jurusan pendidikan seni drama, tari, dan musik …lib.unnes.ac.id/19517/1/2501409007.pdf · makna...
TRANSCRIPT
MAKNA SIMBOLIK PERTUNJUKAN TARI TOPENG SLARANG LOR
DI DESA SLARANG LOR KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN
TEGAL
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Seni Tari
oleh:
Irchami Putriningtyas
2501409007
JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi.
Semarang,17 Juni 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Wahyu Lestari, M.Pd Dra. Veronika Eny Iryanti, M. Pd NIP.196008171986012001 NIP. 195802101986012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan PSDTM
Joko Wiyoso, S. Kar, M. Hum NIP. 196210041988031002
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul MAKNA SIMBOLIK PERTUNJUKAN TARI
TOPENG SLARANG LOR DI DESA SLARANG LOR KECAMATAN
DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL telah dipertahankan sidang Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Pada Hari : Jum’at
Tanggal : 12 Juli 2013
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris,
Dr. Abdurrachman Faridi, M.Pd. Dra. Siti Aesijah, M.Pd. NIP. 195301121990021001 NIP. 196512191991032003
Penguji 1
Dra. Malarsih, M.Sn. NIP. 19610617198803200
Penguji III/ Pembimbing I Penguji II/ Pembimbing II
Dr. Wahyu Lestari, M.Pd Dra. Veronika Eny Iryanti, M. Pd NIP.196008171986012001 NIP. 195802101986012001
iv
PERNYATAAN Dengan ini saya,
Nama : Irchami Putriningtyas
NIM : 2501409007
Program Studi : Pendidikan Seni Tari (S1)
Jurusan : Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik
Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
Menyatakan bahwa sesungguhnya Skripsi yang berjudul “Makna
Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru kabupaten Tegal”, yang saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana ini benar-benar karya sendiri, yang saya
hasilkan setelah memenuhi penelitian, bimbingan, diskusi, dan pemaparan ujian.
Semua kutipan baik yang diperoleh dalam sumber pustaka, wawancara, wahana
elektronik maupun sumber lainnya, telah disertai keterangan mengenai identitas
narasumber dengan cara sebagaimana yang lazim dalam penulisan karya ilmiah.
Dengan demikian walaupun tim penguji dan pembimbing penulis,
skripsi ini telah menjadi tanggung jawb saya sendiri jika dikemudian hari
ditemukan ketidak benaran, saya siap bertanggung jawab.
Demikian, harap pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
.
Semarang, 17 Juni 2013
Peneliti
Irchami Putriningtyas NIM. 2501409007
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan
saya percaya pada diri saya sendiri.
- Muhammad Ali
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.
- Confusius -
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Bapak, Ibu, dan Kakakku tercinta.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik dan lancar.
Skripsi yang berjudul “Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng
Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal”,
disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada
Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Seamarang.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti memperoleh banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Pendidikan
Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
3. Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan
Musik yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi
ini.
4. Ibu Dr. Wahyu Lestari, M. Pd., Dosen Pembimbing I dan Dra. Veronika Eny
Iryanti, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
untuk membimbing dan memberikan saran-saran selama penyusunan skripsi
ini.
vii
5. Ibu Dr. Wahyu Lestari, M. Pd., selaku Dosen Wali yang selalu memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik yang telah
banyak memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan selama masa studi S1.
7. Ibu Suwitri, Nurochman Soedibjo, Diah Setyowati dan masyarakat Desa
Slarang Lor, yang telah memberikan kesempatan dan waktu untuk
memberikan informasi dalam pengambilan data.
8. Ibu Dra. Wuninggar, Ketua Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Tegal dibidang Kebudayaan yang telah banyak membantu dalam proses
pengambilan data.
9. Bintang dan teman-teman Sendratasik 09 yang telah memberikan semangat
dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi semua pihak.
Semarang, 17 Juni 2013 Peneliti Irchami Putriningtyas NIM. 2501409007
viii
SARI
Putriningtyas, Irchami. 2013. Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Skripsi, Prodi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Seni Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: (I) Dr. Wahyu Lestari, M.Pd (2) Dra. Veronika Eny Iryanti, M.Pd
Kata Kunci : Makna Simbolik, Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor. Seni Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal adalah sebuah kesenian rakyat berbentuk pertunjukan tari yang didalamnya memiliki beberapa makna simbolik. Beberapa makna simbolik terdapat pada struktur pertunjukan, meliputi pemain atau penari, perlengkapan pertunjukan, gerak, iringan, tata rias wajah, tata rias rambut, tata rias busana serta penonton. Pokok masalah yang diajukan adalah: (1) Bagaimana bentuk pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal; (2) Bagaimana makna simbolik pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wujud data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa informasi yang berkaitan dengan kesenian Tari Topeng Slarang Lor, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Adshead yang membagi proses analisis kedalam empat tahap yaitu: mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan, memahami hubungan antara komponen pertunjukan, melakukan interpretasi, dan melakukan evaluasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan tari Topeng Slarang Lor diawali dengan upacara ritual dan doa bersama kemudian inti pertunjukan dengan melakukan tarian 6 jenis Tari Topeng Slarang Lor yang terdiri dari: 1) tari Topeng Endel; 2) tari Topeng Kresna; 3) tari Topeng Panji; 4) tari Topeng Lanyapan Alus; 5) tari Topeng Patih; 6) tari Topeng Klana, akhir pertunjukan ditandai dengan munculnya musik penutup, yang biasanya dinamai bubaran. Makna simbolik pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor terdapat pada struktur pembentuk pertunjukan yang meliputi: 1) pemain atau pelaku yang memfokuskan pada penari topeng Slarang Lor; 2) perlengkapan pertunjukan meliputi kemenyan, sesaji, batik tegal, kotak topeng dan doa; 3) Gerak; 4) Iringan; 5) Tata rias wajah, tata rias rambut dan tata rias busana; 6) Penonton yang mengikuti adegan saweran.
Saran yang diajukan pada Masyarakat terutama dari generasi muda seharusnya lebih aktif dalam mempelajari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor karena generasi muda merupakan fondasi dalam melestarikan kesenian daerahnya sendiri. Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hendaknya lebih sering menampilkan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor pada hari-hari besar pemerintah, saat menjamu tamu-tamu daerah dan mengadakan pentas budaya rutin disetiap tahunnya.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 8
1.3 tujuan Penelitian ....................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 8
1.5 Sistematika Skripsi ................................................................... 10
BAB II : LANDASAN TEORI .................................................................... 11
2.1 Makna Simbolik ....................................................................... 11
2.2 Tari ........................................................................................... 13
2.3 Bentuk Pertunjukan .................................................................. 15
x
2.4 Struktur Pertunjukan ................................................................ 17
2.5 Kerangka Berfikir .................................................................... 26
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................ 27
3.1 Pendekatan Penelitian .............................................................. 27
3.2 Penentuan Lokasi dan Sasaran Penelitian ................................ 28
3.3 Data Penelitian ......................................................................... 29
3.4 Sumber Data ............................................................................. 29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 31
3.6 Teknik Keabsahan Data ........................................................... 35
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................ 36
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 39
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 39
4.1.1 Lokasi dan Kondisi Geografis ...................................... 39
4.1.2 Kondisi Sosial Budaya .................................................. 41
4.2 Gambaran Umum Tari Topeng Slarang Lor ..................... 44
4.2.1 Asal-usul Lahirnya Tari Topeng Slarang Lor ................ 46
4.2.2 Profil Penerus Tari Topeng Slarang Lor ...................... 50
4.3 Struktur Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor ............... 54
4.3.1 Pemain atau Pelaku ....................................................... 54
4.3.2 Perlengkapan Pertunjukan ............................................. 57
4.3.3 Gerak ............................................................................. 60
4.3.4 Iringan ........................................................................... 93
4.3.5 Tata Rias dan Busana .................................................... 95
xi
4.3.6 Topeng .......................................................................... 98
4.3.7 Penonton ........................................................................ 104
4.4 Bentuk Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor ................ 106
4.4.1 Awal Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor ................. 106
4.4.2 Inti Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor .................... 108
4.2.3 Akhir Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor ................ 112
4.5 Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor 113
4.5.1 Tari Topeng Endel......................................................... 114
4.5.2 Tari Topeng Kresna....................................................... 121
4.5.3 Tari Topeng Panji .......................................................... 128
4.5.4 Tari Topeng Lanyapan Alus.......................................... 134
4.5.5 Tari Topeng Patih .......................................................... 140
4.5.6 Tari Topeng Klana ........................................................ 147
4.5.7 Tata Rias dan Busana Tari Topeng Slarang Lor........... 156
4.5.8 Perlengkapan Pertunjukan ............................................ 161
BAB 5 : PENUTUP .................................................................................... 169
5.1 Simpulan ................................................................................ 168
5.2 Saran ....................................................................................... 172
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Sepuluh Desa yang berada di Kec. Dukuhwaru Kab. Tegal ......... 40
Tabel 4.2 Penduduk Desa Slarang lor Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 42
Tabel 4.3 Penduduk Desa Slarang Lor Berdasarkan Mobilitas Penduduk.... 44
Tabel 4.4 Ragam Gerak Tari Topeng Slarang Lor ........................................ 60
Tabel 4.5 Makna Simbolik Tari Topeng Endel ............................................. 113
Tabel 4.6 Makna Simbolik Tari Topeng Kresna ........................................... 121
Tabel 4.7 Makna Simbolik Tari Topeng Panji .............................................. 128
Tabel 4.8 Makna Simbolik Tari Topeng Lanyapan Alus .............................. 134
Tabel 4.9 Makna Simbolik Tari Topeng Patih .............................................. 140
Tabel 4.10 Makna Simbolik Tari Topeng Klana ............................................. 147
Tabel 4.11 Makna Simbolik Tata Rias dan Busana Slarang Lor.................... 156
Tabel 4.12 Perlengkapan Pertunjukan ............................................................. 161
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 Suwitri ............................................................................................ 50
Gambar 2 Alat Pembuat Wanda ..................................................................... 54
Gambar 3 Sesaji atau Sajen ............................................................................ 53
Gambar 4 Sesaji atau Sajen ............................................................................. 53
Gambar 5 Alat-alat rias .................................................................................... 96
Gambar 6 Tata Busana ..................................................................................... 97
Gambar 7 Wanda Endel ................................................................................... 98
Gambar 8 Wanda Kresna ................................................................................. 99
Gambar 9 Wanda Panji .................................................................................... 100
Gambar 10 Wanda Lanyapan Alus .................................................................. 101
Gambar 11 Wanda Patih ................................................................................. 102
Gambar 12 Wanda Klana ................................................................................. 103
Gambar 13 Penonton ....................................................................................... 104
Gambar 14 Ritual ............................................................................................. 107
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. SK Penetapan Dosen Pembimbing.
2. Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian.
3. Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian.
4. Lampiran 4. Rombongan Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor.
5. Lampiran 5. Biodata Narasumber.
6. Lampiran 6. Instrumen Peneliti.
7. Lampiran 7. Peta Desa Slarang Lor
8. Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
9. Lampiran 9. Biodata Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesenian Tradisional adalah kesenian yang hidup dan berkembang
dikalangan masyarakat biasa yang mencerminkan identitas daerahnya. Menurut
Jazuli (1994:85) kesenian tradisional tumbuh dan berkembang dalam suatu
masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan secara turun-temurun dari
generasi ke generasi, karena kesenian tradisional lahir dilingkungan kelompok
suatu daerah dengan sendirinya. Kesenian tradisional memiliki corak dan gaya
yang mencerminkan pribadi masyarakat daerahnya.
Sepanjang Pulau Jawa mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, sampai Jawa
Timur mengenali lima jenis tari rakyat yaitu tari topeng. Di Jawa Barat terkenal
dengan tari topeng Cirebon, Losari dan Priangan. Di Jawa Timur ada yang
bernama topeng Malang. Di Jawa Tengah juga dikenal topeng Banyumasan, Tari
Topeng Tegal (Tari Topeng Slarang Lor). Kesenian rakyat Tari Topeng Slarang
Lor tumbuh sebagai bagian kebudayaan masyarakat tradisional di Kabupaten
Tegal, Jawa Tengah.
Setiap berbicara mengenai tari Topeng, maka orang akan menyebut dua
kota yaitu Cirebon dan Malang. Tidak pernah terlintas dalam pikiran kita untuk
menyebut Tegal. Padahal secara historis, pertunjukan Topeng diawali dari Jawa
Timur, tepatnya abad ke 18. Jaman kejayaan Kerajan Majapahit (Kejayaan Wong
Jawa penguasa Nusantara). Kemudian penyebarluasannya melewati daerah pesisir
2
utara pulau Jawa, yaitu Cirebon pada abad ke 19 yang dikenal dengan sebutan
topeng babakan (Rosala, dalam Yuliani, 2006:52). Demikian halnya Tari Topeng
Tegal (Tari Topeng Slarang Lor), kehadirannya hampir bersamaan dengan
masuknya Tari Topeng di tlatah pesisir Cirebon. Hal ini diperkuat dengan
pendapat Handayani, tokoh seniman tari di Kabupaten Tegal, bahwa tari Topeng
Slarang Lor diwariskan secara turun temurun oleh keluarga Suwitri sebagai
generasi ketiga pewaris tari Topeng Slarang Lor yang berdomisili di Desa Slarang
Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
Untuk itulah pemerintah Kabupaten Tegal berusaha mengadakan
penggalian yaitu mempertunjukan kembali seni tradisi yang telah lama
ditinggalkan. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tegal No.8/2001 bahwa
program dan fungsi tata kerja Dinas Kebudayaan Kabupaten Tegal yaitu
perencanaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendaliaan di bidang bahasa dan
sastra. Di dalam pembinaan terdapat penggalian, pengembangan dan pelestarian.
Salah satu penggalian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal yaitu
melakukan pendataan dan pembaharuan pada tari Topeng Slarang Lor yang
merupakan salah satu kesenian tradisional khas Tegal. Adapun kesenian
tradisional lainnya yaitu wayang gaya Tegal, gendhing khas Tegal seperti lutung
bingung dan ronggeng Tegal.
Salah satu bentuk kesenian yang berkembang ditengah-tengah masyarakat
di Kabupaten Tegal adalah Tari Topeng Slarang Lor. Disebut demikian karena
keberadaannya hanya di satu tempat yaitu di Desa Slarang Lor, Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Selain kondisi wilayah yang menyatakan bahwa
3
Kecamatan Dukuhwaru sebagai salah satu Kecamatan yang memiliki potensi
kesenian yang membanggakan Kabupaten, potensi kebanggaan di Kecamatan
Dukuhwaru itu karena adanya kesenian memiliki enam Jenis Tari Topeng Slarang
Lor sehingga perlu diangkat sebagai kesenian khas Kabupaten Tegal.
Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor tumbuh sebagai bagian kebudayaan
masyarakat tradisonal di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Tari Topeng Slarang
Lor pada mulanya berjumlah 12 jenis tarian, namun kini tinggal enam jenis yang
masih mampu diingat oleh generasi penerusnya. Sedangkan enam jenis tarian
yang lain sudah tidak dapat diingat lagi bentuk, nama, gerakan maupun wanda
topengnya. Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor terdiri dari Tari Topeng Endel,
Tari Topeng Kresna, Tari topeng Panji, Tari Topeng Panji Lanyapan, Tari Topeng
Patih, dan Tari Topeng Klana. Keenam Jenis Tari Topeng Slarang Lor
mengandung banyak makna, sifat dan makna filosofis dari ciri-cirinya yang khas.
Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor merupakan suatu bentuk kesenian
yang telah menjadi sebentuk hiburan bagi masyarakat di Kabupaten Tegal,
khususnya di Desa Slarang Lor, Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Enam
Jenis Tari Topeng Slarang Lor merupakan jenis tari tunggal. Sesuai dengan
namanya, tarian ini dalam pertunjukannya menggunakan kedok. Kedok atau
Topeng tersebut memiliki kedalaman makna serta urutan cerita yang menjadikan
tarian Topeng Slarang Lor menarik jadi sebuah tontonan yang menggembirakan.
Adapun ciri khas enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor terletak pada gerak tarinya
yang menggambarkan telah dibukanya Alam Semesta di Dunia. Gerak tariannya
mengandung makna seperti halnya Tari Topeng Endel bermakna: Pembuka
4
dengan wanda atau wajah atau kedok berwarna putih berambut hitam di dahinya,
Tari Topeng Kresna bermakna: Pangeweruh dengan wanda atau wajah kedok
berwarna orange atau kuning kemerahan, Tari Topeng Panji bermakna: Kelahiran
dengan wanda atau wajah kedok warna putih tanpa ukel rambut di dahinya, Tari
Topeng Layapan Alus bermakna: Remaja dengan wanda atau wajah kedok warna
putih semu merah muda berhiaskan ukiran rambut di dahi, Tari Topeng Patih
bermakna : kedewasaan dengan wanda atau wajah kedok warna merah muda
berkumis tipis, Tari Topeng Klana Bermakna: Penguasa dengan wanda atau wajah
kedok berkumis tebal berwarna merah tua.
Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor mengandung sifat dan ciri-ciri yang
khas dari spiritual masyarakat Jawa Pesisir yang ada di Tegal. Hal ini tampak
pada iringan dan gerakannya yang kadang halus dan seringkali bergerak kasar.
Demikian pula gerakan dan iringan yang terdapat pada setiap jenis Tari Topeng
Slarang Lor nampak kasar. Dalam setiap bentuk geraknya enam Jenis Tari
Topeng Slarang Lor terinspirasi dari sifat masyarakat Kabupaten Tegal yang
kadang bisa lembut dan sering kasar dalam bertutur kata. Meski demikian
sebenarnya apa yang mereka sampaikan itu merupakan bentuk kepribadian yang
lembut. Hal ini karena mereka pada kenyataannya ingin selalu berlaku baik, meski
kadang lakunya itu penuh dengan misteri.
Dari gerak masing-masing enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, seorang
penari diharapkan mampu menggambarkan peristiwa dan pesan yang
disampaikannya. Pesan tersebut sebagaimana dewa-dewi kahyangan menari dan
menghibur umatnya dengan sembari bertutur menyampaikan cerita agar menjadi
5
pedoman dalam kehidupan manusia di dunia ini. Semua itu diungkapkan melalui
gerak dan ekspresi penari secara lembut. Untuk itu gerak enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor mengandung makna. Hal ini memperkuat keberadaan Tari Topeng
Slarang Lor Kabupaten Tegal sebagai bentuk kesenian tari yang bernilai spiritual
di masyarakatnya.
Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor juga memiliki nilai kekhasan makna
simbolik yang patut dilestarikan oleh masyrakat Tegal. Namun demikian
perkembangan enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor hingga kini semakin
mengalami kemerosotan. Pergeseran ini terjadi karena masyarakat beranggapan
bahwa seni enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sudah ketinggalan jaman
(dipandang kuno). Bahkan karena kurangnya generasi peminat seni Tari Topeng
Slarang Lor, Pengrajin Kedok sebagai penunjang inti materi Tari Topeng khas
Kabupaten Tegal ini pun hampir punah.
Kondisi ini dikarenakan hampir tidak ada lagi proses regenerasi dan
kurangnya minat generasi muda sebagai penerus dalam membuat kedok yang
dIbutuhkan dalam menari enam Jenis Tari Topeng khas Gaya Kabupaten Tegal.
Apalagi kesadaran remaja di Tegal dalam melestarikan pembuatan Kedok khas
Tegal.
Kedok atau Topeng khas Kabupaten Tegal saat ini hanya dibuat oleh satu-
satunya pengrajin Topeng di Pagianten, yaitu Bapak Dharma. Selain sebagai
Dalang Wayang Cepak, beliau berpengalaman selama puluhan tahun membuat
kedok atau Topeng, jauh hari sebelum Tari Topeng Slarang Lor berkembang
pesat. Pada saat membuat topeng Pak Dharma harus mencari bahannya terlebih
6
dahulu dari kayu lunak yaitu Kedondong jaran. Namun karena kayu jenis
kedondong jaran sudah jarang lagi ditemui, maka kayu nangka dan kayu sawo
pun menjadi pilihan. Adapun proses pembuatan dan penggunaan alat-alatnya
masih menggunakan cara-cara tradisional. Sementara itu enam Jenis Tari Topeng
yang berada di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru merupakan bentuk
inspirasi dari kesenian Topeng yang ada di Kabupaten Tegal.
Hal-hal yang menarik dari Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di Desa
Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal masih harus terus digali
kedalamannya. Oleh karenanya peneliti pun tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut. Utamanya ingin mengungkap bagaimana makna simbolik yang
terdapat pada pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Makna simbolik
itu utamanya yang terdapat pada diri sang penari, perlengkapan pertunjukan,
gerak, iringan, tata rias, busana, serta berbagai macam propertinya.
Pada pelaksanaannya pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor
membutuhkan perlengkapan pertunjukan yang tidak sedikit. Adapun kedoknya
digunakan wanda atau wajah yang berganti-ganti sesuai jalan ceritanya. Properti
artistik lainnya adalah pedupan, anglowadah wangwa bara batok, sebungkus
kemenyan, sesaji yang beraneka ragam, dan perlengkapan pendukung lainnya.
Penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang makna simbolik enam
Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal. Akan tetapi penelitian yang diambil berbeda dengan penelitian
Tari Topeng Kabupaten Tegal yang sudah ada. Contohnya saja yang pernah
ditulis oleh Nurul Marthiana Ulfa tahun 2010 dengan judul “Perubahan Bentuk
7
Penyajian Tari Topeng Endel di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal” Penelitian tersebut didalamnya hanya membahas tentang
riwayat salah satu jenis kesenian tradisional yaitu Tari Topeng Endel di Desa
Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupeten Tegal. Ditambah dengan bentuk
penyajian dan perubahan bentuk penyajian tersebut yang terjadi pada Tari Topeng
Endel dari masa ke masa. (Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Semarang).
