gender dan partai politik: kinerja...
TRANSCRIPT
GENDER DAN PARTAI POLITIK:
KINERJA POLITISI PEREMPUAN PDI PERJUANGAN (2014-2017)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Kartikha Sri Rahmayanty
1112112000004
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
PERNY ATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
GENDER DAN PARTAI POLITIK:
KINERJA POLITISI PEREMPUAN PDI PERJUANGAN (2014-2017)
1. Merupakan hasil karya penelitian asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Oktober 2017
Kartikha Sri Rahmayanty
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Kartikha Sri Rahmayanty
NIM : 1112112000004
Program Studi : Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul:
GENDER DAN PARTAI POLITIK:
KINERJA POLITISI PEREMPUAN PDI PERJUANGAN (2014-2017)
dan telah diujikan pada
Jakarta, 19 Oktober 2017
Mengetahui Menyetujui
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dra. Gefarina Djohan, M.A
NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19631024 199903 2 001
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
oleh:
GENDER DAN PARTAI POLITIK:
KINERJA POLITISI PEREMPUAN PDI PERJUANGAN (2014-2017)
oleh:
Kartikha Sri Rahmayanty
1112112000004
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
19 Oktober 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Iding Rosyidin, M.Si. Suryani M.Si,
NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19770424 200710 2 003
Penguji I Penguji II
Idris Thaha, M.Si Ana Sabhana Azmy, M.Si.
NIP: 19660805 200112 1 001
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 19 Oktober 2017.
Ketua Program Studi Ilmu Politik
FISIP UIN Jakarta
Dr. Iding Rosyidin, M,Si.
NIP: 19701013 200501 1 003
iv
ABSTRAK
Partisipasi perempuan dalam politik sendiri dimulai pada abad 21, dimana 95 persen negara di dunia menjamin dua hak demokratik yakni hak untuk memilih
(right to vote) dan hak untuk mencalonkan diri (right to stand for election dalam ranah politik, partipasi politik perempuan dapat dilihat dari bagaimana ia bekerja
di komisi. Oleh karena itu penempatan anggota legislatif perempuaan didasarkan pada pengalaman, latar belakang dan juga peran dari komisi yang ditempatkan. Hal ini disebut dengan people based criteria. Partai selaku pengontrol politik dan
sistem oligarki yang diterapkan membuat partai adalah penentu dalam membuat keputusan.
PDI Perjuangan merupakan satu-satunya partai yang dipimpin oleh perempuan yakni Megawati Soekarnoputri. dikenal sebagai anak dari proklamator
Indonesia yakni Bung Karno mengantarkannya pada sejarah menjadi Presiden Perempuan Pertama Republik Indonesia tahun 1999. Mengenai penempatan per komisi, PDI Perjuangan sendiri memiliki andil khusus dalam meningkatan
partisipasi politik.
R. Sarbin mengatakan bahwa teori gender dipengaruhi oleh peran. Peran adalah pola perilaku yang ditentukan bagi seorang yang mengisi kedudukan tertentu. Dalam setiap masyarakat, perempuan dan laki-laki ditentukan untuk
mengisi peran seksual tertentu yang tergantung dari lingkungan budaya, tingkatan sosial-ekonomi, umur, agama dan sebagainya. Peran seksual terdiri dari sejumlah
perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam mengisi suatu posisi atau kedudukan
Menurut Sigmund Neumann, partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau
golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.
Kemudian, menurut Armstrong dan Baron, kinerja adalah hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Hal ini dititikberatkan pada
pengembangan kualitas pekerjaan dan hasil yang akan dicapai.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang mengumpulkan data-data berdasarkan wawancara yang sesuai dengan bahasan maupun pada penggalian data yang relevan dengan masalah penelitian. Data-data
tersebut kemudian peneliti deskripsikan untuk menggambarkan situasi atau kejadian, sehingga menghasilkan kesimpulan atau temuan penelitian. Dari metode
tersebut, peneliti memaparkan bagaimana penempatan anggota legislatif perempuan di komisi DPR RI. Kemudian peran fraksi sebagai kepanjangan tangan partai dalam menyikapi kinerja anggota legislatif baik dari segi kualitas kinerja
maupun evaluasi.
Kata Kunci : Politisi Perempuan, PDI Perjuangan, Kapasitas Politik.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan hidayah dan rahmatnya serta nikmat sehat kepada penulis, dan atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi peersyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
di Universitas Islam Negeri Jakarta. Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT
atas segala petunjuk dan kemudahan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Selain itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
peranan, dan bantuan berharga dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan ungkapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
2. Dr. Zulkifli M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang turut serta memberikan masukan serta motivasi
kepada peneliti.
4. Suryani M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Politik yang memberikan
masukan serta diskusi-diskusi kecil diawal penulisan skripsi ini.
5. Ucapan terima kasih peneliti ucapkan kepada Ibu Dra. Gefarina Djohan,
MA selaku dosen pembimbing yang tiada lelah dan henti-hentinya
memberikan bimbingan, opini, serta motivasi kepada peneliti sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ucapan terima kasih saya untuk Dosen Penguji yakni Pak Idris Thaha
M.Si dan Ibu Ana Sabhana Azmy, M.Si.
7. Terima kasih yang ternilai tentunya untuk kedua orang tua tercinta, Bapak
Abdurrahman Mahulae S.E. M.M dan Ibu Sriwedari Tjahjaningsih S.E
yang tiada henti mendoakan penulis, mengingatkan, memotivasi baik
moral dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan
memberikan kado kelulusan untuk Bapak dan Ibu. Serta untuk adik saya
vi
Anita Sri Rahmayanti yang telah memberikan semangat atas pengerjaan
skripsi ini.
8. Terima kasih untuk Bapak Armein Daulay M.Si. untuk membimbing
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Terima kasih untuk Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan
bimbingan dan pelajaran baik akademik maupun moril selama penulis
menuntut ilmu di Prodi Ilmu Politik 2012 hingga 2017.
10. Tidak lupa rasa terima kasih untuk para informan yang telah memberikan
informasi, bimbingan dan nasihat kepada penulis. Ibu Rieke Diah Pitaloka
beserta staf, Ibu Ribka Tjiptaning beserta staf, Ibu M.Y Esti Wijayati
beserta staf, Ibu Diah Pitaloka besrta staf, Ibu Agustina Wilujeng beserta
staf, Ibu Elva Hartati beserta staf, Ibu Tuti Roosdiono beserta staf dan Ibu
Irine Yusiana Putri beserta staf.
11. Teman-teman Prodi Ilmu Politik 2010 baik kelas A dan B yang selalu
menjadi teman selama ini. Terima kasih atas persahabatan, dan saran-saran
untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih kepada Angga Setiady,
Abdurrahman Masykur, Cendhy Vicky Vigana, Adi, Eko serta kawan-
kawan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
12. Terima kasih kepada teman-teman Komisariat FISIP dan Cabang IMM
Ciputat untuk bertukar pikiran dan memberikan semangat penulis. Terima
kasih kepada Angga Setiady, Abdurrahman Masykur, Farida Rachmania,
Fahreza Rizky, Azhim Pontoh, Alfi Syahrin, Dliya Mubarokah, Saifuddin
Zuhry serta teman-temaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
13. Staf dan karyawan FISIP baik dalam bidang tata usaha, akademik maupun
kepustakaan yang turut membantu dalam hal surat-menyurat serta
peminjaman buku perpustakaan yang diperlukan peneliti.
vii
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan
tanpa bantuan, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Semohga
Allah SWT melimpahkan karunia serta anugrah-Nya atas segala bantuan yang
telah diberikan. Karena keterbatasan pengetahuan ndan pengalaman yang
dimiliki, penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurnaa.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan
pemikiran bagi para pembaca sekalian.
Jakarta, 19 Oktober 2017.
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ………………… …… i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………….. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI…………………….... iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI…………………….. v
ABSTRAK……………………………………………………….... vi
KATA PENGANTAR……………………………………………... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 1
A. Pernyataan Masalah…………………………………………. 1
B. Pertanyaan Penelitian……………………………………….. 7
C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………. 7
D. Tinjauan Pustaka (Literature Review)………………………. 8
E. Metode Penelitian………………………………………….... 10
F. Sistematika Penelitian……………………………………….. 11
BAB II TEORI DAN KONSEP……………………………………… 13
A. Teori Gender…………………………………………………… 13
B. Teori Partai Politik……………………………………………... 17
C. Teori dan Konsep Kinerja……………………………….. …….. 23
BAB III GAMBARAN UMUM PDI PERJUANGAN DALAM
PANDANGAN DAN PERSPEKTIF
KETERWAKILAN PEREMPUAN DI POLITIK……….......28
A. Gambaran Umum Partai PDI Perjuangan…………………… 28
B. PDI Perjuangan dalam pandangan dan perspektif
keterwakilan perempuan……………………………………... 32
C. Kebijakan PDI Perjuangan dalam penentuan pemenuhan
ix
Affirmative Action……………………………………………… 33
D. Hasil Pemilihan Legislatif 2014 Keterkaitan dengan
Keterwakilan Perempuan……………………………………… 40
BAB IV MENAKAR KINERJA POLITIK
ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DI DPR
TAHUN 2014-2017 …………………………………………... 47
A. Keberadaan Fraksi PDI Perjuangan dan posisi jabatan
Anggota Legislatif Perempuan di DPR RI
Tahun 2014-2017…………………………………………….. 47
B. Penempatan Anggota Legislatif Perempuan PDI Perjuangan
Pada Komisi-Komisi DPR RI 2014-2017….……………….....55
C. Pengamatan Kinerja Politik Anggota Legislatif
Perempuan PDI Perjuangan
di DPR RI Tahun 2014-2017………………………………….76
D. Kendala-Kendala Kinerja Politik
Anggota Legislatif Perempuan PDI Perjuangan
DPR 2014-2017…………….................................................81
BAB V: PENUTUP……………………………………………………...88
A. Kesimpulan……………………………………………………. 88
B. Saran-saran……………………………………………………. 89
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 90
LAMPIRAN…………………………………………………………….. xiv
x
DAFTAR TABEL
Tabel III.C.1 Keterwakilan Perempuan dalam Legislatif………………………..39
Tabel IV.B.1. Data Diri Anggota Legislatif Perempuan PDI Perjuangan Tahun 2014-2017………………………………………………………………………..57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Partisipasi perempuan dalam politik mulai diakui pada awal abad 21, lebih dari
95 persen negara di dunia menjamin dua hak demokratik perempuan yang paling
mendasar yakni hak untuk memilih (right to vote) dan hak untuk mencalonkan diri
(right to stand for election). Selandia Baru adalah negara pertama yang memberikan
kepada perempuan hak suara pada tahun 1893. Perempuan memiliki hak dalam
berpolitik. Hak tersebut meliputi hak untuk berpendapat, hak untuk menjadi anggota
lembaga perwakilan dan hak untuk memperoleh kekuasaan formal. Hak-hak tersebut
dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 1 yang berisi tentang
kesamaan warga negara dalam hukum baik mengenai hak dan kewajibannya dan wajib
menghormati hukum dan pemerintahannya.
Dengan demikian, perempuan memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin
lembaga formal, organisasi partai dan presiden. Hak untuk memilih dan dipilih adalah
hak dasar yang harus dilindungi.1 Hal inilah yang menjadi dasar utama terbentuknya
kesetaraan gender yang mendorong perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam politik.2
Seiring berkembangnya waktu, posisi, peran dan aktivitas perempuan Indonesia di
dalam dunia publik semakin meningkat. Walaupun jumlah anggota legislatif perempuan
tidak terwakili secara proporsional dan signifikan.
1Afrina. Pemikiran Musdah Mulia Tentang Islam dan Hak-Hak Politik Perempuan. (Jakarta:
UIN Jakarta, 2010), 2. 2 Keterwakilan Perempuan di Parlemen. Artikel diakses pada tanggal 8 Oktober 2015,
http://wri.or.id/editorial/361-keterwakilan-perempuan-di-parlemen
2
DPR terdiri dari beberapa komisi dan alat kelengkapan dewan untuk menunjang
kinerjanya. DPR memiliki beberapa komisi yang bekerja sama dengan beberapa instansi
pemerintahan yakni sebagai berikut:
a. Komisi 1 berurusan dengan pertahanan, intelijen, luar negeri, komunikasi dan
informatika.
b. Komisi II mengurus pemerintahan dalam negeri dan otonomi daerah, aparatur
negara, agrarian dan Komisi Pemilihan Umum.
c. Komisi III yang meliputi hukum, HAM, dan keamanan.
d. Komisi IV bertugas di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan,
perikanan dan pangan.
e. Komisi V memiliki ruang lingkup meliputi perhubungan, telekomunikasi,
pekerjaan umum, perumahan rakyat dan pembangunan pedesaan dan kawasan
tertinggal.
f. Komisi VI mengurus di bidang perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi,
UKM, dan BUMN dan standarisasi nasional.
g. Komisi VII mengurus di bidang energi, sumber daya mineral, riset dan
teknologi, dan lingkungan hidup.
h. Komisi VIII mengurus di bidang agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan
i. Komisi IX berurusan dengan tenaga kerja, transmigrasi, kependudukan dan
kesehatan.
j. Komisi X yang berurusan di bidang pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata,
kesenian, dan kebudayaan.
3
k. Komisi XI yang berurusan dengan keuangan, perencanaan, pembangunan
nasional, perbankan, lembaga keuangan bukan bank.3
Kemudian terdapat alat kelengkapan dewan yang memiliki fungsi dan tugas tertentu. Badan
Legislasi yang berfungsi untuk menetapkan susunan dan keanggotaan. Tugas dari badan
legislasi sendiri adalah menyusun rencana prolegnas (rencana program legislasi
nasional) yang berisi peraturan dan Undang-Undang untuk satu tahun masa keanggotaan
dan untuk anggaran di lingkungan DPR dengan mempertimbangkan masukan dari DPD.
Kemudian tugas selanjutnya adalah mengharmonisasikan konsepsi Undang-Undang
yang diajukan oleh anggota komisi, gabungan komisi atau DPD sebelum rancangan
undang-undang. Badan Anggaran bertugas untuk membahas bersama pemerintah yang
diwakili oleh Menteri untuk menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal secara umum
dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi Kementerian/lembaga dalam
menyusun usulan anggaran. Selain itu badan ini bertugas untuk menetapkan pendapatan
negara dan membahas RUU tentang APBN bersama Presiden yang diwakili oleh
Menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan pemerintah. Badan
Akuntabilitas Keuangan Negara4
Apabila ditinjau dari segi kinerja, banyak perempuan yang memilki semangat
yang tinggi untuk mengenyam pendidikan dan menuai prestasi yang cemerlang dalam
karier. Walaupun beban ganda yang diemban oleh perempuan sendiri masih sangat
melekat di mata masyarakat seperti tanggung jawab perempuan tersebut dalam
3 Komisi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Artikel diakses pada tanggal 17
November2015.http://id.m.wikipedia.org/wiki/komisi_dewan_perwakilan_rakyat_republik_indonesia#daf
tar_komisi. 4”10 Alat Kelengkapan DPR Dengan Tugas dan Wewenangnya Artikel diakses pada tanggal 16
Oktober 2016,http://beritasepuluh.com/2011/09/09/10-alat-kelengkapan-dpr-dengan-tugas-dan-
wewenangnya/
4
mengurus keluarga. Beberapa politisi perempuan yang dapat dikatakan sukses baik
dalam karier dan keluarga yakni Megawati Soekarnoputri, Khofifah Indah Parawansa
dan sebagainya.
Akan tetapi, kesuksesan para politisi perempuan tersebut tidak dibarengi dengan
penempatan politisi perempuan di legislatif. Penempatan anggota di komisi dan alat
kelengkapan dewan lainnya tentu harus didasari dengan kesesuaian antara latar
belakang pendidikan dan pengalaman seseorang. Politisi laki-laki cenderung
ditempatkan sesuai dengan latar belakang pendidikan. Salah satunya adalah Junimart
Girsang dari fraksi PDI Perjuangan yang merupakan pengacara terkenal ditempatkan di
Komisi III dan Anggota Mahkamah Kehormatan Dewan. Kemudian Prananda Surya
Paloh yang merupakan anak dari politisi senior Surya Paloh memiliki latar belakang
pendidikan yakni sarjana politik dan ia ditempatkan di Komisi I dan juga anggota Badan
Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP).
Sementara itu beberapa anggota legislatif perempuan tidak ditempatkan
sebagaimana mestinya. Walaupun diantaranya mereka terpilih berkat elektabilitas yang
dimiliki oleh keluarga atau orang-orang terdekatnya. Salah satunya adalah Delia Pratiwi
Sitepu dari fraksi Golkar yang ditempatkan di Komisi IV yang berurusan dengan
pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan dan pangan. Delia sendiri
merupakan putri dari Bupati Langkat, Sumatera Utara Ngogesa Sitepu. Ia memiliki latar
belakang pendidikan sarjana hukum dan aktif menjadi Wakil Ketua DPP Partai Golkar
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.5 Selain itu Elviana dari fraksi PPP ditempatkan di
Komisi XI yang berurusan dengan keuangan, perencanaan, pembangunan, perbankan. Ia
5 “Profil Delia Pratiwi Sitepu” Artikel diunduh pada tanggal 17 April 2016,
http://google/amp/s/amp.tirto.id/m/delia-pratiwi-sitepu-PR.
5
memiliki latar belakang strata III Biologi dan aktif menjadi Wakil Sekretaris Jenderal
PPP. Sebelumnya ia pernah aktif di PDI Perjuangan. Kemudian Rooslynda Marpaung
dari fraksi Demokrat juga ditempatkan di Komisi XI. Akan tetapi Rooslynda tidak dapat
melanjutkan tugasnya sebagai anggota dewan dikarenakan ia melanggar kode etik
ketika mencalonkan diri. Rooslynda mendaftarkan sebagai caleg DPR RI dari Partai
Peduli Rakyat Nasional (PPRN). Sementara penempatan di PDI Perjuangan sendiri
ditempatkan sesuai dengan posisi dan latar belakang yang dimiliki. Salah satunya adalah
Ribka Tjiptaning dari fraksi PDI Perjuangan ditempatkan di Komisi IX. Selanjutnya
Wiryanti Sukamdani yang memiliki jabatan sebagai Badan Kerjasama Antar Parlemen.
Badan ini bertugas untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan
persahabatan dan kerjasama antara DPR dan parlemen negara lain baik secara bilateral
maupun multilateral, termasuk organisasi internasional yang menghimpun parlemen dan
anggota parlemen negara lain. Ia memiliki track record yang bagus dalam menjalin
komunikasi politik. Ia sering mendapatkan penghargaan dan mempromosikan
pariwisata.6
Perkembangan partisipasi politik perempuan dimulai pada pemilu tahun 1999.
Pemilu 1999 menunjukkan peningkatan perkembangan partisipasi perempuan dalam
parlemen. Hasil dari pemilu tersebut mencapai adalah 9% keikutsertaan perempuan
dalam parlemen. Pada periode 2009-2014, jumlah perempuan yang terpilih di DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat) adalah 117 orang. Akan tetapi pada periode tahun 2014-
2019, jumlah perempuan yang terpilih mengalami penurunan yakni 97 orang dari 560
orang atau hanya berkisar 17,32% dari keseluruhan Anggota DPR pada periode ini.
6 Profil Wiryanti Sukamdani. Artikel diunduh pada tanggal 17 April 2016,
http://google/amp/s/amp.tirto.id/m/wiryanti-sukamdani-PR.
6
Apabila mengacu pada kuota yang diberikan untuk perempuan, kuota 30% tersebut
tidak memenuhi persyaratan yang diajukan. Hal ini dapat berakibat pada kurangnya
pencapaian hak-hak perempuan. Sebagaimana yang diketahui kuota parlemen untuk
perempuan dibatasi hanya 30%. Secara keseluruhan jumlah anggota legislatif PDI
Perjuangan sendiri ada 109 orang, dimana terdapat 88 orang laki-laki dan 21 orang
perempuan. Berarti keterwakilan perempuan di PDI Perjuangan sendiri mencapai 19,2%
yang berarti tidak memenuhi affirmative action.
Basis dari politik perempuan sendiri berasal dari affirmative action. Konsep dari
Affirmative Action, menurut Melanie Reyes, yang merupakan peneliti dari Centre for
Legislative Development, sistem kuota adalah sebuah pilihan antara mendapatkan
kutukan atau anugerah. Terdapat dua makna dalam sistem kuota ini yaitu
Pertama, sistem kuota pada dasarnya meletakan persentase minimum bagi kedua jenis
kelamin yakni laki- laki dan perempuan, untuk memastikan adanya keseimbangan
posisi dan peran gender dari keduanya dalam dunia politik, atau khususnya dalam
pembuatan keputusan. Kedua, sistem kuota dimaknai sebagai pemberian kesempatan
dengan memaksakan sejumlah pesentase tertentu pada kelompok tertentu (perempuan)
sistem kuota ini pada dasarnya tidak memiliki basis hukum yang kuat alias tidak
konstitusional. Belum lagi pernyataan yang menyatakan bahwa sistem kuota
bertentangan dengan hak- hak asasi manusia dan bahkan merendahkan kemampuan
perempuan itu sendiri.
Sedangkan kebijakan affirmative action yang dituturkan oleh Ani Soetjipto,
berbeda dengan kuota. Kebijakan ini bukan hanya sekedar menetapkan persentase
tertentu dimana kebijakan affirmative action mempunyai dua sasaran yaitu pertama,
memberikan dampak positif kepada suatu institusi agar lebih tepat memahami sekaligus
mengeliminasi berbagai bentuk rasisme dan seksisme di tempat kerja agar institusi
tersebut mampu mencegah terjadinya bias gender maupun bias ras dalam segala
kesempatan. Kedua, apabila ditinjau dari sifatnya lebih sementara tapi konsisten, ketika
sasaran untuk mencapai kegiatan telah tercapai, dan jika kelompok yang telah
7
dilindungi terintegrasi. Kebijakan tersebut bisa dicabut yang menjadi penekanan dalam
penelitian ini terhadap affirmative action ini adalah persamaan dalam kesempatan dan
persamaan terhadap hasil yang dicapai.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) sebagai studi kasus
dalam berbagai alasan. Pertama, PDI Perjuangan dipimpin oleh Megawati
Soekarnoputri yang merupakan putri dari Presiden Soekarno dan satu-satunya
perempuan yang memimpin partai politik. Ia juga mengetahui dan memberikan ruang
agar perempuan dapat berkiprah dalam politik.
Kemudian dalam penempatan anggota legislatif di komisi merupakan kewenangan
dari partai politik yang didasari oleh kompetensi dan latar belakang pendidikan. Dewan
Perwakilan Rakyat terdapat 11 komisi dan 10 fraksi. Komisi-komisi memiliki tiga
badan khusus yang memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam membantu perumusan
kebijakan publik. Salah satunya adalah Badan Legislatif, Badan Anggaran dan Badan
Pengawasan. Komisi tersebut meliputi berbagai bidang yang terkait dengan
permasalahan yang ada. Terdapat spesifikasi bidang dan partner kerjasama antar
Kementerian. Hal ini membantu komisi-komisi tersebut dalam merumuskan dan
mengesahkan kebijakan
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kinerja anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan di DPR pada
periode 2014-2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memberi gambaran kinerja anggota parlemen perempuan di DPR
8
D. Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan tulisan yang meneliti mengenai Peran perempuan dalam
Parlemen yakni penelitian skripsi yang disusun oleh Abdul Rohim dari Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta tahun 2013 dengan judul “Problematika
Keterwakilan Perempuan di DPRD Kota Yogyakarta Periode 2004-2009”. Hasil
penelitian tersebut menemukan bahwa perempuan sebagai manusia yang memiliki hak
untuk memperoleh kebebasan memiliki posisi setara dari sejajar dengan laki-laki.
Namun hak politik perempuan masih belum berjalan secara maksimal, masih terdapat
problem diantaranya adalah belum diterapkannya sistem kuota 30% terutama oleh Partai
Politik.
Sistem pemilu yang menjadi penghambat, karena faktor nomor urut. Sedangkan
pada Pemilu tahun 2009 berdasarkan suara terbanyak. Kemudian faktor sosial
melahirkan anggapan bahwa kaum perempuan merupakan kaum biasa yang aspirasinya
diwakilkan oleh kaum laki-laki. Dalam hal ini persoalan mengenai perempuan belum
secara objektif disuarakan oleh perempuan. Akibatnya isu dalam pembuatan peraturan
daerah khusus perlindungan perempuan dan kota layak anak belum terlaksana. Dalam
hal ini, tingkat kesadaran perempuan dalam menyuarakan dirinya belum maksimal.
Kendati demikian, disebabkan oleh cara pandang mereka mengenai politik itu sendiri
masih abu-abu. Secara ideologi, masyarakat masih beranggapan masih kental dengan
budaya patriarki. Sehingga perempuan masih sulit untuk menlangkahkan kaki di sektor
publik dan domestik.
Perbedaan masalah yang ingin diteliti oleh penulis adalah tulisan ini belum
membahas mengenai kiprah dan kinerja perempuan yang masuk dalam ranah politik
9
baik eksekutif maupun legislatif. Penelitian yang ditulis oleh Abdul Rohim lebih
menitikberatkan kepada anggapan kualitas calon legislatif perempuan dalam pencalonan
partai dan kebijakan affirmative action yang masih belum terpenuhi secara maksimal.
Kemudian penulis menemukan tulisan kedua yakni penelitian skripsi yang menulis
dengan judul “Keterwakilan Perempuan di lembaga legislatif: Studi Terhadap
Penguatan Kapasitas Pemahaman Di DPRD Kota Depok Periode 2014-2019” yang
ditulis oleh Mila Kamilatul Arsyia dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
Penelitian tersebut membahas tentang hasil affirmative di Depok secara kuantitatif
mencapai posisi yang menggembirakan. Lebih dari 30%. Berlakunya affirmative
action tidak menjamin terpenuhinya secara kuantitas partisipasi perempuan dalam
politik. Kualitas perempuan dalam legislatif dintandai dengan kinerjanya. Dibutuhkan
Penguatan kapasitas pemahaman anggoat legislatif perempuan Kota Depok periode
2014-2019 terutama fungsi anggaran. Hal ini terlihat dai kapasitas pemahaman ini juga
penting untuk dilakukan yang disebabkan beberapa faktor diantaranya kurangnya
pelatihan yang diikuti oleh anggota legislatif perempuaan dalam upaya meningkatkan
kapasitas pemahaman terutaman penguatan kapasitas pemahaman dan belum adanya
dukungan dai pemerinytah setempat. Penguatan kapasitas ini dapat dilakukan oleh
lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah, LSM, Organisasi Masyarakat maupun
Organisasi Perempuan.
Perbedaan masalah yang akan diteliti oleh peneliti lebih spesifik yakni
menitikberatkan kualitas keterwakilan perempuan dalam DPR diliat dari kinerja
berdasarkan kesesuaian antara latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki
10
oleh anggota legislatif perempuan dengan penempatan posisi yang diberikan. Penelitan
ini ditulis lebih spesifik karena mengambil satu partai sebagai studi kasus.
E. Metode Penelitian
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi,
pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di ukur
dengan angka. Bodgan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong mendefinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Metode kualitatif memiliki beberapa sifat khas, yaitu penekanan pada lingkungan
yang alamiah (naturalistic setting), induktif (inductive), pengalaman langsung (direct
experience), kedalaman (indepth), proses, menangkap arti (Verstehen), keseluruhan
(wholeness), partisipasi aktif dari partisipan dan penafsiran (interpretation).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana penulis mengumpulkan
melalui teknik wawancara serta studi dokumentasi :
1. Wawancara
Menurut Deddy Mulyana, wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.7 Oleh karenanya,
proses wawancara atas kasus yang hendak digarap akan dipusatkan terhadap beberapa
narasumber yang diantaranya adalah anggota parlemen perempuan yang sekaligus
7 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 180.
11
menjadi tokoh sentral dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu Ribka Tjiptaning, Rieke
Diah Pitaloka, Irine Yustiana Roba Putri, Agustina Wilujeng Pramestuti, M.Y Esti
Wijayati, Elva Hartati, Tuti Roosdiono.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami isi dari skripsi ini, maka peneliti membagi isi
skripsi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama yang berisi pendahuluan yang memaparkan pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kemudian metode penelitian
dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
Bab kedua yang berisi pembahasan tentang pengertian umum mengenai teori
gender, teori partai politik dan keterkaitan kaderisasi PDI Perjuangan serta
merelevansikan dengan teori dan konsep kinerja politik.
Bab ketiga yang berisi penjelasan mengenai gambaran umum PDI Perjuangan
dan perspektif keterwakilan perempuan di politik. Bab ini terdiri dari gambaran
umum PDI Perjuangan, PDI Perjuangan dalam pandangan dan perspektif
keterwakilan perempuan. Kemudian kebijakan PDI Perjuangan dalam penentuan
pemenuhan Affirmative Action. Hasil pemilihan legislatif 2014 keterkaitan dengan
keterwakilan perempuan.
Bab keempat yang berisi menakar kinerja politik anggota legislatif perempuan di
DPR tahun 2014-2017. Bab terdiri ini dari keberadaan fraksi PDI Perjuangan dan
posisi jabatan anggota legislatif Perempuan di DPR RI Tahun 2014-2017,
penempatan legislatif perempuan pada komisi-komisi DPR RI 2014-2017.
Kemudian pengamatan kinerja politik anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan
12
di DPR RI Tahun 2014-2017. Serta memberikan data mengenai kendala-kendala
kinerja politik anggota legislatif perempuan DPR 2014-2017.
Bab kelima merupakan bab penutup dan tahap akhir dari penulisan skripsi yang
berisi tentang kesimpulan dan saran-saran terkait permasalahan
13
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Teori Gender
Inti pembahasan gender adalah perbedaan jenis kelamin (sex) antara laki-laki dan
perempuan secara kodrati. Akan tetapi, perbedaan secara umum antara gender dan sex
sangatlah berbeda. Pasalnya gender berkaitan sifat, peran, tanggungjawab, nilai, dan
perilaku yang menjadi dasar utama mengapa seseorang dapat dikatakan perempuan dan
laki-laki. Misalnya adalah Perempuan identik dengan feminim dan keibuan, sedangkan
laki-laki identik dengan berani, logis dan maskulin. Sex hanya melihat perbedaan
perempuan dan laki-laki dari segi anatomi biologis. Salah satu contohnya adalah ketika
beranjak dewasa, perempuan mengalami menstruasi sedangkan laki-laki mengalami
mimpi basah.
Perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki inilah juga menimbulkan
perbedaan akses akibat konstruksi sosial. Stigma masyarakat mengenai perempuan yang
identik dengan keibuan menyebabkan perempuan identik dengan ibu rumah tangga yang
hanya mengurus anak dan keperluan rumah. Laki-laki lebih diberi keleluasaan untuk
berkarir karena ia dianggap sebagai pemimpin. Menurut R. Sarbin, peran adalah pola
perilaku yang ditentukan bagi seorang yang mengisi kedudukan tertentu. Dalam setiap
masyarakat, perempuan dan laki-laki ditentukan untuk mengisi peran seksual tertentu
yang tergantung dari lingkungan budaya, tingkatan sosial-ekonomi, umur, agama dan
sebagainya. Peran seksual terdiri dari sejumlah perilaku yang diharapkan dari seseorang
dalam mengisi suatu posisi atau kedudukan. Salah satunya seperti ulama, pengusaha,
ibu lurah dan sebagainya.
14
Genderized identity atau identitas gender adalah perasaan subjektif tentang
keberadaan dirinya sebagai perempuan atau lelaki dan merupakan bagian penting dari
konsep diri seseorang. Identitas gender mulai berkembang sejak dini karena proses
interaksi pertama kali dilakukan oleh orang tua. Secara tidak langsung, perkembangan
anak dipengaruhi oleh streotip dan preferensi orangtuanya. Sex dan gender selalu
berkaitan walaupun berbeda. Hal ini berkaitan dengan preferensi seseorang untuk
memilih perilaku dan sikap yang sesuai dengan kelompok gender tertentu serta adanya
keinginan kuat untuk memilih perilaku yang konsisten dengan peran gender yang
berlaku tersebut. Misalnya adalah ketika seorang perempuan yang lebih banyak bergaul
dengan sekelompok laki-laki, secara tidak langsung perempuan tersebut mengikuti alur
pergaulan laki-laki tersebut.
