rekonstruksi palaeostress menggunakan struktur skala kecil pada daerah kali oyo, bantul, yogyakarta...
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
1/38
[Type here] [Type here] 1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
REKONSTRUKSI PALAEOSTRESSMENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL
PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAKARTA SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL YOGYAKARTA
Kepala Prodi Geofisika FMIPA UGM
Prof. Dr. H. Sismanto, M.Si
NIP. 196002051988031002
Telah disiapkan oleh
YUDO BASKORO
11/316863/PA/13985
Pembimbing
Mochamad Nukman, S.T., M.Sc., Dr.rer.nat.
NIP.1974111020002121002
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
2/38
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul
REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI
OYO, BANTUL, YOGYAKARTA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
YOGYAKARTA .
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap misteri mengenai kinematika serta arsitektur dari
struktur regional Yogyakarta melalui jejak-jejak yang terekam pada skala kecil. Walaupun kami
berhasil memberikan beberapa bukti, namun tanpa kerja keras dan pemikiran dari para peneliti
terdahulu dan bimbingan dari bapak Nukman mungkin kami tidak akan bisa berbicara banyak
mengenai apa yang kami temukan di lapangan.
Dan setelah melalui pengambilan data selama 6 hari di lapangan, 3 minggu waktu yang
dibutuhkan penulis untuk studi pustaka, pengolahan data, interpretasi, persiapan presentasi dan
revisi akhirnya sampailah penulis kepada saat yang berbahagia ini
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Mochamad Nukman, S.T., M.Sc., Dr.rer.nat., yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan kerja praktek serta membimbing dengan penuh kesabaran.
2. Warga kecamatan Playen dan Imogiri yang senantiasa ramah dan memaklumi kami
selama pengambilan data di lapangan
3. Kartika Palupi selaku rekan kerja praktek.
4. Para peneliti terdahulu atas kerja keras dan pemikirannya yang bisa kita semua nikmati.
5. Alm. Ibu Soepartinah, bapak Bambang Kuntjoro, Ariefia Putri Utami, Sulasmiati Dyah
Mustikaningsih, keluarga besar Sudibyo dan keluarga besar Moegiyono yang telah
memberikan dukungan dan kepercayaan.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
3/38
iii
6. Teman-teman Geofisika UGM khususnya angkatan 2011 yang memberikan semangat,
canda tawa, motivasi dan demotivasi.
7. Mojo, Bambang, Bowo, Telo, Mail, Vincent, Jamet, Rofiq, Bogel, Tom2, Adien untukparty
rock in the house.
8. Untuk Achmad Ainur Rofiq atas obrolan panjang sampai pagi menjelang tanpa
kesimpulan.
9. F.A.L.I.LV, Alter Bridge dan para musisi lain yang senantiasa menemani selama
pengolahan data dan pembuatan laporan.
10.Lisa Indriyadi untuk jawaban atas beberapa kebingungan baik tersirat maupun tersurat.
11.Dan semua pihak yang belum disebutkan yang telah membantu kerja praktek penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya. Saran dan kritik
diharapkan dari semua pihak demi perbaikan dan peningkatan kualitas diri penulis dan keilmuan
Indonesia, khususnya ilmu kebumian Indonesia.
Yogyakarta, 21 September 2015
Penyusun
YUDO BASKORO
11/316863/PA/13985
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
4/38
iv
I do not know what I mayappear to the world, but to
myself I seem to have beenonly like a boy playing on theseashore, and divertingmyself in now and then
finding a smoother pebble ora prettier shell than
ordinary, whilst the greatocean of truth lay allundiscovered before me.
- Sir Isaac Newton -
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
5/38
v
INTISARI
REKONSTRUKSI PALAEOSTRESSMENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL
PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAKARTA SERTA IMPLIKASINYATERHADAP STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL YOGYAKARTA
YUDO BASKORO
11/316863/PA/13985
Telah dilakukan penelitian menggunakan struktur skala kecil pada kali Oyo dengan panjang
lintasan kurang lebih 15 km, kecamatan Imogiri dan Playen, Bantul, Yogyakarta dengan total 8 STA . Data
yang didapat seluruhnya berupa kedudukan (strike/dip)dari kekar. Data tersebut selanjutnya di inversi
untuk memperoleh kedudukan principal stress(1, 2 dan 3)menggunakan program komputer. Setelah
diperoleh kedudukanprincipal stress, dilakukan analisis apakah kedudukanprincipal stress tersebut akan
cenderung membentuk sesar normal, sesar naik atau sesar mendatar pada struktur skala peta regional
Yogyakarta.
Dari 8 STA hanya 6 STA yang dapat dilakukan pengolahan untuk mendapatkan kedudukanprincipal stress.
Rekonstruksipalaeostresspada penelitian kali ini menghasilkan kedudukanprincipal stressyang dominan
membentuk sesar mendatar dengan arah kompresi relatif utara-selatan. Arah kompresi utara-selatan
berasosiasi dengan subduksi lempeng India-Australia ke arah utara sebagai faktor pengontrol utama. Hasil
tersebut memberikan implikasi bahwa sesar opak yang merupakan struktur utama di daerah Yogyakarta
adalah sesar mendatar. Orientasi dari sigma 1 yang beragam mulai dari NNE-SSW, N-S sampai NNW-SSE
memungkinkan adanya keberadaan struktur regional dengan orientasi bidang yang beragam. Terdapat
juga kedudukanprincipal stressyang membentuk sesar turun dan sesar naik, kemungkinan hanya bersifat
lokal.
