hadis-hadis tawassuldigilib.uin-suka.ac.id/11727/1/bab i, v, daftar pustaka.pdfhadis-hadis tawassul...

37
HADIS-HADIS TAWASSUL (Studi Terhadap Pemikiran Sayyid Muhammad ibn Alwi> Al-Maliki> dalam Kitab Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Disusun oleh: Hasyim Asy’ari 09532015 JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013

Upload: voanh

Post on 12-Apr-2018

237 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

HADIS-HADIS TAWASSUL

(Studi Terhadap Pemikiran Sayyid Muhammad ibn Alwi> Al-Maliki> dalam Kitab

Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Disusun oleh:

Hasyim Asy’ari

09532015

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013

ii

iii

iv

v

v

MOTTO

معك اهلل تري اهلل مع كن“Jadikan Dirimu Bersama Allah,

Maka Allah Akan Bersama

Kamu”

Abuya Sayyid Muhammad

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Allah SWT dan kekasihku Muhammad saw

Abah Zaini Muhammad dan umiku tercinta Maimunah, dengan cinta dan kasih

sayang, pengorbanan mereka yang telah mendidikku dengan baik,

mengenalkanku kepada Allah dan mengajarkanku cinta kepada Rasu>lullah.

Untuk kakaku tercinta Zulfatul Afifah beserta Amin Margo Santoso yang selalu

memotivasi, mendukung dan memberi nasihat. Untuk kakaku Khotibul umam

dan Ifah .S yang selalu mendo’akan aku. Untuk kakaku Hartatik beserta M.Rofiq

yang selalu menjadi tempat curhat dan meminta nasihat.

Untuk keluarga besar K.H. Fad}hil A>rif Alm, Bu Nyai Ratna .M, Gus Hadi,

Ning.uul, Ning.icha.

Serta Guru-guruku, rekan pembimbing dipon-pes Krapyak Ali Maksum

khususnya : K.H. Ashari Abdullah Tamrin, K.H. Hilmi Hasbullah, K.H. Afif

Hasbullah, Gus Zaki Hasbullah, Gus Ilzam Yahya.

Untuk Guruku K.H. Sirojan Muniro Abdul Rahman dan teman-teman Pon-Pes

Nurul Haramain ( Muslih, Heri, Rahim, Fatul, Alwi, Ahmad, Aufa, kifli, uqi dan

semuanya )

Serta untuk seseorang yang aku cintai dan sayangi yang telah menemaniku,

menjadi semangatku dalam suka dan duka sejak 7 tahun lalu, calon istriku

tercinta Nur Izzah

Serta sobat-sobatku tercinta yang telah menemaniku di setiap suka dan duka,

Khususnya Ali S.M bin Juaji.

Almamamterku :

Pon-Pes Bina>’ul Muha >jiri>n, Pon-pes Krapyak, Pon-Pes Nu>rul Hara>main

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No:

158/1987 dan 0543b/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba>‘ B Be

Ta' T Te

S|a s\ es (dengan titik di atas)

Jim J Je

Ha>’ h} ha (dengan titik di bawah)

Kha>' Kh ka dan ha

Dal D De

Z||al z\ ze (dengan titik di atas)

Ra>‘ R Er

Zai Z Zet

Si>n S Es

Syi>n Sy es dan ye

S}ad s} es (dengan titik di bawah)

Da>d} d} d (dengan titik di bawah)

Ta>' t} te (dengan titik di bawah)

Za>' z} zet (dengan titik di

bawah)

‘Ain …‘… koma terbalik (di atas)

Gayn G Ge

viii

Fa>‘ F Ef

Qa>f Q Qi

Ka>f K Ka

La>m L 'el

Mi>m M 'em

Nu>n N 'en

Waw W We

Ha>’ H Ha

Hamzah …’…

apostrof (tetapi tidak

dilambangkan apabila ter-

letak di awal kata)

Ya>' Y Ye

II. Konsonan rangkap karena tasydi>d ditulis rangkap:

ditulis muta‘aqqidi>n

ditulis ‘iddah

III. Ta>’ marbu>t}ah di akhir kata

1. Bila dimatikan, ditulis h:

Ditulis hibah

ditulis jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya,

kecuali dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:

ditulis ni’matullah

ditulis zaka>tul-fit}ri

IV. Vokal pendek

(fathah) ditulis a contoh ditulis d}araba

(kasrah) ditulis i contoh ditulis fahima

ix

(dammah) ditulis u contoh ditulis kutiba

V. Vokal panjang:

1. Fathah+alif ditulis a> (garis di atas)

ditulis ja>hiliyyah

2. Fathah+alif maqs}u>r, ditulis a> (garis di atas)

ditulis yas‘a>

3. Kasrah+ya>’ mati, ditulis i> (garis di atas)

ditulis maji>d

4. Dammah+wau mati, ditulis u> (garis di atas)

ditulis furu>d

VI. Vokal rangkap:

1. Fathah+ya>’ mati, ditulis ai

ditulis bainakum

2. Fathah+wau mati, ditulis au

ditulis qaul

VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan

apostrof

ditulis a’antum

ditulis u‘iddat

ditulis la’in syakartum

VIII. Kata sandang Alif+La>m

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-

ditulis al-Qur’a>n

ditulis al-qiya>s

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah

ditulis al-syams

x

ditulis al-sama>’

IX. Huruf besar

Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut

penulisannya

ditulis z\awi> al-furu>d}

ditulis ahl al-sunnah

xi

ABSTRAK

Hadis-hadis tentang tawassul, oleh kelompok baru (Wahhabiyyah)

dinyatakan sebagai bentuk bid’ah, musyrik dan sampai mengkafirkan pelakunya.

Mereka beralasan pelaku tawassul sebagai orang yang mengotori nilai ketauhidan

dan keluar dari ajaran Islam. Pelaku tawassul sama dengan penyembah berhala

pada masa kafir Quraisy. Wahhabiyyah yang besar dan tumbuh di Saudi Arabiah

tidak serta merta membuat seluruh penduduknya memiliki paham yang sama.

