gaya bahasa dalam kumpulan puisi ritus konawesitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/a1d110132_sitedi_bahrin...

130
GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWE KARYA IWAN KONAWE SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni OLEH BAHRIN A1D1 10 132 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016

Upload: hanguyet

Post on 02-Feb-2018

271 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWE

KARYA IWAN KONAWE

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

OLEH

BAHRIN

A1D1 10 132

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016

Page 2: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan
Page 3: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan
Page 4: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah , Maha Suci bagi-Nya, yang tiada beranak dan

tiada diperanakkan, dan tiada pula ada sesuatu yang mirip dengan-Nya. Salam dan

shalawat semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah , nabi yang

menyempurnakan agama Allah yang patut dijadikan teladan bagi semua umat

terkhusus bagi pribadi penulis.

Nikmat yang begitu besar, syukur yang tiada terkira terucap untuk-Nya.

Tiada terbayang jika akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Ritus Konawe Karya Iwan

Konawe”. Semakin bertambah hari, penulis semakin banyak mengetahui

kelemahan diri beserta keinginannya yang tidak sebanding dengan kekuatannya

untuk menghasilkan karya yang mendekati kualitas paling baik. Penulis

menyadari bahwa penulisan karya tulis ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada

dorongan, bantuan moril dan materil, dan bimbingan dari berbagai pihak.

Ucapan terima kasih yang teristimewa serta rasa hormat yang paling tinggi

kepada Ayahanda Hadu Haruna. dan Ibunda Ruhaeni yang senantiasa

memberikan cinta dan kasihnya sejak kecil, terlebih lagi saat penulis akan

memperoleh gelar sarjana. Semoga Allah menempatkan mereka di antara

kekasih-kekasih-Nya di akhirat kelak. Terima kasih pula kepada keenam

saudaraku, Ruiyana, Faisal, Nisma, Muh. Taris, Fiqran, dan Muhammad Fahri,

yang telah memberikan dukungan penuh demi terselesaikannya studi S1 penulis.

Page 5: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

v

Karya tulis ini merupakan hasil dari proses kreatif telah menyita waktu,

tenaga, dan pikiran. Oleh karena itu, jika pada akhirnya dapat memberi manfaat

kepada pembaca, maka hal itu tidak terlepas dari arahan Dra. Hj. Erny Harijaty,

M.Hum. selaku pembimbing I dan Dra. Sri Suryana Dinar, M.Hum. selaku

pembimbing II. Ucapan terima kasih dan rasa hormat sepatutnya ditujukan kepada

kedua pembimbing tersebut karena mereka telah meluangkan waktu untuk selalu

memberikan arahan, nasihat, dan bimbingan kepada penulis selama penyelesaian

penulisan skripsi. Semoga umur yang panjang serta kesehatan dan keselamatan

selalu tercurah pada keduanya. Ucapan terima kasih pula, penulis sampaikan

kepada Dr. La Ino, M.Hum., Dra. Hj. Nurlaela, M.Pd., dan Sulfiah, S.Pd.,

M.Hum. yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun, guna

membenahi segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga perbuatan baik tersebut bernilai ibadah di mata Allah .

Ucapan terima kasih yang mendalam dan penghargaan yang besar tidak

lupa penulis sampaikan kepada Prof. Ir. H. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor

Universitas Halu Oleo, Prof. Dr. La Iru, S.H, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Dra. Lelly Suhartini, M.Hum., selaku Ketua

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, dan Yunus, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Sebelum sampai pada tahap penelitian, tentu penulis banyak di bekali

ilmu, pengetahuan, arahan, motivasi, dan bimbingan selama berada di ruang

perkuliahan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan terima

kasih kepada seluruh dosen lingkup Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Page 6: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

vi

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan terima kasih kepada

sahabatku Irmansyah, Nasir, Sarfirudin dan Sugeng. Keempat sosok tersebut

bersedia mendengarkan keluh kesah, menemani dalam suka maupun duka, dan

mampu membangkitkan semangat, sehingga penulis bisa berada pada tahap ini.