Penelitian yang membahas salah satu jenis tari Topeng khas Kabupaten
Tegal yaitu Tari Topeng Endel juga pernah ditulis oleh Ika Ratnaningrum tentang
“Makna Simbolis Dan Peranan Tari Topeng Endel”. Penelitian ini berisi tentang
Fungsi Sosial Tari Topeng Endel yaitu Tari Topeng Endel sebagai Upacara
Sakral, Tari Topeng Endel sebagai HIburan, dan Tari topeng Endel sebagai Sarana
Pendidikan. (Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Semarang), dan
Penelitian yang membahas tari Topeng Slarang Lor juga ditulis oleh Tety
Yuliani pada tahun 200enam yang membahas tentang “Analisis Gerak Tari
Topeng Lanyapan Alus Di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal” (Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Yogyakarta), yang didalamnya
berbicara tentang bentuk gerak Tari Lanyapan Alus di Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
Dari paparan tentang Tari Topeng Slarang Lor yang peneliti uraikan di
atas, merupakan salah satu alasan yang mendorong peneliti mengkaji dan
mendiskripsikan Makna Simbolik Enam Jenis Tari Topeng yang ada di Desa
Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Karena belum ada
penelitian sebelumnya yang meneliti Makna Simbolik Pertunjukan Enam Jenis
8
Tari Topeng Slarang Lor. Peneliti memfokuskan kajian pada: Penari,
Perlengkapan pertunjukan, gerak, musik atau iringan, rias dan busana maupun
property (topeng) dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor
Kabupaten Tegal.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang terdapat dalam
penelitian ini adalah:
1.2.1. Bagaimana bentuk pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang
Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal ?
1.2.2. Bagaimana makna simbolik pertunjukan enam jenis Tari Topeng di Desa
Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, memahami, dan
mendeskripsikan tentang Makna Simbolik Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di
Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal terutama:
1.3.1 Mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di
Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
1.3.2 Mengungkapkan makna simbolik yang ada dalam pertunjukan enam Jenis
Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara praktis maupun teoretis. Adapun manfaat penelitian antara lain:
9
1.4.1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan mampu menghasilkan manfaat praktis yaitu:
1.4.1.1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang bentuk kesenian dari
enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal.
1.4.1.2. Bagi seniman dan masyarakat, hasil penpelitian ini dapat sebagai
landasan untuk menentukan sikap, apabila menghadapi masalah-masalah
contohnya ingin mengetahui bentuk dan makna simbolik pertunjukan
enam jenis tari topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal seperti dalam penelitian ini, selain itu juga
berguna untuk menambah wawasan tentang kebudayaan nasional,
khususnya kesenian dalam bentuk tari tradisional yang berada di Jawa
Tengah, khususnya tentang enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
1.4.1.3. Bagi Pemerintah Kabupaten Tegal, hasil penelitian ini dapat menambah
sumber informasi sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
menjaga kelestarian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor Kabupaten
Tegal.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan mampu menghasilkan manfaat teotitis, yaitu:
1.4.2.1 Dapat memberikan sumbang pemikiran pada penelitian yang lebih lanjut,
antara lain memberikan pendapat tentang makna simbolik pertunjukan
10
enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal.
1.5. Sistematika Skripsi
Sistematika Skripsi yang terdiri dari:
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan,
penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
garis besar sistematika skrispsi.
BAB 2 Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung masalah yang
sedang dikaji atau kepustakaan dan kerangka berfikir.
BAB 3 Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis atau pendekatan penelitian,
penentuan lokasi dan sasaran penelitian, data penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan data, dan
teknik analisis data.
BAB 4 Hasil Penelitian
Bab ini berisi tentang pemaparan proses penelitian dan hasil
penelitian atau temuan.
BAB 5 Simpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan masalah yang sedang diteliti, serta
saran-saran yang terkait dengan masalah makna simbolik
11
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor Kabupaten
Tegal.
Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.
11
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Makna Simbolik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:864), makna merupakan
maksud pembicara atau peneliti. Menurut hidup dalam jalinan makna-makna yang
dianyamnya sendiri (Jazuli dalam Geertz, 2001:24). Jazuli dalam Cassirer
(2001:24) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol. Menurut
Herusatoto (2000:10) kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos, yang
berarti tanda atau ciri yang memberikan sesuatu hal kepada seseorang. Kamus
Umum Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa simbol atau lambang ialah
semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan
sesuatu hal mengandung maksud tertentu.
Simbol adalah segala sesuatu (benda material, peristiwa, tindakan, ucapan,
gerakan manusia) yang menandai atau mewakili sesuatu yang lain atau segala
sesuatu yang telah diberi makna tertentu. Sementara simbolik adalah perihal
pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide (misal sastra, seni
lukis) (dalam Sugono, dkk 2008:1350). Simbol atau lambang mempunyai makna
yang dihayati dan dipahami bersama kelompok masyarakatnya. Simbol atau
lambang memiliki bentuk dan isi atau disebut juga makna. Bentuk simbol
merupakan wujud lahiriah, sedangkan isi simbol merupakan arti atau makna
(dalam Kusumastuti, 2006:9).
Simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda tetapi saling
berkaitan bahkan saling melengkapi. Kesatuan makna dan simbol akan
12
menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud (dalam Suharto, 1991:9).
Proses simbolik terjadi pada saat manusia menciptakan simbol dengan cara
membuat suatu kesepakatan tentang sesuatu untuk menyatakan sesuatu (dalam
Herusatoto, 2003:11) mengatakan bahwa kata simbol berasal dari bahasa Yunani
Symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada
seorang atau orang lain. Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2011:1066).
Menurut Hayawaka (dalam Kusumastuti, 2006:10), proses simbolik terdapat pada
semua peradaban manusia dari yang paling sederhana sampai pada yang telah
maju, dari kelompok masyarakat yang paling bawah sampai pada kelompok yang
paling atas.
Keterkaitan manusia dengan simbol-simbol sangat erat pertaliannya, hal
ini menunjukkan bahwa simbol merupakan salah satu perwujudan dari budaya.
Talcott Parsons (dalam Wahyudiarto, 2006:50) menyebutkan bahwa sistem
simbol dari suatu kebudayaan dibagi menjadi 4 (Empat), yaitu, a) Sistem
Konstitusif yang berbentuk kepercayaan dan biasanya inti dari religi; b) Sistem
simbol kognitif yang membentuk pengetahuan; c) Sistem simbol nilai moral yang
membentuk aturan-aturan, dan; d) Sistem simbol ungkapan perasaan atau
ekspresi.
Berdasarkan berbagai teori tentang makna simbolik, maka peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa makna simbolik adalah ungkapan yang tersembunyi
dan dalam penyampaiannya menggunakan simbol. Simbol dalam seni selain
berupa isyarat fisik (benda-benda, gerak, ritual, kesenian) namun juga dapat
berupa simbol, suara, bahasa dan kata-kata.
13
Teori yang telah dijelaskan di atas peneliti gunakan untuk mengkaji makna
simbolik yang terdapat dalam enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang
mencakup bentuk tari pada enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, serta makna
simbolik enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, dan segala aspek yang mendukung
dari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Teori yang tepat menurut peneliti guna
membahas Makna Simbolik enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor adalah Geertz
(dalam Kasumastuti, 2006:9) Simbol adalah segala sesuatu (benda material,
peristiwa, tindakan, ucapan, gerakan manusia) yang menandai atau mewakili
sesuatu yang lain atau segala yang telah diberi makna tertentu.
2.2. Tari
Tari mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia karena dapat
memberikan berbagai manfaat, sepeti hIburan dan sarana komunikasi. Mengingat
kedudukannya itu, tari dapat hidup, tumbuh dan berkembang sepanjang jaman
sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusianya. Perkembangan yang
terjadi pada tari sangat ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Perubahan
pola pikir masyarakat akan berpengaruh terhadap fungsi dan struktur tari, jadi tari
senantiasa menyesuaikan diri dengan konteksnya (Jazuli,1994:1).
Tari adalah salah satu bentuk budaya masyarakat yang lahir, tumbuh dan
berkembang di kalangan masyarakat itu sendiri. Tari menurut Wardhana (1990:8)
adalah kerja rasa dari manusia yang menyalurkannya melalui urat-urat.
Pemahaman gerak secara implisif terdiri dari otot dan atau urat tubuh. Tari
menurut Sedyawati (2000) bentuk upaya untuk mewujudkan keindahan susunan
gerak dan irama yang dibentuk dalam satuan-satuan komposisi.
14
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat peneliti
tarik kesimpulan bahwa tari merupakan gerak badan manusia yang ritmis dan
indah, berirama dan sesuai dengan maksud dan tujuan dari tari itu sendiri.
2.2.1. Makna Tari
Dalam buku Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Drama Tari
Tradisionil di Indonesia, mengungkapkan bahwa tari adalah ekspresi jiwa
manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono
1999: 3). Sementara itu, teori lain menyatakan tari adalah bentuk gerak yang
indah, lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud
dan tujuan tari (Jazuli, 2008:7). Tari juga dapat memperkuat kemakmuran serta
keselamatan, bila tari itu berfungsi untuk mengeluarkan atau menolak kekuatan-
kekuatan buruk yang menyebabkan sakit dan bencana-bencana lain (Soedarsono,
1999: 125).
2.2.2. Jenis-jenis Tari
Berdasarkan garapannya, tari dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tari
tradisional dan tari kreasi baru (Jazuli,2002).
a) Tari Tradisional
Tari tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami perjalanan
sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah
ada. Ditinjau dari segi artistiknya, Tari tradisional dapat digolongkan menjadi tiga
jenis, yaitu tari tradisional primitif, tari tradisional kerakyatan dan tari tradisional
klasik:
15
1) Tari tradisional primitif, istilah Primitif berasal dari kata primus yang berarti
sederhana, pertama. Gerak tari primitif sangat sederhana dan banyak didominir
oleh kehendak, seperti hentakan kaki, tepukan tangan. Sifat tarinya adalah
sakral dan mempunyai kekuatan magis.
2) Tari tradisional kerakyatan, yaitu tari yang hidup dan berkembang di kalangan
rakyat sesuai dengan kehidupan sosial masyarakatnya.
3) Tari tradisional klasik, adalah tari yang semula berkembang di kalangan
kerajaan dan bangsawan, telah mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan
telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang sehingga memiliki
pula nilai tradisional.
b) Tari Kreasi Baru
Tari kreasi baru merupakan ungkapan seni yang tidak berpolakan tradisi,
tetapi lebih merupakan garapan baru yang tidak berpijak pada standard yang telah
ada. Secara garis besar tari tradisi dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Tari Kreasi Baru Berpolakan Tradisi, yaitu tari kreasi yang garapannya
dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, music atau
karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya.
2) Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (NonTradisi). Tari Kreasi yang
garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi,
musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya.
2.3. Bentuk Pertunjukan
Kata bentuk mempunyai arti wujud yang ditampilkan. Menurut (Langer
dalam Indriyanto, 2001:2) pengertian bentuk secara abstrak adalah struktur.
16
Struktur adalah seperangkat tata hubungan didalam membentuk satuan
keseluruhan (Brown dalam Indriyanto, 2001:11). Jadi berbicara tentang bentuk
pertunjukan berarti berbicara tentang bagian-bagian pembentuk pertunjukan.
Menurut Langer dalam (Jazuli,1994:57) bahwa bagi seorang pengamat
bentuk adalah materi yang disajikan, jadi bentuk yang dimaksud adalah suatu
perwujudan yang dapat diamati dan dirasakan. Jika dalam tari materi tersebut
adalah berupa gerak dan bunyi yang lebih tepatnya musik dan tari. Bentuk adalah
suatu media atau komunikasi untuk menyampaikan arti yang terkandung oleh
bentuk itu sendiri atau untuk menyampaikan pesan tertentu dari pencipta kepada
masyarakat penerima. Pertunjukan mempunyai arti suatu tontonan. Bentuk
pertunjukan dapat diartikan sebagai wujud rangkaian gerak yang disajikan dari
awal sampai akhir pertunjukan, dan didalamnya mengandung unsur-unsur nilai
keindahan.
Pertunjukan secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) perilaku
manusia atau disebut juga pertunjukan, 2) pertunjukan budaya yang meliputi
pertunjukan seni, olahraga, ritual, festival-festival dan berbagai bentuk keramaian.
Pertunjukan jenis ke dua yang penting bukanlah bentuk ungkapan artistiknya,
melainkan tujuannya sangat diperlukan oleh masyarakat (Soedarsono, 2002:105)
Pertunjukan mengandung pengertian mempertunjukkan sesuatu yang
bernilai seni, tetapi senantiasa berusaha menarik perhatian apabila ditonton untuk
menjadi sebuah pertunjukan; harus direncanakan untuk disuguhkan oleh
pennonton; dilakukan oleh para pemeran dalam keterampilan yang membutuhkan
17
latihan; ada peran yang dimainkan; dilakukan di atas pentas; dengan iringan musik
dan dekorasi yang menambah keindahan pertunjukan (Jazuli, 1994:60).
Hermin (2000:75) berpendapat bahwa seni pertunjukan adalah aspek-
aspek yang divisualisasikan dan diperdengarkan mampu mendasari sesuatu
perwujudan yang disebut sebagai seni pertunjukan. Aspek-aspek tersebut menyatu
menjadi satu keutuhan di dalam penyajiannya yang menunjukkan suatu intensitas
atas kesungguhan ketika di ketengahkan sebagai bagian dari penopang
perwujudan keindahan.
Masyarakat tari Jawa sampai Bali mengenal adanya tiga aspek tari yaitu
wiraga, wirasa, dan wirama. Selanjutnya, didalam teknik tari klasik Jawa terdapat
banyak posisi dasar, langkah, dan ragam yang harus dilakukan sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku, seperti Hastha Sawanda (pacak, pancad, ulat, wiled,
greget, sengguh, irama, gendhing). Didalam tari Bali ada pedoman tari agem,
tandang, tangkep yang harus ditaati (Murgiyanto, 2002:11).
2.4. Struktur Pertunjukan
Pertunjukan enam jenis Tari Topeng Slarang Lor tidak lepas dari struktur
pembentukan pertunjukan yang sangat besar pengaruhnya dalam sebuah
pertunjukan. Struktur dalam pertunjukan enam jenis Tari Topeng Slarang Lor
adalah segala sesuatu (perlengkapan) yang harus disiapkan agar pertunjukan enam
jenis Tari Topeng Slarang Lor dapat berjalan dengan lancar, dan didalam unsur
pertunjukan enam jenis Tari Topeng Slarang Lor memiliki makna simbolik yang
tersirat. Struktur suatu pertunjukan dapat diwujudkan dalam bentuk pemain,
18
perlengkapan pertunjukan, gerak, iringan dan tembang, tata rias wajah, tata rias
rambut dan busana serta penonton (Kusumastuti, 2006:189).
2.4.1. Pemain atau Pelaku
Semua jenis seni pertunjukan memerlukan penyaji sebagai pelaku, artinya
seniman yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam mengetengahkan atau
menyajikan bentuk seni pertunjukan. Bentuk penyajian tari tertentu ada yang
melibatkan pelaku laki-laki atau pelaku wanita dan menampilkan pelaku laki-laki
bersamaan dengan pelaku wanita. Demikian hal nya dengan usia pemain atau
pelaku seni pertunjukan juga bervariasi, yaitu anak-anak, remaja, dan orang
dewasa. Mengenai jumlah pelaku bervariasi, yaitu pelaku tunggal, berpasangan,
dan kelompok (Cahyono, 2002:79).
Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor melibatkan pemain atau
pelaku laki-laki dan perempuan terdiri dari penari Topeng Slarang Lor, pengrawit,
Sinden, pengrajin Topeng, dan pemimpin Pertunjukan.
2.4.2. Perlengkapan Pertunjukan
Perlengkapan pertunjukan yang harus disediakan adalah kemenyan sesaji
atau sesajen yang disediakan pada awal pertunjukan dan kain batik Tegal yang
diikat di batang bambu. Tidak hanya perlengkapan pertunjukan saja yang harus
disiapkan, pemain atau pelaku juga harus berdoa bersama sebelum pertunjukan
dimulai, agar pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor berjalan dengan
lancar.(Wawancara dengan Ibu Purwanti, April 2013).
Kemenyan merupakan tradisi masyarakat Jawa sejak jaman dahulu kala.
Kemenyan menjadi sarana sehari-hari dalam menyampaikan do’a dan hubungan
19
manusia Jawa baik kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha
Esa serta kepada leluhur dan makhluk-makhluk halus yang meguasai suatu
wilayah dalam bentuk komunikasi batin yang hening. (Wawancara dengan
Budayawan Nurochman Sudibyo YS, April 2013).
Sesaji atau sesajen adalah bentuk ungkapan rasa syukur manusia Jawa atau
wong Jawa sejak dahulu kala yang diungkapkan melalui ritual selamatan berupa
penyajian Tumpeng, Bekakak Ayam, air dan kembang setaman (bunga tujuh
rupa),nasi liwet, rokok srutu, sirih dan kinang, juwadah pasar, wedangan pait-
wedang manis (air putih, teh pahit, teh manis, kopi pahit, kopi manis, gula asam,
wedang jahe). Bentuk sesaji atau sajen ini memiliki makna filosofis tersendiri
sebagai penanda permohonan atas keselamatan (Wawancara dengan Budayawan
Nurochman Sudibyo YS, April 2013).
2.4.3. Gerak
Gerak merupakan bagian dari ciri-ciri kehidupan. Tari merupakan
komposisi gerak yang telah mengalami proses. Menurut Jazuli (1994:5) gerak tari
adalah gerak yang berasal dari hasil proses pengolahan yang telah mengalami
stilasi (digayakan), distori (pengubahan). Hasil dari pengolahan gerak tersebut
menghasilkan gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni merupakan gerak
wantah yang telah diubah menjadi gerak yang indah namun tak bermakna. Gerak
maknawi adalah gerak murni merupakan gerak yang telah diubah menjadi gerak
indah yang bermakna. Gerak murni yang telah mengalami proses itu akhirnya
dapat dilihat dan dinikmati karena menjadi gerakan yang memiliki nilai estetik.
20
Gerak merupakan sebagai media ungkap seni pertunjukkan tari merupakan
salah satu diantara pilar penyangga wujud seni pertunjukkan yang dapat terlihat
sedemikian kuat terangkat (Hermin, 2000:76). Gerak berdampingan dengan suara
atau bunyi-bunyian merupakan cara yang dipergunakan untuk mengutarakan
berbagai perasaan dan pikiran kemudian ditransformasikan melalui abstraksi dan
distorsi gerak.
Tindakan simbolis dalam tari dinamakan ekspresi (Herusantoto,
2003:104). Menurut Murgiyanto (2002:11) bahwa tidak setiap gerak laku penari
menyampaikan makna yang mudah diterka. Dengan kata lain, secara keseluruhan
tari memiliki kualitas ekspresif tetapi tidak secara literer dari gerak ke gerak
dengan kata lain gerak tari memang dirancang lebih dari sekedar ekspresif.
Gerak yang ada pada enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor adalah gerak
maknawi dikarenakan setelah penari menggunakan kedok, gerak penari enam
Jenis Tari Topeng Slarang Lor pun memiliki makna. Walaupun gerakan pada
enam Jenis Tari Topeng Slarang lor terlihat sederhana namun memiliki makna
dalam setiap gerakannya. Utamanya menggambarkan kehidupan yang ada di alam
semesta dan di bumi ini dengan mensiratkan ujaran dan ajaran kesadaran tunggal,
serta laku lampah yang baik, agar manusia ingat pada lahir dan matinya, hidup
dan yang menciptakannya. Gerak enam jenis tarian tersebut menyimpan makna
yang tersembunyi karena adanya enam jenis kedok yang dipakai oleh si penari.
2.4.4. Musik atau Iringan
Iringan dalam tari merupakan sarana pendukung yang tidak dapat
dipisahkan dengan yang lainnya, karena antara keduanya saling berkaitan. Musik
21
sebagai pengiring tari ada keterkaitan antara keduanya, yaitu musik sebagai
pengiring tari, musik sebagai pengikat tari, dan musik sebagai ilustrasi tari. Musik
sebagai pengiring tari maksudnya musik yang disajikan sedemikian rupa sehingga
tari dalam hal ini sangat mendominasi musiknya. Sedangkan yang dimaksud
musik sebagai pengikat tari yaitu musik yang dIbuat sedemikian rupa sehingga
mengikat tarinya dan yang dimaksud musik sebagai ilustrasi tari adalah musik tari
yang dalam penyajiannya hanya bersifat ilustrasi atau hanya sebagai penopang
suasana tari (Indriyanto, 2010:21).
Fungsi musik dalam tari adalah sebagai aspek untuk mempertegas maksud
gerak, membentuk suasana tari dan memberi rangsangan estetis pada penari
dengan ekspresi jiwa sesuai dengan maksud karya tari yang ditampilkan.
(indryiyanto, 2010: 20)
Iringan pada enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor adalah; 1. Tari Endel,
iringan gendingnya adalah lancaran Ombak Banyu; 2. Tari Kresna, iringan
gendingnya adalah Blenderan Praliman; 3. Tari Panji, Iringan gendingnya Ktw.
Gunung Sari; 4. Tari Lanyapan Alus, iringan gendingnya adalah Lc. Malangan; 5.
Tari Patih, Iringan gendingnya menggunakan Bendrong Tegal; 6. Tari Klana,
iringan gendingnya menggunakan iringan Gonjing Truntung.
2.4.5. Tata Rias
Tata rias terdiri dari dua kata, yaitu tata dan rias. Menurut kamus Besar
Bahasa Indonesia, tata adalah aturan, peraturan atau susunan sedangkan rias
berarti berdandan. Tata Rias adalah membuat garis-garis wajah sesuai dengan ide
atau konsep garapan (misalnya: rias kelinci, tata riasnya dengan memakai bedak
22
putih pada seluruh wajah dengan garis-garis hitam pada mata, alis). Pengaturan
make up atau tata rias termasuk juga tata rambut.. Dalam pementasan tari, tata rias
sangatlah membantu mewujudkan ekspresi wajah penari. Tata rias wajah tidak
sekedar bertujuan untuk mempercantik diri tetapi betul-betul disesuaikan dengan
peran yang akan dibawakan oleh penari. Rias yang tidak sesuai dapat memberikan
kesan jelek, juga dapat mengacaukan ekspresi penari tersebut. Cara merias yang
baik adalah cara rias yang dapat mengubah bagian muka yang kurang cantik
menjadi cantik (Lestari,1993:63).
