green architecture

42
BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin sadarnya manusia akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup, saat ini arsitektur hijau menjadi semakin populer dan diakui signifikansinya. Manusia mulai menyadari bahwa bangunan menjadi salah satu penyebab polusi yang cukup dominan, mulai dari proses pembuatannya sampai pemeliharaannya yang mengkonsumsi cukup banyak energi. Jika hal ini tidak dihentikan, lingkungan hidup secara keseluruhan akan terkena dampak negatifnya dan berakibat pada ketidaknyamanan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, para arsitek mencoba untuk memberikan solusinya dengan menerapkan prinsip-prinsip arsitektur hijau pada bangunan supaya bangunan yang meraka bangun menghasilkan dampak negatif seminimal mungkin pada alam sekitarnya dan justru dapat meningkatkan kualitas hidup manusia penggunanya. Prinsip-prinsip bangunan hijau tersebut akan penulis jabarkan dalam bab II makalah ini yang berjudul kriteria, standar, teori. Dari kriteria / standar / teori tersebut, penulis akan bertolakbelakang untuk meninjau beberapa jenis bangunan yang telah ada. Tujuannya adalah mencoba melihat bagaimana prinsip-prinsip arsitektur hijau itu diterapkan pada sebuah bangunan dan apa manfaat / dampaknya yang bisa dirasakan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 1

Upload: evan-kriswandi

Post on 27-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: GREEN ARCHITECTURE

BAB I

PENDAHULUAN

Dengan semakin sadarnya manusia akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup,

saat ini arsitektur hijau menjadi semakin populer dan diakui signifikansinya. Manusia mulai

menyadari bahwa bangunan menjadi salah satu penyebab polusi yang cukup dominan, mulai

dari proses pembuatannya sampai pemeliharaannya yang mengkonsumsi cukup banyak

energi. Jika hal ini tidak dihentikan, lingkungan hidup secara keseluruhan akan terkena

dampak negatifnya dan berakibat pada ketidaknyamanan manusia itu sendiri. Oleh karena itu,

para arsitek mencoba untuk memberikan solusinya dengan menerapkan prinsip-prinsip

arsitektur hijau pada bangunan supaya bangunan yang meraka bangun menghasilkan dampak

negatif seminimal mungkin pada alam sekitarnya dan justru dapat meningkatkan kualitas

hidup manusia penggunanya.

Prinsip-prinsip bangunan hijau tersebut akan penulis jabarkan dalam bab II makalah

ini yang berjudul kriteria, standar, teori. Dari kriteria / standar / teori tersebut, penulis akan

bertolakbelakang untuk meninjau beberapa jenis bangunan yang telah ada. Tujuannya adalah

mencoba melihat bagaimana prinsip-prinsip arsitektur hijau itu diterapkan pada sebuah

bangunan dan apa manfaat / dampaknya yang bisa dirasakan, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Adapun, bangunan yang ditinjau adalah bangunan-bangunan yang penulis kunjungi

saat studi lapangan di Jogjakarta pada tanggal 21-24 Oktober 2012. Bangunan-bangunan itu

adalah Museum Affandi dan Hotel Royal Ambarrukmo Jogjakarta, ditambah satu bangunan

lagi yang penulis pelajari dari studi literatur dan internet, yaitu Panel House di Venice Beach,

USA, karya arsitek David Randall Hertz.

Selain tinjauan secara umum, penulis juga memfokuskan salah satu aspek arsitektur

hijau secara khusus yaitu bukaan. Aspek ini akan dianalisis pada Museum Affandi dan Hotel

Royal Ambarrukmo Jogjakarta. Selain bukaan, penulis juga akan memfokuskan pada aspek

passive / active cooling. Aspek ini akan disoroti pada bahasan Panel House.

1

Page 2: GREEN ARCHITECTURE

BAB II

KRITERIA / STANDAR / TEORI

2.1 ARSITEKTUR HIJAU

2.1.1 Definisi Arsitektur Hijau

Jackie Craven menjelaskan definisi green architecture dalam about.com demikian:

Green architecture, atau bisa disebut juga green design, adalah sebuah

pendekatan terhadap bangunan yang meminimalisasi dampak negatif terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Arsitek “hijau” berusaha menjaga

ketersediaan udara, air, dan bumi dengan cara memilih material bangunan dan

praktik konstruksi yang ramah lingkungan.1

Ensiclopedia Britannica menjelaskan definisi green architecture demikian:

Green architecture adalah sebuah filosofi arsitektur yang memperjuangkan

sumber energi berkelanjutan, konservasi energi, pemakaian kembali dan

keamanan material bangunan, dan penempatan bangunan yang

mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan hidup.2

Tri Harso Karyono dalam bukunya “Arsitektur Hijau” mengatakan:

Green architecture adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya

alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak

negatif bagi lingkungan.3

Dengan demikian, jelas sekali bahwa pada intinya green architecture adalah kegiatan/proses

berarsitektur yang ramah lingkungan.

