hak pasien dan keluarga

17
HAK PASIEN DAN KELUARGA DALAM PELAYANAN Materi Penjelasan tentang hak pasien dan keluarga dalam pelayanan : I.PENDAHULUAN Bahwa sudah tidak bisa dipungkiri lagi di mana kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan kebutuhan manusia, yang salah satunya diantaranya di bidang teknologi informasi. Informasi menjadi kebutuhan pokok setiap orang dalam rangka pengembangan pribadi di lingkungan sosialnya. Dengan perubahan/amandemen UUD 1945, sebagaimana diatur dalam Pasal 28 F dan 28 J bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia. Atas dasar tersebut, pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengundangkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang akan diberlakukan terhitung mulai tanggal 30 April 2010. Dalam Pasal 2 ditentukan bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik, dan hanya informasi publik tertentu/terbatas yang dikecualikan/dirahasiakan yang sifatnya ketat.Itu artinya bahwa informasi publik tersebut menjadi hak setiap warga negara untuk mengetahuinya, kecuali yang harus dirahasiakan. Di bidang pelayanan kesehatan di Rumah sakit ada 3 (tiga) pelaku utama yang berperan, yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Ketiga pelaku utama tersebut adalah Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut, telah ditentukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang Praktek Kedoktetan, Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Mengacu kepada UU KIP tersebut, maka sudah seharusnya pelaku utama pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yaitu Pasien, Dokter dan Rumah Sakit secara terbuka mengetahui hak dan kewajibannya