Fungsi rias adalah untuk merubah karakter pribadi, untuk memperkuat
ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan seorang penari (Jazuli,
1994:116). Unsur kelengkapan tata rias adalah tata rias merupakan bagian yang
berkaitan dengan pengungkapan tema atau isi cerita, dan sebagai salah satu upaya
untuk memberikan ketegasan atau kejelasan dari anatomi wajah.
2.4.5.1 Tata Rias Rambut
Menurut Lestari (1993:45), rambut merupakan mahkota bagi manusia, dan
karena itu harus ditata sedemikian rupa agar bermakna bagi diri sendiri dan orang
lain. Dikatakan bermakna karena dengan melihat penataan rambut maka akan
diketahui ciri khas pemakainya yang disesuaikan dengan karakter yang
dibawakan. Rambut mempunyai peran sebagai pelindung kepala yang sekaligus
dapat berfungsi sebagai hiasan sehingga akan menambah keagungan dan dapat
dipergunakan sebagai simbol dari tempat dan tingkat kedudukan pemakainya
(Jafar dalam Lestari 1993:45).
23
Dalam pementasan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, kondisi rambut
penari : 1.Tari Endel, kondisi rambut digelung rapih ke belakang; 2.Tari Kresna,
kondisi rambut penari dirumbaikan secara lurus kebelakang; 3. Tari Panji, kondisi
rambut penari disanggul; 4.Tari Lanyapan Alus, kondisi rambut penari digelung
secara rapih; 5.Tari Patih, konsisi rambut penari dilepaskan ke belakang; 6.Tari
Klana, kondisi rambut penari digeraikan kebelakang dengan rapih.
2.4.6. Tata Busana
Tata busana adalah semua kebutuhan sandang yang dikenakan pada tubuh
penari di pentas yang sesuai dengan peranan yang dibawakan. Menurut Lestari
(1993:15) busana adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari rambut sampai
kaki. Keseluruhan pemakaian busana merupakan cerminan jiwa, menunjukkan
watak atau pribadi pemakainya.
Busana tari sering mencerminkan identitas (ciri khas) suatu daerah yang
sekaligus menunjuk daerah tersebut. Demikian pula didalam pemakaian warna
busana, tidak jarang suatu daerah senang dengan warna lembut atau kalem. Semua
tidak lepas dari latar belakang budaya atau filosofi dari masing-masing daerah
(Jazuli, 1994:19). Warna merupakan identitas kehidupan karena warna merupakan
bagian dari lingkungan hidup yang berfungsi untuk menyemarakkan suasana,
mempertebal harga diri dan menungkatkan rasa percaya riri sehingga mampu
berkomunikasi dengan penikmatnya. (Lestari, 1993:20).
Seorang penata busana juga harus memperhitungkan efek lampu serta
komposisi warna yang disusun, demikian juga kemungkinan keleluasaan gerak
penari sesuai dengan watak dan perannya. Fungsi penataan busana adalah untuk
24
mendukung isi atau tema tari dan untuk memperjelas peran tertentu. Darlene Neel
(dalam Jazuli, 1994:116) fungsi tata busana adalah penutup tubuh dan sekaligus
pelindung tubuh. Desain busana hendaknya tidak mengganggu gerak, segala
elemen bentuk dari busana seperti garis, warna, tekstur, kualitas bahan harus
dimanfaatkan secara baik.
Busana pada enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sudah semestinya
memadukan semua unsur materi kostum yang dIbutuhkan dengan aspek warna,
komposisinya dan diselaraskan pula dengan karakter jenis Tari Topeng yang akan
dimainkannya.
2.4.7. Properti
Properti (property) adalah istilah bahasa Inggris yang berarti alat-alat
pertunjukan, yang mempunyai dua tafsiran yaitu proprti sebagai sets dan properti
sebagai alat bantu berekspresi. Properti merupakan suatu bentuk peralatan
penunjang gerak sebagai wujud ekspresi. Upaya penggunaan properti tari lebih
berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam upaya lebih memberikan
arti pada gerak, atau sebagai tuntutan ekspresi (Hidajat, 2005:59).
Pada penelitian ini, objek yang diteliti adalah enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor, yang dideskripsikan berdasarkan bentuk penyajian, berdasarkan teori
yang ada bentuk penyajian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor memiliki makna
simbolik tersendiri meliputi gerak, musik atau iringan, tata rias dan busana, serta
kedok atau Topeng-nya.
2.4.8. Penonton
25
Seni pertunjukan tradisional kedudukan penonton sangat menentukan berhasil
atau tidaknya sebuah pertunjukan. Penonton adalah salah satu komponen yang
menentukan, oleh karena itu Penonton harus diperhitungkan dalam perencanaan
penyajian suatu pertunjukan. Penonton pada pertunjukan enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor, tidak terbatas pada usia-usia tertentu. Pengelompokan jenis usia
menurut Soeparwoto dalam Hurlock (2007:55-56), dalam kehidupan
bermasyarakat terdapat berbagai tingkatan usia yaitu: Masa Bayi (akhir minggu
kedua-akhir tahun kedua), usia awal masa anak-anak (2-6 tahun), usia akhir masa
anak-anak (6-12 tahun), masa puber atau pra remaja (12-14 tahun), masa remaja
(14-18 tahun), usia dewasa dini (18-40 tahun), masa dewasa madya (40-60 tahun),
serta masa dewasa lanjut (60-meninggal) dan penonton yang menonton
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal mencakup seluruh kelompok usia.
Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal adalah pertunjukan yang bertujuan
untuk melestarikan kesenian yang ada di Desa Slarang Lor. Pada pertunjukan
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor akan terjadi interaksi sosial antara pemain
(penari) dan penonton. Interaksi sosial menurut Wadiyo (2008: 59) adalah suatu
hubungan sosial manusia, baik individu-individu dan kelompok-kelompok dan
atau individu dengan kelompok dengan ditunjukkan adanya suatu ciri telah terjadi
suatu aksi dan reaksi diantara mereka yang berhubungan. Interaksi sosial tersebut
digambarkan dalam bentuk kesinambungan masyarakat setempat dengan
mendengar adanya suatu seni pertunjukan.
26
2.5. Kerangka Berfikir
Kesenian Tradisional
Tari Topeng Slarang Lor
T.Topeng Endel
T.Topeng Kresna
T.Topeng Panji
T.Topeng Lanyapan
T.Topeng Patih
T.Topeng Klana
Gerak Iringan Rias dan busana
Property (Topeng)
Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Di Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal
Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
Struktur pembentukan Pertunjukan Tari Topeng
Slarang Lor
Pemain Penonton Perleng-kapan Pertunju-kan
27
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian
kualitatif. Penelitian ini mengikuti prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
diamati (Moleong, 2004:4). Penelitian yang bersifat kualitatif, yang diuji bukan
teori yang telah dirumuskan, tetapi pengamatan dan penelitian langsung di
lapangan untuk mendapatkan data deskriptif. Data-data yang peneliti butuhkan
berupa konsep-konsep, monografi, dan buku panduan sebagai dasar referensi
otentik. Dengan ungkapan lain, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
merupakan data-data yang terkumpul melalui kajian pustaka dan observasi
lapangan dengan wawancara yang bertujuan menggambarkan dan menguraikan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan keadaan atau status fenomena yang tidak
berkenaan dengan angka-angka (Moleong, 2004:103).
Jazuli (2001:19), mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah berupa
kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi maupun resmi.
Jadi, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berorientasi pada fenomena dilapangan yang bertujuan untuk mendiskripsikan dan
menguraikan tentang makna simbolik pertunjukan enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
28
3.2. Penentuan Lokasi dan Sasaran Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat keberadaan sebuah objek yang akan
diteliti baik secara langsung dan atau melalui informan sebagai sumber data dari
objek yang sedang diteliti. Adapun lokasi penelitian terletak di Desa Slarang Lor,
Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Kabupaten Tegal adalah Kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Kota Slawi dan terletak sekitar 14 km di
sebelah selatan Kota Tegal. Secara administratif pemerintahan, Kabupaten Tegal
terdiri atas 18 Kecamatan dan dibagi lagi menjadi 281 desa dan enam kelurahan.
Salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Tegal yaitu Kecamatan
Dukuhwaru. Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru merupakan Desa yang
pertama kali dipilih oleh nenek moyang Ibu Suwitri mengajarkan berbagai jenis
Tari Topeng. Desa Slarang Lor dapat ditempuh dengan kendaraan umum. Jalan
desa Slarang Lor sudah berupa aspal sehingga akses menuju Desa Slarang Lor
cukup mudah.
3.2.2. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah mengenai bagaimana makna simbolik
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal yang terdapat pada struktur pembentuk pertunjukan
yang meliputi pemain yang memfokuskan pada penari Topeng Slarang Lor,
perlengkapan pertunjukan (kemenyan, sesaji, batik Tegal), gerak, iringan, tata rias
dan busana, property (topeng), serta penonton.
29
3.3. Data Penelitian
Data penelitian Makna Simbolik Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal adalah
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Data-data yang diperoleh dengan cara terjun
secara langsung yaitu dengan berpartisipasi aktif yaitu sebagi penanggap dalam
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
3.4. Sumber Data
Sumber data pada penelitian adalah:
3.4.1. Wuninggar, Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Tegal. Data yang didapat mengetahui keberadaan
kesenian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
3.4.2. Suwitri, generasi penerus penari Topeng Slarang Lor. Data yang didapat
tentang Latar belakang kesenian dan kemampuannya mewarisi enam Jenis
Tari Topeng Slarang Lor yang didalamnya meliputi asal-usul enam Jenis
Tari Topeng Slarang Lor dan profil penerus dan pewaris enam Jenis Tari
Topeng Slarang Lor.
3.4.3. Purwanti, anak pertama Suwitri. Mendapatkan data tentang kegiatan yang
diikuti Suwitri dan pengalamannya mendampingi Suwitri selama
menjalankan kegiatan menari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
3.4.4. Casmadi, sebagai pengendang sekaligus pengrawit. Data yang didapat
tentang laras dan gamelan apa saja yang digunakan dalam pertunjukan
30
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
3.4.5. Masyarakat Desa Slarang Lor yang mengerti tentang kesenian diantaranya
yaitu Kepala Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
Peneliti mendapat data tentang letak geografi Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal, Kondisi sosial budaya masyarakat Desa
Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, dan peran serta
minat masyarakat terhadap enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, upaya-
upaya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal untuk melestarikan enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor .
3.4.6. Dharma, sebagai pengrajin Topeng Tegal. Data yang didapat tentang
makna simbolik yang terdapat pada masing-masing Topeng Tegal (Tari
Topeng Slarang Lor).
3.4.7. Nurochman Sudibyo YS, sebagai seniman dan budayawan. Data yang
didapat tentang penelitian perjalanan seni Tari Topeng di Indonesia,
berbagai jenis pertunjukan Tari Tradisional, sebagai pengarah pada
pentingnya nilai-nilai artistik sebagai pendukung penting pagelaran enam
Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
3.4.8. Diah Setyawati, sebagai Sastrawati juga seorang seniman yang piawai
dibidang tatarias dan kostum. Data yang didapat adalah tentang
keselarasan dalam penataan kostum serta makeup untuk penari yang akan
mementaskan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor serta makna simbolik
31
dari batik Tegal yang terkandung didalamnya, yang secara terkait
mendukung pemaknaan simbolis pada setiap karakter dan tokoh yang
diceritaan oleh Penari Topeng Slarang Lor.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Observasi
Teknik observasi yang dilakukan dengan cara pengamatan berperan serta
dan pengamatan terbuka pada kesenian Tari Topeng Slarang Lor. Sumaryanto
(2007:100), menyebutkan bahwa pengamatan berperan serta adalah pengamatan
dimana pengamat memiliki dua fungsi yaitu sebagai pengamat sekaligus anggota
dari kelompok yang sedang diamati. Pengamat terbuka adalah pengamat yang
diketahui oleh subjek sehingga pengamat diberikan kesempatan untuk mengamati
peristiwa yang terjadi.
Kegiatan observasi atau pengamat yang dilakukan oleh peneliti terbagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi
dengan kegiatan penentuan lokasi dan sasaran penelitian. Tahap kedua sebagai
penelitian inti dengan pengumpulan data dan bahan yang dIbutuhkan dalam
pembahasan masalah.
Teknik pengamatan dilakukan dengan cara mengamati objek secara
langsung yang dilakukan peneliti dengan wawancara. Peneliti juga menggunakan
pengamatan berperan serta yaitu melibatkan dirinya secara aktif dengan
membantu sebagai penanggap dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang
Lor, sehingga penelitian bisa lebih memfokuskan untuk mengamati makna
32
simbolik pertunjukan enam Jenis Tari Topeng slarang Lor Di Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
Tahap awal penelitian adalah dengan mendatangi rumah Suwitri sebagai
penerus dan pewaris enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor pada tanggal 4
Desember 2012 untuk menanyakan kapan pertunjukan enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor dapat berlangsung. Beliau menjelaskan bahwa pertunjukan enam
Jenis Tari Topeng Slarang Lor dapat berlangsung bulan April 2013.
Untuk memanfaatkan waktu, pada tanggal 8 Februari 2013 peneliti
berkunjung ke rumah Casmadi untuk bertemu dengan seluruh pengrawit, serta
guna melakukan observasi tempat pertunjukan yang akan diadakan sekitar bulan
April tersebut.
Pada tanggal 14 April 2013 peneliti melakukan observasi dengan
menyaksikan sekaligus ikut serta dalam penyajian pertunjukan enam Jenis Tari
Topeng Slarang Lor. Peneliti menggunakan camera LSR untuk mengambil
gambar pada proses pertunjukan dan peneliti juga merekam seluruh kegiatan
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal berlangsung.
3.5.2 Wawancara
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah para
pemain dan penonton yang dalam posisinya sebagai narasumber atau informan.
Untuk mengumpulkan informsi dari sumber data penelitian dilakukan teknik
wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
33
diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong 2007:18enam).
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara terarah
dan wawancara tidak terarah. Wawancara terarah adalah wawancara yang bersifat
mendalam dan intensif, sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya sesuai
masalah yang dibahas.
Wawancara tidak terarah adalah teknik wawancara yang bersifat bebas
santai dan memberikan seluas-luasnya kepada informan untuk memberikan
keterangan secara umum, yaitu keterangan yang tidak terduga serta keterangan
yang tidak dapat diketahui jika menggunakan wawancara terarah. Pada tahap
wawancara peneliti mengadakan wawancara dengan para pendukung pertunjukan
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang dapat diuraikan sebagai berikut:
3.5.2.1. Pada tanggal 4 Desember 2012, Wuninggar memberikan informasi
keberadaan kesenian Tari Topeng Slarang Lor. Dan dilanjutkan
wawancara dengan Ibu Suwitri yang mendapatkan data informasi
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor akan berlangsung.
3.5.2.2 Pada tanggal 17 Desember 2012, wawancara dengan Bapak Nurochman
Sudibyo YS dan Ibu Dyah Setyawati , mendapatkan data konsep tentang
seni pertunjukan tradisional yang ideal. Serta penjelasan berbagai makna
filosofis yang terkandung dalam enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor dan
sejarah Tari Topeng di Indonesia serta makna filosofis pada kostum dan
kain batik Tegal sebagai penujang artistic pementasan enam Jenis Tari
Topeng Slarang Lor.
34
3.5.2.3. Pada tanggal 8 Januari 2013, wawancara dengan Bapak Dharma dan
mendapatkan data tentang latar histori (sejarah) kegiatan enam Jenis Tari
Topeng Slarang Lor di Kabupaten Tegal.
3.5.2.4. Pada tanggal 13 Januari 2013, wawancara dengan Ibu Purwanti
mendapatkan data persiapan pertunjukan yang akan dilaksanakan pada
bulan April, dan wawancara dengannya meliputi perlengkapan sesaji,
makna kemenyan, nama jenis gerakan dan makna filosofinya dalam
pentas enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal.
3.5.2.5 Pada Tanggal 8 Februari 2013, wawancara dengan Bapak Casmadi
mendapatkan data lengkap tentang iringan, laras dan gamelan yang akan
digunakan dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
3.5.2.enam Pada tanggal 14 April 2013, wawancara dengan Masyarakat Desa
Slarang Lor yaitu Kepala Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal, dan mndapatkan data tentang peran dan minat
masyarakat terhadap enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
3.5.3. Dokumentasi
Dokumentasi menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis
secara khusus (Moleong, 2007:26). Data yang diperoleh dari dokumentasi
kemudian dipilih dan diseleksi, semua informasi yang telah ada yang sesuai
dengan permasalahan dan yang mengandung permasalahan dalam penelitian.
35
Pengumpulan dokumentasi digunakan untuk menambah informasi dan
pengetahuan yang telah diberikan oleh para informan. Dokumentasi juga dapat
memperkuat suatu pendapat atau informasi dari informan. Bentuk informasi yang
digunakan dalam penelitian adalah hasil wawancara, referensi, gambar dan
rekaman wawancara yang memuat tentang pertunjukan kesenian enam Jenis Tari
Topeng Slarang Lor. Gambar dan rekaman wawancara yang telah diambil
dijadikan sebagai bukti otentik agar hasil pengamatan tetap terjaga validasinya.
3.6. Teknik Keabsahan Data
Data atau dokumen yang diperoleh dalam penelitian kualitatif perlu
diperiksa keabsahannya agar menjadi peneliti yang terdisiplin atau ilmiah.
Pemeriksaan keabsahan data pada dasarnya selain untuk menyanggah pendapat
bahwa penelitian kualitatif tidak ilmiah, juga merupakan unsur yang tidak
terpisahkan dari tubuh pengetahuan kualitatif (Moleong, 2007:320). Informasi
perlu diperiksa kebenarannya dan membandingkan dengan data yang diperoleh
dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu berlainan,
dan menggunakan metode yang berlainan.
Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data yang
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain. Triangulasi data yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007:330). Triangulasi tidak
hanya sekedar menilai keberadaan data, akan tetapi untuk menyelidiki validasi
36
tafsiran penelitian mengenai data itu. Teknik triangulasi ada pula kemungkinan
bahwa kekurangan dalam informasi pertama mendapat tambahan pelengkap.
Teknik triangulasi yang digunakan adalah menggunakan sumber data.
Sumber data tersebut didapat dari informasi dari berbagai pihak yaitu (1) penari
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, Ibu Suwitri, pengendang sekaligus
pengrawit Bapak Casmadi, pengrajin Topeng Tegal Bapak Dharma; (2) Bapak
Nurochman Sudibyo YS dan Ibu Dyah Setyawati selaku Budayawan dan
Sastrawati sehingga data yang diperoleh untuk mendapatkan makna simbolik
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Dlarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal dapat dipercaya. Dengan cara peneliti
membandingkan data yang sudah didapat pada saat penelitian dan setelah
penelitian. Contohnya kebenaran Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang didalamnya
mengandung enam Jenis tari Topeng Slarang Lor.
3.7. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam
catatan lapangan, dokumentasi pribadi, dokumntasi resmi, gambar, gambar dan
sebagainya. Data tersebut sangat banyak, oleh sebab itu peneliti harus membaca,
menelaah, dan mempelajari (Sumaryanto, 2007:105).
Teknik analisis data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori
Adshead (2002:9-12), yang membagi proses analisis kedalam empat tahap sebagai
berikut:
37
3.7.1. Mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan. Hal-
hal ini yaitu struktur pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
Peneliti mencoba mengenali dan memahami bentuk pertunjukan enam
Jenis Tari Topeng Slarang Lor dan simbol-simbol yang muncul dalam
pertunjukan dan struktur dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal.
3.7.2. Memahami hubungan antara komponen-komponen pertunjukan dalam
perjalanan ruang dan waktu. Mencari informasi tentang sejak kapan enam
Jenis Tari Topeng Slarang Lor muncul di Desa Slarang Lor dan sejak
kapan berkembang di Kabupaten Tegal sehingga kesenian enam Jenis Tari
Slarang Lor dijadikan sebagai kesenian khas Tegal.
3.7.3. Melakukan interpretasi bedasarkan konsep dan latar belakang sosilal,
budaya, konteks pertunjukan, gaya, genre, tema dan konsep interpretasi
spesifik. Mengumpukan data selengkap-lengkapnya dan memahami seperti
apa latar belakang sosial budaya masyarakat Desa Slarang Lor sehingga
kesenian dalam bentuk enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor bisa
berkembang di Desa Slarang Lor.
3.7.4. Melakukan evaluasi berdasarkan: 1) Nilai-nilai yang berlaku didalam
kebudayaan dan masyarakat pendukung kesenian enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor yang dijadikan sebagai kesenian tradisi di Desa Slarang Lor;
2) Nilai-nilai khusus yang ada dalam kesenian enam Jenis Tari Topeng
Slarang Lor sehingga dapat mewujudkan makna simbolik yang terdapat
38
dalam pemain (penari), perlengkapan pertunjukan, gerak penari, iringan,
tata rias dan busana, property (topeng), dan penonton yang terkandung
dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang
Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal; 3) Konsep-konsep spesifik
pertunjukan yang mencakup evektifitas pertunjukan meliputi serangkaian
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor dari awal pertunjukan,
inti pertunjukan, dan di akhir pertunjukan.
39
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Slarang Lor
Lokasi Penelitian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor berpusat pada Desa
Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Desa Slarang Lor
merupakan salah satu dari sepuluh Desa yang ada di wilayah Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Desa Slarang Lor mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Desa Blubuk Kecamatan Dukuhwaru
2. Sebelah Barat : Desa Randusari Kecamatan Pagerbarang
3. Sebelah Selatan : Desa Slarang Kidul Kecamatan Lebaksiu
4. Sebelah Timur : Desa Dukuhdamu Kecamatan Lebaksiu
Desa Slarang Lor terletak 4 km dari pusat Kecamatan dan 7 km dari pusat
Ibu kota Kabupaten Tegal. Luas wilayah Desa Slarang Lor ± 308.089 Ha,
meliputi tanah persawahan seluas ±245.202 Ha; tanah pemukiman seluas ±
47.887 Ha, dan tanah lapangan dan sekolah seluas ±14 Ha.
Pembagian wilayah Desa Slarang Lor dalam lingkup lebih kecil dibagi
menjadi wilayah dusun atau pedukuhan yaitu:
1. Bagian Utara : pedukuhan Krasak
2. Bagian Tengah : pedukuhan Slarang Geblag
3. Bagian Selatan : Pedukuhan Kali Wuluh
Daerah penelitian dipusatkan di pedukuhan Slarang Geblag.
