gedung pusat ugm

2
Gedung Pusat UGM merupakan karya monumental bangsa. Meskipun pada pidato pembukaan Gedung Pusat oleh Presiden Soekarno tanggal 19 Desember 1959 disebutkan bila arsitek gedung tersebut Pangeran Hadinegoro, namun hingga kini tidak banyak orang tahu apa dan siapa Gusti Pangeran Haryo Hadinegoro. Menurut Prof Dr dr Sutaryo SpAK, gedung pusat UGM berada diantara 2000 gedung dari 2400 perguruan tinggi di Indonesia. Gedung ini menjadi gedung paling megah karya bangsa Indonesia. "Menyitir pendapat Prof Hardjoso, orang luar negeri seungguhnya bangga dan kagum akan gedung ini. Tapi kita sendiri terkadang justru mencari gedung-gedung yang lain," papar Prof Taryo, Senin (5/1) di ruang Balai Senat saat berlangsung seminar "Menelusuri Sejarah Gedung Pusat UGM". Sebagai ketua panitia Prof taryo berharap seminar tidak sebatas membahas Gedung UGM dari sisi eksplorasi sejarah, melainkan kemungkinan untuk dilakukan pengembangan di masa depan. Yaitu bagaimana menerapkan berbagai konsep-konsep pembangunan gedung-gedung UGM agar terlihat cantik. "Dengan begitu UGM diharapkan bisa menggambarkan satu- kesatuan. Sehingga tidak asal bikin gedung seperti saat ini dengan merk-merk tertentu. Pembangunan gedung-gedung yang tidak memiliki konsepsi filosofis yang jelas," tambahnya. Prof Hardjoso Prodjopangarso sebagai pelaku sejarah pembangunan UGM mengatakan bila kesan kekokohan dari bangunan UGM menunjukkan jiwa juang UGM. Hal itu diyakini sebagai maksud/tujuan dari arsitekturnya. "Jiwa juang sudah ada mulai embrionya sejak 17 Agustus 1945. Bahwa bangunan tetap tegak meskipun pernah diguncang oleh gempa yang dahsyat, begitu juga jiwa juang yang ingin ditonjolkan akan selalu berdiri tegak," ungkap Prof Hardjoso. Menatap bangunan gedung UGM, kata Prof Hardjoso, mengingatkan pada Bung Karno ketika berpidato meresmikannya. "Kata Bung Karno sudah menjadi kebiasaan semenjak zaman Belanda dan masa merdeka bila sewaktu meresmikan gedung, jembatan atau sarana prasarana lain selalu yang disebut-sebut nama pejabat yang berkuasa. Padahal berada dalam bangunan yang semegah ini (UGM)

Upload: mentari-mawarmelati

Post on 03-Jan-2016

488 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas ospek tg sejarah gedung pusat atau balairung

TRANSCRIPT

Page 1: Gedung Pusat UGM

Gedung Pusat UGM merupakan karya monumental bangsa. Meskipun pada pidato pembukaan Gedung Pusat oleh Presiden Soekarno tanggal 19 Desember 1959 disebutkan bila arsitek gedung tersebut Pangeran Hadinegoro, namun hingga kini tidak banyak orang tahu apa dan siapa Gusti Pangeran Haryo Hadinegoro.

Menurut Prof Dr dr Sutaryo SpAK, gedung pusat UGM berada diantara 2000 gedung dari 2400 perguruan tinggi di Indonesia. Gedung ini menjadi gedung paling megah karya bangsa Indonesia.

"Menyitir pendapat Prof Hardjoso, orang luar negeri seungguhnya bangga dan kagum akan gedung ini. Tapi kita sendiri terkadang justru mencari gedung-gedung yang lain," papar Prof Taryo, Senin (5/1) di ruang Balai Senat saat berlangsung seminar "Menelusuri Sejarah Gedung Pusat UGM".