Adalah Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki, seorang ulama’ ahli hadis yang

mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan tawassul yang dituangkan

dalam kitab Mafa>him Yajibu an Tus}ah{h}ah{{{. Sebagai seorang yang hidup dan

tinggal di lingkungan Wahhabi, ia mencoba menganalisa serta mencari titik

perdebatan terhadap pihak yang menerima dan menolak tawassul sebagai salah

satu cara taqarrub ilallah. Sehingga perlu dilihat lebih lanjut bagaimana konsep

tawassul Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki dalam kitab Mafa>him Yajibu an

Tus}ah{h}ah yang dipahami serta tawaran konsepnya dan juga pemahaman hadis-

hadis tawassul Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki dalam kitab Mafa>him

Yajibu an Tus}ah{h}ah. Counter attack yang dilakukan oleh Sayyid Muahammad

untuk meluruskan faham-faham melenceng perlu ditelaah lebih jauh lagi.

Kajian ini menggunakan metode analisis taksonomi sebagai alat untuk

mengulas bagaimana konsep serta pemahaman hadis-hadis tawassul yang

ditawarkan oleh Sayyid Muhammad ‘Alwi> al-Maliki>. Analisa taksonomi adalah

sebuah analisa yang ditujukan dengan domain yang jelas, yakni pada hadis-hadis

tentang tawassul. Melalui pendekatan deskriptif-analitis, hasil ulasan ini akan

disajikan dengan penjelasan yang ringkas. Pemaparan hasil analisa ini juga

disusun secara sistematis.

Dari kajian ini, terungkap empat konsep Sayyid Muhammad dalam

meluruskan pemahaman tawassul yang salah dari kalangan Wahhabiyyah.

Pertama, tawassul adalah salah satu metode berdo’a dan salah satu sarana

menghadap kepada Allah SWT. Sedangkan obyek adalah sarana untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua, orang yang ber-tawassul harus

mencintai mediator tersebut dan meyakini bahwa Allah SWT mencintainya.

Ketiga, orang yang ber-tawassul tidak boleh meyakini bahwa objek tawassul

dapat memberi manfaat atau menolak bahaya dengan sendirinya. Keempat,

tawassul bukanlah sesuatu yang diharuskan atau ketetapan dalam agama.

Sedangkan hadis yang digunakan merupakan hadis yang dikuti ulama-ulama

Wahhabiyyah, hal ini dilakukan Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki sebagai

peringatan bahwa wahhabiyyah sebenarnya melenceng dari ulama mereka.

xii

KATA PENGANTAR

من سي ر أنفسنا نعذ باهلل من شر نستغفره، نستعينو مالنا، إن الحمد للو نحمده أ ئا

من يضل حده ال شريك لو من ييد اهلل فال مضل لو ل فال ىادي لو. أشيد أن ال إلو إال اهلل

لنا محمد صل رس لى نبينا سلم لو. الليم صل رس بده ليو أشيد أن محمدا ى ا هلل

لى آلو م الدين، أما بعد؛سلم من تبعيم بإحسان إلى ي أصحابو

Berkat rahmat dan pertolongan Allah swt. peneliti akhirnya dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: ‚HADIS-HADIS TAWASSUL (Studi

Terhadap Pemikiran Sayyid Muhammad ibn Alwi> Al-Maliki> dalam Kitab

Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah)‛. Meskipun demikian, semaksimal usaha manusia

tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan, karena kesempurnaan

hanyalah milik Allah SWT. Oleh karenanya, saran dan kritik membangun dari

berbagai pihak senantiasa peneliti harapkan.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat

bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Dr. Syaifan Nur, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan

Pemikiran Islam

3. Prof. Dr. Suryadi, M.Ag. dan Dr. Ahmad Baidhowi, M.Si. selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis periode 2009-2013

xiii

4. Dr. Phil Sahiron Syamsudin dan Afdawaiza, M.Ag, selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), yang dulunya bernama

Tafsir Hadis. Semoga kepemimpinan bapak dapat membawa angin perubahan

di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.

5. Dr. Mahfudz Masduki, M. Ag. selaku Pembimbing Akademik yang berkenan

meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk mendengarkan keluh-

kesah penulis selama masa perkuliahan.

6. Prof. Dr. Suryadi, M.Ag . selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia

dengan penuh ketelitian dan ketelatenan membaca skripsi penulis, dan

dengan penuh kesabaran menegur dan memperbaiki berbagai kesalahan dan

kealpaan.

7. Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan

Pondok Pesantren yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan studi di bangku perkuliahan dengan beasiswa, serta seluruh

pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga yang telah membina dan mengawasi

penulis selama ini.

8. Abah Zaini Muhammad dan Umi Maimunah yang tidak pernah berhenti

untuk bangkit dalam membimbing jiwa dan raga penulis dengan ketulusan

doa dan pengorbanan beliau kepada penulis.

9. Kakakku, Zulfatul Afifah, Amin M.S, Khotibul Umam, Hartatik dan adinda

Putra, meskipun dari tempat yang jauh terima kasih selalu memotivasi

penulis untuk selalu melakukan yang terbaik demi orang tua yang tercinta.

xiv

10. Calon Istriku Nur Izzah Motivasimu, perhatianmu, Perjuanganmu dalam

membantu penulis selama ini tidak akan penulis lupakan. Tanpamu skripsi ini

tidak akan pernah ada.

11. Keluarga besar Pondok Pesantren Bina>ul Muha>jiri>n, Ali Maksum, Nurul

H}aramain. Terima kasih telah mengajarkan penulis ilmu-ilmu yang insya

Allah barakah.