2.1.2 Ciri-ciri Green Architecture

1 http://architecture.about.com/od/greenconcepts/g/green.htm2 http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1008921/green-architecture3 http://ndyteen.blogspot.com/2012/07/green-architecture-arsitektur-hijau.html

2

Page 3: GREEN ARCHITECTURE

Bangunan yang dikategorikan dalam green architecture mempunyai beberapa atau banyak

karakteristik yang demikian:

Sistem ventilasi yang didesain untuk menyejukkan atau menghangatkan ruangan

secara efektif.

Sistem pencahayaan yang hemat energi.

Sistem pipa air (pumbling) yang hemat air.

Landscape yang didesain untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari (passive

solar energy).

Perusakan minimal terhadap habitat alami.

Sumber energi alternatif seperti energi matahari atau energi angin.

Material yang non-sintetik dan/atau non-toxic.

Batu dan kayu yang didapatkan secara lokal.

Kayu yang ditebang secara bertanggung jawab (bukan penebangan liar).

Pemakaian kembali secara adaptif dari bangunan lama.

Pendaur ulangan material bangunan.

Pemakaian ruang yang efektif4

2.2 BUKAAN / VENTILASI

Pada bagian ini, penulis mengambil referensi dari presentasi kuliah Sains Lingkungan

I oleh Dr. Ir Finarya Legoh, M.Sc dan Ir. Ida Zureidar, M.Sc.5

Bukaan / ventilasi pada intinya mempunyai 3 fungsi utama:

1. Health Ventilation – yaitu menunjang kualitas udara dalam ruangan dengan

mengganti udara dalam ruang yang mengandung CO2 dengan udara bersih dari

luar yang mengandung O2

2. Comfort Ventilation – yaitu menunjang tercapainya thermal comfort dengan

meningkatkan heat loss dan mencegah terjadinya kelembaban pada kulit yang

disebabkan oleh menunpuknya keringat

4 http://architecture.about.com/od/greenconcepts/g/green.htm5 Dr. Ir Finarya Legoh, M.Sc, & Ir. Ida Zureidar, M.Sc. “Sains dan Lingkungan I B 2012”, Jurusan Arsitektur, Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan, Universitas Pelita Harapan.

3

Page 4: GREEN ARCHITECTURE

3. Structural cooling ventilation – yaitu mendinginkan dinding dan struktur

bangunan.

Penggunaan dan efektivitas ketiga fungsi tersebut bergantung pada kondisi iklim di

daerah tersebut.

2.2.1 Ventilasi untuk kenyamanan thermal

Ventilasi ini menunjang tercapainya kenyamanan termal dengan meningkatkan heat

loss dan mencegah terjadinya kelembaban pada kulit yang disebabkan oleh menumpuknya

keringat. Bila suhu ruang dalam agak panas, pergerakan angin dari luar gedung menuju ke

dalam ruang dengan kecepatan tertentu akan mempunyai efek pendinginan langsung pada

permukaan kulit, yang akan meningkatkan kenyamanan / comfort. Dalam proses ventilasi ini,

walaupun suhu udara dalam ruang meningkat, tetapi efek pada kulit tetap lebih terasa.

Kondisi ini berlaku pada daerah panas dan lembab.

Ventilasi untuk kenyamanan termal membutuhkan faktor disain yang dapat memaksimumkan

kecepatan udara dalam ruang, yaitu :

Ukuran bukaan : jumlah / ukuran bukaan minimal 20% dari luas lantai

Lokasi bukaan : semua bukaan harus terhindar atau dilindungi dari radiasi matahari

Detail dari bukaan : material dinding dan atap bangunan harus berupa low mass /

lightweight, agar pendinginan dapat segera terjadi pada sore dan malam hari.

2.2.2 Ventilasi untuk pendinginan massa bangunan (Convective Cooling)

Cara pendinginan bangunan yang termudah adalah dengan cara mendinginkan massa

bangunan dengan udara sejuk pada malam hari. Di daerah panas dan kering, suhu udara pada

malam hari cukup rendah untuk mendinginkan massa bangunan, yang kemudian disimpan

untuk mendinginkan udara dalam ruang keesokan harinya. Supaya sistem ini dapat berhasil,

gedung harus tertutup pada siang hari supaya tidak terjadi penambahan panas. Oleh karena

itu, ventilasi untuk kenyamanan termal (comfort ventilation) dan ventilasi untuk pendinginan

massa bangunan (convective cooling) tidak dapat digunakan secara bersamaan.

4

Page 5: GREEN ARCHITECTURE

Beberapa acuan agar structural cooling ventilation efektif adalah sebagai berikut:

Iklim di mana perbedaan suhu siang dan malam > 10° C, suhu siang > 30° C.

Material bangunan yang dipakai : high insulation value, high heat capacity, bidang

besar lebih kurang 4 x luas lantai.

Warna dinding dan atap putih dengan daya absorpsi 0,25.

Bukaan dengan ukuran 10 - 15% dari luas lantai.