Dorongan dan motivasi yang mereka berikan sangat dirasakan manfaatnya oleh

penulis. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka. Kepada teman sejawat

KKN Nusantara II Kabupaten Buton Selatan Posko Desa Bola, Asrul, Kasliono,

Safrian Adiguna Pangerang, Ibnu Khaldun Aziz, Siti Halima, dan Nurfitriani Litta

penulis menyampaikan terima kasih yang sangat besar. Tanpa mereka pula,

penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Semoga Allah memberikan

banyak rezeki dan jodoh yang baik untuk kebahagiaan mereka.

Tak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Djaus Pagala,

Bapak Boby, dan Bapak Yakob Pakodongan Kende yang telah banyak

memberikan bantuan selama penulis berada di kota perantauan ini. Semoga

mereka diberi umur yang panjang dan dijauhkan dari penyakit oleh Allah .

Kepada teman-teman mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra

Indonesia, Abdul Haris, Yuyun Ermawan, Gusal, Kajir, Feri, Risdam, La Ota,

Aras, Murdipin, teman-teman dan Senior Laskar sastra, Paman Salim, Inal,

Murniana, Onzi Marnazira, Ikin, Rauf, Emy, dan masih banyak lagi yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kebersamaan mereka bernilai ibadah

di hadapan Allah .

Page 7: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

vii

Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berserah diri dan mohon

ampunan atas segala kesalahan. Kepada-Nya jugalah penulis memohon, semoga

Allah . membalas segala kebaikan pihak yang telah memberikan andil dalam

terwujudnya skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dalam

bentuk moril maupun materiil. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada

kita semua, amin.

Kendari, Mei 2016

Penulis,

Page 8: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii

PENGESAHAN ................................................................................................ iii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

ABSTRAK ......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

1.5 Batasan Operasional .......................................................................... 4

1.6 Ruang lingkup penelitian .................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1 Pengertian Puisi .................................................................................. 6

2.2 Struktur Batin Puisi ............................................................................ 7

2.3 Struktur Fisik Puisi ............................................................................ 9

2.4 Gaya Bahasa ...................................................................................... 12

2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat ............................ 13

2.4.2 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung tidaknya Makna ............. 15

2.4.2.1 Gaya Bahasa Retoris ..................................................... 15

2.4.2.2 Gaya Bahasa Kiasan ...................................................... 24

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ....................................... 32

3.1 Metode dan Jenis Penelitian .............................................................. 32

3.1.1 Metode Penelitian ...................................................................... 32

3.1.2 Jenis Penelitian .......................................................................... 33

3.2 Data dan Sumber Data ....................................................................... 33

3.2.1 Data ............................................................................................ 33

3.2.2 Sumber Data .............................................................................. 33

3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 33

3.4 Teknik Analisis Data ......................................................................... 34

Page 9: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 35

4.1 Sekilas Tentang Penyair kumpulan puisi Ritus Konawe .................. 35

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan...................................................... 36

4.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat ..................................... 36

4.3.1 Gaya Bahasa Repetisi .............................................................. 36

4.4 Gaya Bahasa Berdasarkan langsung tidaknya makna ....................... 48

4.4.1 Gaya Bahasa Retoris ................................................................ 48

4.4.1.1 Gaya Bahasa Aliterasi.................................................. 48

4.4.1.2 Gaya Bahasa Asonansi ................................................ 73

4.4.1.3 Gaya Bahasa Hiperbol .................................................100

4.4.2 Gaya Bahasa Kiasan ................................................................102

4.4.2.1 Gaya Bahasa simile .....................................................102

4.4.2.2 Gaya Bahasa Personifikasi ..........................................104

4.5 Interpretasi Data ................................................................................105

4.6 Relevansi penelitian terhadap pemelajaran di sekolah......................106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................108