Hubungan gender adalah berlangsungnya proses interaksi sosial yang kompleks
dan masih diperkuat oleh bahasa yang digunakan. Dalam hubungan gender
karakteristik, kemampuan, perempuan dan laki-laki dijadikan asimetris. Akibatnya,
melalui hubungan gender terciptalah dua pribadi dengan ciri khas bagi perempuan dan
laki-laki. Masing-masing hanya mempunyai satu gender, tidak pernah keduanya.
Identitas gender bertumpu pada hubungan perempuan dan laki-laki.1
Sementara feminisme adalah ideologi yang mendorong gerakan sosial untuk
memperjuangkan status perempuan, artinya sifatnya sangat politis (dan tidak akademis).
Sifat politis feminisme dianggap sebagai sebuah perspektif yang sangat berpihak pada
perempuan dan sangat subjektif. Hal ini bertentangan dengan syarat ilmu pengetahuan
yang diakui selama ini: objektivitas. Kritik terhadap feminisme kemudian muncul
1 Saparinah Sadli. Berbeda Tetapi Setara: Pemikiran Tentang Kajian Perempuan. (Jakarta: PT
Gramedia, 2010), 23-28.
15
dengan argumen, “teori feminis hanya dapat digunakan oleh perempuan feminis. Laki-
laki dan perempuan yang tidak feminis tidak dapat menggunakannya.”2 Meskipun
demikian, teori ini banyak diikuti oleh para feminis modern yang kemudian banyak
memunculkan teori-teori baru mengenai feminisme, seperti feminisme liberal,
feminisme Marxis-sosialis, dan feminisme radikal yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Teori Feminisme Liberal
Teori ini berasal dari ideologi liberal yang mengutamakan kebebasan, akan
tetapi kebebasan tersebut hanya berlaku pada laki laki. Perempuan lebih ditempatkan
pada bidang rumah tangga dan dianggap sebagai “pemuas” kebutuhan laki-laki. Mary
Wollstonecraft menolak pandangan tersebut yang hanya mengkerdilkan peran
perempuan. pada dasarnya sifat perempuan sama seperti laki-laki dan perempuan
memilki hak menentukan diri sendiri. Wollstonecraft juga mengatakan bahwa
perempuan sendiri dibesarkan dengan prinsip yang salah sehingga perempuan tidak
dibebani tanggungjawab yang sama. Teori ini mengatakan bahwa perempuan juga layak
mendapatkan pendidikan yang layak dan mengejar karirnya sendiri. Walaupun sebagian
besar perempuan sendiri cenderung puas menjadi ibu rumah tangga.3
b. Feminisme Sosialis
Feminisme ini memiliki tujuan masyarakat agar tercapai kesetaraan gender.
Ketimpangan gender disebabkan oleh sistem kapitalisme yang menimbulkan kelas-kelas
dan division of labour, termasuk di dalam keluarga. Gerakan kelompok ini mengadopsi
teori praxis Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas, agar kaum
2 Marianna Amiruddin. “Feminisme: Ilmu Pengetahuan Kebenaran”. Yayasan Jurnal
Perempuan, 48 (Juli, 2006): h. 19. 3 Ian Adams. Ideologi Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya. (Yogyakarta:
CV. Qalam, 2004), 382-383
16
perempuan sadar bahwa mereka merupakan „kelas‟ yang tidak diuntungkan. Teori ini
tidak terlalu menekankan pada faktor akumulasi modal atau pemilikan harta pribadi
sebagai kerangka dasar ideologi. Marx dan Engels sama sekali tidak melihat nilai
ekonomi pekerjaan domistik. Pekerjaan domistik hanya dianggap pekerjaan marjinal
dan tidak produktif.4 Padahal semua pekerjaan publik yang mempunyai nilai ekonomi
sangat bergantung pada produk-produk yang dihasilkan dari pekerjaan rumah tangga,
misalnya makanan yang siap dimakan, rumah yang layak ditempati, dan lain-lain yang
memengaruhi pekerjaan publik tidak produktif. Kontribusi ekonomi yang dihasilkan
kaum perempuan melalui pekerjaan domistiknya telah banyak diperhitungkan oleh
kaum feminis sendiri. Sehubungan dengan itu, Charles Fourier mengatakan bahwa
semakin tinggi status dan kebebasan perempuan, semakin maju peradaban. Perempuan
yang lahir di keluarga yang cenderung restriktif akan menghambat kemampuan
perempuan sendiri dalam berkiprah.5
c. Feminisme Radikal
Teori ini berawal dari pengalaman pribadi para perempuan yang mengalami
pelecehan seksual seperti pemerkosaan, aborsi dan sebagainya. Hal ini menyebabkan
perempuan terpaksa menjalani tugas sebagai istri untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya. Di dalam dunia kerja pun peran perempuan dan cara berpakaian juga
dibatasi. Para pekerja perempuan diwajibkan untuk memakai rok. Dominasi laki-laki
terhadap perempuan baik dalam reproduksi dan rumah tangga menyadarkan mereka
bahwa perempuan layak diperlakukan setara. Menurut Alison Jaggar dan Paula
4 Rosemarie Tong. Feminisme Thought. (Charlotte: Westview Press, 2009), 46.
5 Ian Adams. Ideologi Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya.384-385.
17
Rothenberg mengemukakan secara historis, perempuan adalah kelompok tertekan yang
tidak dapat terhapus dari kelas sosial.
Radical-libertarian feminists mengatakan bahwa secara eksklusif, identitas gender
membatasi dirinya untuk berkembang. Selain itu identitas gender inilah yang mereka
berani untuk melakukan pemisahan peran antara laki-laki dan perempuan. Selain itu
perempuan dapat berkembang mandiri tanpa bantuan laki-laki. Istilah androgini pun
berkembang dalam teori ini, dimana aktivis radical-libertarian feminists pertama yang
menganut hak tersebut adalah Joreen Freeman. Androgini sendiri tidak dapat
diklasifikasikan secara gender karena mereka dapat merubah peran baik laki-laki
maupun perempuan. Freeman sendiri bangga dan akan memproklamirkan identitas
dirinya yang tak hanya bisa menjadi feminism dan juga maskulin pada saat yang sama.
Akan tetapi, Elsa Gidlow mengemukakan teori bahwa menjadi lesbian adalah telah
terbebas dari dominasi laki-laki, baik internal maupun eksternal. Martha Shelley
selanjutnya memperkuat bahwa perempuan lesbian perlu dijadikan model sebagai
perempuan mandiri.6
B. Teori Partai Politik
Secara etimologi, Partai Politik berasal dari bahasa latin yakni Partire yang
artinya membagi. Partai politik muncul di negara-negara Eropa Barat pada awal abad 20
yang menitikberatkan rakyat sebagai faktor utama dalam proses politik. Pada akhir abad
18, kegiatan politik hanya dilakukan oleh kelompok-kelompok aristoktrat yang
memiliki kepentingan untuk mempertahankan kelompok bangsawan dan perintah-
perintah Raja.
6 Rosemarie Tong. Feminisme Thought . 48-51.
18
Partai politik menjadi penghubung dan penyalur komunikasi antara rakyat
dengan pemerintah. Partai politik sering dianggap negatif karena berkaitan dengan
kekuasaaan. Partai politik dianggap hanya mengutamakan kemenangan pemilihan
umum dan juga berkerja pada saat pemilu saja.
Menurut Sigmund Neumann, partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis
politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda.
Salah satu kegiatan partai adalah pembentukan panita pemilihan sebagai
pengatur suara menjelang masa pemilihan umum (Pemilu). Terdapat dua jenis partai
yakni Partai massa dan partai kader. Partai massa adalah partai yang mengutamakan
massa sebagai kekuatan utama. Sedangkan partai kader adalah partai yang
mengutamakan kualitas pendidikan kader dengan melalui tahap seleksi yang bertujuan
untuk memperkuat ikatan dan kemurnian ideologi dari partai itu sendiri dinamakan
partai kader. 7
Partai politik memiliki fungsi-fungsi penting yang mendukung proses politik
yaitu :
a. Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai politik berfungsi dalam penyalur
dan penggabung aspirasi masyarakat dengan merumuskan aspirasi tersebut
menjadi kebijakan. Kebijakan tersebut dapat dijadikan sebagai program partai
untuk diperjuangkan atau disampaikan melalui parlemen. Partai politik
7 Miriam Budiharjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik., 407-408.
19
merupakan perantara yang besar yang menghubungkan antara pemerintah
dengan masyarakat.
b. Partai politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi politik. Proses sosialisasi dapat
ditemui dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam lingkup keluarga, sekolah,
kantor dan sebagainya. Dalam partai politik, sosialisasi menjadi penghubung
penting dalam menanamkan pendidikan politik kepada masyarakat secara luas
dengan tujuan untuk mendidik anggotanya agar sadar dengan tanggungjawabnya
sebagai warga negara.
c. Partai politik berfungsi sebagai rekrutmen politik. Hal ini berkaitan dengan
regenerasi partai. Secara internal, setiap partai membutuhkan kader-kader yang
berkualitas yang menjadi cikal bakal pemimpin baik dalam partai maupun
parlemen. Selain itu, partai politik juga harus memperluas keanggotaan. Partai
pun berusaha menarik sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi anggotanya.
Keanggotaan partai melibatkan berbagai golongam baik dari golongan buruh,
pengusaha, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya.
d. Partai politik berfungsi sebagai sarana pengatur konflik. Konflik dapat ditemui
dalam semua situasi dan kondisi. Sifat dari konflik itu sendiri bisa membangun
dan memperbaiki komunikasi antar individu atau kelompok, dan dapat juga
merusak komunikasi dan hubungan antar individu maupun kelompok. Peran
partai politik adalah untuk membantu mengatasi dan mengatur efek negatif
konflik tersebut.8
8 Miriam Budiharjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik., 407-408.
20
Kemudian Roberto Michels mengemukakan hukum besi oligarki yang
dinyatakan sebagai “satu banyak hukum besi dalam sejarah, dimana sebagian besar
masyarakat demokratis modern, dalam masyarakat itu sendiri, serta partai-partai yang
sudah demikian berkembang tidak lagi melepaskan diri darinya. Faktor utama yang
mendukung hukum ini adalah organisasi. Tak ada gerakan ataupun partai yang bisa
berharap akan memperoleh hasil dalam zaman modern ini tanpa organisasi. Tendensi
oligarki terjadi di seluruh dunia terdapat dalam setiap jenis organisasi manusia yang
berjuang untuk mengusahakan tujuan yang jelas. Oligarki merrupakan bentuk yang
telah ditentukan sebelumnya dari kehidupan bersama, masyarakat yang besar. Mayoritas
manusia berada dalam penjagaan yang abadi ditakdirkan untuk memenuhi dominasi.
Kepemimpinan merupakan gejala penting dalam setiap bentuk kehidupan sosial. Semua
tatanan dan peradaban harus tunduk pada sensi-sendi aristokratis. Sebagai suatu gerakan
atau partai yang tumbuh pusat dan dengan berjalannya waktu, anggota-anggota
organisasi tersebut berkurang kewenangannya untuk mengatur dan mengawasi mereka,
sehingga akibatnya para penguasa mempunyai kebebassan yang besar untuk bertindak
dan menyuarakan kepentingan pribadinya dalam posisi mereka.9
Teori oligarki sendiri dapat diaplikasikan pada peran fraksi yang merupakan
kepanjangan partai dalam memasukkan nama anggota dan menempatkannya di komisi-
komisi terkait. Keputusan partai dalam menempatkan anggota legislatif perempuan
berdasarkan hasil psikotest, fit and proper test. Terlepas dari kompetensi yang dimiliki
oleh seorang anggota tetap keputusan mutlak berada di tangan fraksi. Fraksi PDI
Perjuangan menghargai setiap keputusan fraksi lain untuk menempatkan anggotanya di
9 .S.P Varma. Teori Politik Modern. (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2003), 205.
21
badan atau komisi lain. Fraksi PDI Perjuangan mempunyai mekanisme evaluasi internal
untuk memutar kepemimpinan Komisi atau Badan dan keanggotannya setiap saat.10
PDI Perjuangan sendiri merupakan partai kader yang mengutamakan kualitas
pendidikan dan tahap kaderisasi untuk meningkatkan kualitas kadernya. Kader-kader
inilah yang nantinya akan menjadi penerus kepemimpinan baik dalam legislatif maupun
eksekutif. Proses kaderisasi dan keanggotaan sendiri PDI Perjuangan sendiri ada
beberapa tahap yaitu kader pratama, kader madya dan kader utama. Kemudian
penghargaan tertinggi yang dimiliki oleh seorang anggota partai adalah anggota
kehormatan. Gelar ini diberikan bagi seorang anggota partai yang sudah melakukan jasa
yang luar biasa terhadap partai, terdapat persyaratan khusus untuk memberikan predikat
ini. Salah satu kriteria untuk menjadi anggota struktural partai yakni minimal 3 (tiga)
tahun. Akan tetapi, persyaratan tersebut harus juga diimbangi dengan keaktifan peserta
partai dengan mengikuti berbagai pelatihan maupun acara-acara terkait partai.11
PDI Perjuangan juga menjelaskan secara rinci mengenai tugas dan fungsi partai
yang tertuang dalam Anggaran Dasar (AD) PDI Perjuangan. Salah satu fungsi dari
partai politik adalah melakukan rekrutmen anggota dan kader partai untuk ditugaskan
dalam struktural partai, lembaga-lembaga politik dan lembaga publik. Sejalan dengan
tugas partai yakni mempersiapkan kader partai sebagai petugas partai dalam jabatan
politik dan jabatan publik.
Dalam melakukan kaderisasi partai, PDI Perjuangan menggolongkan jenis
keanggotaan. Terdapat tiga jenis atau jenjang yang akan dilewati yakni
10
Etika Penggantian Pimpinan Badan dan Komisi. Artikel diakses pada tanggal 23 Oktober
2017 di tjahjokumolo.com/penggantian-pimpinan-badan-dan-komisi/. 11
Ani Widyani Sutjipto. Politik Perempuan Bukan Gerhana: Esai-Esai Pilihan. 84.
22
a. Anggota Biasa Partai
b. Anggota Partai
c. Kader Partai
d. Anggota kehormatan
Perbedaan yang paling terlihat antara anggota biasa, anggota partai dan kader
partai adalah proses pelatihan yang diikuti oleh setiap anggota. Anggota biasa partai
adalah anggota yang baru lulus dalam persyaratan dan diterima oleh pimpinan partai.
Sedangkan anggota partai adalah anggota yang sudah mengikuti pelatihan dan
pendidikan. Sementara kader partai adalah anggota partai yang dinyatakan lulus dari
pendidikan kader partai dan memiliki loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap partai.
Secara umum, partai politik mengorganisasikan kader-kader perempuan ini
dalam departemen wanita yang sering digunakan untuk mendukung kebijakan partai dan
bertugas untuk mengumpulkan suara dalam pemilu. Walaupun begitu, PDI Perjuangan
tetap menjunjung kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Tidak ada perbedaan
antara perempuan dan laki-laki di DPP. Dalam setiap kesempatan, perempuan selalu
diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya baik perihal isu-isu yang terkait
dengan perempuan maupun kebijakan partai.12
12
Ani Widyani Sutjipto. Politik Perempuan Bukan Gerhana: Esai-Esai Pilihan. 78-81.
23
C. Konsep Kinerja
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata performance yang berarti hasil kerja
atau prestasi kerja. Secara umum teori kinerja berasal dari ilmu Manajamen. Akan tetapi
istilah kinerja sering dipakai sebagai indikator untuk mengukur seberapa baik kineerja
seseorang, baik dalam lingkup birokrasi maupun parlemen. Kinerja memiliki arti yang
luas, tidak hanya hasil atau prestasi kerja melainkan juga proses bekerja. Menurut
Armstrong dan Baron, Kinerja adalah hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat
dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi
pada ekonomi. Hal ini dititikberatkan pada pengembangan kualitas pekerjaan dan hasil
yang akan dicapai.13
Penilaian kinerja (performance appraisal) berbeda dengan evaluasi pekerjaan
(job evaluation). Penilaian kinerja berkaitan dengan seberapa baik seseorang melakukan
pekerjaan yang ditugaskan, sedangkan evaluasi pekerjaan menentukan seberapa tinggi
sebuah pekerjaan bagi organisasi dan kesesuaian gaji untuk sebuah pekerjaan tersebut.
Tujuan dari evaluasi sendiri adalah menghasilkan informasi yang akurat dan valid
berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota organisasi. Semakin akurat dan valid
informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, semakin besar potensi nilainya
terhadap organisasi. Kemudian teknik evaluatif adalah membandingkan per individu
satu dengan yang lain atau terhadap beberapa standar sehingga keputusan-keputusan
dapat dibuat berdasarkan catatan kinerja. Sedangkan aspek pengembangan
(development) adalah berdasarkan dari keahlian, pengalaman, atau pengetahuan yang
dibutuhkan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan saat ini lebih baik, keahlian-
13
Prof. Dr. Wibowo S.E M.Phil. Manajemen Kinerja. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2011), 8-9.
24
keahlian atau pengetahuan yang harus dicapai seseorang untuk melaksanakan pekerjaan
di masa mendatang dan tipe-tipe tanggung jawab yang harus diberikan pada seseorang
guna mempersiapkannya terhadap penugasan-penugasan di masa mendatang.
Terdapat beberapa indikator yang mempengaruhi penilaian kinerja yakni sebagai
berikut: Pertama, Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi kinerja seseorang. Lingkungan menempatkan tuntutan-tuntutan
organisasi dan para karyawan terhadap produktivitas. Perubahan teknologi yang
semakin maju menuntut kualitas kinerja karyawan untuk lebih produktif dan cepat.
Spesialis sumber daya manusia dapat mendukung evaluasi kinerja dengan
mengembangkan prosedur dan format yang memudahkan penilaian yang dilakukan oleh
manajer. Menentukan individual memungkinkan manajer untuk melaksanakan aktivitas
yang akan mengoreksi kekurangan kinerja dan menambah kekuatan-kekuatan.
Kedua yakni organisasi. Karakteristik organisasi juga mempengaruhi evaluasi
kinerja. Struktural organisasional menentukan siapa yang memiliki tanggung jawab
untuk penilaian. Dalam struktural yang menghargai rantai komando, individu-individu
yang melaksanakan penilaian, bawahan dan rekan sejawatnya tidak memberikan
kontribusi terhadap penilaian. Dalam struktur yang menghargai komunikasi lateral,
individu-individu dalam berbagai posisi mungkin melaksanakan penilaian, bawahan,
dan rekan sejawatnya tidak memberikan kontribusi terhadap penilaian. Dalam struktur
yang menghargai komunikasi lateral, individu-individu dalam berbagai posisi mungkin
dapat melaksanakan penilaian.14
Persyaratan Sistem Penilaian Kinerja Yang Efektif
14
Henry Simamora. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: STIE YKPN, 1995), 328.
25
a. Relevansi adalah salah satu unsur kinerja yang menghubungkan standar kinerja
dengan tugas pekerjaan dan tujuan organisasi tersebut. Sebuah program dapat
dikatakan relevan apabila mencakup aspek-aspek pekerjaan yang penting. Salah
satu contoh dari relevansi sendiri adalah persyaratan pekerjaan, dan karakter,
ras, jenis kelamin dan usia.
b. Penerimaan (acceptability) adalah unsur terpenting dalam kinerja karena tinggi
atau rendahnya dukungan dan tanggung jawab dapat berimpilkasi dalam
jalannya suatu program. Akan tetapi banyak organisasi yang tidak menerapkan
hal ini untuk mendukung dan andil demi kesuksesan organisasi tersebut.
Gomes menjelaskan mengenai syarat penilaian kinerja yaitu:
a. Relevansi: kualifikasi ini berhubungan dengan kesesuaian antara kinerja dengan
tujuan-tujuan penilaian kinerja.
b. Reliabilitas: kualifikasi ini menunjukkan tingkat dimana kriteria-kriteria yang
digunakan dalam penilaian dapat menghasilkan hasil yang konsisten.
c. Diskriminasi: kriteria kinerja dapat digunakan untuk memperlihatkan perbedaan-
perbedaan dalam kinerja.
Apabila ditinjau dari segi efektivitas dalam proses evaluasi terdapat tiga bagian
yaitu
a. Result Based Performance Evaluation yaitu penilaian dengan cara merumuskan
kinerja untuk mencapai tujuan organisasi dan melakukan pengukuran atas hasil
kinerja.
b. Behavior-Based Performance Evaluation yaitu penilaian berdasarkan perilaku
yang dapat diukur pada aspek kualitatif.
26
c. Judgement-Performance Evaluation yaitu tipe penilaian kinerja untuk
memberikan penilaian kinerja seseorang.
Kemudian ada beberapa kriteria dan dimensi mengenai penentuan jenis-jenis kriteria
yaitu
a. People Based Criteria dibuat berdasarkan dimensi kegunaan fungsional
sehingga banyak digunakan untuk seleksi dan penentuan kompensasi.
b. Product Based Criteria mempunyai banyak aspek yang bisa berasal dari tujuan
atau jenis output yang ingin dicapai.
c. Behaviour Based Criteria mempunyai banyak aspek, bisa dari segi hukum,
etika, normatif atau teknis.
Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode
penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen, tetap harus adil, realistis, valid dan
relevan. Terdapat tiga indikator yaitu
a. Hallo Effect adalah salah satu faktor mempengaruhi kualitas kinerja karyawan
mempengaruhi aspek lainnya yang sedang evaluasi. Apabila terjadi halo effect.
Beberapa individu mempunyai kecenderungan memberikan penilaian kinerja
dengan menilai sama semua dimensi atau karakteristik yang sedang dinilai.
Akan tetapi efek halo dapat juga bersifat negatif, apabila salah satu karyawan
marah dan bersikap apatis maka dapat berdampak negatif pada hasil pekerjaan
dan penilaian.15
b. Leniency and Severity Effect adalah penilai cenderung beranggapan bahwa
mereka harus berlaku baik terhadap karyawan, sehingga cenderung memberi
15
Henry Simamora. Manajemen Sumber Daya Manusia. 338-341.
27
nilai yang baik terhadap semua aspek penilaian. Sedangkan severity effect adalah
penilai cenderung mempunyai falsafah dan pandangan yang sebaliknya terhadap
karyawan sehingga cenderung akan memberikan nilai yang buruk.16
c. Recency Effect yaitu penilai cenderung memberikan nilai atas dasar perilaku
yang baru saja mereka saksikan, dan melupakan perilaku yang lalu.
16
Fajar Nur‟aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan. (Bantul: PT. Anak
Hebat Indonesia, 2017), 47..
28
BAB III
GAMBARAN UMUM PDI PERJUANGAN DALAM PANDANGAN DAN
PERSPEKTIF KETERWAKILAN PEREMPUAN DI POLITIK
A. Gambaran Umum PDI Perjuangan
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) didirikan pada tanggal 5 Januari 1973.
Penggunaan nama PDI Perjuangan baru dipakai pada tahun 1999. Partai PDI merupakan
hasil fusi beberapa partai politik antara lain Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai
Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
(IPKI) dan juga dua partai keagamaan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai
Katolik. Secara umum, hasil fusi dari partai PDI memiliki corak ideologi partai yang
berbeda. PNI, Murba, dan IPKI berlatar belakang nasionalisme sedangkan Parkindo dan
Partai Katolik berlatar belakang keagamaan. Fusi Partai merupakan kebijakan politik
Orde Baru pada di era Demokrasi Pancasila yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas
politik dan menampung aspirasi masyarakat secara demokratis dalam satu wadah.1
Diresmikannya nama PDI melalui proses yang panjang yaitu melalui fase
musyawarah, dimana terdapat tiga nama yang muncul sebagai calon nama partai baru.
Partai Demokrasi Pancasila dan Partai Demokrasi Pembangunan tidak digunakan
karena dianggap mengandaikan pihak luar yang non pancasilais dan kurang memadai.
Partai Demokrasi Indonesia dipilih karena dianggap telah mencakup nilai dasar
pancasila dan aspek-aspek pembangunan.
Menurut Cornelius Lay, terdapat beberapa dasar persamaan yang berhasil
dihimpun sehingga memberi alasan bagi lima partai politik berfusi. Pertama, kesediaan
1 Haniah Hanafie dan Suryani, Politik Indonesia (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011), 85-86.
29
bersama untuk memfusikan diri ke dalam PDI dalam rangka penyederhanaan dan
pembaharuan struktur dalam kehidupan politik di Indonesia. Kedua, prinsip keterbukaan
PDI bagi setiap warga negara, tanpa perbedaan suku, keturunan, kedudukan dan agama.
Ketiga, pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan PDI. Untuk pengesahan partai
tersebut, deklarasi diadakan pada tanggal 10 Januari 1973 yang dipimpin oleh Ben
Mang Reng Say dari Partai Katolik. Para penandatanganan deklarasi tersebut adalah
Mohamad Isnaeni dan Abdul Madjid (PNI), A. Wenas dan Sabam Sirait (Parkindo),
Ben Mang Reng Say dan F.S Wignjosumarsono (Partai Katolik), Achmad
Sukarmadidjaja dan M.Sadrie (IPKI), S. Murbantoko dan Jon Pakan (Partai Murba).2
Akan tetapi, konflik PDI baik di internal maupun eksternal mulai terlihat.
Konflik internal diawali dengan unsur kecurigaan dan dominasi PNI untuk menguasai
kabinet struktur PDI. Hal ini terlihat ketika terpilihnnya Mohamad Isnaeni sebagai
Ketua Umum pertama di PDI. Kemudian, campur tangan pemerintah dalam PDI
dimulai pada Kongres I, yakni pada 12-13 April 1976. Pemerintah ikut campur dalam
perseteruan antara Mohamad Isnaeni yang saat itu menjadi Ketua DPR/MPR dengan
Soenarwa Soekawati, yang menjadi Menteri Negara Bidang Kesra Kabinet
Pembangunan II. Akhir perseteruan tersebut berujung pada keluarnya keputusan dalam
Kongres I PDI untuk mengganti kedua tokoh dalam jajaran pimpinan partai. Pemerintah
lalu menunjuk Sanoesi Hardjadinata sebagai Ketua Umum dan Usep Ranawidjaja
sebagai Ketua DPP PDI. Akan tetapi, dua tahun kemudian kemudian muncul DPP
Tandingan dengan pimpinan Mohamad Isnaeni.3 Berbagai konflik kembali terjadi dalam
struktur DPP PDI. Perselisihan antar elit partai antara Ketua Umum DPP PDI Sanoesi
2 Imran Hasibuan dan Deddy Yevri Sitorus.,ed. Gerak Sejarah Partai Banteng PNI, PDI, dan
PDI Perjuangan. (Jakarta:QCommunication, 2015), 3-4. 3 Bestian Nainggolan,ed., Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan Dekonsentrasi
Kuasa. (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2016), 82-83.
30
Hardjadinata dan Aberson Maele Sihaloho sebagai wakil sekjen, membebas tugaskan
Mohamad Isnaeni dan Soenawar Soekawati dari posisinya sebagai Ketua DPP. Hasil
tersebut membuat Soenawar Soekawati keberatan dan menggantikan posisi Sanoesi
dengan Mohamad Isnaeni, sebagai Ketua DPP PDI.
Dibandingkan dengan dua partai sebelumnya yakni PPP dan Golkar, PDI lebih
sering dilanda konflik. Konflik tersebut semakin meninggi terutama pada lima tahun
pertama berdirinya PDI, terutama ketika peristiwa pengambil alihan kantor DPP PDI.
Gerakan ini dipelopori oleh Kelompok Pimpinan Pelaksana Harian DPP yang diketuai
oleh AP Batubara terjadi pada 15 Desember 1979. Konflik masih terus terjadi dengan
melibatkan tokoh-tokoh elit lama partai. Di awal era 1990-an berbagai pertentangan di
antara elit partai terus terjadi. Ketua Umum PDI Soerjadi berseteru dengan kelompok
Achmad Soebagyo untuk membentuk DPP Peralihan pada tanggal 21 Agustus 1991.
Konflik kedua tokoh partai itu terus berlanjut hingga dilaksanakannya Kongres IV PDI
di Medan.
Pada Kongres IV PDI di Medan yang diadakan pada tanggal 21-25 Juli 1993
terjadi keributan. Yacob Nuwanea yang mengaku sebagai fungsionaris DPP PDI
Peralihan bersama Kelompok 17 berusaha untuk menghalangi terpilihnya Soerjadi
untuk kedua kali sebagai Ketua Umum PDI periode 1993-1998. Kelompok 17 yang
dipimpin Marsoesi dan DPP Peralihan yang diketuai Achmad Soebagyo gagal
membendung Soerjadi. Meskipun aksi mereka mengacaukan Kongres IV PDI di Medan
dan berbagai intervensi datang dari kalangan penguasa, Soerjadi tetap berhasil
mengangkat pamor PDI menjadi partai yang diperhitungkan. Pada tahun 1987, PDI
berhasil menarik berbagai kalangan seperti Mangara Siahaan, Sophan Sophiaan,
Laksamana Soekardi termasuk simpati putra-putri Soekarno yaitu Megawati
31
Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputri, untuk bergabung di PDI. Tanduk partai
berlambang kepala banteng ini semakin tajam menakutkan penguasa.4
Terpilihnya Soerjadi sebagai ketua umum pada Kongres IV PDI di Medan,
ternyata tidak diakui pemerintah, demikian juga dengan segala keputusan hasil kongres
tersebut. Kemudian untuk mengisi kekosongan pimpinan PDI, pemerintah menunjuk
DPP sementara atau caretaker yang dipimpin Latief Pudjosakti, yang saat itu menjabat
Ketua DPD PDI Jawa Timur. Pemerintah juga menugaskan Latief untuk
mempersiapkan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya.
Selama dua pekan menjelang KLB, beberapa nama yang akan menjadi ketua
umum mulai bermunculan. Akan tetapi nama Megawati Soekarnoputri langsung melejit,
walaupun pada awalnya ia tidak diperhitungkan. Orang yang pertama kali mengusung
nama Megawati ialah Makyo Sumaryo yang merupakan Ketua DPC (Dewan Pimpinan
Cabang) Solo. Usulan tersebut ditanggapi positif oleh para anggota partai dan kelompok
masyarakat yang bersimpati. Dari sinilah awal keterlibatan Megawati Soekarnoputri
dalam kegiatan politik praktis.5
Kehadiran Megawati di kancah politik merupakan pertanda bahwa kebangkitan
Soekarnoisme. Megawati membantah hal tersebut dengan mengatakan bahwa Bung
Karno tidak pernah menyebutkan ajarannya sebagai Soekarnoisme. Akan tetapi terdapat
relevansi ajaran-ajaran Bung Karno yang berkaitan erat dengan masa lampau dan masa
kini. Spionase negatif tentang dirinya mulai muncul. Kekhawatiran publik bahwa
4 Bestian Nainggolan,ed., Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan Dekonsentrasi
Kuasa. 84. 5 Sumarno. Megawati Soekarnoputri: Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara. (Jakarta:
PT. rumpun Dian Nugraha-Gema Pesona Depok). 15.
32
Megawati, anak dari Bung Karno akan meniru sepak terjang ayahnya, terlepas dari
kejadian G30SPKI.6
Dukungan untuk Megawati yang semakin tak terbendung. Pemerintah bahkan
memerintahkan para pejabat daerah untuk mencegah para pendukung Megawati hadir
di KLB Surabaya. Tokoh-tokoh partai yang dicekal antara lain Tarmidi Soehardjo, Aziz
Boeang, dan Subur Budiman. Pemerintah mengusung nama Budi Hardjono sebagai
calon ketua umum. Akan tetapi usaha pemerintah mencegah laju dukungan Megawati
tetap gagal. Solidaritas dukungan untuk Megawati semakin tinggi dengan mendukung
sistem pemilihan secara langsung.7
Untuk meraih simpati masyarakat yang lebih luas, PDI merancang strategi
dengan menampilkan diri sebagai partai yang membela wong cilik. Semboyannya dalam
pemilu termasuk memperbaiki kehidupan rakyat jelata dan meningkatkan demokrasi
dalam politik. Dalam bidang ekonomi, PDI memperjuangkan pemerataan dalam
peluang ekonomi, menghilangkan monopoli dan korupsi dan memperbaiki sektor
pertanian seperti cengkeh dan jeruk. PDI juga ingin mengubah sistem pembangunan
nasional dengan menitikberatkan pada keadilan sosial. Selain itu, para juru kampanye
PDI terus membicarakan pembatasan masa jabatan presiden.8
Usaha untuk merebut tahta DPP PDI semakin gencar dilakukan oleh pendukung
Soerjadi. Serangan fajar dilakukan di kantor DPP PDI dengan cara kekerasan. Aksi
tersebut tersebar luas yang mengundang kemarahan dari berbagai pihak dan berakhir
6 Muza Kazhim dan Alfian Hamzah. 5 Partai Dalam Timbangan: PAN, PBB, PDI Perjuangan,
PKB, PPP.(Bandung, Pustaka Hidayah, 1999), 150. 7 Bestian Nainggolan,ed., Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan Dekonsentrasi
Kuasa. 85-86. 8 Imran Hasibuan dan Deddy Yevri Sitorus.,ed. Gerak Sejarah Partai Banteng PNI, PDI, dan
PDI Perjuangan. 27.