40
Tabel 4.1 Desa yang berada di Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal No Nama Desa
1. Desa Kabunan
2. Desa Pedagangan
3. Desa Gumayun
4. Desa Kalisoka
5. Desa Sindang
6. Desa Bulak Pacing
7. Desa Salapura
8. Desa Dukuhwaru
9. Desa Blubuk
10. Desa Slarang
( Sumber : Data Monografi Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal, Tahun 2013)
Desa yang berada di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal berjumlah
10 Desa, seperti yang sudah disebutkan pada tabel 4.1 Desa Slarang, yaitu Slarang
Lor yang termasuk wilayah Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal merupakan
Desa dimana terdapat kesenian berupa enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, dan
pertama kali dikembangkan oleh leluhur Ibu Suwitri sekitar abad 18. Sosialisasi
pertunjukan seni Tari ini berikutnya dikembangkan dan dilestarikan oleh Ibu dari
Suwitri yaitu Ibu Darem Almarhum. Tari Topeng Slarang Lor pusat
pelestariannya dikembangkan di Jln. Masjid RT 1 RW 2 Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
41
4.1.2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Slarang Lor
Penduduk Desa Slarang Lor dalam kehidupan sehari-hari menggunakan
bahasa Jawa dialek Tegal, bahasa krama dan bahasa Indonesia. Melalui sistem
pengetahuan yang dimiliki penduduk Desa Slarang Lor mampu menyesuaikan
dengan keadaan alam sekitarnya dan mampu meningkatkan produktifitas
kebutuhan sehari-hari. Penerapan sistem pengetahuan ini dapat dilihat penduduk
Desa Slarang Lor dalam menerapkan teknologi seni bangunan tradisional pada
pembuatan rumah, disamping itu juga ada sebagian penduduk yang membangun
rumah dengan ciri modern.
Masyarakat Desa Slarang Lor untuk generasi tua umumnya cenderung
lebih menyukai kesenian yang telah lama dikenal. Dengan sendirinya regenerasi
ini dapat memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian yang berkembang
didaerah tersebut, termasuk enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
Generasi muda umumnya cenderung untuk menghargai hal-hal yang baru.
Mereka umumnya menyukai berbagai bidang kesenian, sehingga generasi muda
itu cenderung bisa memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian dalam
bentuk dan penampilan yang baru pula. Namun sayangnya generasi muda saat ini
hanya menyukai kesenian yang dianggap modern. Misalnya saja tari modern, girls
band, musik pop, rock, musik dangdut dan sebagainya. Akan tetapi dalam
mengapresiasi kesenian tradisi meski telah dibentuk dalam format baru, tetap saja
dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Untuk itu kondisi generasi muda ini
masih perlu ditingkatkan agar mau menyukai atau mencintai kesenian tradisi
kebanggan daerahnya sendiri.
42
Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi
aspek pedidikan, sosial serta nilai-nilai tradisi yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat setempat.
4.1.2.1 Aspek Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Slarang Lor sudah maju. Berikut
tabel mengenai tingkat pendidikan bagi penduduk Desa Slarang Lor.
Tabel 4.2 Penduduk Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal berdasarkan Tingkat Pendidikan
( Sumber : Data Monografi Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal, Tahun 2013)
Tabel 4.2 adalah tabel yang menunjukan tingkat pendidikan Desa Slarang
Lor, dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
umum yaitu pendidikan SD, SMP, dan SMA sedangkan yang dimaksud dengan
pendidikan khusus yaitu pendidikan sekolah luar biasa dan pendidikan non
formal. Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Slarang
Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal memiliki taraf pendidikan yang
sudah tinggi yaitu dapat dilihat dengan masyarakat Desa Slarang Lor yang lulus
pada pendidikan tingkat umum masih banyak yaitu persentase 99,31% dan yang
lulus pada pendidikan khusus yaitu dengan persentase 0,69%.
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1. Lulusan Pendidikan Umum 4438 Orang 99,31 % 2. Lulusan Pendidikan Khusus 31 Orang 0,69 % Jumlah 44enam9
Orang 100 %
43
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Slarang Lor mempengaruhi
keberadaan kesenian Tari Topeng Slarang Lor yaitu dengan tingkat pendidikan
yang sudah maju ini enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sudah dikenal oleh
masyarakat Desa Slarang Lor. Bahkan masyarakat diluar Desa Slarang Lor sudah
mulai mengenal enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Pengenalan ditandai dengan
adanya anak-anak yang hendak melanjutkan pendidikan tingkat SMP dan SMA
bahkan perguruan tinggi yang bersekolah di luar daerahnya sendiri. Dengan
demikian anak-anak yang tinggal di Desa Slarang Lor secara tidak langsung
mempunyai teman di luar daerahnya sendiri dan dapat bercerita atau dalam bahasa
Tegalnya sering disebut dengan getok tular yang artinya cerita dari mulut kemulut
kepada teman sekolahnya tentang kesenian khas yang ada di daerahnya yaitu Tari
Topeng Slarang Lor. Seperti yang dikatakan Suwitri pada wawancara pada 13
Maret 2013 yaitu:
“akeh bocah-bocah desa liya sing njaluk dilatih Tari Topeng Slarang Lor, bocah-bocah pada ngerti neng kene ana penerus Tari Topeng Slarang Lor. Akeh anake tetangga kulo karo kanca-kancane sing sekolah neng Slawi karo neng Adiwerna pada maring kulo yen ana tugas nari saka sekolahan terus njaluk diajari nari maring kulo. Kulo seneng yen akeh bocah-bocah sing kiyeng latihan nari”.(Banyak anak-anak dari Desa lain yang meminta dilatih Tari Topeng Slarang Lor, anak-anak tahu bahwa disini ada generasi penerus Tari Topeng Slarang Lor. Banyak anak tetangga saya dan teman-temannya yang bersekolah di Slawi dan di Adiwerna datang ke saya kalau mendapat tugas menari dari sekolah terus meminta saya untuk mengajarinya. Saya senang kalau banyak anak-anak yang semangat berlatih menari).
44
Selain tingkat pendidikan, keberadaan penduduk dapat dilihat dari
mobilitas sosial atau mutasi penduduk. Berikut tabel penduduk Desa Slarang Lor
berdasarkan mobilitas penduduk:
Tabel 4.3 Penduduk Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal berdasarkan Mobilitas Penduduk
( Sumber : Data Monografi Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal, Tahun 2013)
Mobilitas Penduduk Desa Slarang Lor menurut tabel 4.3 dapat terlihat
jumlah mobilitas penduduk dari yang lahir dan meninggal dunia. Dari data
mobilitas penduduk Desa Slarang Lor yang meninggal dunia yaitu berjumlah
2enam orang yang terdiri dari masyarakat yang berusia 45 tahun keatas, hal ini
mempengaruhi keberadaan tari Topeng Slarang Lor karena sebagian besar
masyarakat Desa Slarang Lor yang berjumlah 2enam orang yang meninggal dunia
sebagian besar orang tua yang menyukai Tari Topeng Slarang Lor.
4.2. Gambaran Umum Tari Topeng Slarang Lor
Kondisi wilayah Kecamatan Dukuhwaru dikenal sebagai salah satu
Kecamatan yang memiliki suatu bentuk kesenian yang membanggakan Kabupaten
Tegal. Kebanggaannya dikarenakan di Kecamatan Dukuhwaru memiliki salah
satu potensi besar kesenian yaitu tari Topeng. Sebagaimana tari topeng yang
No Mobilitas/Mutasi Penduduk Jumlah
1. Lahir 125 Orang
2. Mati 26 Orang
3. Datang -
4. Pindah -
45
tersisa dan berkembang sejak zaman kejayaan Kerajaan Majapahit yang kemudian
hijrah dan berkembang di daerah ini sehingga menjadi kesenian tradisional khas
Kabupaten Tegal, seperti seni tari topeng Bali, tari topeng Malang, Losari
Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Pekandangan Indramayu.
Berbagai kesenian tradisional memang telah lama tersebar di Kabupaten
Tegal hingga ke pelosok pedesaan. Kesemuanya itu memiliki berbagai macam
corak, ciri, dan fungsi yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat
pendukungnya. Sayangnya perkembangan seni budaya di Tegal tidak
didokumentasi secara baik. Apalagi setelah Kabupaten Tegal dibagi dua dengan
kota Madya Tegal. Masyarakat lebih dipacu ke khasan industri. Sedang
perkembangan seni budaya tidak lagi diperhatikan. Kalaupun sekarang masih ada
beberapa group wayang itu pun bertahan tidak lama. Kecuali wayang inovatif
yang dilakukan Ki Entus Susmono di Desa Bengle Kecamatan Talang.
Kesenian khas Tegal lainnya yang sudah tidak mungkin laku lagi dijadikan
hIburan masyarakat, namun tetap dipertahankan sampai kini adalah wayang suket,
wayang pring, sintren, braen, balo-balo, kuntulan, kentrung, wayang nggremeng,
dan wayang golek cepak serta seni tari Topeng.
Seni Tari Topeng Slarang Lor menjadi salah satu kesenian yang kelak
dikembangkan secara generasi dari masa ke masa. Diketahui bahwa enam Jenis
Tari Topeng Slarang Lor merupakan kekayaan bentuk kesenian tari tradisional
khas Tegal, yang sudah hidup dan berkembang sejak jaman sebelum Islam.
Kesenian ini diyakini pula sebagai kesenian yang menggambarkan
terciptanya alam semesta dan proses kehidupan manusia dari mulai lahir hingga
46
menjadi tua. Jika semula tari topeng di jaman Hindu Kerajaan Majapahit
berjumlah ratusan wanda (wajah atau pamor dan karakter), akibat dari runtuhnya
kerajaan Majapahit seni Tari Topeng pun bergerak pindah ke Bali, dan sampai
pula ke daerah Malang (Jawa Timur) masih terjaga kira-kira lima puluhan
jenisnya, dan bisa digunakan sebagai materi pagelaran “wayang topeng”.
Sampai di Tegal secara turun temurun hanya mampu dipertahankan 12
wanda (pamor atau wajah) dengan 12 tarian dan karakternya masing-masing.
Namun sejak meninggalnya Ibu Darem generasi ke tujuh penerus penari topeng
Slarang Lor, kini hanya bisa dimainkan Suwitri enam Jenis tarian saja.
Latar belakang lahirnya enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang berada
di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dapat dilihat dari
dua aspek yaitu, asal-usul adanya Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor
dan profil penerus enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
4.2.1. Asal-usul Lahirnya Kesenian Tari Topeng Slarang Lor
Kesenian yang bersifat tradisional memiliki latar belakang atau sejarah,
begitu juga dengan kesenian Tari Topeng Slarang Lor. Tari Topeng Slarang Lor
dilestarikan dan dikembangkan di Jln. Masjid RT 01 RW 02 Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Seperti yang dikatakan pada
wawancara dengan Purwanti tanggal 14 April 2013 tentang sejarah adanya Tari
Topeng Slarang Lor yaitu:
“Tari Topeng Slarang Lor kuwe tari warisan saking Mbah kulo, Mbah Darmi. Kulo apal enam gerakan Tari Topeng sing diwarisi mbah kulo, Gemiyen Tari Topeng diarani
47
Ronggeng Warmi” (Tari Topeng Slarang Lor adalah tarian warisah dari Mbah saya yaitu Mbah Darmi . saya bisa menghafal enam Jenis Tari Topeng yang diwariskan Mbah saya, dahulu Tari Topeng disebut Ronggeng Warmi karena yang bisa menarikannya Cuma Mbah Warmi.
Tari Topeng Slarang Lor sekitar tahun 1950 dikenal dengan nama
Ronggeng Warmi oleh masyarakat Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal. Hal ini karena tokoh penerus dan pelestarinya lebih dominan
dikenal ketimbang nama atau jenis kesenian tersebut. Bahkan pada umumnya saat
itu masyarakat belum dapat membedakan antara Ronggeng dengan Tari Topeng.
Warmi memang penari Topeng Gaya Tegal yang berasal dari Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
Warmi mewarisi 12 Jenis Tarian dan keahlian menarinya itu diperoleh dari
orang tuanya yang bernama Darmi berasal dari Desa Bogares Kidul, Kecamatan
Pangkah Kabupaten Tegal dan pada saat ini keahliannya itu diwariskan pada
cucunya yang bernama Suwitri. Walaupun tidak semua jenis Tari Topeng Slarang
Lor diwariskan pada Suwitri, karena 12 jenis tarian yang dikuasai Ibunya hanya
mampu dikuasainya separuh saja. Suwitri pun sampai sekarang hanya mampu
mementaskan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Seperti yang dikatakan
Suwitri (66 tahun) pada wawancara tanggal 14 April 2013 yaitu:
“Tari Topeng sing diwarisi Ibu kulo asline jumlahe 12 tarian, tapi kulo mung apal enam tarian. Jaman mbiyen musik dienggo durung lengkap dadine kulo kanggelan ngapalna, asal ana musik kulo karo Ibu njoget bae ”(Tari Topeng yang diwarisiari Ibu saya sebenarnya ada 12 macam tetapi saya hanya menghafal enam macam tarian saja. Karena pada jaman dahulu musik yang digunakan untuk mengiringi tarianya belum selengkap jaman sekarang, hal itu menyebabkan saya sulit untuk menghafalkan gerakannya, kala itu asalkan
48
ada musik yang berbunyi saya dan Ibu saya akan menari saja.
Pada jaman dahulu yaitu sekitar tahun 1950 setiap pasca panen padi,
Warmi bersama anggota keluarganya berkeliling dari desa ke desa untuk menjual
jasa seninya sebagai tambahan penghasilan istilahnya ngamen. Kemanapun
Warmi pergi berkeliling untuk menari ngamen dan mengharap (ditanggap),
putrinya yang bernama Suwitri selalu dibawanya. Tentu saja dengan harapan anak
perempuannya dapat mewarisi keahlian yang dimilikinya. Warmi ingin Suwitri
bisa menjadi penerus seni Tari Topeng Slarang Lor. Tari Topeng Slarang Lor
seringkali ditanggap oleh masyarakat untuk keperluan hajatan sunatan, temanten,
turun tanah, nazar dan lainnya sebagai sarana hiburan. (wawancara, Ibu Purwanti
April 2013).
Tari Topeng Slarang Lor dipentaskan dihalaman penanggap di pekarangan
yang luas. Biasanya di daratan yang rata dan berpanorama pedesaan yang indah
sebagai latar belakangnya. Setiap ada pagelaran Tari Topeng Slarang Lor atau
yang disebut oleh masyarakat setempat sebagai kesenian Ronggeng, penonton
yang menyaksikan banyak sekali. Mereka terdiri dari kalangan orang tua, remaja
dan anak-anak. Kondisi ini menunjukkan masa itu masyarakat pedesaan sangat
haus akan hiburan.
Gerak 12 Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang ditampilkan oleh Ronggeng
Warmi sangat indah, lincah dan dinamis serta bermakna. Begitu pula wanda
kedok yang dipakainya memancarkan aura dan mengandung makna dengan pesan
tersendiri sehingga mengagumkan. Sebelum menggelar pementasan Warmi selalu
melakukan ritual dengan membaca doa-doa. Hal itu dimulai tatkala Warmi
49
melakukan keramas rambut, mandi dan dalam satu minggu menjalani ngasrep
(makan, minum serba tawar), serta menyiapkan sesaji atau sesajen dengan
harapan penghormatan pada roh leluhur. Pementasan Tari Topeng Slarang Lor
selalu saja berjalan lancar, selamat, banyak penontonnya, banyak yang
menanggap dan banyak uang yang diperoleh. Seperti yang dikatakan Purwanti (42
tahun) pada wawancara tanggal 14 April 2013 yaitu:
“Sejak jamane buyut Darem masih hidup. Setiap arep pertunjukan tari Topeng Slarang Lor dipentasna pasti wonten Rituale ndisit mbak. Sesaji sing diperlukna bangsane: pepohonan, reruawatan, wringin, cindong, tebu wulung, pring gading, sesajen berupa makanan, nasi tumpeng panggang ayam, nasi bucet 12 bucet, apem abang putih, banyu kembang tujuh rupa, kupat lupet, juanda pasar. Sampe diwarisna anak cucu adat kuwe ora bakalan ilang. (sejak jaman mbah buyut darem masih hidup. Setiap akan diadakan Tari Pertunjukan Topeng Slarang Lor pasti ada Ritual terlebih dahulu mbak. Sesaji yang diperlukan diantaranya: pepohonan, reruawatan, wringin, cindong, tebu wulung, bambu gading, sesajen berupa makanan, nasi tumpeng panggang ayam, nasi bucet 12 bucet, apem merah putih, air bunga tujuh rupa, kupat lupet, juanda pasar).
Saat Warmi berusia lanjut, Warmi memutuskan sendiri untuk berhenti
menari. Semua gamelan dan topengnya dipindah tangankan pada kolektor barang-
barang antik dengan kata lain dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya. Kondisi usia, kesehatan dan ekonomi Warmi ini menjadikan
masyarakat Slarang Lor merasa kehilangan sebab untuk memperolehnya kembali
materi tersebut akan sulit dan sangat tidak mungkin bisa diperoleh kembali.
Namun demikian masyarakat Slarang Lor masih bisa beruntung dengan
adanya anaknya yang bernama Suwitri. Meski Suwitri hanya mewarisi sebagian
50
dari keahlian Ibunya, enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang khas dan langka
itu sampai kini masih dapat digelar atau dipentaskan kembali namun bukan dalam
bentuk ngamen, melainkan undangan pentas (Soipah, 2007: 11-12).
4.2.2. Profil Penerus Tari Topeng Slarang Lor
Suwitri lahir di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal. Suwitri saat ini telah berusia 66 tahun. Di usianya yang senja, Suwitri
masih gigih dalam bekerja sebagai petani. Suwitri sudah lama menjanda karena
suaminya meninggal dunia. Meskipun anak-anak Suwitri sudah berkeluarga ia
masih tetap bekerja dan berusaha. Suwitri tinggal di rumah kecil yang
bangunannya sudah direnovasi dari hasil bantuan dari Universitas Pancasakti
Tegal.
Gambar 1 Suwitri
(Foto: Irchami Putriningtyas, April 2013)
Suwitri merupakan generasi penerus Tari Topeng Slarang Lor, beliau
mendapatkan warisan Tari Topeng Slarang Lor berasal dari Ibunya (Warmi).
51
Suwitri bersama anaknya yaitu Purwanti sampai sekarang ini tetap melestarikan
Tari Topeng Slarang Lor yang diwarisi oleh Ibunya. Suwitri setiap pukul 03:00
WIB bangun untuk mempersiap daganganya yaitu berjualan nasi bungkus. Suwitri
setiap hari melakukan pekerjaannya dengan dibantu oleh anak perempuannya
yaitu Purwanti yang merupakan pewaris yang bisa juga menarikan Tari Topeng
Slarang Lor.
Suwitri selain sebagai penari, setiap pagi berjualan nasi bungkus didepan
rumahnya, dan bekerja sebagai petani. Suwitri sampai sekarang masih bekerja
sebagai penari dan pedagang nasi walaupun tubuhnya semakin rentah tetapi
Suwitri masih tegar untuk mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sewaktu Suwitri berusia 8 tahun, selalu ikut Ibunya yaitu Warmi ikut
mbarang-mbarang artinya ikut tanggapan keliling. Setiap Warmi menari Suwitri
selalu melihat gerak tarinya sampai selesai, dari desa ke desa dari kota-ke kota
menari untuk mencari nafkah. Karna itulah Suwitri bisa menari tanpa diajar
menari oleh Warmi, bakat Suwitri sekarang diwariskan juga kepada anak nya
yang bernama Purwanti hingga saat ini.
Atas jasa pengabdiannya dalam melestarikan dan mengembangkan Tari
Topeng Slarang Lor, Suwitri mendapatkan piagam penghargaan dari Bupati Tegal
yaitu Bapak Agus Riyanto pada tanggal 31 Mei 2008. Sebelumnya pada tanggal
23 januari 1993 Suwitri mendapat penghargaan dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Tegal yaitu Drs. Akhmad Khafid. Dan pada tanggal 23 Juni 2010
suwitri mendapat penghargaan dari Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia yaitu Bapak Jero Wacik S.E
52
Suwitri merupakan orang yang dikenal di daerah Kabupaten Tegal
khususnya di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal yaitu
setelah Suwitri mendapat gelar sebagai sang Maestro tari tradisi dan mendapatkan
bantuan dari pemerintah sejumlah Rp1.200.000, perbulannya. Sebelum menjadi
sang Maestro Seni tahun 2010. Suwitri sudah mendapatkan dana bantuan dari
Pemerintah Kabupaten Tegal untuk biaya hidup, tetapi karena Ibu Suwitri sebagai
tulang punggung keluarga, sehingga dirasa masih kurang untuk kebutuhan hidup
keluarga Suwitri. Seperti perkataan Ibu Suwitri pada wawancara tanggal 14 April
2013 yaitu:
“akeh tetangga sing ngomong jarene kulo kiye wong wis tua tapi ngangsa, tiap wulane wis olih duwit ya susah-susah kerja maning. Kulo niki kebutuhane akeh nok dadine aja wedi kesel ben tetep bisa urip. Kulo nok yen gon nari megin lincah men delengane kaya kiye klentak-klentuk“ (Banyak tetangga yang berbicara katanya saya sudah tua tetapi masih mencari nafkah, setiap bulanya sudah mendapatkan uang tetapi masih susah-susah bekerja. Saya masih banyak kebutuhannya jadi jangan takut cape agar bisa tetap hidup. Saya kalau disuruh nari masih lincah meskipun kelihatanya saya sudah tua rentah).