Upload: lutfi

Post on 27-Sep-2015

124 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

uraian hak pasien dan keluarga

TRANSCRIPT

HAK PASIEN DAN KELUARGA DALAM PELAYANANMateri Penjelasan tentang hak pasien dan keluarga dalam pelayanan :I.PENDAHULUAN Bahwa sudah tidak bisa dipungkiri lagi di mana kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan kebutuhan manusia, yang salah satunya diantaranya di bidang teknologi informasi. Informasi menjadi kebutuhan pokok setiap orang dalam rangka pengembangan pribadi di lingkungan sosialnya. Dengan perubahan/amandemen UUD 1945, sebagaimana diatur dalam Pasal 28 F dan 28 J bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia. Atas dasar tersebut, pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengundangkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang akan diberlakukan terhitung mulai tanggal 30 April 2010. Dalam Pasal 2 ditentukan bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik, dan hanya informasi publik tertentu/terbatas yang dikecualikan/dirahasiakan yang sifatnya ketat.Itu artinya bahwa informasi publik tersebut menjadi hak setiap warga negara untuk mengetahuinya, kecuali yang harus dirahasiakan.Di bidang pelayanan kesehatan di Rumah sakit ada 3 (tiga) pelaku utama yang berperan, yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Ketiga pelaku utama tersebut adalah Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut, telah ditentukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang Praktek Kedoktetan, Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.Mengacu kepada UU KIP tersebut, maka sudah seharusnya pelaku utama pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yaitu Pasien, Dokter dan Rumah Sakit secara terbuka mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing yang mungkin selama ini belum diketahui secara utuh.Saat ini masyarakat semakin sadar untuk memilih layanan kesehatan yang baik. Beberapa contohnya adalah masyarakat saat ini tidak sungkan lagi untuk mempertanyakan alternatif perawatan yang akan mereka terima sesuai dengan kondisi keuangan mereka saat ini. Mereka juga tidak sungkan lagi untuk berdiskusi dengan dokter mengenai kegunaan dan efek samping obat yang diresepkan dokter kepada mereka. Masyarakat juga mulai kritis mempertanyakan apakah alat kedokteran yang digunakan untuk memeriksa mereka sudah steril atau belum. Bahkan tidak sedikit orang yang ingin melihat proses sterilisasi tersebut. Bila ada pelayanan yang dirasa kurang memuaskan, masyarakat saat ini tidak malas lagi menegur staf medis yang bersangkutan atau mengeluarkan unek-unek mereka melalui kotak saran. Singkatnya masyarakat mau yang terbaik untuk diri mereka sesuai kondisi mereka saat ini.Untuk menghadapi dinamika masyarakat sedemikian rupa, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tidak tinggal diam. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mewajibkan dilaksanakannya akreditasi rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit di Indonesia. Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di rumah sakit adalah UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dan Permenkes 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentang organisasi dan tata kerja kementerian kesehatan. Akreditasi mengandung arti suatu pengakuan yang diberikan pemerintah kepada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Rumah sakit yang telah terakreditasi, mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan standar. Sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit, sudah sesuai standar. Prosedur yang dilakukan kepada pasien juga sudah sesuai dengan standar.Berdasarkan standar akreditasi versi 2007, terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan akreditasi yaitu akreditasi tingkat dasar, akreditasi tingkat lanjut serta akreditasi tingkat lengkap. Akreditasi tingkat dasar menilai lima kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat dan Rekam Medik. Akreditasi tingkat lanjut menilai 12 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan yang diakreditasi tingkat dasar ditambah Farmasi, Radiologi, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi, Pelayanan Resiko Tinggi, Laboratorium serta Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3). Akreditasi tingkat lengkap menilai 16 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan yang diakreditasi tingkat lanjut ditambah Pelayanan Intensif, Pelayanan Tranfusi Darah, Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Pelayanan Gizi. Rumah sakit boleh memilih akan melaksanakan akreditasi tingkat dasar (5 pelayanan), tingkat lanjut (12 pelayanan) atau tingkat lengkap (16 pelayanan) tergantung kemampuan, kesiapan dan kebutuhan rumah sakit baik pada saat penilaian pertama kali atau penilaian ulang setelah terakreditasi. Berdasarkan standar akreditasi versi 2007 ini, sertifikasi yang diberikan kepada rumah sakit berupa: tidak terakreditasi, akreditasi bersyarat, akreditasi penuh dan akreditasi istimewa. Tidak terakreditasi artinya hasil penilaian mencapai 65% atau salah satu kegiatan pelayanan hanya mencapai 60%. Akreditasi bersyarat artinya penilaian mencapai 65% - 75% dan berlaku satu tahun. Akreditasi penuh artinya hasil penilaian mencapai 75% dan berlaku selama 3 tahun. Akreditasi istimewa diberikan apabila dalam tiga tahun berturut-turut rumah sakit mencapai nilai terakreditasi penuh dan status ini berlaku selama 5 tahun. Rumah sakit wajib melaksanakan akreditasi minimal 6 bulan setelah SK perpanjangan izin keluar dan 1 tahun setelah SK izin operasional.Manfaat implementasi standar akreditasi versi 2007 ini terutama ditujukan bagi penerima layanan kesehatan, pasien. Selain bermanfaat bagi pasien, akreditasi juga bemanfaat bagi petugas kesehatan di rumah sakit, bagi rumah sakit itu sendiri, bagi pemilik rumah sakit dan bagi perusahaan asuransi. Bagi tenaga kesehatan di rumah sakit, akreditasi berfungsi untuk menciptakan rasa aman bagi mereka dalam melaksanakan tugasnya. Mereka akan merasa aman karena sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit sudah memenuhi standar