gedung pertunjukan seni tradisional kalimantan di …
TRANSCRIPT
1654
GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL
KALIMANTAN DI SAMARINDA
Feliksdinata Pangasih
1
1Program StudiTeknikArsitektur, FakultasTeknik, Universitas17 Agustus 1945 Samarinda.
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Kalimantan di Samarinda merupakan bangunan
bentang lebar yang didalamnya difungsikan sebagai tempat untuk mempertunjukan acara
kesenian yang berasal dari pulau kalimantan yang berlokasi di kota Samarinda. Kesenian tersebut
diantaranya seperti seni tari, seni musik, seni drama, dan ragam kesenian lain yang dapat
dipertunjukan di depan publik.
Selain fungsi utama sebagai tempat mempertunjukan kesenian dari daerah kalimantan,
kawasan Gedung pertunjukan Seni Tradisional Kalimantan juga bertujuan sebagai kawasan
wisata di kota Samarinda. Dengan dilengkapi fasilitas penunjang untuk memanjakan
pengunjungnya seperti cafe, coffee shop, toko souvenir, galeri ATM, lobby utama, plaza, ruang
pers, tribun penonton full AC, lift pengunjung, kawasan hijau yang asri, parkir yang sangat
nyaman, utilitas dan sistem keamanan yang terintegrasi dan berbagai fasilitas lainnya
Kata Kunci : Gedung Pertunjukan, Gedung Kesenian, Pusat Konvensi.
ABSTRACT
Borneo Traditional Performing Arts Building in Samarinda is a wide span buildings in
which functioned as a place for arts events demonstrates that originating comes from the island of
Borneo is located in the city of Samarinda. Arts such as dance, music, drama, and variety of other
arts that can be performed in public.
In addition to its main function as a demonstration of the art of Borneo region, the
Borneo Traditional Performing Arts Building in Samarinda area also aims as a tourist area in the
city of Samarinda. Equipped with supporting facilities to pamper its visitors such as cafes, coffee
shops, souvenir shops, ATM gallery, main lobby, plaza, press room, full AC tribune stage, lifts
visitors, a beautiful green area, which is very convenient parking, utilities and security systems
integrated and various other facilities
Keywords : Performance Building, Arts Building, Convention Center.
1655
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebudayaan dalam suatu Negara
merupakan sebuah identitas yang secara
tidak langsung mencerminkan karakter
dan pribadi suatu bangsa. Nilai budaya
suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa
besar masyarakat suatu bangsa tersebut
menjunjung tinggi perilaku kebudayaan
dalam bangsanya sendiri.
Indonesia merupakan sebuah
Negara berbangsa heterogen yang terdiri
lebih dari 300 kelompok etnis, dimana
tiap etnis memiliki warisan budaya yang
berkembang selama berabad-abad,
dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab,
Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan
sendiri yaitu Melayu.
Budaya suatu bangsa merupakan
cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya itu sendiri terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, diantaranya sistem
agama, politik, adat istiadat, bahasa
perkakas, pakaian, dan yang paling
melekat kuat adalah seni, termasuk di
dalamnya seni arsitektur, seni tari, seni
musik, seni memahat, dan kerajinan
lainnya.
Seni musik di Indonesia, baik
tradisional maupun modern sangat
banyak terbentang dari Sabang hingga
Merauke. Setiap provinsi di Indonesia
memiliki musik tradisional dengan ciri
khasnya tersendiri.
Sebagai bangsa yang heterogen
masyarakat Indonesia dituntut untuk
menjaga dan membina kemajemukan
budaya dan strata sosial yang bergulir
menuju masyarakat madani yang saling
terbuka dengan tujuan membentuk suatu
kesatuan yang bertujuan memberikan
pencapaian makna ke-bhineka tunggal
ikaan.
Samarinda merupakan ibukota
provinsi Kalimantan Timur yang
merupakan bagian dari negara Indonesia,
dimana mayoritas penduduknya
merupakan suku dayak yang merupakan
penduduk asli kalimantan. Sebagai salah
satu etnis yang merupakan bagian dari
bangsa Indonesia, suku dayak memiliki
banyak anak suku dan ras yang masing-
masing juga memiliki banyak
kebudayaan seni, baik seni tari maupun
seni musik.
Namun di era globalisasi ini
tampak nilai suatu budaya terutama
dibidang kesenian yang semakin lama
semakin tergerus oleh perkembangan
jaman yang semakin modern. Generasi-
generasi penerus bangsa mulai tampak
tidak tertarik dan perlahan-lahan
meninggalkan nilai-nilai budaya
tradisional dan beralih ke budaya barat
yang dinilai lebih berkelas, bergengsi dan
lebih modern.
Atas latar belakang tersebut,
muncul sebuah gagasan untuk
membangkitkan kembali gairah jiwa
muda akan nilai-nilai budaya, sebagai
seorang yang berbangsa dan bernegara
yang memiliki keahlian di bidang
arsitektural, dengan mengangkat judul
Gedung Pertunjukan Seni Tradisional
Kalimantan di Samarinda dengan
penekanan pada Facade Bangunan.
Diharapkan nantinya gedung pertunjukan
ini mampu bertahan dari perkembangan
kehidupan masyarakat modern dan
membangkitkan semangat kaum muda-
mudi untuk menjadi penggerak dan
penerus nilai-nilai budaya pada
umumnya, dan nilai-nilai seni pada
khususnya.
