D ln fcitnr J o o d c r a l P a jo k d i Jal^artJL.LS* C&r. DirtOttrvir CcJ^dixaLl t .d i JjJc^rtA.1C. r>dr. n ix ^ k t o r J e a d * r * l X T r t r ia d i ■ Jata jrC a. 'L7 . S d r . D lr fl ’Kt^ir J«mdaxaJL T r a n a a iy r & ii d i J o ia x t A .
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
UuKFlKXii CimXT XZnnilSAfl KKairKl PEETWJUa;t t o . ________________________________, _________________
* S a u g g a l _____________________________________________________________________________
xrmmiuz $xs xasrsnrsi t u n t a n g
FEnccaxnxws mrc*r>.
1 . Eak J>a-ng’&**haaa K\rt-an i n i d ib c x ik a n dangan a y a r a t tsatXaV., b a b v a p«vs*g asg bak b c r - tAaggang jaw*ib B t u K «g a la p a jcb a a ta a d a r l pcxv&kJJaxmy a , pakax^a/pagawiuLnyA detx i- iJ.an p u l* p w to o ro D g i dan »*raoa o r a n g y *ng b a k e r )* a t a j D-aaAiryA.
2 . I 'e a o b t u ig n n p o h o t i - 2 b u _ 3 b 2 - a n ( T a n g d a p a t d i o a k a n o l o b H a n c - c i a ) b a n y a d l p o r X a n a a k a n
d e J ig x n i j l n . k b n a o a .
P e e a ^ g a n g R a k P a l i g n * a n a -a n H u t a f l * r a ) i b f b a a b e r l k a n k o p a d a p * ^ ^ b ^ t X a im t a jv & n y a n g b e r -
vaDAng X «t*rangaxi2 y a n g b c x i k a t 1a . T a n g g a l d i s a a l a l n y a p « t n » b a .n g a a ;
b . ,H a = a 2 d a n f t l r n s . i t . d a r i p e r w a k i J L a j i , p & « b o r a r j g 2 A n n p*tk.r_sr) a / p ^ g n w a i n y a .
c . K A E A 2 . d a n a i a r v a t d a x i . t i . a p J o r a j g g yflLag b e r h u m f t U Q n u u y u u a n g j « r a t t a n p a 1 j I n d i<
l a a a x o a l k o n » c * i n y A B t * a p a d * , k a v a s a n b n t a n y * n g b e r b a t a t A n p a d a w a i L n 2 d i L f t -
r a n g b e r b o r c .
A . Fohaa2 yan 9 d l b « r i ta n d a o l a b p a ja b a t . JCahatanan ynug bor^AUAXig untnk dipaULhara ■ a b a g a i pobaa in d u k , p o b o n y a n g dJJ-Lnduagl a ta n yan g d ip o k a i n a b a a a i t jtnda b a ta t d l la r a n g d ib a b a a g ,. d lr n s a X * t a a A I I 1A 1 I . Vak&nggaran a t a * la x a n g a n i n i »*ngakJLbatkaj dikonakannya danda p a d * pangum 1 h a saon u ru f p er* tn ra A 2 y a n g b -a r le k u .
5 . J > n r * ic a n g H e k P a o c t u t a h a a j i H x r t a n b a r n * a a n g a w a j t i a a n d i r i a t a n r ^ m u n j 'n k v a k i l n y a y a n g
d i b e r i k u A a a , k a g i - a t a n 2 p e k a r j f i / p a g o v a i n y a .
6 . £ a g a l * d o i ^ x c a / t a t a - \ i a a h a y & n g A d a h n b n r y j a n n y a d a n g a n p t n g n a a h R e n d a n k e g l a t a n
l n d u a t r l K a u p r z n t r a a a a k a l p v d a g a n g & n k a y u , h a m a o I a I q t c x c o d i a u n t u k d l p c r i k s f c
o l a h p « j a b a t X a b n t A n a n y a c n g J c a a d a p a t t a a x a d a r i E i r e k t t z r J o n d e . r a l K a H u t A n a n d a n g a n
c a t a t a m , b a h v a a a g a l a k a t e x a o g a n y a e g d l p a r o l a h b c x * l £ a t r a h a s l a d a n t t d u k , b o l n h
d 1 fpwTCxV * tv,7 - E a X P a x x m g u t a n H & f l i l B c r x n d a x i p « m d o d n k y a n g d a j t o r a y * d a x i b a k a d a t a a t a a r p a t t a -
t a p b a r l A k u d a n v a j i b d l ± x x d a h X a n .
8 . I 'e u a p a t i y a n g b t r » > j a r a h / k f c i m a & t d a n Jtu iJtiranJ 2 y a n g t o r l a t J i X d l d a l a a l s p a n g a n X o n -
a e s i t l d a k I x a l a b t l i r a s a k n tL & u p u n d i q a j a g g u .