Suwitri mempunyai keinginan terbesar untuk mempunyai sanggar sendiri
di Desa Slarang Lor yang lengkap dengan seperangkat gamelan. Suwitri ingin
tarian yang diwarisi oleh Ibunya tetap lestari di Kabupaten Tegal khusunya di
Desanya sendiri yaitu Di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal. Sekarang Suwitri tidak perlu khawatir karena keinginan terbesarnya sudah
terwujud. Pada tahun 2010 Suwitri mendapatkan bantuan dari Universitas
pancasakti Tegal berupa bangunan sanggar didekat rumahnya.
53
Dalam pentas enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, kelak penarinya akan
menggunakan Topeng berbentuk lukisan wajah manusia yang menampilkan
wanda ekspresi, watak, wajah, pamor dan bentuk rupa yang ditarikan. Sedangkan
gerak tarinya menyesuaikan karakter wanda yang dilukiskan di wajah tersebut.
Untuk Kabupaten Tegal enam Jenis kedok atau Topeng ini dIbuat dan
dipertahankan terus oleh leluhur Pak Dharma yang merupakan dalang wayang
Golek Cepak dan ahli pembuat wanda Topeng gaya khas Tegal.
Bahan yang digunakan untuk membuat topeng adalah kayu glondongan
jenis Kayu Kedondong Jaran (kayu pohon kedondong yang tidak berbuah).
Berikutnya bisa juga mengunakan kayu nangka, kayu sawo. Saat ini Pak Dharma
satu-satunya pembuat topeng untuk kelengkapan penari tinggal Pak Dharma
seorang diri. Pencarian kayu kedondong jaran sampai saat ini sangat sulit.
Sehingga kayu nangka dan pohon sawo lah yang dipilih Pak Dharma untuk
membuat berbagai jenis topeng. Bahan lainnya adalah tlatah, dempul, paku dan
cat
54
1
2
Gambar 2 Alat Pembuat Wanda
(Foto: Irchami Putriningtyas, April 2013)
Tampak pada gambar 2 adalah Alat yang digunakan untuk membuat
topeng terdiri dari dua pisau serut dengan pegangan hitam pada nomer dua dan
Tlatah kecil berjumlah tujuh buah dan tlatah besar berjumlah lima buah pada
nomer satu.
4.3. Struktur Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
Sebuah pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor tidak lepas dari struktur
pembentuk pertunjukan yang sangat besar pengaruhnya dalam sebuah pertunjukan
Tari Topeng Slarang Lor. Struktur dalam suatu sajian pertunjukan dapat
diwujudkan dalam bentuk: 1) Pemain, 2) Perlengkapan pertunjukan, 3) Gerak, 4)
Iringan, 5) Tata Rias dan Busana, 6) Property (Topeng), 7) Penonton.
4.3.1. Pemain atau Pelaku
Semua jenis pertunjukan memerlukan penyaji sebagai pemain, artinya
seniman yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam menyajikan
55
pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor melibatkan pelaku laki-laki dan perempuan
dan tidak terpaku pada usia. Pemain pada pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
terdiri dari:
4.3.1.1.Penari Topeng Slarang Lor
Penari Topeng Slarang Lor adalah Suwitri sebagai generasi penerus Tari
Topeng Slarang Lor. Suwitri berusi 66 tahun. Untuk menjadi Penari Topeng
Slarang Lor memang tidak ada syarat khusus. Apalagi untuk dipertunjukan
sebagai pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor. Hanya saja yang sangat
disayangkan hingga kini yang mampu menarikan enam jenis tari Topeng Slarang
Lor hanya Suwitri.
Purwanti baru hafal empat jenis tarian dan keponakan Suwitri rata-rata
hanya mampu mengenal dua tarian saja yaitu Tari Endel dan Klana. Sementara di
masyarakat Tegal sendiri baru bisa diterapkan untuk sekolah-sekolah dan sanggar
berupa tari Topeng Endel. Hal ini dikarenakan guru, pelatih dan pihak pemerintah
daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan belum mendanai secara
khusus untuk melakukan pendataan dan pelatihan enam Jenis Tarian yang
dikuasai Ibu Suwitri. Adapun keturunan Ibu Suwitri belum berani belajar enam
jenis Tari Topeng Slarang Lor, dimungkinkan karena takut melebihi kemampuan
Guru yang sekaligus Ibu dan neneknya itu karena masih hidup. Karena dalam
keturunan keluarga Suwitri, anak-anaknya atau keturunannya boleh menarikan
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor apabila keturunan tertuanya sudah meninggal
dunia.
56
4.3.1.2.Pengrawit
Pengrawit adalah penabuh gamelan pada saat pementasan tari Topeng
Slarang Lor berlangsung. Pengrawit terdiri dari pria berjumlah 10 orang, yaitu
Casmadi, Sutarno, Waryo, Kartono, Harto, Sriyanti, Tarso, Rebyan, Witno,
Dharma. Usia pengrawit atau penabuh gamelan itu rata-rata antara 45 sampai
enam9 tahun.
Gamelan yang diperlukan dalam mengiringi Tari Topeng Slarang Lor
adalah: Kendang, Bonang Barung, Bonang Penerus, Demung, Saron I, Saron II,
Peking, Gong Kempul, Ketuk Kenong, Kecrek.
4.3.1.3.Sinden
Sinden merupakan vokalis pendukung yang bertugas menyajikan tembang
dalam pementasan Tari Topeng Slarang Lor. Pada pementasan Tari Topeng
Slarang Lor ini hanya ada satu wanita yaitu Purwanti yang merupakan anak
perempuan dari Suwitri sendiri. Usia sinden Purwanti ini 42 tahun.
Lagu yang dibawakan oleh pesinden dalam pertunjukan Tari Topeng
Slarang Lor mengikuti irama yang dibawakan oleh para pengrawit. Semua yang
ditembangkan pesinden Purwanti mengalir dengan pemaknaan tarian dan
iringannya.
Purwanti selain bertindak sebagai pesinden pendukung pertunjukan Tari,
Purwanti juga mampu menarikan 4 jenis Tari Topeng Slarang Lor. Dengan jujur
ia belum berani menggungguli kemampuan Ibunya yang menguasai enam Jenis
Tari Topeng Slarang Lor, karena dipandang tabu jika melebihi kemampuan guru
dan Ibunya. Meski demikian kemampuan dan daya ingat Purwanti mengenai
57
kegiatan ritual dan nama-nama gerakan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor
sangat membantu penelitian ini.
4.3.2. Perlengkapan Pertunjukan
4.3.2.1.Kemenyan
Membakar kemenyan adalah aktivitas sang penari Topeng Slarang Lor
sebelum pentas dimulai. Perlakuan ini memilik makna sebagai bentuk kesadaran
diri sang penari dalam memohon keselamatan pada Sang Murbeng Dumadi,
Tuhan Pencipta Alam Semesta. Selain itu juga sebagai bentuk permohonan ijin
dalam bentuk komunikasi batin sembari berdoa dalam kewisikan pada para
leluhur dan penguasa roh halus yang ada di jagat semesta ini agar tidak diganggu,
namun dilindungi secara lahir batin. Komunikasi batin dalam kewisikan dan
kehening ini akan tampak manakala dibarengi dengan membakar kemenyan di
atas bara yang terbakar dan kemudian menimbulkan aroma bau harum menyebar
ke mana-mana.
Pembakaran kemenyan sebelum pertunjukan digunakan sebagai syarat
untuk memasrahkan diri pada Tuhan dalam bentuk ungkapan tasyakur atau rasa
syukur. Permohon diri meminta dukungan roh para leluhur juga penguasa alam
ghaib di sekitarnya agar terlindungi disaat pentas dan sesudah pentas.
58
Gambar 3 Sesaji atau Sajen
(Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Gambar 4 Sesaji atau Sajen
(Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
6,7,8
11
4
9,10
3
2
5
1
7
4
10
8
3
6
5
59
Keterangan gambar 3 dan 4 :
1. Wedang pahit
2. Wedang manis
3. Juanda pasar
4. Kembang pitung werna
5. Daun weringin
6. Daun salam
7. Daun alang-alang
8. Daun cindong
9. Nasi Liwet
10. Telur
11. Air kelapa ijo
4.3.2.2. .Kotak Topeng
Kotak Topeng adalah wadah enam kedok atau topeng terbuat dari kayu jati
yang diletakan di depan. Kotak ini difungsikan sebagaimana barang pusaka
leluhur. Juga sebagai sarana artistic di saat pementasan Tari Topeng Slarang Lor.
Kotak ini disisinya diberi troktok, cempala, dan sebuah kecrek.
4.3.2.3. Do’a
Selain sesaji yang telah diuraikan, hal yang terpenting dalam pertunjukan
berlangsung adalah mantra atau do’a yang diucapkan oleh Suwitri dan para pelaku
pertunjukan. Doa tersebut adalah doa yang ditujukan pada Gustinya, pada
orangtua dan leluhurnya, serta pada roh-roh halus yang berkuasa di wilayah
terdekat agar dirinya diberi izin untuk melangsungkan acara, menciptakan
60
sebentuk peristiwa, agar diriya diberi keselamatan, ketenangan dan kesuksesan
menyelesaikan tanggung jawanya sebagai pelaku seni dan pelestari budaya nenek
moyangnya
4.3.3. Gerak
Gerak yang ditarikan oleh penari pada saat pertunjukan Tari Topeng
Slarang Lor antara lain terdiri dari gerak Tari Topeng Endel, gerak Tari Topeng
Kresna, gerak Tari topeng Panji, gerak Tari Topeng Lanyapan, gerak tari Topeng
Patih, gerak Tari Topeng Klana.
Tabel 4.4 Ragam Gerak Tari Topeng Slarang Lor
No Ragam Gerak Deskripsi Gerak Hitungan
1. Pasang Topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
Pasang topeng, seblak
sampur 2 tangan.
7-8
61
2. Lumaksana Entrakan
(Foto:Irchami, April 2013)
Mentang tangan,
tangan kiri tekuk
depan puser, kaki kiri
maju kemudian
sebaliknya.
1-4
5-8 (3X)
3. Lontangan
(Foto:Irchami, April 2013)
Tangan kanan dan kiri
di depan wajah
melakukan ayunan ke
kanan,kiri, kaki kanan
melangkah maju
mundur.
1-8
1-8
62
4. Ukel Seak
(Foto:Irchami, April 2013)
Tangan kanan ukel
kanan, tangan kiri ukel
kiri, tangan kanan
bapang, tangan kiri di
tarik di samping kiri
belakang.
1,3,5
2,4,8
5. Boneka (Pacak gulu golekan)
(Foto:Irchami, April 2013)
Ukel satu tangan
(tangan kanan atau
kiri) kepala oglek
kemudian di lakukan
ke balikannya.
1,3,5,7
2,4,6,8
63
6. Jeglongan
(Foto:Irchami, April 2013)
Mendak goyang
pinggul jeglong ke
kiri (6x), ukel kanan
seblak kiri
1-enam
7-8
7. Ukel Seak, Boneka
(Foto:Irchami, April 2013)
Tangan kana ukel
kanan, tangan kiri ukel
kiri, tangan kanan
bapang, tangan kiri di
tarik di samping kiri
belakang.
Ukel satu tangan
(tangan kanan atau
kiri) kepala oglek
kemudian di lakukan
ke balikannya.
1,3,5
2,4,8
1,3,5,7
2,4,6,8
64
8. Lumaksana Entrak
(Foto:Irchami, April 2013)
Mentang tangan,
tangan kiri tekuk
depan puser, kaki kiri
maju kemudian
sebaliknya.
1-4
5-8 (3x)
9. Giul Bunder
(Foto:Irchami, April 2013)
Goyang pinggul
bunder, ukel seblak,
dadah 2 tangan di
ayun tangan kanan di
tekuk depan puser,
tangan kiri mentang.
1-8 (2x)
1-6
7-8
1-4
5-4
65
10. Lumaksono Batangan
(Foto:Irchami, April 2013)
4 langkah Entrak
1-2
3-4
5-6
7-8
11. Lepas Topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
Topeng di lepas 1-4
66
No Deskripsi Gerak Ragam Gerak Tari Topeng Kresna
1.
Penghormatan pake topeng muter terus riak tawa, 1x8
®Penghormatan, pasang topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
67
2.
3.
Tangan kanan mentang kesamping, tangan kiri nekuk, 2x8
Ngembat tangan muter lapang dada, 2x8
®Mamplak kanan kiri
®Ngembat tangan muter
®Ndeglong
(Foto:Irchami, April 2013)
68
4.
5.
Ndeglong tangan samping ndengak jonggo, 3x8
Tangan kanan kiri tekuk jonggo tengah 1x8
® Ndeglong
®Lembehan maju jonggo tengah
(Foto:Irchami, April 2013)
69
6.
7.
Ukel tangan kanan maju 1-4, mundur 5-8. Sebanyak 2x8
Tangan kiri mentang ke atas, geol bokong muter 3x8
®Ngukel tangan maju mundur
®Geol bokong
(Foto:Irchami, April 2013)
70
8.
9.
Lembehan tangan lenggok jonggo kiwa tengen, 2x8
Lepas Topeng 1- 4
®Lembehan tangan lenggok jonggo
®Lepas Topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
71
No Deskripsi Gerak
Ragam Gerak Tari Topeng Panji
1.
Keluar ngembat tangan muter nganggo topeng, 1x8
® Keluar, Pasang Topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
72
2.
3.
Ngembat tangan maju gerakan pada, 2x8
Gerakan Kiprah dengan ukel tengah, 1x8
®Ngembat tangan
® Kiprah
73
4.
5.
Ukel Jangga tangan nyamping sampur ngayun tangan loro maju 2x8
mundak Jangga mantuk maju, 2x8
(Foto:Irchami, April 2013)
® Ukel jangga
® Mundak jangga
74
6.
7.
Ngayun tangan tengah 1x8
Kembangan sampur tangan kiri, 2x8
(Foto:Irchami, April 2013)
®Ngayun tangan
®Kembangan
75
8.
Lepas Topeng 1x4
(Foto:Irchami, April 2013)
® Lepas Topeng
76
(Foto:Irchami, April 2013)
1.
Jalan maju pake topeng, 1x8
Ragam Gerak Tari Topeng Lanyapan Alus
® Keluar, Pasang topeng
77
2.
Tangan kanan mentang, tangan kiri tekuk, 1-4
(Foto:Irchami, April 2013)
®maplak
78
3.
4.
Ngembat tangan tengah-tengah ngembat tangan muter. 5-8
Ndeglong tangan kiwa tengen maju mundur. 2x8
® Ngembat tangan
(Foto:Irchami, April 2013)
®Ndeglong
79
5.
6.
Tangan kiri mentang, muter lembean bokong ngegot. 3x8
Geol bokong, tangan kanan tekuk, maju mundur 2x8
® Muter lembean bokong ngegot
(Foto:Irchami, April 2013)
® Geol bokong
80
7.
Lepas Topeng 1x4
® Lepas Topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
(Foto:Irchami, April 2013)
1.
Jalan keluar langsung pasang topeng, 2x8
Ragam Gerak Tari Topeng Patih
®Keluar, Pasang topeng
81
2.
3.
Kiprah nganggo tangan kosong 2x8
Nganggo jamang, tangan
(Foto:Irchami, April 2013)
®Kiprah
82
4.
sejajar dengan kepala 1x8
Nganggo sumping, tangan samping telinga 1x8
®Nganggo Jamang
(Foto:Irchami, April 2013)
®Nganggo Sumping
83
5.
6..
Nganggo klat bahu tangan setinggi bahu 1x8
Ukel tangan kanan depan maju kanan kiri 1-4 5-8, 2x8
®Nganggo klat
bahu
(Foto:Irchami, April 2013)
®Ukel tangan maju kanan kiri
84
7.
8.
Ukel tangan tengah maju 2x8
Tangan kanan kiri telapak tangan mbuka, maju mundur 2x8
®Ukel tangan maju
(Foto:Irchami, April 2013)
®Sandung maju mundur
®Wolak walik tangan
85
9.
10.
Wolak walik tangan kedepan 1x8
Lepas Topeng 1-4
(Foto:Irchami, April 2013)
®Lepas Topeng
86
No
Deskripsi Gerak
(Foto:Irchami, April 2013)
Ragam Gerak Tari Topeng Klana
1.
Duduk silo, diatas kursi kecil. 3x8
®Njagong ing Singasana
87
2.
3.
Kembangan tangan kiwa tengen tangan sejajar bahu 4x8
Tangan kanan diatas kaki kanan kemudian kaki kanan kejer 2x8
®Kembangan kiwa tengen
(Foto:Irchami, April 2013)
®Kejer sikil
®Ngaca
88
4.
5.
6..
Ke dua tanga kedepan telapak tangan mbuka, 1x8
Pasang Topeng 1x8
(Foto:Irchami, April 2013)
®Pasang Topeng
®Gemuyu
®Gemuyu
89
7.
8.
Kedua tangan memegang topeng, kepala muter,tertawa 2x8
Ke dua tanga kedepan telapak tangan mbuka, sambil berdiri 1x8
(Foto:Irchami, April 2013)
®Ngaca
90
9.
Kedua tangan lurus kedepan, kaki maju mundur 2x8
Kedua tangan disamping telinga setinggi bahu, 3x8
®Maju mundur
(Foto:Irchami, April 2013)
®Ngingkap jonggo
91
10.
11.
12.
Tangan kanan diatas kaki kanan kemudian kaki kanan kejer, berdiri 2x8
Tangan kiri memegang topeng,kepala muter,tertawa 2x8
®Kejer sikil
(Foto:Irchami, April 2013)
®Gemuyu
92
13.
14.
Gerak gandrung dengan mendekati anak-anak (penonton)
Tangan memgang keris dan saling menarik (Rebutan Keris) 3x8
Lepas Topeng 1-4
®Ndedeleh
(Foto:Irchami, April 2013)
®Godhodan Keris
®Lepas Topeng
93
4.3.4. Iringan
Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor diiringi dengan gamelan Jawa
berlaras slendro dan gamelan yang digunakan terbuat dari besi. Adapun gamelan
yang digunakan dalam pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor. antara lain:
Kendang, Bonang Penerus, Bonang Barung, Demung, Saron I , Saron II, Peking,
Gong Kempul, Kethuk Kenong, dan Kecrek.
Untuk jenis iringan yang digunakan dalam pertunjukan Tari Topeng
Slarang Lor ditandai dengan iringan bebuka. Iringan ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan penonton. Berikutnya dilanjutkan dengan iringan tari Topeng
Slarang Lor yaitu iringan untuk penari Topeng Endel.
(Foto:Irchami, April 2013)
94
Tari Topeng Endel dibawakan dengan iringan musik gamelan Ombak
Banyu, tari Topeng Kresna dengan iringan Blenderan praliman, tari Topeng Panji
dengan iringan Ketawang Gunung sari, tari Topeng Lanyapan dengan iringan
Lancaran Malangan, tari Topeng Patih dengan iringan Lancaran Bendrong
Tegal, tari Topeng Klana dengan iringan Gongjing Truntung, kemudian
dilanjutkan iringan penutup sembari mengedarkan nampan atau baskom wadah
uang saweran dari penonton. Acara berakhir dengan doa penutup.
Lcr. Ombak Banyu SI.m
N
W‐A
Lcr. Blenderan Praliman
Bk :
(Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
Ktw. Gunung Sari SI.m
2
6
5
2
2
2
6
95
W‐B
(Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
Lc. Malangan SI.6
N
W‐A
(Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
Lc. Bendrong Tegal SI.9
N
(Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
Lc. Gonjing Truntung SI.9
6
6
6
5
6
5
6
5
96
N
W‐A
(Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
4.3.5. Tata Rias dan Busana
Tata rias wajah yang digunakan oleh penari Topeng Slarang Lor dilakukan
cukup sederhana. Setelah berdandan, wajah sang penari diberi bedak dan polesan
makeup yang tipis. Hal ini dikarenakan penari akan tampak segar dan berseri
sebelum menggenakan kedok atau topeng. Riasan wajah selalu diperbaiki agar
dijaga kesegaran dan kerapihannya menjelang tarian berikutnya. Demikian secara
terus-menerus riasan dijaga dan dibenahi pada setiap pentas enam jenis Tari
Topeng Slarang Lor.
5
5
97
Gambar 5 Alat-alat rias
(Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Keterangan gambar 5 :
1. Pensil alis warna hitam
2. Lipstik
3. Bedak tabur
4. Fondition
5. Eyshadow
6. Cermin
7. Jepet rambut
8. Gel
9. Sisir
98
10. Bulu mata
11. Lem Bulu mata
12. Pensil Lyner
13. Kuas Blash on
1
2
3
Gambar 6
Tata Busana (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Keterangan gambar 6 :
1. Sampur
2. Mekak Hitam
3. Batik
99
4.3.6. Topeng
Wanda atau pamor yang ada pada warna atau garis Topeng pada Tari
Topeng Slarang Lor tidak hanya befungsi sebagai property saja, namun juga
merupakan urutan cerita dan kejadian yang hendak disampaikan pada penonton.
Setiap wanda memiliki karakter khusus yang mendukung pemaknaan dan filosofi
dari enam tarian dan enam wanda topeng yang telah disiapkan.
Gambar 7 Wanda Endel
(Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
100
Kedok Endel atau topeng ber wanda atau wajah perempuan cantik ini
memiliki pamor yang khas. Wajah putih dan bibir yang merah, matanya sipit
dengan alis yang lentik dan terdapat ukelan rambut di dahi dengan hiasan yang
indah. Wajahnya begitu teduh, serta barisan gigi yang rapih.
Gambar 8
Wanda Kresna (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Kedok Kresna adalah Topeng ber wanda seorang gadis atau pria yang
beranjak dewasa. Di usia remaja wajah bergurat putih kemerah-merahan dengan
101
mata hitam yang tajam, hidung yang bangir, dan dagu yang lancip. Sedang di atas
dahinya tampak ukelan rambut tertata rapih dengan sedikit hiasan mahkuta yang
indah.
Gambar 9
Wanda Panji (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Kedok Panji atau Topeng ber wanda atau wajah putih, dengan mata yang
tajam, alis mata yag lembut dan bibir yang merah dengan lapisan gigi yang rata. Ia
102
berada pada kondisi manula. Sudah tidak meiliki daya upaya, laksana bayi yang
baru lahir. Gerakannya lembut, ritmik dan kecil-kecil langkahnya.