Kata Kunci: Palaeostress, Kekar, Sesar Opak
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
6/38
vi
DAFTAR ISI
1. Lembar pengesahan ...................................................................................................... i
2. Kata pengantar .............................................................................................................. ii
3. Intisari ........................................................................................................................... v
4. Daftar isi ........................................................................................................................ vi
5. Daftar Gambar .............................................................................................................. viii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Batasan masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 4
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian ....................................................................... 5
2.2 Rekonstruksi Paleostress Menggunakan Struktur Rapuh Skala Kecil ..................... 9
2.2.1 Pembentukan kekar .............................................................................. 9
2.2.2 Spasi, densitas dan intensitas kekar ...................................................... 10
2.2.3 Geometri dan arsitektur dari sistem kekar ........................................... 10
2.2.4 Set dan Sistem Kekar ............................................................................. 11
2.2.5 Penentuan sumbu paleostress pada kekar ........................................... 121.3 Tujuan ..................................................................................................................... 4
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
7/38
vii
Bab III Metode Penelitian
3.1 Lokasi dan waktu penelitian .................................................................................. 14
3.2 Peralatan Yang Digunakan ..................................................................................... 15
3.3 Diagram Alir Penelitian ........................................................................................... 16
3.4 Menentukan Principal Stress Dengan Proyeksi Stereografis .................................. 17
Bab IV Hasil & Pembahasan
4.1 Hasil & Pembahasan STA 6 ..................................................................................... 20
4.2 Hasil & Pembahasan STA 7 ..................................................................................... 22
4.3 Hasil & Pembahasan STA 8 ..................................................................................... 24
4.4 Interpretasi ............................................................................................................. 26
4.5 Rangkuman ............................................................................................................. 28
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 29
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
8/38
viii
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Peta Tektonik Indonesia ....................................................................................... 2
Gambar 1.2. Hubungan antara principal stress dan kinematika sesar ..................................... 3
Gambar 2.1. Peta geologi regional Yogyakarta ........................................................................ 7
Gambar 2.2. Peta geologi area penelitian ................................................................................ 8
Gambar 2.3 Arsitektur Kekar .................................................................................................... 11
Gambar 2.4. Efek 3-D pada kekar ............................................................................................. 12
Gambar 2.5. Kategori kekar conjugate berdasarkan besar sudut ............................................ 13
Gambar 3.1. Diagram alir penelitian ......................................................................................... 16
Gambar 3.2. Contoh perolehan principal stress menggunakan proyeksi stereografis ............ 18Gambar 4.1. Foto STA 6 dan Inversiprincipal stressmenggunakan software Win Tensor...... 20
Gambar 4.2. Foto STA 7 dan Inversiprincipal stress menggunakan software Win Tensor...... 22
Gambar 4.2. Foto STA 8 dan Inversiprincipal stressmenggunakan software Win Tensor...... 24
Gambar 4.4. Plot hasil Inversiprincipal stresspada peta geologi area penelitian ................... 26
Gambar 4.5. Interpretasi struktur regional Yogyakarta ........................................................... 27
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
9/38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Wilayah Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menarik secara geologi. Aktivitas tektonik
di Indonesia melalui sejarah panjang dan kompleks yang melibatkan tiga lempeng besar yaitu lempeng
Eurasia, lempeng India-Australia, lempeng samudra Pasifik dan di beberapa wilayah di Indonesia kondisi
tektonik melibatkan beberapa mikro-kontinen yang membentuk gugusan kepulauan Indonesia yang
kompleks. Namun penelitian ini secara regional terletak di pulau jawa, di sebelah tenggara Yogyakarta
dimana litologi daerah penelitian teridiri dari 3 formasi utama yaitu Formasi Nglanggeran, Formasi
Sambipitu dan Formasi Wonosari yang terbentuk pada periode neogen sehingga pada penelitian ini yang
bertujuan untuk menentukan arah palaeostress utama dan implikasinya terhadap struktur regional
Yogyakarta akan fokus pada kondisi tektonik di wilayah penelitian dimulai dari periode neogen yang
relatif mirip dengan kondisi tektonik pada saat ini.
Kondisi tektonik Indonesia pada saat ini secara garis besar adalah :
(1) Lempeng Eurasia relatif diam (2) lempeng India-Australia bergerak keutara dan menghunjam
(subduksi) ke bawah lempeng Eurasia (3) lempeng Pasifik bergerak kearah barat dan menghunjam di
bawah 2 lempeng yang lain (Waluyo 1992).
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
10/38
2
Lempeng India-Australia menunjam oblique (subduksi miring ) di bawah Lempeng Eurasia dengan
kecepatan 60 mm/tahun di sebelah barat Indonesia di bawah pulau Sumatera, sedangkan di bawah pulau
Jawa menerus sampai ke Timur Indonesia, lempeng India-Australia menunjam hampir tegak lurus dengan
kecepatan 60-69 mm/tahun (Newcomb & McNann,1987; Prasetya., dkk 2001; Natawidjaya, 2003;
ITDB/PAC, 2004). Akibat dari stress (tekanan) dari zona Subduksi, maka terbentuklah sesar-sesar
(patahan) di dekat permukaan. Seperti sesar Sumatera yang merupakan salah satu sesar (patahan) yang
paling panjang di di dunia. Kemudian sesar-sesar di Pulau Jawa, seperti sesar Cimandiri (Jawa barat), sesar
Baribis (Jawa barat), sesar Lembang (utara Bandung), sesar Opak (Yogya) serta sesar-sesar minor lainnya
yang sebagian besar sampai saat ini masih aktif dan menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia menjadi
rawan gempa dan beberapa litologi penyusun wilayah Indonesia baik yang tersingkap di permukaan
maupun yang berada di bawah permukaan mengalami deformasi yang intensif.