Bukaan dilindungi dari radiasi solar.

2.2.3 Faktor desain yang berpengaruh pada ventilasi

1. Orientasi bukaan terhadap angin :

Anggapan bahwa untuk memaksimalkan ventilasi maka orientasi bukaan harus

menghadap arah angin secara tegak lurus adalah tidak selalu benar, karena ternyata

bukaan pada dinding yang miring terhadap arah angin akan mengakibatkan terjadinya

pergerakan angin yang merata dalam ruangan secara lebih baik.

Sebuah riset memperlihatkan bila jendela diletakkan pada dinding yang berlawanan /

berhadapan, maka sirkulasi angin dalam ruangan akan minimal bila dinding bukaan

menghadap tegalk lurus terhadap arah angin. Tetapi bila dinding bukaan 45° terhadap

arah angin, pergerakan angin di dalam ruang akan berupa turbelensi yang menyebar

ke seluruh ruangan sehingga pergerakan angin lebih merata. Bila jendela diletakkan

pada dua dinding yang bersebelahan, ventilasi akan lebih baik bila dibandingkan

dengan dinding bukaan menghadap arah angin.

Hasil ini menyimpulkan bahwa ventilasi dalam ruang akan lebih baik bila pergerakan

angin dalam perjalanannya menuju ke dalam ruang harus berubah arah.

2. Ukuran bukaan :

Pengaruh ukuran bukaan pada ventilasi tergantung pada dapat tersedianya cross

ventilation.

5

Page 6: GREEN ARCHITECTURE

Di dalam ruang yang hanya mempunyai bukaan pada pada satu sisi dinding saja,

maka ukuran bukaan tersebut hanya sedikit pengaruhnya terhadap internal air

velocity.

Bila bukaan miring terhadap arah angin, maka ukuran bukaan akan lebih berpengaruh,

karena adanya kemungkinan angin masuk pada bagian depan dan keluar pada bagian

yang jauh, sehingga seperti terjadi cross ventilation.

Bila ruangan dapat menjamin cross ventilation, maka besarnya ukuran bukaan akan

sangat berpengaruh internal air velocity, terutama pada bukaan angin masuk dan

keluar.

Bila ukuran bukaan angin keluar lebih besar dari pada ukuran bukaan masuk, maka

maximum velocity akan tinggi dan kecepatan rata-rata akan sedikit meningkat.

3. Cross ventilation :

artinya tersedianya bukaan pada bidang "pressure" dan bidang "suction" sehingga

angin dapat mengalir masuk dan keluar ruangan dengan mudah. Sebuah riset

membuktikan bahwa perbedaan kecepatan pergerakan angin dalam ruang yang

mempunyai dan tidak mempunyai cross ventilation adalah 2 x lipat.

4. External wall :

penggunaan external wall untuk mengubah kondisi tekanan angin, agar angin dapat

terarah masuk ke dalam ruang melalui bukaan. Pada ruang yang mempunyai bukaan

pada satu sisi saja, dengan menambahkan sirip pada jendelanya, akan memungkinkan

untuk ruang tersebut mendapatkan ventilasi yang mencukupi, dengan catatan bahwa

dinding tersebut miring terhadap arah angin. Sudut kemiringan dapat 20° sampai 70°.

5. Lokasi bukaan secara vertikal :

6

Page 7: GREEN ARCHITECTURE

posisi bukaan terhadap lantai dan tingginya bukaan, akan berpengaruh pada distribusi

pergerakan angin secara vertikal dalam ruangan. Posisi vertikal bukaan harus

disesuaikan dengan aktivitas di dalam ruangan. Bila dipakai untuk ruang keluarga,

maka posisi bukaan vertikal harus menjamin agar distribusi angin akan terjadi pada

level orang duduk.

6. Bentuk dan cara pembukaan jendela / bukaan.

7. Pembagian / partisi ruangan.

8. Kawat kasa.

2.3 PASSIVE / ACTIVE COOLING

2.3.1 Passive Cooling

Passive Cooling adalah strategi untuk menghemat energi bangunan secara desain atau

pasif

Pada pemukiman, penggunaan energi untuk kenyamanan thermal sekitar 40-80% total

pemakaian energi, untuk kenyamanan visual sekitar 5%. Kualitas thermal bangunan dan

faktor cuaca menjadi faktor penentu yang dominan dalam penggunaan energi. Strategi utama

desain hemat energi pada pemukiman: pendinginan, penurunan kelembaban, dan optimasi

penerangan alami.

Strategi kontrol pasif dapat dilakukan dengan cara meminimalkan aliran panas

konduksi dan radiasi sinar matahari langsung, mengoptimalkan ventilasi / bukaan alam,

pendinginan radian, pendingin evaporative, dan pencahayaan alami (siang hingga sore hari).

Penerapan strategi yang berkaitan antara lain:

Mengoptimalkan arah angin pada tapak. Panjang tapak diusahakan ke arah Utara –

Selatan, orientasi bangunan didomniasi ke arah Selatan dan Timur, bentuk

bamngunan memanjang ke sisi Timur-Barat dengan rasio 1:1,7-1,3.

