gnaps
DESCRIPTION
GNAPSTRANSCRIPT
GLOMERULONEFRITIS AKUT
Pendahuluan1,2,3
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan
dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria.
Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami
kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh
Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit
dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk
glomerulonefritis.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian
disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien
laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun
(40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun
(kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat
berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab
kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit
ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
- 1 -
Definisi3,7
Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut post
sterptokokus (GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenai
glomeruli, sebagai akibat infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe
nefritogenik di tempat lain. Penyakit ini sering mengenai anak-anak.
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut)
mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.
Etiologi1,3,4,7,8
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul setelah
infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60
menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari setelah infeksi streptokokus, timbul gejala-gejala
klinis. Infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%.
Streptococcus ini dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan
alasan bahwa :
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcuss. Ada beberapa penyebab
- 2 -
glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari
streptokokus, penyebab lain diantaranya:
1. Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans, Gonococcus,
Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus, Salmonella typhi dll
2. Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis
epidemika dl
3. Parasit : malaria dan toksoplasma
Prevalensi7,11
GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada golongan
umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan paling sering
ditemukan pada anak usia 6-10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan
perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan
antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Diduga ada faktor resiko yang berhubungan
dengan umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi
penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi meningkat pada orang yang sosial ekonominya
rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat.
Patogenesis1,4
Glomerulonefritis pasca streptokokus adalah suatu glomerulonefritis yang
bermediakan imunologis. Terbentuk kompleks antigen-antibodi di dalam darah dan
bersirkulasi ke dalam glomerulus dan terperangkap di dalam membran basalis. Komplemen
akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear
(PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga
merusak endotel dan membran basalis glomerulus Sebagai respon terhadap lesi yang
terjadi, timbul proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya
sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein
dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urin yang sedang dibentuk oleh ginjal,
mengakibatkan proteinuria dan hematuria.
- 3 -
Manifestasi Klinis1,2,3
Glomerulonefritis pasca streptokokus biasanya didahului oleh infeksi kulit (25%)
atau saluran napas atas (5-10%) oleh kuman streptokokus strain nefritogenik. Masa laten
timbulnya GNAPS dari penyakit kulit dalam waktu 21 hari dan dari faringitis biasanya 10
hari.
Anak dengan GNAPS datang dengan keluhan hematuria makroskopis, kadang-
kadang disertai edema periorbita atau edema anasarka, dan hipertensi. Hipertensi sering
dijumpai bahkan terlihat ensefalopati hipertensif yang ditunjukkan dengan gejala sakit
kepala, muntah, letargi, disorientasi, dan kejang Pasien kadang-kadang datang dengan
gejala gagal jantung kongestif atau udem paru.. Oliguria serta anuria tidak jarang
dikeluhkan, beberapa pasien juga menampakkan gejala anemia. Gejala-gejala tidak spesifik
seperti malaise, nyeri perut atau pinggang serta demam sering terjadi. Fase akut biasanya
membaik dalam satu bulan pasca mulainya, tetapi kelainan urin bisa menetap selama lebih
dari satu tahun.
Gambaran Laboratorium1,4
Urinalisis menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4), namun biasanya tidak
masif, hematuria makroskopik ditemukan hampir pada 50% penderita, kelainan sedimen
urin dengan eritrosit disformik, leukosituria serta torak selulet, granular, eritrosit(++),
albumin (+), silinder leukosit (+) dan lain-lain. Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin
serum meningkat dengan tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia
dan hipokalsemia.
Penurunan C3 sangat mencolok pada pasien glomerulonefritis akut
pascastreptokokus dengan kadar antara 20-40 mg/dl (harga normal 50-140 mg.dl. Beberapa
uji serologis terhadap antigen streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya
infeksi, antara lain antisterptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B. Kenaikan
titer 2-3 kali berarti adanya infeksi.
Diagnosis1
- 4 -
Diagnosis glomerulonefritis akut pascastreptokokus perlu dicurigai pada pasien
dengan gejala klinis berupa hematuria nyata yang timbul mendadak, sembab, hipertensi dan
gagal ginjal akut setelah infeksi streptokokus. Tanda glomerulonefritis yang khas pada
urinalisis, bukti adanya infeksi streptokokus secara laboratoris dan rendahnya kadar
komplemen C3 mendukung bukti untuk menegakkan diagnosis.