33
menjadi kerusuhan sosial. Dampak dari aksi tersebut menelan banyak korban yakni 5
orang meninggal dunia, 149 orang menderita luka-luka, 3 orang hilang, dan 136 orang
ditahan aparat. Kerugian materi dari kejadian tersebut mencapai Rp. 100 Miliar.
Kejadian tersebut ditandai dengan “Peristiwa 27 Juli” yang merupakan sejarah kelabu
partai PDI.
Berdasarkan peristiwa tersebut, Megawati menempuh jalur hukum dengan
menggugat PDI kubu Soerjadi, pemerintah dan aparat keamanan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat (PN Jakarta Pusat). Gugatan tersebut gagal karena Mahkamah Agung
mengeluarkan fatwa yang menyatakan PN Jakarta Pusat tidak berwenang memeriksa
dan mengadili tuntutan umum Ketua Umum PDI Megawati dan Sekjen Alex Litaay.
Pemerintah justru menekan Megawati secara politis dengan berbagai cara yang terlihat
sah.
Walaupun Megawati kalah melalui jalur hukum, tetapi ia sukses membangun
citra diri untuk merebut simpati masyarakat sebagai korban ketidakadilan dari rezim
penguasa. Secara konsisten Megawati melakukan resistensi terhadap berbagai upaya
penjegalannya. Citra Megawati sebagai simbol perlawanan otoritarianisme kekuasaan
semakin melekat. Menurut Riswanda, semakin pemerintah tidak mengakui dan berusaha
menyingkirkan maka semakin kuat posisi Megawati. Selain itu, pembangunan ekonomi
pada masa orde baru hanya berpusat pada kaum elitis semata. Sehingga pembangunan
ekonomi yang tidak merata membuat tidak semua kalangan menikmati hasil dari “kue
nasional” pembangunan tersebut. Jargon-jargon yang diusung oleh PDI “membela dan
34
memperjuangkan wong cilik” membuat para pendukung dan simpatisan Mega menjadi
fanatik dan emosional.9
Menjelang Pemilu 1997, persaingan antara Soerjadi dan Megawati kembali
terjadi dalam proses pengajuan caleg PDI. Keduanya mengajukan daftar caleg, akan
tetapi pemerintah hanya menyetujui Lembaga Pemilihan umum mendukung kubu
Soerjadi. Perbedaan perlakuan pemerintah yang tidak adil membuat Megawati secara
resmi tidak menggunakan hak pilihnya. Dampak dari sikap Megawati yang “legowo”
menyerahkan hak pilih sesuai dengan nurani masyarakat membuat suara PDI kubu
Soerjadi dalam pemilu anjlok. Suara yang diperoleh PDI versi Soerjadi hanya
memperoleh 3.463.225 atau 3,06% atau 11 kursi. Hasil ini lebih rendah dibandingkan
dengan Pemilu Tahun 1992 yang memperoleh 14,89% dengan 56 kursi DPR.
Berbagai tekanan dilakukan untuk mengkerdilkan PDI pimpinan Megawati tetap
tidak berhasil. Sebaliknya, militansi dukungan semakin meluas karena datang dari
kalangan menengah kebawah. Masyarakat melakukan perlawanan simbolik dengan
mendirikan posko-posko di sekitar tempat tinggal mereka yang umumnya berwarna
merah. Atribut-atribut partai, foto Megawati dan Bung Karno dan slogan turut
menghiasi posko-posko tersebut. dukungan masyarakat yang semakin besar membuat
sikap pemerintah menjadi melunak. Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid menyatakan
tidak keberatan dengan adanya dua kubu PDI.10
Berakhirnya masa pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun memmberikan
peluang bagi PDI untuk membesarkan partai yang beraliran nasionalisme kerakyatan
ini. Kemudian PDI juga berpeluang untuk menyelesaikan masalah internal dan
9 Sumarno. Megawati Soekarnoputri: Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara. 27-28.
10 Bestian Nainggolan,ed., Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan Dekonsentrasi
Kuasa. 88-89.
35
intervensi pemerintah. Pemerintah Presiden BJ Habibie sebagai pengganti Soeharto
secara resmi mengakui keberadaan PDI dibawah naungan Soerjadi. Pemerintah melalui
Mendagri Syarwan Hamid hadir membuka Kongres PDI pimpinan Soerjadi yang
diadakan 25-27 Agustus 1998. PDI pimpinan Megawati pun mengadakan kongres
dengan menamakan “Kongres Perjuangan” di Bali tanggal 8-10 Oktober 1998.
Dalam kongres itu, Megawati kembali terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI
periode 1998-2003 dan Alexander Litaay sebagai Sekretaris Jenderal. Kongres V PDI
mengamanatkan tiga hal: mengikuti pemilu, memenangkan pemilu dan menjadikan
Ketua Umum DPP PDI sebagai Presiden RI. PDI pimpinan Megawati mengubah nama
dan lambang partai karena mengacu pada Undang-Undang Nomor 3 tahun 1999 tentang
Pemilu berisi tentang peserta pemilu tidak boleh mempunya nama atau lambang yang
sama.11
Pada tanggal 1 Februari 1999, PDI pimpinan Megawati secara resmi mengubah
nama menjadi PDI Perjuangan (PDI-P) dengan lambang banteng bermata merah dan
bermulut putih dalam lingkaran. Partai tersebut berazaskan Pancasila dan bercirikan
Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial. Perubahan nama dan lambang ini
dideklarasikan di Stadiun Utama Senayan pada 14 Februari 1999, yang dihadiri oleh
200 ribu warga PDI dan simpatisan.
Perjalanan PDI Perjuangan selanjutnya dapat dikatakan cukup baik meskipun
tetap mengalami pasang surut. Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Presiden
Perempuan Pertama Republik Indonesia. Akan tetapi, berbagai kebijakan kontroversial
pada masa pemerintahannya, salah satunya adalah penjualan Indosat yang merupakan
11
Bestian Nainggolan,ed., Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan Dekonsentrasi
Kuasa. 89-90.
36
perusahaan telekomunikasi negara.12
Hal inilah yang menyebabkan PDI Perjuangan
gagal memenangi pemilu 1999 hingga 2009. Pada akhir perjalanan PDI Perjuangan
mendapatkan kemenangan yang gemilang. Kemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla
pada Pilpres 2014 telah menaikkan elektabilitas PDI Perjuangan sebagai partai
pemerintah.
B. PDI Perjuangan dan Perspektif Keterwakilan Perempuan.
PDI Perjuangan merupakan partai yang berasarkan gotong royong dan menganut
prinsip demokrasi. Prinsip ini dituangkan dalam Piagam PDI Perjuangan yang memiliki
tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan menciptakan suatu
kepemimpinan yang sesuai dengan kepribadian bangsa yakni gotong royong. Maka dari
itu, PDI Perjuangan terus menetapkan diri untuk terus memperjuangkan kemerdekaan
baik secara ekonomi, politik dan sosial yakni dengan mempertahankan jati diri bangsa
yang berbhineka dan tidak kehilangan akar tradisinya. Komitmen ini juga terefleksikan
dalam setiap diri kader untuk terus pro-rakyat. Setiap kader PDI Perjuangan dituntut
memahami rakyat, mampu mengkonsolidasikan keinginan rakyat dan mengorganisir
tindakan rakyat, mendidik dan menuntut rakyat untuk membangun kesadaran politik,
mengolah semua tenaga rakyat dalam suatu gerak politik, menggerakkan rakyat untuk
berjuang bersama, dan mengawal kerja politik yang ideologis dan membumi.
Dalam AD/ART juga disebutkan bahwa PDI Perjuangan berkomitmen untuk
menempatan Anggota Partai dalam jabatan politik dan jabatan publik dilakukan melalui
suatu proses seleksi dengan mempertimbangkan paling sedikit 30% keterwakilan
perempuan. Secara tidak langsung PDI Perjuangan telah menerapkan affirmative action
12
Bestian Nainggolan,ed., Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan Dekonsentrasi
Kuasa. 91.
37
tidak hanya di ranah struktur partai tetapi juga di ranah legislatif. Hal ini pun tertera
secara jelas dalam bab 10 Anggaran Dasar PDI Perjuangan.13
Puan Maharani yang merupakan Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta
mengaku keberatan apabila aturan kuota 30 persen diberlakukan secara nasional,
mengingat kesiapan kader perempuan di partainya. Pencapaian PDI Perjuangan baru
bisa memenuhi 18 persen kuota keterwakilan perempuan di parlemen. Representasi
perempuan yang rendah di parlemen disebabkan oleh kurangnya Sumber Daya Manusia
(SDM) dan ketertarikan perempuan mengenai politik itu sendiri. Sehingga peserta caleg
perempuan cenderung pasif dalam memperebutkan kursi parlemen.14
Secara
keseluruhan dari jumlah partai, PDI Perjuangan sudah memenuhi kriteria. Menurut Puan
Maharani pembatasan 30 persen tidak ada unsur kesengajaan, akan tetapi pembatasan
tersebut sudah berlaku pada Pemilu 2009, dan Parpol pemilu 2009. Kemudian kebijakan
tersebut juga akan diberlakukan pada Pemilu 2014. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
PDI Perjuangan akan lakukan pendataan ulang untuk tiap propinsi, kabupaten, dan kota
dan diberi kesempatan selama sebulan agar pendataan lebih akurat.15
C. Kebijakan PDI Perjuangan Terhadap Keterwakilan Perempuan.
Terpilihnya Megawati sebagai Presiden perempuan pertama Republik Indonesia
membuka peluang dan motivasi tersendiri untuk perempuan agar dapat berpartisipasi
aktif dalam politik. Keberhasilan Megawati sebagai Presiden telah mengangkat harkat
dan martabat kaum perempuan Indonesia. Stigma masyarakat tentang perempuan yang
13
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Artikel diakses pada tanggal 19 Desember
2016 dari http://PDI Perjuanganerjuangan-jatim.com/wp-content/ uploads/AD-ART.pdf 14
Ani Widyani Sutjipto. Politik Perempuan Bukan Gerhana: Esai-Esai Pilihan. 81. 15
Lutfy Mairizal Putra, 30 Persen Keterwakilan Perempuan di Parpol Diharapkan hingga
Kabupaten. Artikel diakses pada tanggal 10 Februari 2017.
http://nasional.kompas.com/read/2016/11/28/21125891/30.persen.keterwakilan.perempuan.di.parpol.diha
rapkan.hingga.kabupaten.
38
dinilai lemah dan hanya berkutat pada seputar dapur saja mulai terbantahkan.
Keberhasilan ini sekaligus membuktikan bahwa perempuan bisa tampil dan eksis dalam
pentas politik. Pemimpin baru adalah harapan baru, masyarakat memupuk harapan
tinggi agar dapat membawa kemajuan terutama pada kesejahteraan dan hak asasi
perempuan.
Menjabat dua peran yakni sebagai Presiden dan ketua umum partai, Megawati
sangat memahami betul permasalahan-permasalahan yang dialami oleh perempuan. Ia
sangat mendukung keterwakilan perempuan walaupun berbagai kendala menghampiri.
Kendala-kendala tersebut datang dari diri sendiri maupun keluarga sehingga hal ini
membuat minat perempuan untuk terjun dalam politik semakin rendah. Padahal
perjuangan perempuan dalam politik itu dapat mendorong semangat pembangunan
ekonomi dan sosial.16
Rendahnya partisipasi perempuan dalam politik seharusnya menjadi perhatian
utama. Rancangan kebijakan affirmative action, dimana kebijakan tersebut memuat
kouta khusus untuk perempuan sebesar 30%. Kebijakan tersebut dibuat agar dapat
meningkatkan partisipasi politik perempuan secara bebas. Akan tetapi, Megawati
menolak dengan tegas kebijakan tersebut karena dianggap melecehkan perempuan. Ia
mendorong agar perempuan Indonesia harus berjuang dan tanpa belas kasihan kouta.
Padahal hasil Pemilu Legislatif (Pileg) menyatakan bahwa partisipasi perempuan dalam
politik hanya 9% atau menurun dibandingkan dengan Pileg sebelumnya yakni pada
16
Ani Widyani Sutjipto. Politik Perempuan Bukan Gerhana: Esai-Esai Pilihan. (Jakarta:
Kompas, 2005), 15-17.
39
masa orde baru.17
Berikut ini terdapat bagan tabel mengenai keterwakilan perempuan
dalam parlemen.
Tabel III.C.1 Keterwakilan Perempuan dalam Legislatif18
Pemilu Total Anggota DPR Jumlah Anggota
Perempuan
Presentase
1955 272 17 6,25%
1971 460 36 7,83%
1977 460 29 6,30%
1982 460 39 8,48%
1987 500 65 13,00%
1992 500 62 12,50%
1997 500 54 10,80%
1999 500 45 9,00%
2004 550 61 11,09%
2009 560 101 18,03%
2014 560 97 17,32%
Sumber: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.
Apabila melihat dari bagan tabel diatas, partisipasi perempuan dalam legislatif
cenderung tidak stabil. Dimulai pada tahun 1955 hingga tahun 1997, kebijakan
affirmative action belum diterapkan, presentase keterwakilan perempuan mengalami
peningkatan pada periode 1955 hingga periode 1987 yang merupakan presentase
terbesar. Akan tetapi setelah periode 1987 hingga 1997 angka keterwakilan tersebut
menjadi menurun sebesar 1,7%. Penerapan affirmative action sendiri dimulai tahun
17
Ani Widyani Sutjipto. Politik Perempuan Bukan Gerhana: Esai-Esai Pilihan. 61-66. 18
Utama Sandjaja. Meningkatkan Keterwakilan Perempuan: Penguatan Kebijakan Afirmasi.
(Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011), 1.
40
1999, akan tetapi pada periode perdana ini presentase keterwakilan perempuan
mengalami kemunduran. Presentase keterwakilan perempuan mulai meningkat pada
periode 2004 dan 2009 sebesar 6,94%. Presentase tersebut kembali menurun pada Pileg
periode 2014 yakni sebesar 0,71%.
Keterwakilan perempuan di parlemen menjadi penting, terutama menyalurkan
aspirasi, kepentingan dan kebutuhan perempuan. Apabila kita melihat proporsi kouta
antara perempuan dan laki-laki tentu sangat timpang. Sulitnya memperjuangkan kouta
30% membuat semangat sesama perempuan semakin erat. Walaupun terdapat berbagai
tekanan datang untuk menggagalkan kebijakan tersebut. Tingginya dominasi patriarki
masih enggan memberikan kesempatan pada perempuan. Menurut Dwi Ria Latifa,
anggota PDI Perjuangan bahwa melekatnya identitas perempuan membuat ia semakin
gigih untuk berjuang mendobrak dominasi male chauvinism.19
Partisipasi perempuan yang rendah dalam politik dan tingginya dominasi
patriarki membuat Indira Damayanti berjuang agar kouta 30% ditambah. Hal ini
berakibat pada efektivitas kinerja anggota legislatif perempuan menjadi negatif oleh
masyarakat. Akan tetapi, penilaian sebagian orang tentang politisi perempuan masih
negatif. Perempuan dianggap menjadi anggota pasif dan hanya aktif dalam menanggapi
isu gender. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengalaman dan memiliki
pengetahuan terbatas mengenai politik. Perempuan masih terkesan ambigu untuk
membuka persiangan dengan politisi laki-laki yang penuh dengan intrik, hal tersebut
berpengaruh pada rekrutmen politik. Konflik politik dan kepentingan dominasi telah
memperkeruh kesempatan perempuan yang memiliki potensi untuk meniti karier politik
19
Uung Wijaksana. “Etika Parlemen Menurut Anggota Parlemen Perempuan”.Jurnal
Permpuan: Perempuan Bertutur, Sebuah Wacana Keadilan gender Dalam Radio Jurnal Perempuan
(Jakarta: YJP, 2005).108-113.
41
dan perempuan harus rela menerima komposisi nomor pada pemilu 2004. Para
pimpinan partai telah memperdaya pemilih dengan mencoblos tanda gambar pada
urutan awal, sehingga caleg perempuan seringkali tidak mendapatkan suara karena
berada pada nomor urut bawah. Hal ini menyebabkan hilangnya kesempatan calon
politisi perempuan untuk dapat mewarnai parlemen.
Beberapa tokoh politik perempuan yang sudah malang melintang seperti
Megawati Soekarnoputri, Eva Sundari nampaknya belum melecutkan semangat agar
wanita dapat bergerak dan maju dalam politik. Posisi anggota dewan perempuan yang
berjumlah sedikit tidak memiliki peran yang signifikan terhadap perumusan kebijakan.
Alhasil sering terjadi diskriminasi kinerja yang menimbulkan trauma antar sesama
politisi perempuan. Pengalaman merupakan guru terbaik, inilah yang dibutuhkan untuk
mengembangkan potensi dan minat perempuan. Dibutuhkan mental yang kuat untuk
menghadapi fitnah, teror, dan intimidasi dalam perebutan kekuasaan. Menjadi wakil
legislatif akan semakin membuka jaringan dan pemahaman antara laki-laki dan
perempuan untuk membawa kepentingan masyarakat secara umum.
Penempatan per komisi ada yang ditempati dan ada yang tidak ditempati oleh
perempuan. Penempatan perempuan hanya difokuskan pada satu komisi yakni Komisi
VII yang membidangi agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan. Komisi ini banyak
ditempati oleh perempuan dan berakses kepada Kementerian Pemberdayaan
Perempuan. Akan tetapi, alokasi dana di komisi ini paling kecil sehingga mereka harus
berjuang untuk menambah anggaran dana demi mewujudkan suatu program. Eva
42
Sundari sangat memahami keterbatasan dana tersebut, dan penambahan dana tersebut
harus atas persetujuan antar komisi.20
Ia menambahkan bahwa permasalahan tidak pada penempatan per komisi, tetapi
lebih pada kerjasama antar anggota perempuan untuk menunjukkan kinerja. Perlu
adanya mobilisator atau perempuan yang mampu menjadi agen untuk menyadarkan
perempuan-perempuan yang lain agar mampu memainkan peran untuk menjadi motor
dari isu gender streaming baik pada saat penunjukan pejabat publik, legislasi, maupun
dalam menentukan budget.
Lahirnya affirmative action pada awal reformasi memberikan peluang tersendiri
bagi perempuan untuk aktif berpolitik. Penempatan kouta sebesar 30% dilakukan agar
memberikan kesempatan untuk perempuan bersuara di publik. Menurut Megawati,
awalnya ia mengusulkan agar kouta yang ditetapkan tidak ada patokan minimal karena
agar perempuan tertantang untuk masuk ke gelanggang senayan21
. Untuk meningkatkan
kualitas dan partisipasi perempuan, PDI Perjuangan mendeklarasikan diri sebagai
Rumah Perempuan.22
Rumah Perempuan merupakan suatu program yang bertujuan
membangkitkan semangat dan membentuk kaderisasi perempuan yang militan. Rumah
Perempuan ini ditangani langsung oleh Puan Maharani sebagai Ketua Bidang
20
Dewi Setyarini.”Eva Sundari: Setiap Hari adalah Politik”. Jurnal Perempuan: Catatan
Perjuangan Politik Perempuan. 63 (Jakarta:YJP, 2009), 140-142. 21
Riza Harahap, Megawati Dorong Perempuan Lebih Aktif Dalam Pembangunan. Artikel
diakses pada tanggal 25 November 2016, m.antarababel.com/berita/19802/megawati-dorong-perempuan-
lebih-aktif-dalam-pembanguna n. 22
Rahmat Sahid. Puan Maharani: Matang dalam Kerja Keras Politik.(Jakarta: IKAPI, 2015),
41-44.
43
Pemberdayaan Perempuan dan Anak DPP PDI Perjuangan, Rieke Dyah Pitaloka dan
berbagai politisi nasional.23
Tahun 2014 dapat dikatakan sebagai tahun kembalinya PDI Perjuangan berkuasa
di negeri ini. Kemenangan PDI Perjuangan pada pemilu dan pileg membawa dampak
positif untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di politik. Pada saat pemaparan
visi-misi Pilpres 2014, Jokowi-JK (Jusuf Kalla) mengatakan bahwa isu perempuan
merupakan salah satu aspek kedaulatan politik, pilar Trisakti. Jokowi bertekad untuk
mensejajarkan hak dan kewajiban perempuan dan anak dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara karena perempuan merupakan salah satu tokoh utama berdaulat dalam
politik.24
Jokowi-JK juga berkomitmen untuk menghapuskan semua kebijakan dan
regulasi yang selama ini merugikan perempuan dan anak. Selain itu RUU (Rancangan
Undang-Undang) anti kekerasan seksual menjadi prioritas utama untuk menurunkan
tingginya tingkat kekerasan yang sering dialami oleh perempuan dan anak.25
Kemudian visi-misi Jokowi dalam Perempuan, Politik dan Pembangunan
adalah memberikan penekanan pada prioritas utama. Pertama, mendedikasikan diri
untuk memperjuangkan untuk tidak berlaku diskriminatif terhadap kelompok atau
golongan tertentu dalam negara. Kedua. membuat Kebijakan Tindakan Khusus
Sementara terhadap kelompok-kelompok marginal, termasuk kelompok perempuan di
dalamnya untuk menjamin kesetaraan dengan warga negara lainnya. Ketiga,
memperjuangkan pemenuhan kouta yang mumpuni melalui perekrutan, pendidikan
23
Gaet Suara Perempuan, PDIP Luncurkan PDIP Rumah Perempuan,.Artikel diakses pada
tanggal 1 Desember 2016, http://m.detik.com/news/berita/994032/gaet-suara-perempuan-PDI Perjuangan-
rumah-perempuan#top. 24
Perempuan dan Anak di Visi Misi Jokowi. Artikel diakses pada tanggal 4 desember 2014.
http://www.gatra.com/politik-1/53896-perempuan-dan-anak-di-visi-misi-jokowi-jk.html 25
Anita Dhewy. “Peran Politik Perempuan dalam Pemilihan Legislatif dalam Pemilihan Presiden
2014”, Jurnal Perempuan: Untuk Pencerahan dan Kesetaraan Vol 19 (Agustus 2014):105-106.
44
politik, kaderisasi dan memberikan akses yang sama dan adil kepada politisi perempuan
untuk terlibat dalam politik partainya. Tindakan ini akan berlaku pada partai politik,
eksekutif, yudikatif dan legislatif.26
D. Hasil Pemilihan Umum 2014
Pada 9 April 2014, Pemilu Legislatif (Pileg) kembali diselenggarakan dengan
harapan adanya peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen. Strategi untuk
meningkatkan keterwakilan perempuan tidak jauh berbeda dengan pileg sebelumnya.
Pileg 2014 menggunakan kebijakan afirmasi, yakni aturan kouta dengan zipper system.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, yang kemudian diterjemahkan dalam
Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 7 tahun 2013 yang salah satu pasalnya
menyebutkan bahwa persyaratan keterwakilan 30 persen untuk setiap dapil memiliki
konsekuensi bagi pencalonan partai. Akan tetapi, peraturan ini tidak memuat sanksi
seperti apa yang diterima jika partai tidak mewadahi perempuan. Ketidaktegasan
sanksi tertulis membuat kelompok perempuan yang tergabung dalam Tim Advokasi
Kesetaraan dan Demokrasi mengajukan permohonan uji materi ke Mahkamah
Konstitusi pada Januari 2013. Pengajuan tersebut dikabulkan pada Maret 2014 dan
hasilnya adalah setiap partai harus mencalonkan tiga bakal calon dalam daftar bakal
calon serta diutamakannya calon perempuan jika memiliki jumlah persebaran suara
yang setara dengan calon laki-laki. Peraturan tersebut hanya berlaku pada Pileg 2019
dan tidak mengubah susunan daftar caleg pada Pemilu 2014.
PDI Perjuangan yang merupakan pemenang pemilu 2014 meraih kursi sebesar
109 kursi dari 23.681.471 suara atau sekitar 18,95%. Secara keseluruhan, dari 109 kursi
26
Dewi Candraningrum. “Joko Widodo: Tidak Ada Yang Menghalangi Perempuan” , Jurnal
Perempuan: Untuk Pencerahan dan Kesetaraan 19 (Agustus 2014):131.
45
yang diraih terdapat 21 kursi yang berhasil dikuasai oleh anggota legislatif perempuan
PDI Perjuangan. Secara keseluruhan PDI Perjuangan hanya menguasai 19,2%
keterwakilan perempuan di DPR. Hal ini belum memenuhi standar affirmative action
yakni pemenuhan 30% keterwakilan perempuan di legislatif. Rekapitulasi suara yang
diperoleh oleh beberapa anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan adalah sebagai
berikut:
1. Elva Hartati (Dapil Bengkulu) : 30.298 suara.
2. Itet Tridjajati Sumarijanto (Dapil Lampung II): 40.203 suara.
3. Puan Maharani (Dapil Jawa Tengah VII) : 369.927 suara.
4. Dwi Ria Latifa (Dapil Riau) : 48.579 suara.
5. S.B Wiryanti Sukamdani (Dapil DKI I): 30.691 suara.
6. Diah Pitaloka (Dapil Jabar III): 31.993 suara.
7. Ribka Tjiptaning (Dapil Jabar IV): 43.393 suara.
8. Risa Mariska (Dapil Jabar VI): 32.906 suara.
9. Rieke Diah Pitaloka (Dapil Jabar VII): 255.044 suara.
10. Evita Nursanty (Dapil Jateng III): 73.673 suara.
11. Agustina Wilujeng Pramestuti (Dapil Jateng IV): 56.707 suara.
12. Damayanti Wisnu (Dapil Jateng IX): 67.650 suara.
13. MY Esti Wijayanti (Dapil D.I.Y): 99.440 suara.
14. Indah Kurnia (Dapil Jatim I): 68.497 suara.
15. Sadarestuwati (Dapil Jatim, VII): 73.354 suara.
16. Vanda Sarundajang (Dapil Sulawesi Utara): 126.197 suara.
17. Mercy Christy Barends (Dapil Maluku): 65.166 suara.
18. Irine Yusiana Roba Putri (Dapil Maluku): 52.677 suara.27
19. Puti Guntur Soekarnoputri (Dapil Jawa Barat X): 93.404 suara.
20. Puan Maharani (Dapil Jawa Tengah V): 369.927 suara.
21. Isma Yatun (Dapil Lampung I) : 65.731 suara.28
Pileg 2014 menggambarkan penurunan keterwakilan perempuan di parlemen
secara signifikan. Dibandingkan dengan Pileg 2009, keterwakilan perempuan saat ini
hanya sebesar 17% atau setara dengan 97 kursi dari 560 anggota DPR. Dari segi
pencalonan mendapat peningkatan yakni 37,07%. Sementara pada Pileg 2009, jumlah
27
F. Istiyatminingsih, Slamet Joko Prihatin, ed. Profil Anggota DPR dan DPRD 2014-2019:
Latar belakang dan Karir. (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2015), 3-111. 28
SK KPU Penetapan Kursi Calon Terpilih. Artikel diakses pada tanggal 25 Oktober 2017,
http://www.kpu.go.id/koleksigambar/952014_penetapan_hasil_pileg.pdf.
46
pencalonan perempuan memenuhi Affirmative Action atau sebesar 34,86% sedangkan
perempuan yang terpilih sebesar 18,03%. Pada Pileg 2009, PDI Perjuangan memperoleh
93 kursi yang terdiri dari 78 orang anggota legislatif pria dan anggota legislatif
perempuan sebesar 15 kursi. Perolehan hasil kursi pada periode ini sebesar 16,2%.
Kewajiban partai untuk mencalonkan minimal 30% caleg perempuan di setiap daerah
pemilihan mengacu pada UU Pemilu dan keberadaan PKPU. Hal ini membuat KPU
dapat memberi sanksi tegas dengan mencoret parpol dari kepersertaan pemilu di dapil
yang jumlah caleg perempuan kurang dari 30%.
Hasil riset dari PUSKAPOL FISIP UI (Pusat Kajian Politik-Departemen Ilmu
Politik FISIP UI) menyebutkan bahwa Partai PPP (Partai Persatuan Pembangunan)
merupakan partai yang paling signifikan dengan mendulang suara sebesar 22,33%.
Sedangkan PDI Perjuangan yang merupakan partai pemenang pemilu harus puas dengan
prosentase suara sebesar 15,89%. Menurut Dirga Ardhiansyah, hasil penurunan ini
disebabkan karena peraturan yang dikeluarkan tidak secara otomatis mengurangi
hambatan dan tantangan untuk keterpilihan perempuan dalam parlemen.
Kesenjangan antara perolehan suara perempuan dengan perolehan kursi
perempuan semakin tajam, pada pemilu tahun 2009 tercatat 22,45% rata-rata perolehan
suara perempuan untuk DPR RI dengan 18% hasil perolehan kursi perempuan.
Sedangkan untuk pemilu 2014 perkiraan tercatat 23,42% perolehan suara perempuan
untuk DPR RI, akan tetapi hasil perolehan kursi hanya sebesar 14% saja. Hal ini
disebabkan oleh kebijakan internal partai dalam penentuan kursi yang menjadi aspek
penting apakah peningkatan keterpilihan perempuan merupakan bagian dari komitmen
internal partai atau hanya untuk memenuhi persyaratan administratif saja terkait dengan
affirmative action. Sementara hasil penghitungan suara yang dilakukan Komisi
47
Pemilihan Umum (KPU) memperkuat hasil riset yang dilakukan PUSKAPOL UI bahwa
terdapat penurunan jumlah caleg perempuan terpilih meskipun prosentasenya tidak
sebesar perkiraan. Data KPU memperlihatkan caleg perempuan yang terpilih pada
pemilu 2014 berjumlah 97 orang (17%) menurun dibandingkan dengan hasil pemilu
2009 yang berjumlah 103 (18%). Penurunan di satu sisi lain menjadi lampu merah
terutama bagi parpol untuk segera melakukan transformasi internal dan alarm penting
bagi gerakan perempuan untuk menyiapkan strategi tepat dalam mengawal kinerja
legislatif sehingga agenda dan kepentingan perempuan dapat terakomodir.29
Kemudian peraturan yang mendukung keterwakilan perempun dalam parlemen
adalah UU Partai Politik yang memiliki beberapa kriteria yakni: Pertama, tiap partai
politik dapat mencantumkan mekanisme rekrutmen anggota secara transparan dan adil.
Demikian juga dengan pada kriteria dan mekanisme untuk seleksi pengurus dan
pimpinan partai. Kedua, mekanisme kuota dapat diterapkan dalam proses-proses
rekrutmen dan seleksi trersebut minimal 30 persen. Ketiga, untuk mengantisipasi
lemahnya kualitas sumber daya kader perempuan, partai politik memiliki kewenangan
dan kewajiban memberi bantuan khusus seperti pelatihan kepemimpinan, bantuan dana
kampanye untuk kandidat perempuan dan program-program pemberdayaan perempuan
lainnya.30
29
Anita Dhewy. “Peran Politik Perempuan dalam Pemilihan Legislatif dalam Pemilihan Presiden
2014”, 101-106. 30
Ani Widyani Sutjipto. Politik Perempuan Bukan Gerhana: Esai-Esai Pilihan, 94.
47
BAB IV
MENAKAR KINERJA POLITIK ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DI
DPR TAHUN 2014-2017.
A. Keberadaan Fraksi PDI Perjuangan dan Posisi Jabatan Anggota Legislatif
Perempuan di DPR RI Tahun 2014-2017.