7

Page 8: GREEN ARCHITECTURE

Fasade bangunan mengoptimalkan letak bukaan (pintu dan jendela) untuk

mendapatkan penerangan dan penghawaan alami.

Elemen-elemen desain pasif digunakan kalau perlu, seperti kanopi dan pergola untuk

menangkal sinar matahari langsung.

Perlu diperhatikan pula skala dimensi bangunan terhadap volume bangunan.

2.3.2 Active Cooling

Active Cooling adalah Strategi untuk menghemat energi dalam bangunan secara aktif.

Perancangan desain aktif bertujuan utnuk memproduksi sendiri energi yang berasal dari

sumber terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam bangunan. Dalam aplikasinya,

sumberdaya terbarukan yang dipakai antara lain radiasi matahari, kecepatan angin, panas

bumi dan arus air. Sumber darya terbarukan yang paling memungkinkan digunakan di Jakarta

adalah radiasi sinar matahari dan turbin angin, karena arus air hanya dapat digunakan bila

memiliki arus dan debit air yang cukup kuat, sedangkan panas bumi sama sekali belum dapay

digunakan.

Energi matahari adalah energi yang berasal langsung dari radiasi matahari – bila

dimanfaatkan scara aktif akan menghasilkan energi pana dan energi listrik. Energi panas

untuk keperluan penyediaan air pana, sedangkan energi listrik yang dihasilkan memakai

teknologi untuk mengkonversikan energi matahari ke energi listrik – dikenal dengan

photovoltaic (PV). Metode PV merupakan rangkaian modul sel-sel surya yang dikaitkan satu

dengan lainnya, konversi energi matahari ke energi listrik melalui lempengan silikon yang

berjumlah dua lapisan. Lempengan silikon yang terkena energi matahari akan menghasilkan

ion positif, lapisan kedua (lapisan di baliknya) akan menghasilkan ion negatif – kedua ion ini

bertemu, makan akan diperoleh energi listrik.

Pengoperasian PV tergantung pada:

Ambient air temperature

Radiasi matahari

Kecepatan angin bertiup

Keadaan atmosfir bumi

Orientasi panel dan posisi letak PV terhadap matahari.

8

Page 9: GREEN ARCHITECTURE

Lokasi pemasangan modul-modul PV antara lain:

Atap (miring atau pelana, perisai, datar)

Fasade (dinding bangunan)

Kanopi (listplank, pergola, overhang)

Jenis-jenis PV yang digunakan antara lain:

Photovoltaic roofs

Photovoltaic facades

Solar Shading

Kelebihan PV:

9

Page 10: GREEN ARCHITECTURE

PV merupakan energi bersih karena berasal dari alam, menggunakan sumber

energi matahari yang terbarukan tanpa batas,

PV merupakan teknologi bersih, artinya dalam tahap konversi dan operasional

tidak menimbukan polusi lebih ekonomis dan efisien untuk masa penggunaan

yang lama, perawatannya mudah serta memberi peluang untuk

mengembangkan tampilan bangunan.

PV tidak memerlukan lahan yang spesifik, hanya memakan jumlah ruang yang

relatif sedikit, dibandingkan penempatan generator.

Kekurangan PV:

Durasi pemakaian energi yang terbatas oleh beredarnya sinar matahari, yaitu

dari pukul 06.00 sampai pukul 18.00.

Keadaan awan mempengaruhi kinerja teknologi PV, jika awan terlalu

menutupi matahari maka energi yang diserap tidak terlalu signifikan.

Tinggi biaya untuk mengkonversikan energi surya menjadi energi listrik yang

disebabkan oleh rendahnya efisiensi konverter, karena radiasi yang diserap

hanya 21% dari total sinar matahari pada siang hari.

AkibatL harga listrik persatuan unit (watt – jam) relatif tinggi dibanding harga

PV yang terpasang.

Sampai saat ini penggunaan PV sulit bersaing dengan energi listrik yang

bersumber dari sumberdaya konvensional (minyak bumi, batu bara, dan gas).

Strategi active cooling lainnya adalah pemanfaatan energi angin dengan turbin angin.

Turbin angin merupakan media yang mengkonversikan gerak angin menjadi energi kinetik,

kemudian energi kinetik tersebut dikonversikan menjadi energi listrik. Prinsip dasar turbin

angin: tenaga angin yang datang melewati kipas akan diubah menjadi tenaga mekanik.

Tenaga mekanik ini akan diteruskan ke transmisi untuk diubah menjadi tenaga listrik.

Transmisi ini bergunan untuk menjaga efektivitas kerja dari turbin angin dalam keadaan

kecepatan angin yang berbeda-beda. Tenaga listrik yang dihasilkan akan dapat langsung

digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun disimpan untuk keperluan selanjutnya.