Penatalaksanaan2
Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di
glomerulus. Adapun yang dapat dilakukan yaitu:
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu.
2. Pemberian penisilin pada fase akut. Amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama
10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30
mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
3. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam
(1 g/hari). Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan
kebutuhan.
4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa
untuk menenangkan penderita.
- 5 -
Komplikasi2
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan
gejala: gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispnea, ortopnea, terdapatnya ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik
yang menurun.
Prognosis1
Sebagian besar pasien akan sembuh (95%), tetapi 5% di antaranya mengalami
perjalanan penyakit yang memburuk.
Pemantauan2,3
Pada umumnya perjalanan penyakit GNA ditandai dengan fase akut yang
berlangsung 1-2 minggu. Pada akhir minggu pertama atau kedua gejala-gejala seperti
edema, hematuria, hipertensi dan oliguria mulai menghilang, sebaliknya gejala-gejala
laboratorium menghilang dalam waktu 1-12 bulan. Penelitian multisenter di Indonesia
memperlihatkan bahwa hematuria mikroskopik terdapat pada rata-rata 99,3%, proteinuria
98,5% dan hipokomplemenemia 60,4%. Proteinuria dan dan hematuria dapat menetap
selama 6 bulan-1 tahun. Pada keadaan ini sebaiknya dilakukan biopsy ginjal untuk melacak
adanya proses ginjal kronik. Proteinuria dapat menetap hingga 6 bulan, sedangkan
hematuria dapat menetap hingga 1 tahun.
Dengan kemungkinan adanya hematuria mikroskopik dan atau proteinuria yang
berlangsung lama, maka setiap pebderita yang telah dipulangkan dianjurkan untuk
pengamatan setiap 4-6 minggu selama 6 bulan pertama. Bila ternyata masih terdapat
- 6 -
hematuria mikroskopik dan atau proteinuria, pengamatan diteruskan hingga 1 tahun atau
sampai kelainan tersebut menghilang. Bila sesudah 1 tahun masih dijumpai satu atau dua
kelainan tersebut, perlu dipertimbangkan biopsy ginjal.
Indikasi rujukan kepada konsultan ginjal anak1. Gejala-gejala tidak khas :
Periode laten pendek Adanya penyakit ginjal dalam keluarga Pernah mendapat penyakit ginjal sebelumnya Usia dibawah 2 tahun atau diatas 12 tahun
2. Adanya kelainan-kelainan laboratorik yang tidak khas Hematuria makroskoik > 3 bulan Hematuria mikroskopik > 12 bulan Proteinuria > 6 bulan Kadar komplemen C3 tetap rendah > 3 bulan LFG < 50% menetap > 4 bulan
- 7 -
Laporan Kasus Bangsal Anak
Identitas Pasien
Nama : An. M Nama ayah : Tn. S
Usia : 5 tahun Usia : 32 tahun
Berat badan : 21 kg Pendidikan : SLTP
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Tambun Nama ibu : Ny. R
Masuk RS : 2 februari 2013 Usia : 30 tahun
Nomor CM : 520224 Pendidikan : SD
Tgl periksa : 7 februari 2013 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anamnesis ( Alloanamnesis dari Ibu pasien )
Keluhan Utama :
Bengkak di seluruh tubuh.
Keluhan Tambahan
Urin kemerahan, sesak dan mual
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak laki-laki berumur 5 tahun datang ke UGD RSUD Kab.Bekasi dengan
keluhan bengkak di seluruh tubuh. Keluhan bengkak mulai dirasakan beberapa hari
sebelum masuk rumah sakit. ± 1 minggu sebelumnya pasien mengaku mengalami demam,
batuk dan pilek dan didiagnosa oleh dokter menderita alergi yang kemudian diberikan obat-
obatan, namun tidak ada perubahan. Pasien juga merasakan warna urin yang agak
kemerahan sejak 2 hari yang lalu dan juga merasakan sesak serta mual.
- 8 -
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu dan pasien tidak pernah dirawat
dirumah sakit sebelumnya. Riwayat alergi disangkal. Riwayat asma disangkal.
.Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak mempunyai anggota keluarga yang mengalami penyakit demikian.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan tidak tetap.
