gizi lansia 2

16

Click here to load reader

Upload: samuel-panjaitan

Post on 24-Jul-2015

102 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gizi Lansia 2

I. Definisi dan Klasifikasi Lansia

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lansia adalah seseorang

yang berusia 60 tahun ke atas. WHO mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut:middle / young

elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun dan

dikatakan very old berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri

mempelajari penuaan merujuk kepada kelompok lansia : “lansia muda” (young old), “lansia tua” (old

old). Dan “lansia tertua” (oldest old). Secara kronologis, young old secara umum berusia antara 65

sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital dan bugar. Old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan

oldest old berusia 85 tahun ke atas. Banyak perubahan yang terjadi pada masa transisi dari usia dewasa

ke lansia. Perubahan tersebut ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai organ dan jaringan tubuh.

Konsep Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan

berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap

berbagai penyakit dan kematian (Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006).Terdapat dua jenis penuaan,

antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang

dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa

yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit,

kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol

seseorang (Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005). Banyak perubahan

yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual

loss). Watson (2003) mengungkapkan bahwa lansia mengalami perubahan-perubahan fisik diantaranya

perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler,

sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem

endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut

perubahan ingatan (memori).

II. Permasalahan

Proses penuaan ditandai dengan peningkatan kehilangan otot, densitas tulang, serta penurunan

kualitas, fungsi organ, dan jaringan tubuh, seperti jantung, otak, ginjal, hati, dan jaringan saraf. Berbagai

permasalahan gizi dan kesehatan yang dialami lansia terkait dengan berkurangnya berbagai fungsi organ

dan jaringan tubuh, antara lain :

Page 2: Gizi Lansia 2

A. Organ Pengindra

Dengan makin bertambahnya usia, fungsi semua indra (mata, hidung, telinga, peraba, dan

pengecap), mengalami kemunduran. Misal, penurunan fungsi pembau membuat nafsu makan

menurun, penurunan fungsi pengecap menyebabkan lidah kurang peka terhadap rasa asin dan

manis, yang juga dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan. Perubahan pada mata dengan

seiringnya lanjut usia menyebabkan mata tidak hanya menjadi kaku dan hilang kejernihannya

tapi juga bertambah besar. Pada pendengaran terdapat juga gangguan pendengaran, seperti

kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh gangguan funsi telinga bagian dalam (cochlea).

Gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, keturunan,

terkena bising, penyakit telinga kronis, dan atrosklerosis. Namun usia tidak menentukan

kecepatan penurunan pendengaran.

B. Organ Pencernaan

Kekuatan dan elastisitas saluran cerna menurun pada proses menua; hal ini memperlambat

gerakan usus, sehingga resiko terhadap konstipasi meningkat. Orang lanjut usia sering

mengalami kontraksi pada otot larynx yang menyebabkan kesukaran menelan. Kekurangan

enzim cerna pada usia lanjut pada umumnya tidak mengganggu pencernaan dan absorpsi zat-zat

gizi orang usia lanjut. Perubahan funsi cerna yang dapat terjadi pada usia lanjut adalah

berkurangnya ekskresi asam klorida yang disebabkan oleh peradangan kronis permukaan

lambung yang dinamakan gastritis atrofik.Karena perubahan yang ditandai dengan melemahnya

system enzim, hormone, dan otot pencernaan, lansia membutuhkan makanan bertekstur

lembut dan citarasa yang tidak terlalu tajam.

C. Tulang dan Gigi

Kepadatan tulang lansia mulai berkurang sehingga beresiko mengalami pengeroposan tulang

(osteoporosis). Selain itu, system gigi geligi tidak sempurna dan mudah rapuh. Gigi mungkin

diganti dengan gigi palsu, namun gigi palsu yang dipasang sering tidak cocok. Hal ini dapat

menyebabkan rasa tidak nyaman sewaktu mengunyah. Di samping itu orang lanjut usia sering

mengalami sakit gigi. Semua ini dapat menyebabkan berkurangnya jenis dan jumlah makanan

yang di konsumsi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kekurangan gizi.

D. Rambut dan Gigi

Page 3: Gizi Lansia 2

Rambut menjadi beruban dan cepat rontok, sedangkan kulit menjadi keriput, kering, dan

muncul bintik-bintik hitam. Rontoknya rambut pada laki-laki dapat menimbulkan kebotakan di

tempat-tempat tertentu, pada bagian kepala atau di seluruh kepala

E. Jantung dan Pembuluh Darah

Proses penuaan melemahkan kerja otot jantung dan menurunkan elastisitas pembuluh darah.