Permasalahan
“Bagaimana merencanakan
sebuah Gedung Pertunjukan Seni
Tradisional Kalimantan di Samarinda
dengan penekanan pada Facade
Bangunan?“
1656
Tujuan
Tujuan yang dicapai adalah
memberikan suatu wadah kegiatan
pertunjukan seni tradisional di kota
Samarinda, memberikan tempat wisata
baru di Kota Samarinda, menampung dan
memberdayakan komunitas-komunitas
seni tradisional yang ada di kota
samarinda dan sekitarnya, menciptakan
icon kota bertema tradisional dengan
konsep modern.
Manfaat
A. Akademis (Penulisan)
Mencari solusi praktis untuk
memecahkan masalah dalam
perencanaan sebuah sarana public
khususnya pusat perdagangan dengan
dasar teori arsitektural.
Menumbuhkan kesadaran akan
perkembangan teknologi terkini
dengan memberikan sarana yang dapat
mengembangkan teknologi tersebut.
Sebagai sumber referensi dalam
perencanaan suatu bangunan fasilitas
public dan komersial bagi praktisi,
pelajar, maupun kalangan profesional.
B. Praktis
Sebagai fasilitas umum yang berfungsi
untuk mendukung pengembangan
kesenian dan budaya daerah
khususnya kalimantan.
2. TINJAUAN TEORI
Gedung Pertunjukan Seni Tradisional
Kalimantan di Samarinda Dapat diartikan sebagai bangunan
tembok yang berukuran besar sebagai
tempat mempertunjukan karya yang
diciptakan dengan keahlian yang luar
biasa yang didasari oleh sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu
berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun temurun
yang berdasar pada adat dan budaya yang
terdapat di pulau Kalimantan yang
berlokasi di kota samarinda dengan
penekanan pada bagian yang menjadi
tampilan utama pada bangunan tersebut.
Peningkatan Kualitas Musik
Tradisional Di Indonesia
Pada Rencana Strategis
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
2005-2009 diungkapkan : Proses
globalisasi yang dimotori oleh kemajuan
di bidang “Triple T”: Tourism,
Telecomunication, dan Transportation
telah mendorong berbagai negara
mengembangkan ketahanan budaya agar
dapat bertahan dari terpaan globalisasi
serta mengembangkan pariwisata sebagai
usaha kemajuan ekonomi bangsanya.
Upaya ini dilakukan berbagai negara, tak
terkecuali Indonesia terus berupaya
mengembangkan kebudayaan dan
pariwisata sebagai salah satu andalan
Pemerintah dalam memulihkan dari
kondisi krisis bangsa.Adapun persoalan
dalam pengembangan kebudayaan saat
ini adalah bagaimana membangun
karakter bangsa (nation and character
building), serta bagaimana setiap
warganegara diberi akses untuk saling
mengenal kebudayaan yang berbeda agar
dapat hidup berdampingan secara
damai sebagaimana yang diamanatkan
oleh para pendiri bangsa (the founding
fathers) dalam mukadimah Undang-
Undang Dasar 1945. Salah satu prioritas
pembangunan kebudayaan diarahkan
untuk “Mengembangkan Kebudayaan
Yang Berlandaskan Pada Nilai-Nilai
Luhur” dengan kebijakan yang diarahkan
untuk revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal
sebagai salah satu dasar pengembangan
etika pergaulan sosial untuk memperkuat
identitas nasional. Salah satu sasaran
pengembangan kebudayaan dalam
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Tahun 2004 –
2009 adalah:Meningkatnya pelestarian
dan pengembangan kekayaan
budaya. Selanjutnya secara lebih terfokus
sasaran kebudayaan yang telah ditetapkan
1657
dalam RPJM tersebut salah satunya
adalah : Terwujudnya industri dan karya
budaya yang mengacu pada budaya
bangsa, dan perlindungan hukum
individual dan komunal.
Aktifitas Pada Gedung Pertunjukan
Seni Tradisional Kalimantan di
Samarinda
A. Aktifitas Utama
Aktifitas utama yaitu mewadahi
kegiatan pertunjukan seni tradisional di
samarinda.
B. Aktifitas Penunjang
Aktivitas penunjang merupakan
kegiatan pelayanan, yang dapat
dikelompokkan menjadi:
Aktivitas Pelayanan Umum
1. Pelayanan informasi, keamanan dan
kenyamanan
2. Pembelian tiket
3. Caffe & Coffee Shop
4. Souvenir & Penitipan barang
5. Musholla
6. ATM
Aktivitas Pengelolaan
1. Promosi kepada pihak luar yang
berkepentingan dengan segala hal
mengenai pariwisata.
2. Melakukan kerjasama dengan
Profesional Exhibition Organizer
sebagai penyelenggara pertunjukan.
3. Memberikan pelayanan kepada
pengunjung pertunjukan berupa
informasi maupun fasilitas yang
diperlukan.
4. Menciptakan suasana aman dan tertib.
5. Melakukan pemeliharaan gedung dan
segala fasilitasnya.
Pelaku Kegiatan Pada Gedung
Pertunjukan Seni Tradisional
Kalimantan di Samarinda
A. Pengelola
Pihak yang tergabung dalam
struktur badan usaha yang melakukan
kegiatan pentas kesenian dengan
memberikan layanan informasi, promosi,
edukasi dan transaksi.