sehingga tidak akan membahayakan diri mereka. Selain itu, sarana dan prasarana yang sesuai standar juga sangat membantu mempermudah proses kerja mereka. Bagi rumah sakit, akreditasi bermanfaat sebagai alat untuk negosiasi dengan pihak ketiga misalnya asuransi atau perusahaan. Dalam hal ini, akreditasi bisa dibilang berfungsi sebagai salah satu alat berpromosi. Bagi pemilik rumah sakit, akreditasi berfungsi sebagai alat untuk mengukur kinerja pengelola rumah sakit. Sedangkan bagi perusahaan asuransi, akreditasi bermanfaat sebagai acuan dalam memilih dan mengadakan kontrak dengan rumah sakit. Perusahaan asuransi enggan mempertaruhkan nama baiknya dihadapan kliennya dengan memilih rumah sakit berpelayanan buruk.Dalam penerapannya, standar akreditasi versi 2007 memiliki banyak kekurangan. Seperti dilansir dalam situs Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), standar akreditasi versi 2007 lebih berfokus pada penyedia layanan kesehatan (rumah sakit), kuat pada input dan dokumen namun lemah dalam implementasi dan dalam proses akreditasi kurang melibatkan petugas. Untuk menutupi kekurangan ini, KARS mengembangkan standar akreditasi versi 2012. Standar akreditasi versi 2012 ini memiliki kelebihan yaitu lebih berfokus pada pasien; kuat dalam porses, output dan outcome; kuat pada implementasi serta melibatkan seluruh petugas dalam proses akreditasinya. Dengan adanya perbaikan ini diharapkan rumah sakit yang lulus proses akreditasi versi 2012 ini benar-benar dapat meningkatkan mutu pelayanannya dengan lebih berfokus pada keselamatan pasien.Standar akreditasi 2012 ini mirip dengan standar akreditasi internasional. Dalam standar akreditasi baru ini terdapat 4 kelompok standar yang terdiri dari 1.048 elemen yang akan dinilai. Keempat kelompok standar akreditasi rumah versi 2012 yaitu: kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien rumah sakit dan sasaran Millenium Development Goals. Dalam kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, komponen penilaian selain berfokus pada hal hal terkait pelayanan pasien dan keluarga, mulai dari pemenuhan hak-hak pasien, pendidikan pasien dan keluarga sampai ke pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Pada kelompok standar manajemen rumah sakit, komponen yang dinilai misalnya upaya manajemen untuk memberikan dukungan agar rumah sakit dapat memberi pelayanan yang baik kepada pasien. Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan lebih baik dan memperhatikan keselamatan pasien. Jangan sampai pasien yang datang ke rumah sakit membawa pulang penyakit lagi. Sasaran Millenium Development Goals merupakan komponen penilaian tambahan dalam standar akreditasi rumah sakit, khusus di Indonesia. Sasaran-sasarannya berupa penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan kasus HIV dan AIDS serta pengendalian tuberkulosis. Tingkat-tingkat kelulusan berdasarkan standar akreditasi versi 2012 adalah dasar, madya, utama dan paripurna. Tingkat paripurna adalah tingkat kelulusan tertinggi yang dapat diraih oleh rumah sakit. Dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit menggunakan standar akreditasi versi 2012 ini, surveyor akan menemui pasien untuk mencari bukti adanya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang berfokus pada keselamatan pasien. Bila tidak ditemukan bukti, maka proses penilaian tidak akan lanjut ke komponen lain. Saat ini seluruh rumah sakit memiliki kewajiban untuk menjaga mutu pelayanannya dengan melaksanakan akreditasi minimal setiap 3 tahun sekali.Manfaat langsung dari implementasi standar akreditasi versi 2012 adalah rumah sakit akan lebih mendengarkan keluhan pasien dan keluarganya. Rumah sakit akan lebih "lapang dada" menerima kritik dan saran dari pasien dan keluarganya, tidak lagi menjadi pihak yang selalu benar. Rumah sakit juga akan lebih menghormati hak-hak pasien dan melibatkan pasien dalam proses perawatan sebagai mitra. Dalam hal ini, pasien dan keluarganya akan diajak berdiskusi dalam menentukan perawatan terbaik sesuai kondisi pasien saat ini. Implementasi standar akreditasi versi 2012 juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit telah melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan berdasar keselamatan pasien. Selain itu, implementasi standar akreditasi versi 2012 juga akan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga berkontribusi terhadap kepuasan karyawan. Rumah sakit yang telah lulus akreditasi versi 2012 akan memiliki modal negosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan dan sumber pembayar lainnya dengan lengkapnya data tentang mutu pelayanan rumah sakit. Implementasi standar akreditasi versi 2012 akan dapat menciptakan budaya belajar dengan adanya sistem pelaporan yang tepat dari kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit. Manfaat lain dari implementasi standar akreditasi versi 2012 adalah terbangunnya kepemimpinan kolaboratif yang menetapkan kualitas dan keselamatan pasien sebagai prioritas dalam semua tahap pelayanan.Tahapan yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan akreditasi adalah: pembinaan akreditasi oleh Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan, bimbingan akreditasi oleh surveyor pembimbing, survei akreditasi oleh surveyor akreditasi dan pendampingan pasca akreditasi oleh tim pendampingan yang terdiri dari Kemenkes, KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit), PERSI daerah dan Dinas Kesehatan. Tahap pembinaan akreditasi bertujuan untuk menyiapkan sistem pelayanan di rumah sakit. Hasil pembinaan berupa rekomendasi yang mencakup aspek hukum atau aspek manajemen pelayanan yang bisa digunakan untuk mengetahui apakah rumah sakit perlu bimbingan atau tidak. Tahap bimbingan akreditasi bertujuan untuk memberikan penjelasan, pemahaman dan penerapan standar pelayanan yang menjadi item penilaian dalam akreditasi. Hasil bimbingan ini berupa rekomendasi tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan rumah sakit dan dokumen yang perlu disediakan untuk mencapai akreditasi. Bila masih membutuhkan bimbingan, rumah sakit berhak untuk meminta bimbingan dari