Gambar 1.1. Peta Tektonik Indonesia (BMKG), garis hijau menunjukkan zona subduksi, kotak merah menunjukkan
lokasi penelitian.
Para ahli sampai saat ini masih terus meneliti dan memperdebatkan kinematika dan arsitektur dari
beberapa sesar di Indonesia, salah satunya adalah sesar Opak di Yogyakarta. Kinematika sesar sendiri
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
11/38
3
dapat ditentukan melalui studipalaeostressatau stress purbakala, yaitu stress yang terjadi pada batuan
yang berumur lebih tua dari holosen. Studi mengenai palaeostress bertujuan untuk mengetahui arah
stress utama atauprincipal stress dari jejak yang terekam pada batuan untuk menentukan kinematika dan
arsitektur dari struktur patahan dan juga dapat digunakan untuk memeperkirakan evolusi tektonik dari
masa lampau . Lebih lanjut mengenaiprincipal stress, para peneliti menyepakati penggunaan notasi sigma
1, 2, 3 sebagai komponen utama tensor stress. 1 merupakan maximum principal stress atau komponen
terkuat, 2 merupakan intremedietprincipal stress atau komponen menengah, 3 merupakan minimum
principal stress atau komponen stress terlemah. Kinematika dari struktur patahan dipengaruhi oleh
kedudukan ketiga komponenprincipalstresstersebut.
(Nukman 2014, modifikasi dari Anderson 1951)
Sesar turun atau normal fault terbentuk apabila dipdari 2 dan 3
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
12/38
4
1.2Batasan masalah
Penelitian ini bertujuan khusus untuk memperkirakan arah paleostressutama berdasarkan analisis
data-data geologi berupa kekar, urat dan bidang sesar. Penelitian dilakukan di kali Oyo dengan
panjang lintasan kurang lebih 15 km, kecamatan Imogiri dan Playen, Bantul, Yogyakarta.
1.3
Tujuan Kerja Praktek
1.
Mempraktekkan secara langsung metode pengambilan dan pengolahan data geologi lapangan
untuk analisispalaeostress.
2.
Menentukan arahpaleostressutama yang maksimum, menengah, dan minimum (1, 2 dan 3)
dan implikasinya terhadap struktur regional Yogyakarta.
3.
Memenuhi salah satu mata kuliah wajib Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
13/38
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian
Berdasarkan peta geologi regional lembar Yogyakarta (Wartono dkk. 1977) litologi daerah
penelitian teridiri dari 3 formasi utama yaitu Formasi Wonosari, Formasi Sambipitu dan Formasi
Nglanggeran.
Formasi Nglanggeran diperkirakan terbentuk pada miosen awal, terdiri dari breksi gunungapi aglomerat,
tuff dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi
formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 250
cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang
membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir gunungapi
epiklastika dan tuff yang berlapis baik. Pada umumnya Formasi Nglanggran ini juga miskin akan fosil.
Dengan banyaknya fragmen andesit dan batuan beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat
berwarna merah bata maka diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut
dangkal. Sementara itu, dengan ditemukannya fragmen batugamping terumbu, maka lingkungan
pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di laut dangkal.
Formasi Sambipitu juga diperkirakan terbentuk pada miosen awal, di bagian bawah formasi ini terdiri dari
batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan
serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
14/38
6
karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi
Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.
Formasi Wonosari diperkirakan terbentuk pada miosen tengah, formasi ini tersingkap baik di daerah
Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam Subzona Wonosari dan topografi karst Subzona
Pegunungan Sewu. Ketebalan formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian
bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari dengan Formasi Kepek.
Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping
terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuff hanya terdapat di bagian timur.
Kaitannya litologi dengan penelitian ini adalah, Hancock (1994) berpendapat bahwa rekonstruksi
palaeostress pada sedimen yang berbutir halus akan lebih memberikan hasil yang seragam dimana pada
sedimen yang berbutir kasar stressakan cenderung mengalami perturbasi atau gangguan.
Struktur geologi di daerah penelitian berdasarkan peta geologi regional lembar Yogyakarta (Wartono dkk,
1977) terdapat setidaknya 11 patahan (lihat hal 6). Patahan utama yaitu sesar opak (no. 1) yang berarah
NE-SW digambarkan sebagai garis putus-putus yang artinya keberadaan sesar Opak ini dalam kategori
diperkirakan dan telah berulang kali dikaji serta menghasilkan berbagai macam versi dari masing-masing
peneliti.
Kemudian setidaknya terdapat 4 patahan minor (no. 2, 3, 4, 5) yang berorientasi NW-SE. Keempat patahan
tersebut letaknya masih diperkirakan namun secara kinematik berupa sesar geser dekstral. Terdapat juga3 patahan berorientasi NE-SW (no. 6, 7, 8). Ketiga patahan tersebut letaknya masih diperkirakan
sedangkan secara kinematik merupakan sesar normal dimana blok sebelah barat merupakan blok yang
turun, sebelah timur merupakan blok yang naik. Kemudian terdapat patahan berorientasi NEE-SWW (no.