B. Pemain
Pihak individu atau kelompok
seni yang menggunakan ruang dan
fasilitas untuk mempertunjukan
kemampuan dalam bidang seni baik
pertunjukan maupun hasil karya yang
dapat diperjual belikan. C. Pengunjung
Pihak yang mengunjungi gedung
dengan tujuan masing-masing antara lain:
1. Pengunjung yang dating untuk
berbelanja
2. Pengunjung yang dating untuk
mencari hiburan/refresing
3. Pengunjung yang dating untuk
mempelajari seni tradisional.
Layanan dan Fasilitas Pada Gedung
Pertunjukan Seni Tradisional
Kalimantan di Samarinda
A. Fasilitas Bisnis dan Konsumen
Suatu fasilitas yang terdapat
dalam Gedung Pertunjukan Seni
Tradisional Kalimantan di Samarinda
meliputi area pertunjukan, tribun dan
sirkulasi bagi pengguna diffable.
B. Fasilitas Pertunjukan
Suatu fasilitas ruang pertunjukan
indoor yang terdapat di bagian tengah
gedung, yang memberikan kenyamanan
dan keamanan untuk pengunjung yang
menikmati kesenian tradisional secara
live dan memberikan fasilitas mewah.
C. Fasilitas Penunjang dan Pendukung
Suatu fasilitas yang disediakan
oleh pengelola Gedung Pertunjukan Seni
Tradisional Kalimantan di Samarinda
untuk mendukung kegiatan yang ada.
Jenis fasilitas tersebut meliputi coffee
shop, caffe, toko souvenir, ATM gallery,
ruang medis, gudang loading dock,
genset, pompa, toilet, mushola dan
fasilitas lain yang penting untuk
mendukung pihak pengelola, pemain
pertunjukan dan pengunjung.
1658
Material
A. Aluminium Composite Panel
Gambar 1. Aluminium Composite Panel
Keunggulan dari bahan composite
ini adalah beratnya yang lebih ringan
tetapi dengan kekuatan yang lebih tinggi,
tahan karat, dengan biaya perakitan yang
lebih murah karena berkurangnya jumlah
komponen perakitannya dan tidak
memerlukan baut-baut penyambung.
Sifat dasar aluminium composite
panel adalah keras dan kaku tetapi ringan
dalam berat.Dilapisi aluminium yang
dapat diwarnai dengan bermacam –
macam warna.Aluminium composite
panel dipakai secara luas dengan atau
tidak dengan warna metalik, juga dapat
memakai pola warna imitasi dari material
lain seperti kayu dan marmer.
Composite Panel atau yang biasa
disingkat ACP adalah salah satu tipe plat
panel yang mengandung bahan non-
aluminium di antara dua lembar
aluminium yang direkatkan. Lembar
aluminium dapat dilapisi dengan PVDF
atau cat Polyester (PE). ACP biasa
digunakan untuk cladding eksternal
bangunan (Outdoor). MACO merupakan
produk aluminium composite panel
unggulan kami untuk panel composite
PVDF yang lebih diperuntukkan di luar
ruangan (Outdoor). Menggunakan
teknologi 3 Layer Coating merupakan
yang terbaik saat ini.
B. MPanel Saat ini di Indonesia, dengan
teknologi terbaru yang sudah berkembang
di negara eropa dapat membuat proses
pembangunan lebih cepat dan dengan
kualitas bangunan yang baik. Dengan
teknologi itu tersebut dibuatlah sebuah
material bangunan dengan bahan utama
Expanded Polystyrene System (EPS) dan
kawat baja yang sudah digalvanis (agar
tidak berkarat) pada setiap sisi dan juga
dalamnya.
Gambar 2. MPanel
Expanded Polystyrene System
sendiri merupakan bahan sejenis
sterofoam, sama secara fisik namun
berbeda dalam bahan pembuatannya. EPS
dibuat dengan kepadatan yang lebih padat
dan dengan zat adiktif khusus sehingga
EPS ini tidak menjalarkan api ketika
dibakar. Sedangkan sterofoam biasa akan
menjalarkan api ke seluruh bagian
badannya apabila dibakar dengan api.
Untuk lebih jelas tentang perbedaan EPS
dengan Sterofoam biasa dapat melihat
video pada postingan Perbedaan EPS
dengan Sterofoam.
Beberapa karakteristik dan
keunggulan MPANEL yaitu:
Hemat Energi & Peredaman Suhu
Sangat Ringan
Cepat dalam Pemasangan
Penghematan Biaya
Mudah dalam Desain
Daya Tahan Beban
Tahan Api
Daya Tahan Gempa
Tahan Topan
Tahan Ledakan
Kedap Suara
Kompatibilitas dengan Sistem
Konstruksi Lainnya
1659
C. Sunergy
Gambar 3. Aluminium Composite Panel
SUNERGY merupakan material
kaca dengan teknologi modern yang
diproduksi oleh PT. ASAHIMAS FLAT
GLASS Tbk. Material ini memiliki
beberapa keunggulan di antaranya :
Memiliki nilai estetis secara
arsitektural
Mudah untuk di proses baik kaca
tempering, bending maupun
laminating
Menginsulansi panas
Mengontrol tingkat keterangan cahaya
alami
Low emissive
Proteksi terhadap sinar UV
Daya pantul (reflective) rendah
sehingga objek dibelakang kaca
terlihat jelas dan jernih sesuai dengan
warna aslinya
Dapat diterapkan dalam benruk single
glazing atau double glazing
Dapat dipergunakan pada daerah yang
bersuhu dingin maupun panas
Dapat dipergunakan untuk ruang
kedap suara karena bersifat isolator
Anti gores
Tersedia dalam 4 pilihan warna
3. METODE PEMECAHAN
MASALAH
Identifikasi Permasalahan Yaitu mengambil dari beberapa
sumber yang bisa digunakan untuk
menjawab setiap permasalahan dengan
pemecahan yang memiliki dasar.
