gerak partikel dalam kotak
DESCRIPTION
pola sebaran partikel dalam kotak dapat kita modelkan dengan merumuskan rapat sebarannya setiap waktu.TRANSCRIPT
POLA SEBARAN PARTIKEL DALAM KOTAK ( 3D ) 1Jaenudin, 2Riyan Adiputra, 3Fegintia, 4Ine Saldiasih, 5Dinar Setiawidiani, 6Halim Budiman
Jurusan Fisika, Universitas Padjadjaran, Indonesia
E-mai: [email protected]
Pendahuluan
Banyak peristiwa disekitar kita
yang dapat dijelaskan secara fisis salah
satunya adalah peristiwa ketika parfum
disemprotkan, walaupun terlihat kasus
yang sederhana namun jika dijelaskan
secara fisis hal ini menjadi cukup
kompleks. Penjelasan secara fisis ini dapat
dijelaskan dengan membuat suatu model
fisis sehingga dapat dengan mudah
dipahami
Pemodelan suatu pola persebaran
parfum, dengan kondisi seluruh sudut
dalam ruangan menjadi harum setelah
diberi parfum, sedangkan parfum hanya
disemprotkan pada satu sisi.
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana pola sebaran parfum tersebut
sehingga dapat menyebar ke seluruh
ruangan.
Mengetahui pola sebaran parfum di ruang
tertutup
Tinjauan Pustaka
Perbedaan partikel padat, cair, dan gas.
Keadaan partikel di ruang tertutup, sebagai
berikut :
Tumbukan
Tumbukan merupakan hasil interaktif dua
benda yang bergerak searah maupun
berlawanan arah, diantaranya :
1. Tumbukan lenting sempurna
Pada tumbukan lenting sempurna
berlaku :
1. Hukum kekekalan energi
mekanik
∆Ek = ∆Ek’
2. Hukum kekekalan momentum
m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’
3. Koefisien restitusi (e = 1)
2. Tumbukan lenting sebagian
Nilai e dapat dicari dengan :
𝑒 = −(v2’ – v1’)
(v2 – v1)
Jika nilai e tidak sama dengan satu
maka peristiwa tumbukan tesebut
dapat dikatan lenting sebagian.
3. Tumbukan tidak lenting sama
sekali
Pada tumbukan tidak lenting sama
sekali yaitu tumbukan yang terjadi
dimana kedua benda yang
bertumbukan akan melekat satu
sama lain atau menjadi satu
gerakannya setelah terjadi
tumbukan.
Gas Ideal
1. Jumlah partikel gas banyak.
2. Tidak ada gaya tarik menarik
antar partikel.
3. Partikel gas terdistribusi merata
pada seluruh ruangan.
4. Setiap partikel gas selalu
bergerak dengan arah sembarang.
5. Tumbukan yang terjadi bersifat
lenting sempurna.
6. Partikel gas memenuhi hukum
newton tentang gerak.
Persamaan gas ideal
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
keterangan:
P = tekanan gas (atm)
V= volume gas (liter)
N= jumlah mol gas
R= tetapan gas ideal (0,082
liter atm/mol K)
T= temperatur mutlak
(Kelvin)
Hukum Kekekalan Momentum
Momentum sebelum tumbukan =
momentum setelah tumbukan
𝑚1𝑣1 + 𝑚2𝑣2 = 𝑚1𝑣1′ + 𝑚2𝑣2
′
Energi Dalam Gas
Energi dalam suatu gas
didefinisikan sebagai jumlah energi kinetik
seluruh molekul gas yang terdapat didalam
wadah tertutup.