5.1 Simpulan ...........................................................................................108

5.2 Saran ..................................................................................................109

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................110

LAMPIRAN . .....................................................................................................111

Page 10: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

x

ABSTRAK

Penelitian ini membahas gaya bahasa dalam kumpulan puisi Ritus Konawe

Karya Iwan Konawe. Masalah dalam Penelitian ini yaitu gaya bahasa apa sajakah

yang terdapat dalam kumpulan puisi Ritus Konawe Karya Iwan Konawe. Tujuan

dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam

kumpulan puisi Ritus Konawe Karya Iwan Konawe. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research)

yaitu berupa kumpulan puisi Ritus Konawe Karya Iwan Konawe. Teknik yang

digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan teknik baca-catat. Dengan

teknik analisis data menggunakan pendekatan struktural dengan langkah (1)

mengidentifikasi gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Enam Pecah Batu, Kau

Ingatkah Tentang Pesta Kita, Kembali Ia Akan Memintal Waktu, Musim

Kemarau, Perawan Gunung, Ritus Konawe, dan Ritus Molulo. (2)

menginterpretasi data. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa tujuh puisi

yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Ritus Konawe Karya Iwan Konawe.

Dari hasil analisis data menunjukan bahwa dalam puisi karya Iwan Konawe

terdapat gaya bahasa repetisi, aliterasi, asonansi, hiperbol, simile, dan

personifikasi.

Kata Kunci: Puisi, Gaya Bahasa, Repetisi, Aliterasi, Asonansi, Hiperbol, Simile,

Personifikasi.

Page 11: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap

lingkungan yang ada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah.

Keindahan dalam karya sastra itu muncul, karena keselarasan bahasa dan pilihan

kata yang digunakan oleh pengarang. Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan

oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa. Bahasa digunakan

sebagai medium dalam karya sastra dalam hal ini peranan bahasa sangat besar.

Tujuan dan maksud sebuah karya sastra itu disampaikan oleh pengarang dengan

bahasa. Dalam sebuah karya sastra pengarang bisa mengolah kata atau memilih

kata yang memiliki nilai estetis. Keadaan suatu lingkungan sosial dapat

disampaikan oleh pengarang melalui sebuah karya sastra dengan kata-kata yang

padat.

Salah satu yang termasuk dalam karya sastra adalah puisi. Puisi adalah

keadaan jiwa atau perasaan penyair yang diekspresikan melalui tulisan yang

mengandung makna tertentu. Puisi juga merupakan luapan kejiwaan seseorang.

Salah satu karakter sebuah puisi terlihat dari segi kepadatan dalam penggunaan

bahasa. Sebagaimana diketahui bahasa merupakan medium utama dalam karya

Page 12: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

2

sastra termasuk puisi. Pengarang dalam menulis puisi selalu memilih kata-kata

padat. Efek dari penggunaan bahasa secara padat itu menimbulkan berbagai

bentuk gaya bahasa atau bahasa kiasan. Bahasa puisi sebagai karya sastra bersifat

konotatif karena banyak menggunakan makna kias atau makna yang tersirat.

Bahasa dalam puisi memiliki banyak kemungkinan makna dan mengandung gaya

bahasa yang harus dipahami secara mendalam. Jadi, untuk memahami makna dari

sebuah puisi harus dianalisis secara mendalam berdasarkan teori yang telah

ditetapkan. Sungguh menarik dilakukan penelitian terhadap gaya bahasa atau

bahasa kiasan dalam puisi. Hal ini dikarenakan gaya bahasa dapat dianalisis

dengan teori-teori yang mendukung untuk mengungkapkan makna yang tersirat

dalam puisi. Sebagaimana yang diketahui tidak semua pembaca dapat memaknai

sebuah puisi, karena puisi itu sendiri abstrak. Keabstrakan puisi itu, disebabkan

penggunaan bahasa secara khusus dalam sebuah puisi.

Puisi membicarakan berbagai aspek kehidupan baik yang nyata maupun

yang abstrak. Puisi memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan permasalahan

sosial melalui lambang bahasa atau pun simbol. Pembaca puisi merupakan

penikmat puisi. Puisi akan bermakna bila pembaca dapat memberikan makna puisi

itu sendiri. Untuk memahami puisi diperlukan bekal yang mumpuni untuk

memaknainya. Pengalaman pembaca puisi menentukan kemampuan untuk

memaknai puisi secara mudah dan sesuai dengan pengalaman hidupnya. Harus

disadari tidak semua pembaca memiliki kepekaan terhadap puisi dan makna yang

terkandung di dalam puisi. Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat

memahami struktur batin dan struktur fisik puisi. Pembaca yang baik juga dapat

Page 13: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

3

dilihat pada kemampuannya untuk memahami gaya bahasa atau bahasa kias.