konsultan luar selain KARS untuk mendapat bimbingan lebih intensif. Tahap survey akreditasi merupakan saatnya penilaian terhadap pemenuhan standar rumah sakit menggunakan instrumen akreditasi yang dikeluarkan oleh KARS. Survei akreditasi dilakukan oleh KARS sedangkan sertifikasi diberikan oleh Dirjen Pelayanan Medik DepKes RI berdasarkan rekomendasi KARS. Rumah sakit tidak dapat memilih surveyor akreditasi untuk menjamin objektivitas penilaian. Tahap pendampingan pasca akreditasi bertujuan menindaklanjuti rekomendasi hasil survey akreditasi agar rumah sakit yang telah terakreditasi dapat meningkatkan mutu pelayanan yang masih dibawah standar dan tetap mempertahankan mutu pelayanan yang sudah tercapai. Pendampingan dilaksanakan secara berkala minimal 6 bulan pasca survey akreditasi.Selain diakreditasi dengan standar nasional, beberapa rumah sakit di Indonesia, khususnya rumah sakit pemerintah, juga akan diakreditasi menggunakan standar internasional. Sebenarnya telah banyak rumah sakit di Indonesia yang terakreditasi secara internasional, namun kebanyakan rumah sakit swasta. Kondisi ini semakin menanamkan kesan bahwa rumah sakit pemerintah memang kurang layak dipercaya dan kurang mampu memberikan pelayanan terbaik baik masyarakat. Rencananya, tujuh rumah sakit besar pemerintah akan dipersiapkan untuk akreditasi internasional pada tahun 2013. Untuk mewujudkan hal ini, pemerintah bekerjasama dengan lembaga akreditasi internasional yaitu Joint Commission International (JCI) dari Amerika Serikat. JCI dipilih karena paling banyak berafiliasi dengan berbagai rumah sakit besar di dunia dan merupakan salah satu lembaga akreditasi yang dianggap berpengalaman. Akreditasi internasional ini bertujuan untuk "menyetarakan" mutu pelayanan rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit internasional. Dengan adanya akreditasi internasional ini diharapkan tumbuh pula kepercayaan dan pengakuan dari masyarakat bahwa rumah sakit pemerintah mampu memberikan layanan kesehatan terbaik. Dengan pengakuan ini diharapkan dapat membendung arus masyarakat yang berlomba-lomba berobat ke luar negeri. Dengan adanya akreditasi internasional ini, pemerintah menjamin adanya peningkatan mutu layanan kesehatan di rumah sakit pemerintah tanpa diiringi dengan kenaikan harga. Kedepannya, tidak hanya rumah sakit swasta atau pemerintah yang akan mendapat akreditasi tetapi juga Rumah Sakit TNI atau Polri dan Rumah Sakit pendidikan. Terutama rumah sakit pendidikan, penting untuk mendapatkan akreditasi untuk membuktikan bahwa pelayanan yang diberikan rumah sakit ini memang benar-benar merupakan layanan bermutu. Adanya akreditasi bagi Rumah Sakit Pendidikan juga diharapkan dapat meluruskan anggapan masyarakat bahwa mereka akan menjadi "kelinci percobaan" bila menjadi pasien di rumah sakit tersebut.Untuk mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan adanya kerja sama antar semua pihak di rumah sakit. Semua staf rumah sakit, mulai dari pimpinan puncak sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat yang sama dalam mewujudkannya. Pimpinan puncak hingga ke staf lapisan bawah harus memiliki pemahaman yang sama mengenai alasan dilaksanakannya akreditasi. Jangan sampai ada pihak yang menganggap bahwa akreditasi ini akan menjadi beban yang menambah-nambah kerjaan mereka karena harus bekerja sesuai standar-standar akreditasi. Sejatinya, standar-standar yang dijadikan komponen penilaian dalam survey akreditasi adalah untuk dipenuhi dan diimplementasikan dalam jangka panjang bukan hanya pada saat survey akreditasi. Dengan adanya kerjasama dan semangat yang sama tinggi dari semua pihak di rumah sakit, bukan hal mustahil akan terciptanya layanan kesehatan berkualitas tinggi yang langgeng bagi masyarakat.Hak Pasien diatur dalam rangka melindungi kepentingan pasien yang seringkali tidak berdaya.Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-UndangMenurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas, hak menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi, hak atas kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas dukungan moral atau spiritual. Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak pasien, yakni hak atas Informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yg seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:- Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).- Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan ybs, kepentingan masyarakat).- Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat).Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:- Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3.- Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.- Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.- Menolak tindakan medis.- Mendapatkan isi rekam medis.Terkait rekam medis, Peraturan Menteri kesehatan No.269 pasal 12 menyebutkan:- Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.- Isi rekam medis merupakan milik pasien.- Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis.- Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.Hak Pasien dalam UU No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit (Pasal 32 UU 44/2009) menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut:- Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.- Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.- Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.- Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.- Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;- Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.- Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.- Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit.- Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.- Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.- Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.- Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.- Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.- Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.- Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.- Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.- Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:- Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.- Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.- Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.- Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.Terkait kewajiban pasien seperti disebut di atas, sebenarnya ada pesan implisit terkait hal itu, diantaranya:- Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus selalu memberi informasi yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun sesudah tindakan (preventif/diagnostik/terapeutik/rehabilitatif).- Keputusan di tangan pasien, dokter mengadvokasi prosesnya (kecuali keadaan darurat yang tak bisa ditunda).- Layanan medis harus sesuai kebutuhan medisnya.Hak dan Kewajiban Tenaga MedisDi dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pada pasal 50 disebutkan adanya hak-hak dokter, yakni:- Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai standar profesi dan SOP.- Memberikan layanan medis menurut standar profesi (SP) dan standar operasional prosedur (SOP).- Memperoleh info yg jujur & lengkap dari pasien atau keluarga pasien.- Menerima imbalan jasa.Adanya perlindungan hukum bagi dokter ini mengingat bahwa pekerjaan dokter dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan bahwa dalam bekerja seorang dokter harus bebas dari intervensi pihak lain, dan bebas dari kekerasan. Jika pun terdapat dugaan malpraktik harus melalui proses pembuktian hukum terlebih dahulu, termasuk diantaranya tentu saja seorang dokter bebas memperoleh pembelaan hukum.Pada pasal 52 UU yang sama diatur pula mengenai kewajiban dokter, yang meliputi:- Memberi pelayanan medis sesuai SP & SOP, serta kebutuhan medis pasien.- Merujuk pasien bila tak mampu.- Menjamin kerahasiaan pasien.- Pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang lain yg bertugas dan mampu.- Menambah / ikuti perkembangan iptek kedokteran.Selain dokter, rumah sakit juga memiliki kewajiban dalam melayani pasiennya. Kewajiban itu dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Kewajiban rumah sakit itu sudah tentu mengikat juga pada para tenaga medis. Dalam pasal 29 UU No.44 menyatakan kewajiban rumah sakit, diantaranya:- Informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.- Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, tidak diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.- Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya.- Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya.- Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin.- Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.- Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.- Menyelenggarakan rekam medis.- Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia.- Melaksanakan sistem rujukan.- Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan.- Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien.- Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.- Melaksanakan etika rumah sakit.- Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.- Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional.- Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.- Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws).- Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas.- Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.Menurut Kode Etik Rumah Sakit Indonesia terdapat beberapa kewajiban bagi tenaga medis. Kewajiban itu meliputi kewajiban umum, kewajiban kepada masyarakat dan kewajiban terhadap pasien.Kewajiban umum rumah sakit terdiri dari menaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia, mengawasi dan bertanggungjawab terhadap semua kejadian di RS (corporate liability), memberi pelayanan yang baik (duty of due care), memberi pertolongan darurat tanpa meminta pembayaran uang muka, memelihara rekam medis pasien, memelihara peralatan dengan baik dan siap pakai, dan merujuk kepada RS lain bila perlu.Kewajiban rumah sakit kepada Masyarakat terdiri dari berlaku jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik masyarakat, berusaha menjangkau pasien di luar dinding RS (extramural). Sedangkan Kewajiban rumah sakit kepada pasien adalah mengindahkan hak-hak asasi pasien, memberikan penjelasan kepada pasien tentang derita pasien dan tindakan medis atasnya, meminta informed consent, mengindahkan hak pribadi (privacy), menjaga rahasia pasien.

STANDAR PELAYANAN OPERASIONAL TENTANG PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN

Pengertian : Pemberian penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang hak-haknya dalam meperoleh pelayanan di rumah sakit terkait.Tujuan : Memberikan Penjelasan hak pasien dan keluarga dalam memperoleh pelayanan

Kebijakan :SK direkturProsedur : -1. Ucapkan salam2. Pastikan identitas pasien3. Memberikan informasi yang sebenar-benarnya kepada pasiien dan keluarga atas keadaan yang dialami pasien4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang haknya dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit5.Memberikan layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.6. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.7. Memberikan layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi8. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.9. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit.10. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.12. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.13. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.14. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.15. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

FORMULIR PEMBERIAN PENJELASAN DAN EDUKASI HAK PASIEN DALAM PELAYANAN

No. Rm :Nama:Jenis Kelamin:Alamat:

1. Saya telah mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya tentang keadaan keluarga selama di rawat di rumah sakit 2. Saya telah mendapat informasi mengenai hak-hak saya sebagai pasien/keluarga pasien selama di rawat d rumah sakit3. Saya menyetujui tata tertib yang diberikan rumah sakit4. Saya akan mempergunakan hak-hak saya dengan sebenar-benarnya dan dalam keadaan yang tepat