12. Keluarga NINERS (Yuyun, Bejo, Nikmah, Ika, Nunung, Mony, Ita, Faick,

Lala, Lek Nis, Yaya, Azmil, Mila, Izzahku, Atul, Iin, Lila, Kusminah, Yafik,

Aswar, David, Azzam, Iyash, Amy, Ipin, Lubab, Said, Asep, Faza, Mughzi,

Trisna, Alul, Anis, Atho’, Zuhdi, Rizky, Ali, Huleim, Adib, Tantan, Azhar,

Ihya’, Najib, Aji, Sukri, Munir Snape, Syauqi, Didik, Khalil, Ucup, ,

Maghfur). Terimakasih atas kebersamaannya dan persaudaraannya.

13. Teman-teman mahasantri CSS MORA, khususnya CSS MORA UIN Sunan

Kalijaga, terima kasih atas motivasi dan kebersamaannya bersama penulis..

14. Semua pihak yang tanpa disadari telah membantu penulis, tangan, mata ,

kaki, semua anggota tubuh yang dengan rajin kerja sama garap skripsiku,

kalian memang jozz, Jaza>kumulla>h ah}san al-jaza>’. Akhir kata, semoga karya

ini dapat bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 8 Oktober 2013

Penulis

Hasyim Asy’ari

NIM. 09532015

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN……………………………………………… ii

HALAMAN NOTA DINAS…………………………………………… iii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iv

HALAMAN MOTTO…………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………………... vii

ABSTRAK……………………………………………………………….. xi

KATA PENGANTAR........................................................................... xii

DAFTAR ISI…………………………………………………………… xv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………… 6

D. Telaah Pustaka…………………………………………………………. 7

E. Metode Penelitian……………………………………………………… 9

F. Sistematika Penulisan.……………………………………………….. 12

BAB II: BIOGRAFI SAYYID MUHAMMAD BIN ‘ALWI DAN

GAMBARAN UMUM TENTANG KITAB MAFA>HI>>>>>>>M YAJI>B ‘AN

TUS}AH{H}AH}

A. Biografi Sayyid Muhammad bin ‘Alwi al-Maliki>…………………….. 13

1. Latar Belakang Kehidupan………………………………………… 13

2. Latar Belakang Pendidikan……………………………………….. 14

3. Karya-Karya Sayyid Muhammad…………………………………. 17

B. Gambaran Umum Tentang Kitab Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah ……... 20

1. Metode dan Latar Belakang Penulisan Kita.…………………. 20

2. Sistematika Penulisan Kitab………………………………………. 24

BAB III: GAMBARAN UMUM TENTANG TAWASSUL

xvi

A. Konsep Tawassul Secara Umum………………………………………. 25

1. Pengertian………………………………………………….............. 25

2. Pembagian Tawassul………………………………………………. 32

a. Tawassul dengan amal ibadah (Amal Keimanan, ketaatan dan

kecintaan kepada Allah dan Nabi Muhammad saw)…………

33

b. Doa dan syafa’at Nabi Muhammad saw……………………… 35

c. Tawassul melalui bersumpah kepada Allah dan dzat, nama

orang-orang yang sudah meninggal, (para nabi, wali-wali

Allah dan orang-orang saleh yang telah meninggal)………….

39

B. Pro Kontra Tentang Tawassul…………………………………………. 43

1. Pemahaman pihak yang menerima tawassul………………………. 44

2. Pemahaman pihak yang menolak tawasssul………………………. 49

3. Titik Perdebatan……………………………………………………. 53

BAB IV: KONSEP DAN PEMAHAMAN HADIS-HADIS

TAWASSUL

A. Konsep Tawassul Sayyid Muhammad…………………………………. 55

B. Hadis-Hadis Tawassul dan pemahaman Sayyid Muhammad dalam

Kitab Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ah{h{ah……………………………………

71

1. Hadis Nabi Adam As ber-tawassul dengan Nabi Muhammad…….. 74

2. Hadis bertawassul kepada Nabi Muhammad saw, ketika Nabi

Muhammad saw Masih Hidup atau Setelah Meninggal…………..

87

C. Analisa Pemahaman Sayyid Muhammad tentang Hadis

Tawassul………………………………………………………………...

90

1. Kritik Periwayatan yang Kontradiktif terhadap al-Qur’an al-

Karim……………………………………………………………….

93

2. Kritik Periwayatan yang Kontradiktif terhadap al-Hadis dan Sirah

al-Nabawiyah

94

3. Kritik periwayatan yang Kontradiktif terhadap Akal, Indera atau

Sejarah……………………………………………………………...

96

xvii

4. Kritik Periwayatan yang Tidak Serupa dengan Ucapan Nabi……. 97

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 99

B. Saran…………………………………………………………………… 102

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 103

CURRICULUM VITAE………………………………………………… 105

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kajian terhadap sunnah Nabi saw merupakan kajian yang tidak pernah

akan ada selesainya, hal yang sama juga terdapat dalam kajian terhadap al-

Qur’an, karena keduanya merupakan sumber pokok Islam yang selalu

membutuhkan pemahaman yang sesuai dengan konteks di mana Islam

diterapkan. Al-Qur’an1 dan hadis

2 adalah sebuah dokumen untuk umat

manusia3 yang diturunkan sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi seluruh

umat manusia.4 Al-Qur’an merupakan nu>r Tuhan, petunjuk samawi dan

1Kata ‚al-Qur’ân‛ menurut bahasa bererti bacaan atau yang dibaca. Kata ‚al-Qur’ân‛

adalah masdar dengan arti isim maf’ûl, yaitu maqru yang berarti ‚yang dibaca‛. Sedangkan

menurut istilah ahli agama al-Qur’ân ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw. yang ditulis dalam mushhaf. Lihat, Hasbi Ash Shiddieqî, Sejarah dan Pengantar

Ilmu al-Qur’ân/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 1-2. Lebih jelasnya yang disebut

dengan al-Qur’ân ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. tertulis dalam

mushhaf berbahasa Arab, yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, dan membacanya

bernilai ibadah, dimulai dengan surat al-Fâtihah} dan diakhiri dengan surat an-Nas.

