grahat nagara , yayasan silvagama

9
ANOTASI REVISI PERMENTAN 26/2007 PERBAIKAN BIROKRASI PERKEBUNAN DIANTARA PERSOALAN KONVERSI HUTAN SECARA ILEGAL DAN KERENTANAN TERHADAP KORUPSI Grahat Nagara, Yayasan Silvagama

Upload: vanig

Post on 29-Jan-2016

80 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Anotasi Revisi Permentan 26/2007 Perbaikan Birokrasi Perkebunan Diantara Persoalan KONVERSI HUTAN SECARA ILEGAL dan Kerentanan Terhadap Korupsi. Grahat Nagara , Yayasan Silvagama. Pendahuluan. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

ANOTASI REVISI PERMENTAN 26/2007

PERBAIKAN BIROKRASI PERKEBUNAN DIANTARA PERSOALAN KONVERSI

HUTAN SECARA ILEGAL DAN KERENTANAN TERHADAP KORUPSI

Grahat Nagara, Yayasan Silvagama

Page 2: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

Pendahuluan• Hubungan ekspansi sawit dan deforestasi cenderung beriringan.

Catatan 60% lahan pertanian di awali dengan pembukaan hutan (Gibss, 2010).

• Deforestasi semakin tidak terkendali, karena buruknya tata kelola. Catatan Kementerian Kehutanan 3,5 juta hektar usaha sawit tumpang tindih di dalam kawasan hutan. Pemberian IUP di hutan sering menjadi modus: ekonomis untuk pengadaan tanah dan memberi subsidi bagi pengusaha (Sheill, 2009).

• Tidak heran kalau Kalimantan Barat misalnya meskipun 5,3 juta hektar Izin Usaha Perkebunan sawit telah diterbitkan, kenyataannya hanya 1 juta diantaranya yang ditanami (Casson et al., 2007)

• Persoalan penegakan hukum dan pengendalian diperumit pula dengan terjadinya korupsi. • Kasus Amran di Kabupaten Buol.• Kasus Suwarna di Provinsi Kalimantan Timur.

Page 3: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

Revisi Permentan 26/2007 Tidak Secara Efektif Menjadi Instrumen Untuk Mencegah Konversi Hutan Ilegal

• Dalam Permentan 26/2007 ada 2 (dua) pembatasan agar IUP tidak menjadi jalan bagi konversi hutan secara ilegal:• Menguatkan posisi pemerintah pusat

c.q. Kementerian Kehutanan untuk Pasal 15 huruf g. merubah persyaratan “pertimbangan teknis instansi Kehutanan” menjadi Pasal 19 g. “pernyataan Kementerian Kehutanan lahan yang dimohonkan kawasan hutan”.

• Pembatasan pembukaan lahan guna persiapan operasi usaha perkebunan. Dalam revisi Permentan 26/2007, Pasal 41 membatasi pembukaan lahan sebesar 100 hektar.

Izin Lokasi

Izin Usaha Perkebunan

Keputusan Pelepasan Kawasan Hutan

Hak Guna Usaha

Page 4: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

Revisi Permentan 26/2007 Tidak Secara Efektif Menjadi Instrumen Untuk Mencegah Konversi Hutan Ilegal

• Dengan Pasal 19 g. “pernyataan Kementerian Kehutanan lahan yang dimohonkan kawasan hutan”.• Kriteria yang ada masih bersifat formil,

akibatnya masih memungkinkan penerbitan Izin Usaha Perkebunan meskipun alokasi ruang yang ada tidak dimungkinkan untuk dilepaskan. Dalam Permenhut P.33/2010 jo. P.44/2011 dinyatakan hanya kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi yang dapat dilepaskan.

Hal ini menimbukan ketidak jelasan hukum, bagaimana mungkin usaha dibolehkan dilakukan di lokasi yang tidak diperbolehkan?

Izin Lokasi

Izin Usaha Perkebunan

Keputusan Pelepasan Kawasan Hutan

Hak Guna Usaha

Page 5: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

Revisi Permentan 26/2007 Tidak Secara Efektif Menjadi Instrumen Untuk Mencegah Konversi Hutan Ilegal

• Dengan pembatasan pembukaan lahan untuk kepentingan persiapan seluas 100 hektar.• Berbeda pengaturan dengan

dispensasi pembukaan lahan yang diatur dalam Permenhut P.33/2010. • Menurut Permenhut P.33/2010

luasan dispensasi pembukaan lahan adalah 20%. Sementara dalam revisi Permentan 26/2007 100 hektar.

• Menurut Permenhut P.33/2010 dispensasi pembukaan lahan harus diizinkan oleh Menteri Kehutanan.

Izin Lokasi

Izin Usaha Perkebunan

Keputusan Pelepasan Kawasan Hutan

Hak Guna Usaha

Persiapan Pembukaa

n Lahan

Dispensasi Pembukaa

n Lahan

Page 6: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

Revisi Permentan 26/2007 dan Kerentanan Korupsi

• Persoalan kerentanan korupsi di sektor perkebunan adalah besarnya kewenangan Bupati dalam birokrasi usaha perkebunan dengan diskresi yang luas.

• Sementara transparansi dan mekanisme pengendalian tidak diatur dengan tegas.

Izin Lokasi

Izin Usaha Perkebunan

Keputusan Pelepasan Kawasan Hutan

Hak Guna Usaha

Rencana Makro

Perkebunan

Pertimbangan teknis

kehutanan

Rencana Tata Ruang

Penentuan Kawasan

Hutan

Pembinaan dan

Pengawasan

Page 7: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

Revisi Permentan 26/2007 dan Kerentanan Korupsi• Upaya untuk perbaikan

sebenarnya mulai terlihat dalam revisi Permentan 26/2007 (per 19 Juni) diantaranya:• Second line enforcement

(Pasal 44).• Perbaikan mekanisme

transparansi (Pasal 41).• Evaluasi pusat-daerah untuk

usaha perkebunan (Pasal 43).

Perizinan

Evaluasi

Pengendalian

Mekanisme Transparan

si

Page 8: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

Revisi Permentan 26/2007 dan Kerentanan Korupsi• Keseluruhan perbaikan

tersebut di sisi lain masih harus diuji dalam praktik.• Mekanisme penyampaian

informasi kepada perizinan BIG atau Dirjen Perkebunan tersebut mengartikan bahwa informasi perizinan menjadi hak publik (??).

• Pengendalian oleh Kementerian Pertanian sendiri efektivitas nya akan sangat bergantung pada informasi yang diterimanya. Padahal, tidak diatur bagaimana dengan perlakuan revisi Permentan 26/2007 terhadap IUP yang diterbitkan sebelum revisi.

Perizinan

Evaluasi

Pengendalian

Mekanisme Transparan

si

Page 9: Grahat  Nagara ,  Yayasan Silvagama

TERIMA KASIH