Mencari dan Mengolah Data
Metode observasi, yaitu
pengamatan terhadap objek yang ada dan
mempunyai kesamaan bentuk dan kaitan
dengan topik yang akan menjadi bahan
penelitian, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran dan data
sekunder yang akan digunakan sebagai
studi banding.
Analisis
Menganalisis data-data fisik
maupun non fisik yang diperlukan
kemudian sebagai pertimbangan dalam
desain.
Penyusunan Konsep
Gambaran dasar atau pangkal dari
suatu pendapat dan akan dijadikan awal
pedoman pengembangan selanjutnya
yang dibukukan dalam satu kesatuan.
Gambar dan Maket
Suatu hasil rancangan dari
berbagai dasar pertimbangan dalam
bentuk gambar arsitektural yang
digambar dengan menggunakan software
pendukung CAD baik 2D dan 3D
maupun software 3D modelling lain
(visual di atas kertas) yang dibukukan
dalam satu kesatuan.Selain itu model dari
bangunan diaplikasikan pula kedalam
bentuk maket dengan skala tertentu.
1660
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Tapak
Dalam perencanaan Gedung
Pertunjukan Seni Tradisional di
Samarinda, dirasa sangat perlu untuk
mengetahui rencana serta tujuan
pengembangan Kota Samarinda ke depan
agar Gedung yang di bangun nantinya
tepat guna dan mampu bertahan dari
perkembangan kota samarinda serta
kesesuaian site terhadap kawasan
sekitarnya.
Gambar 4. Peta Kawasan Strategis Kota
Samarinda
Berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Samarinda Tahun 2005-
2015, tentang Peta Kawasan Strategis
Kota Samarinda dan Peta Pengembangan
Kawasan Prioritas Kota Samarinda Tahun
2005-2015, menunjukan bahwa Kota
Samarinda memiliki 8 Kawasan Cepat
Tumbuh yang meliputi :
1. Kawasan Bandara Sungai Siring
2. Kawasan Budaya / Pariwisata
Lempake
3. Kawasan Bandara Temindung
4. Kawasan CBD atau Central Bussines
District
5. Kawasan Perkantoran Makroman
6. Kawasan Samarinda Seberang
7. Kota Baru Berbasis Industri Palaran
8. Kawasan Pelabuhan Palaran
Site atau tapak terpilih berada
Jl.H.H.M.M. Rifaddin yang memiliki luas
total. 19.079 m2, dengan batas-batas:
Batas Utara : Jalan utama,
persawahan
Batas Timur : Jalan utama
Batas Selatan : Jalan utama,
pemukiman penduduk
Batas Barat : Persawahan,
pemukiman penduduk
Gambar 5. Site Terpilih
Dipilihnya site tersebut juga
dikarenakan beberapa alasan dan
pertimbangan, yaitu :
Merupakan jalan utama yang menjadi
pintu masuk menuju Kota Samarinda
dari arah Bandara Sepinggan/Kota
Balikpapan.
Sesuai dengan Tujuan Pengembangan
Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW)
Kota Samarinda sebagaimana
terlampir diatas.
Luasan tapak memenuhi kriteria
Terletak di tikungan jalan yang
memungkinkan site terlihat dari 2 arah
Bebas bajir
Kawasan yang ramai akan aktivitas
Kontur tanah rata
Dekat dengan fasilitas lain seperti
kampus politeknik negeri samarinda,
restaurant lipan hill, perumahan
pesona mahakam, masjid raya harapan
baru, jesica waterpark, pusat pelatihan
tenaga kependidikan, SPBU, STAIN,
Rumah sakit Abdul Muis, Stadion
Palaran, dsb.
Secara garis besar kawasan yang
berada di daerah Samarinda Seberang
1661
ini merupakan kawasan yang sedang
dalam tahap pengembangan kota yang
ditujukan untuk pemukiman,
perumahan, perdagangan, jasa
(termasuk pariwisata).
Sirkulasi dan Pencapaian
Sirkulasi Luar Tapak
Gambar 6. Konsep Sirkulasi Luar Tapak
Sirkulasi Dalam Tapak
Gambar 7. Konsep Sirkulasi Dalam Tapak
Noise (Kebisingan)
Gambar 8. Konsep Kebisingan
View
Gambar 9. Konsep View Luar
Dari Dalam ke Luar Tapak
Gambar 10. Konsep View Luar
Arah Matahari
Gambar 11. Konsep Arah Matahari
Penzoningan dan Pola Hubungan
Ruang
Peletakan masa bangunan utama
berada di tengah-tengah site, ini
dikarenakan memiliki fungsi utama yaitu
sebagai titik tempat berkumpulnya
pengunjung sebelum memasuki area-area
lain yang berada di dalam kawasan
tersebut. Sedangkan peletakan bangunan
pendukung disebar di zoning-zoning
tertentu sesuai dengan kebutuhan site
pada Gedung Pertunjukan Seni
Tradisional Kalimantan ini. Dan untuk
bangunan non publik diletakkan di area
1662
belakang, karena fungsinya yang berbeda
sebagai area privat.
Gambar 12. Konsep Tata Ruang Luar
Zona publik (Merah), merupakan
zoning ruang yang kurang
membutuhkan ketenangan, seperti :
parkir, halaman, plaza, dll.