Secara teori, efisiensi maksimum setiap desain turbin angin adalah 59%, artinya

energi angin yang dapat diserap hanyalah 59%. Jika faktor-faktor seperti kekuatan dan

durabilitas diperhitungkan, maka efisiensi sebenarnya hanya sekitar 35 – 45%. Bila

10

Page 11: GREEN ARCHITECTURE

ditambahkan inefisiensi sistem turbin angin yang lengkap, termasuk generator, bearing,

transmisi daya dan sebagainya, maka tinggal sekitar 10-30% energi angin yang bisa

dikonversikan menjadi tenaga listrik. Kecepatan angin rata-rata minimal yang dapat diterima

oleh sebuah turbin angin dapat mencapai 5m/s pada ketinggian 10 m – ketinggian ini berguna

dalam mengeksploitasi kecepatan angin untuk diubah menjadi tenaga listrik.

Faktor utama dalam penempatan turbin angin adalah letak turbin angin dan ketinggian

di mana baling-baling turbin bergerak. Satuan yang digunakan untuk menghitung energi

listrik yang dihasilkan oleh turbin angin disebut Wind Power Density (WPD). Perhitungan

WPD berdasarkan banyaknya energi angin yang dapat dihasilkan per meter persegi dari

tempat kincir angin diletakkan – energi yang dihasilkan berkisar antara 200 watt/m2 sampai

800 – 2000 watt/m2, tergantung berapa banyak turbin angin yang bergerak di tempat tersebut.

Tiga hal yang harus diperhatika secara khusus ketika menggunakan turbin angin sebagai

energi alternatif: distribusi angin, intensitas turbulensi dan kondisi lingkungan eksisting.

Pemanfataan energi aktif tenaga angin dapat dilakukan dengan mengintegrasikan

desain arsitektur dengan turbin angin Terdapat dua tipe turbin angin dilihat dari rotasi baling-

baling dan bentuk arah kipasnya, yaitu turbin angin horizontal dan turbin angin vertikal.

Meskipun keduanya terlihat berbeda, namun mekanika dasar dari kedua sistem ini sama.

BAB III

TINJAUAN BANGUNAN

11

Page 12: GREEN ARCHITECTURE

3.1 MUSEUM AFFANDI

3.1.1 Tinjauan Umum

Museum Affandi adalah bangunan yang didirikan oleh sang seniman kenamaan,

Affandi, pada tahun 1973. Museum ini dibangun di atas tanah tempat tinggalnya di

Yogyakarta. Bangunan ini menjadi tempat bagi Affandi untuk tinggal, berkarya, dan

memamerkan karya-karyanya. Karya dan koleksi pribadi milik Affandi dan keluarganya

dimuat semuanya dalam gedung ini.

Kompleks museum ini terdiri dari 5 bangunan yang terpisah. Tiga di antaranya

merupakan bangunan yang memamerkan karya dan koleksi Affandi. Satu bangunan menjadi

studio kerja Affandi yang saat ini banyak digunakan oleh cucunya untuk melukis. Satu

bangunan lagi merupakan rumah Affandi.

Suatu hal yang menarik saat kita mengunjungi museum Affandi adalah desain bentuk

bangunannya yang menyerupai daun. Kita hanya bisa menduga-duga mengapa Affandi

mengambil bentuk daun sebagai inspirasi bentuk atap bangunannya. Namun, saat kita

memasuki kompleks museum tersebut, kita dapat menduga bahwa Affandi adalah seorang

12

Page 13: GREEN ARCHITECTURE

pecinta alam yang menyukai suasana alam yang hijau. Kesan ini bisa kita tangkap tatkala kita

melihat kompleks museum yang sangat asri ini. Pepohonan yang besar dan kecil menghiasi

keseluruhan kompleks bangunan ini. Dari situ kita dapat merasakan intensi sang seniman

yang ingin mendesain suatu bangunan yang selaras dengan alam.

Museum ini terletak di tengah jalan utama kota Yogyakarta yang sangat padat, yaitu

jalan Adisucipto (dahulu dikenal sebagai jalan Solo). Akan tetapi, dengan taman yang begitu

asri, saat kita masuk ke dalamnya, suasana kota Yogyakarta yang padat, berdebu, dan bising

langsung seolah-olah berubah menjadi suasana yang asri, tenang, dan menyegarkan. Desain

taman yang luas, hijau dan indah membuat suasana betul-betul nyaman bagi para pengunjung

di sana.

Kami menyimpulkan bahwa sang seniman, baik sadar maupun tidak, telah

menerapkan prinsip arsitektur hijau di sini, yaitu menciptakan bangunan yang selaras dengan

alam. Dengan memberi taman yang luas dan ditumbuhi tanaman yang subur, kompleks

bangunan secara keseluruhan menjadi lebih sejuk dan segar. Tanaman-tanaman tersebut

menyaring udara kotor dari jalanan dan menjadi sumber oksigen yang segar bagi para

penghuni dan pengunjung museum. Selain itu, tanaman-tanaman tersebut juga menjadi

sebuah insulasi kebisingan alami dari suara mesin dan knalpot kendaraan bermotor dari

jalanan yang ramai, sehingga pengunjung museum dapat menikmati keindahan lukisan

Affandi dalam suasana yang tenang.