Fraksi merupakan elemen disiplin partai yang harus dihormati Anggota-anggota
di dalam partai dan berkewajiban menyampaikan hal-hal yang menjadi kebijakan
partai.1 Dalam hal ini partai politik menjalankan salah satu fungsinya yakni kontrol
politik yang didelegasikan melalui fraksi dalam ranah legislatif. Fraksi memiliki
wilayah otonom yang kuat untuk memadukan kepentingan anggota dewan dalam hal
kebijakan publik agar dapat bekerja secara maksimal.2 Dalam konsep kinerja, Fraksi
disini berperan sebagai penilai yang menghubungkan antara rekan kerja dan anggota
tim, karena anggota fraksi adalah anggota partai, dimana kualitas kinerja baik menurun
atau meningkat tergantung dari kemampuan individ-individu tersebut.3
Fraksi memiliki peran yang kuat dalam penyusunan komposisi keanggotaan,
mengusulkan nama anggota dan mengganti anggota alat kelengkapan DPR. Hal inilah
dikarenakan dalam setiap pementukan alat kelengkapan DPR, keterlibatan fraksi selalu
ada. Selain itu fraksi berperan dalam mengajukan pertanyaan kepada Menteri yang
mewakili Presiden, apabila RUU tersebut berasal dari Presiden. Dalam segi anggaran,
1 Andi Iswanto. Peran Fraksi DPR RI (Studi Kasus Peran Fraksi PG, Fraksi PKS, dan Fraksi
PPP Dalam Penentuan Ambang Batas Parlemen Dalam Pembahasan Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD, dan DPRD. (Depok: FISIP Universitas Indonesia, 2013), 5. 2 Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik., 154.
3 Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan, 57.
48
fraksi berperan dalam menyampaikan pandangan atas materi yang disampaikan oleh
pemerintah baik dalam rapat kerja, RUU APBN maupun APBN. Sedangkan dari segi
pengawasan, fraksi juga berperan dalam memberi pertimbangan atas nama DPR
terhadap sesuatu masalah dalam pencalonan tertentu. Sehingga tim yang dibentuk oleh
DPR dalam pencalonan orang untuk jabatan tertentu sudah ada persetujuan dari fraksi-
fraksi terkait.4
Pada tahun 2014 Fraksi PDI Perjuangan diketuai oleh Olly Dondokambey.
Dalam perjalanannya Olly Dondokambey mengundurkan diri karena mempertahankan
jabatannya sebagai Gubernur Sulawesi Utara Periode 2015-2020. Posisi Ketua Fraksi
PDI Perjuangan sempat kosong begitu lama dan akhirnya digantikan oleh Utut Adianto
yang ditunjuk melalui surat DPP PDI Perjuangan ke DPR RI. Utut Adianto sendiri
ditempatkan di Komisi X..5 Secara keseluruhan terdapat 21 orang anggota legislatif PDI
Perjuangan, beberapa anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan diganti melalui
PAW. Salah satunya adalah Isma Yatun yang dilantik sebagai anggota BPK dan belum
ditemukan penggantinya. Puan Maharani menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Kebudayaan Manusia digantikan oleh Alfia Reziani. Karolin Margret
Natasa menjabat Bupati Landak periode 2017-2022, mengundurkan diri dan digantikan
oleh Erwin TPL. Tobing. Tuti Roosdiono merupakan pengganti PAW dari Tjahjo
Kumolo, menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Kemudian Eva Kusuma Sundari
kembali menjabat sebagai anggota dewan dengan menggantikan Pramono Anung,
menjabat Sekretaris Kabinet.
4 Andi Iswanto. Peran Fraksi DPR RI (Studi Kasus Peran Fraksi PG, Fraksi PKS, dan Fraksi
PPP Dalam Penentuan Ambang Batas Parlemen Dalam Pembahasan Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD, dan DPRD. 6-7. 5“Utut Resmi Jadi Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI”. Artikel diakses pada tanggal 10
Agustus 2017. http://sumbawanews.com/berita/Nasional/urut-resmi-jadi-ketua-fraksi-PDI-Perjuangan-
di-dpr-ri.html/.
49
Pergantian anggota sesuai dengan rekrutmen sendiri sudah diatur dalam
Prosedur PAW sendiri sudah tercantum sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 17
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD pada pasal 405 ayat 1 dan ayat 2.
Pertama, anggota dewan tersebut meninggal dunia. Kedua, anggota dewan tersebut
mengajukan permohonan pengunduran diri. Pada ayat kedua lebih menjelaskan secara
detail mengenai alasan-alasan tentang pengunduran diri tersebut. Pertama, anggota
dewan tersebut tidak dapat melaksanakan tugas, seperti sakit yang mengakibatkan fisik
dan mental yang tidak berfungsi secara normal disertai dengan surat keterangan dokter
yang berwenang. Kemudian keberadaan anggota dewan tersebut tidak diketahui
dan/atau tidak hadir dalam rapat tanpa keterangan apapun selama 3 (tiga bulan)
berturut-turut. Kedua, sehubungan dengan keanggotaan partai, anggota partai tersebut
diberhentikan oleh partai politik dan anggota tersebut mengajukan pengadilan,
pemberhentiannya dapat dilakukan setelah ada keputusan hukum yang tetap dari
pengadilan.
Salah satu kontrol politik yang ditegakkan oleh partai adalah memecat semua
anggota legislatif PDI Perjuangan yang terlibat korupsi. Hal ini diterapkan ketika
Damayanti Wisnu Putranti yang terjerat kasus korupsi Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan, digantikan oleh Dewi Aryani yang bertugas di Komisi VII. Sesuai
dengan komitmen fraksi PDI Perjuangan dalam memberantas korupsi dengan menindak
tegas apabila anggotanya terlibat kasus tersebut. Demikian yang pernah dinyatakan
bahwa fraksi akan memecat anggotanya yang terlibat di semua tingkatan pemerintahan.
“Kalau partai-ku langsung pecat dong di semua tingkatan pemerintahan, tanpa
ada toleransi”.6
6 Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning, 19 Mei 2017.
50
Pengaruh fraksi PDI Perjuangan dalam menempatkan posisi jabatan anggota
legislatif sangat penting. Salah satu faktor utama dalam menaikkan elektabilitas adalah
jaringan kekerabatan. Sumber menyebutkan adanya jaringan pertemanan membuat
dominasi fraksi atas anggota mempengaruhi basis rekrutmen. Sehingga proses
rekrutmen dan kaderisasi partai politik menjadi lemah dan berkembangnya klan-klan
politik.
Masih ada tendensi pertemanan, jadi sering sekali ada rasa “tidak enak” pada
teman. Seperti Fahri Hamzah, beliau sudah gak di PKS tapi karena ada rasa
“tidak enak” itu maka ya masih sungkan. Posisi Fahri Hamzah sendiri juga tidak
jelas, karena beliau mewakili siapa?.7
Walaupun demikian, fraksi PDI Perjuangan masih mengedepankan behavior-
based criteria karena satu emosi dan ide yang segaris lurus dengan ideologi. Hal ini
dikarenakan semua keputusan berada di tangan fraksi. Fraksi sendiri yang mengetahui
situasi dan kebutuhan baik dalam internal maupun di parlemen termasuk pemindahan
posisi jabatan anggota legislatif yang ada di komisi. Apabila terdapat perbedaan
pendapat antara anggota dengan fraksi, fraksi akan menyediakan forum khusus. Hal
tersebut merupakan salah satu bagian dari evaluasi dari fraksi dengan mengambil
tindakan protektif untuk mencegah adanya konflik.8 Akan tetapi pendapat tersebut
kembali pada dasar ideologi partai dan merupakan bukti bahwa pengaruh oligarki
sangat kuat. Seperti yang dinyatakan sebagai berikut:
7 Wawancara Pribadi dengan Tuti Roosdiono, 3 Juli 2017.
8 Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan., 42.
51
Seluruh keputusan yang diambil oleh fraksi itu saya ambil. Kalaupun harus berbeda
pendapat maka itu di luar fraksi. Yang menjadi sikap saya adalah sesuai dengan garis
partai toh. Ada hal-hal tertentu yang harus dipilih maka harus diserahkan kepada fraksi.
Keputusan fraksi merupakan keputusan partai. Jadi tidak bisa seenaknya memutuskan
pendapat, semua harus ditetapkan dari fraksi. Fraksi adalah kepanjangan dari partai
politik di legislatif, jadi jika ada perbedaan pendapat antar anggota maka ada forum
khusus. Walaupun tidak semua ditentukan dari fraksi, tetapi kita harus paham apa yang
menjadi garis dan landasan politik partai.9
Evaluasi dilakukan sebagai perbandingan antar anggota yang ditinjau dari segi
kehadiran, dan partisipasi rapat Apabila seorang anggota tidak memenuhi kapabilitas
kinerja dengan baik, seperti tidak menghadiri rapat, pasif ataupun tidak mengerjakan
tugas yang diberikan baik oleh partai ataupun fraksi, akan diberikan sanksi.
“Bukan hanya perempuan saja, laki-laki juga dievaluasi terkait dengan kehadiran
dan partisipasi. Ada juga sanksinya tergantung dengan masalahnya.”10
Evaluasi yang ada di fraksi dimulai dari rapat koordinasi fraksi, Rakernas (Rapat
Kerja Nasional) hingga rapat dari ketua umum. Menurut narasumber, evaluasi tersebut
terkait dengan hasil rapat pansus, rapat komisi hingga kebijakan dari fraksi sendiri.
Dalam rapat evaluasi tersebut akan diberikan rekomendasi mengenai teknis mekanisme
apa saja yang harus dilakukan, dan hasil tersebut disebarluaskan ke semua anggota
partai di setiap jajaran pemerintahan. Semua harus tertata dengan baik dan ada dalam
lingkup pengawasan. Rapat evaluasi ini dilakukan secara rutin selama setahun sekali.
Seperti yang dinyatakan sebagai berikut:
Ada, besok kita ada rakor (rapat koordinasi). Ada rakor fraksi dan juga rakernas, dan
ada juga rapat dari ketua umum terkait dengan hal-hal khusus seperti pansus dan di-
briefing langsung. Ngeri deh.. jadi setiap orang akan ditunjuk dan dibacakan secara
langsung apa saja yang seharusnya ia lakukan. Semuanya undercontrol, ada beberapa
mekanisme dan proses yang harus dijalankan dan diperbaiki. Proses yang masih
berjalan berdasarkan rekomendasi kongres, lalu rakernas yang dilakukan setiap tahun.
Rakernas mengeluarkan rekomendasi yang didelegasikan ke semua anggota eksekutif
9 Wawancara Pribadi dengan M.Y Esti Wijayanti pada tanggal 18 Juni 2017.
10 Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning, 19 Mei 2017.
52
dan legislatif yang ada di pusat maupun di daerah. Memang kontrol sampai ke DPRD
itu masih kita bangun, untuk tingkat DPR RI masih cukup berjalan walaupun posisi kita
sebagai pemerintahan itu yang jadi sulit, seolah-olah kita tidak mengkritisi tapi kita
sebenernya berupaya keras untuk mengupayakan pemerintahan ini agar tidak keluar dari
rel konstitusi. Ketua umum tetap berpesan agar tetap mawas diri, tidak meng-iyakan
semua tanpa adanya pengawasan dan pendampingan. Walaupun dalam berbagai rapat
kita sering sekali dikatakan sebagai partai oposisi karena kita menjaga prinsip-prinsip
utama yang berkaitan dengan rakyat.11
Hasil dari evaluasi tersebut turut berperan dalam penentuan anggota Panitia
Khusus (Pansus). Fraksi berbagai syarat-syarat utama yang mendasari terpilihnya
menjadi anggota pansus seperti keaktifan menghadiri rapat-rapat, dan berani
menyuarakan dan memperjuangkan pendapat. Fraksi PDI Perjuangan
merekomendasikan anggota dewan siapa saja yang layak untuk mengisi keanggotaan
tersebut. Sumber menyebutkan bahwa sebagai anggota dewan harus berani berjuang dan
mengabdi untuk rakyat karena masuk ke gelanggang senayan sudah ti\dak ada lagi
proses belajar atau sekadar ingin tahu prosesnya.
“Kalau ada yang bilang masuk DPR hanya untuk belajar itu saya tidak bisa
terima. Belajar itu ya di sekolah dan di rumah, disini lu harus fight, harus
berjuang untuk rakyat. Jangan jadi PNS yang artinya Penitip Nasib Sejati jadilah
Pejuang Nasib Sejati.”12
Menurut salah satu sumber menyebutkan, dari rekomendasi tersebut diserahkan
ke DPP untuk disahkan. Adapun penunjukan Ketua Pansus sendiri merupakan perintah
atau mandat langsung dari Ketua Umum PDI Perjuangan. Dalam hal ini disebut dengan
judgement-performance evaluation.13
11
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017. 12
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka 13 juli 2017 . 13
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan., 25.
53
“Partai menugaskan ke fraksi, nanti pimpinan fraksi berbicara dengan anggota
fraksi dan diputuskan untuk memberikan rekomendasi siapa saja. Kalau ketua
pansus merupakan mandat langsung dari ketua umum. Kalau anggotanya
diputuskan oleh DPP, disetujui atau tidak.”14
Menurut salah satu sumber menyebutkan bahwa anggota legislatif perempuan
selalu dicari agar masuk ke tim pansus. Hal ini demi mewujudkan bahwa perempuan
memiliki hak yang sama dan setara. Sumber lain menyatakan bahwa penempatan
anggota dalam pansus sudah didiskusikan oleh fraksi, baik dari kebutuhan lapangan
hingga sumberdaya yang dimiliki.
“Justru perempuan sering dicari mbak, kalau tidak ada perempuannya ya, dicari
sampai dapat”.15
“Iya, semua kami bicarakan melalui diskusi, apa kebutuhan di lapangan dan
sumberdaya apa yang kami miliki”.16
Dalam penempatan anggota legislatif tidak ada diskriminasi antara anggota
legislatif perempuan maupun anggota legislatif laki-laki. Fraksi PDI Perjuangan
mengutamakan kesetaraan dan tidak ada perbedaan jender. Menurut seorang sumber
menyebutkan PDI Perjuangan sendiri lebih memberikan ruang untuk perempuan. PDI
Perjuangan sendiri kesulitan mencari kader perempuan yang berkualitas. Banyak
perempuan yang takut masuk politik karena masih terbelenggu oleh kultur yang
menganggap bahwa perempuan identik dengan sumur, kasur, dapur. Akan tetapi, ketika
seorang perempuan sudah memilih untuk terjun ke politik harus memprioritaskan
rakyat.
Di PDI Perjuangan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena ketua
partainya juga perempuan. Alhamdulillah, permasalahan terkait gender sudah selesai.
Ketua umum selalu memberikan ruang seluas-luasnya, menurut saya perempuan justru
diberikan ruang yang cukup luas karena mencari kader perempuan itu susah sekali.
14
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 juli 2017. 15
Wawancara Pribadi dengan Agustina Wilujeng Pramestuti,13 Juni 2017. 16
Wawancara Pribadi dengan Irine Yusiana Roba Putri, 25 Agustus 2017.
54
Tidak semua orang bisa berhadapan dengan situasi dimana ada anggapan publik bahwa
perempuan itu mengurusi sumur, dapur dan kasur. Belum lagi anggapan masyarakat
mengenai wilayah politik adalah wilayah laki-laki. Jadi mencari orang yang bisa
membagi waktu antara keluarga dan siap bertarung politik itu susah. Tetapi ada
beberapa pilihan lagi, kalau sudah masuk ke dalam politik ya prioritas utama adalah
rakyat. Kemarin saya ditunjuk sebagai Ketua Pansus Pelindo, itu merupakan sebuah
tugas yang berat dan bagi saya itu merupakan penghargaan tinggi dari partai yang harus
saya jalankan sebaik-baiknya.17
Di lain pihak menyebutkan bahwa ditempatkannya perempuan dalam politik
sendiri merupakan suatu upaya besar demi mewujudkan modernisasi. Walaupun ketua
umum PDI Perjuangan sendiri dipimpin oleh perempuan, tidak berarti perempuan diberi
kebebasan atau dinomorsatukan. Semua memiliki proporsi sesuai dengan kapabilitas
anggotanya baik perempuan maupun laki-laki.
Saya tidak dapat berkomentar tentang fraksi lain. Di fraksi PDI Perjuangan, menurut
saya sudah ada upaya besar untuk menempatkan banyak anggota perempuan. Ini adalah
upaya modernisasi dari PDI Perjuangan, seiring perkembangan zaman. Ini juga
didorong oleh fakta bahwa ketua umum kami adalah perempuan. Bu Megawati yang
sangat peduli terhadap kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Jadi, sebagai
perempuan saya sangat nyaman bekerja di dalam lingkungan ini.
Salah satunya adalah Rieke Diah Pitaloka yang ditunjuk sebagai Ketua Pansus
Pelindo II. Kemudian Diah Pitaloka dan M.Y Esti Wijayanti yang juga masuk sebagai
anggota Pansus RUU Pemilu. Irine Yusiana Roba Putri yang masuk dalam Pansus RUU
Terorisme. Risa Mariska juga masuk di dua pansus yang berbeda yakni Pansus RUU
Terorisme dan Hak Angket KPK. Sebelumnya Risa Mariska menjabat sebagai Wakil
Ketua Pansus KPK, akan tetapi ia dikabarkan keluar dari pansus tersebut.
Banyaknya kasus korupsi yang menjerat kader partai politik menjadi bukti
bahwa komitmen partai politik dalam memberantars korupsi masih lemah. Demi
17
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017
55
menaikkan citra partai, fraksi PDI Perjuangan sendiri telah berkomitmen akan bertindak
tegas dengan memecat kadernya apabila terlibat korupsi di semua tingkatan
pemerintahan. Sumber lain menyatakan fraksi akan memberikan bantuan hukum bagi
kadernya yang terjerat kasus tersebut.
“Langsung dipecat di semua tingkatan pemerintahan.”18
“Dipecat mbak, biasanya dikasih bantuan hukum dari partai. Kalau mbak tau ada
salah satu kader kami yang tersangkut korupsi”.19
B. Penempatan Legislatif Perempuan Pada Komisi DPR RI 2014-2017.
Masuknya perempuan dalam ranah politik dengan harapan mengimbangi
dominasi pria yang selama ini menjadi tuan rumah parlemen. Penempatan anggota
legislatif perempuan di dalam komisi juga penting dilakukan agar perempuan dapat
berkiprah sesuai dengan potensi yang dimiliki. Fraksi berperan dalam melaksanakan
perintah dari partai perihal penempatan anggota hingga pengambilan keputusan di
parlemen.
Pemilu Legislatif 2014 telah menghasilkan jumlah anggota legislatif perempuan
PDI Perjuangan terpilih sebanyak 21 orang. Jumlah tersebut mulai berubah-ubah
karena ada berbagai alasan yang melandasi PAW (Pergantian Antar Waktu). Berikut ini
Anggota-Anggota Legislatif Perempuan PDI Perjuangan 2014-2019 beserta posisi
jabatan di Komisi terkait:
18
Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning, 19 Mei 2017. 19
Wawancara Pribadi dengan Tuti Roosdiono, 23 Juli 2017.
56
Tabel IV.B.1. Data Diri Anggota Legislatif Perempuan PDI Perjuangan Tahun 2014-
2017.
No. Nama
Anggota
Umur Pendidikan Pengalaman Komisi Pencapaian Kinerja
1. Tuti
Roosdiono
62
tahun
Strata 1 Business
Administration,
Washington
Business School.
Komisi
1
PAW dari Tjahjo
Kumolo. Belum
pernah ditempatkan
di pansus sejak
Januari 2016.
2. Evita
Nursanty
57
tahun
Strata II:
komunikasi,
UGM.
Direktur event
Pro, Australia
Pty, Ltd. 2002-
2009
Rose Bank
Asset. 2002.
Komisi
I
RUU Penetapan Zona
Ekonomi Ekslusif
dengan Filipina.
UU Informasi dan
Transaksi Elektronik
(ITE)
Evaluasi Kinerja
Kementerian
Komunikasi dan
Informatika perihal
kerjasama dengan
pihak swasta, Palapa
Ring.
3. Diah Pitaloka 39
tahun
Strata I Jurnalistik
Universitas
Padjajaran.
Ketua Rep.Dem
PDI Perjuangan
Komisi
III
RUU Pilkada
Peraturan KPU
Pilkada Serentak.
Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP)
Desain Besar
Penataan Daerah.
RUU Pertanahan
RUU Pilkada 2014
Anggapan
Kementerian Dalam
Negeri, KPU dan
Ombudsman RI.
4. Dwi Ria 40 Strata I hukum Anggota tim
Pembela
Komisi RUU Pengampunan
57
Latifa tahun Univ. Pancasila
Strata II Program
Ketahanan
Nasional.
Demokrasi
Indonesia
Anggota PBHI
Pendiri dan
Dewan Serikat
Pengacara
Indonesia
III Nasional
Perppu KPK
RUU Pilkada (2014)
UU MD3 (2014)
5. Risa Mariska 37
tahun
Strata I Hukum
Univ.Trisakti
Relawan
Rep.Dem.
Arteria Lawyers
Komisi
III
RUU Anti Terorisme
RUU KPK 2015
Evaluasi Kinerja
Kejaksaan Agung
Evaluasi Kinerja
Komisi Kejaksaan
Republik Indonesia
(KKRI)
Anggaran Komisi
Nasional Hak Asasi
Manusia dan Komisi
Nasional Perempuan
Pemeriksaan Novel
Baswedan
Naturalisasi Atlet
Anggaran Badan
Nasional
Penanggulangaan
Terorisme.
6. Agustina
Wilujeng
Pramestuti
46
tahun
Strata I Sastra
Inggris Univ.
Diponegoro
GMNI (Gerakan
Mahasiswa
Nasional
Indonesia)
DPC PDI
Perjuangan
Semarang
Komisi
IV
RUU Perlindungan,
Pemberdayaan
Nelayan,
Pembudidayaan Ikan
Serta Petambak
Garam.
Evaluasi Kinerja
Kementerian
Pertanian.
7. Sadarestuwati 47
tahun
Strata I Pertanian
Strata II Sastra
Agribisnis
Ketua HKTI
(Himpunan
Kerukunan Tani
Indonesia)
DPD PDI
Komisi
V
RUU Pengampunan
Nasional
RUU Arsitek
Rencana Kerja dan
58
Perjuangan
DPP PDI
Perjuangan
divisi pertanian
Anggaran
Kementerian Desa,
Pembangunan
Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi
RAPBN 2016
Anggaran
Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
2016.
8. Rieke Diah
Pitaloka
43
tahun
Strata I : Sastra
Belanda UI dan
Filsafat STIF
Dwiyakara
Strata II : Filsafat
UI.
Anggota DPP
PKB .
Duta ILO.
Pendiri Yayasan
Pitaloka.
Cawagub
Pilkada
Gubernur Jawa
Barat.
Komisi
VI
RUU Pansus Pelindo
II
Usulan Perubahan
UU MD3 (UU
Nomor 17 Tahun
2014 tentang MPR,
DPR, DPD dan
DPRD).
UU APBNP-2015.
Tanggapan:
Usulan Perubahan
UU MD3 (UU
No.17Tahun 2014
tentang MPR, DPR,
DPD dan DPRD)
UU APBN-P 2015
Tanggapan:
Pengesahan Program
Legislasi Nasional
(Prolegnas) 2017)
Anggaran
Kementerian
Perdagangan.
Anggaran
Kementerian
59
Perindustrian.
Anggaran Komisi
Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU).
Perubahan Program
Legislasi Nasional
(Prolegnas) 2016.
Penyidikan Kasus
Pelindo II
Evaluasi Sumber
Daya Manusia
Bidang Kesehatan.
Harga Bahan Bakar
Minyak.
Persetujuan
Prolegnas 2015-2019
Rapat Dengar
Pendapat dengan
BPJS
Ketenagakerjaan
9. Itet Tridjajati
Sumarijanto
71
tahun
Expert Medical
Record (Ahli
Dokumen Medis)
Medical Record
Administration
Australia (MRA)
Sydney, Australia.
Anggota GMNI
(Gerakan
Mahasiswa
Nasional
Indonesia)
PPI (Persatuan
Pelajar
Indonesia) di
Australia.
Komisi
VII
RUU Penghapusan
Kejahatan Seksual
RUU Penyandang
Disabilitas
UU MD3
Tanggapan:
Anggaran
Kementerian Agama
Anggaran
Kementerian Sosial
Anggaran
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Anggaran Badan
60
Nasional
Penanggulangan
Bencana
Komitmen
Pemerintah Daerah
Terhadap
Perlindungan Anak
Kasus Engeline
Program Keluarga
Harapan
Rencana Strategis
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
2015-2016.
10. Dewi Aryani 44
tahun
Strata I FISIP
Univ, Airlangga
Strata II FISIP UI.
Fellowship MIT
Sloan
Management,
Cambridge,
Amerika Serikat
(2011-2012)
Strata III Doktor
Administrasi
Kebijakan Publik
dan Bisnis, UI
.
1995-1997:
Public Relation
Manager di
Radisson Plaza
Suite Hotel,
Surabaya.
2002-2009:
General
Manager PT
Wiraswasta
Gemilang
Indonesia.
Komisi
VII
PAW dari Damayanti
Wisnu Putranti
terhitung dari Juli
2016.
11.
Vanda
Sarundjajang
33
tahun
Strata I Sastra
Inggris Univ.
Kristen Indonesia
(2002)
Wabendhum
Kerukunan
Keluarga
Kawanua.
Kerapatan
Gereja Masehi
Injil Minahasa
(KGPM).
Pemuda Panca
Marga.
DPP Taruna
Komisi
VII
Tanggapan: Evaluasi
Kinerja Badan
Pengusahaan
Kawasan
PerdaganganBebas
Sabang (BPKS
Sabang).
61
Merah Putih
Ketua DPC PDI
Perjuangan
12. Mercy Christy
Barends
45
tahun
Strata I Teknik
Mesin Kapal.
Lembaga
Partisipasi
Pemberdayaan
Masyarakat
Maluku.
Komisi
VII
RUU Kekerasan
13. Alfia Reziani 46
tahun
Strata I UI - Komisi
VIII
PAW dari Puan
Maharani. Belum ada
sikap politik
terhitung 17 Maret
2016.
14. Elva Hartati 56
tahun
Strata I Ilmu
Pemerintahan
Univ. Bengkulu
Strata II STIE
Ganesha
PPNI (Persatuan
Perawat
Nasional
Indonesia)
PPM (Pemuda
Panca Marga)
Komisi IX DPR
RI FPDI
Perjuangan
Ketua DPD PDI
Perjuangan
Bengkulu
Komisi
IX
RUU Perlindungan
Tenaga Kerja
Indonesia
RUU Pilkada (2014)
UU MD3 (2014)
Paripurna Voting
Paket Pimpinan DPR
2014-2019
Tanggapan:
Rencana Strategis
Badan Pengawas
Obat dan Makanan
2015
15. Eva Kusuma
Sundari
52
tahun
Strata I Ilmu
Ekonomi Univ.
Airlangga
Strata II Politics of
Alternative
Development
Strategy, Institute
of Social Studies,
Den Haag,
Belanda.
Strata II
Economics and
Asia Foundation
Steering
Committee
Forum Indonesia
untuk
Transparansi
Anggaran
(SEKNAS
FITRA)
Komisi
IX
PAW dari Pramono
Anung terhitung 11
Januari 2016.
RUU Pengampunan
Pajak (Tax Amnesty)
Menyikapi
Pernyataan Front
Pembela Islam
Seputar Kasus
Dugaan Penistaan
Agama Oleh
Gubernur DKI
62
Development
Economics, Univ.
of Nottingham,
Inggris.
Jakarta
Pinjaman dari China
Development Bank.
16. Ribka
Tjiptaning
58
tahun
Strata I,
Kedokteran, Univ.
Kristen Indonesia.
Sekretaris
Jenderal Pemuda
Demokrat
Pendiri Rumah
Sakit tanpa
kelas, Cirebon.
Wakil Ketua
Dewan
Pimpinan
Daerah (DPD)
PDI Perjuangan
Provinsi Banten.
Komisi
IX
RUU Tembakau
Tanggapan:
Ledakan di Rumah
Sakit AL Mintoharjo
Gelombang
Pemutusan
Hubungan Kerja pada
Buruh
Rencana Kerja
Pemerintah 2016
Evaluasi Badan
Jaminan Sosial
Kesehatan
17. Indah Kurnia 55
tahun
Strata I Ekonomi
STIE Artha Bodhi
Iswara
Strata II Ekonomi
STIE Artha Bodhi
Iswara
Manajer Klub
Bola Persebaya
Pimpinan BCA
Tunjungan
Surabaya
Direktur Grup
Maspion.
Komisi
IX
RUU Pengampunan
Pajak (Tax Amnesty)
RUU Pencegahan
dan Penanganan
Krisis Sistem
Keuangan
Tanggapan:
Penggunaan Barang
Milik Negara sebagai
Underlying Asset
untuk Penerbitan
Surat Berharga
Syariah Negara
Himbauan kepada
Sesama Anggota
DPR untuk Mawas
Diri
Fit and Proper Test
Calon Deputi BI
Kinerja Direktorat
Jenderal Bea dan
Cukai.
63
18. S.B Wiryanti
Sukamdani
53
tahun
Strata 1 Ekonomi
UI
Sertifikasi
Perhotelan Cornell
University
Hotel Fachhoch
Schule Jerman.
Pemilik Sahid
Jaya Hotel
Ketua Bidang
Pemberdayaan
Perempuan dan
Anak DPP PDI
Perjuangan
Wakil Ketua
Kamar Dagang
dan Industri
Indonesia
Komisi
X
Tanggapan:
Kompetensi Dokter-
Kebijakan Program
Dokter Layanan
Primer
Anggaran
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan
Evaluasi Kinerja
Kementerian
Pariwisata
Rencana Kerja dan
Anggaran
Kementerian Pemuda
dan Olahraga-
RAPBN 2016
Kasus Penahanan
ijazah Dokter Umum
dan Dokter Muda
Rencana Strategis
Kementerian
Pariwisata 2015-2019
Rencana Strategis
Kemenristek 2015-
2019
Kondisi Industri
Musik Indonesia
Evaluasi BUMN
Pariwisata
Rapat Kerja Komisi
10 dengan
Mendikbud.
19. M.Y Esti
Wijayati
49
tahun
Strata I
Univ.Sanata
Dharma
Anggota FPDI
Perjuangan
DPRD Sleman
(1999-2004)
Anggota FDI
Perjuangan
DPRD DIY
(2004-2009 dan
Komisi
X
RUU Kewirausahaan
Nasional.
RUU Penjamin.
RUU Pengampunan
Pajak.
RUU Pengampunan
64
2009-2014)
Plt Ketua DPC
PDI Perjuangan
Gunungkidul
Wakil Ketua
Bidang Politik
DPD PDI
Perjuangan DIY.
Nasional.
Tanggapan:
Kebijakan
Moratoriu\m Ujian
Nasional.
Anggaran
20. Irine Yustiana
Roba Putri
33
tahun
Strata I
Komunikasi Univ.
Atma Jaya
Yogyakarta.
Strata II Faculty of
Arts, Master of
Communication
Monash
University,
Melbourne.
Anggota Bidang
Olahraga DPP
PDI Perjuangan.
Komisi
X
RUU KPK 2015
RUU Pilkada 2014
UU MD3 2014
Tanggapan:
Situasi Pengungsi
Rohingya di Aceh
Rencana Strategis
Kementerian
Komunikasi dan
Informatika.
Indonesia Harus
Terdepan dalam
Penyelesaian
Rohingya.
Anggota DPR Harus
Berani Speak Up.
Lembaga Sensor
Indonesia.
TVRI-RRI.
21. Puti Guntur
Soekarnoputri
45
tahun
Strata I
Administrasi
Negara UI
Wakil Ketua
Yayasan
Fatmawati.
Ketua Yayasan
Wildan.
Anggota FPDI
Perjuangan
Komisi X (2009-
sekarang)
Komisi
X
------------------------
65
Anggota PDI
Perjuangan
Ketua Panitia
Pelaksana
Mengenang 85
tahun Ibu
Fatmawati.
Juru Bicara
Kampanye
Pilpres 2009 tim
Megawati-
Prabowo
wilayah Jawa
Barat dan
Bengkulu.