Penulisan sebuah puisi tidak terlepas dari gaya pengarang dan kemampuannya

untuk menempatkan gaya bahasa dalam puisi. Penempatan gaya bahasa dalam

puisi memiliki makna dan arti tersendiri. Gaya bahasa juga dapat dikatakan

sebagai seni dalam menyajikan puisi kepada pembaca. Selain itu, gaya bahasa

memperdalam makna yang terkandung dalam sebuah puisi.

Kumpulan puisi Ritus Konawe Karya Iwan Konawe merupakan hasil

karya yang menggambarkan perjalanan penyair dan apa yang dialaminya.

Terkhusus wilayah di Sulawesi Tenggara yang didiami oleh etnik Tolaki.

Kumpulan Puisi Ritus Konawe Banyak membicarakan tentang ritual dan tradisi

etnik Tolaki itu sendiri. Hal itu dapat dilihat dari beberapa puisi yang berjudul

Ritus Molulo, Ritus Konawe, Ritus Maosehe, dan lainnya. Kumpulan puisi Ritus

Konawe juga tidak terlepas dari keseharian penyair yang begelut dalam dunia

teater. Penyair ahli dalam tata artistik dan tata cahaya dalam pertunjukan. Hal itu

dapat ditemui pada puisi yang berjudul Tata Lampu, Sutradara dan Lampu, dan

lainnya. Penyair juga sangat mahir memadukan kosakata yang bersifat kedaerahan

dengn kosakata bahasa Indonesia sehingga banyak menimbulkan gaya bahasa.

Itulah yang menyebabkan penulis tertarik meneliti gaya bahasa pada kumpulan

puisi Ritus Konawe karya Iwan Konawe tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini

adalah gaya bahasa apa sajakah yang terdapat dalam kumpulan puisi Ritus

Konawe Karya Iwan Konawe?

Page 14: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya bahasa

yang terdapat dalam kumpulan puisi Ritus Konawe karya Iwan Konawe.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun

praktis. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan

mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Ritus Konawe Karya Iwan Konawe.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa,

dan peneliti lainnya. Bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat dalam

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya pembelajaran puisi.

Sedangkan untuk siswa, penelitian ini bermanfaat untuk membantu pencapaian

indikator pembelajaran puisi. Sementara untuk peneliti lainnya, penelitian ini

bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penelitian berikutnya.

1.5 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran yang digunakan dalam

penenlitian ini maka diadakan batasan sebagai berikut.

1. Puisi merupakan kata-kata terbaik dalam susunan terbaik.

2. Gaya bahasa merupakan pemakaian bahasa yang sederhana dan tidak berlebih-

lebihan, tetapi efektif dan membangun lukisan deskripsi sesuatu secara konkret

dalam imajinasi.

Page 15: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

5

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mencakup gaya bahasa yang

terdapat dalam kumpulan puisi Ritus Konawe karya Iwan Konawe yang berjudul

Enam Pecah Batu, Kau Ingatkah Tentang Pesta Kita, Kembali Ia akan Memintal

Waktu, Musim Kemarau, Perawan Gunung, Ritus Konawe, dan Ritus Molulo.

Pemilihan Tujuh puisi tersebut dari tujuh puluh sembilan puisi yang ada,

berdasarkan pertimbangan agar relevan terhadap pembelajaran di sekolah baik

berdasarkan silabus, berdasarkan isi puisi, maupun diksi yang sesuai untuk

pembelajaran di sekolah. Puisi Ritus Konawe, dan Ritus Molulo menggambarkan

tradisi dan ritual etnik Tolaki. Puisi Kau Ingatkah Tentang Pesta Kita, dan

Kembali Ia akan Memintal Waktu menggambarkan sesuatu yang telah terlupakan

oleh zaman, Puisi Perawan Gunung menggambarkan kehidupan remaja zaman

modern ini. Sedangkan Puisi Enam Pecah Batu dan Musim Kemarau

menggambarkan situasi yang sering terjadi dalam kehidupan dan petuah dalam

mengarungi kehidupan.

