geologi regional daerah yogyakarta

6
Geologi Regional Daerah Yogyakarta Geologi regional daerah Yogyakarta dipengaruhi oleh dua pegunungan yang mengapit daerah Yogyakarta yaitu Pegunungan Kulon Progo dan Pegunungan Selatan. Yogyakarta terbentuk akibat pengangkatan Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo pada Kala Plistosen awal (0,01-0,7 juta tahun) yang telah membentuk Cekungan Yogyakarta. Di dalam cekungan tersebut selanjutnya berkembang aktivitas gunung berapi (Gunung Merapi). Kemudian terdapat dataran tinggi di sebelah selatan dan kemunculan kubah Gunung Merapi di sebelah utara, telah membentuk sebuah lembah datar. Bagian selatan lembah tersebut berbatasan dengan Pegunungan Selatan, dan bagian baratnya berbatasan dengan Pegunungan Kulon Progo. Sehingga lokasi geologi regional Yogyakarta berupa dataran rendah yang berada di anatara dua Pegunungan. Rekaman proses tektonisme juga sangat banyak dijumpai di dataran Yogyakarta. Diawali dari data sesar akibat pengangkatan Pegunungan Kulon Progo dan Selatan, sesar-sesar di sepanjang dataran gunung api terbentuk belakangan serta sesar-sesar minor oleh gempa-gempa tektonik. Proses tektonisme tersebut hingga kini diyakini sebagai batas umur Kuarter di wilayah ini. Menurut Rahardjo (2000), setelah pengangkatan

Upload: aloysius-andrianto

Post on 05-Dec-2014

119 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Geologi Regional Daerah Yogyakarta

Geologi Regional Daerah Yogyakarta

Geologi regional daerah Yogyakarta dipengaruhi oleh dua pegunungan

yang mengapit daerah Yogyakarta yaitu Pegunungan Kulon Progo dan

Pegunungan Selatan. Yogyakarta terbentuk akibat pengangkatan Pegunungan

Selatan dan Pegunungan Kulon Progo pada Kala Plistosen awal (0,01-0,7 juta

tahun) yang telah membentuk Cekungan Yogyakarta. Di dalam cekungan tersebut

selanjutnya berkembang aktivitas gunung berapi (Gunung Merapi). Kemudian

terdapat dataran tinggi di sebelah selatan dan kemunculan kubah Gunung Merapi

di sebelah utara, telah membentuk sebuah lembah datar. Bagian selatan lembah

tersebut berbatasan dengan Pegunungan Selatan, dan bagian baratnya berbatasan

dengan Pegunungan Kulon Progo. Sehingga lokasi geologi regional Yogyakarta

berupa dataran rendah yang berada di anatara dua Pegunungan.

Rekaman proses tektonisme juga sangat banyak dijumpai di dataran

Yogyakarta. Diawali dari data sesar akibat pengangkatan Pegunungan Kulon

Progo dan Selatan, sesar-sesar di sepanjang dataran gunung api terbentuk

belakangan serta sesar-sesar minor oleh gempa-gempa tektonik. Proses tektonisme

tersebut hingga kini diyakini sebagai batas umur Kuarter di wilayah ini. Menurut

Rahardjo (2000), setelah pengangkatan Pegunungan Selatan, terjadi genangan air

(danau) di sepanjang kaki pegunungan hingga Gantiwarno dan Baturetno. Hal

ituberkaitan dengan tertutupnya aliran air permukaan di sepanjang kaki

pegunungan sehingga terkumpul dalam cekungan yang lebih rendah. Pada

wilayah Yogyakarta juga dijumpai lokasi-lokasi singkapan, dimana pada lokasi-

lokasi yang diduga pernah terbentuk lembah datar tersebut, tersingkap endapan

lempung hitam. Lempung hitam tersebut adalah batas kontak antara batuan dasar

dan endapan gunung api Gunung Merapi.

Dataran Yogyakarta berada di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan,

menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari Panatai Parangtritis

hingga Sungai Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah Sungai Progo

dan Sungai Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan

anak sungai Bengawan Solo (Bronto dan Hartono, 2001). Satuan perbukitan

Page 2: Geologi Regional Daerah Yogyakarta

terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini mempunyai

kelerengan antara 40 – 150 dan beda tinggi 125 – 264 m. Beberapa puncak

tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat (± 264 m) di Perbukitan Jiwo

bagian barat dan G. Konang (lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua

perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran Sungai Dengkeng. Perbukitan Jiwo

tersusun oleh batuan Pra-Tersier hingga Tersier (Surono dkk, 1992).

Zona Pegunungan Selatan yang berada di dekat dataran Yogyakarta dapat

dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan

Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan Hartono,

2001).

A. Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang

dari barat (tinggian G. Sudimoro, ± 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G.

Baturagung, ± 828 m), hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur, ± 737 m). Di

bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G.

Panggung (± 706 m) dan G. Gajahmungkur (± 737 m). Subzona Baturagung ini

membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng antara 100 – 300 dan beda

tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal

gunungapi.

B. Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian

tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya.

Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara,

sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung

Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat

dan menyatu dengan K. Opak. Sebagai endapan permukaan di daerah ini adalah

lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah

batugamping.

C. Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts,

yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut

dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai

telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping

serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai

Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur. Diantara Parangtritis

Page 3: Geologi Regional Daerah Yogyakarta

dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan Seribu atau

Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann. 1939). Sedangkan

antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga

tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain

granit, andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949).

Morfologi utama pada daerah Yogyakarta berupa dataran rendah dengan

litologinya berupa batuan hasil endapan material Merapi yang umurnya masih

muda yang juga dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar, contohnya sesar

Opak-Oyo. Dan terdapat pula bentang alam fluvial pada dataran Yogyakarta

karena daerah ini dilewati oleh beberapa sungai besar contohnya Sungai Opak,

Sungai Oyo.

Pada arah utara Yogyakarta juga ditemukan bentang alam eolian, terutama

morfologi yang terkenal adalah Gumuk pasir, Gumuk pasir Parangtritis dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok besar : pasif dan aktif. Gumuk pasir aktif

menempati sisi timur pada luasan sekitar 70 hektar. Di sini proses-proses

pembentukan gumuk pasir longitudinal dan barchan oleh aktivitas angin yang

bertiup kuat dapat diamati dan dipelajari dengan baik, misalnya struktur

pengendapan permukaan riple mark. Gumuk pasir pasif menempati sisi barat dan

selatan sampai muara Kali Opak pada luasan sekitar 175 hektar. Di sini

berkembang gumuk pasir parabolik dan sisir. Vegetasi yang memotong arah angin

tenggara-barat laut menyebabkan berkurangnya kecepatan angin di belakang

vegetasi sehingga terjadi sedimentasi.

Page 4: Geologi Regional Daerah Yogyakarta

Daftar Pustaka

http://ahmadlatikss.blogspot.com/2012/06/geologi-regional-lokal-daerah.html

diakses 29 Maret 2013 pukul 09.20

http://bumi-ilmukebumian.blogspot.com/2011/01/geologi-regional-

yogyakarta.html diakses 29 Maret 2013 pukul 09.00

http://rovicky.wordpress.com/2010/08/22/patahan-opak-yang-unik/ diakses 29

Maret 2013 pukul 09.10