gii

4
Terkadang kita mempertanyakan apa yang akan terjadi ketika aku mati? Apakah aku akan lebih bahagia dari saat aku hidup, ataukah sebaliknya? Bagaimana rasanya mati? Sakitkah? Perihkah? Atau rasanya malah menggelikan? Atau membuatmu lebih bahagia dari bahagia sebelumnya. Untuk wanita yang lelah dengan kehidupan pertanyaan itu mengambang terus-terusan dibenakku. Ingin mati? Terkadang. Ingin hidup? Mungkin. Entahlah, menjadi manusia itu lebih memuaakkan kurasa. Pengkhianatan dimana-mana, aku melihat manusia tapi aku tidak pernah merasakan apa itu kemanusiaan. Baru kemarin eyang menanyakan apa sebenarnya yang kucari dalam hidupku? Tidak tahu jawabku. Aku bukan mencari ketiadak tahuan tapi aku mencari ketidak tahuanku untuk tujuan hidupku agar aku tahu apa yang tersembunyi dibalik ketidak tahuanku. Rumitkan? Itulah pikiranku, itulah hidupku terlalu sibuk dengan pikiran yang terkadang horoscop di majalah langganan eyang bilang bahwa aku terlalu banyak membuang waktuku untuk hal yang tidak berguna. Gii menginjak kuat pedal rem nya dan langit beserta lapisannya memang masih memberinya sinar keberuntungan. Dasbor depan mobilnya hampir menyerempet pengemudi sepeda motor yang tiba-tiba dengan kecepatan penuh dating dari arah kiri pertigaan jalan. Lima detik berlalu untuk Gii mengontrol nafasnya yang memburu dan degup jantungnya yang mendadak berdentum dua kali lipat lebih cepat dari biasanya sebelum akhirnya dia merasakan mobilnya bergerak maju kedepan bersamaan dengan suara dentuman keras dari arah belakang. Gii menyadari sesuatu, dia tidak menabrak tapi dia ditabrak. Gii melepaskan safety belt nya dan segera keluar dari mobilnya, dengan setengah berlari Gii menghampiri bagian belakang mobilnya dan benar saja apa yang dia bayangkan bagian belakang mobilnya penyok. Shit! Gii memijat keningnya dan pengemudi mobil hitam yang menabraknya tidak menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari sarangnya, Gii pun mengambil langkah gusar menghampiri mobil hitam yang masih bertengger dibelakang mobilnya. Ketukan kepalan tangan Gii membabi-buta di kaca mobil pengemudi mobil hitam itu, dua kali ketukan tidak terjawab sampai akhirnya diketukan