Kondisi ini data menyebabkan kesehatan jantung dan pembuluh darah menjadi terganggu. Beba

jantung bertambah sebagai akibat dari bertambahnya resistensi terhadap aliran darah yang

disebabkan oleh pengendapan bahan-bahan yang bersifat aterosklerotik dan menurunnya

elastisitas arteri-arteri utama. Pada waktu bersamaan otot-otot jantung kehilangan kekuatan

sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah pun menurun. Dengan demikian, darah

yang dipompakan pada setiap detak jantung akan berkurang sehingga aliran darah melalui

pembuluh koroner yang membawa zat-zat gizi ke jantung juga akan berkurang. Perubahan pada

fungsi jantung dan pembuluh darah ini untuk sebagian menyebabkan kenaikan tekanan darah

pada usia lanjut. Tekanan darah sistole biasanya naik, dan diastole hanya sedikit.

F. Pernapasan

Saat tua, elastisitas paru-paru berkurang. Paru-paru menjadi kaku dan kemampuan untuk

menyesuaikan dengan latihan fisik menurun.

G. Perubahan pada kulit

Kulit mengering, mengerut, timbul bintik-bintik karen pigmentasi, kehilangan elastisitas, dilatasi

kapiler terutama pada muka, dan timbulnya kutil-kutil. Meningkatnya kehilangan air dari

permukaan kulit (epidermis) terjadi karena berkurangnya kemampuan kulit untuk menahan air

sehingga kulit mengering. Di samping itu terjadilah penurunan aktifitas kelenjar lemak. Di dalam

kulit (dermis), aktifitass sel-sel yang memproduksi jaringan kolagen elastis berupa fibroblas

berkurang seiring dengan berjalanjutnya usia; jaringan elastis ini mengerut dan melepas dari

epidermis. Inilah yang menyebabkan mengerutnya kulit pada usia lanjut.

Page 4: Gizi Lansia 2

PENGARUH FISIOLOGIS TERHADAP KEBIASAAN MAKAN

Perubahan Indra Pengecap: menyebabkan perubahan pada rasa dan bau berpengaruh terhadap

kebiasaan makan. Hal ini menyebabkan orang berusia lanjut sensitif terhadap keempat rasa dasar;

manis, asam, asin, dan pahit. Susunan gigi yang berubah dan penggunaan obat-obat tertentu dapat

menambah perubahan terhadap rasa ini. Orang lanjut usia cenderung menyukai makanan asin.

Obat-obat tertentu menghambat sekresi ludah, sehingga menyebabkan mulut kering yang dapat

mengganggu proses menelan makanan

Masalah Gigi-Geligi: penyakit-penyakti periodontitis, radang gusi, serta kerusakan dan/atau

kehilangan gigi akan mengubah polla makan pada usia lanjut. Mereka yang berasal dari keluarga

yang tidak mampu tidak akan dapat memperbaiki atau mengganti gigi yang rusak. Bila tidak

mendapat perhatian khusus, pada akhirnya mereka akan kekurangan gizi.

Kekuatan Fisik: kekuatan fisik yang terganggu mungkin membutuhkan diet khusus, seperti diet

energi-rendah, kolesterol-rendah, gula-rendah, dan garam-rendah. Untuk itu diperlukan nasihat

dokter dan ahli gizi. Apabila orang lanjut usia bersangkutan tidak mampu menyediakan diet ini

sendiri, hendaknya ada yang membantu menyediakannya.

Beberapa perubahan tersebut menyebabkan lansia rentan terhadap masalah gizi dan berbagai penyakit,

seperti :

a. Kegemukan

Menurunnyaaktivitas fisik dan kebutuhan energy seringkali tidak disadari oleh lansia sehingga

pola makannya tidak berubah, yang menjadi factor utama kegemukan pada lansia. Kegemukan

dapat menggaganggu fungsi tubuh, meningkatkan tekanan pada paru-paru, serta mencetuskan

penyakit-penyakit kronis seperti diabetes mellitus dan tekan darah tinggi. Penimbunan lemak

terutama di bagian tengah tubuh, meningkatkan terjadinya resistensi terhadap insulin,

hipertensi, dan hiperkolesterolemia.