Riwayat Kehamilan
Selama hamil, ibu rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan. Riwayat meminum
obat atau jamu-jamuan selama kehamilan dan menjelang kelahiran disangkal oleh ibu
pasien. Riwayat merokok dan minum alkohol pada masa kehamilan disangkal oleh ibu
pasien. Riwayat mengalami panas badan disertai ruam kemerahan pada tubuh saat
kehamilan disangkal.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir cukup bulan, spontan, ditolong paraji, letak belakang kepala, langsung
menangis, berat badan dan panjang badan sewaktu lahir tidak diukur.
Riwayat Imunisasi
BCG : 1x (usia 1 bulan)
Hepatitis B : 3x (1,2, dan 7 bulan)
Polio : 3x (usia 2,3, dan 4 bulan)
Campak :1x (usia 9 bulan)
Riwayat Makanan :
Lahir – 4 bulan : ASI
6 bulan – 7 bulan : ASI + bubur susu
8 bulan – 12 bulan : ASI + bubur saring + nasi tim
Usia 12 – sekarang : sesuai dengan pola makan keluarga
- 9 -
Riwayat Tumbuh Kembang
Gangguan perkembangan : disangkal
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Ukuran Antropometrik
Berat badan : 21 kg
Tinggi Badan : 107 cm
Tanda-tanda vital
TD : 130/90
Nadi : 96 x/menit reguler, equal, isi cukup
Respirasi : 30 x/menit
Suhu : 36,3 ˚C
Kepala
Bentuk kepala : normochepal
Rambut : hitam, tipis, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokhor, reflex
cahaya +/+, kelopak mata tidak cekung, Lensa jernih, Bitot’s spot (-),
ulkus kornea (-), udem palpebra (-)
Hidung : pernafasan cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada
Mulut : sianosis perioral tidak ada, mukosa bibir lembab
stomatitis angularis (-), udem labialis (-).
- 10 -
Leher
Retraksi Suprasternal : tidak ada
Deviasi trakea : tidak ada
Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar
Thorak
I : Bentuk dan pergerakan hemithoraks kanan dan kiri simetris,
retraksi intercostal (-)
P : Fremitus taktil kanan dan kiri simetris
P : Sonor pada seluruh lapang paru
A : Pulmo : Suara pernafasan bronkial kiri = kanan
ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : cembung, retraksi epigastrik (-)
A : Bising usus (+) normal
P : Hepar dan lien tidak teraba membesar
Turgor kulit : kembali cepat
P : Timpani di seluruh kuadran abdomen, shifting dullness (+), ballottement (-),
lingkar perut 53 cm.
Extremitas
Akral hangat
Cyanosis (-)
Edema pretibial +/+
Edema dorsum pedis -/-
Dermatosis (-)
- 11 -
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium hematologi ( 02 -0 2 -20 13 )
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Kimia darah
Bilirubin total : 5,30 6.40-8,30
Albumin : 3 3,50-4,80
Urine
Urine lengkap
Warna : merah kuning
Kejernihan : agak keruh jernih
Protein : +3 negatif
Eritrosit : +4 negatif
Sedimen
Lekosit : 4-6 negatif
Eritrosit : 400-500 negatif
Tanggal 3-02-2013
Fungsi ginjal : 45 20-40
Tanggal 7-2-2013
Urine
Urine lengkap
Kejernihan : agak keruh jernih
Protein : +1 negatif
Eritrosit : +2 negatif
Sedimen
Eritrosit : 20-40 negatif
- 12 -
RESUME
Pasien datang dengan keluhan bengkak di seluruh tubuh sejak 4 hari SMRS.
± 1 minggu sebelumnya pasien mengaku mengalami demam, batuk dan pilek.
Pasien juga mengeluh warna urin yang agak kemerahan.
Pemeriksaan fisik 7 februari 2013
TD : 130/90
Shifting dullness (+), udem pretibial (+)
Pemeriksaan laboratorium
2-2-2013
Bilirubin total : 5,30
Albumin : 3
Urine
Urine lengkap
Warna : merah
Kejernihan : agak keruh
Protein : +3
Eritrosit : +4
7-2-2013
Kejernihan : agak keruh
Protein : +1
Eritrosit : +2
Sedimen
Eritrosit : 20-40
Diagnosis Banding
Glomerulonephritis akut
Sindroma nefrotik
Diagnosis Kerja
Glomerulonephritis akut
- 13 -
Rencana Pemeiksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin ( Hb, Ht, Leukosit, Tombosit )
- Periksa kadar protein total, albumin, kolesterol total, glukosa
- Urin lengkap, tamping urin 24 jam.