Upload: ryanitammi

Post on 13-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fiction

TRANSCRIPT

Page 1: Gii

Terkadang kita mempertanyakan apa yang akan terjadi ketika aku mati? Apakah aku akan lebih bahagia dari saat aku hidup, ataukah sebaliknya? Bagaimana rasanya mati? Sakitkah? Perihkah? Atau rasanya malah menggelikan? Atau membuatmu lebih bahagia dari bahagia sebelumnya. Untuk wanita yang lelah dengan kehidupan pertanyaan itu mengambang terus-terusan dibenakku. Ingin mati? Terkadang. Ingin hidup? Mungkin. Entahlah, menjadi manusia itu lebih memuaakkan kurasa. Pengkhianatan dimana-mana, aku melihat manusia tapi aku tidak pernah merasakan apa itu kemanusiaan. Baru kemarin eyang menanyakan apa sebenarnya yang kucari dalam hidupku? Tidak tahu jawabku. Aku bukan mencari ketiadak tahuan tapi aku mencari ketidak tahuanku untuk tujuan hidupku agar aku tahu apa yang tersembunyi dibalik ketidak tahuanku. Rumitkan? Itulah pikiranku, itulah hidupku terlalu sibuk dengan pikiran yang terkadang horoscop di majalah langganan eyang bilang bahwa aku terlalu banyak membuang waktuku untuk hal yang tidak berguna.Gii menginjak kuat pedal rem nya dan langit beserta lapisannya memang masih memberinya sinar keberuntungan. Dasbor depan mobilnya hampir menyerempet pengemudi sepeda motor yang tiba-tiba dengan kecepatan penuh dating dari arah kiri pertigaan jalan. Lima detik berlalu untuk Gii mengontrol nafasnya yang memburu dan degup jantungnya yang mendadak berdentum dua kali lipat lebih cepat dari biasanya sebelum akhirnya dia merasakan mobilnya bergerak maju kedepan bersamaan dengan suara dentuman keras dari arah belakang. Gii menyadari sesuatu, dia tidak menabrak tapi dia ditabrak.Gii melepaskan safety belt nya dan segera keluar dari mobilnya, dengan setengah berlari Gii menghampiri bagian belakang mobilnya dan benar saja apa yang dia bayangkan bagian belakang mobilnya penyok. Shit! Gii memijat keningnya dan pengemudi mobil hitam yang menabraknya tidak menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari sarangnya, Gii pun mengambil langkah gusar menghampiri mobil hitam yang masih bertengger dibelakang mobilnya. Ketukan kepalan tangan Gii membabi-buta di kaca mobil pengemudi mobil hitam itu, dua kali ketukan tidak terjawab sampai akhirnya diketukan keempat kaca mobil itu mulai turun secara perlahan samar-samar menunjukkan wajah pemegang kemudinya.“Turun!” bentak Gii tak sabaran dengan tangan terlipat dibawah dada. Dengan pencahayaan lampu jalan yang seadanya Gii dapat melihat seorang laki-laki yang merupakan pengemudi tak tau diri itu menaikkan alisnya heran, Gii menghela nafas sebelum bentakan kedua keluar dari mulutnya “Keluar sekarang!”

Page 2: Gii

Laki-laki itu mulai menggerakkan badannya yang tidak dikunci safety belt dan perlahan membuka pintu mobilnya untuk beranjak keluar menuruti perintah Gii. Gii melangkah mundur ketika melihat tampilan lelaki itu, rambut acak-acakan, kemeja biru kusut, bau alcohol yang menyengat hidung dan beberapa cairan merah yang terlihat dari sudut bibir dan pelipisnya. “Apa?” pertanyaan dengan suara berat membuyarkan pikiran Gii yang dengan sigap memperbaiki posisi berdirinya. Gii tidak menjawab pertanyaan lelaki mabuk itu tetapi menarik sedikit lengan kemejanya kearah mobilnya. Gii menunjukkan penyok mobilnya yang terpampang jelas didepannya. “Trus?” suara berat itu seketika membuat mimic wajah Gii berubah total.Gii mengecek jam tangannya yang menunjukkan pukul 1 malam. Gii menghela nafas mencoba sabar “Oke saya nggak heran kalo anda udah nggak pake otak ngomong di jam segini dengan kondisi anda yang begini saya maklum tapi saya akan tetap menjelaskan dengan kesabaran penuh saya. Mobil saya penyok karna mobil hitam sialan anda, jadi anda harap mengerti dengan satu-satu perkataan saya. Anda – sudah – nabrak – mobil – saya – ngerti” Mata sayu dengan wajah yang setengah tertutup rambut itu menatapnya dengan pandangan kosong. Beberapa detik kemudian laki-laki itu berjalan melewatinya dan masuk kedalam mobilnya beberapa saat sebelum keluar lagi dengan selembar kertas kecil. “Hubungi saya kalau emosi anda sudah stabil saya akan ganti semua, atau mobil baru sekalipun saya akan ganti. Dan saya bukan orang baik-baik jadi berhati-hatilah” Gii menganga menatap lelaki yang berlalu didepannya dengan cepat masuk kedalam mobil hitamnya dan melaju kencang melewati dirinya yang terpaku menahan geram.Gii menatap kartu nama yang tergeletak diaspal jalan tepat didepan high heels hijau tuanya. Gadis itu memijat keningnya sebelum menginjak kartu nama itu dengan heels nya kuat.