Sumber : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia20
Penempatan anggota dewan oleh fraksi ditentukan oleh keselarasan antara latar
belakang dan pengalaman anggota tersebut yang meliputi riwayat pendidikan dan
pengalaman organisasi. Hal ini berkaitan dengan salah satu kualifikasi penting dalam
kinerja, salah satunya adalah relevansi. Relevansi adalah kesesuaian antara kriteria
dengan tujuan-tujuan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apabila ditinjau dari segi relevansi dari kesesuaian antara latar belakang
pendidikan dengan kesesuaian komisi. Beberapa anggota legislatif yang sesuai
penempatan adalah Mercy Christy Barends memiliki latar belakang sarjana teknik
mesin yang ditempatkan di Komisi VII terkait dengan energi, sumber daya manusia,
riset dan teknologi. Kemudian Ribka Tjiptaning yang berlatar belakang dokter
ditempatkan di Komisi IX terkait dengan kesehatan. Ribka sendiri ditempatkan di
komisi tersebut selama tiga periode berturut-turut yakni periode 2004-2009, periode
2009-2014, dan tahun 2014-2017. S.B. Wiryanti Sukamdani, pemilik Sahid Jaya Hotel
20
“Anggota Legislatif DPR RI”. Artikel diakses pada tanggal 12 September 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Republik_Indonesia_periode_2014%E2%80%9
32019
66
memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan perhotelan. Ia ditempatkan di Komisi
X yang mengurus di bidang pendidikan, pariwisata. Ia memiliki konpetensi yang
mumpuni dalam mengembangkan pariwisata Indonesia. Maria Yohanes Esti Wijayati
memiliki latar belakang sebagai guru yang ditempatkan di Komisi X dan berada satu
komisi dengan S.B Wiryanti Sukamdani.
Di sisi lain, penempatan anggota legislatif ke komisi masih belum mencapai
reliabilitas. Reliabilitas adalah kualifikasi yang menunjukkan kriteria-kriteria yang
digunakan dalam penilaian dapat menghasilkan hasil yang konsisten.21
Fraksi sebagai
penilai tidak menerapkan secara penuh sesuai dengan kriteria yang diajukan. Salah
satunya adalah Diah Pitaloka yang memiliki latar belakang jurnalistik ditempatkan di
Komisi III, seharusnya ia ditempatkan di komisi V yang mengurus di bidang
telekomunikasi. Kemudian Agustina Wilujeng Pramestuti merupakan lulusan sastra
inggris seharusnya ditempatkan di komisi IX yang berhubungan dengan pendidikan.
Sadarestuwati yang dikenal memilki latar belakang pendidikan pertanian dan aktivis
pertanian ditempatkan di Komisi VII yang berhubungan dengan sumber daya alam.
Sebaiknya Fraksi PDI Perjuangan menempatkannya di komisi IV yang berkaitan dengan
pertanian. Rieke Diah Pitaloka dikenal sebagai aktivis buruh ditempatkan di komisi VI
yang mengurus di bidang perdagangan dan perindustrian. Sebelumnya Rieke Diah
Pitaloka ditempatkan di Komisi IX yang berurusan dengan buruh dan ketenagakerjaan
yang sangat sesuai dengan kompetensinya. Kemudian Itet Tridjajati Sumarijanto yang
merupakan lulusan ahli medis ditempatkan di Komisi VII. Sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, ia seharusnya ditempatkan di Komisi IX yang mengurus di bidang
kesehatan. Dewi Aryani yang memiliki latar belakang sosial ditempatkan di Komisi VII,
21
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan, 23.
67
seharusnya ia ditempatkan di Komisi VIII yang berurusan dengan sosial dan
perempuan. Vanda Sarundajang yang merupakan lulusan sastra inggris juga
ditempatkan satu komisi bersama Dewi Aryani dan Itet Tridjajati Sumarijanto.
Seharusnya ia ditempatkan di Komisi X yang mengurus di bidang pendidikan.
Pengalaman dan latar belakang yang dimiliki oleh anggota legislatif perempuan
sangat menentukan kapabilitas seseorang dalam bekerja. Seseorang yang ahli dalam
bidangnya tentunya akan berani mengemukakan dan memperjuangkan gagasannya
berbeda dengan anggota legislatif perempuan lainnya yang hanya bermodal uang saja.
Menurut salah satu sumber bahwa perempuan memiliki kapabilitas yang baik dan ahli
dalam bidangnya.
“Saya melihat perempuan ahli dalam bidangnya bukan dalam politiknya.
Walaupun jumlah perempuan sedikit dan komunikasi mereka melalui komisi ke
masyarakat sangat tekun dan setia pada tugasnya.” 22
Fraksi yang merupakan kepanjangan tangan dari partai tentu melaksanakan
perintah dari partai. Dalam teori hukum besi oligarki, dimana mayoritas manusia harus
mematuhi dominasi, dalam hal ini dominasi yang menguasai semua baik dari
penempatan dan pembuat keputusan adalah partai.23
Menurut seorang sumber, seorang
anggota legislatif yang disahkan oleh fraksi harus mengikuti mandat-mandat dari partai.
Kalau di PDI Perjuangan ada sistem yang cukup baik, ketika orang masuk (PDI
Perjuangan), partai sudah memiliki database. Kita juga ditanya mau masuk di bagian
apa dan latarbelakangnya apa, misalnya pengusaha tambang tidak mungkin ditempatkan
di Komisi 7. Hal ini digunakan untuk menghindari adanya conflict of interest. Adapun
perpindahan komisi seperti saya yang awalnya di Komisi IX kemudian ditempatkan di
Komisi VI karena adanya perintah partai. Namun publik harus menyadari bahwa
anggota dewan bukan otonom bahwa anggota legislatif maupun eksekutif diusung oleh
partai. Jika sistem politik dapat terlaksana dengan baik, maka tidak ada orang yang
independen. Partai memang harus dibenahi, bukan berarti deparpolisasi, karena di
22
Wawancara Pribadi dengan Agustina Wilujeng Prameswari, 13. Juni 2017. 23
S.P Varma. Teori Politik Modern. 205.
68
berbagai negara pun termasuk Amerika Serikat tetap memakai partai politik. Jadi orang
harus menjalankan program yang diusung oleh partai baik di eksekutif maupun
legislatif, kita disebut petugas partai karena ada keterikatan tidak hanya emosi saja tapi
juga ideologi yang harus diimplementasikan. Keputusan partai adalah Kongres,
Rakernas dan juga ada Rapat DPP. Kemudian dari rapat-rapat tersebut didelegasikan
oleh eksekutif dan legislatif untuk hal-hal apa saja yang harus dikerjakan.24
Partai politik menjalankan fungsinya sebagai rekrutmen politik guna menyaring
kader-kader terbaik yang mengisi peranan penting di parlemen.25
PDI Perjuangan
menjalankan proses rekrutmen pada masa pencalegan. Semua kader diharuskan
mengikuti tes penempatan komisi seperti tes psikotes dan tes kompetensi (fit and proper
test).26
Menurut salah satu narasumber bahwa psikotes dan tes kompetensi ditujukan
untuk menghindari adanya conflict of interest dan ditempatkan sesuai dengan hasil tes
tersebut.
Secara keseluruhan dari 21 orang anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan
yang berhasil diwawancarai ada 8 orang yakni Diah Pitaloka, Rieke Diah Pitaloka,
Agustina Wilujeng Pramestuti, Elva Hartati, Tuti Roosdiono, M.Y Esti Wijayati, dan
Irine Yusiana Roba Putri. Berikut merupakan analisis dari people based criteria, dimana
seleksi berdasarkan pengalaman pribadi dari anggota tersebut27
yaitu:
Diah Pitaloka mengawali kariernya sebagai staf fraksi yang berfungsi untuk
membantu fraksi baik dalam analisis budget, dan drafting Perda (Peraturan Daerah).
Menurutnya pengalaman tersebut merupakan bekal penting untuk masuk ke parlemen.
Dalam pengalaman organisasi, Diah Pitaloka pernah menjadi Ketua Relawan
Perjuangan Demokrasi (RepDem). Kemudian ia juga aktif di PEKKA (Pemberdayaan
` 24
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka pada tanggal 13 Juli 2017. 25
Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik. (.Jakarta: Ikapi, 2010) , 15 26
Wawancara Pribadi dengan Ibu Agustina Wilujeng pada tanggal 13 juni 2017 27
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan, 38.
69
Perempuan Kepala Keluarga) dan pernah menjadi pembicara di beberapa seminar atau
workshop di luar negeri, salah satunya yaitu Politics Training Course Centre for
Democratic di Australia National University. Sebelumnya Diah Pitaloka ditempatkan di
Komisi II yang membidangi Dalam Negeri, Sekretariat Negara, dan Pemilu. Akan
tetapi, ia dipindahkan ke Komisi III yang membidangi hukum. Ia juga berada satu
komisi dengan Hetifah Sjaifudian. Diah Pitaloka juga pernah ditunjuk sebagai anggota
Pansus RUU Pemilu. Hasil dari Pansus tersebut mengumumkan bahwa Undang-Undang
Pemilu yang mengesahkan Presidential Threshold sebesar 20-25%.
“Awalnya saya ditempatkan di Komisi II yang mayoritas laki-laki, sekarang
saya ditempatkan di Komisi III, satu komisi dengan ibu Hetifah”.28
Kemudian Rieke Diah Pitaloka yang dulu dikenal sebagai aktris memiliki
kapabilitas yang baik hingga dia ditunjuk sebagai Ketua Pansus Pelindo II. Rieke Diah
Pitaloka sendiri terkenal sebagai aktris dan memiliki popularitas yang tinggi sehingga
masyarakat tidak sulit untuk mengenalnya.
“Kemarin saya ditunjuk sebagai Ketua Pansus Pelindo, itu merupakan sebuah
tugas yang berat dan bagi saya itu merupakan penghargaan tinggi dari partai
yang harus saya jalankan sebaik-baiknya”.29
Pada tahun 1995, ia sudah aktif sebagai aktivis di Reformasi. Kemudian tiga
tahun berikutnya, pada tahun 1998 Rieke ikut dan aktif di Gerakan Mahasiswa. Di
organisasi sosial sendiri dia lebih dulu aktif sebagai aktivis buruh migran yang
mengantarnya sebagai Duta Buruh Migran ILO. Ia juga mendirikan Yayasan Pitaloka
yang bergerak di bidang sastra dan sosial kemasyarakatan. Karier politiknya sendiri
diawali ketika ia dilantik menjadi Sekjen DPP PKB (Partai Kebangkitan Bersama). Pada
28
Wawancara Pribadi dengan Diah Pitaloka, 3 Mei 2017. 29
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017.
70
tahun 2008 ia memutuskan untuk pindah ke PDI Perjuangan dan maju menjadi calon
anggota legislatif di Dapil Jabar II, Kabupaten Bandung Barat dan terpilih sebagai
anggota DPR RI Periode 2009-2014. Pada tahun 2012 ia mencalonkan diri bersama
dengan Teten Masduki untuk maju sebagai Calon Gubernur Jawa Barat. Akan tetapi ia
gagal dan tetap meneruskan sebagai anggota legislatif hingga terpilih kembali pada
tahun 2014. Rieke semula ditempatkan pada Komisi IX dan dipindahtugaskan ke
Komisi VI.
Pasti, dulu saya memulai sebagai aktivis mahasiswa dari Reformasi dan kuliah di UI
tahun 1995. Kemudian saya ikut Gerakan Mahasiswa tahun 1998 setelah itu saya masuk
PKB sebagai sekjen di DPP. Tahun 2008 karena ada persoalan saya pindah ke PDI
Perjuangan dan maju menjadi calon anggota legislatif di Dapil Jabar II, Kabupaten
Bandung Barat. Sebelumnya saya juga aktif di buruh migran, disana saya menjadi duta
buruh migran ILO. Saya melihat ada persoalan sistem yang harus diperbaiki dan harus
melalui keputusan politik. Nah keputusan politik itu ada dua melalui legislasi dan
eksekutif. Ketika masuk ke DPR saya sudah merencanakan apa saja yang akan saya
lakukan terkait dengan fungsi utama di DPR seperti legislasi, budgeting, dan
pengawasan.30
Menurut beberapa sumber, Rieke merupakan panutan yang harus dicontoh
karena berani berargumentasi dan memperjuangkan gagasannya. Akan tetapi cara
penyampaian pendapat dan argumentasi harus sesuai dengan etika karena perilaku
anggota legislatif sering tersorot oleh media dan masyarakat.
“Ada juga artis yang berkualitas contohnya seperti Rieke Diah Pitaloka.
Walaupun dia artis tapi dia mempunyai pengalaman yang mumpuni.”31
“Harus berani dan fight, seperti mbak Rieke. Terkadang ada beberapa
perempuan yang tidak berani dalam beragumentasi karena ada beberapa anggota
laki-laki tidak beretika sedemikian rupa. Seharusnya kita sebagai wakil rakyat
harus berargumentasi sesuai dengan etika.”32
30
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017 31
Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning , 19 Mei 2017. 32
Wawancara Pribadi dengan Tuti Roosdiono, 8 Juni 2017.
71
Ribka Tjiptaning merupakan dokter sekaligus politisi senior perempuan PDI
Perjuangan. Soetardjo Soerjogoeritno yang juga salah satu politisi senior menjulukinya
“Banteng Perempuan”. Kiprah Ribka Tjiptaning dalam politik sendiri sudah tidak
diragukan lagi. Ribka Tjiptaning aktif pada Gerakan Pemuda Marhaenis yang dipimpin
Rachmawati Soekarnoputri. Dalam karir politik sendiri, Ribka terpilih menjadi Wakil
Ketua DPC PDI Kodya Tangerang. Berlatar belakang sebagai dokter, Ribka sangat
gencar memperjuangkan program kesehatan dan mengkritisi modal asing termasuk
rumah sakit. Oleh karena itu, ia mendirikan Rumah Sakit Tanpa Kelas di Sukabumi,
Cirebon dan Banten. Sesuai dengan latar belakangnya, ia ditempatkan di Komisi IX
yang mengurus di bidang kesehatan, ketenagakerjaan, transmigrasi, dan kependudukan.
Kiprah Ribka di legislatif sendiri merupakan periode ketiga dan ditempatkan di komisi
yang sama, pada periode 2009-2014 ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi IX. Ia
mengatakan pentingnya pengalaman dan latar belakang yang dimiliki membantunya
bertugas sebagai anggota legislatif. Ia sendiri memiliki mimpi agar masyarakat dapat
berobat dengan mudah dan mendapat fasilitas dari negara.
Betul sekali, karena saya dokter dan ditempatkan di Komisi IX membidangi kesehatan
dan ketenagakerjaan. Saya memiliki mimpi bagaimana politik dan kesehatan bisa
menjadi lebih baik. Jika dulu kita melihat kesehatan berorientasi pada sosial tetapi
sekarang karena pengaruh kapitalisasi dan globalisasi menjadi komersial. Fasilitas yang
diberikan terkadang tidak sesuai, seperti di Rumah sakit terdapat kamar Kelas III karena
habis maka dialihkan jadi Kelas I. Nah ini kan gak bener, Padahal harga per kamar bisa
berbeda jauh. Saya juga turut andil dalam mendirikan BPJS dimana rakyat dapat
mendapat jaminan kesehatan ssecara nasional. Dulu ibu Megawati sudah melahirkan
sistemnya sekarang tinggal penerapannya saja.33
Ribka yang sebelumnya ditunjuk sebagai Ketua Pansus RUU Pertembakauan
akhirnya diturunkan menjadi anggota. Akan tetapi pada tahun 2012, Pembahasan RUU
Tembakau ini sudah dibahas perihal kontroversi hilangnya ayat (2) di Pasal 113 yaitu
33
Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning, 19 Mei 2017.
72
zat adiktif di Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Ia diberikan sanksi
yakni tidak boleh memimpin rapat pansus tersebut hingga akhir masa jabatan di tahun
2014.34
Selanjutnya Agustina Wilujeng Pramestuti yang ditempatkan di Komisi IV yang
mengurus bidang Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan dan Pangan.
Sebelum menjadi anggota legislatif di DPR, Agustina merupakan pengajar di salah satu
lembaga kursus Bahasa Inggris dan computer. Ia aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI) dan bergabung di Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan
Semarang, ia juga sempat menjabat Wakil Ketua DPC Semarang periode 2005-2010.
Karir politiknya sendiri diawali ketika ia terpilih menjadi Anggota DPRD Kota
Semarang dan di 2004 untuk DPRD Provinsi Jawa Tengah. Mengenai posisinya di
DPR, ia mengatakan bahwa pentingnya pengalaman yang mumpuni membantunya
bekerja sebagai anggota dewan. Menurutnya DPR merupakan pekerjaan yang sangat
rumit sehingga membutuhkan kematangan baik dalam berpikir dan pengambilan
keputusan bagi individu-individunya.
Iya tentu, sebelumnya saya adalah pengajar di sebuah lembaga Kursus komputer dan
bahasa Inggris. DPR merupakan suatu bidang pekerjaan yang sangat complicated. Dia
membutuhkan karakter yang sudah jadi agar dapat bekerja secara maksimal. Jadi anak
muda yang ingin masuk DPR tentu harus belajar. Kemudian kematangan juga
diperlukan baik dari segi berpikir, pengambilan keputusan dan sebagainya.35
Agustina juga ditunjukkan sebagai anggota Pansus RUU Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, serta Petambak Garam. RUU tersebut
34
“Ribka Tjiptaning Kena Sanksi soal Ayat Tembakau”. Artikel diakses pada tanggal 19 Januari
2017.http://www.google.co.id/amp/s/app.kompas.com/amp/nasional/read/2012/04/17/15082417/
Ribka.Tjiptaning.Kena.Sanksi.soal.Ayat.Tembakau. 35
Wawancara Pribadi dengan Agustina Wilujeng, 13 juni 2017.
73
sudah disahkan pada 3 Maret 2016. Isi dari RUU tersebut adalah penambahan pasal 77
yang berisi
“Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang ini.”36
Kemudian Elva Hartati yang ditempatkan di Komisi IX bersama dengan Ribka
Tjiptaning. Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga
(BURT). Elva Hartati yang berlatar belakang PNS (Pegawai Negeri Sipil) aktif di
beberapa organisasi sosial yaitu PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dan
PPM (Pemuda Panca Negara). Karir politiknya diawali ketika ia menjadi Ketua DPD
PDI Perjuangan Bengkulu periode 2011-2016. Elva juga ditunjuk sebagai anggota dalam
RUU Perlindungan Tenaga Kerja pada tahun 2015. Ia mengatakan bahwa kehadiran
negara tidak ada dalam perlindungan TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Penempatan tidak
kalah penting dengan perlindungan dan standar upah perlu tertuang dalam MoU
(Memorandum Of Understanding) dengan negara tujuan.37
Pada tahun 2014, Ia juga
masuk dalam Pansus RUU Pilkada. Ia menolak UU Pilkada tersebut dikarenakan
terdapat salah satu pasal yang menyatakan bahwa Kepala Daerah dipilih oleh DPRD. Ia
juga lebih mendukung pemilihan langsung karena dianggap demokratis dan
menyertakan rakyat untuk terlibat dalam keputusan politik.
36
“UU Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan Disahkan Berikan Bantuan Payung Hukum
Bagi Nelayan Pembudidaya.” Artikel diakses pada tanggal 28 Agustus
2017http://redaksiindonesia.com/read/uu-perlindungan-dan-pemberdayaan-nelayan-disahkan-berikan-
bantuan-payung-hukum-bagi-nelayan-pembudidaya. 37
“ Anggota DPR”. Artikel diakses pada tanggal 11 Agustus 2017 di
http://wikidpr.org/anggota/5403631742b53eac2f8e712.
74
Ia sendiri tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, karena
penempatan komisi sudah didasarkan kesesuaian antara pengalaman dan latar belakang.
“Penempatan keanggotaan sudah didasarkan pengalaman kerja dan latar
belakang pendidikan, mbak.”38
Tuti Roosdiono merupakan aktivis anti tembakau dan penggiat kebudayaan. Ia
merupakan PAW (Pergantian Antar Waktu) dari Tjahjo Kumolo yang sudah ditunjuk
menjadi Menteri Dalam Negeri. Sebelumnya ia adalah mantan professional di
perusahaan perminyakan Elnusa dan Caltex. Ia mengatakan bahwa tidak hanya
pengalaman dan latar belakang saja yang harus dimiliki oleh anggota legislatif, tetapi
juga karakter yang baik.
Ya betul sekali, tetapi personality itu juga penting. Kita juga harus supel, pandai
bergaul dan ramah. Basic saya yang peduli dengan kebudayaan karena saya
berasal dari keluarga jawa tulen. Jadi saya sudah kenal sekali dengan gamelan,
tembang Jawa dan wayang. Saya juga menjadi ketua di Komunitas Seni Mitra
Barata yang berfokus pada kebudayaan Jawa.39
Terkait dengan statusnya sebagai PAW, ia mengatakan bahwa penempatannya di
komisi merupakan perintah dari partai. Ia tidak keberatan ditempatkan di komisi
manapun. Terhitung sejak Januari 2016, ia ditempatkan di komisi I yang mengurus
bidang pertahanan luar negeri, intelijen, komunikasi dan informatika.
“Dari partai politik, karena saya merupakan PAW (Pergantian Antar Waktu) dari
Bapak Tjahjo Kumolo. Tetapi saya juga ditanya oleh partai, mau ditempatkan di
komisi mana? Saya menurut saja apa yang diperintahkan oleh partai, I’m flexible
and happy yang penting fokus kerja.”
38
Wawancara Pribadi dengan Elva Hartati pada tanggal 25 Juni 2017. 39
Wawancara Pribadi dengan Tuti Roosdiono pada tanggal 23 Juli 2017.
75
Kepeduliannya tentang pendidikan dan berlatar belakang sebagai guru, Maria
Yohanes Esti Wijayati ditempatkan di komisi X yang juga mengurus bidang pendidikan,
kebudayaan, pariwisata, ekonomi kreatif, pemuda, olahraga dan perpustakaan.
Ketertarikannya dalam politik dipengaruhi oleh ayahnya yang merupakan anggota partai
PNI. Sejak kecil ia aktif dalam mengikuti organisasi dan mendirikan beberapa
organisasi sosial yang bertujuan untuk membantu dan melatih perempuan dalam
mengembangkan bakatnya, salah satunya adalah organisasi Mawar Merah. Sebelumnya
ia juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Sleman periode 2004-2009 dan DPRD
Provinsi DIY periode 2009-2014. Pengalaman dan latar belakang yang dimiliki sangat
membantunya dalam memahami persoalan yang sebelumnya tidak dapat diselesaikan di
tingkat bawah. Ia menjadi mengerti prosedur-prosedur yang melibatkan tiga fungsi DPR
yakni legislasi, anggaran dan pengawasan.
Ya sangat membantu. Karena ada beberapa hal yang tidak diselesaikan di tingkat bawah
karena kebijakan pusat dapat diatasi. Pembahasan program-program saya menjadi lebih
paham karena ketika di daerah sudah membahas itu bedanya skalanya lebih luas. Apa
kelebihan dan kelemahan kebijakan yang dihasilkan di pemerintah pusat dan
dampaknya seperti apa saya sudah paham. Sejak kecil saya aktif berorganisasi. Ketika
SMP dan SMA saya aktif osis dan Pramuka jambore tingkat nasional, di kampus saya
sebagai senat mahasiswa. Ayah saya adalah seorang guru dan anggota PNI. Beliau
sering bercerita sejarah Bung Karno dan gambaran mengenai fungsi DPR, MPR, tugas
Bupati atau struktur pemerintahan. itu mungkin mendasari saya untuk terjun ke politik.
Di DPRD saya di Komisi Keuangan C yaitu BUMD dan pendapatan daerah. Di DPRD
Provinsi saya juga di komisi keuangan B yaitu bidang pariwisata dan pertanian.
Terakhir di DPR saya ditempatkan di Komisi X yang berhubungan dengan pendidikan,
kesehatan, perempuan dan anak. Saya juga ditempatkan di MKD (Mahkamah Dewan
Kehormatan) yang merupakan satu-satunya perempuan disana. Jadi saya hanya
melanjutkan saja.40
Selanjutnya Irine Yusiana Roba Putri merupakan politisi muda perwakilan
Maluku Utara. Sebelumnya ia ditempatkan di komisi I, terhitung Januari 2017 ia
dipindahkan ke Komisi X bersama dengan M.Y Esti Wijayati. Mengenai latar belakang
40
Wawancara Pribadi dengan M.Y Esti Wijayati pada tanggal 26 April 2017
76
pendidikan, ia merupakan lulusan strata dua Monash University jurusan Komunikasi
dan Media. Dalam pengalaman organisasi sendiri, ia aktif sebagai anggota Departemen
Pemuda dan Olahraga DPP PDI Perjuangan. Ia ditempatkan sebagai anggota dalam
Pansus Revisi UU Terorisme. Mengenai penempatannya di komisi, ia mengatakan
sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak baik antara dirinya dengan fraksi.41
“Keinginan dan kebutuhan kedua belah pihak, yakni saya dan fraksi.”
Akan tetapi posisi anggota dewan di komisi bersifat tidak tetap dan dapat
dipindahkan. Hal ini terjadi karena ada beberapa alasan seperti perintah dari partai dan
kemauan dari anggota untuk pindah ke komisi lain sesuai dengan kapabilitasnya. Dalam
konsep kinerja dikenal dengan product-based criteria, dimana pemindahan ini dapat
dilakukan apabila terdapat beberapa kriteria yang diperoleh anggota legislatif sudah
terpenuhi.42
“Untuk perpindahan bisa karena tergantung dengan kebutuhan anggota itu
sendiri terkait dengan dapil atau program dia dalam memperjuangkan Undang-
Undang terkait dengan dapilnya sudah terealisasi.”43
C. Pengamatan Kinerja Politik Terhadap Anggota Legislatif Perempuan PDI
Perjuangan di DPR RI Tahun 2014-2017.
Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan selalu menjadi isu yang menarik bagi
kebanyakan kalangan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan atau gender
sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender.
41
“Profil Irine Yusiana Roba Putri”. Artikel diakses pada tanggal 26 Agustus 2017,
http://www.google.co.id/amp/s/amp.tirto.id.m/irine-yusiana-roba-putri-yV. 42
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan, 38. 43
Wawancara pribadi dengan Agustina Wilujeng Prameswari, 8 Juli 2017.
77
Akan tetapi, perbedaan gender menimbulkan ketidakadilan bagi perempuan. Perempuan
sering mendapat diskriminasi yang tidak adil dikarenakan peran utamanya sebagai ibu
rumah tangga. Sedangkan laki-laki diidentikan sebagai laki-laki yang bekerja.
Diskriminasi antara laki-laki dan perempuan ataupun senioritas di PDI
Perjuangan sudah tidak ada lagi. Dalam Anggaran Dasar PDI Perjuangan sendiri sudah
tertera jelas bahwa penempatan jabatan anggota perempuan baik dalam partai, eksekutif
maupun legislatif. Kemudian posisi Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI
Perjuangan yang tentunya membawa keuntungan tersendiri untuk perempuan. Sehingga
permasalahan terkait gender sudah dianggap selesai.
Di PDI Perjuangan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena ketua
partainya juga perempuan. Alhamdulillah, permasalahan terkait gender sudah selesai.
Ketua umum selalu memberikan ruang seluas-luasnya, menurut saya perempuan justru
diberikan ruang yang cukup luas karena mencari kader perempuan itu susah sekali.
Tidak semua orang bisa berhadapan dengan situasi dimana ada anggapan publik bahwa
perempuan itu mengurusi sumur, dapur dan kasur. Belum lagi anggapan masyarakat
mengenai wilayah politik adalah wilayah laki-laki. Jadi mencari orang yang bisa
membagi waktu antara keluarga dan siap bertarung politik itu susah. Tetapi ada
beberapa pilihan lagi, kalau sudah masuk ke dalam politik ya prioritas utama adalah
rakyat.44
Akan tetapi tidak semua anggota legislatif perempuan bekerja dengan baik.
menurut sumber yang mengatakan bahwa perempuan dianggap sebagai penghias atau
pemenuhan kebutuhan Undang-Undang saja, sehingga sering ditempatkan di posisi
yang tidak strategis seperti seksi konsumsi, bendahara dan sebagainya. anggapan ini
disebut dengan severity effect, dimana terdapat falsafah khusus yang sudah mendarah
daging mengenai seseorang atau kelompok tertentu.45
Perempuan masih belum
diberikan kesempatan untuk memimpin selain dari partai tidak mengizinkan, tetapi
44
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 juli 2017. 45
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan, 47.
78
perempuan sendiri belum bisa menempatkan diri dan menerima saja jabatan yang
diberikan. Misalnya perempuan identik sekali dengan jabatan bendahara karena
kepandaian dan pengalamannya dalam mengatur berbagai jenis pengeluaran, tetapi
perempuan sendiri kurang berminat pada posisi strategis seperti Sekretaris Jenderal,
Ketua Bidang Organisasi ataupun Ketua Komisi. Selain itu anggota legislatif
perempuan PDI Perjuangan sendiri belum ada yang menjabat sebagai Ketua Komisi
pada periode 2014. Ada beberapa anggota legislatif perempuan yang pasif dan
mementingkan penampilan saja. Pada tahap pencalegan saja perempuan hanya
ditempatkan di nomor urut bawah dan kurangnya peran pemerintah dalam membentuk
karakter perempuan yang berani dan cerdas dalam menghadapi situasi apapun.
Tidak semua bagus. Apalagi karena sistem pemilu terbuka dan tidak semua menjamin
duduk di DPR pasti berkualitas. Ada juga anggota perempuan yang hanya senang
bersolek saja. Padahal menyelesaikan persoalan rakyat tidak cukup dengan bersolek
saja. Ada juga anggota yang memikirkan fasilitas yang diberikan negara saja. Penyebab
banyak perempuan gagal di pileg karena penomorannya dan uangnya. Banyak
perempuan yang berkualitas gagal karena ditempatkan di nomor urut terbawah.
Partainya sendiri masih belum memberikan kesempatan bagi perempuan untuk
berkiprah dalam politik. Terkadang perempuan sendiri juga salah dalam menempatkan
dirinya, misalnya perempuan yang masuk ke DPC bangga dengan status jabatan sebagai
bendahara yang jelas identik dengan perempuan. Jarang sekali perempuan membidangi
peran-peran penting sebagai kabid organisasi, atau dalam sidang menduduki sebagai
presidium sidang. Kesempatan itu jangan ditunggu tapi direbut nanti bisa tertinggal.
Saya menjabat sebagai ketua komisi selama 10 tahun periode 2004-2009 dan periode
2009-2014, ini juga berkat ibu Megawati, merupakan ketua partai yang juga
perempuan.46
Hal ini dapat terlihat dari peran anggota tersebut dalam partisipasi Rapat Panitia
Khusus (Pansus) yang jarang tampil atau memberikan masukan di depan umum.
Seharusnya anggota Pansus merupakan delegasi yang dipilih oleh fraksi karena
dianggap berani dan fight dalam memperjuangkan suatu permasalahan. Kemudian ada
beberapa anggota dewan yang harus menurut perintah partai agar mau mengikuti 2
46
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017.
79
Pansus sekaligus atau lebih. Walaupun demikian, ada beberapa anggota legislatif
perempuan yang concern dan lebih mempertimbangkan masukan apa saja yang
diberikan dibandingkan dengan anggota dewan laki-laki.
Dalam segi legislasi, disini peran fraksi sangat menentukan perumusan suatu
kebijakan. Semua kebijakan yang dihasilkan oleh suatu fraksi harus berdasarkan
keterikatan emosi dan ideologi. Sejatinya PDI Perjuangan menyebut diri anggota partai
yang duduk baik di eksekutif maupun legislatif sebagai petugas partai. Maka keputusan
partai sendiri mengacu pada Kongres, Rakernas dan Rapat DPP. Hasil rapat-rapat
tersebut akan disampaikan oleh delegasi eksekutif dan legislatif untuk melakukan hal-
hal apa saja yang harus dikerjakan.47
Kemudian sumber lain menyatakan bahwa anggota legislatif perempuan
cenderung lemah dari segi politicking seperti me-lobby, atau keinginan untuk
menempati posisi tertinggi di parlemen cenderung lemah. Mereka menganggap bahwa
gaji yang diterima sama sesuai dengan proporsi kinerja. Posisi sebagai anggota
dianggap lebih menguntungkan karena anggota bebas mengeluarkan pendapatnya dan
pimpinan tidak serta merta bisa mengutarakan pendapatnya.