2 Rasyīd Ridhā mengatakan bahwa Nabi adalah penjelas al-Qur’an baik melalui ucapan

maupun perbuatannya. Penjelasan tersebut dapat berupa pengkhususan, pembatasan (taqyid),

maupun perincian (tafsil). Namun demikian, menurut Ridha Nabi tidak dapat menggugurkan

hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an atau merusak cerita-cerita di dalamnya. Oleh

karena itu, sunnah tidak dapat menghapus (naskh) al-Qur’an. Sumber pokok ajaran dalam Islam

adalah al-Qur’an dan sunnah amaliyah yang disepakati dan ditetapkan Nabi menempati posisi

yang kedua, kemudian hadis-hadis ahad yang mempunyai riwayat yang banyak dan petunjuk-

petunjuk menjadi sumber ajaran yang ketiga. Lebih lanjut baca: Mahmud Abu Rayah, Adhwa ala

al-Sunah al-Muhammadiyah,(Kairo: Dar al-Ma’arif, tt), hlm. 14-15.

3Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur’ân (Chicago: Bibliotheca Islamika, 1989),

hlm. 1.

4Lihat Q.S. al-Baqarah [2]: 2 dan 185.

2

syariat umum yang abadi. Ia memuat apa saja yang dibutuhkan oleh manusia,

baik dalam urusan agama ataupun dunia mereka.5

Namun seringkali yang terjadi sebaliknya, di sana-sini banyak sekali

dijumpai orang yang salah memahami al-Qur’an dan hadis, hingga pada

ujungnya yang terjadi adalah truth claim dan menyalahkan pihak lain yang

tidak sepaham dengannya.6 Pemahaman yang salah terhadap hadis Nabi

sangatlah disayangkan terutama di zaman-zaman sekarang di mana mulai

marak lagi golongan yang mengajak untuk kembali kepada slogan ‛al-ruju>’

ila> al-kita>b wa al-sunnah‛ di mana sudah barang tentu konsekuensi dari

slogan tersebut adalah seseorang harus benar-benar memahami terhadap

kandungan al-Qur’a>n dan juga hadis Nabi saw. Di antara sekian permasalahan

yang serius dipermasalahkan sejak zaman dulu hingga sekarang adalah

persoalan tawassul. Persoalan ini bukanlah persoalan yang baru, namun

begitu persoalan ini muncul kembali di zaman-zaman sekarang sehingga

sangat layak untuk dikaji lebih lanjut.

Tawassul adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan

ketaatan kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, mengikuti petunjuk Rasul-Nya

dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridhai-Nya, lebih

jelasnya adalah melakukan suatu ibadah dengan maksud mendapatkan

keridhaan Allah dan surga-Nya. Di samping itu tawassul bisa juga dilakukan

5Muhammad Ali al-Shabûnî, al-Tibyân fî ’Ulûm al- Qur’ân (Bairut: Dar al-Kutb, 2003),

hlm. 65.

6 Abdul Hayyei Kattâni, ‚al-Qur’ân dan Tafsir‛, dalam Jurnal al-Insan, Vol. 1, No. 1,

Januari, 2005, hlm. 92.

3

melalui perantaraan hamba-hamba Allah yang shalih baik yang masih hidup

ataupun yang sudah meninggal dunia. Tentu saja ini merupakan bentuk

ibadah kepada Allah yang sering kali dilakukan dalam kehidupan, namun

perlu diketahui bahwa tidak sedikit pula orang yang terjerumus kedalam

tawassul yang itu sama sekali tidak disyari’atkan di dalam agama Islam.

Beberapa kesalahan dalam tawassul itulah yang seyogyanya digaris

bawahi oleh orang yang menyalahkan orang-orang yang ber-tawassul, bukan

semua bentuk ’amaliah tawassul karena pada dasarnya tawassul adalah

amalan yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya:

53 ‚Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.‛ (QS. al-Ma>’idah: 35)

Di samping itu juga terdapat hadis Nabi yang menjelaskan persoalan

tersebut, yaitu:

‚dari ‘Uthma>n ibn H{unaif r.a., ia berkata bahwa pernah ada seseorang yang tuna netra yang mendatangi Nabi saw dan ia berkata: berdoalah kepada Alla>h agar memberikan kesembuhan kepadaku! Nabi saw bersabda: jika kamu menginginkan, maka aku akan mendoakan, dan jika kamu menginginkan,

4

maka bersabarlah! Seseorang tersebut berkata: berdoalah kepada-Nya. Nabi saw bersabda untuk memerintahkannya supaya berwudhu, maka ia mengambil air wudhu dengan baik dan mendirikan s{ala>t dua rakaat. Setelah itu ia berdoa seperti ini : ‚Ya Alla>h sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku mengahdap-Mu dengan perantara Nabi-Mu Muh{ammad, Nabi yang penuh dengan rahmat, sesungguhnya aku menghadap-Mu kepada Tuihanku dalam kebutuhanku ini agar Engkau kabulkan untukku. Ya Alla>h turunkanlah Shafa’atmu kepadanya (Muh{ammad) ke dalam diriku.‛ 7

Di antara sekian ulama yang memiliki perhatian khusus dalam

memahami hadis-hadis tentang tawassul adalah Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi

al-Ma>liki . Beliau adalah orang yang memilih madzhab moderat di mana ia

tidak senang dengan kelakuan sebagian orang yang menyalahkan amaliah

tawassul secara mutlak tanpa alasan apapun dan beliau juga tidak sepaham

dengan orang yang bertawassul tanpa dasar yang memungkinkan dirinya

untuk jatuh dalam kemusyrikan.