T c = p a t 2 t a t u t t u b e r a n b a x u a k a n d i t o n j o k o I a K ? c ^ n r l n t a b j » a t £ 2 p a t .«
S . J’ o usw g aog U a k P e M jg T i* jf tb * a ji B u tJ L O d J L L o r a n g x s t a b i X l b a a l X h u t a n y a n g d i p a r o l c h t a n p a
i ^ i n ,. a t a u f c t m a r i a a g a n t i r a g l a t a n . I c u r a n d a r i o r a n g y / m g d i b e r i l ^ i n
u n t u b x s o n d a p a t b a A b u t a a d e x i b r * * l k o n a < ia ia r > 'a .
LO. r e = * g a n g H ak . y » n g n a a h a a n E a t e n v ^ j l b M a n g t x r a n g l k a r t i c a k a n y e ja g d i a k i b a t b a n k a j r a o a
^ n ^ b A a g a n / p t n y a r a d a n d a n w a j l b s u x b g h in d a r k a ja p e n a b a n g a n p > o h o o 2 d l b a v a h n k n r a n
a a r i * t & D t ja b y ^ n g t . r r e r » d a b . P a L a D g g a r & n a t a a X a t a n t n a n t e r a e b u t ; t t e n g a k i b a t k a n
t J ~ a x x i d e n d t a t b c j i a r x u l k c i n u a 4 k a i l t a r i p T y i r y i U i i * i l E u t a n ,
1 1 . ? o b o a 2 / b a t a n g d i b a w a b i n i v a j i b d i t c b a n g d i k t i n a k a n p u t a b a y a r a n X a r a n U a a i l
l i a t a n t
a . P a h o n y a n g d a p a t d ip x e u r d a g a n g k a n d e n 5 a n 9 a r i a t e n g a h S O c s ( t i n g g i d a d a ) k * a t * »
d a n
b . S « a u a n j u u g p o b o n / b a t a n g a t a n d a b a n d c n g a n g & r i a t c n g a b 1 0 c n k « a t a » y a n g t e l a b
d i t - n b a n g , y A n g d a p a t d i p o r d a g a n g k a n .
c . Dwogan *d ij> crd ogan gk an * dinakaudX-ag pcujtiaiiLn dangan s u a tu k euncungan -
b 2 . P f t i .» g a n g H a k P o o g \ j » - a b a a n R u t f t n b < c r t a n g g n n g ^ a v a b a t t « t e x ^ a d i n y a k e b a x a r a n d i d t l ^ a
a r « a l k o n * c » i n y a (y a r » g t - * l a b a t a u b e l t n d i t a b a n g ) # k a x c s a . a p i y a n g b c r a s a i d x r i
| /« o g o » a b A A n 3 y a a « x t d i r i r d a n g a n B « x » g a )a ts a u p x m k A x a r J i k u r a n g b e r b n t - i “ K a t i - P c ia c -
^■rvrvg B a k P c n g n s a b a a n B u t a j ) d i b a j r o a k a n a i o n b a y a r k e m g i a n a b a * k c r t i* A J ta L n b u t a n
y a n g d i s c b a b k a n o l & b k e b a k a x a n , b i l a t e q r d a p a t b n k t i 2 # b a b v a y a n g b o c a t D g ^ n t - a n
t i d a k J k fc n g a d a k a n p « a o t » g a h c j i a o c x i k n ^ n y a .
1 3 . C r . t u X
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI
13 • Cntni. ka ya b a k a r yan g d lk r a p u lk a n dA.la.ci u r s & l XT>fi»»*Any* u n to* dip*irdagaogKj\X} di^-anakan i t r r m mscnunrt t a r i p yang b -a rlak u .lu r * n ELacll Hgtjan. t i AaX d ipungut: u atn h k i]ra b a k a r /a r a n g yang baxa»& l A n r i. « l s i 2 dan ca b a n g i poba n ya_ag d ltatbany d x » dip^ryTcaakan* untufc k eperliaan paraxabajm .
J 4 . T ld aX d ip erk a n a n k a n taangadaknn jr ln ta n g a n * p a d * M sn u ja la n bea& r a tau k t c l l dan 2 *JLlurejQ p^uyaxuji: titan yaug v a l& lu i/ia rn artaboa )uwai&Q butan ya^g btxbatfts& n . Berua ja lo jO . b t w r i t j i u k a c i l dan aaltxran p^ngaxjgtutan U t n n yn yang jM la lu i. area l. k on & *ai bnxn* tafcap te rb u k a tsntruX jtrarxc.
1 5 . D a l** ja r a k 50 ta d ik an a ji X i . f i 3gla Q l*aya {Unusa) dan ja la n P r o p is a i yajag js o lx iu i batman yang d iu a a b a k a n dealX-l-an p u la d lk an an W f l Bungai flnn d a l t o ja x a k 200 «= d a r i t u ju a -c l r d l .Vnra og i&ao&barvg po ho n dan J& andlrikan bangvsrwm kacmali. dangan l j l n k b ca u a . DntroX d a a rth 2 y *n g d inyatak & n auu^ranyai n i l a i 2 a ^ s th a t lc a a ta u i l - stiah jn r e k t a r t e b u t d ia t a a canjadLi ICO &.