Saya melihat perempuan ahli dalam bidangnya bukan dalam politiknya. Ini adalah dua
hal yang berbeda, politicking adalah tentang berucap kata, menjadi pimpinan, wakil
ketua komisi, nah disini perempuan tidak begitu exist. Walaupun jumlah perempuan
sedikit dan komunikasi mereka melalui komisi ke masyarakat sangat tekun dan setia
pada tugasnya. Salah satunya adalah Ribka Tjiptaning yang membuat paket untuk kaum
yang tidak beruntung sebanyak 9000 orang. Walaupun angka itu terlihat kecil tapi
gerakan itu menyebar tidak hanya di dapilnya saja tapi menyebar ke daerah lain. Ia
merasa representasi dari komisinya.48
47
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017. 48
Wawancara Pribadi dengan Agustina Wilujeng Pramestuti, 8 Juli 2017.
80
Teknik me-lobby juga dirasakan oleh beberapa narasumber, sehingga mereka
dianggap cukup kaku. Hal ini tidak tanpa alasan, me-lobby sendiri harus berdasarkan
peraturan yang berlaku tidak bisa keluar dari peraturan tersebut. Akan tetapi dalam
menegakkan konstitusi, perempuan harus berani dan jangan sampai ter-lobby, karena
dalam pembentukkan Undang-Undang sendiri masih banyak kepentingan.
“Sebenarnya sikap yang diperlukan oleh perempuan adalah berani, konsisten dan
pandai me-lobby. Saya memang agak kurang dalam hal me-lobby karena saya
orangnya stick pada konstitusi. Tetapi jangan sampai ter-lobby. Dalam
pembentukan Undang-Undang masih banyak kepentingan.”49
“Banyak yang menganggap saya kaku karena saya tidak bisa di-lobby. Saya
bukan kaku tapi saya tegas pada konstitusi dan garis partai.”50
Beberapa anggota dewan perempuan yang ikut serta dan aktif dalam Pansus,
seperti Diah Pitaloka, anggota Komisi III yang masuk dalam tim Pansus RUU Pemilu,
Rieke Diah Pitaloka yang juga didaulat untuk masuk dalam tim Pansus Revisi UU ASN.
Kemudian ada beberapa anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan yang terjerat
kasus korupsi. Sikap dari PDI Perjuangan sendiri sudah dengan jelas akan memecat
anggotanya apabila terlibat kasus korupsi. Konsekuensi dari perbuatan korupsi sendiri
selain ditangkap adalah di-bully. Menurut salah satu narasumber menyatakan bahwa
pelaku korupsi sendiri harus ditelaah mengenai sebab akibat mengapa ia melakukan
tindakan tersebut. Seperti yang dinyatakan sebagai berikut:
PDI Perjuangan langsung memecat dan menindak tegas. Kadang kita tidak begitu tau
apa penyebab sebenernya anggota terlibat korupsi dan motifnya juga tidak dibongkar.
Semuanya hanya berdasarkan justifikasi saja dan dibully saja. Seharusnya penyebab
49
Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning, 19 Mei 2017.
Fajar Nur’aini Dwi Fatimah. Panduan Praktis Evaluasi Kinerja Karyawan, 38. 50
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 juli 2017.
81
korupsi itu harus di-explore lebih mendalam, bagaimana kondisi orang yang memilih
korupsi? Terlepas dari interest.51
Menurut salah satu sumber menyebutkan bahwa korupsi itu terjadi karena adanya
konsekuensi kebutuhan politik tinggi yang menyebabkan seseorang harus memikirkan
bagaimana mendapatkan dana untuk bisa mencalonkan diri selanjutnya. Akan tetapi
partai sendiri diberikan beban electoral yang tinggi tidak disertai dengan “modal
politik”. Terlebih lagi partai sendiri tidak diberikan izin membuka usaha yang
menunjang aktivitas politik.
Korupsi itu lahir dari konsekuensi kebutuhan politik yang tinggi, apalagi politik sendiri
belum ter-image dengan baik di Indonesia. Mungkin yang terasa di generasi politik hari ini
adalah bagaimana membangun sistem pendanaan politik yang tidak membocorkan
anggaran. Karena partai sendiri diberi beban electoral tinggi, disuruh pilkada berkali-kali
tiap daerah, belum lagi pilpres, pileg dan dananya dari mana? Sistem anggaran tidak
menyediakan anggaran untuk politik. Kedua, partai juga tidak memungkinkan untuk
membangun badan usaha atau mendapatkan sumbangan lebih. Sementara kita berkomitmen
untuk bebas dari korupsi. Jadi harus dipikirkan juga bagaimana pendanaan politik itu bisa
terpenuhi dengan baik. Perlu juga diberi pelajaran bagi masyarakat bahwa anggota DPR itu
bukan ATM yang diminta untuk memperbaiki jalan, membangun mushola dan
sebagaimana. Saya bukan mengeluh tapi political social dan costnya sangat tinggi. Belum
lagi kontribusi iuran partai tiap bulan. Tetapi orang harus memiliki integritas dan berani
mengatakan tidak. Walaupun banyak juga yang hidup di lingkaran korupsi seperti proyek
dan lain-lain.52
D. Kendala-Kendala Kinerja Politik Anggota Legislatif Perempuan DPR 2014-
2017.
Menyertakan partisipasi perempuan dalam politik berarti mengajaknya berperan
di jantung kebijakan publik. Perspektif perempuan bisa mewarnai kebijakan negara
baik di eksekutif maupun legislatif. Produk legislasi di parlemen kini mendapat
sentuhan perspektif perempuan yang konstruktif. Perempuan dan politik sudah semakin
51
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 juli 2017. 52
Wawancara Pribadi dengan Diah Pitaloka, 3 Mei 2017.
82
dekat dan sulit untuk dipisahkan. Melalui aktivitas politik, para perempuan dapat ikut
serta dalam mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Perempuan seringkali rentan mendapat kekerasan politik
dan ketidakadilan.
Kekerasan politik yang dimaksud adalah menutup akses perempuan terjun ke
dalam panggung politik. Stigma yang merendahkan kemampuan perempuan dalam
berpolitik. Selain itu, ejekan secara langsung juga diungkapkan dengan mengatakan
bahwa perempuan hanya menjadi “pasukan gender” dikarenakan perempuan dinilai
pasif dalam mengutarakan pendapatnya. Perempuan harus diberikan kesempatan yang
sama dengan tidak ditempatkan di nomor terakhir dalam daftar caleg. Selanjutnya,
untuk memberdayakan perempuan secara politis, harus dimulai dari hulunya yaitu
rekrutmen politisi perempuan oleh parpol. Perempuan harus terlibat dalam struktur
organisasi parpol dengan menjadi pengurus. Perempuan seringkali dianggap sebagai
“penghias” karena hanya diberikan
Saat ini dengan kouta perempuan 30 persen hanya dalam daftar caleg saja,
keterwakilan perempuan di DPR RI Cuma 17,3 persen pada pemilu 2014. Oleh karena
itu perlu ada sanksi tegas bagi parpol yang tidak memenuhi kuota 30 persen
keterwakilan perempuan dalam daftar caleg sesuai dengan amanat parpol yang tidak
memenuhi kouta 30 persen. Punishment ini penting sebagai bagian dari kampanye
kesetaraan gender.
Peran perempuan menjadi penting dalam perumusan kebijakan publik. Salah
satu peran perempuan dalam ranah perumusan kebijakan publik yakni RUU
Penghapusan Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan dan perumusan tersebut menjadi
83
prioritas utama, karena kekerasan seksual membuat psikologis perempuan menjadi
terganggu. Belum lagi pandangan masyarakat tentang “kesucian” sangat dijunjung
tinggi.
Secara umum kendala-kendala yang dihadapi oleh anggota legislatif perempuan
adalah sebagai berikut:
Pertama, severity effect yang masih sangat mendominasi. Perempuan seringkali
mengemban beban ganda baik sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karir. Tuntutan
aktivitas politik yang tinggi menuntut anggota legislatif perempuan untuk berprestasi
dan mengangkat citra partai. Akan tetapi sumber menyatakan bahwa tidak selalu kultur
yang menjadi inti persoalan. Penempatan perempuan sendiri dalam menempatkan
posisinya sendiri, misalnya dalam organisasi, perempuan hanya memilih menjadi
bendahara yang jabatannya sangat identik dengan “keperempuanannya”. Sehingga
jarang sekali perempuan menempati posisi inti seperti ketua, sekretaris umum dan
sebagainya. Pengaruh oligarki partai yang kuat dapat juga dijadikan alasan mengapa
partai hingga saat ini belum memberikan kesempatan untuk perempuan dalam
memimpin. Kualitas perempuan masih dianggap rata-rata karena ada beberapa anggota
legislatif perempuan yang hanya mementingkan penampilan dibandingkan partipasi di
parlemen. Walaupun demikian, banyak anggota legislatif perempuan yang dianggap
concern, serius bekerja dan ahli dalam bidangnya masih belum diberi kesempatan untuk
memimpin. Hal ini dinyatakan sebagai berikut:
Tidak semua bagus. Apalagi karena sistem pemilu terbuka dan tidak semua menjamin
duduk di DPR pasti berkualitas. Ada juga anggota perempuan yang hanya senang
bersolek saja. Padahal menyelesaikan persoalan rakyat tidak cukup dengan bersolek
saja. Ada juga anggota yang memikirkan fasilitas yang diberikan negara saja. Penyebab
banyak perempuan gagal di pileg karena penomorannya dan uangnya. Banyak
perempuan yang berkualitas gagal karena ditempatkan di nomor urut terbawah.
Partainya sendiri masih belum memberikan kesempatan bagi perempuan untuk
84
berkiprah dalam politik. Terkadang perempuan sendiri juga salah dalam menempatkan
dirinya, misalnya perempuan yang masuk ke DPC bangga dengan status jabatan sebagai
bendahara yang jelas identik dengan perempuan. Jarang sekali perempuan membidangi
peran-peran penting sebagai kabid organisasi, atau dalam sidang menduduki sebagai
presidium sidang. Kesempatan itu jangan ditunggu tapi direbut nanti bisa tertinggal.
Saya menjabat sebagai ketua komisi selama 10 tahun, ini juga berkat ibu Megawati,
merupakan ketua partai yang juga perempuan.53
Selain itu, keterbatasan akses untuk jaringan politik disebabkan oleh tidak
adanya pelatihan dan pendidikan yang berkembang, baik bagi kepemimpinan
perempuan pada umumnya maupun bagi orientasi perempuan muda pada kehidupan
politik. Disini membuktikan bahwa fungsi partai politik untuk memadukan kepentingan
demi meningkatkan kepemimpinan perempuan masih belum terlihat secara signifikan.54
Menurut salah satu narasumber mengatakan bahwa tendensi pertemanan masih
menguat, sehingga seringkali ada rasa “canggung” antara satu anggota dengan yang
lain. Kiprah anggota legislatif PDI Perjuangan sendiri masih terhalang karena tidak
mendapatkan kursi pimpinan di DPR. Sebagaimana diketahui bahwa PDI Perjuangan
merupakan partai pemenang Pemilu 2014. Hal ini tentu berdampak pada penempatan
anggota di komisi-komisi.
Masih ada tendensi pertemanan, jadi sering sekali ada rasa “tidak enak” pada teman.
Seperti Fahri Hamzah, beliau sudah gak di PKS tapi karena ada rasa “tidak enak” itu
maka ya masih sungkan. Contohnya seperti posisi Fahri Hamzah sendiri juga tidak
jelas, karena beliau mewakili siapa? Sebenarnya PDI Perjuangan itu partai pemenang
Pemilu, tetapi kita tidak mendapatkan kursi sebagai pimpinan. Disitu kita merasa
kesulitan karena dicurangi. Semua masyarakat sudah tahu kalau kita dicurangi. Ini juga
berdampak pada penempatan posisi kami di komisi.55
Ketimpangan keterwakilan politik perempuan secara langsung terlontar dari
kaum lelaki sendiri. Secara pribadi, anggota legislatif pria sendiri mendukung
53
Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning, 19 Mei 2017. 54
Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik., 151. 55
Wawancara Pribadi dengan Tuti Roosdiono, 8 Juni 2017.
85
kesetaraan jender. Akan tetapi dalam berbagai rapat, anggota-anggota legislatif pria
justru tidak mendukung dan cenderung meremehkan kemampuan perempuan. Salah
satunya adalah reaksi para anggota legislatif laki-laki yang menentang dengan keras
RUU Panja Parpol yang jelas menetapkan kuota affirmative action dalam parlemen.
Mereka menganggap bahwa perempuan yang ditempatkan di DPR hanya menjadi juru
tulis (pasif) dan hanya bisa “vokal” berbicara tentang jender dan affirmative action.
Walaupun demikian hal ini dibantah oleh seorang narasumber yang menyebutkan
bahwa di PDI Perjuangan sendiri semua diperlakukan sama dan setara walaupun tidak
menutup kemungkinan masih ada perlakuan yang diskriminatif di beberapa partai.
“Di PDI Perjuangan sendiri sudah tidak ada perbedaan jender mbak, karena
ketua umum partainya perempuan. perempuan lebih diberikan peluang untuk
maju karena kadernya masih sedikit.”56
Selain itu kendala teknis seringkali terjadi, seperti tidak adanya jadwal yang
menentu. Hal ini tentu menyulitkan anggota dewan dalam mempersiapkan materi yang
akan disampaikan dalam rapat. Belum lagi anggota dewan yang masuk dua pansus
sekaligus sering terkendala mengatur waktu. Dampaknya adalah rapat yang sering
dilakukan sering tidak memenuhi quorum dan mengulur waktu lebih lama.
“Kendala saya adalah mengatur waktu karena jadwal rapat saya sering
berbenturan, belum lagi acara dan tugas partai dan juga ke konstituen. Jadi saya
merasa overloading.”57
“Banyak. Sering ada pemberitahuan rapat yang cenderung mendadak.
Contohnya rapat paripurna hari ini baru diberi tahu semalam. Selain itu hari ini
saya ada rapat dengan mitra jadi sering terpotong karena terburu-buru. Di surat
56
Wawancara Pribadi dengan Diah Pitaloka, 3 Mei 2017. 57
Wawancara Pribadi dengan Diah Pitaloka, 3 Mei 2017.
86
itu tertulis pukul 10 pagi mulai rapat tetapi rapat sering molor dan tidak
memenuhi quorum.”58
Ketiga, masih adanya oligarki partai yang kuat. Penempatan anggota untuk
masuk ke komisi pun masih berdasarkan keputusan partai. Walaupun latar belakang
pendidikan dan pengalaman merupakan syarat utama yang harus dimiliki seorang
anggota, tetapi keputusan tersebut tetap ada di tangan fraksi. Selain itu semua kebijakan
yang dihasilkan harus didiskusikan melalui fraksi. Dalam situasi tertentu, seorang
anggota legislatif harus membuat keputusan sesuai dengan landasan atau garis partai
karena sejatinya anggota legislatif PDI Perjuangan adalah petugas partai. Perihal
evaluasi pun semua terkontrol, mulai dari rapat fraksi hingga rakornas, sehingga
pergerakan kebijakan terarah dengan baik hingga ke semua tingkatan pemerintahan.
Keempat, hallo effect yang masih mendominasi. Rendahnya partisipasi
perempuan untuk masuk ke politik adalah political will. Perempuan masih memiliki rasa
takut akan gagal yang masih mendominasi karena anggapan bahwa politik adalah
wilayah laki-laki. Walaupun demikian beberapa anggota legislatif perempuan yang
tertarik dan nyaman bekerja di parlemen. Hal ini dinyatakan sebagai berikut:
Memotivasi perempuan agar tidak takut berpolitik,walaupun resiko selalu ada. Politik
itu outputnya banyak dan pengorbanannya pun juga banyak. kalau kita suka dan tekun
pada sesuatu pasti ada jalan. Banyak orang yang suka pada politik tetapi tidak punya
modal tapi berhasil, ada juga yang memiliki harta yang banyak tapi gagal dalam politik.
Ini masalah passion dan jangan melihat sesuatu terlalu industrialis. Basic politik adalah
tentang passion dan political will bukan interest.59
Di sisi lain, anggota legislatif perempuan harus menyadari kodratnya sebagai
wanita dan perannya sebagai ibu, yang harus mengurus berbagai keperluan rumah
58
Wawancara Pribadi dengan Tuti Roosdiono, 3 Juli 2017. 59
Wawancara Pribadi dengan Diah Pitaloka, 9 Mei 2017.
87
tangga. Tak jarang banyak perempuan dilema, dimana ia harus memilih antara
kelanggengan rumah tangga atau menggapai gemerlap prestasi karier.
Di PDI Perjuangan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena ketua
partainya juga perempuan. Alhamdulillah, permasalahan terkait gender sudah selesai.
Ketua umum selalu memberikan ruang seluas-luasnya, menurut saya perempuan justru
diberikan ruang yang cukup luas karena mencari kader perempuan itu susah sekali.
Tidak semua orang bisa berhadapan dengan situasi dimana ada anggapan publik bahwa
perempuan itu mengurusi sumur, dapur dan kasur. Belum lagi anggapan masyarakat
mengenai wilayah politik adalah wilayah laki-laki. Jadi mencari orang yang bisa
membagi waktu antara keluarga dan siap bertarung politik itu susah. Tetapi ada
beberapa pilihan lagi, kalau sudah masuk ke dalam politik ya prioritas utama adalah
rakyat. Saya sendiri mengalami itu.60
Menurut Husaimah Husein, hambatan perempuan bukan disebabkan oleh
lemahnya political will. Potensi yang dimiliki oleh perempuan tidak diragukan untuk
dapat bersaing dengan dominasi patriarki. Namun kepentingan dan otoritas partai
tersebut dalam mengorbitkan calon-calonnya. Sehingga untuk mencapai kuota 30%
agak sulit untuk dicapai. Kemudian stigma pemilih perempuan untuk memilih calon
legislatif perempuan dinilai kurang kuat. Keraguan pemilih perempuan serta kurangnya
sosialisasi terhadap calon tersebut menghambat partisipasi perempuan. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Tim Jurnal Perempuan pada pemilu tahun 2009 mengemukakan
sebanyak 45%. Kemudian mengenai popularitas calon sebanyak 59%. Hal ini berarti
masih banyak pemilih yang kurang mengenal calon legislatif perempuan tersebut.
Sehubungan dengan itu, PDI Perjuangan sendiri ingin meningkatkan partisipasi
perempuan untuk berani maju dan tampil di politik. Menurut salah satu narasumber
menyebutkan bahwa peran PDI Perjuangan sendiri sudah tertuang dalam Anggaran
Dasar yang mengharuskan mengikutsertakan perempuan dalam struktur di berbagai
lapisan organisasi, baik mulai dari ranting hingga pusat.
60
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017
88
Wajib, ada juga ketentuan dari kepengurusan partai. Nanti ada verifikasi partai politik
sebesar 30% pengurus partai dan calon harus berasal dari perempuan. Untuk mencapai
keterpilihan 30% itu agak sulit, namun yang penting adalah bukan karena jenis kelamin,
laki-laki atau perempuan tetapi perspektif tentang keberpihakan perempuan, perempuan
selalu menjadi korban dari sistem sosial yang ada. Misalnya soal Bidan, jika kita lihat
dari segi profesi memang bidan identik dengan perempuan, untuk merumuskan
Undang-Undang Bidan PTT, Alhamdulillah semua temen anggota dewan laki-laki
menyetujui dan diangkat lebih cepat untuk menjadi PNS. Kemudian upahnya juga
diperbaiki, ini bukan hanya perjuangan perempuan tetapi perjuangan laki-laki juga.61
Penempatan anggota legislatif perempuan di komisi memiliki peran penting agar
perempuan dapat berkiprah sesuai dengan passion dan pengalamannya. Oleh karena itu
dibutuhkan sikap berani dan konsisten dan mampu mengadvokasi dan mengorganisir
masalah rakyat. Menurut salah satu sumber menyebutkan terkadang ada beberapa
anggota legislatif yang hanya mementingkan daerah konstituennya saja padahal mereka
sendiri dipilih se-Indonesia. Seharusnya para anggota legislatif ini harus berkontribusi
pada semua pihak dan memiliki penting dalam memajukan negaranya. Dengan begitu,
masyarakat akan menghormati dan turut serta dalam pengambilan keputusan politik.
Pertanyaan tersebut berlaku juga untuk politisi laki-laki, karena ada juga politisi laki-
laki yang tidak memiliki pengaruh. Sebetulnya pengaruh politisi tidak bisa dilihat
apakah dia laki-laki atau perempuan saja. Cara satu-satunya adalah mengorganisir
rakyat dan terjun langsung dalam mengadvokasi persoalan rakyat. Nah kalau untuk
anggota DPR tidak boleh hanya memperjuangkan dapilnya saja. DPR RI itu mencakup
semua wilayah Indonesia, jadi tidak bisa kita bekerja dalam konteks daerah
pemilihannya saja kalau bekerja sesuai dapilnya berarti DPRD. Itu yang membedakan
Indonesia dengan sistem federal, karena negara kita berbasis NKRI. Bagaimana nasib
daerah lain apabila dia hanya mementingkan rakyat di dapilnya saja? Jadi yang susah
adalah bagaimana membangun kepercayaan ke masyarakat, mengorganisir rakyat yang
memilih kita sebagai politisi untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat.
Sekarang saya sedang berjuang untuk revisi UU ASN (Aparatur Sipil Nasional).
61
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti, Penempatan anggota legislatif sudah
didasarkan pada relevansi pengalaman dan latar belakang anggota legislatif, baik
dalam pendidikan maupun pengalaman organisasi. Penempatan anggota tersebut
berdasarkan keputusan partai yang didasari dengan keinginan anggota legislatif.
Partai menetapkan anggota untukmasuk ke komisi berdasarkan people-based
criteria. Walaupun demikian, fraksi PDI Perjuangan tidak menempatkan semua
anggotanya sesuai dengan reliabilitas. Kemudian pada masa pencalegan sudah
diadakan terlebih dahulu psikotest dan fit and proper test untuk setiap calon
anggota. Anggota dewan yang terpilih akan ditempatkan sesuai dengan hasil tes
tersebut.
Beberapa faktor penghambat kinerja anggota legislatif yaitu severity effect yang
masih mengental, perempuan masih terbebani dengan peran ganda yakni
memprioritaskan karier atau keluarga. Hal tersebut menyebabkan prestasi anggota
legislatif perempuan menjadi menurun. Kemudian partisipasi anggota legislatif
perempuan secara keseluruhan dianggap rata-rata, ada anggota legislatif yang hanya
mementingkan penampilan saja dan ada yang aktif memperjuangkan dapil (daerah
pemilihan) saja. Kontrol politik partai masih sangat menguat, dimana partai tidak
memberikan kesempatan pada perempuan untuk memimpin. Dari 11 komisi yang
ada tidak ada anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan yang menempati Ketua
Komisi.
90
Dalam perebutan jabatan, anggota legislatif perempuan cenderung pasif dan
menganggap bahwa gaji yang diberikan sama yang dibedakan adalah fasilitasnya
saja. Hal ini dapat dilihat tidak ada anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan
yang menempati posisi sebagai Ketua Komisi. Dalam memberantas korupsi, partai
politik menjalankan fungsinya yaitu kontrol politik degan memecat anggot anya
yang terjerat korupsi. Ada anggota legislatif perempuan PDI Perjuangan yang
terjerat kasus korupsi dan mengundurkan diri dari jabatannya. Dalam pengungkapan
pendapat masih ada tendensi pertemanan yang kuat. Terakhir, belum tersusunnya
jadwal dengan baik, sehingga masih ada anggota legislatif yang terlambat dan tidak
mengetahui jadwal rapat yang diberikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang masih
belum terselesaikan. Sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Masih sedikitnya pelatihan-pelatihan yang dikhususkan untuk perempuan agar
perempuan dapat tertarik untuk masuk ke dalam politik.
b. Masih menguatnya oligarki partai yang menyebabkan ketidaksesuaian anggota
legislatif untuk ditempatkan sesuai dengan kompetensinya.
c. Perlunya adanya penekanan relevansi yang didasari oleh people based criteria
dalam menempatkan anggota legislatif di komisi.
d. Partai politik seharusnya menjalankan fungsinya sebagai pemadu kepentingan
yang tidak hanya ada ketika evaluasi saja, akan tetapi dalam menempatkan
anggota legislatif perempaun untuk menjabat sebagai ketua komisi.
91
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Ian. Ideologi Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya. Yogyakarta: CV.
Qalam, 2004.
Afrina. Pemikiran Musdah Mulia Tentang Islam dan Hak-Hak Politik Perempuan. Jakarta:
UIN Jakarta, 2010.
Basri, Seta. Sistem Politik Indonesia. Depok: Indie Publishing, 2012 cetakan kedua,
Budiharjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, cetakan
ke 10, 2004.
Hasibuan, Imran dan Sitorus, Deddy Yevri ,ed. Gerak Sejarah Partai Banteng PNI, PDI, dan
PDI Perjuangan. Jakarta:QCommunication, 2015.
Haniah, Haniah dan Suryani, Politik Indonesia (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
Iswanto, Andi. Peran Fraksi DPR RI (Studi Kasus Peran Fraksi PG, Fraksi PKS, dan Fraksi
PPP Dalam Penentuan Ambang Batas Parlemen Dalam Pembahasan Rancangan
Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008
Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Depok: FISIP Universitas
Indonesia, 2013.
F. Istiyatminingsih, Slamet Joko Prihatin, ed. Profil Anggota DPR dan DPRD 2014-2019: Latar
belakang dan Karir. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2015.
Kazhim, Azhim dan Hamzah, Alfian. 5 Partai Dalam Timbangan: PAN, PBB, PDI Perjuangan,
PKB, PPP.(Bandung, Pustaka Hidayah, 1999)
Lase, Fajar. Faktor-faktor yang menghambat kinerja badan legislasi DPR RI dalam proses
pembentukan undang-undang. Tesis. Fisip prodi Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik,
UI,
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
92
Nainggolan, Bastian ed., Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan Dekonsentrasi
Kuasa. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2016.
Putra, Fadillah. Partai Politik dan Kebijakan Publik: Analisis Terhadap Kongruensi Janji Politik
Partai dengan Realisasi Produk Kebijakan Publik di Indonesia 1999-2003. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, cetakan II, februari 2004.
Prof. Dr. Wibowo S.E M.Phil. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.
Sadli, Saparinah. Berbeda Tetapi Setara: Pemikiran Tentang Kajian Perempuan. Jakarta: PT
Gramedia, 2010.
Sandjaja, Utama. Meningkatkan Keterwakilan Perempuan: Penguatan Kebijakan Afirmasi.
Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011,
Sucipto, Ani. Politik Perempuan, Bukan Gerhana. Jakarta: Kompas, 2009.
__________, Panduan Parlemen Indonesia. Jakarta: Penerbit yayasan API. Juli 2001
Sumarno. Megawati Soekarnoputri: Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara. Jakarta:
PT. rumpun Dian Nugraha-Gema Pesona Depok.
Tong, Rosemarie. Feminisme Thought:. Charlotte: Westview Press, 2009.
Sumber Website dan Jurnal
Adib M Asfar, “Ini Alasan Megawati Soal Penjualan Indosat”. Artikel diakses pada tanggal 20
Oktober 2017 m.solopos.com/2014/04/05/ini-alasan-megawati-soal-penjualan-indosat-
500663.
Karam, Azza. Perempuan di Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah, Bukan Sekedar Hiasan. Jakarta:
Yayasan Jurnal Perempuan, 1999.
Yanti, Budhi. Perempuan Bertutur: Sebuah Wacana Keadilan gender Dalam Radio Jurnal
Perempuan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2003.
93
Keterwakilan Perempuan di Parlemen. http://wri.or.id/editorial/361-keterwakilan-perempuan-di-
parlemen.
Keterwakilan Politik Perempuan. http://www.esquire.co.id/article/2014/3/368-keterwakilan-
politik-perempuan, diakses pada tanggal 24 Februari 2017.
Perempuan Politik: Partisipasi Perempuan Demokratisasi dan Politik Lokal Indonesia.
http://wri.or.id/172-current-project-id/perempuan-politik/partisipasi-perempuan/609-
perempuan-demokratisasi-dan-politik-lokal-di-indonesia.
Sugeng Triono, “Kudatuli” 27 Juli 1996, Kenangan Sutiyoso dan Taufiq Kiemas. Artikel
diakses pada tanggal 20 Oktober 2016 m.liputan6.com/news/read/608221/kudatuli-27-juli-
1996-kenangan-sutiyoso-dan-taufiq-kiemas.
Website Resmi DPR RI, www.dpr.go.id
Website Resmi PDI Perjuangan Cabang Jatim, http://PDI Perjuanganerjuangan-jatim.com/wp-
content/uploads/AD-ART.pdf diakses pada tanggal 19 Desember 2016.
Utut Resmi jadi Ketua Fraksi PDI Perjuangan. http://sumbawanews.com/berita/Nasional/urut-
resmi-jadi-ketua-fraksi-PDI Perjuangan-di-dpr-ri.html/. Diakses pada tanggal 10 Agustus
2017.
“Ribka Tjiptaning Kena Sanksi Soal Ayat Tembakau.” Artikel diakses pada tanggal 19 Januari
2017.http://www.google.co.id/amp/s/app.kompas.com/amp/nasional/read/2012/04/17/150
82417/Ribka.Tjiptaning.Kena.Sanksi.soal.Ayat.Tembakau.
Sumber Wawancara:
Wawancara Pribadi dengan Agustina Wilujeng Pramestuti, Jakarta 13 Juni 2017.
Wawancara Pribadi dengan Elva Hartati, Jakarta 25 Juni 2017.
Wawancara Pribadi dengan Irine Yusiana Roba Putri Melalui Email, 26 Agustus 2017.
Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning, Jakarta 19 Mei 2017.
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, Jakarta,13 juli 2017.
94
Wawancara Pribadi dengan Tuti Roosdiono. Jakarta, 23 Juli 2017.
Wawancara Pribadi dengan M.Y Esti Wijayati. Jakarta, 26 April 2017.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
KINERJA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PDI PERJUANGAN DI DPR RI
TAHUN 2014-2017 DALAM PENEMPATAN DI KOMISI BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN.
Angket tersebut dibuat untuk memenuhi tugas akhir skripsi.
Oleh: Kartikha Sri Rahmayanty (Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN Jakarta).
1. Identitas diri :
1. Nama:
Agustina Wilujeng Pramestuti
2. Tempat Tanggal Lahir
Semarang, 11 Agustus 1971
3. Pendidikan Terakhir :
Strata 1 Sastra Inggris Universitas Diponegoro
4. Jabatan Terakhir :
Anggota DPRD Provinsi Semarang Jawa Tengah (2004-2009)
Anggota DPR RI (2014-2019)
5. Pengalaman Organisasi :
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
PDI Perjuangan.
6. Menurut ibu, Apakah pengalaman dan latar belakang yang dimiliki sangat membantu ibu
dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan?
Iya tentu, sebelumnya saya adalah pengajar di sebuah lembaga Kursus computer dan
bahasa Inggris. DPR merupakan suatu bidang pekerjaan yang sangat complicated . Dia
membutuhkan karakter yang sudah jadi agar dapat bekerja secara maksimal. Jadi anak
muda yang ingin masuk DPR tentu harus belajar. Kemudian kematangan juga diperlukan
baik dari segi berpikir, pengambilan keputusan dan sebagainya.
7. Apakah posisi ibu di komisi berdasarkan permintaan sendiri atau dari partai politik?
Penugasan dari partai politik dan disertai dengan tes kompetensi (fit and proper test).
Terkadang tidak sama, karena saya dulu menjadi pengajar dan pengurus partai. Asal ada
waktu dan mau belajar pasti bisa.
8. Bagaimana pendapat ibu mengenai kinerja perempuan yang duduk di legislatif?
Saya melihat perempuan ahli dalam bidangnya bukan dalam politiknya. Ini adalah dua
hal yang berbeda, politicking adalah tentang berucap kata, menjadi pimpinan, wakil ketua
komisi, nah disini perempuan tidak begitu exist. Walaupun jumlah perempuan sedikit dan
komunikasi mereka melalui komisi ke masyarakat sangat tekun dan setia pada tugasnya.
Salah satunya adalah Ribka Tjiptaning yang membuat paket untuk kaum yang tidak
beruntung sebanyak 9000 orang. Walaupun angkat itu terlihat kecil tapi gerakan itu
menyebar tidak hanya di dapilnya saja tapi menyebar ke daerah lain. Ia merasa
representasi dari komisinya.
9. Bagaimana peran fraksi dalam menempatkan anggota legislatif perempuan dalam
parlemen?