Jika ada sejumlah N molekul gas dalam
wadah, maka energi dalam gas U yaitu :
Untuk gas monoatomik :
kTNUv
2
13:3
Untuk gas diatomik :
Distribusi Maxwell-Boltmann
Hukum distribusi Maxwell-Boltzmann :
Model sederhana pola sebaran partikel di
ruang tertutup :
Parameter
N = jumlah partikel
T = temperatur
m = massa partikel
ρ = rapat volume
V = volume
k = konstanta Boltzmann
Jika meninjau satu partikel, maka solusi
analitiknya :
Kecepatan partikel :
Kecepatan partikel setelah
menumbuk dinding kanan (asumsi:
tidak ada tumbukan antar partikel) :
Perubahan momentum partikel :
Selang waktu partikel dua kali
menumbuk dinding :
Besarnya momentum yang
diberikan partikel pada dinding
kanan tiap satuan waktu :
Jika meninjau N partikel, maka solusi
analitiknya :
Besarnya momentum total yang
diberikan N buah partikel pada
dinding kanan tiap satuan waktu :
Tekanan gas pada dinding kanan :
kTNUv
2
15:5
kvjvivv zyxˆˆˆ
kvjvivv zyxˆˆˆ
EKk
vmk
TBB 3
2
2
1
3
2 2
jmvvmvmp yˆ2
jmv
jmv
t
p yy ˆˆ2
2 22
jvvvm
t
pyNyy
ˆ... 22
2
2
1
2222
zyx vvvv
222
zyx vvv
Maka,
Sehingga :
Berdasarkan persamaan gas ideal :
Maka,
Energi kinetik total gas diatomik:
Volume :
Syarat batas :
Metode Pendekatan
Kami memodelkan pola sebaran
partikel dalam suatu ruangan dengan
mengasumsikan sumber partikel dari sudut
ruangan dan tengah ruangan sebagai titik
awal partikel.
Sebaran partikel dari tengah ruangan:
222
2
2
1 ... yyNyy vV
mNvvv
A
m
tA
pP
22
3
1vvy
2
3
1v
V
NmP
Bk
vm
T
2
3
1
m
Tkv B32
EKk
vmk
TBB 3
2
2
1
3
2 2
TNknRTPV B
TNkvV
NmB2
3
1
)()()( vibrasirotasitranslasitotal EEEE
Tk
TkxTkxTkx
B
BBB
2
7
2
12
2
12
2
13
0
0
33
t
0
3
t
0
t
0
zyx
V < V(t) < 0
3
v
t v=V(t)
dtdtdtv =
dtvdtvdtv = V
dxdydz = dV
m
kTv
v
rms
rms
33
0
0
tv
Nm =
V(t)
Nm =
V(t)
m =(t)
0
32
3
2
5
0
32
3
2
3
00
32
3
0
0
(t) 0
tkT3
Nm = (t)
tkT3
mNm =
tm
3kT
Nm =(t)
𝑠𝑑
= 2𝐷𝑑𝑡
Count
er = 1 j = n – time
step
r = randm
(2,n
partikel)
for i = 1: N
partikel
Px =
P(2x
counter
)
Py =
P(2x
counter
)
E
N
D
D=0.2 n=1000 dt=0.01 n time step = 2000
P
Px
Py
s
t
a
r
t
Sebaran partikel dari sudut ruangan :
Hasil dan Pembahasan
Hasil :
Pola sebaran partikel jika
diasumsikan dari tengah akan membentuk
pola lingkaran sampai dengan terisi penuh.
Pada tampilan diatas adalah
bagaimana suatu kumpulan partikel yang
berasal dari tengah itu akan menyebar
dalam waktu tertentu. Hal tersebut dapat
menjadi gambaran bagaimana suatu
parfum di ruangan itu tersebar ke seluruh
ruangan. Kumpulan partikel tersebut
menyebar dengan menggunakan
pendekatan satu lingkaran penuh. Sehingga
dapat dirumuskan :
Sedangkan untuk persebaran dari sudut
dapat dirumuskan :
04
03
0
5
1
4
03)(
3
2/3
Nmt
m
kT
Nmt
0
03
23
0
6
0
22
11
24)(
3 mt
m
kT
m
N
Nt
𝑠𝑑
= 2𝐷𝑑𝑡
Counte
r = 1
j = n – time
step
r = randm
(2,n partikel)
for i = 1: N
partikel
Px = P(2x
counter)
Py = P(2x
counter)
E
N
D
D=0.2 n=1000 dt=0.01 n time step = 2000
P
Px
Py
s
t
a
r
t
Apabila kita ingin mengetahui
waktu yang paling cepat untuk partikel
tersebut sampai penuh memenuhi ruangan
adalah dengan menggunakan perbandingan
antara persebaran dari tengah dan dari
sudut. Sehingga akan menghasilkan:
Sehingga,
Maka,
Jadi,
Untuk memperjelas perumusan di
atas kita akan memasukkan angka dalam
perumusan tersebut lalu diplot dalam
grafik.