Sayyid Muhammad al-Ma>liki dikenal sebagai guru, pengajar dan

pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu

menerima h}iwar dengan h}ikmah dan mau’iz}ah h}asanah. Beliau ingin

mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang

berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama,

terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau

adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih

terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin ’Alwi al-

Ma>liki>. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan

7 Al-Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki al-H{asani>, Mafa>him Yajibu an Tus{ah{h{ah{...,

hlm. 137-139.

5

menghormati orang yang tidak sealiran dengannya atau tidak searah dengan

thariqahnya.

Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang

tidak bersependapat baik dengan pemikirannya atau dengan aliranya. Semua

yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah

dan menyelesaikan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang

jitu bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan

berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada

pertikaian para ulamanya dan ini memang yang diinginkan musuh Islam.

Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik

di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima

dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang

orang yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka

memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Qur’a>n dan Sunah8.

Adapun dipilihnya kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{9 sebagai pokok

kajian pemikiran Sayyid Muhammad tentang hadis-hadis tawassul adalah

karena di dalam buku ini terdapat pemikiran hadis Sayyid Muhammad

tentang tawassul yang dibahas secara rinci dan mendalam. Selain dari itu,

kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah adalah kitab yang disajikan secara

akademis logis dimana Sayyid Muh{ammad menanggapi argumen-argumen

8 “Selayang pandang Abuya Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki‛, Multaqo Hai’ah As

Shofwah. 9 Lihat: Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki, Mafahim yajib an Tushahhah, (Makkah:

Maktabat Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki, 1425 H).

6

seputar hadis-hadis tawassul dengan akademis bukan dengan emosi dan

kemarahan.

Berangkat dari beberapa permasalahan di ataslah penulis tertarik untuk

mengkaji secara lebih lanjut penelitian hadis-hadis tentang tawassul dari

pemikiran Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m

Yajib an Tus{ah{h{ah.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih spesifik, maka penulis sengaja membatasi pada

satu kitab karya Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki yaitu Mafa>hi>m

Yajib ’an Tus}ah}h}ah} dengan mengambil fokus pemahaman hadis-hadis

tentang tawassul. Dari sinilah kemudian muncul rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana konsep tawassul menurut Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-

Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ?

2. Bagaimana pemahaman hadis-hadis tawassul menurut Sayyid Muh{ammad

ibn ‘Alwi> al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui konsep tawassul menurut Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-

Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ?

2) Mengetahui pemahaman hadis-hadis tawassul menurut Sayyid

Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an

Tus{ah{h{ah ?

7

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan khazanah keilmuan keislaman, terutam tentang masalah hadis

tawassul dalam pandangan Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki dalam

kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah serta dapat menambah pengetahuan

penulis dan pembaca tentang tawassul. Selain itu, untuk menambah

kepustakaan dan memperkaya khazanah kepustakaan Islam.

2. Secara tidak langsung, penelitian ini memiliki arti penting bagi

masyarakat Indonesia dalam melihat permasalahan agama, khususnya

bagaimana memahami tawassul yang benar dan bagaimana

menerapkannya dalam elemen kehidupan manusia. Oleh karena itu, kajian

ini diharapkan dapat memberikan wacana baru dan masukan bagi umat

Islam mengenai konsep tawassul.

D. Telaah Pustaka

Setelah dilakukan penelusuran, penulis menemukan beberapa karya

yang membahas tentang tawassul, dan diantaranya adalah : Karya

Muhammad Nashiruddin al-Albani dan Ali bin Nafi al-‘Ulyani yang berjudul

Tawassul dan Tabarruk, menjelaskan bahwa tawassul dan tabarruk

merupakan ibadah yang dipraktekkan sejak zaman sahabat hingga kini.

Namun pada masa kini banyak dijumpai praktek-praktek tawassul dan

tabarruk yang tidak berdasarkan kepada sunnah, bahkan membahayakan

aqidah. Maka tujuan dari buku tersebut adalah mengarahkan umat muslim

8

agar terhindar dari praktek-praktek yang tidak berdasar dan menuju kepada

apa yang telah didasarkan kepada sunnah.10

Skripsi yang berjudul ‚Pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang Tawassul‛

karya Muhammad Zaid Abdullah. Di dalam skripsinya, ia menjelaskan

tentang logika dan cara berpikir Ibnu Taimiyyah dalam memahami teks kitab

suci (al-Qur’an dan al-Hadis) serta bagaimana respon terhadap kenyataan dan

realitas umat tentang maraknya praktek tawassul waktu itu.11

Skripsi yang berjudul ‚Tipologi Konsep Tawassul Menurut Hamka

(Kajian Deskriptif Analitis Kitab Tafsir al-Azhar)‛ karya Fajar Irmawan

membahas tentang konsep tawassul pada kitab tafsir al-Azhar. Menurutnya,

konsep tawassul yang ditafsirkan oleh Hamka merupakan pengaruh dari

pemikiran Ibnu Taimiyyah. Pengaruh ini dapat dilihat dari larangan beliau

pada sebagian orang yang pergi ke makam Nabi atau wali untuk bertawassul,

meminta doa dari orang yang sudah meninggal.12

Skripsi yang berjudul ‚Studi Komparatif Pendapat Ibnu Taimiyyah dan

al-Syaukani tentang Tawassul‛ karya Zainal Abidin. Dalam skripsinya ia

menjelaskan konsep dan beberapa masalah yang terkait dengan tawassul dan

ia mengkomparasikan antara dua tokoh yang fenomenal, yaitu Ibnu

Taimiyyah dan al-Syaukani.13

10

Muhammad Nashiruddin al-Albani dan Ali bin Nafi al-‘Ulyani, Tawassul dan Tabarruk, terj. Ainur Rafiq dan Abdul Rasyad Shiddiq (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), hlm. 58.

11 Muhammad Zaid Abdullah, ‚Pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang Tawassul‛, skripsi

Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001.