13

Page 14: GREEN ARCHITECTURE

3.1.2 Tinjauan Bukaan / Opening

Berikut ini kami akan membahas secara khusus mengenai aspek bukaan dalam

bangunan Affandi. Bukaan merupakan salah satu prinsip bangunan hijau yang sangat penting.

Bukaan dapat memberi ventilasi udara yang berfungsi mengurangi kelembaban dan

menyejukkan ruangan. Selain itu bukaan juga dapat memberikan penetrasi cahaya matahari

ke dalam bangunan. Penetrasi cahaya matahari sangatlah penting bagi suatu bangunan karena

pertama, cahaya matahari dapat membunuh kuman-kuman dan bakteri sehingga bangunan

dapat terhindar dari terkenanya SBS (sick building syndrome), dan kedua, cahaya matahari

berfungsi sebagai pencahayaan alami di siang hari sehingga menghemat penggunaan energi

listrik.

Pada bangunan galeri yang pertama, kita tidak mendapati adanya bukaan yang

berfungsi sebagai ventilasi karena ruangan tersebut menggunakan AC. Penggunaan AC

dalam ruangan tersebut diperlukan, selain untuk kenyamanan pengunjung, juga untuk

memelihara lukisan-lukisan bersejarah karya Affandi yang telah berumur puluhan tahun.

Sebagaimana yang telah kami sebutkan tadi, museum ini terletak di tepi jalan raya utama kota

Yogyakarta yang padat sekali dengan kendaraan bermotor. Sekalipun sebagian telah tersaring

oleh taman yang asri di sekeliling bangunan, udara yang mengalir di situ masih tetap cukup

banyak mengandung debu dan kotoran lainnya, yang apabila masuk terus-menerus melalui

ventilasi, bisa jadi akan mengotori dan merusak lukisan-lukisan bernilai milyaran rupiah

tersebut. Jadi, bukaan pintu dan jendela pada gedung ini semuanya ditutup menggunakan

akrilik dan polikarbonat.

14

Page 15: GREEN ARCHITECTURE

Jadi, pada galeri yang pertama ini, bukaan hanya berfungsi untuk memasukkan

cahaya matahari ke dalam ruangan sebagai pencayahaan alami dan juga untuk mencegah

kelembaban yang dapat merusak lukisan-lukisan bersejarah yang ada di dalamnya.

Bukaan untuk memasukkan cahaya matahari ini dioptimalkan dengan membuat

bukaan pada langit-langit bangunan / skylight. Namun, cahaya matahari yang masuk melalui

skylight ini juga tidak sepenuhnya langsung dibiarkan masuk begitu saja ke dalam ruangan

karena jumlah cahaya yang berlebihan juga tidak baik untuk lukisan. Sinar ultraviolet dari

matahari yang terkena secara langsung juga dapat memudarkan warna sehingga merusak

kualitas dari karya-karya yang ada. Untuk menghindari hal tersebut, dipakailah kain putih

untuk menyaring cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kain putih tersebut diletakkan

sedemikan rupa sehingga menjadi sebagai suatu elemen arsitektural yang memberikan

ekspresi kelembutan dan warnanya yang putih memberikan juga kesan ketenangan.

15

Page 16: GREEN ARCHITECTURE

16

Page 17: GREEN ARCHITECTURE

Galeri kedua kurang lebih sama dengan galeri yang pertama. Di galeri tersebut juga

digunakan AC sehingga tidak ada ventilasi silang untuk mengalirkan udara ke dalamnya.

Bukaan yang ada hanya berfungsi untuk memasukkan cahaya matahari ke dalam ruangan

yang berfungsi sebagai pencahayaan alami dan mencegah kelembaban. Akan tetapi, di galeri

kedua ini skylight-nya tidak sebesar di galeri pertama. Hanya ada beberapa skylight kecil-

kecil di atap sehingga tidak diberi penghalang tambahan dari kain putih.

17

Page 18: GREEN ARCHITECTURE

Pada galeri ketiga mulai ada perbedaan. Bukaan yang ada berfungsi juga sebagai

ventilasi silang karena bangunan ini tidak menggunakan AC. Bukaan paling besar dan efektif

sekali menjadi ventilasi silang adalah bukaan pintunya yang berhadapan antara depan dan

belakang. Karena letaknya yang berseberangan dan bukaannya yang cukup lebar, angin yang

masuk cukup kencang dan benar-benar terasa menyejukkan ruangan.

Pintu Depan

Pintu Belakang

18

Page 19: GREEN ARCHITECTURE

Galeri ketiga ini menggunakan ventilasi silang mungkin disebabkan karena letaknya

yang di belakang, sehingga udara kotor dari jalanan telah banyak tersaring oleh taman di

depannya, dan juga karya-karya yang diletakkan di sini adalah karya-karya dari anak-anak

dan istri Affandi yang usianya relatif lebih baru.

