geologi regional daerah yogyakarta
TRANSCRIPT
Geologi Regional Daerah Yogyakarta
Geologi regional daerah Yogyakarta dipengaruhi oleh dua pegunungan
yang mengapit daerah Yogyakarta yaitu Pegunungan Kulon Progo dan
Pegunungan Selatan. Yogyakarta terbentuk akibat pengangkatan Pegunungan
Selatan dan Pegunungan Kulon Progo pada Kala Plistosen awal (0,01-0,7 juta
tahun) yang telah membentuk Cekungan Yogyakarta. Di dalam cekungan tersebut
selanjutnya berkembang aktivitas gunung berapi (Gunung Merapi). Kemudian
terdapat dataran tinggi di sebelah selatan dan kemunculan kubah Gunung Merapi
di sebelah utara, telah membentuk sebuah lembah datar. Bagian selatan lembah
tersebut berbatasan dengan Pegunungan Selatan, dan bagian baratnya berbatasan
dengan Pegunungan Kulon Progo. Sehingga lokasi geologi regional Yogyakarta
berupa dataran rendah yang berada di anatara dua Pegunungan.
Rekaman proses tektonisme juga sangat banyak dijumpai di dataran
Yogyakarta. Diawali dari data sesar akibat pengangkatan Pegunungan Kulon
Progo dan Selatan, sesar-sesar di sepanjang dataran gunung api terbentuk
belakangan serta sesar-sesar minor oleh gempa-gempa tektonik. Proses tektonisme
tersebut hingga kini diyakini sebagai batas umur Kuarter di wilayah ini. Menurut
Rahardjo (2000), setelah pengangkatan Pegunungan Selatan, terjadi genangan air
(danau) di sepanjang kaki pegunungan hingga Gantiwarno dan Baturetno. Hal
ituberkaitan dengan tertutupnya aliran air permukaan di sepanjang kaki
pegunungan sehingga terkumpul dalam cekungan yang lebih rendah. Pada
wilayah Yogyakarta juga dijumpai lokasi-lokasi singkapan, dimana pada lokasi-
lokasi yang diduga pernah terbentuk lembah datar tersebut, tersingkap endapan
lempung hitam. Lempung hitam tersebut adalah batas kontak antara batuan dasar
dan endapan gunung api Gunung Merapi.
Dataran Yogyakarta berada di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan,
menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari Panatai Parangtritis
hingga Sungai Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah Sungai Progo
dan Sungai Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan
anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001). Satuan perbukitan
terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini mempunyai
kelerengan antara 40 – 150 dan beda tinggi 125 – 264 m. Beberapa puncak
tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat (± 264 m) di Perbukitan Jiwo
bagian barat dan G. Konang (lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua
perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran Sungai Dengkeng. Perbukitan Jiwo
tersusun oleh batuan Pra-Tersier hingga Tersier (Surono dkk, 1992).
Zona Pegunungan Selatan yang berada di dekat dataran Yogyakarta dapat
dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan
Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan Hartono,
2001).
A. Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang
dari barat (tinggian G. Sudimoro, ± 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G.
Baturagung, ± 828 m), hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur, ± 737 m). Di
bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G.
Panggung (± 706 m) dan G. Gajahmungkur (± 737 m). Subzona Baturagung ini
membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng antara 100 – 300 dan beda
tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal
gunungapi.
B. Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian
tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya.
Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara,
sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung
Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat
dan menyatu dengan K. Opak. Sebagai endapan permukaan di daerah ini adalah
lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah
batugamping.
C. Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts,
yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut
dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai
telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping
serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai
Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur. Diantara Parangtritis
dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau
Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann. 1939). Sedangkan
antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga
tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain
granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949).
Morfologi utama pada daerah Yogyakarta berupa dataran rendah dengan
litologinya berupa batuan hasil endapan material Merapi yang umurnya masih
muda yang juga dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar, contohnya sesar
Opak-Oyo. Dan terdapat pula bentang alam fluvial pada dataran Yogyakarta
karena daerah ini dilewati oleh beberapa sungai besar contohnya Sungai Opak,
Sungai Oyo.
Pada arah utara Yogyakarta juga ditemukan bentang alam eolian, terutama
morfologi yang terkenal adalah Gumuk pasir, Gumuk pasir Parangtritis dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar : pasif dan aktif. Gumuk pasir aktif
menempati sisi timur pada luasan sekitar 70 hektar. Di sini proses-proses
pembentukan gumuk pasir longitudinal dan barchan oleh aktivitas angin yang
bertiup kuat dapat diamati dan dipelajari dengan baik, misalnya struktur
pengendapan permukaan riple mark. Gumuk pasir pasif menempati sisi barat dan
selatan sampai muara Kali Opak pada luasan sekitar 175 hektar. Di sini
berkembang gumuk pasir parabolik dan sisir. Vegetasi yang memotong arah angin
tenggara-barat laut menyebabkan berkurangnya kecepatan angin di belakang
vegetasi sehingga terjadi sedimentasi.
Daftar Pustaka
http://ahmadlatikss.blogspot.com/2012/06/geologi-regional-lokal-daerah.html
diakses 29 Maret 2013 pukul 09.20
http://bumi-ilmukebumian.blogspot.com/2011/01/geologi-regional-
yogyakarta.html diakses 29 Maret 2013 pukul 09.00
http://rovicky.wordpress.com/2010/08/22/patahan-opak-yang-unik/ diakses 29
Maret 2013 pukul 09.10