9, 10, 11) yang letaknya juga masih diperkirakan dan kinematikanya berupa sesar geser dekstral,
sedangkan (no. 9) digambarkan berupa sesar diperkirakan dengan blok yang turun berada di sebelah
selatan bidang patahan. Keberadaan patahan-patahan tersebut diasosiasikan dengan subduksi lempeng
India-Australia terhadap lempeng Eurasia di selatan pulau Jawa.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
15/38
Gambar 2.1. Peta geologi regional Yogyakarta (modifikasi dari Wartono dkk. 1977)
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
16/38
Gambar 2.2. Peta geologi area penelitian (modifikasi dari Wartono dkk. 1977)
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
17/38
9
2.2 Rekonstruksi Paleostress Menggunakan Struktur Rapuh Skala Kecil
Definisi paleostress adalah stress yang terbentuk pada masa lalu dalam skala waktu geologi, yaitu
stress pada batuan yang relatif berumur tua (lebih tua dari Holosen). Tujuan utama dari studi paleostress
adalah untuk mengetahui arah dari stress yang menyebabkan struktur pada batuan (baik yang bersifat
brittlemaupun ductile)yang terlihat sekarang.
Walaupun banyak studi mengenai deformasi rapuh atau brittle focus terhadap patahan mayor yang
menyebabkan pergeseran yang besar dan mayoritas menyebabkan pelepasan stress selama gempa
dengan magnitude besar, analisis struktur skala kecil tetap dapat diandalkan untuk menghasilkan sejarah
paleostress (Eyal & Reches 1983 dalam Dunne & Hancock 1994 Palaeostress Analysis of Small-Scale
Brittle Structures). Lebih lanjut, dalam beberapa set platform, struktur kecil merekam lebih banyak
episode stress daripada struktur pada skala peta (Dunne & Hancock 1994). Meskipun belum ada definisi
pasti mengenai batasan skala kecil, penulis mengusulkan dalam penelitian ini skala kecil merupakan skala
singkapan dimulai dari orde sentimeter hingga puluhan meter.
Analisis struktur skala kecil untuk rekonstruksi paleostress melibatkan antara lain urat, stylolites, shear
zone, patahan skala kecil serta kekar. Pada penelitian kali ini data yang didapatkan seluruhnya berupa
kekar sehingga akan dibahas lebih banyak mengenai kekar.
2.2.1 Pembentukan kekar
Engelder (1985) dalam Dunne & Hancock (1994) berdasarkan studinya mengenai kekar pada plat
Appalachian menyatakan bahwa setidaknya ada 4 tipe kekar ekstensi secara regional. (1) Kekar tektonik
yang terbentuk pada kedalaman di kerak bumi sebelum batuan terangkat dan tersingkap. Pembentukan
dan penjalaran kekar merupakan respon dari tekanan-pori yang tinggi ditimbulkan oleh kompaksi tektonik
pada sedimen. (2) Kekar pelepasan beban, terbentuk di dekat permukaan setelah pengangkatan. Sifat
dari kekar karena pelepasan beban dikontrol oleh gaya tektonik atau stress sisa pada saat pembentukan
formasi. (3) Kekar rilis juga terbentuk di dekat permukaan setelah pengangkatan tetapi orientasi dan
lokasinya ditentukan oleh struktur pra-deformasi seperti bidang belahan.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
18/38
10
2.2.2 Spasi, densitas dan intensitas kekar
Spasiantar kekar merupakan jarak orthogonal antara satu kekar dengan kekar lainnya dan atau antara
satu set kekar dengan set lainnya. Hasil penelitian dari Harris dkk (1960), Price (1966), Hobbs(1967),
Ladeira & Price (1981), Huang & Angelier (1989), Narr & Suppe (1991) dan Rivers dkk (1992) dan yang
lainnya telah mendemonstrasikan bahwa spasi antar kekar pada perlapisan sedimen merupakan fungsi
dari (1) ketebalan lapisan (2) litologi (3) intensitas deofrmasi. Spasi lebih dekat pada lapisan yang tipis,
litologi yang lebih rapuh dan level stress yang terbesar (Dunne & Hancock 1994). Ketebalan dari lapisan
yang inkompeten yang terletak di dekat lapisan yang kompeten juga memengaruhi spasi kekar di lapisan
yang kompeten (Hobbs 1967 dalam Dunne & Hancock 1994). Densitaskekar merupakan jumlah panjang
semua kekar dalam satu unit area, sedangkan intensitaskekar merupakan ukuran dari total area bidang
kekar dibagi volum batuan, misalkan 13(Dunne & Hancock 1994).
2.2.3 Geometri dan arsitektur dari sistem kekar
Dalam 1961 AAPG Bulletin (Vol. 45), R.A. Hodgson mempublikasikan hasil studinya mengenai pola kekar
pada batuan di Arizona dan Utah. Dia membedakan antara kekar sitematis yaitu kekar yangplanar, paralel
dan memiliki spasi yang cenderung seragam sedangkan kekar non-sistematis merupakan kekar yang
orientasi, bentuk dan spasinya tidak beraturan. Kekar non-sistematis sendiri terbentuk karena beberapa
macam sebab antara lain (1) presipitasi fluida pada pori batuan (2) kehilangan beban akibat errosi padabatuan yang terpendam (3) proses pendinginan yang cepat pada batuan beku serta (4) intrusi batuan beku
pada batuan sedimen.