Page 16: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Puisi

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu poetima

„membuat‟ atau poesis „pembuatan‟, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau

poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada

dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia sendiri, yang mungkin berisi

pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah

(Aminuddin, 2013: 134).

Menurut Waluyo dalam Siswanto (2013: 97) puisi adalah bentuk karya

sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan

disusun dengan mengonsentrasikan sruktur fisik dan struktur batinnya. Dalam

Wikipedia mengungkapkan bahwa puisi merupakan seni tertulis di mana bahasa

digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan atau selain arti semantiknya.

Pengertian puisi juga dikemukakan oleh Pradopo (2012: 7), bahwa puisi

adalah ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang

imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Pradopo (2012: 314) juga

mengungkapkan bahwa puisi ucapan atau ekspresi tidak langsung. Puisi juga

merupakan ucapan keinti pati masalah, peristiwa, ataupun narasi (cerita,

Page 17: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

7

penceritaan).

Hasanauddin (2002: 5) juga mengemukakan bahwa puisi merupakan

pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan. Perasaan dari

pikiran penyair yang masih abstrak dikonkretkan. Untuk mengkonkretkan

peristiwa-peristiwa yang telah direkam di dalam pikiran dan perasaan penyair,

puisi merupakan salah satu sasarannya.

Selain itu, Kosasih (2012: 97) juga mengemukakan bahwa puisi adalah

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan penuh makna,

keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan makna yang

terkandung dalam karya sastra.

Berdasarkan pengertian puisi tersebut dapat disimpulkan puisi adalah

sebuah karya seni yang puitis dan bermakna. puitis karena dalam

pengungkapannya dapat mengggugah pembaca atau penikmatnya. Puisi sarat

dengan makna. Karena puisi lahir merupakan hasil perenungan penyair dari

fenomena alam atau peristiwa sekitar.

2.2 Sruktur Batin Puisi

L.A. Richards menyebut struktur batin puisi dengan istilah hakikat puisi.

L.A. Richards berpendapat bahwa struktur batin puisi terdiri atas empat unsur

yaitu tema; makna (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat; tujuan ;

maksud (intention) (Siswanto, 2013: 112).

Page 18: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

8

1. Tema

Media puisi adalah bahasa. Salah satu tataran dalam bahasa adalah

hubungan tanda dengan makna yang dipelajari dalam semantik. Karena bahasa

berhubungan dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,

baris, bait, maupun makna secara keseluruhan (Siswanto, 2013: 112). Dengan

puisinya sang penyair ingin mengemukakan sesuatu bagi para penikmatnya. Sang

penyair melihat atau mengalami beberapa kejadian dalam kehidupan masyarakat.

Penyair ingin mengemukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-hal

dengan caranya sendiri (Tarigan, 2011: 10). Sesuaatu yang ingin dikemukakan

atau gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh penyair atau yang terdapat

dalam puisi inilah yang disebut tema (Siswanto, 2013: 113).

2. Rasa

Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasaalahan yang terkandung

dalam puisinya. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai dua orang atau

lebih menghadapi keadaan yang sama, tetapi justru dengan sikap yang berbeda.

Demikian pula halnya dengan cara penyair. Dua orang penyair atau lebih, dapat

menyairkan obyek yang sama dengan sikap yang berbeda (Tarigan, 2011: 12).

3. Nada

Nada dalam perpuisian adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya.

Dengan kata lain sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya (Tarigan,

2011: 18). Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang

dalam menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama

Page 19: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

9

dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja

kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca

(Siswanto, 2013: 113).

4. Tujuan

Sadar maupun tidak ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan

puisi. ( Siswanto, 2013: 114). Apakah tujuan ini pertama kali untuk memenuhi

kebutuhan pribadi sendiri atau yang lainnya, bergantung kepada pandangan hidup

sang penyair (Tarigan, 2011 : 20).