b. Terlalu Kurus

Page 5: Gizi Lansia 2

Sebagian lansia sangat ketat mengatur pola makannya sehingga asupan energy, protein,

vitamin, dan mineral tidak memenuhi kebutuhan hidup sehat. Bila kondisi ini berlangsung terus,

lansia dikhawatirkan menjadi terlalu kurus dan rentan terserang berbagai infeksi. Disamping itu,

berkurangnya nafsu makan dan rusaknya gigi pada lansia, membuat mereka menjadi makan

lebih sedikit dari seharusnya sehingga menjadi kurus atau kurang gizi.

c. Anemia

Sekitar 6 dari 10 lansia mengalami anemia gizi. Pada umumnya disebabkan oleh rendahnya

asupan zat besi dan beberapa vitamin, terutama vitamin B12, C, dan folat. Kekhawatiran akan

kegemukan membuat lansia membatasi asupan lauk pauk dan buah yang beressiko kekurangan

zat besi dan ketiga vitamin tersebut.

Anemia gizi: menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk mengangkut

oksigen. Akibatnya jaringan tubuh kekurangan oksigen sehingga menyebabkan

penurunan denyut jantung, rasa lemah, dan sesak nafas.

Anemi gizi besi: adalah anemia yang paling banyak dialami orang lanjut usia.

Pada usia lanjut hemoglobin akan menurun, karen pembuatan sel darah merah dalam

sumsum tulang belakang menjadi kurang efisien.

Anemia megaloblstik: terjadi bila tubuh kekurangan faktor intrinsik yang

dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12. Hal ini memerlukan tindakan medis.sebagai

upaya pencegahan, orang lanjut usia sering diberi tambahan vitamin B12 dalam bentuk

suplemen melalui injeksi intramuskular atau berup tablet

d. Konstipasi / Sembelit

Lansia sering mengalami konstipasi / sembelit (sulit buang air besar) karena menurunnya

aktivitas fisik, asupan serat, konsumsi air minum, serta stress, dan sering mengkonsumsi obat-

obatan tertentu. Bila makanan terlalu lama berada di saluran pencernaan, feses akan mengeras

sehingga lansia akan sulit untuk buang air besar.

e. Penyakit Degeneratif

Kemunduran fungsi dan kualitas jantung, pembuluh darah, serta organ penting lainnya (ginjal,

hati, pancreas, lambung, otak) dapat mengurangi kekebalan tubuh dan meningkatkan oksidan

Page 6: Gizi Lansia 2

(racun) yang akhirnya menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan metabolic, terutama

hipertensi, hiperkolesterol, diabtes, gout (asam urat), gangguan ginjal, dan kanker. Penurunan

fungsi system saraf yang berkaitan dengan daya ingat beresiko menyebabkan demensia.

f. Osteoporosis

Berkurangnya kepadatan tulang sangat sering terjadi pada usia lanjut. Keadaan ini terkait erat

dengan pertumbuhan di masa janin, anak-anak, dan dewasa muda. Dengan kata lain,

osteoporosis adalah gambaran pertumbuhan tulang dan keadaan ini tidak bisa diperbaiki

dengan hanya mengkonsumsi satu jenis bahan makanan atau zat gizi saja.

G. Penyakit Kardiovaskular

Merupakan penyebab kematian utama di sebagian besar negara berkembang, termasuk di

indonesia. Salah satu faktor yang berpengaruh adlah kebiasaan makan.

H. Kanker:

Pangan yang banyak mengandung garam dan pangan yang dihisap, serta alkohol bisa

menyebabkan kanker

I. Diabetes Mellitus

Prevalensi penakit diabete mellitus dan ketidaktahanan terhadap glukosa meningkat dengan

bertambahnya usia. Faktor yang berhubungan adlah obesitas dan kurangnya aktifitas fisik.

J. Fungsi Endokrin

Sekresi hormon-hormon dalam tubuh, termasuk estrogen menurun pada proses menua.

Estrogen yang rendah dikaitkan dengan berkurangnya massa tulang dan kerapuhan.

Menurunnya jumlah hormon testosteron pada laki-laki dapat melemahkan otot, sehingga tubuh

menjadi lemah

K. Fungsi Kognitif

Page 7: Gizi Lansia 2

Penurunan fungsi kognitif atau demensia pada usia lanjut dapat disebabkan oleh penyakit

aterosklerosis. Pola makan yang dapat mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah juga

dapat mencegah penurunan fungsi kognitif ini.