12

Fajar Irmawan, ‚Tipologi Konsep Tawassul Menurut Hamka (Kajian Deskriptif Analitis

Kitab Tafsir al-Azhar)‛, skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.

9

Dalam skripsi karya Arofah Ahmad, ia mencoba mengkomparasikan

antara dua ormas besar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan NU dalam

menanggapi masalah tawassul yang notabenenya selalu mempunyai

pandangan yang berbeda antara keduanya. Dalam karyanya yang berjudul

‚Hukum Tawassul Menurut Muhammadiyah dan NU‛, tersebut ia

mengungkapkan dalil-dalil dan alasan-alasan dari masing-masing ormas

tersebut di dalam menjelaskan masalah tawassul.14

Dari beberapa penelitian di atas, nampaknya belum ditemukan kajian

yang serupa dengan tema penelitian yang sedang penulis lakukan. Dengan

demikian, maka penelitian ini merupakan penelitian yang penting untuk

dilakukan, sebagai wacana baru dan membangkitkan semangat ibadah umat

muslim.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian library

research (studi kepustakaan), karena obyek penelitian ini adalah literatur,

yaitu mengusahakan sintesis atas hadis-hadis tawassul dalam Kitab Mafa>hi>m

Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki. Penelitian

ini bersifat analisis-deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data yang telah

ada, kemudian menjelaskan dan menganalisa mengenai masalah tawassul.

1. Sumber Data

13

Zainal Abidin, ‚Studi Komparatif Pendapat Ibnu Taimiyyah dan al-Syaukani tentang

Tawassul‛, skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. 14

Arofah Ahmad, ‚Hukum Tawassul Menurut Muhammadiyah dan NU‛, skripsi Fakultas

Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

10

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni sumber

data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang dimaksud

adalah kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah karya Imam Sayyid

Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki . Sedangkan sumber data sekunder adalah

data-data yang dapat diperoleh dari buku-buku maupun media atau sumber

lain yang tersedia yang besangkutan dengan tema penelitian ini. Sumber

data sekunder ini diperlukan sebagai data pendukung dalam melakukan

analisis seputar tema yang akan dibahas.

2. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini bertumpu pada hadis-hadis

tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid

Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki , di sisi lain upaya untuk memperkuat

argumentasi juga akan dilakukan dengan mengikutsertakan pemikiran-

pemikiran lain yang relevan, yang mungkin akan didapatkan melalui

wawancara atau melalui buku-buku, sejumlah artikel maupun bentuk-

bentuk karya yang lain. Model analisis seperti ini biasa disebut dengan

analisis taksonomi,15

yakni analisis yang memusatkan perhatian terhadap

domain tertentu dari pemikiran tokoh (dalam hal ini, domain yang

dimaksud ialah hadis-hadis tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an

Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki . Analisis

taksonomi ini berbeda dengan analisis domain yang digunakan untuk

mendapatkan gambaran secara menyeluruh perihal pemikiran seorang

15

Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh, Metode Penelitian Mengenai Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm.64-67.

11

tokoh. Pandangan matan hadis Sayyid Muhammad dikaji dengan analisis

kritik matan al-Idlibi, dengan analisis ini akan didapatkan pandangan yang

obyektif.

3. Pendekatan

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

deskriptif-analitis, dimana konsep-konsep akan ditelisik, diurai dan

dijelaskan secara filosofis dan sistematis dalam rangka menggapai

pemahaman hadis-hadis tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{

karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki .

Pendekatan deskriptif dalam penelitian ini penting digunakan dalam

rangka menjabarkan pemahaman hadis-hadis tawassul dalam kitab

Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-

Ma>liki , secara gamblang dan apa adanya. Dengan demikian, dari deskripsi

yang dilakukan itu akan didapatkan pengetahuan berupa gambaran-

gambaran yang mudah-mudahan cukup jelas mengenai nilai-nilai

ketauhidan. Namun penulis sadar bahwa itu saja tidak cukup. Analisa yang

kritis terhadap data-data yang telah dideskripsikan mengenai tawassul

perlu dilakukan dalam rangka menafsirkan dan memahami maksud yang

‚sesungguhnya‛ (atau sekurang-kurangnya mendekati yang

‚sesungguhnya‛ itu) dari pemikiran mereka mengenai hal tersebut. Untuk

itulah pendekatan analitis juga akan diterapkan, sebab kiranya dengan cara

demikian penulis akan dapat melakukan kajian dalam tema ini secara

memadai dan mendalam.

12

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar kajian ini memuat tiga bagian utama, yaitu memuat

pendahuluan, isi dan penutup. Bagian pendahuluan terletak pada bab I yang

berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan

Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika

Pembahasan.

Sedangkan untuk isi dipaparkan ke dalam dua bab, yaitu tediri dari bab

II dan bab III. Bab II yaitu Tinjauan Umum Tentang Imam Sayyid

Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki dan kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{. Di

dalam bab ini dipaparkan menjadi dua bagian yaitu: Pertama, menjelaskan

tentang Riwayat Hidup Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki yang

meliputi: Biografi Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki , Latar

belakang pendidikan, Karya-Karyanya, Situasi Dan Kondisi Sosial Budaya

Politik Dan Ekonomi; Kedua, Mengenai kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{

yang meliputi: Latar belakang penulisan kitab, Metode penulisan,

pemahaman hadis, Motifasi Penulisan dan penilaian para ulama terhadap

Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki .

Memasuki pada bab III menjelaskan mengenai konsep tawassul secara

umum dan perdebatan tawassul dari golongan yang pro dan kontra, serta titik

permasalahan yang diperdebatkan. Adapun pada bab IV akan dijelaskan

tentang analisis dan kritik. Kemudian masuk pada bagian akhir tepatnya pada

bab V yaitu penutup yang memuat tentang kesimpulan dan saran-saran.