Gambar10 Wanda Lanyapan Alus
(Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Kedok Lanyapan Alus atau Topeng ber wanda atau wajah kuning semu
merah ini memiliki wajah yang ceria. Hidungnya bangir, matanya awas, alis
matanya melengkung tajam, bibirnya tipis bergaris merah, dan lapisan giginya
103
sangat rapih. Di dahinya tergurat garis keemasan yang menunjukkan trah kesatria
keturunan Bhatara Wisnu mengalir kebawah sampai ke Jambangnya.
Gambar 11
Wanda Patih (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Kedok Patih atau Topeng ber wanda atau wajah gagah, muka sangar dan
berwibawa. Kedok Patih sosok lelaki yang bermata jalang, berkumis baplang,
berjanggut panjang serta berjambang. Sedang di dahinya terpampang tanda
seorang yang memiliki jabatan penting dan berambisi menduduki suatu jabatan
104
yang tinggi. Laksana seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab atas
keluarganya.
Gambar 12
Wanda Klana (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Kedok Klana atau Topeng ber wanda muka merah, berkumis tebal,
berjambang dengan mata melotot dan dagu yang lancip serta gigi yang putih
105
tersusun kedepan menampakan pamor seorang lelaki yang garang gagah dan
sangar.
4.3.7. Penonton
Para penonton pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, adalah
para bapak-bapak dan ibu-ibu serta anak- anak yang ada di lingkungan desa atau
di wilayah sekitar kegiatan pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Kabupaten
Tegal.
Gambar 13 Penonton
(Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Para penonton berdatangan mengelilingi area pentas. Setiap pergantian
jenis tarian, terdengar suara riuh tepuk tangan dan kepenasaran penonton untuk
106
menyaksikan tarian berikutnya. Kegiatan pentas Suwitri selalu dinanti oleh
masyarkat sekitar. Tepuk tangan dan surak para penonton merupakan inspirasi
positif lestarinya tari Topeng Slarang Lor. Menariknya kain batik di Kabupaten
Tegal pun memberi factor artistic yang menarik juga dan memiliki nilai-nilai
sejarah yang terpendam.
Pada pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor terjadi interaksi
sosial antara pemain (penari) dan penonton. Tanpa undangan resmi pun mereka
berdatangan secara bergerombol mencari tempat dan posisi sendiri-sendiri untuk
menyaksikan pertunjukan tersebut dengan santai. Sehingga mereka bisa
menangkap apa dan bagaimana pertunjukan tersebut bisa dirasakan dalam
memberikan pencerahan dalam batinnya.
Pada kenyataannya penonton pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang
Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, menyambut
dengan ramah sepenuh kegembiraan. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat
jarang memperoleh hiburan yang mencerahkan berupa pementasa tari topeng. Apa
lagi tarian yang akan dibawakannya enam jenis yang dirunut dalam bentuk
peristiwa ritual sebagai ungkapan rasa syukur.
Masyarakat yang terdiri dari orang tua, pemuda-pemudi dan anak-anak
tentu saja saling berinteraksi untuk bersama berkumpul di tempat yang lapang
dimana seperangkat gamelan tengah ditabuh dengan irama yang menarik semua
orang yang mendengar datang ke pusat suara gamelan yang dimainkan. Rasa
ketertarikan masyarakat Slarang Lor Kecamatan Dukuh Waru Kabupaten Tegal
ini dikarenakan semenjak jenis tari Topeng tidak laku lagi di pasarkan sebagai
107
hiburan tanggapan yang biasanya digabungkan dengan pentas wayang Cepak,
sudah berpuluh tahun tidak dilakukan lagi.
Tradisi mengamen yang dilakukan Suwitri sebagaimana di tahun 70-80an
pun sudah tidak dilakukan lagi karena faktor usia dan gamelan serta alat
pendukungnya sudah dijual guna memenuhi kebutuhan pangan. Tidak adanya
tamu-tamu yang datang bertamu dan menanggap Suwitri untuk memainkan enam
Jenis Tarian Topeng merupakan sebuah tontonan yang lama dinantikan dan
dirindukan.
4.4. Bentuk Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
Bentuk Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor terdiri dari: 1) Awal
Pertunjukan yaitu Upacara Ritual, 2). Inti Pertunjukan yang didalamnya
menampilkan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, 3). Akhir Pertunjukan yang
merupakan penutup dari pertunjukan dengan diakhiri adegan Saweran.
4.4.1. Awal Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
Pertunjukan tari Topeng Slarang Lor diawali dengan pengrawit menabuh
iringan bebuka. Pengrawit menabuh gamelan untuk mengundang para penonton
agar mendatangi sumber suara yang berasal dari pekarangan dekat rumah Suwitri.
Dari dalam rumah, Suwitri melakukan upacara ritual, Suwitri membawa
sebuah paso tebikar kecil berisi air dan kembang werna pitu. Anaknya yang
bernama Purwanti mengikutinya dari belakang. Purwanti membawa pedupan
berisi arang yang sudah membara dan sebungkus kemenyan. Mereka menuju ke
sebuah tempat di sudut pekarangan, dimana tempat tersebut akan dijadikan latar
belakang pentas pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor.
108
Suwitri kemudian melakukan gerakan berdoa sembari komat kamit
memohon keselamatan dan ucap sukur yang lirih. Anak perempuannya yang
bernama Purwanti terus menyalakan pedupan dan menaburi kemenyan. Doa
tersebut adalah doa yang ditujukan pada Gustinya, pada orangtua dan leluhurnya,
serta pada roh-roh halus yang berkuasa di wilayah terdekat agar dirinya diberi izin
untuk melangsungkan acara, menghasilkan sebentuk peristiwa, agar diriya diberi
keselamatan, ketenangan dan kesuksesan menyelesaikan tanggung jawanya
sebagai pelaku seni dan pelestari budaya nenek moyangnya.
Gambar 14 Ritual
(Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
109
Suwitri berdoa ungkapan rasa syukur, karena telah diberi kemampuan oleh
Yang Maha Kuasa sehingga Suwitri dan leluhurnya dipercaya sebagai pelaku seni
khususnya p4enari topeng Slarang Lor yang tujuannya selain menghIbur, juga
memberikan bentuk ajaran dan ujaran serta laku lampah yang baik.
Setelah cukup lama berdoa, Suwitri kemudian bangkit merapihkan
beberapa dekorasi yang akan menjadi latar pertunjukannya. Ada beberapa kain
batik Khas Tegal dipasang dibelakang pementasan tari Topeng Slarang Lor. Kain
batik, bukan semata dijadikan sebagai layar adegan. Namun dimaksudkan untuk
menunjukkan makna filosofi serta makna-makna histori yang heroik dan tinggi
nilainya.
Setelah itu Suwitri menaburkan sisa buga dan memercikkan air dari dari
paso kecil di bantu beberapa orang agar menyebar ke seluruh lapang
pekarangannya. Ini dimaksudkan agar seluruh ruang pentas dan para penonton
diberi keberkahan dan keselamatan mulai dari awal pertunjukan hingga akhir oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
4.4.2. Inti Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
Bagian inti pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor, berupa gerak tarian
Suwitri menarikan enam janis tari Topeng Slarang Lor. Satu persatu tarian
dimainkan sesuai dengan menyebutkan nama-nama jenis tariannya. Tarian ini
didalam pertunjukannya menggunakan enam jenis Topeng dan enam jenis
iringan musiknya secara khas. Adapun ciri khas tari Topeng Slarang Lor Tegal,
terletak pada gerak tarinya yang bervariasi. Tariannya secara runut menceritrakan
kejadian alam semesta, serta polah laku manusia di dalam kehidupannya.
110
1. Tari Topeng Endel
Tari Endel berarti pembuka. Secara filosofis maknanya adalah telah
dIbukanya alam semesta jagat raya ini oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dimana
Gusti Sang Murbeng Dumadi selesai menciptakan alam dan isinya untuk
kehidupan manusia. Saat ditarikan gerakan endel, tampak wujud penarinya
menjadi seorang perempuan yang cantik jelita, berwajah ceria, gandes, lenjeh dan
centil, laksana bidadari yang turun dari langit.
Ungkapan ini dimaknai sebagai bentuk kebahagian manusia (adam dan
hawa) saat pertama kali diturunkan ke dunia. Dalam wujud penari endel diharus
kan berpakaian serba kuning keputih-putihan. Hal ini dimaknai sebagai wujud
kesadaran akan cahaya sebagai wujud kehadiran diri dan Tuhannya.
2. Tari Topeng Kresna
Tarian ini bermakna filosofi Pangeweruh. Hal ini karena Sri Kresna dalam
cerita Hindu Mahabarata adalah Raja Dwarawati yang dikenal sebagai dewa
kamanungsan. Dalam tari Topeng Kresna mampu memberi tanda akan datangnya
peristiwa yang akan terjadi akibat laku manusia di masa lalu. Dalam tarian ini
Prabu Kresna memberikan tuturan, ajaran dan sebuah bagaimana peristiwa itu
akan terjadi.
Tarian Kresna ini menyimbolkan hadirnya manusia di bumi akan diwarnai
oleh peperangan dan perseteruan. Karena itu semua adalah ungkapan nafsu
duniawi pada diri manusia.
111
3. Tari Topeng Panji.
Tari Topeng ber-wanda Paji, berarti kelahiran. Ini menceriterakan awal
pertama kali manusia lahir dari rahim Ibunya (keturunan pertama Adam dan
Hawa) dari alam kandungan hingga bisa melihat alam sekeliling dunianya. Tari
Topeng Panji merupakan simbol manusia lahir dalam keadaan suci bersih dan
tidak memiliki dosa serta kemampuan daya apapun. Tarian ini digambarkan
dengan gerakan-gerakan kecil yang menyimbolkan kesadaran manusia tumbuh
dan berkembang dari hal-hal kecil yang mempengaruhi kesadaran diri atas
lingkungan yang meliputi dan mempengaruhi dirinya.
Gerakan Tari Paji ini bermakna kita sewaktu lahir tidak mampu berbuat
sesuatu yang besar atau kecil. Begitu juga setelah tua, manusia ketika berusia
lanjut dan mendekati ajalnya akan berperilaku seperti anak kecil.
4. Tari Topeng Panji Lanyapan
Panji Lanyapan yang artinya mencari. Tari Topeng Panji Lanyapan ini
menceritakan proses pencarian setelah manusia itu mencapai kesadaran wujudnya
akan bertambah besar dan dewasa. Proses pertumbuhan ini diwujudkan dalam
bentuk gerakan manusia melakukan pencarian, karena butuh akan pangan, ilmu
pengetahuan dan pergaulan sosial di lingkungannya. Dalam tarian Panji Lanyapan
ini gerakan penari banyak maju mundur, berputar dan bentuk aktifitas bergairah
yang menggembirakan.
5. Tari Topeng Patih
Tari Topeng ber wanda Patih ini digambarkan dalam bentuk muka lelaki
berkumis dalam wajah berwibawa, warna merah muda yang artinya
112
tanggungjawab. Penari Topeng Patih; dimaknai sebagai seseorang yang sudah
dewasa dan sudah mendapat pasangan hidup, maka harus mampu bertanggung
jawab.
Dalam penari Topeng Paih, sebagai manusia tentu saja harus mampu
bekerja, mengurus keluarga, memiliki keturunan dan menempuh karirnya sebagai
tokoh yang dikenal di masyarakat.
6. Tari Topeng Klana
Tari topeng ber wanda (wajah, raut muka atau pamor) Klana artinya
adalah Kuasa. Tarian ini dimaknai sebagai wujud manusia dewasa yang sudah
mencapai pada tahap ekonomi yang mapan. Ketika sudah mampu mencapai
puncak karirnya sebagai tokoh masyarakat, serta secara duniawi telah
berkecukupa, maka akan memiliki nafsu untuk berkuasa. Kesadaran nafsu
duniawi manusia yang seperti ini cenderung menguasai orang disekitarnya. Hal ini
tumbuh dari nafsu lahirnya untuk mencapai apa yang dicita-citakannya.
Sikap Penari Topeng Klana selalu menggerakkan langkah besar dan
menunjukan sikap jumawa, adigang adigung adiguna. Sebagaimana seorang raja
yang berkuasa dan menginginkan apa saja agar terlaksana. Tarian ini digambarkan
pula sebagaimana Raja Rahwana dalam Cerita Hindu Kitab Ramayana dikisahkan
Rahwana gandrung katresna (Kepikat atau tergila-gila) pada Dewi Widowati
yang ada dalam tubuh sang Dewi Shinta. Kesadaran ini disebut kesadaran Cita,
Sang Banaspati Raja.
Seluruh sifat dan karakter pada wanda topeng gaya Tegal (wajah Topeng
Slarang Lor) ini sangat masuk akal sebagaimana ajaran agama-agama yang ada di
113
bumi ini. Sehingga kodrat manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, awal dan
akhir kehidupannya tidak bias lepas dari kesadaran akan adanya nafs atau nafsu
yang lahir dan berkembang dalam kehidupannya.
Selanjutnya setiap pementasan tarian topeng dengan enam wanda ini
diakhiri dengan tarian Topeng “panji” lagi. Meski wandanya sama, namun
pemakmaknaanya berbeda. Tari berwanda Panji di akhir pagelaran adalah simbol
dari bentuk kesadaran manusia di masa tua. Kita ketahui setelah tua dan mulai
renta, manusia berubah kembali menjadi seperti bayi dan bersiap memasuki masa
akhir kehidupan (meninggal dunia).
4.4.3. Akhir Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
Pada pertunjukan penutup, merupakan pertunjukan terkhir yang ditandai
dengan munculnya musik penutup, yang biasanya dinamai bubaran. Berbarengan
dengan munculnya musik ini seseorang berputar meminta dukungan dana, berupa
saweran. Adapun nilai rupiahnya bisa berfariatif sesuai dengan selera dan
pemberian penonton. Setelah pertunjukan berakhir seluruh pelaku pertunjukan dan
segenap panitia serta kru pertunjukan berkumpul dan berdo’a untuk keselamatan
dan secara bersama-sama mengucapkan rasaya syukur, karena pertunjukan telah
berlangsung dengan selamat dan lancar.
Tradisi saweran ini dilakukan sebagaimana Suwitri ngamen keliling
bersama keluarganya, karena kemampuan kesenian yang dimilikinya hanya bisa
dilestarikan dengan cara mengamen. Jika tidak ada yang menanggap, memberi job
atau digabung bersama pertunjukan Wayang Cepak seperti di masa lalu dalam
kejayaan pertunjukan Wayang Cepak, Wayang Menak, atau disebut juga Wayang
Papak.
114
4.5 Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
Tabel 4.5 Tari Topeng Endel
Gambar Makna Simbolik
Gerak Tari Topeng Endel
Pasang Topeng
• Menggunakan wajah
baru melepas sosok
pribadi penari berubah
ke sosok yang
ditokohkan.
2. Lumaksana Entrakan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Membuka kesadaran
diri manusia
sebagaimana wajibnya
manusia memperoleh
ilmu pengetahuan
115
3. Lontangan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Membuka pemahaman
tentang awal kejadian
alam semesta.
4. Ukel Seak
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Membuka hati
sanubari manusia
116
5. Boneka (Pacak gulu golekan)
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• diturunkannya adam
dan hawa ke dunia
6. Jeglongan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Membuka pemahaman
bahwa gangguan pasti
akan datang
117
7. Ukel Seak, Boneka
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Membuka hati
sanubari manusi
supaya berlaku baik
dalam kehidupan ini
8. Lumaksana Entrak
• Membuka kesadaran
diri manusia
sebagaimana wajibnya
manusia memperoleh
ilmu pengetahuan
118
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
9. Giul Bunder
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• hidup yang seimbang
dengan kondisi alam
sekitarnya.
10. Lumaksono Batangan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Membuka kesadaran
manusia tentang
kehidupan setelah mati
atau jalan menuju
kematian.
119
11. Lepas Topeng
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• melepaskan diri dari
wujud lain yang telah
kita perankan.
Wanda Endel
• Warna putih = suci
dan bersih hatinya
• Bibir merah = berani
mengungkap
kebenaran dan
kejujuran.
• Gigi rapih =
120
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Kehalusan diri pribadi
yang bisa dilihat
bagaimana ia berucap
dan bekata-kata
• Mata sipit = memiliki
pandagan yang dalam
serta senang
menyimpan dan
mensyiarkan rahasia
alam semesta.
• Alis lentik =
Kelembutan yang
menunjukkan watak
watek i keluarga
ningrat .
• Ukelan rambut di
dahi= daya tarik
seksual yang dapat
memikat kawan dan
lawan. ini
menunjukkan trah
bangsawan atau yang
dihormati.
• Wanda Endel
menggambarkan
Sosok wanita berparas
cantik dan berhati baik
yang di utus oleh
121
Tuhan membuka
rahasia asal muasal
kehidupan di alam
jagat raya ini.
Iringan
Ombak Banyu
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• alunan naik turunnya
air ombak di laut dan
seperti awan berlekuk.
122
Tabel 4.6 Tari Topeng Kresna
Gambar Makna Simbolik
Gerak Tari Topeng Kresna
®Penghormatan, pasang topeng
• Menujukkan rasa
hormatnya kepada
anak cucu Adam
dengan mengganti
sosok diri pribadi
menjadi tokoh yang
diperankan.
123
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
2. ®Mamplak kanan kiri
• Menyampaikan risalah
kehidupan manusia di
masa lalu dan di masa
yang akan datang.
3. ®Ngembat tangan muter
• Menyapaikan kabar
tentang baik buruknya
manusia.
124
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
4. ®Ndeglong
• menjaga lubang
kehidupa (lubang
telinga, mata, hidung,
mulut dan lubang
kemaluan, agar
digunakan di jalan
yang benar.
5. ®Lembehan maju jonggo tengah
• manusia berlaku baik
untuk memperoleh
kemajuan ilmu
pengetahuan
125
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
6. ®Ngukel tangan maju mundur
• mengatur hawa
nafsunya sehingga ia
selalu siap menghadapi
masa enak dan tabah di
masa akan datang.
7. ®Geol bokong
• menunjukan naluri
kecantikan dan
kejantananya sehingga
bisa hidup berpasang-
126
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
pasangan.
8. ®Lembehan tangan lenggok jonggo
• Bergerak mengajarkan tentng keteguhan jiwa dalam menjalani hidup dan siap menerima tantangan.
9. ®Lepas Topeng
• melepaskan diri dari
wujud lain yang telah
kita perankan.
127
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Wanda Kresna
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Warna putih kemerah-
merahan =
Menunjukkan
Kesucian hati atas
kebenaran yang hakiki
• Mata hitam tajam =
pandangan yang luas
menyimpan
pengalaman dan
pengetahuannya
tentang kehidupan di
masa lalu dan di masa
yang akan datang.
• Hidung bangir =
gagah, menawan dan
Tajam penciumannya
membut disegani
128
kawan dan lawan.
• Dagu lancip = figur
kesatria dan memiliki
trah raja.
• Ukelan rambut di dahi
= Simbol yang
memberikan ketegasan
akan posisinya sebagai
keturunan bangsawan
yang menawan.
• Hiasan mahkuta =
Pewaris raja dan
titisan dewa yang
sudah bisa diketahui
dari laku lampah
semenjak mudanya.
• Wanda Kresna
menggambarkan
Sosok raja manusia
titisan dewa atau
utusan Tuhan yang
diberikan pengetahuan
luar biasa sehingga ia
dapat mengetahui
masa lalu dan masa
yang akan datang
Sehingga sangat
ditakuti oleh kawan
129
Tabel 4.7 Tari Topeng Panji
dan lawan.
Iringan
Blenderan Praliman
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Blenderan=langkah,
Praliman = Gajah
anakan yang
menyimbolkan
langkah-langkah besar
dan gagah dari seekor
gajah yang tengah
belajar berjalan.
Gambar Makna Simbolik
Gerak Tari Topeng Panji
® Keluar, Pasang Topeng
• Menggunakan wajah
baru melepas sosok
pribadi penari berubah
ke sosok yang
ditokohkan.
130
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
2. ®Ngembat tangan
• Memberikan
pencitraan manusia
yang rendah hati.
131
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
3. ® Kiprah
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Peran = berperan
sebagai anak yang
baru lahir atau bisa
juga orang tua yang
sudah sepuh, berjiwa
bersih, suci dalam
pikiran dan perbuatan.
4. ® Ukel jangga
• Bergerak dengan hati-
hati menangkap suatu
kebaikan dan
disimpannya dalam
hati
132
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
5. ® Mundak jangga
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Meningatkan diri
dengan menjalani
kebaikannya serta
menggunakan
pengetahuannya ada
di jalan kebaikan dan
kebenaran yang
hakiki.
6. ®Ngayun tangan
• Berani menolak
ajakan dan
pengetahuan yang
salah.
133
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
7. ®Kembangan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Ilmu pengetahuannya
yang dimanfaatkan
sebagaimana
mestinya.
8. ® Lepas Topeng
• melepaskan diri dari
wujud lain yang telah
kita perankan.
134
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Wanda Panji
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Warna putih = simbol
Kesucian dan
kemurnian hati.
• Mata tajam =
pandangan hidupnya
lurus dan terarah.
• Alis mata lembut =
pribadi yang sejuk ,
tenang dan lembut
• Bibir merah = daya
tarik kecantikannya
sangat mengesankan
• Gigi rata = jiwa yang
kuat dan setiap
kalimat yang
diucapkan tertata
dengan baik.
• Wanda Panji
menggambarkan
sosok jiwa yang
bersih, dan suci baik
pikiran, hati, ucapan
dan laku lampahnya.
135
Tabel 4.8 Tari Topeng Lanyapan Alus
Iringan
Ktw. Gunung Sari
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• kesejukan dan udara
yang dingin di
suasana yang cerah
seperti di
pegunungan.
Gambar Makna Simbolik
Gerak Tari Topeng Lanyapan Alus
® Keluar, Pasang Topeng
• Menggunakan wajah
baru melepas sosok
pribadi penari berubah
ke sosok yang
ditokohkan.