Informasi
k = 5.67 x 10-8
rho = 1.98 gr/cm3
m0 = 2.8 x 10-7
kg
Variasi Suhu (T), Vf = 2000 m3
T = 300 K --- tf = 1.66 sekon
T = 400 K - tf = 1.44 sekon
T=500 K - tf = 1.28 sekon
T=600 K -- tf=1.17 sekon
Dari grafik dapat dilihat bahwa
semakin besar nilai suhu maka waktu
persebaran partikel ke seluruh ruangan
semakin cepat. Itu artinya suhu
mempengaruhi dalam proses persebaran
partikel.
Variasi Volume Ruangan ( Vf), T = 300 K
Vf = 500 m3 -- tf = 1.04 sekon
Vf = 1000 m3 -- tf = 1.32 sekon
Vf = 1000 m3 - tf = 1.51 sekon
Vf = 2000 m3 -- tf = 1.66 sekon
3/1
2/1
3/12/1
32
11
0
04
6
5
0
04
03
4
3
5
0
)(
)(
mNVt
kT
m
NmVt
kT
m
suduttf
tengahtf
3/1
0
04
6
22
11
0
0
4
3
)(
)(
mNVf
mNVf
suduttf
tengahtf
3/1
32
11
0
04
0
0
8
1
)(
)(
mNVf
mNVf
suduttf
tengahtf
1)(
)(
suduttf
tengahtf
Dari grafik yang kedua ini adalah grafik
variasi volume ruangan. Dapat dilihat
bahwa semakin besar volume ruangan
maka waktu persebaran akan semakin
lama. Hal itu di sebabkan bahwa partikel
yang masuk kedalam ruangan itu akan
mengisi ruang kosong yang ada di dalam
ruangan. Jika ruangan sudah penuh atau
volume ruangan besar maka tersebarnya
partikel yang baru masuk ke ruangan
tersebut akan semakin lama. Hal itu dapat
dilihat dari grafik.
Variasi Suhu (T), Vf = 2000 m3
T = 300 K --- tf = 1.66 sekon
T = 400 K - tf = 1.44 sekon
T=500 K - tf = 1.28 sekon
T=600 K -- tf=1.17 sekon
Dari grafik dapat dilihat bahwa
suhu mempengaruhi waktu persebaran
partikel. Semakin besar suhu maka
semakin cepat partikel tersebut akan
menyebar.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Setelah melakukan perhitungan
dengan perumusan diatas dapat kita tarik
kesimpulan bahwa pendekatan yang
dilakukan untuk mengetahui pola
persebaran partikel di dalam suatu ruangan
dapat dilakukan dua pendekatan,yang
pertama pendekatan dari sudut ruangan,dan
yang kedua pendekatan dari tengah
ruangan. Dari perumusan yang didapat
pendekatan di tengah ruangan lebih
mendekati daripada pendekatan yang
dilakukan dari sudut ruangan. Secara
rumus juga kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa suhu dan volume
ruangan mempengaruhi waktu partikel
menyebar ke seluruh ruangan.
Saran
Pendekatan yang dilakukan dalam
pemodelan kali ini tidak menghiraukan
partikel yang ada di dalam ruangan. Dalam
kenyataannya partikel di dalam ruangan itu
akan mempengaruhi waktu persebaran
partikel tersebut. Pendekatan ini juga
melihat pola sebaran dari partikel
keseluruhan. Yang sebenarnya terjadi
adalah setiap partikel memiliki pola
tersendiri dalam prosesnya tersebar dalam
ruangan. Untuk itu diperlukan suatu
pendekatan lagi yang lebih real untuk
melihat bagaimana partikel tersebar dalam
suatu ruangan.