Zona semi privat (Kuning),
merupakan zoning ruang yang
memerlukan ketenangan sedang.
Zona privat (ungu), merupakan
zoning ruang yang memerlukan
ketenangan tinggi.
Zona servis (Biru), merupakan
zoning ruang-ruang untuk keperluan
servis.
Sirkulasi (Hijau)
Kapasitas dan Besaran Ruang
Kapasitas dan besaran ruang-
ruang pada Gedung Pertunjukan Seni
Tradisional di Samarinda dihitung dengan
hasil studi banding dan standar dalam
literatur. Perhitungan besaran ruang
menggunakan sumber atau standar yang
diperoleh dari pendekatan dan
perhitungan besaran ruang yang
diperlukan, terdiri dari standar dalam
literatur dan pendekatan studi banding
dari batasan keperluan yang relevan.
Jumlah total luasan ruangan
dengan sirkulasinya :
Kelompok
Kegiatan
Pengunjung
: 1370 m²
Kelompok
Kegiatan
Pengelola
: 334 m²
Kelompok
Kegiatan
Pemain
: 489,84 m²
Kelompok
Kegiatan
Penonton
: 1132,8 m²
Kelompok
Kegiatan
Service
: 300,96 m²
Total : 3627.6 m²
Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan :
Total Luas Site : 19.079 m²
Luas Lantai
Dasar
Maksimal
Setelah BCR
40%
: 7.638,8 m²
Konsep Bangunan
Konsep desain pada bangunan
mengacu pada hasil analisis murni secara
berkala yang kemudian dipadukan
dengan filosofi dan ideologi yang bersifat
saling melengkapi dan memberikan
gambaran yang semakin jelas akan arti
dan makna sebuah Gedung Pertunjukan
Seni Tradisional Kalimantan di
Samarinda.
Beberapa proses transisi
pembetukan gubahan masa yang menjadi
tolak ukur dalam proses desain dalam
perencanaan Gedung Pertunjukan Seni
Tradisional Kalimantan ini dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1663
Gambar 13. Tampak Atas Site.
Gambar 14. Perspektif Site.
Gambar 15. Garis Sepadan Jalan, Garis
Sepadan Samping Dan Garis Sepadan
Bangunan, Sejauh 25 Meter Dari Segala Arah.
Gambar 16. Bentuk Dasar Massa Bangunan
Utama.
Gambar 17. Penerapan Bentuk Dasar Geometris
(Persegi Empat) Untuk Memudahkan Struktur
Bentang Lebar.
Gambar 18. Orientasi Posisi Bangunan
Terhadap Arah Mata Angin Untuk
Memaksimalkan Penghawaan Alami Pada
Ruang Yang Tidak Menggunakan AC.
Gambar 19. Penerapan Secondary Skin Pada
Masa Bangunan Untuk Mengurangi Panas
Namun Tetap Tidak Menghalangi Masuknya
Cahaya Alami Untuk Penghematan Di Siang
Hari.
Gambar 20. Penyesuaian Bentuk Massa
Bangunan Terhadap Sirkulasi Dalam Site.
Gambar 21. Penyesuaian Secondary Skin
Terhadap Perubahan Massa Bangunan.
1664
Gambar 22. Penyesuaian Bentuk Massa
Bangunan Dan Secondary Skin Untuk
Membentuk Main Gate Dan Ruang Terbuka
Untuk Aktifitas Publik (Plaza).
Gambar 23. Analogi Bentuk Tameng/Perisai
Suku Dayak.
Gambar 24. Vegetasi Maksimal Pada Kawasan
Gambar 25. View Dari Dalam Ke Luar
Gambar 26. View Dari Luar Ke Dalam
Gambar 27. Bentuk Tribun Ruang Pertunjukan
Gambar 28. Bentuk Tribun Ruang Pertunjukan
Gambar 29. Konsep Motif Secondary Skin
1665
Konsep Tribun
Gambar 30. Konsep Tribun
Bentuk tribun kipas yang terpilih
adalah karena lebih fungsional terhadap
pertunjukan dan mudah mengakomodasi
bentuk dari stage pertunjukan.
Bentuk kipas memperpendek
jarak antara penonton dan pemain, namun
sebaiknya dinding belakang tidak
berbentuk melengkung karena dapat
menimbulkan echo, oleh karena itu harus
dimodifikasi dengan bentuk-bentuk
geometris.
Konsep Lapisan Dinding
Terdapat beberapa struktur
dinding yang digunakan pada Gedung
pertunjukan, yang paling utama pada hal
ini ada dinding kedap suara. Ada
beberapa tehnik membuat Ruang
peredam suara yang mempunyai kualitas
mencapai koefisien absorbsinya
mencapai 1.12. Yaitu daya kedap bila
frekuensi 125 Hz, koefisien absorbsinya
mencapai 0.33. dan angka tertinggi
frekuensi (4000Hz), antara lain sebagai
berikut:
Partisi : yaitu sebagai dinding utama
atau lapisan pada dinding utama
tersebut dengan isi material busa
thermax dengan kombinasi atau
absolut satu material (Thermax
Polyester dengan Thermax Flexible
Polyurethane), kemudian lapisan
partisi luar bisa disesuai kan dengan
gaya karakter interior.
Lantai Ruang kedap harus lebih
rendah dari lantai luar kedap,
berikutnya tehnik fungsi pintu juga
mengalami lapisan busa thermax
(dianjurkan) atau lebih murah
menggunakan bahan karpet serabut
busa.