Kemudian menurut Dunne & Hancock (1994) :
Kekar non-sistematis pada umumnya kecil dan terhenti pada kekar sistematis menandakan bahwa kekar
tersebut lebih muda. Jenis yang umum dijumpai pada kekar non-sistematis disebut cross-joint, yang
menghubungkan kekar sistematis yang berdekatan secara kasar pada sudut tertentu dan menghasilkan
bentukan seperti tangga.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
19/38
11
Gambar 2.3. Satu set kekar sistematis dengan orientasi dan spasi yang seragam dihubungkan oleh kekar non-
sistematis yang disebut cross-jointsserta kekar non-sistematis dengan orientasi, bentuk dan spasi yang tidak
teratur. Kemudian dapat dilihat bahwa pada bidang tersebut terdapat pola menyerupai tangga (modifikasi dari
Hodgson 1966)
2.2.4 Set dan Sistem Kekar
Satu set kekaradalah kumpulan kekar yang memiliki orientasi dan morfologi yang mirip, adapun Dunne
& Hancock (1994) membatasi satu set kekar perbedaan orientasinya tidak lebih dari 10 . 2 atau lebih set
kekar yang hadir bersama membentuk sistem kekar. Beberapa set kekar dalam satu sistem biasanya
berpotongan pada sudut dihedralyang konstan. Disebut berpasangan atau conjugateapabila sudutnya
antara 30-60 dan disebut orthogonalapabila sudutnya hampir 90
Dalam praktek pengukuran kekar bisa saja mengalami kekeliruan dimana jumlah dan spasi kekar tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada tubuh batuan karena efek 3-D seperti pada gambar
berikut. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam pengambilan data di lapangan.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
20/38
12
Gambar 2.4. Efek 3-D pada kekar, (JPB 2015)
2.2.5 Penentuan sumbu paleostress pada kekar
Penentuan sumbu paleostress pada kekar menggunakan sedikitnya 2 asumsi yaitu (1) kekar
tidak menglami reaktivasi yang menyebabkan berubahnya bentuk dan orientasi kekar (2) efek anisotropi
pada batuan diabaikan.
Mayoritas kekar merupakan kekar ekstensi atau extension fracturesyaitu kekar yang terbentuk normal
terhadap arah 3 pada saat kegagalan (Dunne & Hancock 1994). Kemudian untuk suatu sistem kekar
conjugate, Angelier (1984) menyatakan bahwa kekar dikatakan conjugateapabila (1) terbentuk oleh
medan stress yang uniform (2) diperkirakan secara kasar berumur sama berdasarkan hubungan saling
memotong (3) terbentuk pada volum tubuh batuan rapuh yang berperilaku seperti batuan yang utuh
secara mekanis (4) menjalar sepanjang bidang dimana bidang tersebut menyesuaikan terhadap stress
utama atauprincipal stressberdasarkan hipotesis dari Coloumb-Mohr terhadap kegagalan rapuh geser
atau brittle shear failure.
Orientasi dari sumbu stress utama pada kekar conjugate dapat diperkirakan karena sudut lancip antara 2
set menunjukkan orientasi 1, orientasi dari sudut tumpul memberikan arah 3 dan orientasi 2
memasuki bidang perpotongan diantara 2 set.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
21/38
13
Lebih lanjut kekar conjugatedikategorikan menjadi 3 jenis berdasarkan besar sudut dihedral nya, yaitu:
Failure mode Class 2/
Tensile failure Extension fractures 1-10
Shear-extension failure Conjugate hybrid fractures 11-50
Shear failure Conjugate shear fractures > 50
Gambar 2.5. Kategori kekar conjugate berdasarkan besar sudut dihedral (JPB 2015)
Conjugate hybrid fractures menunjukkan komponen ekstensi dan geser. Diinterpretasikan sebagai
transisi dari kegagalan tensile menuju kegagalan geser . Sedangkan terminasiconjugate shear fracture
menibulkan ambiguitas karena conjugate shear fracture sebenarnya merupakanpatahan kecil.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
22/38
14
Bab III
Metode Penelitian
3.1 Lokasi dan waktu penelitian
-
Pengambilan data lapangan
waktu : 3 agustus5 agustus 2015 kemudian dilanjutkan pada 10 agustus12 agustus 2015
tempat : kali Oyo dengan panjang lintasan kurang lebih 15 km, kecamatan Imogiri dan Playen,
Bantul, Yogyakarta.
-
Pengolahan data
waktu : 13 agustus20 Agustus 2015
tempat : kabupaten Sleman, Yogyakarta.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
23/38
15
3.2 Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan selama di lapangan antara lain:
1.
Kompas brunton untuk navigasi dan pengukuran
2.
Palu geologi untuk pengambilan contoh batuan
3.
Larutan HCL 1 M untuk mengetahui kandungan mineral karbonat
4.
GPS tangan Garmin
5.
Ponsel Samsung galaxy w untuk navigasi dan pengambilan foto
6.
Aplikasi android custom mapsuntuk navigasi.
Peralatan yang digunakan untuk pengolahan data antara lain:
1.
Laptop Asus A43E
2.
SoftwareMicrosoft Excel 2013untuk pengolahan data
3.
SoftwareArcMap 10.1untuk pembuatan peta
4.