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemaparan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam menjelaskan tawassul Sayyid Muhammad sepakat dengan

pembagian tawassul ulama’ terdahulu, akan tetapi pemikiran Sayyid

Muhammad bin Alwi> Al-Maliki> al-Hasani> dalam masalah tawassul dengan

selain amal orang yang ber-tawassul dapat menjadi suatu pencerahan,

karena Sayyid Muhammad dapat memberikan konsep yang membedakan

antara tawassul yang dianjurkan (masyru>’) dan yang dilarang (mamnu>).

Empat syarat yang diwajibkan oleh Sayyid Muhammad adalah :

a. Tawassul adalah salah satu metode berdo’a dan salah satu sarana dalam

menghadap kepada Allah SWT. Sedangkan, objek yang dijadikan

tawassul berperan sebagai mediator dan sarana untuk mendekatkan diri

kepada Allah.

b. Orang yang ber-tawassul tidak akan ber-tawassul dengan mediator

tersebut, kecuali karena ia mencintai mediator tersebut dan meyakini

bahwa Allah SWT mencintainya.

c. Orang yang ber-tawassul tidak boleh meyakini bahwa objek tawassul

dapat memberi manfaat atau menolak bahaya dengan sendirinya, tanpa

seizin-Nya, niscaya ia telah musyrik.

d. Tawassul bukanlah sesuatu yang diharuskan atau ketetapan dalam

agama.Terkabulnya doa seseorang yang ber-tawassul tidak ditentukan

100

oleh adanya tawassul, bahkan tawassul ini mutlak berdoa kepada Allah

SWT.

Empat pilar inilah yang digunakan Sayyid Muhammad untuk

membenarkan pemahaman yang keliru, di dalam menghukumi orang-

orang yang ber-tawassul dengan selain amal. Di dalam menyanggah

tuduhan kaum Wahhabi terhadap kekafiran, kemusyrikan kaum Ahlu al-

Sunnah yang ber-tawassul, Sayyid Muhammad mampu memberikan

bukti-bukti yang berasal dari ulama’ mereka sendiri, seperti Imam Ahmad

bin Hanbal, Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Sayyid

Muhammad memberikan penjelasan yang sangat logis dalam menyikapi

tawassul dengan selain amal. Sistematika berargumen beliau sangat

tersistematis dalam memberikan penjelasan bahwa hakikatnya yang

dikatakan sebagai tawassul dengan selain amal adalah tawassul dengan

amal, semua itu adalah formalitas semata.

Sayyid Muhammad mengutip fatwa Ibnu Taimiyyah mengenai

kebolehan tawassul dengan iman, ketakwaan dan rasa cinta. Kemudian

Sayyid Muhammad menjelaskan bahwa orang yang ber-tawassul dengan

orang salih yang telah meninggal, berarti dia mencintai orang tersebut,

karena dia meyakini bahwa Allah SWT mencintai kesalihahanya,

ketakwaanya dan dia mempunyai derajat yang mulia di hadapan Allah

SWT. Dengan kecintaan itulah, orang tersebut dapat ber-tawassul dengan

amal. Karena kecintaan, rasa hormat, itu merupakan amal, jadi

101

hakikatnya tawassul dengan selain amal adalah tawassul dengan amal,

karena itu merupakan formalitas semata.

2. Hadis –hadis yang terdapat dalam tawassul kebanyakan dinukil dari kitab

selain kitab sembilan, hal ini disebabkan Sayyid Muhammad dalam

mengutip hadis menggunakan hadis yang telah dijadikan oleh Ibnu

Taimiyyah sebagai dalil dalam ber-tawassul. Seperti hadis tentang tawassul

nabi Adam as kepada nabi Muahmmad saw. Namun sayyid Muhammad

juga menguatkan pendapatnya menggunakan hadis yang bersumber dari

sah}i>h}ain, maupun kitab yang masyhu>r yang lain. Dalam menganalisa

kualitas hadis Sayyid Muhammad mengutip pendapat dari ulama’-ulama’

hadis, terutama hadis –hadis yang status kualitasnya diperdebatkan.

Walaupun status hadis yang dikutip bukan dari kitab yang tidak

masyhu>r, namun hal itu tidak mengurangi bobot pemikiran Sayyid

Muhammad, karena dalam hal ini Sayyid Muhammad hanya memaparkan

hadis yang digunakan oleh Ibnu Taimiyyah (orang yang diklaim sebagai

ulama’ besar Wahhabiyyah) untuk dijadikan bumerang bagi kelompok

Wahhabiyyah. Sementara kutipan hadis Sayyid Muhammad yang

digunakan untuk menguatkan bersumbber dari kitab yang masyhu>r.

Analisa yang digunakan untuk melihat pemikiran Sayyid Muhammad

dalam mengkaji matan adalah analisa Sala>h al-Di>n bin Ahmad al-Idlibi>

didalam kitab Manhaj Naqd al-Matn. Dari hasil analisa matan tersebut

tidak ditemukan pemikiran Sayyid Muhammad yang menyimpang dari

kaidah Ilm al-hadis. Sayyid Muhammad mendasarkan pendapat beliau

102

berdasarkan al-Quran dan hadis-hadis yang sesuai dengan tema kajiannya,

bahkan Sayyid Muhammad mampu memberikan penjelasan yang mampu

diterima akal, tidak bertentangan dengan logika berfikir yang sangat

mendasar.

B. Saran-saran

Didalam melihat perbedaan jangan mudah menghukumi seseorang

dengan bid’ah, musyrik dan kafir. Lihatlah dengan seluruh sudut pandang

agar timbul kebijaksanaan, dan ketenangan dalam berfikir. Pernah suatu

ketika dalam keadaan perang berkecamuk seorang sahabat sudah mendapati

seorang kafir quraisy dipedangnya, lalu orang kafir tersebut dalam keadaan

terdesak mengucapkan syahadat, namun sahabat tersebut tetap membunuhnya

karena dia menghukumi syahadat orang kafir tersebut tipu muslihat agar

selamat dari pedangnya. Setelah cerita ini sampai kepada Rasul Saw, Rasul

memerintahkan sahabat tadi untuk membedah hatinya agar tahu isi hatinya

(bentuk sindiran Rasul saw agar berhati-hati dalam menilai urusan hati

seseorang, karena hal itu adalah iman yang sungguh menjadi urusan seorang

hamba dan Tuhannya).

