gunung ceremai

4
Gunung Ceremai Gunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") adalah gunun berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Proinsi !awa a Posisi geografis puncaknya terletak pada $% &' ' " *+ dan -% ./ " 0, d ketinggian '# 1- m di atas permukaan laut# 2unung ini merupakan gunung tertingg arat# 2unung ini memiliki kawah ganda# Kawah barat yang beradius / m terpotong ole timur yang beradius $ m# Pada ketinggian sekitar .#3 m dpl di lereng sela bekas titik letusan yang dinamakan 2owa 4alet# Kini 2# Ceremai termasuk ke dalam kawasan 0aman 5asional 2unung Ciremai (052C), yang memiliki luas total sekitar &# hektare# 5ama gunung ini berasal dari kata cereme ( Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai , suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awala ci6 untuk penamaan tempat# Vulkanologi dan geologi 2unung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe 7 (yakni, gunungapi magmat masih aktif semenjak tahun $ ), dan berbentuk strato# 2unung ini merupakan g soliter, yang dipisahkan oleh 8ona +esar Cilacap 9 Kuningan dari kelompok gunung arat bagian timur (yakni deretan 2unung 2alunggung, 2unung 2untur , 2unung Papandayan, 2unung Patuha hingga 2unung 0angkuban Perahu) yang terletak pada 8on andung# Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga# 2enerasi pertama ialah suatu gunung Plistosen yang terletak di sebelah 2# Ceremai, sebagai lanjutan ulkanisma Plio6 atas batuan 0ersier# :ulkanisma generasi kedua adalah 2unung 2egerhalang, yang s runtuh membentuk Kaldera 2egerhalang# ;an ulkanisma generasi ketiga pada kala < berupa 2# Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera 2egerhalang, yang diperkira pada sekitar 1# tahun yang lalu (+itumorang 33 )# *etusan 2# Ceremai tercatat sejak $3- dan terakhir kali terjadi tahun 3'1 deng waktu istirahat terpendek ' tahun dan terpanjang . tahun# 0iga letusan 11., - & terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti# *e belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 3 1 dan 3. Pada ./ !uni 3'1 9 1 !anuari 3'- terjadi letusan freatik di kawah pusat dan ce +ebaran abu mencapai daerah seluas &.,& km bujursangkar (Kusumadinata, 31 ) tahun 3/1, 3&& dan 31' terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya 2 Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara 9 barat la gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan 0alaga sebelah barat 2#

Upload: cukup-trisna-azah

Post on 08-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hb

TRANSCRIPT

Gunung CeremaiGunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6 53' 30" LS dan 108 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.Vulkanologi dan geologiGunung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ceremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ceremai.

Jalur pendakianPuncak gunung Ceremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "AKAR" (Anak Kuningan Alam Rimba) yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ceremai.Keanekaragaman hayatiVegetasiHutan-hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian m dpl. dikelola dalam bentuk wanatani (agroforest) oleh masyarakat setempat.Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan (tumpangsari), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.MargasatwaKeanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Penelitian kelompok pecinta alam Lawalata IPB di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies amfibia (kodok dan katak), berbagai jenis reptil seperti bunglon, cecak, kadal dan ular, lebih dari 95 spesies burung, dan lebih dari 20 spesies mamalia.Beberapa jenis satwa itu, di antaranya: Bangkong bertanduk (Megophrys montana) Percil Jawa (Microhyla achatina) Kongkang Jangkrik (Rana nicobariensis) Kongkang kolam (Rana chalconota) Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus) Bunglon Hutan (Gonocephalus chamaeleontinus) Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.) Elang Hitam (Ictinaetus malayensis) Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus) Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) Puyuh-gonggong Jawa (Arborophila javanica) Walet Gunung (Collocalia vulcanorum) [masih perlu dikonfirmasi] Takur Bultok (Megalaima lineata) Takur Tulung-tumpuk (Megalaima javensis) Berencet Kerdil (Pnoepyga pusilla) Anis Gunung (Turdus poliochepalus) Tesia Jawa (Tesia superciliaris) Ceret Gunung (Cettia vulcania) Kipasan Ekor-merah (Rhipidura phoenicura) Burung-madu Gunung (Aethopyga eximia) Burung-madu Jawa (Aethopyga mystacalis) Kacamata Gunung (Zosterops montanus) Trenggiling biasa (Manis javanica) Tupai kekes (Tupaia javanica) Kukang (Nycticebus coucang) Surili Jawa (Presbytis comata) Lutung Budeng (Trachypithecus auratus) Ajag (Cuon alpinus) Telegu (Mydaus javanensis) Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis) Macan Tutul (Panthera pardus) Kancil (Tragulus javanicus) Kijang (Muntiacus muntjak) Jelarang Hitam (Ratufa bicolor) Landak Jawa (Hystrix javanica)