Selain sebagai ventilasi silang, bukaan di galeri ketiga ini juga befungsi memasukkan

cahaya matahari, yaitu juga dengan menggunakan skylight.

19

Page 20: GREEN ARCHITECTURE

Kami tidak diijinkan melihat bangunan rumah tinggal keluarga Affandi karena

memang itu tidak dibuka untuk umum, sehingga bagian terakhir yang kami amati adalah

studio lukis yang saat ini dipergunakan oleh cucu Affandi dalam menuangkan karya-karya

lukisannya. Pada prinsipnya bangunan ini juga menggunakan bukaan yang sama seperti pada

galeri tiga, yaitu bukaan untuk ventilasi silang dan juga skylight untuk memasukkan cahaya

matahari. Akan tetapi ventilasi silang studio lukis ini tidak sebesar pada galeri tiga sehingga

angin yang masuk kurang banyak sehingga terasa agak panas . Untuk mengurangi rasa panas

dipergunakan bantuan kipas angin.

20

Page 21: GREEN ARCHITECTURE

3.2 HOTEL ROYAL AMBARRUKMO

3.2.1 Tinjauan Umum

Hotel Royal Ambarukkmo merupakan hotel berbintang 5 yang terletak di jalan raya

utama kota Yogyakarta. Hotel ini adalah versi baru dari Ambarrukmo Palace Hotel yang

sempat tutup selama 7 tahun akibat pailit pada tahun 2004. Ini adalah salah satu bangunan

bersejarah di Yogyakarta dan juga di Indonesia karena merupakan salah satu dari empat hotel

mewah pertama di Indonesia yang dibangun oleh presiden pertama RI, Ir Sukarno, pada

tahun 1960-an.

Hotel ini hadir dengan suatu keunikan khusus yang membuat hotel ini beda dengan

yang lainnya. Hotel ini masih memiliki bangunan peninggalan bersejarah kesultanan

Yogyakarta yang bernama Pesanggrahan Arjapurna dan digunakan untuk acara-acara khusus

yang bertemakan kultural tradisional Yogyakarta. Hotel ini hadir dengan konsep

mempertahankan tradisi Yogyakarta dengan cara membuat event-event tradisional

Yogyakarta seperti pemanahan, prosesi perkawinan dan makan malam ala kesultanan

Yogyakrta, serta menu-menu makanan yang juga berupa makanan tradisional Yogyakarta.

21

Page 22: GREEN ARCHITECTURE

Prinsip arsitektur hijau yang pertama yang dapat kami lihat dalam kompleks

bangunan hotel ini adalah adanya taman hijau yang sangat luas dan asri. Bahkan taman hotel

ini bisa dikatakan seperti hutan kecil di tengah-tengah padatnya kota Yogyakarta. Banyaknya

pohon-pohon tinggi di situ dapat mengurangi polusi secara cukup signifikan dan juga

berfungsi sebagi insulasi suara. Di lingkungan hotel tersebut, kita dapat merasakan suasana

yang sejuk dan tenang. Tentu hal ini sangatlah penting bagi para pengunjung hotel yang ingin

menikmati suasana menginap yang nyaman di hotel bintang lima. Kenyamanan ini

diwujudkan oleh Hotel Royal Ambarrukmo dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan alami

yang banyak sekali di sekeliling hotel. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa arsitektur

Hotel Royal Ambarrukmo ini pun turut melestarikan alam.

Prinsip arsitektur hijau lainnya yang digunakan dalam bangunan ini adalah banyaknya

bukaan yang menjadi pencahayaan alami pada siang hari. Saat kami berkeliling ke berbagai

bagian bangunan ini, baik dari kamar-kamar, restoran, dapur, sampai ruang-ruang mesin,

semuanya, kecuali basement, memiliki pencahayaan alami yang sangat baik sekali sehingga

hampir tidak diperlukan lampu listrik sama sekali pada siang hari. Hal ini tentu menghemat

energi yang cukup banyak untuk bangunan sebesar itu. Ini akan dibahas lebih mendetail pada

tinjauan khusus berikut ini.

22

Page 23: GREEN ARCHITECTURE

3.2.2 Tinjauan Bukaan / Opening

Bukaan pada bangunan hotel ini tidak berfungsi sebagai ventilasi silang karena

keseluruhan bangunan hotel ini menggunakan AC, kecuali bangunan pendopo peninggalan

sejarah kesultanan Yogyakarta. Jadi bukaan pada bangunan gedung hotel yang berlantai 11

ini semuanya hanya berfungsi sebagai pencahayaan alami.