Plafon ruang kedap suara bermutu
tinggi haruslah memakai rangka besi
furing dan carbonat board.
Gambar 30. Material Kedap Suara
Dinding struktur ini didesain
khusus untuk struktur utama dan penahan
tanah dan memiliki karakteristik kedap
suhu dan suara lebih unggul. Ketebalan
dinding sekitar 20 cm.
Perlu diingat suara adalah frekuaensi
transonik yang berkerja dengan perantara
hantaran padat dan lunak, dinding
(hantaran padat) merupakan faktor utama
dalam mencapai titik difensif frekunsi.
KONSEP MATERIAL AKUSTIK
Membuat ruang kedap suara yaitu
dapat mencegah bising dari luar ruang
masuk ke dalam ruang atau sebaliknya,
Acourete Mat Asphalt adalah
material yang mampu mengisolasi bunyi
dengan cara mengabsorb rambatan energi
suara pada bahan dinding, pintu atau
jendela. Acourete Mat Asphalt terbuat
dari resin halus yang memiliki
sifat peredam getaran dan isolasi suara
yang baik dan tahan terhadap perubahan
cuaca. Kelebihan lainnya adalah bahan
ini tidak mudah terbakar dan mampu
memadamkan api jika tersulut. Acourete
Asphalt memiliki factor peredam energi
getaran sebesar 0.14. Terbaik dalam
kelasnya.
1666
Bahan Penyerap Suara (Absorber)
yaitu permukaan yang terbuat dari
material yang menyerap sebagian atau
sebagian besar energi suara yang datang
padanya. Misalnya glasswool, mineral
wool, foam. Bisa berwujud sebagai
material yang berdiri sendiri atau
digabungkan menjadi sistem absorber
(fabric covered absorber, panel absorber,
grid absorber, resonator absorber,
perforated panel absorber, acoustic tiles,
dsb).
Bahan Pemantul Suara (reflektor)
yaitu permukaan yang terbuat dari
material yang bersifat memantulkan
sebagian besar energi suara yang datang
kepadanya. Pantulan yang dihasilkan
bersifat spekular (mengikuti kaidah
Snelius: sudut datang = sudut pantul).
Contoh bahan ini misalnya keramik,
marmer, logam, aluminium, gypsum
board, beton, dan sebagainya
Bahan pendifuse/penyebar suara
(Diffusor) yaitu permukaan yang dibuat
tidak merata secara akustik yang
menyebarkan energi suara yang datang
kepadanya. Misalnya QRD diffuser, BAD
panel, diffsorber dsb
Dengan menggunakan kombinasi ketiga
jenis material tersebut dapat diwujdukan
kondisi mendengar yang diinginkan
sesuai dengan fungsinya.
Gambar 31. Bahan Penyerap Suara
Gambar 32. Contoh Material Diffuser
Gambar 33. Detail Material Diffuser
FINISHING BIDANG PERMUKAAN Penyelesaian elemen-elemen
interior berupa bidang permukaan yang
melingkupi auditorium,sangat
berpengaruh terhadap karakter akustik.
Penyelesaian bidang permukaan lantai
berupa penutup yang absorben.
Contohnya karpet dan sejenisnya,
fungsinya untuk mengurangi bunyi yang
ditimbulkan oleh langkah-langkah kaki
dan bunyi-bunyi lainnya yang
mengganggu. Lantai panggung sebaiknya
dibuat dari konstruksi kayu (meskipun
tingkatnya sama dengan tingkat lantai
penonton atau lebih tinggi) agar dapat
memberi resonansi. Bidang plafon
merupakan bidang reflektor dengan
lingkup area pantulan yang paling luas
bila dibandingkandengan dinding
samping yang hanya meliputi area
terbatas di sekitarnya. Oleh karena
itupenyelesaian bidang permukaan plafon
harus didesain dengan tepat agar dapat
mengarahkan pantulan ke lokasi-lokasi
yang membutuhkan penguatan intensitas
bunyi, serta dapatberfungsi pula dalam
mendifusikan bunyi. Apabila struktur
1667
atap terlalu tinggi maka plafonsebaiknya
digantung (suspended ceiling) agar jarak
pantulan bunyi dari sumbernya
menujupenonton tidak terlalu panjang
atau waktunya terlalu lama.
Penyelesaian pada bidang dinding
bagian belakang sebaiknya diberi bahan
absorben atau bersifat menyebarkan
bunyi, karena bunyi yang sampai ke
permukaannya sudah menempuh jarak
yang panjang sehingga pantulannya
kurang berguna bagi penonton, hal ini
bisa menimbulkan echo. Bila dinding
belakang cekung, maka bahan absorben
yang dibutuhkan lebih banyak, namun
apabila melengkung, sebaiknya dibuat
untuk bias menyebarkan bunyi.
Penyelesaian pada dinding samping
didesain bervariasi untuk dapat
memantulkan bunyi dan juga
mendifusikan bunyi.Hal ini penting bila
auditorium berbentuk kipas, agar bunyi
dapat terdistribusi dengan baik. Kadang-
kadang bahan absorben ditempatkan di
dinding samping belakang panggung
untuk memperkecil waktu dengung dan
refleksi silang yang biasanya menggangu
pendengaranpenonton pada bagian depan
(Parkin & Humphreys, 1971). Akustik
merupakan sebuah saranayang terdapat
dalam gedung tersebut. Gedung
pertunjukan adalah sebuah gedung
yangmempunyai fungsi sebagai tempat
untuk melaksanakan perunjukan berbagai
kegiatandiantaranya music, okestra,
lakon, tarian dan berbagai kegiatan yang
dipertujukan kepada penonton yang hadir
dalam acara tersebut.