Hujan gerimis pagi adalah salah satu hal yang disukai Gii, selain menjadi alasan tidur akan menjadi pulas juga menjadi alasan libur menyirami tanaman eyang di pagi hari. Gii membuka jendela kamarnya dan beberapa percikan air masuk menyentuh wajahnya. Gii tersenyum lebar dengan mata tertutup. Dia menyukai ini, percikan air yang terasa dingin menyentuh wajahnya, pikirannya melayang jauh memikirkan hal-hal yang selalu menghantuinya tapi Gii mencoba menyadarkan pikirannya sebelum terlalu jauh dan pagi ini dia tidak ingin menjadi makhluk berlebel ‘galau’.

Page 3: Gii

Gii menyesap susu strawberry miliknya dan memasukkan roti panggang yang masih hangat kedalam mulutnya, terdengar bunyi ‘nyess’ dari balik rongga mulutnya karena kegurihan dari roti panggannya. Eyang nya menatap Gii dengan senyum simpulnya, dia suka dengan wajah cucu satu-satu nya ini. Wajah tenang dengan senyum simpul yang persis mirip dengannya.“Gii mobil kamu kenapa? Tadi Eyang liat bagian belakangnya penyok parah banget”Gii mengalihkan pandangannya dari roti panggangnya dan menatap Eyangnya diam. “Oh.. itu kemarin di tabrak sama orang dari belakang” “Ditabrak? Kamu nggak kenapa-kenapa kan tapinya?” “Iya Eyang Gii nggak kenapa-kenapa nggak lecet sedikitpun” Gii menjawab masih dengan senyum simpulnya dan Eyangnya yang membalas tatapannya dengan wajah khawatir. Gii benci ditatap dengan tatapan seperti itu. Gii mengalihkan pandangannya, meneguk susu strawberrynya sampai sisa setengah dan bangkit dari kursi nya. “Kok kamu nggak cerita di Eyang sih Gii?” pertanyaan Eyang menggantung masih dengan tatapan sendunya yang menatap Gii dalam dan tangannya yang memegang lengan kanan Gii. Gii tidak suka moment seperti ini, Gii membalas perkataan Eyangnya dengan senyum simpul khas nya dan mencium kening Eyangnya lalu mencium tangan eyangnya dan pergi dengan setengah berlari diiringi teriakan Eyangnya dengan suara tuanya “Jangan lari Gii nanti jatuh,”

“Gii agenda kita hari ini bertemu dengan Bryan di Coffee Café untuk membahas model recommended yang minggu lalu kita bicarakan” Gii melirik Cynthia yang berdiri didepan meja kerjanya dengan wajah datar. “Baiklah, ingatkan saya dua puluh menit sebelum jam makan siang selesai” jawab Gii datar. Cynthia mengangguk mengerti dan keluar dari ruangan bos nya. Gii membalikkan kursi kerjanya menatap dinding kaca yang terbentang didepannya, matanya terpaku pada hamparan langit biru cerah, tidak ada hujan gerimis yang menjadi favoritenya. Menjadi salah satu designer yang bekerja dibawah lebel ternama bukanlah hal yang mudah. Gii mungkin mempersulit pekerjaannya sendiri dengan ikut turun langsung dengan perihal penerbitan koleksinya. Ia tidak suka apabila menyerahkan koleksinya ke sembarang orang

Page 4: Gii

termasuk pemilik label tempatnya bekerja, terkecuali dalam keadaan darurat Gii akan menyerahkan tanggung jawabnya sementara kepada sekretarisnya Cynthia tetapi keesokan harinya Gii akan meminta Cynthia memberikan penjelasan selengkap mungkin dengan apa yang sudah terjadi tanpa kehadirannya, dan ketika ada yang tidak Gii suka dia akan menyuruh Cynthia mengganti dengan apa yang ia inginkan. Dan itu menjadi satu alasan Cynthia memiliki satu jerawat baru setiap kali bos nya itu absen kantor.Gii melirik jam di pergelangan tangannya, pukul 11.45. “Baiklah Gii, hari ini schedule mu padat jangan buang-buang waktu. Lekas bertemu Bryan dan perbaiki mobil hasil karya lelaki sialan tadi malam”