1 6 . Direkfcra: J cm d e ra l X abotA nan lacrtpu n y a l v c v tn a n g , . dtaal untnk k apantlngan mcira d a o / a ta u pen gu saba J a ra & l Xorv* tmi. I a i n , • ^am cx ln ta h k an soeabtvxa b o g ia n 2 d a r i a r a i l X o n se a i ipentrrat.•k.«parltiati y a n g la y a X a , l . \xntuk d lp oru u n ak an ja la n X o r o t t - a p l , ja l a n p«naang>rctan , j a l a n X a b e l , t l l p o n , a i r dan *Xaln2.
1.7. y e c e g a a g 5iaX PeD gn*ah*an Butan v a j l b laany&s^aiXjm la p a r a n bn la n a a kapada D ir e k tu r JendnraJL Kabotouaan tanfcang )B n i» 2 dan v o lo s t* kayrj yan g d ib a a i lk a n dan ju c la h lu r a n Ha n i l Ent&n y a n o d lb a y a r . L a p ora n I n j b a ru * d io a u p a lk a n c e la s b a t - la n b a tn y a ta n g g a l 10 p a d a b u la n b a r iX u tn y * ..
IB . Pesw gang EaX Panguaahaan Butan v a j i b ■.Vc.r iVt>n -tebang p i l l h (a f t l o c t i r c c u t t in g ) . x jonurut pexatm ran y a n g b e r la X u , k a c n & li d l t a t c p k a n l a i n .
1 9 . Pam «gang EaX fraagnsabajua Hntan v a j i b t r o la i usahanya dala is wakfca 180 h a r i a o t e la b Curat. Xeptttnnatx H an tejri P *rtarv lnn tu n ta n g p«xxgiiaahaan b u ran d iX e ln a rk an dan b i l a Xaxema. XnaaJ fibanrxya \utaba ta ra & b a t t id a X bcxtuLfiUl K^l I n i y&ppgnXJJbatXsn p e n ca - bu ban HaX Pengnaabann £ o tA a dan bafca ln yE p e r j a n j l a n o w n n ra t hnXua..
2 0 . PaX na ea la X sa n a X a n BaX Pangu&ab&an But;an l n l # pcUD»gang w a^ ib sacnaXid. m odal dan a l*t2r^nya a r n t t lx i dan tiudaX d ip erk a n a n k a n o r a n g a ta u pengxiaaba l a i n MuagusahAkan a r a a l y a n g t-cLab d lte n tu k a n *** s -arab Xopucu&an k ecu a X l a ta a d a sa r p o jr ja n jia n yan g di.*atra^ai o l e b P aw orija tab . ^
2 1 . P ao*can g HaX Pcsnguaabaan fin ta n yan g vsslakuX&n ta b a n g b a b is ( c l e a r c u t t in g ) b a iX “tantak k o p a r lu a n babn n ^ttna X ebnfur.an c o jc i ix i . aaupim ontuX iz tn y la p k a n d a e r a b tx a rv a a ig rA s i, p c r t a o i a n dab* h aru a tocaan faatX sn «a a oa kayiv ' b a s i l b u ce n yan g d a p a t d ip a rd a g a n g k a n ntasnkaletal-iaaXolsaJLnya.
2 2 . Pcuaegang BaX Pangu&abaAA hat-aa sxsnyotro^ui t-anpa n y a x a t nntu i: a e n t n a t l a e g a la k ft ta a w O « d a n p n x a t r r r ^ p cru n dangan y a n g abau akan d lX e ln a rk a n o l a b Petso- r l n t a b Z n don ea la . y a n g ^ an gattzr c a t i r a , le ln " perU utidnnqan, . panebangan/peagutabaAiv# p e n g a s p u lc n p ea b ey a x a n ro > * a lty , f e « , d s b . dan p cn g a lu a ra n b a s i l b u ta n /
2 3 . J lX a BaX Pcngnaabaaua H atan beraXbJLr X axana b ^ b i c v a X tu a y a atjuu k a fen a d laerahX an X c n b a l i o l e b Peaftgang EaX a t a o k a ro n a d lc a b o t , o l e b H o n ta r i P crt-a a ia n siaka :
a . S a g a la baX dan kenoi^lb&n yang dlbtabankan k ep iid a Pttoegang HaX faogu sabaaa titrt-an b a r a X b lr .
<pb . A r o a l btrban yang d lb a b a n l BaX Pengxixab/ian X a ^ b a l l kfipada Mogara..
c . t e r a a r o a n a ta u p «ra& oran gan Pes»ogang BaX P enguaahaon liu tan yang boraangkntan d iv » j ib X A ji c ioyttrth k A Q a&arua X li.fia dan b a b a n 2 p c b a r ga=bar2 ukurcn toa a b dan uebagoi-nya yang b ex a a n ck u ta n danoan ponguaaba& n bn tjm kapada M on ta fl P ^ c ta n ia n dengan t id a X .o e n o r lia * g on t-i k e r u g ia a .
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI HAK PENGUSAHAAN HUTAN ... SUMIRATSIH SRI WULANDARI