SoftwareGolden Software Surfer 12untuk pembuatan peta
5.
SoftwareWin Tensor oleh Dr. Damien Delvaux untukplotting data lapangan pada stereonetdanuntuk inversi arahprincipal stress.
6.
Software Corel Draw X7untuk pengolahan foto dan pembuatan gambar.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
24/38
16
Mulai
Pembuatan Peta
Pengambilan data lapangan
Plottingstereonet & diagram
Rose, Inversi Paleostress
Plot Stereonet,
inversi paleostress di
peta
Interpretasi
Selesai
Studi
Literatur
Pengolahan& plottingfoto di
peta
3.3 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1. Diagram alir penelitian
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
25/38
17
3.4 Menentukan Principal StressDengan Proyeksi Stereografis
Pada penelitian ini data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan selanjutnya diolah menggunakan
software Win Tensorbuatan Dr. Damien Delvaux. Pada penelitian ini data yang mendominasi adalah
kekar geser berpasangan atau conjugate shear fracturesehingga akan dibahas sedikit mengenai inversi
principal stressdengan proyeksi stereografis dari jenis data tersebut.
Teknik inversi principal stressmenggunakan proyeksi stereonet dari data kekar geser berpasangan atau
conjugate shear fracture apabila dikerjakan secara manual adalah sebagai berikut:
1.
Plot kedudukan kedua bidang kekar pada stereonet
2.
Perpotongan kedua bidang pada proyeksi stereonet merupakan kedudukan dari 2sesuai
dengan konsep yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
3.
Kemudian 2diletakkan pada sumbu E-W, tambahkan 90 dan buat lingkaran besarnya.
Diperoleh kedudukan dari bidang 1 3.
4.
Bidang 1 3memotong kedua bidang kekar. Bagi dua lingkaran besar antara kedua
perpotongan tersebut. Bila > 90 maka titik tengah antara kedua perpotongan merupakan
letak 3, bila kurang dari 90 merupakan letak 1.
5.
Kemudian untuk memperoleh 3 (bila < 90) tinggal menambahkan 90 dari kedudukan 1
sepanjang lingkaran bidang 1 3.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
26/38
18
Gambar 3.2. Contoh perolehanprincipal stressmenggunakan proyeksi stereografis. Warna hijau menunjukkan
kedua bidang kekar. Titik hitam merupakan kedudukanprincipal stress. Garis biru merupakan garis bantu untuk
memperoleh bidang 1 3. Garis merah merupakan bidang 1 3.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
27/38
19
Bab IV
Hasil & Pembahasan
Bab ini berisi data lapangan, hasil dan interpretasi dari pengolahan yang dilakukan. Seperti yang
telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa data yang mendominasi pada penelitian ini berupa kekar
geser berpasangan atau conjugate shear fracture sehingga penentuan orientasi principal stress juga
mengacu pada konsep-konsep yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya yang secara khusus berisi
informasi-informasi mengenai kekar dan analisis kekar dari berbagai peneliti. Selain itu, informasi
mengenai litologi, kesampaian lokasi, dan koordinat lokasi juga akan ditampilkan dalam bab ini.
Dari 5 lokasi pengamatan hanya 3 lokasi yang cukup layak untuk diolah lebih lanjut. Adapun yang dijadikan
pertimbangan antara lain:
1.
Tidak dijumpai sistem kekar geser berpasangan atau conjugate shear fracture, hanya
beberapa settunggal.
2.
Spasi antar setkekar yang tidak teratur dan terlalu renggang.
3.
Tidak dijumpai indikator kinematis lain pada setkekar tunggal.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
28/38
20
4.1 Hasil dan Pembahasan STA 6
(a) (b)
Gambar 4.1. (a) 2 pasang conjugate shear fracture pada STA 6, penulis sebagai skala. (b)Inversiprincipal stressmenggunakansoftwareWin Tensor,
panah biru merupakan arah dari 1sedangkan lingkaran merah kecil pada lingkaran di sebelah kiri atas merupakan kedudukan 2
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
29/38
21
STA 6 terletak pada zona utm 49 M dengan koordinat 440295 9118828. Berada di pinggir jalan setapak
sekitar 100 m ke arah barat dari kali Oyo. Litologi pada lokasi ini merupakan breksi andesit yang
merupakan bagian dari formasi Nglanggran. Terdapat setidaknya 2 pasang kekar geser berpasangan atau
conjugate shear fracture dimana kedua pasang kekar tersebut memiliki besar sudut lancip dihedral
masing- masing adalah 70 dan 50. Kedudukan selengkapnya sebagai berikut:
1.
N275E/70
2.
N95E/5
3.
N280E/55
4.
N100E/5
Berdasarkan hasil inversi yang dilakukan dengan menggunakan software Win Tensordiperolehprincipal
stressdengan komponen 1merupakan jenis gaya kompresi horizontal dengan orientasi NNW SSE,
kedudukan 3 terletak pada sumbu vertikal seperti kedudukanprincipal stresspada sesar naik. Orientasi
principal stressselengkapnya adalah sebagai berikut:
1 : N350E/24
2 : N81E/02
3 : N175E/66.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
30/38
22
4.2 Hasil dan Pembahasan STA 7
(a) (b)
Gambar 4.2. (a) 2 pasang conjugate shear fracture pada STA 7, penulis sebagai skala.