III. Kebutuhan Zat Gizi

Mempertimbangkan berbagai keunikan dan permasalahan lansia di atas, kebutuhan gizi lansia

berbeda dengan kebutuhan gizi dewasa. Umumnya, kebutuhan energy makin berkurang,

sedangkan kebutuhan beberapa vitamin dan mineral lebih banyak. Kebutuhan gizi lansia laki-laki

dan perempuan berbeda . Oleh karena itu kebutuhan gizinya dikelompokkan berdasarkan usia (50-

64 tahun dan >65 tahun), dan jenis kelamin.

Zat Gizi

BB dan TB

Kelompok Umur

50-64 tahun >65 tahun

Laki-Laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Berat Badan 62 kg 55 kg 62 kg 55 kg

Tinggi Badan 165 cm 156 cm 165 cm 156 cm

Kalori (kkal) 2250 1750 2050 1600

Protein (gr) 60 50 60 50

Vitamin A 600 500 600 500

Folat (µg) 400 400 400 400

Kalsium (mg) 1000 1000 1000 1000

Zat besi (mg) 13 12 13 12

Seng (mg) 13,4 9,8 13,4 9,8

Page 8: Gizi Lansia 2

IV. Prinsip Gizi Seimbang

1. Variasi Makanan

- Batasi makanan berlemak dan manis serta tepung-tepungan

Bila kebutuhan energy di usia muda cukup besar, maka kebutuhan energy di usia tua mulai

menurun. Hal tersebut terjadi karena perubahan komposisi tubuh, yaitu menurunnya

jumlah sel-sel otot dan meningkatnya sel-sel lemak, yang menyebabkan menurunnya

kebutuhan energy untuk menjalankan fungsi tubuh. Selain itu, di usia tua biasanya aktivitas

fisik menurun. Setelah usia 50 tahun, kebutuhan energy berkurang 5% tiap 10 tahun.

Makanan berlemak, manis, serta tepung-tepungan telah terbukti meningkatkan resiko

berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, asam urat, dan gangguan ginjal. Itulah

sebabnya lansia perlu membatasi makan makanan berlemak dan manis serta tepung-

tepungan.

Makanan berlemak yang perlu dibatasi adalah makanan yang mengandung asam lemak

jenuh dan asam lemak trans tinggi, seperti jeroan, makanan yang digoreng, makanan yang

diolesi mentega, dan sebagainya. Sedangkan makanan manis yang perlu dibatasi adalah

yang mengandung banyak gula, seperti biscuit, roti manis, sirop, minuman manis, dan selai.

Berbagai makanan yang terbuat dari tepung, seperti mie, roti, kue, biscuit, perlu dibatasi

dalam makanan harian lansia.

Anjuran asupan lemak dibatasi maksimal 20 % kebutuhan energy. Artinya, bila kebutuhan

energy lansia perempuan 1600 kkal/hari, maka asupan lemak dibatasi maksimal 35 g/hari

atau setara dengan 3,5 sendok makan minyak goreng untuk berbagai proses pengolahan

makanan. Sementara bagi lansia laki-laki dengan kebutuhan ebergi 2050 kkal/hari, asupan

lemak dibatasi maksimal 45 g/hari atau 4,5 sendok makan minyak goreng / hari.

- Batasi makanan yang meningkatkan kadar asam urat

Lansia beresiko mengalami gout (asam urat tinggi). Oleh karena itu, berbagai makanan

sumber purin tingga perlu dibatasi. Contohnya jeroan (usus, hati, paru, ginjal, lidah, otak),

ikan, seafood, kacang-kacangan, jamur, daun melinjo, emping melinjo, kangkung, bayam,

durian.

Page 9: Gizi Lansia 2

- Perbanyak makan buah dan sayur segar

Buah dan sayur merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat alami. Serat makanan,

terutama yang berasal dari sayur dan buah, bermanfaat melancarkan buang air besar karena

membentuk struktur tinja yang lunak dan membantu gerakan usus. Serat juga menurunkan

kolesterol darah dan mencegah penyakit kanker usus. Bagi lansia gemuk, batasi atau hindari

makan buah yang berlemak dan berenergi tinggi seperti alpukat, mangga, dan durian.