136
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
2. ® maplak
• Menunjukkan
kegemaran sang gadis
dalam menggali ilmu
pengetahuan dan
berpenampilan anggun
dalam menjalani
kehidupan
137
3. ® Nyembat tangan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Selalu siap memilih
mana yang baik dan
benar.
4. ® ndeglong
• Bergerak dengan
kekuatan hati dan
sanubari menuju cita-
cita.
138
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
5. ® Muter lembean bokong ngegot
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Siap menghadapi
tantangan dalam
menggali ilmu
pengetahuan.
6. ® Geol bokong
• Gemar menunjukan
kecantikan dan jati
dirinya.
139
7. ® Lepas Topeng
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• melepaskan diri dari
wujud lain yang telah
kita perankan.
Wanda Lanyapan Alus • Warna kuning semu
merah = Kedewasaan
yang tumbuh atas
keteguhan hati
keberanian
• Hidung bangir =
Cantik, menarik ,tajam
penciumannya.
• Mata awas = Memiliki
140
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
pandangan yang luas.
• Alis mata melengkung
tajam = Halus budi
pekertinya.
• Bibir tipis bergaris
merah = Selalu tampil
manis dan
mengesankan serta
berani berkata benar.
• Lapisan Gigi rapih =
berjiwa bersih dan
berfikir sehat gemar
mengucap kata yang
bermanfaat
• Dahinya tergurat garis
keemasan = symbol
keagungan dan sikap
terpuji mucul dari
pikirannya yang
bernar.
• Wanda Lanyapan Alus
menggambarkan
Sosok pribadi
perempuan yang
cantik, menarik, pintar
dan selalu tampil
membuat simpatik,
membuat senang
141
Tabel 4.9 Tari Topeng Patih
orang yang
memandang.
Iringan
Lc. Malangan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• manusia hidup harus
sanggup memilih
kemana arah yang
dituju, tidak boleh
kebingungan dan
berdiam di tengah
kemalangan hidupnya.
142
Gambar Makna Simbolik
Gerak Tari Topeng Patih
® Keluar, Pasang Topeng
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Menggunakan wajah
baru melepas sosok
pribadi penari berubah
ke sosok yang
ditokohkan.
2. ®Kiprah • Peranan=
Menunjukkan
143
perannya sebagai
pemimpin yang gagah
berani.
3. ®Nganggo Jamang
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Menunjukan
ketampanan dan
keyakinan diri lebih
baik dari kawan dan
lawan.
4. ®Nganggo Sumping • Menunjukkan sikap
yang tegas, awas
144
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
dalam bertindak dan
pendengaran yang
tajam.
5. ®Nganggo klat bahu
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Membanggakan diri
atas jabatan yang
diemban dan
dipercayakan dan
menjadi tanggung
jawabnya.
145
6. ®Ukel tangan maju kanan kiri
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Menggunakan
kekuatan hati untuk
mencapai harapan dan
keinginannya dengan
sikap berani
menghadapi tantangan
yang baik dan buruk.
7. ®Ukel tangan maju
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Menggunakan hati dan
sanubarinya untuk
melangkah maju
mencapai cita-cita.
146
8. ®Sandung maju mundur
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Kuat dalam
memperjuangkan cita-
citanya serta berani
mengadapi tantangan
yang kerap kali
menghadang.
9. ®Wolak walik tangan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Figur pemimpin yang
mau bekerja keras
membanting tulang
demi tanggung
jawabnya.
147
10. ®Lepas Topeng
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• melepaskan diri dari
wujud lain yang telah
kita perankan.
Wanda Patih
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Warna merah muda =
Tingkat keberanian
dan tanggung jawab
yang tinggi
• Mata jalang = Awas
dan berpandangan
luas.
• Kumis baplang =
ditakuti dan disegani.
• Janggut panjang =
luhur cita-citanya.
• Jambang = jiwa yang
tegar dan jantan.
148
• Dahinya terpampang
tanda kupu-kupu
merentangkan sayap =
jiwa kepemimpinan
bebas merdeka dengan
pemikiran dan cita-cita
yang luas.
• Wanda Patih
menggambarkan
Sosok pemimpin yang
bertanggung jawab,
berjiwa pemberani
serta bercita-cita tinggi
mencapai kejayaan
dan kemulyaan.
Iringan Bendrong Tegal
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• manusia asal Tegal
memiliki spesifikasi
tersendiri dalam
berkehidupan sosial.
149
Tabel 4.10 Tari Topeng Klana
Gambar Makna Simbolik
Gerak Tari Topeng Klana
®Njagong ing Singasana
• Duduk di Singgasana
Raja.
Menunjukkan
kekuasaan yang telah
dicapainya sebagai
Raja.
2. ®Kembangan kiwa tengen
• Mempertunjukkan
ilmu kanuragannya
yang terkenal dan
kepiawaian dalam
menundukkan kawan
dan lawan.
150
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
3. ®Kejer sikil
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• kekuatan pribadi dan
ketegaran sikap serta
laku lampah yang
keras kepala.
4. ®Ngaca
• orang yang percaya
diri dan selalu
menjaga
penampilannya agar
tetap gagah dan
disegani semua kawan
dan lawan.
151
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
5. ®Pasang Topeng
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Merubah diri pribadi
menjadi sosok lain
dengan menggunakan
wajah yang lain dan
menceritrakan kisah
kehidupannya dalam
tarian.
6. ® Gemuyu
• kebahagiaan dan
pengakuan diri yang
kuat tanpa tanding.
152
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
7. ®Ngaca
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• orang yang percaya
diri dan selalu
menjaga
penampilannya agar
tetap gagah dan
disegani semua kawan
dan lawan.
8. ®Maju mundur
• Menunjukkan
Keyakinannya yang
kuat saat berada di
depan dan di belakang
tetap saja tidak ada
bedanya.
153
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
9. ®Ngingkap jonggo
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Menyingkap Derajat
kemulyaan =
menunjukkan watak
bangga serta sombong,
adigung adiguna pada
kedudukannya sebagai
raja.
10. ®Kejer sikil
• Memberi makna
kekuatan pribadi dan
ketegaran sikap serta
laku lampah yang
keras kepala.
154
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
11. ® Gemuyu
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• kebahagiaan dan
pengakuan diri yang
kuat, tanpa tanding.
12. ®Ndedeleh
• Menunjukan jiwa yang
tegas, angkuh dan
sombong seperti
peduli dengan
lingkungan kanan dan
kirinya padahal ingin
menunjukkan jati
dirinya yang gagah.
155
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
13. ®Godhodan Keris
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Sikap berkuasa yang
berlebihan, watak
kejam dan merasa
paling kuat selalu
ditonjolkan meski
kadang itu hanya olok-
olok saja agar tidak
hilang wibawanya.
14. ®Lepas Topeng
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• melepaskan diri dari
wujud lain yang telah
kita perankan.
156
Wanda Klana
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Warna merah = kuat
dan berani.
• Kumis tebal = gagah
dan sangat ditakuti.
• Jambang = Tegar dan
jantan.
• Mata melotot = Kuat
dan awas
pandangannya.
• Dagu lancip = Trah
raja yang disegani.
• Gigi putih tersusun
kedepan = Berprinsip
sangat kuat dan
berdedikasi tinggi
serta bertanggung
jawab dengan apa
yang telah
dikatakannya.
• Wanda Klana
menggambarkan
Sosok pribadi yang
sangar, tegar, berani,
157
kuat dan sangat
berkuasa.
Iringan
Gonjing Truntung
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Kebesaran dan
keagungan seorang
Raja yang tengah
berkuasa.
158
Tabel 4.11 Tata Rias dan Busana Tari Topeng Slarang Lor
Tata Rias wajah
Tata Rias Rambut
1
2
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
1. Penebalan alis =
Menegaskan keyakinan
diri
2. Pemerah pipi =
Menunjukan keberanian
dan ketegaran
1. Tari Endel
• Kondisi rambut digelung
rapih ke belakang =
Simbol keanggunan dan
pribadi yang cantik dan
menarik bagaikan bidadari
dari kahyangan.
2.Tari Kresna
159
Tata Rias Rambut Tari Topeng Endel
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
• Kondisi rambut
dirumbaikan secara lurus
kebelakang sedang
kepalanya diberi mastaka
atau mahkota = Simbol
dari jiwa yang merdeka
berpandangan luas,
berderajat kesatriaan dan
memiliki kejantanan.
3.Tari Panji
• Kondisi rambut disanggul
kembali dan kepalanya
berhiaskan mustaka =
Simbol pribadi yang rapih,
bersih serta sosok yang
suci dan agung.
4. Tari Lanyapan Alus
• Kondisi Rambut digelung
secara rapih = Simbol
dari pribadi yang rapih,
bersih dan berbudi pekerti
tinggi serta halus dan
lembut perangainya.
5.Tari Patih
• Kondisi rambut gelung
160
Tata Rias Busana
cepak menggenakan
mahkuta = Menunjukkan
sosok pribadi yang kuat ,
tegar dan pejuang serta
pemimpin yang tangguh.
enam.Tari Klana
• Kondisi rambut digeraikan
kebelakang dengan rapih,
memakai mahkota =
Simbol dari jiwa yang
berkuasa ,berpandangan
luas, bercita-cita tinggi,
berderajat sesosok Raja
yang mengagungkan
kekuatan dan kejantanan.
1. Tari Endel
• Kostum yang keemasan,
dan kain batik tegal yang
berwarna semu kuning
keemasan = Membentuk
pribadi yang cantik,
mewah, indah dan
menawan sehingga
tampak sebagai sosok
yang telah mencapai
puncak derajat yang
berbudi luhur.
161
2.Tari Kresna
• Kostum yang dipakai
serba kuning dan
keemasan = Membentuk
pribadi yang tampan ,
mewah, indah dan
menawan sehingga
tampak sebagai sosok
yang agung serta luhur
budinya.
3.Tari Panji
• Kostumnya serba putih
dan kain batik yang
digunakan liris putih
berlurik hitam dengan
warna serba putih dan
bunga yang berwarna
putih = Perlambang
pribadi yang suci dan
bersih serta menunjukkan
kepribadian yang baik,
menarik dan cantik.
4.Tari Lanyapan Alus
• Tari Lanyapan alus
menggunakan kostum
bernuansakan serba putih
162
dengan Kain Batik Tegal
paduan warna putih semu
kuning serta tambahan
ornament hiasan tubuh
dan selendang berwarna
emas = simbol kesucian
serta pikiran generasi
muda remaja yang
berperilaku bersih, baik
dan cantik dalam
menggapai gairah
kehidupan dan mencapai
kemewahan.
5.Tari Patih
• Kostum bernuansakan
merah dan Kain Batik
Tegal warna kuning
keemasan = Berani
meraih puncak tanggung
jawab sebagai pemimpin
mencapapai kemewahan
dan menggapai derajat
kesuksesan dalam
berkarir.
6.Tari Klana
• Kostum bernuansakan
163
Tabel 4.12
Perlengkapan Pertunjukan
N
o. Perlengkapan Pertunjukan Keterangan
1. Kemenyan • Membakar kemenyan
memilik makna sebagai
merah dan paduan kain
Batik serta selendang
warna keemasan = Berani
meraih puncak
kemewahan dan mencapai
derajat kesuksesan.
Mustaka
• Mustaka = Mastaka dan
dikenal juga sebagai
mahkota atau penutup
kepala terbuat dari bahan
logam berwarna keemasan
bertatahkan mas dan
permata, maknanya adalah
puncak dari derajat
manusia. Karena hanya
seorang Raja atau Ratu
yang boleh memakainya.
164
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
bentuk kesadaran diri
sang penari dalam
memohon keselamatan
pada Sang Murbeng
Dumadi Tuhan
Pencipta Alam
Semesta.
2. Sesaji atau Sajen
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
1. Wedang pait- wedang
manis simbol dari
kehidupan ini kita harus
siap menerima manis-
pahitnya dunia),
2. Juada Pasar
menyimbolkan manusia
hidup harus berpedoman
pada waktu, neptu dan
hari pasaran agar hidup
selaras, wajar dan
selamat).
3. Kembang
PitungWernamenyimb
olkan kita bersemangat
165
memperoleh
keharuman hingga ke
lapis tujuh,
4. Ritual Reruwatan;
seperti daun weringin
menyimbolkan agar
diberi kesejukan angin
dan perlindungan,
5. daun salam simbol
agar diberi
keselamatan,
6. Daun Alang-alang
simbol agar dijauhkan
dari alang rerintang
atau penghalang
kehidupan,
7. Daun Cindong (daun
obat-obatan
menyimbolkan
manusia harus tolong
menolong contohnya
seperti sirih, bako dan
gambir dikunyah jadi
166
dubang.
Adapun sesaji atau
sajen untuk pemusik atau
pengrawit:
1. Nasi liwet yang atasnya
diberi telor matang
menyimbolkan manusia
yang sikapnya baik dan
sederhana namun berisi
ilmu pengetahuan.
2. Klapa Ijo atau dawegan
simbol agar memiliki
khasiat pengobat dan
kuat sebagaimana pohon
kelapa dari muda hingga
tua sempurna gunanya.
3. Wedang pait dan wedang
manis, dimaknai sebagai
simbol bahwa manusia
harus siap menghadapi
pahit dan manisnya
167
kehidupan didunia.
4. Juadah Pasar simbol
agar kita manusia
mengenal waktu, neptu
dan hari pasaran. Ini
dimaksudkan agar tidak
salah arah dan selamat
dalam memilih jalan
kehidupan.
5. Kembang Pitung Rupa
atau bunga 7 rupa
dimaknai sebagai
manusia harus mampu
memiliki kesadaran
untuk mengharumkan
diri agar bisa
kewangiannya menebus
langit lapis tujuh.
3. Batik Tegal
1. Batik Rajeg Wesi
simbol dari manusia
yang baik mampu
168
Batik Dukuh Benda Tegal “Rajeg Wesi”
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Batik Dukuh Benda Kab. Tegal “Welut Gumbel”
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
memagari diri, keluarga
dan negaranya dengan
kuat.
2. Batik welut Gumbel
menyimbolkan dirimu
selicin belut,
kepandaian yang belit
membelit, dan beberapa
batik lagi seperti
3. Mata Ketumbar
menyimbolkan manusia
yang awas
penglihatannya,
4. Beras Mawur
menyimbolkan
Semangathidup dengan
cita-cita tinggi
memperoleh
kemakmuran,
5. Runtung Semut
menyimbolkan hidup
rukun sebagaimana
semut,
169
6. Ukel menyimbolkan
kehidupan dengan
lengkang lengkung
indahnya kehidupan,
7. Den Lipis
menyimbolkan
pencapaian tingkatan
jabatan dalam
kehidupan yang
bergaris,
8. Gribigan
menyimbolkan
kehidupan dengan
anyaman dan simpul
kehidupan yang indah,
9. Galaran menyimbolkan
kehidupan dengan
sewajarnya, mencapai
kesejajaran hak, dan
10. Pilus simbol dari diri
manusia yang berisi
ilmu dan pengetahuan
yang baik atas
170
kenikmatan luar dalam.
4. Kotak Topeng • Wadhah Wanda =
tempat wajah-wajah
yang bisa dihidupkan
dan dimatikan kapan
saja oleh sang penentu
yaitu dalang penari.
• Kotak Topeng = alam
maya, alam dimana
bisa dikatakan tidak
ada tapi ada, dan
dikatakan tidak ada tapi
ada.
171
BAB V
PENUTUP
3.1. Simpulan
Bentuk Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor diawali iringan bebuka oleh
para pengrawit. Pengrawit menabuh gamelan untuk mengundang para penonton
agar mendatangi sumber suara yang berasal dari pekarangan tempat pertunjukan
berlangsung.
Bagian inti pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor, berupa gerak tarian
Suwitri menarikan enam janis tari Topeng Slarang Lor. Gerak tariannya
mengandung makna seperti halnya Tari Topeng Endel (bermakna: Pembuka), Tari
Topeng Kresna (bermakna: Pangeweruh), Tari Topeng Panji (bermakna:
Kelahiran), Tari Topeng Layapan Alus (bermakna: Remaja), Tari Topeng Patih
(bermakna: Kedewasaan), Tari Topeng Klana (Bermakna: Penguasa).
Pada pertunjukan penutup, merupakan pertunjukan terkhir yang ditandai
dengan munculnya musik penutup, yang biasanya dinamai bubaran. Berbarengan
dengan munculnya musik, seseorang berputar meminta dukungan dana, berupa
saweran.
Masyarakat Desa Slarang Lor untuk generasi tua umumnya cenderung
lebih menyukai kesenian yang telah lama dikenal. Dengan sendirinya regenerasi
ini dapat memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian yang berkembang
didaerah tersebut, termasuk enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor terdapat disetiap
struktur pertunjukan. Simbol-simbol tersebut diwujudkan dalam bentuk 1)
172
Pemain, 2) Perlengkapan pertunjukan, 3) Gerak, 4) Iringan, 5) Tata Rias dan
Busana, 6) Property (Topeng), 7) Penonton.
Perlengkapan pertunjukan seperti membakar kemenyan menyimbolkan
bentuk permohonan ijin dalam bentuk komunikasi batin. Sesaji atau sajen yang
hanya dibuat pada saat pertunjukan akan berlangsung: 1). Wedang pait wedang
manis simbol dari kehidupan ini kita harus siap menerima manis pahitnya dunia),
2). Juada Pasar menyimbolkan manusia hidup harus berpedoman pada waktu,
neptu dan hari pasaran agar hidup selaras, wajar dan selamat). 3). Kembang
Pitung Werna menyimbolkan kita bersemangat memperoleh keharuman hingga ke
lapis tujuh.
Ditambah daun dan pepohonan untuk Ritual Reruwatan; seperti daun
weringin menyimbolkan agar diberi kesejukan angin dan perlindungan, 4). daun
salam simbol agar diberi keselamatan, 5). Daun alang-alang simbol agar
dijauhkan dari alang rerintang atau penghalang kehidupan, 6). Daun cindong
(daun obat-obatan menyimbolkan manusia harus tolong menolong contohnya
seperti sirih, bako dan gambir dikunyah jadi dubang.
Iringan yang digunakan pada pertunjukan enam Tari Topeng Slarang Lor:
1). Tari Endel, dengan iringan lancaran “Ombak Banyu” yang menyimbolkan
keriangan atau keramaian, karena gerakan tari Topeng Endel diibaratkan seperi
alunan naik turunnya air ombak di laut dan seperti awan yang garis dan bentuknya
berombak, 2). Tari Kresna, dengan iringan ”Blenderan Praliman” (blenderan =
langkah, Praliman = Gajah anakan) yang menyimbolkan langkah-langkah besar
dan gagah dari seekor gajah yang tengah belajar berjalan, 3). Tari Panji, dengan
173
iringan “Ktw. Gunung Sari” yang menyimbolkan kesejukan dan udara yang
dingin di suasana yang cerah, 4). Tari Lanyapan Alus, dengan iringan “Lc.
Malangan”. Kata malangan mennunjukkan makna manusia hidup harus sanggup
memilih kemana arah yang dituju. 5). Tari Patih, dengan iringan “Bendrong
Tegal” ini merupakan simbol bahwa manusia asal Tegal memiliki spesifikasi
tersendiri dalam berkehidupan social. 6). Tari Kelana, dengan iringan “Gonjing
Truntung” irama ini digunakan untuk semua jenis tari Kelana. Irama yang
disimbolkan dalam bentuk langkah gagah, gerak kebesaran seorang Raja yang
berkuasa, Gerak kewibawaan yang dimunculkan dengan bunyi gamelan agung,
bersemangat sepenuh keperkasaan.
Tata rias wajah yang digunakan oleh penari Topeng Slarang Lor dilakukan
cukup sederhana. Setelah berdandan, wajah sang penari diberi bedak dan polesan
makeup yang tipis. Kondisi rambut penari : 1). Tari Endel; kondisi rambut
digelung rapih ke belakang, 2). Tari Kresna, kondisi rambut penari dirumbaikan
secara lurus kebelakang sedang kepalanya diberi mastaka atau mahkota. 3). Tari
Panji, kondisi rambut penari disanggul kembali dan kepalanya berhiaskan
mustaka gelung cepak seperti Dharma Kesuma, 4). Tari Lanyapan Alus, Kondisi
Rambut penari digelung secara rapih, 5). Tari Patih, Konsisi rambut penari
dilepaskan ke belakang. Kepala penari menggenakan mahkuta gelung cepak, 6).
Tari Klana, kondisi rambut penari digeraikan kebelakang dengan rapih. Kepala
penari memakai mahkota.
Seorang penari Topeng Slarang Lor, pada awal kegiatan menggunakan
kain batik khas Tegal berjenis “janur kuning”. Kain jenis ini akan ikut mewarnai
174
kehasan tarian dan perwujudan dari watak watek penari dengan tokoh yang
dimainkannya. Untuk kain jenis ini sangat cocok dimainkan pada saat menari
Topeng Endel, Kresna, dan Lanyapan.
Pada saat menari Topeng panji semua jenis warna yang dikenakan penari
berwarna putih. Adapun Tari Patih dan Tari Klana kain dan kostum yang
dikenakan penari cenderung dominan berwarna merah tua. Adapun kain batik
yang digunakan untuk kostum penari Patih dan Tari Klana bisa menggunakan
jenis Beras mawur yng menyimbolkan kemakmuran sang penguasa yang
ditokohkan penari.
Kedok Endel atau topeng ber wanda atau wajah perempuan cantik ini
memiliki pamor yang khas. Memiliki makna atau simbol bidadari dari surga yang
diutus kedunia untuk menyampaikan pesan atau kabar pada manusia bahwa telah
dibukanya jagat alam raya ini untuk kesejahteraan hidup manusia.
Kedok Kresna atau Topeng ber wanda atau wajah kuning semu merah ini
memiliki wajah yang ceria. Dalam kedok Kresna merupakan titisan dewa yang
sengaja diturunkan ke dunia untuk menyamaikan petunjuk pada manusia bahwa
hal akan kejadian di masa datang, baik dan buruknya, rizki dan petakanya tidak
lepas dari perbuatan manusia dimasa lalu.
Kedok Panji atau Topeng ber wanda atau wajah putih, dengan mata yang
tajam, alis mata yag lembut dan bibir yang merah dengan lapisan gigi yang rata.