KONSEP STRUKTUR ATAP
BENTANG LEBAR
Bangunan bentang lebar
merupakan bangunan yang
memungkinkan penggunaan ruang bebas
kolom yang selebar dan sepanjang
mungkin. Struktur bentang lebar yang
diaplikasikan adalah menggunakan
struktur atap truss, dikarenakan bentuk
banggunan yang menggunakan atap
miring dan datar, akan lebih efisien jika
menggunakan struktur truss. Dan ditinjau
dari penyebaran beban yang harus merata
maka pilihan struktur truss adalah yang
terbaik untuk bangunan ini.Rangka
Batang (truss) adalah susunan elemen-
elemen linear yang membentuk segitiga
atau kombinasi segitiga, sehingga
menjadi bentuk rangka yang stabil.
SPACE TRUSS (rangka batang ruang)
Susunan elemen-elemen linear
yang membentuk segitiga atau kombinasi
segitiga yang secara keseluruhan
membentuk volume 3 dimensi (ruang).
Sering disebut juga sebagai space frame.
Keuntungan :
Dibandingkan dengan struktur
masif (balok penampang
penuh),penggunaan struktur rangka
batang memberikan keuntungan2 sbb.:
Elemen/batang2 yang diperlukan
dapat disesuaikan (jenis bahannya
maupun besar penampangnya ) dengan
sifat dan besar gaya yang harus didukung.
Pada umumnya diperoleh struktur
yang lebih ringan, lebih kuat dan lebih
kaku. Namun demikian struktur rangka
biasanya memerlukan ruang yang lebih
besar dan proses pembuatannya lebih
mahal.
Gambar 34. Space Truss
1668
KONSEP FISIKA BANGUNAN
Gambar 35. Perhitungan Sumber Bunyi
UTILITAS AIR BERSIH
Asumsi Pengguna Bangunan = 1200
orang
Asumsi jumlah pengguna air maksimal =
30 % dari jumlah pengguna bangunan
Asumsi penggunaan air perorangan
maksimal = 30 liter/orang
Sehingga total air yang dibutuhkan 30 %
x 1200 x 30 = 10.800 liter
Atau
Asumsi total waktu maksimal
penggunaan air per hari = 3 jam
Asumsi total penggunaan air maksimal
per jam = 60 liter/menit x 60 menit=
3600 liter/jam
Sehingga total air yang digunakan
maksimal 3600 = 10.800 liter/hari
Sehingga Total Kapasitas tangki air yang
diperlukan agar dapat bertahan selama 3
hari adalah = 10.800 liter x 3 = 32.400
liter = 32,4 m³
Asumsi besar reservoar = 32,4 m³ + 20%
jarak hawa bebas = 38,88 m³
= 6 m x 5 m x 1,3 m
Instalasi air bersih Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih di dapatkan dari PAM, dari PAM
masuk ke pipa meteran, dan di tampung
dalam resevoir bawah, lalu di bantu
pompa untuk menaikan air dan langsung
didistribusikan ke ruang-ruang yang
membutuhkan, berikut adalah skema
instalasi air bersih dengan sistem upfeed:
Sistem Upfeed
Gambar 36. Skema Sistem Upfeed
UTILITAS SISTEM KEBAKARAN
Asumsi reservoar kebakaran
30 % x 12,3 m³ = 3,69 m³ ≈ 3,7 m³
Asumsi besar resrvoar 2m x 1,5m x 1,3m
Smoke Detector Diletakan di area yang sensitif terhadap
air. Seperti backstage dan ruang
monitoring.
Gambar 37. Sprinkler
Pipa sprinkler selalu berisi air,
baik pada pipa peningkatan air, maupun
pipa horizontal. Sistem pipa dengan
rangkaian terbuka. Kepala sprinkler
pecah pada temperatur tertentu dan
mengeluarkan air. Kepala sprinkler yang
diaktifkan oleh panas akan pecah,
sedangkan selebihnya tidak. Pemasangan
kepala sprinkler ke bawah (pendant).
1669
UTILITAS AIR KOTOR
(SEPTITANK)
Diasumsikan dalam 1hari orang
membuang kotoran 5% x 1200 org = 60
orang
Perkiraan kotoran hancur dalam 3 hari,
maka 25 liter x 60 x 3 = 4.500 liter.
maka perlu volume 4.500 liter/
4,5 m³ luasan dalam (ruangan septitank)
Sehingga Asumsi besar Septictank adalah
= 4,5 m³ + 20% jarak hawa bebas = 5,4
m³ = 2 m x 2 m x 1,35 m
UTILITAS AIR HUJAN
Gambar 38. Skema Drainase
Pipa pembuangan/pipa vertical di
pasang pada shaft untuk air hujan yang
dapat dibuang sejajar dengan pipa-pipa
plambing lainnya. Pipa ini dipasang
sesuai dengan luas atap yang menampung
air hujan tersebut.
Dalam menghitung besar pipa
pembuangan air hujan, harus diketahui
atap yang menampung air hujan tersebut
dalam luasan M². Sebagai standard
ukuran pipa pembuangan dibuat tabel
sebagai berikut :
Gambar 39. Referensi Besar Pipa Drainase
Asumsi Luas Atap Gedung Pertunjukan
adalah 1880 m²
Curah Hujan Rata-Rata di Indonesia
adalah 300-500mm/m²/jam = 5-8
LT/Menit
Jadi Curah Hujan 1880 m² x 8 = 15.040
LT
Luas atap 1880 m² m² , dalam tabel
paling efisien menggunakan diameter 8”
dengan kapasitas +/- 3.470 liter/menit.