- Minum air putih yang cukup

Lansia banyak mengalami kehilangan air melalui keringat dan urine, tetapi dengan

meningkatnya usia, sensitivitas bibir dan lidah dalam merasakan haus semakin menurun,

maka sering terjadi dehidrasi. Pada lansai, fungsi ginjal menurun sesuai dengan usia

sehingga kebutuhan air tubuh berkurang menjadi 1600-2250 ml/ hari bergantung pada jenis

kelamin, kegiatan fisik, dan usianya. Sebanyak 2/3 dari jumlah tersebut dipenuhi dari air

minum, yakni 1-1,5 liter atau setara dengan 5-7 gelas /hari. Air minum yang disarankan

adalah air putih atau air bening yang telah diproses.

- Batasi garam

Asupan garam yang berlebihan dapat menyebabkan meningkatnya resiko hipertensi yang

berpotensi gagal ginjal dan gagal jantung, Pada lansia terjadi penurunan fungsi pengecap,

sehingga lidah kurang peka terhadap rasa asin. Hal ini memungkinkan peningkatan asupan

garam yang tidak disadari. Assupan garam (natrium) yang disarankan maksimal adalah 4

g/hari ( 1 sendok the). Contoh makanan sumber garam antara lain mie instan, makanan

ringan yang asin dan gurih, serta minuman bernatrium tinggi (minuman bersoda, isotonic),

makanan berpengawet natrium benzoate dan natrium nitrat.

- Pilih tekstur dan citarasa makanan / minuman yang netral

Page 10: Gizi Lansia 2

Dengan mempertimbangkan fungsi dari system pencernaan yang telah menurun, lansia

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan tekstur yang tidak keras, tetapi

mengandung serat. Hindari citarasa yang terlalu tajam, seperti terlalu pedas, asam, asin,

manis, gurih, dingin, dan panas.

2. Pola Hidup Bersih

Kebersihan diri dan lingkungan lansia perlu menjadi perhatian, mengingat kondisi imunitas

lansia cenderung menurun. Misalnya dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,

mandi dan membersihkan badan dengan baik dan benar, dan meminimalkan berada di

lingkungan yang udaranya tercemar.

3. Aktivitas Fisik

Pada usia lanjut terjadi penurunan massa otot serta kekuatannya serta peningkatan lemak

tubuh. Latihan dan olahraga dapat mencegah atau memperlambat kehilangan fungsional

tersebut. Bahkan latihan yang teratur dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas yang

diakibatkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Olahraga dan aktivitas yang disarankan

adalah olahraga dan aktivitas ringan yang menyenangkan, misalnya senam lansia, senam

jantung sehat, yoga untuk lansia, latihan menahan beban yang intensif, jalan kaki di pagi hari,

bersepeda bila memungkinkan, berkebun, dan sebagainya. Lakukan kegiatan fisik 2x30

menit/hari, minimal 3 hari dalam seminggu.

4. Pemantauan Berat Badan Ideal

Setiap lansia harus dianjurkan untuk mengendalikan berat badan dengan menimbang BB secara

teratur, mengatur pola makan bergizi seimbang, dan cukup berktivitass fisik. Seperti orang

dewasa, cara menentukan BB ideal pada lansia adalah berdasar Indeks Massa Tubuh (IMT =

kg/m2.

Page 11: Gizi Lansia 2

Batas Ambang IMT Orang Dewasa untuk Indonesia

<17 Sangat Kurus

17,0-18,4 Kurus

18,5-24,9 Normal

25,0-26,9 Kelebihan Berat Badan (Overweight)

27-28,9 Gemuk

>29 Sangat Gemuk (Obese)

PELAYANAN KESEHATAN DAN PELAYANAN SOSIAL BAGI USIA LANJUT

Pelayanan kesehatan bagi usia lanjut tersedia di puskesmas dalam bentuk penyuluhan dan pengobatan.

Masyarakat juga menyediakan wadah pelayanan kesehatan dalam bentuk kelompok usia lanjut

(poksila) berupa pelayanan promotif-preventif dalma bentuk penyuluhan kesehatan, gizi,

olahraga, pengembangan hobi dan keterampilan, rekreasi, serta deteksi dini dan pemeriksaan

berkala dengan menggunakan KMS usia lanjut atau Buku Pedoman Pemantauan Kesehatan. Bagi

usia lanjut yang mempunyai masalah dan tidak dapat datang ke sarana kesehatan, tenaga

kesehatan dari rumah sakit atau puskesmas dapat diminta datang ke rumah untuk melakukan

konsultasi kesehatan.