Kedok Panji juga bermakna wajah manusia yang sudah paripurna. Ia berada pada
kondisi manula. Sudah tidk meiliki daya upaya, laksana bayi yang baru lahir.
175
Kedok Lanyapan Alus adalah Topeng ber wanda seorang gadis atau pria
yang beranjak dewasa. Pamor kedok seperti ini memiliki makna filosofisnya
siapapun yang memakai kedok ini akan menjadi remaja yang lincah yang memiiki
langkah yang ragu tapi pasti.
Kedok Patih adalah Topeng ber wanda atau wajah gagah, muka sangar dan
berwibawa, sosok lelaki yang bermata jalang, berkumis baplang, berjanggut
panjang serta berjambang. Kedok Patih ini memiliki makna filosofi yang tinggi.
Wajahnya yang merah menyimbolkan manusia yang memiliki nafsu amarah.
Nafsu yang besar untuk memerintah.
Kedok Klana adalah Topeg ber wanda muka merah, berkumis tebal,
berjambang dengan mata melotot dan dagu yang lancip serta gigi yag putih
tersusun kedepan menampakkan pamor seorang lelaki yang garang gagah dan
sangar. Wajah kelana ini menyibolkan seorang raja di negeri pewayangan yang
sakti mandraguna dan kaya namanya Rahwana. Rahwana atau Prabu Dasamuka
dikenal memiliki watak adigang, adigung, adiguna. Seorang Raja yang tidak takut
pada kekuatan apapun termasuk para dewa.
5.2 Saran
5.2.1 Masyarakat Desa Slarang Lor
Masyarakat terutama dari generasi muda seharusnya lebih aktif dalam
mempelajari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor karena generasi muda
merupakan fondasi dalam melestarikan kesenian daerahnya sendiri.
176
5.2.2 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hendaknya lebih sering menampilkan
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor pada hari-hari besar pemerintah, saat
menjamu tamu-tamu daerah dan mengadakan pentas budaya rutin disetiap
tahunnya.
177
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Agus. 2002. Eksistensi Tayub dan Sistem Transmisinya. Yogyakarta:
Yayasan Lentera Budaya. Hermin. 2000. Arak-arakan Seni Pertunjukan dalam upacara Tradisional di
Madura. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia. Herusatoto, Budiono.2000. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:
Hanindita Graha Widia. Hidajat, Robby. 2005. Wawasan seni Tari. Balai Kajian Seni dan Desain, Jurusan
Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Indriyanto, 2001. “Kebangkitan Tari Rakyat Di Daerah Banyumas”. Harmonia:
Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Vol.2 No.2 / Mei-Agustus, FBS UNNES.
__________. Analisis Tari. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni UNNES. Iwan Agung. 2008.http://www.tegalkab.go.id/. Diunduh paa hari Senin tanggal
17/12/2012 pada pukul 18.20 WIB. Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press. __________.2001. Paradigma Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Yayasan Lentera
Budaya. __________. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press. __________. 2002.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya. __________. 2008. Pendidikan Seni Budaya: Suplemen Pembelajaran Seni Tari.
Semarang: UNNES Press. Kusumastuti, Eny.200enam. “Laesan sebuah fenomena Kesenian Pesisir: Kajian
Interaksi Simbolik antar pemain dan Penonton”. Jurnal Harmonia FBS UNNES. Vol. VII. No. 3/ September-Desember.
Lestari, Wahyu. 1993. Tekhnologi Rias Panggung. Semarang: IKIP.
178
Mimi Rasinah, 2011 http// www.Tari Topeng Cirebon, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm, diunduh pada hari rabu tanggal 8 Februari 2013 pukul 14.00 WIB.
Moleong, J. Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. __________. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Murgiyanto, Sal. 2002. Kritik Tari. Bekal dan Kemampuan Dasar. Jakarta: Ford
Foundation dan Masyarakat Seni Peryunjukan Indonesia. Prihatini, Area. 2010. “Simbol Dan Nilai Estetis Tata Tari Mbathil Di
KabupatenKudus”. Skripsi FBS UNNES Semarang. Sampurno, 2010.www. ritual-dan-hIburan-dalam-tari-topeng indosiar.com, tegal.
Diunduh pada hari Selasa 13 November 2012 pukul 20.00 WIB. Sedyawati, Edi. 2000. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. __________. 2002. Djawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tari
Tradisional di Indonesia. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Soeparwoto,dkk. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKK UNNES. Soipah, 2007. Tari Topeng Kabupaten Tegal Selayang Pandang. Makalah. Tegal.
Sugono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Bahasa Inonesia. Jakarta : Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional. Suharto, Ben. 1991. Estetika Tari II Kumpulan Karya Ilmiah I : Yogyakarta: ISI
Sumaryanto, F. Totok. 2007. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam
Penelitian Pendidikan Seni. Semarang: Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Wadiyo, 2008. Sosiologi Seni (Sisi Pendekatan Multi Tafsir). Semarang:
UNNES Press.
179
Wahyudiarto, Dwi. 200enam. “Makna Tari Canthangbalung dalam Upacara Gunungan di Kraton Surakarta”, Jurnal Harmonia FBS UNNES. Vol. VII. No.3/ September-Desember.
Yuliani, Tety. 200enam. “Analisis Gerak Tari Topeng Lanyapan Alus Di Desa
Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal”. Skripsi FBS UNNES Semarang.
180
Lampiran-lampiran
181
Lampiran 1. SK Penetapan Dosen Pembimbing
182
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian
183
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian
184
Lampiran 4.
ROMBONGAN
PERTUNJUKAN TARI TOPENG SLARANG LOR
DI DESA SLARANG LOR KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN
TEGAL
Penanggap : Irchami Putriningtyas
Ketua : Nurochaman Sudibjo
Penari : Suwitri
Sinden : Purwanti
Penabuh Gamelan :
1. Kendang : Casmadi
2. Bonang Penerus : Sutarno
3. Bonang Barung : Waryo
4. Demung : Kartono
5. Saron I : Harto
6. Saron II : Sriyanti
7. Peking : Tarso
8. Gong Kempul : Rabyan
9. Ketuk kenong : Witno
10. Kecek : Dharma
185
Lampiran 5.
BIODATA NARASUMBER
Nama : Suwitri
Umur : 66 tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Slarang Lor
Nama : Purwanti
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumahtangga
Alamat : Desa Slarang Lor
186
Nama : Casmadi
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : Perangkat Desa
Alamat : Desa Slarang Lor
Nama : Dharma Dono
Umur : 69 tahun
Pekerjaan : Dalang
Alamat : Pagiyanten
187
Lampiran 6. Istrumen Penelitian
PEDOMAN WAWANCARA
1. Suwitri
a. Tanya : Nyuwun sewu Ibu asmanipun sinten nggih?
Umure pinten?
Jawab : - Suwitri, enam4 tahun
b. Tanya : Pripun asal usul tari Topeng Slarang Lor
diciptaaken?
Jawab : Tari Topeng Slarang Lor niku warisan saking mbah
kulo mbah Darmi, terus diwarisaken ten Ibu kula Warni, terus
ngantos sanki kula sing nerusaken Tari Topeng Slarang Lor niki.
c. Tanya : Wonten pinten tari Topeng Slarang Lor ingkang
diwarisaken teng bu Suwitri? Nopo mawon ?
Jawab : Wonten enem mb, tari Topeng Endel, tari Topeng Kresna,
tari Topeng Panji, tari Topeng Lanyapan, tari Topeng patih, tari
Topeng Klana.
d. Tanya : Nopo setiap tari niku enten arti atau
maknanipun bu?
Jawab : Wonten oh mb, setiap tarine pasti enten artine, pokoke
tari Topeng Slarang Lor niku nggambaraken dIbukane alam
semesta niki kalih isine. Contone tari Topeng Endel niku artine
pembuka.
188
2. Purwanti
a. Tanya : Bu Purwanti nopo sering nari Tari Topeng Slarang
Lor kados bu suwitri?
Jawab : Nggih mb, kulo sebagai generasi penerus Ibu kedah
saged nglestariaken tari Topeng Slarang Lor.
b. Tanya : Pengalaman nopo mawon ingkang bu Purwanti
peroleh?
Jawab : Katah mb, saking alit nderek ngamen Ibu, ngantos saniki
kula dados peneruse Ibu, penglaman sing pait kalih manis kula pun
pernah ngrasaken sedoyo mb putri.
c. Tanya : Nopo saniki masyarakat Desa Slarang Lor teksih
sering nangap tari Topeng Slarang Lor bu?
Jawab : Saniki pun arang-arang mb, sing katah malah medal teng
dusun sebrang, sing paling sering teng pendopo, terus nek wonten
peringatan hari-hari besar kados niku mb, wong saniki luwih milih
nanggap orgen tunggal dibanding tarian kados niki.
3. Wuninggar
a. Tanya : Slamat Pagi Ibu, saya Irchami Putriningtyas dari
Mahasiswa UNNES, ingin menanyakan lokasi tempat tari Topeng
Slarang Lor berada?
189
Jawab : Pagi, itu berada di Desa Slarang Lor Kecamatan
Dukuhwaru kabupen Tegal mb, tepatnya di Jl.masjid Rt 01/Rw 02.
b. Tanya : Penghargaan apa saja yang diberikan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan terhadap Suwitri selaku penerus dan
pewaris tunggal enam gerakan Tari Topeng Slarang Lor?
Jawab : Atas jasa pengabdiannya dalam melestarikan dan
mengembangkan Tari Topeng Slarang Lor, Suwitri mendapatkan
piagam penghargaan dari Bupati Tegal yaitu Bapak Agus Riyanto
pada tanggal 31 Mei 2008. Sebelumnya pada tanggal 23 januari
1993 Suwitri mendapat penghargaan dari Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Tegal yaitu Drs. Akhmad Khafid. Dan pada
tanggal 23 Juni 2010 suwitri mendapat penghargaan dari Mentri
Kebudayaan dan pariwisata Republik Indonesia yaitu Bapak Jero
Wacik S.E
c. Tanya : Sejak tahun berapa Dinas Pariwisata melakukan
pembaharuan terhadap Tari Topeng Endel dan menafikan
keberadaan 5 jenis Tari Topeng Slarang Lor lainnya?
Jawab :
d. Tanya : Mengapa dari keenam Tari Topeng Slarang Lor yang
dikuasai Suwitri hanya Tari Topeng Endel yang dijadikan ciri khas
Kabupaten Tegal?
190
Jawab : Karena Tari Topeng Endel yang lebih mudah untuk
dipelajari.
e. Tanya : Adakah bantuan dari Pemerintah dan Dinas Kabupaten
Tegal atas jasa Suwitri sebagai pewaris dan pelestari Tari Topeng
Slarang Lor?
Jawab : Ada, berupa bantuan penerangan listrik di rumah Suwitri.
4. Sri Handayani :
a. Tanya : Pada tahun berapakah Tari Topeng Slarang di kenal
Masyarakat Kabupaten Tegal?
Jawab : Sekitar tahun 1950an mb.
b. Tanya : Apakah di pendidikan sekolah khususnya dalam pelajaran
Seni Budaya (seni Tari) maupun di sanggar Tari Topeng Slarang
Lor diajarkan pada siswa?
Jawab : Iya, setiap sekolah khususnya yang duduk dibangku SD
di Kabupaten Tegal wajib bisa mearikan Tari topeng Slarang Lor.
5. Dharma Pengrajin Topeng Tegal
a. Tanya : Apa ada makna simbolik yang terkandung pada semua
kedok pedukung Tari Topeng Slarang Lor?
Jawab : Ada, masing-masing kedok memiliki makna yang
berbeda.
b. Tanya : Apakah keterkaitan antara kedok dengan Tari Topeng
Slarang Lor?
191
Jawab : Keterkaitan antara kedok dengan topeng yaitu bukan
hanya kedok sebagai pendukung tari, melainkan jantung dari
Tarian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
c. Tanya : Bagaimana cara pembuatan Kedok pendukung Tari
Topeng Slarang Lor?
Jawab : ada beberapa tahap untuk membuat Kedok, tahap yg
utama yaitu ritual, pemilihan jenis Kayu, menggunakan kayu
Kedondong Jaran, kemudian pembentukan kedok, penghalusan,dan
tahap terakhir pengecatan.
d. Tanya : Apa alat dan bahan dalam pembuat Kedok pendukung
Tari Topeng Slarang Lor?
Jawab : Gergaji kayu, Golok landep, Pisau Serut, Tatah kecil,
Tatah besar, Ampelas, Kwas besar, Kwas Kecil.dan Palu
6. Casmadi Ketua Pengrawit pendukung Tari Topeng Slarang Lor
a. Tanya : Apa saja jenis iringan musik yang ada pada Tari Topeng
Slarang Lor?
Jawab : gamelan Ombak Banyu, Blenderan praliman, Ketawang
Gunung sari, Malangan, Lancaran Bendrong Tegal, Gongjing
Truntung,
b. Tanya : Apa saja Gamelan yang digunakan dalam pertunjukan
Tari Topeng Slarang Lor?
192
Jawab : Kendang, Bonang Penerus, Bonang Barung, Demung,
Saron I , Saron II, Peking, Gong Kempul, Kethuk Kenong, dan
Kecrek.
7. Masyarakat Desa Slarang Lor
Kepala Desa Slarang Lor:
a. Tanya : Bagaimana gambaran umum Desa Slarang Lor?
Jawab : Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Slarang
Lor adalah petani. Pemerintah Desa Slarang Lor juga melakukan
klasifikasi antara tani dan buruh tani. Bila dilihat secara sekilas
nampak ada kesamaan, bahwa sama-sama sebagai petani, namun
hal yang membedakannya adalah kalau Tani adalah yang memiliki
tanah atau sawah sendiri dan ada kalanya mengelola sendiri.
Sedangkan buruh tani adalah para petani yang tidak memiliki tanah
atau sawah sendiri dan mengelola sawah pemilik tanah (tani).
b. Tanya : Bagaimana tanggapan masyarakat Desa Slarang Lor
terhadap seni Tari Topeng?
Jawab : Tanggapan masyarakat pada kesenian Tari Topeng baik,
Masyarakat Desa Slarang Lor untuk generasi tua umumnya
cenderung lebih menyukai kesenian yang telah lama dikenal.
Dengan sendirinya regenerasi ini dapat memberikan apresiasi yang
193
tinggi terhadap kesenian yang berkembang didaerah tersebut,
termasuk enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
8. Budayawan Nurochman Sudibyo YS
a. Tanya : Apa dan bagaimana pandangan Bapak terhadap Ibu
Suwitri selaku Pewaris enam gerakan Tari Topeng Slarang Lor?
Jawab : Ibu Suwitri itu selain Maestro Penari Topeng Slarang Lor.
Beliau adalah aset bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan
kemampuannya.
b. Tanya : Adakah kaitan sejarah Tari Topeng Slarang Lor dengan
Tari Topeng yang ada di beberapa daerah lain di Indonesia?
Jawab: Sejarah Tari Topeng di Indonesia berasal dari jaman
Hindu. Dan di era kejayaan kerajaan Singosari dan Majapahit Tari
Topeng menjadi tarian yang penting dan dijadikan tarian di istana
serta diperlihatkan pada keluarga raja.
Perkembangan seni tari topeng yang paling subur di daerah
Jawa Timur meliputi Singasari, dan Malang sampai menerobis
masuk ke Solo dan Yogya. Selanutnya Tari Topeng di Jaman
Hindu dan kejayaan Majapahit berkembang masuk melalui jalur
pantai utara Jawa ke wilayah pelosok Tegal di Slarang, dan Losari
Brebes. Selanjutnya Tari topeng juga masuk ke daerah pedalaman
Cirebon khususnya daerah Slangit dan Palimanan selanjutnya
berkembang sampai ke Majalengka di daerah Jatitujuh. Adapun di
194
Indramayu Tari topeng sejak jaman Hindu masuk ke daerah
Juntinyuat, Gadingan, Tambi, Pekandangan dan Cibereng.
c. Tanya : Apa makna simbolik yang terkandung dalam enam jenis
Tari Topeng Slarang Lor, iringan, gerak, property, serta fungsi
pendukung lainnya?
Jawab : Makna Simbolik yang terkandung dalam enam Jenis Tari
Topeng Slarang Lor didukung Iringan, gerak, property, serta fungsi
pendukung lainnya tak lain sedang memberikan nilai-nilai
pencerahan kepada kita bagai mana berlaku baik sebagai manusia,
kepada diri sendiri, kepada manusia lainnya, kepada alam sekitar
dan tidak boleh melepaskan hubungan baiknya pada Yang Maha
Kuasa.Karena semua tarian dan pendukungnya itu benar-benar
bahan ajaran yang bisa mencerhkan kehidupan manusia agar kelak
menjadi manusia yang baik dan sempurna hidupnya.
d. Tanya : Adakah makna ritual dalam pertunjukan Tari Topeng
Slarang Lor?
Jawab : Tentu saja ada. Makna ritual Tari Topeng Slarang Lor
itukan suatu bentuk ungkapan rasa sukur manusia atas limpahan
rahmat dan hidayah dari Allah, utamanya atas kesehatan, rizki
panen padi dan palawija yang berlimpah. Dan yang utamaya lagi
sudah menjadi kodrat mausia untuk selalu bersyukur dan berusaha
menungkatkan kesadaran untuk bisa selalu berhubungan dengn
195
Gusti Kang Maha Tunggal dan hubunga manusi degan manusia
lainnya.
e. Tanya : Apa makna filosofis yang terdapat pada batik khas
Kabupaten Tegal?
Jawab : Makna filosofis pada batik khas Kabupaten Tegal
bermuatan sejarah dan perjuangan. Kedalaman makna dari setiap
motifnya menunjukkan ajaran tentang nilai-nilai histori dan sikap
heroic manusia tegal dalam menghadapi penjajah menuju bangsa
yang merdeka. Buktikan saja dengan Tapak Kerbau (meski disebut
bodoh yang penting punya pijakan), Beras Mawur (Bergerak
menuju kemakmuran), Rajeg Wesi (memagari diri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara dengan kuat), Welut ll.Gumbel
(Jadilah orang yang pandai, lihai dn cerdik agar memperoleh
kemenangan hakiki) dll.
f. Tanya : Bagaimana masa depan Tari Topeng Slarang Lor dalam
pandangan Bapak?
Jawab : Tari Topeng Slarang Lor menurut saya akan menjadi
tarian yang di kenal di manapun, bahkan dapat mengangkat harkat
dan cirri budaya daerah serta bangsa kita. Hal itu apabila masing-
masing senimannya memiliki kepedulian tinggi untuk
mempertahankan apa yang sekarang dimiliki untuk tidak mudah
dirusak atau dengan sengaja ada yang berniat menghilangkannya
196
dengan alasan agama dan kebutuhan praktis seseorang karena
ketidak mengertiannya.
9. Ibu Dyah Setyawati selaku juru Rias dan pemerhati kain Batik khas
Tegal pendukung Tari Topeng Slarang Lor
a. Tanya : Apa tanggapan ibu terhadap ibu Suwitri selaku Maestro
Penari Topeng Slarang Lor?
Jawab : Saya melihat Ibu Suwitri itu benr-benar maestro.
Kemampuan yang dimiliki Ibu Suwitri itu bukan aku-aku atau
sekedar ingin diakui sebagai seniman. Beliau itu orang yang rendah
hati. Baik perilakunya. Penyabar dan tulus dalam melakukan
kewjibannya sebagai seniman.
b. Tanya : Kostum apa saja yang ideal digunakan ibu Suwitri pasca
ngamen Tari Topeng Slarang Lor?
jawab : Yang ideal Ibu suwitri harus bisa menyesuaikan karakter
c. Tanya : Jenis tata rias yang bagaimana yang ideal untuk
pementasan Ibu Suwitri saat menarikan enam jenis Tari Topeng
Slarang Lor?
Jawab : Tata rias yang ideal untuk Ibu Suwitri dikala menari harus
disesuaikan dengan karakter tariannya. Jika ia menari Tari Endel,
maka yang dipakai adalah kostum yang keemasan, dan kain batik
tegal yang berwarna semu kuning keemasan. Begitu juga ketika
menari Topeng Kresna, kostum yang dipakai masih cocok dengan
serba kuning dan keemasan. Adapun untuk Tari Topeng Panji
197
kostumnya serba putih dan kain batik yang digunakan pun liris
putih berlurik hitam dengan warna serba putih dan bunga yang
berwarna putih pula. Kostum serba putih ini juga sangat tepat
digunakan sebagai penunjang karakter penarinya. Sedangkan pada
Tari Topeng Patih dan Tari Klana kostum yang digunakan paling
tepat bernuansakan merah dan warna keemasan.
d. Tanya : Apakah para pendukung seperti pengrawit, dan pesinden
memerlukan tata rias dan busana khusus untuk pagelaran Tari
Topeng Slarang Lor pasca ngamen?
Jawab :Sebagai bagian penting dari suatu pergelaran pra pengrawit
dan pesinden semenjak dulu yang berdandan dan berkostum yang
baik. Tentu saja mereka pun harus bermakeup sebagaimana
penampilan layaknya pendukung pagelaran. Adapun pengalaman di
jaman susah mereka berkeliling ngamen dari desa ke desa dengan
kostum apa adanya bahkan berpenampilan apa adanya yak arena
bukan pergelaran resmi seperti sekarang ini. Jadi soal kostum dan
mikup itu sangat penting jika kesenian ingin dihormati dan jadi
cirri bangsa ini.
198
Lampiran 7
PETA DESA SLARANG LOR
199
Lampiran 8.
200
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar Persiapan Pertunjukan
(Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
201
Gambar Proses Pengambilan Data
(Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
202
Gambar Proses Pengambilan Data
(Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
203
Gambar Rombongan Pertunjukan tari Topeng Slarang Lor serta kru
(Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
204
Gambar Kantor Kelurahan Desa Slarang Lor
(Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
205
Lampiran 9.
Biodata Peneliti
Nama : Irchami Putriningtyas
Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 8 Februari 1991
Alamat : Tegal
E-mail : [email protected]
Orang tua Ayah : Imam Purwanto, S.Pd
Orang tua Ibu : Sritorisni, S.Pd