Jika curah hujan = 10.000 liter/menit,
maka air hujan akan mengalir ke bawah
dalam waktu 1 x 8” = 10.000 : 1880 m² =
5,31= 5 menit.
Untuk mempercepat pembuangan air
diperlukan pipa 8” sebanyak 5 buah yang
tersebar letaknya sehingga air di atas atap
pada saat tertentu akan terbuang keluar
dalam waktu 1 (satu) menit.
Setelah mengetahui jumlah dan besar
diameter tegak pipa air hujan, air hujan
tersebut dapat dialirkan melalui saluran-
saluran kota praja atau dapat dialirakan
ke dalam sumur-sumur beton yang
ditanam ke dalam galian tanah yang
luarnya di pasang batu-batu koral/batu
karang dan ijuk, sebagai tempat
penyerapa.
UTILITAS PENGKONDISIAN
UDARA SENTRAL DENGAN AHU
Pendinginan dilakukan dengan udara luar
dan freon.
Komponen peralatan yang diperlukan :
Chiller + pompa, diletakkan di
ruang terbuka (biasanyadi atas lantai atap
dak beton)
AHU, diletakkan di tiap lantai
dengan memperhatikan jarak
pendidtribusiannya.
Ducting AC,
denganmemperhatikan spaceantara
plafond dan lantai atasnya.
Chiller diletakan di luar
bangunan.
AHU diletakan di ruang utilitas
pada setiap lantai.
1670
Gambar 40. AHU
PENANGKAL PETIR
Terminal di udara menggunakan
kabel2 horisontal yg mengelilingibagian
luar bangunan, kemudian disalurkan
(grounded / aarde)ke dalam tanah.
Bentuk bagian yg terlindung
berupa sangkar / kurungan.
Prinsip kerja :Energi listrik akibat
sambaran petir disalurkan dari kepala
penangkalpetir melalui down conductor
ke pentanahan.
KARAKTER
Sebuah karya arsitektur yang
berhasil adalah sebuah Desain yang
memiliki karakter yang kuat, dalam hal
ini Gedung Pertunjukan Seni Tradisional
Kalimantan di Samarinda di desain
sedemikian rupa sehingga menimbulkan
karakter yang terlihat sebagai berikut :
Memiliki cerminan gaya hidup
masyarakat Indonesia yang modren.
Pembentukan ruang-ruang mikro
yang menghubungkan beberapa
komunitas dan disatukan dalam skala
ruang yang lebih besar.
Penggunaan garis lurus vertikal-
horizontal yang dapat mengepresikan
kekuatan, serta cenderung menunjukkan
ketinggian ruang.
Memiliki bentuk kaku dan teratur
pada pola hubungan timbal balik pada
arsitektural-struktural.
Bahan yang digunakan dapat
menimbulkan kesan tertentu. Didominasi
bahan composite dan kaca yang
menimbulkan kesan dingin,keras ,dan
padat
Menggunakan tekstur unfinished
beton yang menimbulkan kesan modern
dengan gaya urban design.
Menekankan unsur budaya yang
bukan hanya terlihat dari bentuk atau
ukiran tetapi juga dari konsep dasar pada
bangunan itu sendiri
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Budaya suatu bangsa merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan suatu suku dan bangsa,
melestarikan suatu kebudayaan bukan
hanya merupakan kewajiban pemerintah,
tetapi juga kesadaran diri dari masing-
masing individu dalam suku bangsa itu
sendiri. Dalam langkah melestarikan
budaya tersebut tidak harus terjun
langsung dalam pentas budaya, namun
menciptakan suatu karya arsitektural
untuk mewadahi suatu kebudayaan juga
merupakan bentuk kepedulian dan upaya
dalam melestarikan kebudayaan itu
sendiri
Saran
Adapun saran-saran yang dapat
disampaikan untuk ke depan, untuk
terlaksananya Gedung Pertunjukan Seni
Tradisional Kalimantan di Samarinda ini
yaitu dengan mengagendakan Pentas
Budaya Seni atau Pekan Budaya Seni
dengan tingkat Nasional maupun
Internasional yang dapat menarik
pengunjung dan wisatawan baik
wisatawan asing maupun domestik, yang
selain bertujuan untuk memperkenalkan
budaya Indonesia, juga bertujuan
menambah kesejahteraan pelaku kesenian
daerah, menambah lapangan pekerjaan,
menambah penghasilan daerah, serta
mempercepat perkembangan kota di
daerah tersebut.
1671
DAFTAR PUSTAKA
Esfianto, 2007, Data Bangunan, Jakarta
Frick Heinz, 10 Patokan untuk rumah
ekologis sebagai rumah sehat,
Jakarta
Hancoch.J, 1983, Time Saver Standars
for Architectural Data
Design,Mc Graw Hill,Inc, USA
Juwana, 2005, Utilitas Bangunan
Tinggi,Erlangga, Jakarta
Mangunwijaya, 1994, Penerapan Fisika
Bangunan, Erlangga, Jakarta
Neufert, 1991, Data Arsitek, Erlangga,
Jakarta
http://id.wikipedia.org
http://google.co.id/images
http://id.yahoo.com/images