Posisi hotel yang menghadap utara-selatan memberikan nilai tambah hotel untuk

memanfaatkan pemandangan Gunung Merapi dan kota Yogyakarta sendiri. Hal itu tidak akan

terjadi jika bangunan ini ditutup dengan dinding tebal. Bukaan yang terdapat di hotel ini tidak

hanya berupa jendela dan pintu masuk yang besar. Setiap kamar, baik yang menghadap kota

atau Gunung Merapi memiliki sebuah balkon sendiri yang cukup besar untuk bersantai.

Bukaan pada balkon ini merupakan salah satu yang terbesar dimiliki oleh hotel, bukan karena

ukurannya, tapi karena jumlahnya yang mencakup semua kamar hotel. 

23

Page 24: GREEN ARCHITECTURE

Di groundfloor hotel ini, saat memasuki lobi memang suasana langsung berubah

dibandingkan sisi luar hotel yang normalnya panas di siang hari. Lobi hotel ditutup dengan

dinding kaca yang tebal dan kanopi di sisi luar yang membuat suasana dalam ruangan dingin

dan teduh, namun cukup mendapatkan pencahayaan alami.

24

Page 25: GREEN ARCHITECTURE

Bicara mengenai bukaan, tentu

tidak sekedar pintu dan jendela.

Taman dan fasilitas pendukung lainnya

yang terbuka tentu termasuk di dalamnya.

Bukaan yang terjadi juga merupakan

jalan sirkulasi udara, memberi peluang

pertukaran udara dalam dan luar gedung.

Sebagaimana yang telah sempat kami

singgung tadi, taman terbuka merupakan

bagian yang esensial bagi hotel ini. Di

taman ini para tamu hotel bisa bersantai,

berenang, menikmati makanan dan

minuman di gazebo, bahkan juga bisa

menyelenggarakan pesta perkawinan

yang secara khusus dirancang oleh

pengelola hotel sebagai garden party.

Jadi, ruang terbuka hijau dan semi-

terbuka di sini benar-benar menjadi pusat

kegiatan hotel yang penting.

25

Page 26: GREEN ARCHITECTURE

Berikut ini adalah beberapa foto dari restoran dan area servis yang semuanya

memiliki bukaan yang cukup baik untuk memberikan pencahayaan alami pada siang hari.

restoran

26

Page 27: GREEN ARCHITECTURE

dapur

ruang mesin

27

Page 28: GREEN ARCHITECTURE

3.3 PANEL HOUSE

Lokasi: Venice Beach, California, USA

Arsitek: David Randall Hertz -

Studio of Environtmental Architecture

Konstruksi: 2004

28

Page 29: GREEN ARCHITECTURE

Prinsip-prinsip arsitektur hijau yang dapat kami amati dari bangunan ini antara lain:6

SOLAR

Solar Hydronic radiant heating

Sistem PV yang menyediakan listrik

Solar system terdiri dari 14 panel PV yang menghadap Selatan dan sebuah inverter,

yang memproduksi 2.3 kilowatt energi perhari

Pemanas air menggunakan tenaga matahari.

Louvers digunakan sebagai shading dan penutup jendela untuk mengarahkan

pemandangan dan meminimalisasi masuknya panas matahari.

VENTILASI / BUKAAN

Skylights otomatis untuk natural ventilation control – terprogram pada suhu dan

kelembaban tertentu.

Pivot windows yang dikendalikan secara manual untuk mengatur aliran angin dari

laut, memberikan ventilasi silang alami.

Tangga yang berfungsi sebagai solar chimney, udara panas naik ke ruang terbuka dan

keluar ke atas melalui skylight

Jendela yang beroperasi secara elektris.

MATERIALS

High performance pre-fabricated manufactured refrigeration panels digunakan untuk

membangun dinding eksteriornya

Panel-panel yang berukuran 30x30 inch dari basement sampai atap yang bisa

dipasang selama beberapa hari saja oleh 2 orang dengan hampir tanpa limbah

konstruksi

Dinding residensial tipikal dengan R-value: R-11 (insulation rating), dan R-48, yang

memberi efek insulasi yang lebih besar dan mengurangi kebutuhan energi

Panel-panelnya dilapisi oleh lembaran alumunium

Tinted glass

6 http://www.studioea.com/projects/residential/panel_house/

29

Page 30: GREEN ARCHITECTURE

Tidak ada struktur kayu di rumah ini

Baja yang highly recycled

Perabot yang memiliki sertifikasi FSC di seluruh dapur dan kamar mandi

Lantai beton

30

Page 31: GREEN ARCHITECTURE

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

31

Page 32: GREEN ARCHITECTURE

DAFTAR REFERENSI

http://architecture.about.com/od/greenconcepts/g/green.htm

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1008921/green-architecture

http://ndyteen.blogspot.com/2012/07/green-architecture-arsitektur-hijau.htmlhttp://

architecture.about.com/od/greenconcepts/g/green.htm

http://www.studioea.com/projects/residential/panel_house/

Dr. Ir Finarya Legoh, M.Sc, & Ir. Ida Zureidar, M.Sc. “Sains dan Lingkungan I B 2012”,

Jurusan Arsitektur, Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan, Universitas Pelita

Harapan.

32