(b) Inversiprincipal stressmenggunakansoftwareWin Tensor
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
31/38
23
STA 7 terletak pada zona utm 49 M dengan koordinat 437887 9119298. Berada di pinggir jalan
setapak sekitar 20 m ke arah barat dari kali Oyo. Litologi yang terdapat pada lokasi ini merupakan breksi
andesit yang merupakan bagian dari formasi Nglanggran. Terdapat setidaknya 2 pasang kekar geser
berpasangan atau conjugate shear fracture yang cukup meyakinkan dengan besar sudut dihedral masing-
masing 60. Adapun singkapan pada lokasi ini merupakan tebing setinggi 6 meter dimana kekar berada di
bagian atas dan tidak ada akses untuk melakukan pengukuran langsung, maka kedudukan dari bidang
kekar diperoleh dengan perkiraan dari foto. Untuk strike bidang kekar diperoleh dari strike tebing
dikurangi 90, sedangkan dip dari bidang kekar diperoleh dari software pengolah gambar. Demikian
diperoleh kedudukan bidang kekar sebagai berikut:
1.
N55E/55
2.
N235E/25
3.
N55E/55
4.
N235E/25
Berdasarkan hasil inversi yang dilakukan dengan menggunakan software Win Tensordiperolehprincipal
stressdengan komponen 1merupakan jenis gaya kompresi horizontal dengan orientasi NW SE dankedudukan 3 terletak pada sumbu vertikal sepertikedudukanprincipal stresspada sesar naik. Orientasi
principal stressselengkapnya adalah sebagai berikut
1 : N145E/15
2 : N55E/00
3 : N325E/75.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
32/38
24
4.3 Hasil dan Pembahasan STA 8
(a) (b)
Gambar 4.3. (a) Kenampakan Kekar pada STA 8, pohon pisang sebagai skala. Terdapat conjugate hybrid fractures dengan
sudut lancip dihedral sebesar 30pada bidang vertikal.(b) Inversiprincipal stressmenggunakansoftwareWin Tensor.
Panah merah merupakan kedudukan dari 2 sedangkan lingkaran biru kecil merupakan kedudukan 1.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
33/38
25
STA 8 terletak pada zona utm 49 M dengan koordinat 440295 9118828. Berada di pinggir jalan setapak di
sebelah timur kali Oyo. Litologi pada lokasi ini merupakan breksi dengan matriks berupa pasir tuffaan dan
fragmen berupa andesit yang merupakan bagian dari formasi Nglanggran. Terdapat setidaknya 3 set kekar
dengan kedudukan sebagai berikut:
1.
N275E/75
2.
N95E/75
3.
N275E/75
4.
N95E/65
5.
N95E/75
6.
N100E/55
7.
N100E/55
Pada STA 8 diperolehprincipal stressyang berbeda orientasinya dengan 2 STA sebelumnya. Pada STA 8
orientasi komponen 1berada pada arah vertikal seperti kedudukan principal stresspada sesar turun.
Kedudukan 1dapat dilihat langsung dari foto dimana keberadaan conjugate hybrid fracturesdengan
sudut lancip dihedral sebesar 30 pada sumbu vertikal. Orientasi principal stress selengkapnya adalah
sebagai berikut:
1 : N164E/76
2 : N271E/04
3 : N02E/13
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
34/38
26
4.4 Interpretasi
Gambar 4.4. Plot hasil Inversiprincipal stresspada peta geologi area penelitian. STA 3, 4 dan 5 merupakan area
dari Kartika Palupi.
Pada STA 6 dan 7 didapatkan kedudukan principal stressseperti pada sesar naik, pada STA 8 didapatkan
kedudukan kedudukan principal stress seperti pada sesar turun dan pada STA 2,4 dan 5 (area Kartika
Palupi) didapatkan kedudukanprincipal stress seperti pada sesar mendatar. Apabila ditinjau dari jumlah
pasangan kekar berpasangan:
(1) STA 6 dan 7 masing-masing terdapat 2 pasang kekar berpasangan
(2) STA 8 terdapat satu pasang kekar berpasangan
(3) STA 2 terdapat 5 kekar berpasangan
(4) STA 4 & 5 masing-masing terdapat 4 kekar berpasangan.Terdapat kemungkinan jumlah kekar yang lebih sedikit pada STA 6,7 dan 8 berkaitan dengan litologi
formasi nglanggeran yang lebih kompak dikarenakan komposisinya yang dominan batuan beku, namun
STA 4 juga merupakan sisipan breksi andesit-basaltik pada formasi sambipitu. Pada penelitian ini dapat
dikatakan bahwa dari 12 kekar berpasangan, kedudukan principal stress yang paling dominan adalah
kedudukanprincipal stress yang cenderung membentuk sesar mendatar sedangkanprincipal stressyang
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
35/38
27
cenderung membentuk sesar turun dan sesar naik kemungkinan bersifat lokal. Kemudian untuk orientasi
dari sigma 1 yang beragam mulai dari NNE-SSW, N-S serta NNW-SSE memungkinkan adanya keberadaan
struktur regional dengan orientasi bidang yang beragam pula, hal ini kemungkinan disebabkan oleh stress
yang berasal dari subduksi lempeng India-Australia ke arah utara menglami perturbasi atau gangguan
akibat perbedaan litologi yang menyusun area Yogyakarta. Interpretasi terhadap struktur regional
mengacu pada model yang dibuat oleh Tsuji et alpada tahun 2009 berdasarkan data - data dari sebaran
GPS dan Temporary Seismometer Network yang dipasang sesaat setelah terjadi gempa di Yogyakarta pada
tahun 2006 untuk memetakan rupture,persebaranaftershockdan mekanisme penyebab gempa (focal
mechanism). Tsuji et al dalam modelnya mengatakan bahwa penyebab gempa 2006 merupakan sesar
mendatar yang memiliki komponen sesar naik dengan dip sebesar 79 ke arah timur, sesar tersebut
terletak 10 - 20 km dari sungai opak dimana bidangnya sejajar dengan sesar opak kemudian melengkung
ke arah barat di sebelah selatan. Lebih lanjut, Tsuji et al juga menyatakan dalam modelnya bahwa grabenyogya merupakan blok yang turun dan di sebelah barat graben Yogyakarta diduga terdapat blok yang naik.