Kekeliruan yang terjadi disekitar dimasyarakat hendaknya diluruskan

dengan cara yang lurus pula, dengan hikmah dan nasihat yang baik. Sudah

menjadi kewajiban sesama muslim untuk saling menasihati dalam kebenaran

dan kesabaran. Tidak ada paksaan dalam Islam, Islam menolak pemaksaan

berfikir, Islam mengajarkan cara yang santun yaitu dengan mengedepankan

musyawarah, tabayun dan bertukar fikiran.

103

DAFTAR PUSTAKA

al-Alu>si> al-Bagda>di>, Mah{mu>d.Ru>h{ al-Ma’a>ni>.Beirut: Da>r al-Fikr.1983

al-As{fahani, Al-Ragi>b.Mu’jam Mufrada>t Alfa>z{ al-Qur’a>n.Beirut: Da>r al-Fikr.tt

al-Bukhara>ri.S{ah{i>h{ al-Bukha>ri> dalam CD. ROM mausu>’ah h{adi>th al-shari>f

_______.al-Qawa>’id al-Asa>siyyah fi> ‘Ilm Mus{t{alah{ al-H{adi>th.Jakarta: Dinamika

Berrkah Utama.tt

Hamka.Tafsir al-Azhar.Jakarta: Pustaka Panjimas.1984

Ibnu Manz{ur.Lisa>n al-‘Arab.Beirut: Da>r al-S{adr.tt

Ibnu Taimiyah.Tawassul dan Wasi>lah.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2006

Ibnu Kathi>r.Tafsi>r Ibnu Kathi>r.CD. ROM al-Maktabah al-Sha>milah

Kattâni Abdul Hayyei, ‚al-Qur’ân dan Tafsir‛, dalam Jurnal al-Insan, Vol. 1, No.

1, Januari, 2005

al-Maliki, Sayyid Muhammad ibn Alawi. Mafahim yajib an Tushahhah. Makkah:

Maktabat Sayyid Muhammad ibn Alawi al-Maliki.1425 H.

al-Manu>fi al-H{usaini, Al-Sayyi>d Mah{mu>d Abu> al-Faid.Himpunan Auliya’ dan

Ulama Tasawuf, terj. Abu Bakar Basymeleh.Surabaya: Bina Ilmu.1996

_______.Manhaj al-Salaf fi> Fahm al-Nus{u>s{ bayna al-Nadhariyyah wa al-

Tat{bi>q.Makkah: Maktabat Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki.1419 H

Maimun, Arief Furchan dan Agus. Studi Tokoh, Metode Penelitian Mengenai

Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.

Madjid, Nurcholis.‚Tasawuf dan Pesantren‛, dalam Abdurrahman Wahid,

Pesantren dan Pembaharuan, (ed.) M. Dawam Raharjo.Jakarta: LP3S.1995

104

Munawwir, A. W.Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.Surabaya:

Pustaka Progresif. 1997

Rahman, Fazlur. Major Themes of The Qur’ân. Chicago: Bibliotheca Islamika.

1989.

Rayah, Mahmud Abu. Adhwa Ala al-Sunah al-Muhammadiyah. Kairo: Dar al-

Ma’arif. tt.

al-Shabûnî, Muhammad Ali. al-Tibyân fî ’Ulûm al- Qur’ân. Bairut: Dar al-Kutb.

2003.

al-Sijista>ni> al-Azdi>, Abu> Dawu>d Sulaima>n ibn al-Ash’as.Sunan Abi>

Dawu>d.Beirut: Da>r al-Fikr.tt

Ash Shiddieqî, Hasbi . Sejarah dan PengantarIlmu al-Qur’ân/Tafsir. Jakarta:

Bulan Bintang. 1994.

Shihab, M. Quraish.Tafsir al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati.2002

Subh{a>ni>, Ja’far.Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali Termasuk

Ajaran Islam; Kritik atas Faham Wahabi, terj. Zahir.Bandung: Pustaka

Hidayah.1995

al-Tirmi>z{i>, Sunan al-Tirmi>z{i> dalam CD.ROM mausu>’ah h{adi>th al-shari>f

al-Zarkasyi Badr al-Din Muhammad Ibn Abdullah, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’ân,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1988)

al-Zarqânî ‘Abd al-‘Azhîm, Manâhil al-‘Irfân fî ‘ulûm al-Qurân (Mesir: Musthafa

al-Bâbî al-Halabî, t. th.)

105

CURRICULUM VITAE

Nama : Hasyim Asy’ari

NIM : 09532015

Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

TTL : Lamongan 19 November 1989

Email : [email protected]

Orang Tua : Ayah : Zaini Muhammad

: Ibu : Maimunan

Alamat Asal : JL.Rawa Pelita, Desa Rawa Mulia, Babulu, Penajam Paser

Utara, Balikpapan Kalimantan Timur

Alamat di Yogya : Jl. KH Ali Maksum No.21c RT.01 Krapyak Kulon Sewon

Bantul Yogyakarta

Pendidikan Formal : SDN 019 Babulu Kal-Tim : 1996-2002

: MTs Bina’ul Muhajirin Babulu : 2002-2005

: MA Ali Maksum Yogyakarta : 2006-2009

: S1 UIN Sunan Kalijaga : 2009-2013

Pengalaman Organisasi : - OSIS Mts Bina’ul Muhajirin

- IPNU MA Ali Maksum

- MPK Ali Maksum

- PSNT Ali Maksum

- IPSNU PN Mts Bina’ul Muhajirin