Awalnya ditanya mau masuk komisi apa dan diselaraskan dengan hasil tes psikotes pada
saat pencalonan dulu. Jadi harus diselaraskan antara kapasitas dengan keinginan. Untuk
perpindahan bisa karena tergantung dengan kebutuhan anggota itu sendiri terkait dengan
dapil atau program dia dalam memperjuangkan Undang-Undang terkait dengan dapilnya
sudah terealisasi.
10. Apakah anggota legislatif perempuan dilibatkan secara langsung dalam pembentukan
panitia khusus? Mohon Jelaskan.
Justru perempuan sering dicari mbak, kalau tidak ada perempuannya ya dicari sampai
dapat. Setiap pansus ada perempuan dan ada andil dari partai.
11. Apakah ada peran fraksi dalam penunjukan panitia khusus?
Ada. Biasanya dipilih yang berkompeten dan berani fight dalam memenangkan
keputusan. Terkadang lebih menitikberatkan pada segi kompetensi, ada juga anggota
yang masuk 2 pansus sekaligus.
12. Bagaimana meningkatan kapabilitas kinerja perempuan agar dapat memiliki pengaruh
dalam pengambilan keputusan secara nasional? Mohon Jelaskan.
Banyak belajar karena setiap hari adalah sekolah kehidupan. Bagaimana dia bisa tembus
senayan, dan bagaimana pengalamannya. Kemudian belajar untuk menganalisa setiap
kejadian di kehidupannya. Mempelajari berkas secara detail dan jangan lupa untuk
update informasi.
13. Apakah Affirmative action sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
keinginan UU? Mohon Jelaskan.
Iya ada beberapa Undang-Undang yang dapat menyesuaikan dengan affirmative action
dan sangat tergantung dari siapa yang menguasai arena pada saat itu. Kalau kita tidak
concern menjadi anggota dewan pasti tidak akan menghadiri rapat dan persidangan.
Sering sekali ada miskomunikasi dengan antar anggota terkait dengan sikap seperti itu,
itu yang membuat pengambilan keputusan menjadi sangat lama.
14. Bagaimana iklim kepemimpinan di DPR? Apakah anggota legislatif pria mengutamakan
kesetaraan atau superioritas ? Mohon Jelaskan.
Tidak ada, hanya saja pimpinan mendapatkan fasilitas lebih dibandingkan yang lain.
Akan tetapi apabila pimpinan mau berpendapat harus mundur dulu ke kursi anggota. Kita
tentu menghormati beberapa anggota dewan yang secara usia lebih tua. Di Fraksi PDI
Perjuangan sendiri perempuan lebih disegani karena tokoh perempuan yang masuk ke
senayan ini adalah strong character semua.
15. Selama ini, apa saja hambatan yang dialami dalam melaksanakan tugasnya oleh anggota
legislatif perempuan? Mohon jelaskan.
Tidak ada hambatan. Justru dalam setiap agenda di dewan parlemen, perempuan selalu
dibutuhkan. Perempuan lebih tekun dalam mengerjakan tugasnya. Dalam proses
pencalegan, Partai PDI Perjuangan lebih mengutamakan perempuan.
16. Bagaimana partisipasi anggota legislatif perempuan dalam pembentukan UU? Mohon
Jelaskan.
Sama dengan anggota laki-laki, asal kita rajin datang dan dapat mempersiapkan materi
dengan baik.
17. Bagaimana peran ibu dalam memelihara konstituen dalam meningkatkan partisipasi
perempuan untuk terjun dalam politik? Mohon jelaskan.
Perjuangan kami bekerja dengan beberapa departemen atau komisi yang berurusan
langsung dengan perempuan, hal itu berkaitan dengan kesehatan, pendidikan dan ibu dan
anak yang harus ada di tiap kabupaten, kota dan provinsi. Koordinasi yang dilakukan
tingkat pusat adalah dua kali dalam setahun. Sedangkan di tingkat provinsi, koordinasi
dilakukan adalah tiga kali dalam setahun. Kalau di tingkat kabupaten atau kota kami
selalu koordinasi setiap hari.
18. Apakah ada evaluasi secara khusus dari fraksi mengenai partisipasi anggota legislatif
perempuan dalam menyuarakan pendapatnya? Mohon jelaskan.
Ada, kalau anggota ada masalah mengenai absensi dan keaktifan, pasti kena tegur.
19. Bagaimana peran anggota legislatif perempuan dalam hal penganggaran dana? Mohon
Jelaskan.
Sama, bahkan ada penganggaran khusus untuk kegiatan istri-istri anggota dewan. Mereka
ditugaskan untuk mengembangkan ekonomi mikro dengan bekerjasama dengan beberapa
pengrajin untuk diperkenalkan secara luas.
20. Saat ini DPR mengeluarkan gerakan Budaya Anti Korupsi (BAK), bagaimana peran
anggota legislatif perempuan untuk ikut andil menyuarakan gerakan tersebut? Mohon
Jelaskan.
21. Bagaimana peran fraksi jika anggota legislatif perempuan terlibat dalam kasus korupsi?
Mohon Jelaskan.
Partai PDI Perjuangan langsung memecat dan menindak tegas.
22. Dalam hal ini bagaimana sikap PDI Perjuangan jika ada anggota legislatif perempuan
terlibat korupsi? Mohon Jelaskan.
Sama langsung pecat. Salah satunya ada anggota DPR yang juga PDI Perjuangan
langsung dipecat.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
KINERJA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PDI PERJUANGAN DI DPR RI
TAHUN 2014-2017 DALAM PENEMPATAN DI KOMISI BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN.
Angket tersebut dibuat untuk memenuhi tugas akhir skripsi.
Oleh: Kartikha Sri Rahmayanty (Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN Jakarta).
1. Identitas diri :
1. Nama:
Diah Pitaloka
2. Tempat Tanggal Lahir
Cilacap, 30 November 1977.
3. Pendidikan Terakhir :
Strata 1- Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.
4. Jabatan Terakhir :
Anggota Komisi II DPR RI
Anggota Pansus RUU Pemilu
5. Pengalaman Organisasi :
Staf fraksi PDI Perjuangan Provinsi jawa Barat
Ketua Sayap PDI Perjuangan Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) jabar
j
6. Menurut ibu, Apakah pengalaman dan latar belakang yang dimiliki sangat membantu ibu
dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan?
Ya betul sekali. Dulu saya sebagai staf fraksi yang fungsinya membantu pandangan
fraksi, analisis budget, drafting Perda dan itu next step dan bekal yang cukup baik untuk
masuk ke parlemen.
7. Apakah posisi ibu di komisi berdasarkan permintaan sendiri atau dari partai politik?
Permintaan sendiri tetapi dapat masukan dari partai, itu yang saya suka di PDI
Perjuangan semua didiskusikan.
8. Bagaimana pendapat ibu mengenai kinerja perempuan yang duduk di legislatif?
Perempuan itu rata-rata aktivitasnya banyak baik di DPR maupun di partai, dan mereka
juga aktif dalam berpendapat. Itu menarik
9. Bagaimana peran fraksi dalam menempatkan anggota legislatif perempuan dalam
parlemen?
Fraksi menempatkan berdasarkan minat dan kapasitas anggota. Awalnya saya
ditempatkan di Komisi II yang mayoritas laki-laki, sekarang saya ditempatkan di Komisi
III, satu komisi dengan ibu Hetifah.
10. Apakah anggota legislatif perempuan dilibatkan secara langsung dalam pembentukan
panitia khusus? Mohon Jelaskan.
Semua anggota mendapat kesempatan yang sama. Saya juga anggota pansus RUU Pemilu
bersama dengan ibu Esti Wijayati. Semua ditunjuk langsung dari fraksi dan ada
pembahasan pasal per pasal untuk Pansus Terorisme, RUU Pemilu dan sudah pasti ada
anggota perempuan disana.
11. Bagaimana meningkatan kapabilitas kinerja perempuan agar dapat memiliki pengaruh
dalam pengambilan keputusan secara nasional? Mohon Jelaskan.
Ketika masuk DPR maka itu kesempatan untuk membuat kebijakan, seperti saya masuk
di pansus RUU Pemilu. Menurut saya itu merupakan kesempatan untuk berkontribusi
dalam politik.
12. Apakah Affirmative action sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
keinginan UU? Mohon Jelaskan.
Kalau di PDI Perjuangan sudah otomatis 30% kepengurusan perempuan. Bahkan di
tingkat ranting (desa) kepengurusan perempuan juga banyak.
13. Bagaimana iklim kepemimpinan di DPR? Apakah anggota legislatif pria mengutamakan
kesetaraan atau superioritas ? Mohon Jelaskan.
Kepemimpinan di DPR bersifat dinamis, banyak permasalahan seperti konflik UU MD3,
RUU Pemilu, Terorisme dan di level kepemimpinan bukan kita (PDI Perjuangan) yang
menempati padahal kita yang menang. Jadi kepemimpinannya masih tidak representative.
Untuk kesetaraan sendiri tidak banyak juga yang memahami gender jadi tidak ada
diskriminasi.
14. Selama ini, apa saja hambatan yang dialami dalam melaksanakan tugasnya oleh anggota
legislatif perempuan? Mohon jelaskan.
Kendala saya adalah mengatur waktu karena jadwal rapat saya sering berbenturan, belum
lagi acara dan tugas partai dan juga ke konstituen. Jadi saya merasa overloading.
15. Bagaimana partisipasi anggota legislatif perempuan dalam pembentukan UU? Mohon
Jelaskan.
Perempuan lebih concern berpartisipasi, rajin mencari referensi dan memperhatikan
dampaknya daripada anggota laki-laki. Terkadang anggota laki-laki vokal tapi tidak
memikirkan dampaknya seperti apa.
16. Bagaimana peran ibu dalam memelihara konstituen dalam meningkatkan partisipasi
perempuan untuk terjun dalam politik? Mohon jelaskan.
Memotivasi perempuan agar tidak takut berpolitik,walaupun resiko selalu ada. Politik itu
outputnya banyak dan pengorbanannya pun juga banyak. kalau kita suka dan tekun pada
sesuatu pasti ada jalan. Banyak orang yang suka pada politik tetapi tidak punya modal
tapi berhasil, ada juga yang memiliki harta yang banyak tapi gagal dalam politik. Ini
masalah passion dan jangan melihat sesuatu terlalu industrialis. Basic politik adalah
tentang passion dan political will bukan interest.
17. Apakah ada evaluasi secara khusus dari fraksi mengenai partisipasi anggota legislatif
perempuan dalam menyuarakan pendapatnya? Mohon jelaskan.
Secara umum ada maka konsekuesinya adalah pemberian penugasan.
18. Bagaimana peran anggota legislatif perempuan dalam hal penganggaran dana? Mohon
Jelaskan.
Saya kurang tau karena saya bukan di banggar.
19. Saat ini DPR mengeluarkan gerakan Budaya Anti Korupsi (BAK), bagaimana peran
anggota legislatif perempuan untuk ikut andil menyuarakan gerakan tersebut? Mohon
Jelaskan.
Korupsi itu lahir dari konsekuensi kebutuhan politik yang tinggi, apalagi politik sendiri
belum ter-image dengan baik di Indonesia. Mungkin yang terasa di generasi politik hari
ini adalah bagaimana membangun sistem pendanaan politik yang tidak membocorkan
anggaran. Karena partai sendiri diberi beban electoral tinggi, disuruh pilkada berkali-kali
tiap daerah, belum lagi pilpres, pileg dan dananya dari mana? Sistem anggaran tidak
menyediakan anggaran untuk politik. Kedua, partai juga tidak memungkinkan untuk
membangun badan usaha atau mendapatkan sumbangan lebih. Sementara kita
berkomitmen untuk bebas dari korupsi. Jadi harus dipikirkan juga bagaimana pendanaan
politik itu bisa terpenuhi dengan baik. Perlu juga diberi pelajaran bagi masyarakat bahwa
anggota DPR itu bukan ATM yang diminta untuk memperbaiki jalan, membangun
mushola dan sebagaimana. Saya bukan mengeluh tapi political social dan costnya sangat
tinggi. Belum lagi kontribusi iuran partai tiap bulan. Tetapi orang harus memiliki
integritas dan berani mengatakan tidak. Walaupun banyak juga yang hidup di lingkaran
korupsi seperti proyek dan lain-lain.
20. Bagaimana peran fraksi jika anggota legislatif perempuan terlibat dalam kasus korupsi?
Mohon Jelaskan.
Kadang kita tidak begitu tau apa penyebab sebenernya anggota terlibat korupsi dan
motifnya juga tidak dibongkar. Semuanya hanya berdasarkan justifikasi saja dan dibully
saja. Seharusnya penyebab korupsi itu harus di-explore lebih mendalam, bagaimana
kondisi orang yang memilih korupsi? Terlepas dari interest.
21. Dalam hal ini bagaimana sikap PDI Perjuangan jika ada anggota legislatif perempuan
terlibat korupsi? Mohon Jelaskan.
Jika terlibat korupsi, partai akan menindak tegas dan langsung memecat oknum tersebut
dan dianggap bukan anggota yang baik.
Kesimpulan
DAFTAR WAWANCARA SKRIPSI
“Kinerja Anggota Legislatif Perempuan PDI Perjuangan”
Oleh Kartikha Sri Rahmayanty (Mahasiswa FISIP UIN Jakarta)
Narasumber : Irine Yusiana Roba Putri
1. Menurut ibu, Apakah pengalaman dan latar belakang yang dimiliki sangat membantu ibu
dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan?
Ya.
2. Apakah posisi ibu di komisi berdasarkan permintaan sendiri atau dari partai politik?
Keinginan dan kebutuhan kedua belah pihak, yakni saya dan fraksi.
3. Bagaimana pendapat ibu mengenai kinerja perempuan yang duduk di legislatif?
Secara umum, menurut saya tantangan perempuan di DPR sama dengan tantangan para
perempuan di bidang lain. Saya sering membaca tulisan, baik tentang pengalaman di
Indonesia maupun di negara maju, bahwa perempuan menghadapi tantangan lebih besar
daripada laki-laki dalam karier. Saya sependapat. Perempuan memang perlu ekstra untuk
membuktikan dirinya. Ini memang warisan sejarah, karena sejak dulu dunia publik
memang dikuasai oleh budaya patriarkal. Di era modern sekarang, kaum perempuan
menuntut hak yang sama, perlakuan yang sama. Ini juga menjadi tantangan anggota
legislatif di banyak negara, bukan cuma di Indonesia.
4. Bagaimana peran fraksi dalam menempatkan anggota legislatif perempuan dalam
parlemen?
Saya tidak bisa berkomentar tentang fraksi lain. Di Fraksi PDI Perjuangan, menurut
saya, sudah ada upaya besar untuk menempatkan banyak anggota perempuan. Ini adalah
upaya modernisasi dari PDI Perjuangan, seiring perkembangan zaman. Ini juga didorong
oleh fakta bahwa ketua umum kami adalah seorang perempuan, Bu Megawati, yang
sangat peduli terhadap kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Jadi, sebagai
perempuan, saya sangat nyaman bekerja di dalam lingkungan ini.
5. Apakah anggota legislatif perempuan dilibatkan secara langsung dalam pembentukan
panitia khusus? Mohon Jelaskan.
Dalam partai kami, tidak ada perlakuan khusus. Jadi pelibatan ini murni berdasarkan
kompetensi dan kebutuhan. Hanya karena ketua umum kami perempuan bukan berarti
perempuan harus selalu nomor satu. Yang penting, laki-laki dan perempuan memiliki
kesempatan dan suara yang sama, murni berdasarkan kompetensi dan kontribusinya.
6. Apakah ada peran fraksi dalam penunjukan panitia khusus? Mohon Jelaskan.
Iya, semua kami bicarakan, melalui diskusi, apa kebutuhan di lapangan, dan apa
sumberdaya yang kami miliki.
7. Bagaimana meningkatan kapabilitas kinerja perempuan agar dapat memiliki pengaruh
dalam pengambilan keputusan secara nasional? Mohon Jelaskan.
Menurut saya, ini pendapat saya pribadi ya, perempuan memiliki suatu naluri atau
kepekaan yang khas yang mungkin tidak dimiliki laki-laki. Seperti halnya penulis novel
perempuan akan memiliki gaya yang berbeda dengan penulis laki-laki. Isu-isu seperti
kesejahteraan keluarga, perempuan dalam pendidikan, ekonomi kerakyatan adalah isu
yang secara tradisi lebih dekat dengan perempuan. Saya pikir perempuan punya kepekaan
yang berbeda tentang hal itu, yang bisa saling melengkapi dengan pola pikir laki-laki
yang maskulin. Jadi, perempuan bisa fokus pada kebutuhan keluarga, anak-anak, dan ibu
di segala bidang kehidupan. Misalnya, di Komisi X, anggota legislatif perempuan bisa
lebih banyak bicara tentang pendidikan yang lebih berperspektif gender, pembinaan atlet
perempuan (yang potensinya sangat besar tapi masih kurang muncul), pemberdayaan
guru perempuan dan PAUD, dsb. Perempuan bisa memperkuat di hal-hal tersebut.
8. Apakah Affirmative action sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
keinginan UU? Mohon Jelaskan.
Maksudnya? UU apa? Action yg seperti apa?
9. Bagaimana iklim kepemimpinan di DPR? Apakah anggota legislatif pria mengutamakan
kesetaraan atau superioritas ? Mohon Jelaskan.
Tidak ada kecenderungan umum seperti itu. Kasus per kasus. anggota legislatif laki-laki
ada yg spt itu, anggota legislatif perempuan juga ada yg spt itu.
10. Selama ini, apa saja hambatan yang dialami dalam melaksanakan tugasnya oleh anggota
legislatif perempuan? Mohon jelaskan.
Tidak ada yang khusus.
11. Bagaimana partisipasi anggota legislatif perempuan dalam pembentukan UU? Mohon
Jelaskan.
Sama dengan laki-laki, tidak ada deskriminasi terhadap perempuan dalam pembentukan
UU. Ada bbrp perempuan yang menjadi ketua panja UU.
12. Bagaimana peran ibu dalam memelihara konstituen dalam meningkatkan partisipasi
perempuan untuk terjun dalam politik? Mohon jelaskan.
Salah satunya melalui dialog, harus ada komunikasi langsung. Saya mendorong anak2
muda perempuan untuk berani mengekspresikan diri mereka.
Saya tidak membuat kebijakan langsung untuk dapil, jadi tidak bisa melalui kebijakan,
tapi melalui program-program kerja yang berupaya meningkatkan partisipasi perempuan,
melalui dialog dengan orangtua murid, mendorong siswa perempuan, atlet perempuan.
Saya juga memberikan bantuan kepada tim sepakbola perempuan di Malut.
13. Apakah ada evaluasi secara khusus dari fraksi mengenai partisipasi anggota legislatif
perempuan dalam menyuarakan pendapatnya? Mohon jelaskan.
Tidak ada secara formal.
14. Saat ini DPR mengeluarkan gerakan Budaya Anti Korupsi (BAK), bagaimana peran
anggota legislatif perempuan untuk ikut andil menyuarakan gerakan tersebut?. Dalam hal
ini bagaimana sikap PDI Perjuangan jika ada anggota legislatif perempuan terlibat
korupsi? Mohon Jelaskan.
Kami memiliki peran yang sama dengan laki-laki dalam gerakan itu.
Bagaimana sikap PDI Perjuangan jika ada anggota legislatif perempuan terlibat korupsi?
Sama dengan sikap fraksi terhadap anggota laki-laki yang terlibat korupsi. Saya pikir
sikap Fraksi PDI Perjuangan sudah egaliter.
15. Bagaimana peran fraksi jika anggota legislatif perempuan terlibat dalam kasus korupsi?
Mohon Jelaskan.
Sama saja dengan terhadap anggota laki-laki.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
KINERJA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PDI PERJUANGAN DI DPR RI
TAHUN 2014-2017 DALAM PENEMPATAN DI KOMISI BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN.
Angket tersebut dibuat untuk memenuhi tugas akhir skripsi.
Oleh: Kartikha Sri Rahmayanty (Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN Jakarta).
1. Identitas diri :
1. Nama:
Maria Yohanes Esti Wijayati
2. Tempat Tanggal Lahir:
Sleman, 17 juni 1968
3. Pendidikan Terakhir :
Strata 1- Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Jabatan Terakhir :
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sleman (1999/2004).
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (2004/2009 dan
2009/2014).
Plt Ketua DPC PDI Perjuangan Gunungkidul
Wakil Ketua bidang politik DPD PDI Perjuangan DIY.
5. Pengalaman Organisasi :
Lembaga Pemberdayaan Perempuan Mawar Merah.
Koalisi Perempuan Parlemen
Kaukus Perempuan Politik.
Tim Pendamping DPC PDI Perjuangan Sleman
6. Menurut ibu, Apakah pengalaman dan latar belakang yang dimiliki sangat membantu ibu dalam
melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan?
Ya sangat membantu. Karena ada beberapa hal yang tidak diselesaikan di tingkat bawah karena
kebiakan pusat dapat diatasi. Pembahasan program-program saya menjadi lebih paham karena
ketika di daerah sudah membahas itu bedanya skalanya lebih luas. Apa kelebihan dan
kelemahan kebijakan yang dihasilkan di pemerintah pusat dan dampaknya seperti apa saya sudah
paham. Sejak kecil saya aktif berorganisasi. Ketika SMP dan SMA saya aktif osis dan Pramuka
jambore tingkat nasional, di kampus saya sebagai senat mahasiswa. Ayah saya adalah seorang
guru dan anggota PNI. Beliau sering bercerita sejarah Bung Karno dan gambaran mengenai
fungsi DPR, MPR, tugas Bupati atau struktur pemerintahan. itu mungkin mendasari saya untuk
terjun ke politik. Di DPRD saya di Komisi Keuangan C yaitu BUMD dan pendapatan daerah. Di
DPRD Provinsi saya juga di komisi keuangan B yaitu bidang pariwisata dan pertanian. Terakhir
di DPR saya ditempatkan di Komisi X yang berhubungan dengan pendidikan, kesehatan,
perempuan dan anak. Saya juga ditempatkan di MKD (Mahkamah Dewan Kehormatan) yang
merupakan satu-satunya perempuan disana. Jadi saya hanya melanjutkan saja.
7. Apakah posisi ibu di komisi berdasarkan permintaan sendiri atau dari partai politik?
Partai politik menentukan berdasarkan minat dan latarbelakang. Karena latarbelakang saya
sebagai guru dan saya juga pernah duduk di komisi D yaitu pendidikan jadi dimasukan saja.
Sebelumnya saya juga disuruh mengisi blangko dan ada juga tes psikotes. Penempatan sesuai
dengan kompetensinya. Hasilnya lebih maksimal daripada ditempatkan tidak sesuai dengan
latarbelakangnya.
8. Bagaimana pendapat ibu mengenai kinerja perempuan yang duduk di legislatif?
Di komisi X banyak perempuannya, saya melihat perempuan lebih concern dalam pekerjaannya
Selain itu perempuan memiliki kedisiplinan yang tinggi dibandingkan dengan laki-laki, seperti
ketepatan waktu hadir dalam rapat dan tanggungjawab dalam tugasnya. Di setiap rapat saya
sering melihat kalau perempuan lebih banyak yang hadir. Walaupun banyak yang berpendapat
bahwa kapasitas perempuan lebih rendah dari laki-laki. Itu salah. Menurut saya kemampuannya
sama saja, hanya saja ada kultur dan kebiasaan yang mengkungkung itu. Sekarang di pusat
(DPR) sudah terbiasa dalam mengeluarkan pendapat berbeda ketika masih di daerah. Seharusnya
sudah tidak ada halangan lagi bagi perempuan untuk menyaimpaikan pendapat di depan umum.
Jika masih ada yang berpendapat demikian, berarti ada yang mau menghalangi kiprah
perempuan.
9. Bagaimana peran fraksi dalam menempatkan anggota legislatif perempuan dalam parlemen?
Semua berdasarkan keputusan dan kebutuhan partai sehingga sering ada pertukaran posisi. Dulu
saya juga ditempatkan di Baleg (Badan Legislasi), lalu sekarang ditempatkan di MKD
(Mahkamah Dewan Kehormatan)
10. Apakah anggota legislatif perempuan dilibatkan secara langsung dalam pembentukan panitia
khusus? Mohon Jelaskan.
Fraksi menentukan panitia khusus, jadi kita mengikut saja sesuai dengan ketentuan fraksi.
11. Bagaimana meningkatan kapabilitas kinerja perempuan agar dapat memiliki pengaruh dalam
pengambilan keputusan secara nasional? Mohon Jelaskan.
Ya sudah pasti adalah banyak membaca dan mencari referensi. Itu harus diterapkan terus,
menerus. Sering hadir pada rapat karena kalau sering tidak hadir maka tidak nyambung.
Berbicara harus sesuai dengan data, tidak boleh asal ngomong. Secara kapasitas perempuan lebih
mampu membuat kebijakan.
12. Apakah Affirmative action sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan keinginan UU?
Mohon Jelaskan.
Ya, itu sudah dituangkan dalam UU Partai Politik dengan menempatkan 30% perempuan sampai
ke tingkat pusat, dan juga ditetapkan oleh PKPU. Partai politik mau tidak mau tidak akan
meninggalkan perempuan untuk memilih dan dipilih tetapi juga dilibatkan langsung dalam
kepengurusan. Itu merupakan syarat wajib dalam PKPU. Memang dalam praktiknya masih
banyak perempuan yang hanya mau di partai politik tetapi tidak mau mencalonkan diri. Akhirnya
membujuk-bujuk untuk dicalonkan. Maka dalam hal ini parpol memiliki peranan penting, dan
juga pemerintah untuk memfasilitasi dengan pelatihan-pelatihan kepada kelompok-kelompok
perempuan dalam ikut serta sebagai pelaku politik praktis.
13. Bagaimana iklim kepemimpinan di DPR? Apakah anggota legislatif pria mengutamakan
kesetaraan atau superioritas ? Mohon Jelaskan.
Seluruh keputusan yang diambil oleh fraksi itu saya ambil. Kalau harus berbeda pendapat maka
itu di luar fraksi. Yang menjadi sikap saya adalah sesuai dengan garis partai. Ada hal-hal tertentu
yang harus dipilih maka harus diserahkan kepada fraksi. Keputusan fraksi merupakan keputusan
partai. Jadi tidak bisa seenaknya memutuskan pendapat, semua harus ditetapkan dari fraksi.
Fraksi adalah kepanjangan dari partai politik di legislatif, jadi jika ada perbedaan pendapat antar
anggota maka ada forum khusus. Walaupun tidak semua ditentukan dari fraksi, tetapi kita harus
paham apa yang menjadi garis dan landasan politik partai.
Di DPR sendiri sudah mengutamakan kesetaraan, semua sesuai dengan porsi dan regulasinya.
14. Selama ini, apa saja hambatan yang dialami dalam melaksanakan tugasnya oleh anggota
legislatif perempuan? Mohon jelaskan.
Bagi saya secara personal tidak ada hambatan, baik di lingkungan keluarga maupun di
masyarakat. Mungkin saya sudah memiliki pengalaman. Paling hambatannya segi emosional
saja, tetapi saya sudah bisa mengaturnya.
15. Bagaimana partisipasi anggota legislatif perempuan dalam pembentukan UU? Mohon Jelaskan.
Saya kira di semua alat kelengkapan ada perempuan. Dari semua forum yang saya ikuti,
perempuan cukup aktif dibandingkan dengan laki-laki. Salah satu contohnya adalah kekerasan
seksual yang juga kita dorong, di RUU Pemilu sekarang juga kita dorong dan itu terkait dengan
affirmative action. Anggota perempuan yang ada di komisi X saya rasa juga cukup aktif untuk
ditanya dalam RUU. Saya rasa tidak ada perbedaan.
16. Bagaimana peran ibu dalam memelihara konstituen dalam meningkatkan partisipasi
perempuan untuk terjun dalam politik? Mohon jelaskan.
Sejauh ini saya ada di DPR adalah bagaimana untuk memotivasi para perempuan agar
mempersiapkan generasi-generasi selanjutnya unttuk memimpin. Bagaimana mereka bisa tertarik
ya kita harus beri gambaran membantu mereka agar memiliki daya tarik untuk bersaing dalam
meraup suara. Untuk konstituen, saya sering pulang ke jogja untuk bertemu dengan masyarakat
disana. Ketika ada program di daerah-daerah kita dorong pemerintah pusat untuk peningkatkan
SDM.
17. Apakah ada evaluasi secara khusus dari fraksi mengenai partisipasi anggota legislatif perempuan
dalam menyuarakan pendapatnya? Mohon jelaskan.
Saya kurang tahu mengenai itu, itu wewenang fraksi, tapi mungkin ada. Ketika sudah ada
penilaian dari penempatan itu sesuai dengan porsi itu sendiri. bisa dilihat dari resensi tingkat
kehadiran, keaktifan pada rapat-rapat. Ada beberapa hal saya membuat laporan.
18. Bagaimana peran anggota legislatif perempuan dalam hal penganggaran dana? Mohon Jelaskan.
Saya kurang tau prosedurnya
19. Saat ini DPR mengeluarkan gerakan Budaya Anti Korupsi (BAK), bagaimana peran anggota
legislatif perempuan untuk ikut andil menyuarakan gerakan tersebut? Mohon Jelaskan.
Semua mulai dari diri sendiri. perempuan termasuk anggota yang tidak begitu mementingkan
lifestyle ketimbang pria.
20. Bagaimana peran fraksi jika anggota legislatif perempuan terlibat dalam kasus korupsi? Mohon
Jelaskan.
Langsung dipecat
21. Dalam hal ini bagaimana sikap PDI Perjuangan jika ada anggota legislatif perempuan terlibat
korupsi? Mohon Jelaskan.
Sama semua pasti dipecat
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
KINERJA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PDI PERJUANGAN DI DPR RI
TAHUN 2014-2017 DALAM PENEMPATAN DI KOMISI BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN.
Angket tersebut dibuat untuk memenuhi tugas akhir skripsi.
Oleh: Kartikha Sri Rahmayanty (Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN Jakarta).
1. Identitas diri :
1. Nama:
Ribka Tjiptaning
2. Tempat Tanggal Lahir
Yogyakarta,1 juli 1959
3. Pendidikan Terakhir :
Strata 1 Kedokteran UKI Jakarta (1978-1990)
4. Jabatan Terakhir :
Anggota Komisi IX
Ketua Komisi IX (2009-2014)
5. Pengalaman Organisasi :
Sekjen Pemuda Demokrasi Indonesia
Yayasan Waluya Sejati Abadi
6. Menurut ibu, Apakah pengalaman dan latar belakang yang dimiliki sangat membantu ibu
dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan?
Betul, karena saya dokter dan ditempatkan di Komisi IX membidangi kesehatan dan
ketenagakerjaan. Saya memiliki mimpi bagaimana politik kesehatan bisa menjadi lebih
baik. Jika dulu kita melihat kesehatan berorientasi pada sosial tetapi sekarang karena
pengaruh kapitalisasi dan globalisasi menjadi komersial. Fasilitas yang diberikan
terkadang tidak sesuai, seperti di Rumah sakit terdapat kamar Kelas III karena habis
maka dialihkan jadi Kelas I. Padahal harga per kamar bisa berbeda jauh. Saya juga turut
andil dalam mendirikan BPJS dimana rakyat dapat mendapat jaminan kesehatan ssecara
nasional. Dulu ibu Megawati sudah melahirkan sistemnya sekarang tinggal penerapannya
saja.
7. Apakah posisi ibu di komisi berdasarkan permintaan sendiri atau dari partai politik?
Semua bergantung dari partai, kita tinggal menurut apa perintah partai. Kita tidak boleh
seenaknya memilih, mungkin karena saya dokter maka ditempatkan di komisi IX. Kita
juga menjalani tes psikotes.
8. Bagaimana pendapat ibu mengenai kinerja perempuan yang duduk di legislatif?
Tidak semua bagus. Apalagi karena sistem pemilu terbuka dan tidak semua menjamin
duduk di DPR pasti berkualitas. Ada juga anggota perempuan yang hanya senang
bersolek saja. Padahal menyelesaikan persoalan rakyat tidak cukup dengan bersolek saja.
Ada juga anggota yang memikirkan fasilitas yang diberikan negara saja. Penyebab
banyak perempuan gagal di pileg karena penomorannya dan uangnya. Banyak perempuan
yang berkualitas gagal karena ditempatkan di nomor urut terbawah. Partainya sendiri
masih belum memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berkiprah dalam politik.