Rekonstruksipalaeostress pada penelitian kali ini menghasilkan kedudukanprincipal stressyang dominan
membentuk sesar mendatar sehingga dapat mengkonfirmasi model Tsuji et al terhadap struktur regional
Yogyakarta yang merupakan sesar mendatar, kemudian orientasi sigma 1 yang beragam memungkinkan
terbentuknya sesar mendatar yang melengkung seperti sesar mendatar model Tsuji et al. Lebih lanjut,
keberadaan sesar-sesar minor di sebelah timur sesar opak ditafsirkan merupakan riedel shear zone, yaitu
sesar-sesar ikutan yang menyudut maupun paralel terhadap sesar utama. Pada graben Yogyakarta
dimungkinkan juga terbentuk riedel shear zone terpendam yang menjadikan area graben Yogyakarta kaya
akanaquifer.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
36/38
28
Gambar 4.5. Interpretasi struktur regional Yogyakarta mengacu pada model Tsuji et al(2009)
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
37/38
29
4.5 Rangkuman
1.
Rekonstruksi palaeostresspada penelitian kali ini menghasilkan kedudukan principal stress
yang dominan cenderung membentuk sesar mendatar dengan arah kompresi relatif utara-
selatan. Arah kompresi utara-selatan diasosiasikan dengan subduksi lempeng India-Australia
ke arah utara sebagai faktor pengontrol utama. Hal tersebut memberikan implikasi bahwa
sesar opak merupakan sesar mendatar.
2.
Orientasi dari sigma 1 yang beragam mulai dari NNE-SSW, N-S sampai NNW-SSE
memungkinkan adanya keberadaan struktur regional dengan orientasi bidang yang beragam
pula seperti sesar mendatar model Tsuji et al (2009).
3.
Sesar-sesar minor di sebelah timur sesar opak ditafsirkan merupakan riedel shear zone, yaitu
sesar-sesar ikutan yang menyudut maupun paralel terhadap sesar utama. Kemudian di graben
Yogyakarta dimungkinkan juga terbentuk riedel shear zone terpendam dan menjadikan area
graben Yogya kaya akanaquifer.
4.
Terdapat juga kedudukan principal stress yang cenderung membentuk sesar turun dan sesar
naik. Hal tersebut kemungkinan hanya bersifat lokal apabila ditinjau dari jumlah kekar yang
membentuk kedudukanprincipal stresstersebut.
-
7/26/2019 REKONSTRUKSI PALAEOSTRESS MENGGUNAKAN STRUKTUR SKALA KECIL PADA DAERAH KALI OYO, BANTUL, YOGYAK
38/38
Daftar Pustaka
Dunne W.M. & Hancock P.L. 1994. Continental deformation, P.L. Hancock (ed.): 101-120.
Pergamon Press.POLLARD D.D. & AYDIN A. 1988
Leonowicz, P., Mastella, L., Rubinkiewicz, J., Szczsny, R., Tokarski, K.A., dan Zuchiewic, W., 1997.
Application of joint analysis for paleostress recostructions in structurally complicated
settings: Case study from Slesian nappe, Outer Carpathians (Poland), Extended Abstract,
Przegld Geologiczny, vol.45, nr 10.
Heeremans, M., et al. 1997. Erratum to Paleostress reconstruction from kinematic indicators in the
Oslo Graben, southern Norway: new constraints on the mode of rifting. Tectonophysics
277 , p. 339-344.
Irsyam, M., Sengara, I.W., Aldiamar, F.,Widiyantoro, S., Triyoso, W., Natawidjaja,D.H. et al., 2010.
Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010.Bandung.
Natawidjaja, D.H., & Triyoso, W. (2007). The Sumatran Fault Zone : from source to hazard.
Journal of Earthquake and Tsunami. 1(1),21-47.
Sudarno, I. 2008. Panduan Praktikum Geologi Struktur. Laboratorium Geologi Dinamika, Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Tsuji,T., et al/ 2009. Earthquake fault of the 26 May 2006 Yogyakarta earthquake observed by SAR
Interferometry. Earth Planets Space, 61, e29e32.
http://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/Teaching/Geol-3101/Paleostress02/kinematic.html
www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdf
http://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/Teaching/Geol-3101/Paleostress02/kinematic.htmlhttp://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/Teaching/Geol-3101/Paleostress02/kinematic.htmlhttp://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdfhttp://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdfhttp://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdfhttp://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdfhttp://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdfhttp://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdfhttp://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdfhttp://www.files.ethz.ch/structuralgeology/jpb/files/english/4joints.pdfhttp://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/Teaching/Geol-3101/Paleostress02/kinematic.html