Sebagai ketua panitia Prof taryo berharap seminar tidak sebatas membahas Gedung UGM dari sisi eksplorasi sejarah, melainkan kemungkinan untuk dilakukan pengembangan di masa depan. Yaitu bagaimana menerapkan berbagai konsep-konsep pembangunan gedung-gedung UGM agar terlihat cantik.

"Dengan begitu UGM diharapkan bisa menggambarkan satu-kesatuan. Sehingga tidak asal bikin gedung seperti saat ini dengan merk-merk tertentu. Pembangunan gedung-gedung yang tidak memiliki konsepsi filosofis yang jelas," tambahnya.

Prof Hardjoso Prodjopangarso sebagai pelaku sejarah pembangunan UGM mengatakan bila kesan kekokohan dari bangunan UGM menunjukkan jiwa juang UGM. Hal itu diyakini sebagai maksud/tujuan dari arsitekturnya.

"Jiwa juang sudah ada mulai embrionya sejak 17 Agustus 1945. Bahwa bangunan tetap tegak meskipun pernah diguncang oleh gempa yang dahsyat, begitu juga jiwa juang yang ingin ditonjolkan akan selalu berdiri tegak," ungkap Prof Hardjoso.

Menatap bangunan gedung UGM, kata Prof Hardjoso, mengingatkan pada Bung Karno ketika berpidato meresmikannya. "Kata Bung Karno sudah menjadi kebiasaan semenjak zaman Belanda dan masa merdeka bila sewaktu meresmikan gedung, jembatan atau sarana prasarana lain selalu yang disebut-sebut nama pejabat yang berkuasa. Padahal berada dalam bangunan yang semegah ini (UGM) orang malahan tidak tahu siapa penciptanya," ujarnya menyitir pidato Bung Karno saat itu.

Kata Prof Hardjoso, terdapat nuansa toleransi antar umat di nusantara yang tercermin di gedung-gedung UGM. Cerminan patih Gadjah Mada berkuasa terdapat kebebasan beragama. Umat Hindu dan Umat Budha berdampingan. Hindu Majapahit beraliran wisnu, namun Umat Budha juga aktif disitu.

"Maka oleh Senat diperintahkan kepada Dr Otto Soemarwoto untuk menyetek pohon Bodhi dari Borobudur ditanam di halaman gedung. Itu sebagai lambang pencerahan. sebagai lambang peningkatan, atap gedung yang tadinya direncanakan flat, diubah menjadi bentuk segi tiga. Pada kepercayaan Budha ialah bentuk transendensi," jelas Prof Hardjoso.

Page 2: Gedung Pusat UGM

Seminar yang berlangsung setengah hari ini diharapkan akan menjadi agenda rutin Jurusan Arsitektur FT UGM. Bahwa setiap tanggal 5 Januari akan digelar seminar serupa tentang konsep arsitektur gedung-gedung di UGM.

Rektor Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD menyambut baik inisiatif tersebut. Bahkan dalam waktu yang tidak lama lagi, UGM akan menyampaikan sebuah maklumat. Yaitu maklumat yang didasari pada watak atau karakter UGM, termasuk karakter filosofisnya.

"Semua akan kita ekspresikan kembali ke masyarakat untuk meneguhkan pemahaman mereka bahwa UGM betul-betul memahami kondisi yang sangat memprihatinkan saat ini. Namun begitu tidak pernah putus asa, karena ini adalah universitas perjuangan dan tanda-tandanya banyak sekali, termasuk gedung-gedung yang kita miliki dan filosofi-filosofi yang tercatat yang telah dikumpulkan Arsip Universitas," ujar Rektor saat membuka seminar.

Tampak hadir dalam seminar ini Ir Harun Hadinegoro, putra arsitek Gusti Pangeran Haryo Hadinegoro, Ir Yoyok (T. Arsitektur FT UGM), Ir Ismudianto pakar bangunan-bangunan khusus, sejarawan Prof Djoko Soekiman, Prof Suhardjo saksi proses pembangunan gedung UGM, dan Prof Soebronto.