gnrh analog
DESCRIPTION
terapi endometriosis dengan GnRH analogTRANSCRIPT
GnRH Analog
GnRH analog saat ini salah satu pengobatan yang paling banyak digunakan untuk terapi
endometriosis. Agen ini menginduksi menopause medis dengan mekanisme down-regulating
reseptor GnRH hipofisis-hipothalamus, sehingga menyebabkan penurunan sekresi
gonadotropin, penekanan ovulasi dan menurunkan estrogen serum (Crosignani et al, 2015).
Beberapa analog GnRH yang digunakan untuk pengobatan endometriosis termasuk
nafarelin, buserelin, histrelin, goserelin, triptorelin dan leuprolide (Crosignani et al, 2015).
GnRH analog memiliki efek samping hipoestrogenik signifikan. Efek jangka pendek
termasuk gejala menopause seperti hot flashes, vagina kering, kehilangan libido dan labilitas
emosional. Untuk efek jangka panjang dikaitkan dengan reduksi kepadatan mineral pada
tulang yang cukup besar (pengurangan kepadatan mineral tulang 3,2% di tulang lumbal
setelah 6 bulan dan 6,3% setelah 12 bulan pengobatan terus menerus), yang membatasi terapi
dengan agen ini untuk maksimal durasi pemberian adalah 6 bulan. Oleh karena itu penelitian
baru-baru ini telah difokuskan pada penggunaan 'addback' rejimen untuk mencegah atau
mengurangi hilangnya, yang mungkin memperpanjang durasi waktu yang agen ini dapat
diberikan. Rejimen ‘addback’ disarankan untuk digunakan oleh United States Food and Drug
Administrations jika ingin digunakan lebih dari 6 bulan. Rejimen tersebut meliputi
penambahan progestin, progestin ditambahkan bifosfonat, atau progestin ditambahkan
dengan estrogen. Beberapa rejimen yang digunakan tersebut terbukti mengurangi kehilangan
kepadatan mineral tulang (Crosignani et al, 2015).
Tabel 1. ‘add back’ regimen
Crosignani PG, Olive D, Bergqvist A, Luciano A. 2015. Advances in the management of endometriosis : an update for clinicians. England : Human Reproduction Update Oxford Journal Vol.12, page 179-189
Progestin
Progestin telah digunakan sebagai terapi untuk endometriosis di seluruh dunia selama
lebih dari 40 tahun. Alasan biologis yang digunakan dalam mengobati endometriosis adalah
efek anovulasi dan menurunkan tingkat estrogen serum. Progestin juga memiliki efek
langsung pada endometrium yang menyebabkan desidualisasi dan atrofi dari kedua
endometrium eutopik dan lesi endometriosis. Selain itu, progestin telah ditunjukkan untuk
menghambat angiogenesis yang diperlukan untuk pemeliharaan implan endometriosis dan
penurunan penanda inflamasi intraperitoneal (Crosignani et al, 2015).
Semua faktor ini, bersama dengan pengurangan atau penghapusan aliran menstruasi
termasuk dengan menggunakan progestin (yang dapat membatasi keterlibatan panggul dari
menstruasi retrograde), cenderung menguntungkan pasien yang menjalani pengobatan.
Progestin tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk pil, suntikan, implan subdermal, dan
intrauterine device dan berbagai agen ini telah dipelajari untuk pengobatan endometriosis.
Dalam review studi sistematis mengenai progestin, hasil yang didapatkan adalah progestin
mampu mengurangi dan mengeliminasi gejala nyeri di 90% wanita (dengan hasil studi
individu dari 70%-100%) (Crosignani et al, 2015).
Progestin juga bermanfaat dalam mengobati pasien endometriosis setelah operasi
dilakukan, progestin dapat mengurangi kemungkinan kekambuhan nyeri dan memperpanjang
masa bebas gejala setelah operasi.Karena penatalaksanaan gejala dari endometriosis (dengan
atau tanpa operasi) dibutuhkan untuk waktu yang lama karena bersifat kronis dan dapat
terjadi rekurensi, progestin merupakan pilihan yang tepat untuk alternatif pengobatan
endometriosis, karena dapat ditoleransi dengan baik, memiliki dampak metabolik lebih
sedikit dibandingkan agen lain dan tidak mahal (Crosignani et al, 2015).
Dienogest adalah progestin oral sintetis yang memiliki progestational kuat dan efek
antigonadotropic moderat, namun tidak memiliki aktivitas androgenik, glukokortikoid d atau
menarokortikoid. Dosis 2mg/hari cukup menekan tingkat estradiol dan memiliki bioavabilitas
oral yang tinggi dan pemberiannya hanya diberikan satu kali dalam satu hari. Dienogest
efektif dalam mengurangi nyeri panggul pada pasien endometriosis. Dienogest juga memiliki
efek hipoestrogenik yang lebih rendah dibandingkan dengan obat lain, dan hanya terjadi
perubahan kecil pada kepadatan tulang sehingga menawarkan keamanan dan tolerabilitas.
Dienogest juga dihubungkan dengan insidensi pola perdarahan menstruasi yang abnormal,
walaupu umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien (Hoon Kim et al, 2013).
Hoon Kim S, Dong Chae H, Kim Hoon C, Kan Byung M. 2013. Update on the treatment of
endometriosis. Seoul : Department of Obstetrics and Gynecology , Asan Medical
Centre, university of Ulsan College of Medicine page 55-59