Penatalaksanaan
Terapi medikasi
IVFD dextrose 5% (maintenance)
Ceftriakson 1x2 gr/hr/IV
Lasix 1x20 gr IV
Captopril 2x10 mg
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
- 14 -
Follow Up
3 februari 2013S : udem palpebral (+) O : TD: 118/90, N: 110 x/menit regular, R: 30 x/menit; S: 37.0 ˚ C
Urine 250 cc, warna keruh, LP 62 cm BB 21 kgA : GNAP : Ceftriakson 1x2 gr/hr/IV, Lasix 1x20 gr IV, Captopril 2x10 mg
4 februari 2013 S : udemO : TD: 120/80, N : 100 x/menit regular, R: 34 x/menit; S: 37,0 ˚ C
Urine 1600 cc, warna keruh, LP 55 cm BB 21 kgA : GNAP : Terapi diteruskan
5 februari 2013 S : udemO : TD: 120/80, N : 110 x/menit regular, R: 30 x/menit; S: 36,0 ˚ C
Urine 1300 cc, warna agak keruh, LP 54 cm BB 20 kgA :GNAP : terapi diteruskan
6 februari 2013 S : udem O : TD: 130/90, N : 100 x/menit regular, R: 45 x/menit; S: 36,0 ˚ C
Urine 1400 cc, warna agak keruh, LP 54 cm, BB 20 kgA : GNAP : terapi diteruskan
7 februari 2013S : asites (+), udem pretibial (+) O : TD: 130/90, N : 96 x/menit regular, R: 30 x/menit; S: 36,4 ˚ C
Urine 1400 cc, warna kemerahan, LP 53 cm, 19 kg A : GNAP : terapi diteruskan
- 15 -
KESIMPULAN
Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral. Glomerulonefritis
akut paling lazim terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun meskipun orang dewasa muda
dan remaja dapat juga terserang , perbandingan penyakit ini pada pria dan wnita 2:1.
GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi2. tidak semua infeksi streptokokus akan
menjadi glomerulonefritis, hanya beberapa tipe saja. Timbulnya GNA didahului oleh
infeksi ekstra renal, terutama di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman streptokokus
beta hemolitikus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. dari tipe tersebut diatas tipe 12 dan
25 lebih bersifat nefritogen disbanding yang lain. Mengapa tipe tersebut lebih nefritogen
dari pada yang lain tidak di ketahui.
Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalh rasa lelah,
anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang paling sering
ditemukan adalah :hematuria, oliguria,edema,hipertensi.
Tujuan utama dalam penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk
Meminimalkan kerusakan pada glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal,
Meningkatkan fungsi ginjal.
Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan
glomerulus. Pemberian pinisilin untuk membrantas semua sisa infeksi,tirah baring selama
stadium akut, diet bebas bila terjadi edema atau gejala gagal jantung danantihipertensi
kalau perlu,sementara kortikosteroid tidak mempunyai efek pada glomerulofritis akut pasca
infeksi strepkokus.
Pronosis penyakit pada anak-anak baik sedangkan prognosisnya pada orang dewasa
tidak begitu baik.
- 16 -
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A, Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta, 1995.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Glomerulonefritis akut, 835-839, Infomedika, Jakarta, 1985.
3. Nelson, Brehman, Ilmu Kesehatan Nelson, vol 3, Ed 15, Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta, 2000.
4. Donna J. Lager, M.D.http;//www.vh.org/adult/provider/pathologi/GN/GNHP.html. (diakses 17 februari 2013).
5. http;//www.enh.org/encyclopedia/ency/article/000475.asp. (diakses 17 februari 2013).
6. http://pkukmweb.ukm.my/~danial/Streptococcus.html . (diakses 17 februari 2013).7. Lazuardi S. Buku Ajar. Nefrologi Anak. Dalam: editor Noer MS. Glomerulonefritis.
Jakarta: BP IDAI; 2002.pp 345-53.
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Glomerulonefritis Akut. Jakarta. Infomedika
FKUI. 1985. 835-839.
9. Bhimma,R.AcutePoststreptococcalGlomerulonephritishttp://
emedicine.medscape.com/ article. [diakses 17 februari 2013].
10. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 3. Ed Wahab, A. Samik. Ed 15.
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus. Jakarta: EGC. 2000.1813-1814.
- 17 -