Terkadang perempuan sendiri juga salah dalam menempatkan dirinya, misalnya
perempuan yang masuk ke DPC bangga dengan status jabatan sebagai bendahara yang
jelas identik dengan perempuan. Jarang sekali perempuan membidangi peran-peran
penting sebagai kabid organisasi, atau dalam sidang menduduki sebagai presidium
sidang. Kesempatan itu jangan ditunggu tapi direbut nanti bisa tertinggal. Saya menjabat
sebagai ketua komisi selama 10 tahun, ini juga berkat ibu Megawati, merupakan ketua
partai yang juga perempuan.
9. Bagaimana peran fraksi dalam menempatkan anggota legislatif perempuan dalam
parlemen?
Semua berdasarkan Undang-Undang yang mengharuskan 30% tetapi kembali lagi pada
partai, apakah partai mau memberikan kesempatan tersebut? Jangan hanya sekedar
memenuhi standar KPU saja. Ketika pileg justru partai sibuk sekali mencari calon untuk
memenuhi kuota tapi sayang tidak lolos, hanya tembus 11% saja. Jika ada yang lolos
pasti ada anggota yang pasif, tidak berbicara sama sekali.
10. Apakah anggota legislatif perempuan dilibatkan secara langsung dalam pembentukan
panitia khusus? Mohon Jelaskan.
Sebetulnya perempuan seolah-olah merupakan penghias saja, bukan hanya menjadi MC
atau konsumsi saja. Menurut saya masih ada diskriminasi.
11. Apakah ada peran fraksi dalam penunjukan panitia khusus?
Ada. Karena fraksi kepanjangan tangan dari partai tetapi partai harus memilih orang yang
berkualitas agar dapat aktif disana. Karena ada saja ada anggota pansus yang hanya pasif
saja. Menurut saya Diah Pitaloka bagus karena dia sudah berpengalaman sehingga mental
politiknya juga sudah terbentuk. Berbeda dengan orang yang masuk senayan hanya
modal uang saja.
12. Bagaimana meningkatan kapabilitas kinerja perempuan agar dapat memiliki pengaruh
dalam pengambilan keputusan secara nasional? Mohon Jelaskan.
Sebenarnya sikap yang diperlukan oleh perempuan adalah berani, konsisten dan pandai
me-lobby. Tetapi jangan sampai ter-lobby. Dalam pembentukan Undang-Undang masih
banyak kepentingan.
13. Apakah Affirmative action sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
keinginan UU? Mohon Jelaskan.
Sudah tapi belum sempurna implementasinya. Jadi perlu waktu, kita lama di
pembentukan PP-nya. Seharusnya sudah satu tahun malah belum keluar.
14. Bagaimana iklim kepemimpinan di DPR? Apakah anggota legislatif pria mengutamakan
kesetaraan atau superioritas ? Mohon Jelaskan.
Partai masih belum memberikan kesempatan kepada perempuan untuk memimpin.
Apabila perempuan diberi kesempatan untuk memimpin, pasti ia akan lebih tegas.
15. Selama ini, apa saja hambatan yang dialami dalam melaksanakan tugasnya oleh anggota
legislatif perempuan? Mohon jelaskan.
Tidak ada hambatan. Walaupun dengan saya jarang bertemu dengan keluarga.
16. Bagaimana partisipasi anggota legislatif perempuan dalam pembentukan UU? Mohon
Jelaskan.
Seharusnya haknya sama. Ada beberapa yang pernah masuk pansus seperti saya dan
Rieke.
17. Bagaimana peran ibu dalam memelihara konstituen dalam meningkatkan partisipasi
perempuan untuk terjun dalam politik? Mohon jelaskan.
Saya baru saja mengadakan acara ulang tahun partai yang dikemas dalam menyambut
Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional. Acaranya cukup
ramai karena yang datang sekitar 1216 orang dan momennya juga menjelang dengan
ramadhan.
18. Apakah ada evaluasi secara khusus dari fraksi mengenai partisipasi anggota legislatif
perempuan dalam menyuarakan pendapatnya? Mohon jelaskan.
Bukan hanya perempuan saja, laki-laki juga dievaluasi terkait dengan kehadiran dan
partisipasi. Ada juga sanksinya tergantung dengan masalahnya.
19. Bagaimana peran anggota legislatif perempuan dalam hal penganggaran dana? Mohon
Jelaskan.
Saya kurang tau karena bukan di banggar.
20. Saat ini DPR mengeluarkan gerakan Budaya Anti Korupsi (BAK), bagaimana peran
anggota legislatif perempuan untuk ikut andil menyuarakan gerakan tersebut? Mohon
Jelaskan.
Kembali ke partainya. seperti hak interpelasi yang menitikberatkan kepada partai, karena
kita disini sebagai petugas partai.
21. Bagaimana peran fraksi jika anggota legislatif perempuan terlibat dalam kasus korupsi?
Mohon Jelaskan.
Langsung dipecat di semua tingkatan pemerintahan.
22. Dalam hal ini bagaimana sikap PDI Perjuangan jika ada anggota legislatif perempuan
terlibat korupsi? Mohon Jelaskan.
Sama langsung pecat. Salah satunya ada anggota DPR yang juga PDI Perjuangan
langsung dipecat.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
KINERJA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PDI PERJUANGAN DI DPR RI
TAHUN 2014-2017 DALAM PENEMPATAN DI KOMISI BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN.
Angket tersebut dibuat untuk memenuhi tugas akhir skripsi.
Oleh: Kartikha Sri Rahmayanty (Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN Jakarta).
1. Identitas diri :
1. Nama:
Rieke Diah Pitaloka
2. Tempat Tanggal Lahir
Garut, 8 Januari 1974
3. Pendidikan Terakhir :
Strata 2 Filsafat Universitas Indonesia
4. Jabatan Terakhir :
Anggota DPR RI Komisi IX (2014)
Anggota DPR RI Komisi VI (2015 sd sekarang)
Anggota Badan Legislasi DPR
5. Pengalaman Organisasi :
Sekretaris Pusat Analisa dan pengendali Situasi PDI Perjuangan
Ketua Umum Federasi Pekerja Pelabuhan Indonesia.
6. Menurut ibu, Apakah pengalaman dan latar belakang yang dimiliki sangat membantu ibu
dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan?
Pasti, dulu saya memulai sebagai aktivis mahasiswa dari Reformasi dan kuliah di UI
tahun 1995. Kemudian saya ikut Gerakan Mahasiswa tahun 1998 setelah itu saya masuk
PKB sebagai sekjen di DPP. Tahun 2008 karena ada persoalan saya pindah ke PDI
Perjuangan dan maju menjadi calon anggota legislatif di Dapil Jabar II, Kabupaten
Bandung Barat. Sebelumnya saya juga aktif di buruh migran, disana saya menjadi duta
buruh migran ILO. Saya melihat ada persoalan sistem yang harus diperbaiki dan harus
melalui keputusan politik. Nah keputusan politik itu ada dua melalui legislasi dan
eksekutif. Ketika masuk ke DPR saya sudah merencanakan apa saja yang akan saya
lakukan terkait dengan fungsi utama di DPR seperti legislasi, budgeting, dan
pengawasan.
7. Apakah posisi ibu di komisi berdasarkan permintaan sendiri atau dari partai politik?
Kalau di PDI Perjuangan ada sistem yang cukup baik, ketika orang masuk (PDI
Perjuangan), partai sudah memiliki database. Kita juga ditanya mau masuk di bagian apa
dan latarbelakangnya apa, misalnya pengusaha tambang tidak mungkin ditempatkan di
Komisi 7. Hal ini digunakan untuk menghindari adanya conflict of interest. Adapun
perpindahan komisi seperti saya yang awalnya di Komisi IX kemudian ditempatkan di
Komisi VI karena adanya perintah partai. Namun publik harus menyadari bahwa anggota
dewan bukan otonom bahwa anggota legislatif maupun eksekutif diusung oleh partai.
Jika sistem politik dapat terlaksana dengan baik, maka tidak ada orang yang independen.
Partai memang harus dibenahi, bukan berarti deparpolisasi, karena di berbagai negara
pun termasuk Amerika Serikat tetap memakai partai politik. Jadi orang harus
menjalankan program yang diusung oleh partai baik di eksekutif maupun legislatif, kita
disebut petugas partai karena ada keterikatan tidak hanya emosi saja tapi juga ideologi
yang harus diimplementasikan. Keputusan partai adalah Kongres, Rakernas dan juga ada
Rapat DPP. Kemudian dari rapat-rapat tersebut didelegasikan oleh eksekutif dan legislatif
untuk hal-hal apa saja yang harus dikerjakan.
8. Bagaimana pendapat ibu mengenai kinerja perempuan yang duduk di legislatif?
Kita memiliki mekanisme yang jelas, harus ditempatkan dimana dan mengerjakan apa
termasuk Undang-Undang apa. Di politik sendiri kita ingin menghapus sekat-sekat
diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Affirmative action adalah tindakan untuk
bagaimana membuka ruang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan
diprioritaskan karena dianggap kaum termarjinalkan selama ini, jadi perjuangan untuk
perempuan bukan untuk mendikotomi atau mendominasi terhadap laki-laki tetapi
perjuangan perempuan adalah perjuangan untuk memenuhi hak-hak asasi manusia. Untuk
tugas saya sebagai anggota dewan, saya membela semua terlepas karena laki-laki atau
perempuan, bagi saya rakyat adalah rakyat. Dalam konteks isu perempuan, ada pula yang
khusus saya perjuangkan yaitu UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
memperjuangkan Affirmative Action yaitu kouta 30% perempuan di politik dengan zipper
system-nya. Tetapi itu tidak menjadi alasan kita untuk berhenti dalam kuantitas
perempuan yang masuk di parlemen, kualitas perempuan di DPR juga karena bagaimana
dia mengerti tugas pokoknya dan apa yang ia kerjakan. Untuk di buruh migran, saya
sekarang tidak di Komisi VI tapi saya berada di Timwas TKI DPR. Jika dilihat dari segi
perempuan tentu relevan karena mayoritas TKI adalah perempuan, bukan berarti saya
memperjuangkan hanya perempuan saja, saya memperjuangkan semuanya. Saat ini saya
adalah pengusul untuk UU Penghapusan Kekerasan Seksual, korbannya tidak hanya
perempuan namun juga laki-laki. Dalam sistem sosial yang ada, perempuan masih
terekonstruksi sebagai warga kelas dua, maka korban yang paling banyak perempuan. ini
saya lakukan dan masih bekerjasama dengan beberapa NGO dan civil society. Pada
periode ini saya berjuang bersama dengan Komnas HAM dan anak, dan seluruh jaringan
aktivis perempuan. Kita juga membuka ruang untuk berkomunikasi perihal
perkembangan di DPR tentang bagaimana kondisi disana, kemudian bagiamana
sosialisasinya, lobby politiknya jadi kita rumuskan bersama. Sebetulnya saya adalah
corong buat teman-teman disini karena kita tidak mungkin menggolkan suatu keputusan
politk tanpa dukungan dari publik.
9. Bagaimana peran fraksi dalam menempatkan anggota legislatif perempuan dalam
parlemen?
Di PDI Perjuangan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena ketua
partainya juga perempuan. Alhamdulillah, permasalahan terkait gender sudah selesai.
Ketua umum selalu memberikan ruang seluas-luasnya, menurut saya perempuan justru
diberikan ruang yang cukup luas karena mencari kader perempuan itu susah sekali. Tidak
semua orang bisa berhadapan dengan situasi dimana ada anggapan publik bahwa
perempuan itu mengurusi sumur, dapur dan kasur. Belum lagi anggapan masyarakat
mengenai wilayah politik adalah wilayah laki-laki. Jadi mencari orang yang bisa
membagi waktu antara keluarga dan siap bertarung politik itu susah. Tetapi ada beberapa
pilihan lagi, kalau sudah masuk ke dalam politik ya prioritas utama adalah rakyat.
Kemarin saya ditunjuk sebagai Ketua Pansus Pelindo, itu merupakan sebuah tugas yang
berat dan bagi saya itu merupakan penghargaan tinggi dari partai yang harus saya
jalankan sebaik-baiknya.
10. Apakah anggota legislatif perempuan dilibatkan secara langsung dalam pembentukan
panitia khusus? Mohon Jelaskan.
Partai menugaskan ke fraksi, nanti pimpinan fraksi berbicara dengan anggota fraksi dan
diputuskan untuk memberikan rekomendasi siapa saja. Kalau ketua pansus merupakan
mandat langsung dari ketua umum. Kalau anggotanya diputuskan oleh DPP, disetujui
atau tidak.
11. Apakah ada peran fraksi dalam penunjukan panitia khusus?
Ada. Biasanya dipilih yang berkompeten dan berani fight dalam memenangkan
keputusan. Terkadang lebih menitikberatkan pada segi kompetensi, ada juga anggota
yang masuk 2 pansus sekaligus.
12. Bagaimana meningkatan kapabilitas kinerja perempuan agar dapat memiliki pengaruh
dalam pengambilan keputusan secara nasional? Mohon Jelaskan.
Pertanyaan tersebut berlaku juga untuk politisi laki-laki, karena ada juga politisi laki-laki
yang tidak memiliki pengaruh. Sebetulnya pengaruh politisi tidak bisa dilihat apakah dia
laki-laki atau perempuan saja. Cara satu-satunya adalah mengorganisir rakyat dan terjun
langsung dalam mengadvokasi persoalan rakyat. Nah kalau untuk anggota DPR tidak
boleh hanya memperjuangkan dapilnya saja. DPR RI itu mencakup semua wilayah
Indonesia, jadi tidak bisa kita bekerja dalam konteks daerah pemilihannya saja kalau
bekerja sesuai dapilnya berarti DPRD. Itu yang membedakan Indonesia dengan sistem
federal, karena negara kita berbasis NKRI. Bagaimana nasib daerah lain apabila dia
hanya mementingkan rakyat di dapilnya saja? Jadi yang susah adalah bagaimana
membangun kepercayaan ke masyarakat, mengorganisir rakyat yang memilih kita sebagai
politisi untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat. Sekarang saya sedang
berjuang untuk revisi UU ASN (Aparatur Sipil Nasional) untuk memperjuangkan
pegawai honorer menjadi pegawai tetap negara.
13. Apakah Affirmative action sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
keinginan UU? Mohon Jelaskan.
Wajib, ada juga ketentuan dari kepengurusan partai. Nanti ada verifikasi partai politik
sebesar 30% pengurus partai dan calon harus berasal dari perempuan. Untuk mencapai
keterpilihan 30% itu agak sulit, namun yang penting adalah bukan karena jenis kelamin,
laki-laki atau perempuan tetapi perspektif tentang keberpihakan perempuan, perempuan
selalu menjadi korban dari sistem sosial yang ada. Misalnya soal Bidan, jika kita lihat
dari segi profesi memang bidan identik dengan perempuan, untuk merumuskan Undang-
Undang Bidan PTT, Alhamdulillah semua temen anggota dewan laki-laki menyetujui dan
diangkat lebih cepat untuk menjadi PNS. Kemudian upahnya juga diperbaiki, ini bukan
hanya perjuangan perempuan tetapi perjuangan laki-laki juga.
14. Bagaimana iklim kepemimpinan di DPR? Apakah anggota legislatif pria mengutamakan
kesetaraan atau superioritas ? Mohon Jelaskan.
Sama dengan pertanyaan sebelumnya.
15. Selama ini, apa saja hambatan yang dialami dalam melaksanakan tugasnya oleh anggota
legislatif perempuan? Mohon jelaskan.
Hambatan banyak. Kesulitan saya adalah melibatkan dan memberikan kesadaran kepada
rakyat bahwa ini merupakan urusan politisi di DPR, jadi kita tidak bisa bekerja sendirian
di DPR. Kami butuh dukungan dari rakyat agar kebijakan tersebut dapat diputuskan.
Salah satu hubungan penting juga melalui media, media itu jangan menjadi “kuli tinta”
tapi menjadi pewarta pejuang. Alhamdullilah mereka jadi bagian dari perjuangan saya.
16. Bagaimana partisipasi anggota legislatif perempuan dalam pembentukan UU? Mohon
Jelaskan.
Terdapat tiga fungsi pengawasan di DPR yaitu legislasi, budgeting dan pengawasan.
Untuk legislasi harus diperbaiki terutama dengan Undang-Undang Buruh Migran yaitu
UU No 39 Tahun 2004 akan tetapi sampai hari ini belum selesai. Untuk budgeting, saya
berjuang untuk perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri. Akhirnya sudah
diputuskan melalui Kementerian Luar Negeri yaitu Perlindungan WNI sebesar 1 Triliun
multi years. Kemudian dari segi pengawasan adalah kebijakan-kebijakan Pemerintah
terhadap perlindungan buruh migran Indonesia. Kita terjun langsung untuk mengadvokasi
perlindungan WNI baik di luar maupun di dalam negeri. Saya juga fight terkait dengan
pembebasan hukuman mati yang diberikan oleh TKI di Malaysia. Kedua terkait dengan
jaminan sosial, saya memiliki prinsip bahwa tidak ada kesejahteraan dan keadilan sosial
tanpa adanya jaminan sosial nasional. Waktu itu penyelenggaranya ada empat BUMN
yang berbentuk PT, Askes, Jamsostek, Taspen dan Asabri. Ini memiliki sistem-sistem
yang berbeda dengan sistem yang seharusnya karena empat BUMN ini berbentuk PT
yang berarti profit oriented sementara, sistem jaminan pemerintah harus non-profit
oriented. Saya berjuang kurang lebih 3 tahun untuk UU Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Untuk UU Sistem Jaminan Sosial sendiri sudah ada dan ditandatangani oleh
Presiden Megawati Soekarnoputri tanggal 19 Oktober 2004 namun UU ini belum
dijalankan karena dalam kurun waktu 5 tahun (masa periode habis) harus ada perubahan
sistem. Perubahan penyelenggaranya juga diubah dari profit oriented menjadi non-profit
oriented. Jadi baru tahun 2011 kita mengubah sistem baru untuk pengawalan kebijakan
politik gerakan parlemen extra parlementer. Jadi kita buat koalisi partai untuk
mendukung dalam pansus supaya ada gerakan bersama. Yang paling penting adalah pilot
project dari saya lakukan bagaimana agar UU dapat diketahui oleh publik, karena UU
yang sudah disahkan adalah menyangkut hajat hidup masyarakat Indonesia. Ketika
terjadi penjanggalan pembahasan bukan hanya saya saja yang turun tangan, (DPR dan
Pemerintah) tetapi mereka (publik) kami beri pintu untuk mengkontrol langsung setiap
persidangan di DPR, jadi kita buat fraksi balkon. Fraksi balkon berfungsi untuk
mengontrol siapa yang mengatakan apa, dan mereka memberikan masukan kepada
anggota dewan, pasal mana yang seharusnya disetujui oleh anggota dewan. Sehingga
Mayoritas UU BPJS itu berasal dari publik. Maka, dengan disahkannya UU BPJS
Indonesia sudah masuk dalam sistem yang baru yaitu sistem jaminan sosial yang
sesungguhnya, badannya tidak lagi berbentuk PT tetapi menjadi badan nirlaba. BPJS
sendiri terbagi menjadi dua yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Tenaga Kerja. BPJS Tenaga
Kerja menjamin empat hal yaitu kecelakaan, pensiun, hari tua dan kematian. Untuk
pertama kalinya jaminan pensiun itu dijalankan untuk semua rakyat Indonesia bukan
hanya PNS mulai Juli 2015. Itu adalah tonggak pencapaian bersejarah yang luar biasa,
dimana ada kepastian orang yang bekerja tidak hanya jaminan hari tua, tetapi juga ada
jaminan pensiun yang akan dikeluarkan setiap bulannya. Ada yang berhasil dan ada yang
tidak berhasil tapi saya maunya kerja bareng dan terlibat. Beberapa ada yang sudah
diangkat menjadi PNS tapi mereka tetap membantu teman-temannya.
17. Bagaimana peran ibu dalam memelihara konstituen dalam meningkatkan partisipasi
perempuan untuk terjun dalam politik? Mohon jelaskan.
Konstituen saya tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya di wilayah dapil saya saja.
Karena saya anggota dewan yang dipilih oleh seluruh rakyat Indonesia, jadi saya
memelihara seluruh daerah konstituen saya.
18. Apakah ada evaluasi secara khusus dari fraksi mengenai partisipasi anggota legislatif
perempuan dalam menyuarakan pendapatnya? Mohon jelaskan.
Ada, besok kita ada rakor (rapat koordinasi). Ada rakor fraksi dan juga rakernas, dan ada
juga rapat dari ketua umum terkait dengan hal-hal khusus seperti pansus dan di-briefing
langsung. Ngeri deh.. jadi setiap orang akan ditunjuk dan dibacakan secara langsung apa
saja yang seharusnya ia lakukan. Semuanya undercontrol , ada beberapa mekanisme dan
proses yang harus dijalankan dan diperbaiki. Proses yang masih berjalan berdasarkan
rekomendasi kongres, lalu rakernas yang dilakukan setiap tahun. Rakernas mengeluarkan
rekomendasi yang didelegasikan ke semua anggota eksekutif dan legislatif yang ada di
pusat maupun di daerah. Memang kontrol sampai ke DPRD itu masih kita bangun, untuk
tingkat DPR RI masih cukup berjalan walaupun posisi kita sebagai pemerintahan itu yang
jadi sulit, seolah-olah kita tidak mengkritisi tapi kita sebenernya berupaya keras untuk
mengupayakan pemerintahan ini agar tidak keluar dari rel konstitusi. Ketua umum tetap
berpesan agar tetap mawas diri, tidak meng-iyakan semua tanpa adanya pengawasan dan
pendampingan. Walaupun dalam berbagai rapat kita sering sekali dikatakan sebagai
partai oposisi karena kita menjaga prinsip-prinsip utama yang berkaitan dengan rakyat.
19. Bagaimana peran anggota legislatif perempuan dalam hal penganggaran dana? Mohon
Jelaskan.
Untuk budgeting, saya berjuang untuk perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar
negeri. Akhirnya sudah diputuskan melalui Kementerian Luar Negeri yaitu Perlindungan
WNI sebesar 1 Triliun multi years. Kemudian dari segi pengawasan adalah kebijakan-
kebijakan Pemerintah terhadap perlindungan buruh migran Indonesia. Kita terjun
langsung untuk mengadvokasi perlindungan WNI baik di luar maupun di dalam negeri.
Saya juga fight terkait dengan pembebasan hukuman mati yang diberikan oleh TKI di
Malaysia. Kedua terkait dengan jaminan sosial, saya memiliki prinsip bahwa tidak ada
kesejahteraan dan keadilan sosial tanpa adanya jaminan sosial nasional. Waktu itu
penyelenggaranya ada empat BUMN yang berbentuk PT, Askes, Jamsostek, Taspen dan
Asabri. Ini memiliki sistem-sistem yang berbeda dengan sistem yang seharusnya karena
empat BUMN ini berbentuk PT yang berarti profit oriented sementara, sistem jaminan
pemerintah harus non-profit oriented. Saya berjuang kurang lebih 3 tahun untuk UU
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Untuk UU Sistem Jaminan Sosial sendiri sudah
ada dan ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tanggal 19 Oktober 2004
namun UU ini belum dijalankan karena dalam kurun waktu 5 tahun (masa periode habis)
harus ada perubahan sistem. Perubahan penyelenggaranya juga diubah dari profit
oriented menjadi non-profit oriented. Jadi baru tahun 2011 kita mengubah sistem baru
untuk pengawalan kebijakan politik gerakan parlemen extra parlementer.
20. Saat ini DPR mengeluarkan gerakan Budaya Anti Korupsi (BAK), bagaimana peran
anggota legislatif perempuan untuk ikut andil menyuarakan gerakan tersebut? Mohon
Jelaskan.
Kalau setiap orang fokus dalam melaksanakan tugasnya terutama tiga fungsi DPR dan
setia pada sumpahnya pasti tidak ada yang berani korupsi. Masalahnya bukan hanya di
DPR yang korupsi, birokrasi juga harus dicek. Karena korupsi itu tidak sendiri, apakah
ada ruang atau sebaliknya? Anggaran itu harus dibahas antara pemerintah dan DPR.
21. Bagaimana peran fraksi jika anggota legislatif perempuan terlibat dalam kasus korupsi?
Mohon Jelaskan.
Partai PDI Perjuangan langsung memecat dan menindak tegas.
22. Dalam hal ini bagaimana sikap PDI Perjuangan jika ada anggota legislatif perempuan
terlibat korupsi? Mohon Jelaskan.
Sama langsung pecat. Salah satunya ada anggota DPR yang juga PDI Perjuangan
langsung dipecat.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
KINERJA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PDI PERJUANGAN DI DPR RI
TAHUN 2014-2017 DALAM PENEMPATAN DI KOMISI BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN.
Angket tersebut dibuat untuk memenuhi tugas akhir skripsi.
Oleh: Kartikha Sri Rahmayanty (Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN Jakarta).
1. Identitas diri :
1. Nama:
Tuti Roosdiono
2. Tempat Tanggal Lahir
Salatiga, 21 Agustus 1954
3. Pendidikan Terakhir :
Strata 1, Business Administration, Washington D.C, Amerika Serikat
4. Jabatan Terakhir :
Komisi I DPR RI (PAW Tjahjo Kumolo)
5. Pengalaman Organisasi :
Ketua umum Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT)
Pendiri Komunitas Seni Mitra Barata
Komnas Penanggulangan Tembakau
Yayasan Kantor DKI
6. Menurut ibu, Apakah pengalaman dan latarbelakang yang dimiliki sangat membantu ibu
dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan?
Ya betul sekali, tetapi personality itu juga penting. Kita juga harus supel, pandai bergaul
dan ramah. Basic saya yang peduli dengan kebudayaan karena saya berasal dari keluarga
jawa tulen. Jadi saya sudah kenal sekali dengan gamelan, tembang Jawa dan wayang.
Saya juga menjadi ketua di Komunitas Seni Mitra Barata yang berfokus pada kebudayaan
Jawa.
7. Apakah posisi ibu di komisi berdasarkan permintaan sendiri atau dari partai politik?
Dari partai politik, karena saya merupakan PAW (Pergantian Antar Waktu) dari Bapak
Tjahjo Kumolo, Menteri Dalam Negeri. Saya ditempatkan di komisi 1. Sejak kecil saya
aktif organisasi, sewaktu SMP saya aktif di GSNI, kemudian saya juga aktif di GMNI.
Tetapi saya juga ditanya oleh partai, mau ditempatkan di komisi mana? Saya menurut
saja apa yang diperintahkan oleh partai, I’m flexible and happy yang penting fokus kerja.
8. Bagaimana pendapat ibu mengenai kinerja perempuan yang duduk di legislatif?
Menurut saya kinerja perempuan di DPR bagus semua, mereka bekerja dengan baik, jujur
dan apa adanya dibandingkan anggota laki-laki. Mungkin karena perempuan minoritas ya
jadi harus menunjukkan kemampuannya.
9. Bagaimana peran fraksi dalam menempatkan anggota legislatif perempuan dalam
parlemen?
Saya kurang tau, kareana saya anggota biasa takut salah ngomong.
10. Apakah anggota legislatif perempuan dilibatkan secara langsung dalam pembentukan
panitia khusus? Mohon Jelaskan.
Saya belum pernah ditempatkan dalam pansus terhitung Januari 2016. Tetapi ada
beberapa perempuan yang ikut pansus seperti Rieke Diah Pitaloka, Risa Mariska.
11. Apakah ada peran fraksi dalam penunjukan panitia khusus?
Saya kurang tau tapi banyak anggota perempuan PDI Perjuangan yang masuk pansus.
12. Bagaimana meningkatan kapabilitas kinerja perempuan agar dapat memiliki pengaruh
dalam pengambilan keputusan secara nasional? Mohon Jelaskan.
Harus berani dan fight, seperti mbak rieke. Terkadang ada beberapa perempuan yang
tidak berani dalam beragumentasi karena ada beberapa anggota laki-laki tidak beretika
sedemikian rupa. Seharusnya kita sebagai wakil rakyat harus berargumentasi sesuai
dengan etika. Menurut saya perempuan masa kini masih ambivalence, tapi yang banyak
juga kuat seperti mbak rieke, ibu ribka, ibu Indah kurnia.
13. Apakah Affirmative action sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
keinginan UU? Mohon Jelaskan.
Realitynya bertele-tele dan tidak selesai-selesai. Saya agak sulit menjawab tetapi
mungkin ada proses lagi agar lebih baik ke depannya. Sebenarnya PDI Perjuangan itu
partai pemenang Pemilu , tetapi kita tidak mendapatkan kursi sebagai pimpinan. Disitu
kira merasa kesulitan karena dicurangi. Semua masyarakat sudah tahu kalau kita
dicurangi. Ini juga berdampak pada penempatan posisi kami di komisi.
14. Bagaimana iklim kepemimpinan di DPR? Apakah anggota legislatif pria mengutamakan
kesetaraan atau superioritas ? Mohon Jelaskan.
Masih ada tendensi pertemanan, jadi sering sekali ada rasa “tidak enak” pada teman.
Seperti Fahri Hamzah, beliau sudah gak di PKS tapi karena ada rasa “tidak enak” itu
maka ya masih sungkan. Posisi Fahri Hamzah sendiri juga tidak jelas, karena beliau
mewakili siapa? Untu superioritas sendiri tidak terlalu ketara. Tetapi ada beberapa orang
yang pasti melakukan itu, tidak bisa digeneralisasikan. PDI Perjuangan sendiri sangat
menghargai perempuan karena pimpinannya saja perempuan.
15. Selama ini, apa saja hambatan yang dialami dalam melaksanakan tugasnya oleh anggota
legislatif perempuan? Mohon jelaskan.
Banyak. Sering ada pemberitahuan rapat yang cenderung mendadak. Contohnya rapat
paripurna hari ini baru diberi tahu semalam. Selain itu hari ini saya ada rapat dengan
mitra jadi sering terpotong karena terburu-buru. Di surat itu tertulis pukul 10 pagi mulai
rapat tetapi rapat sering molor dan tidak memenuhi quorum. Saya gak tau mana
problemnya, mana telur mana ayam saya gak ngerti.
16. Bagaimana partisipasi anggota legislatif perempuan dalam pembentukan UU? Mohon
Jelaskan.
Partisipasinya all-out tapi kan kita minoritas, atau memang dikondisikan seperti ini.
seperti kata pak Said Aqil Sirodj PDI Perjuangan itu seperti NU, sama pintarnya sama
bodohnya. Hahahahaha.
17. Bagaimana peran ibu dalam memelihara konstituen dalam meningkatkan partisipasi
perempuan untuk terjun dalam politik? Mohon jelaskan.
18. Apakah ada evaluasi secara khusus dari fraksi mengenai partisipasi anggota legislatif
perempuan dalam menyuarakan pendapatnya? Mohon jelaskan
19. Bagaimana peran anggota legislatif perempuan dalam hal penganggaran dana? Mohon
Jelaskan.
Sesuai dengan porsinya di komisi. Tiap komisi ada wakil perempuannya. Semua anggota
memiliki hak yang sama, di banggar (badan anggaran) pun ada perempuannya.
20. Saat ini DPR mengeluarkan gerakan Budaya Anti Korupsi (BAK), bagaimana peran
anggota legislatif perempuan untuk ikut andil menyuarakan gerakan tersebut? Mohon
Jelaskan.
Budaya anti korupsi dimulai dari diri sendiri dan merealisasikan program dengan baik,
misalnya uang bakti sosial dimanfaatkan dengan baik, nah itu bisa dijadikan contoh.
21. Bagaimana peran fraksi jika anggota legislatif perempuan terlibat dalam kasus korupsi?
Mohon Jelaskan.
Langusng dipecat, tidak ada toleransi.
22. Dalam hal ini bagaimana sikap PDI Perjuangan jika ada anggota legislatif perempuan
terlibat korupsi? Mohon Jelaskan.
Sama langsung pecat. Salah satunya ada anggota DPR yang juga PDI Perjuangan
langsung dipecat.
Wawancara Pribadi dengan Ribka Tjiptaning, 19 Mei 2017
Wawancara Pribadi dengan Tuti Roosdiono, 3 Juli 2017.
Wawancara Pribadi dengan Rieke Diah Pitaloka, 13 Juli 2017.
Wawancara Pribadi dengan M.Y Esti Wijayanti pada tanggal 18 Juni 2017
Wawancara Pribadi dengan Irine Yusiana Roba Putri, 26 Agustus 2017.
Wawancara Pribadi dengan Agustina Wilujeng Pramestuti,13 Juni 2017