2.3 Sruktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi sering disebut metode puisi. Struktur fisik puisi

mencangkup perwajahan puisi, diksi, pengimajian, kata konkret, majas atau

bahasa figuratif, dan verifikasi (Siswanto, 2013: 102).

1. Perwajahan Puisi (Tipografi)

Tipografi dalam puisi merupakan cara penulisan puisi yang dimaksudkan

untuk menimbulkan bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual (Husba,

2010: 18). Perwajahan adalah penulisan dan pengaturan kata, larik, dan bait dalam

puisi. Pada puisi konvensional, setiap satu larik tidak selalu mencerminkan satu

pernyataan. Mungkin saja satu pernyataan ditulis dalam satu atau dua larik,

bahkan bisa lebih. Larik dalam puisi tidak selalu dimulai dengan huruf besar dan

diakhiri dengan tanda titik. Kumpulan pernyataan-pernyataan dalam puisi tidak

membentuk paragraf, tetapi membentuk bait. Sebuah bait dalam suatu puisi

mengandung satu pokok pikiran. Pengaturan dalam bait-bait ini sudah berkurang

Page 20: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

10

atau sama sekali tidak ada pada puisi modern atau puisi kontemporer. Bahkan

puisi kontemporer tipografinya bisa membentuk suatu gambar. Orang

menyebutnya sebagai konkret (Siswanto, 2013: 102).

2. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam

puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata

dapat mengungkapkan banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.

Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi,

dan urutan kata. Pemilihan kata berhubungan erat dengan latar belakang penyair.

Semakin luas wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang

digunakan. Kata dalam puisi tidak hanya sekadar kata-kata yang dihafalkan, tetapi

sudah mengandung pandangan pengarang (Siswanto, 2013: 104).

3. Imaji

Semua penyair ingin menyuguhkan pengalaman batin yang pernah

dialaminya kepada para penikmat karyanya. Salah satu usaha untuk memenuhi

keinginan tersebut adalah dengan pemilihan serta penggunaan kata-kata yang

tepat dalam karya mereka. Pilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat itu dapat

dapat memperkuat serta memperjelas imajinasi pikiran manusia dan energi

tersebut dapat pula mendorong imajinasi untuk menjelmakan gambaran yang

nyata (Tarigan, 2011: 30-31).

Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk mennimbulkan

suasana khusus, untuk membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan

Page 21: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

11

penginderaan dan juga untuk menarik perhatian, penyair menggunakan gambaran-

gambaran angan (pikiran). Gambaran-gambaran angan dalam sajak itu disebut

Citraan (imagery). Citraan ini ialah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa

yang menggambarkannya, sedang setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji

(image) (Pradopo, 2012: 79-80).

4. Kata Konkret

Salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau imajinasi para

penikmat suatu sajak adalah dengan mempergunakan kata-kata yang tepat, kata-

kata yang konkret, yang dapat menyarankan suatu pengertian yang menyeluruh

(Tarigan, 2011: 32). Sedangkan pengertian itu sendiri menurut Siswanto (2013:

107) adalah kata-kata yang dapat ditangkap oleh indra. Dengan kata konkret akan

memungkinkan imaji muncul.

5. Majas

Cara lain yang sering dipergunakan oleh para penyair untuk

membangkitkan imajinasi adalah dengan memanfaatkan majas atau figurative

language, yang merupakan bahasa kias atau gaya bahasa (Tarigan, 2011: 33).

Majas ialah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan

menimbulkan konotasi tertentu (Sudjito dalam Siswanto, 2013: 108). Adanya

bahasa kiasan menyebabkan sajak menarik perhatian, menimbulkan kesegaran,

hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan

mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran

menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup (Pradopo, 2012: 62).

Page 22: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

12

6. Verifikasi (Rima, Ritme dan Metrum)

Verifikasi dalam puisi terdiri atas rima, ritme, dam metrum. Rima adalah

persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi.

Sedangkan ritma merupakan tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya

bunyi. Ritma sangat menonjol bila puisi itu dibacakan. Para ahli menyamakan

ritma dan metrum (Siswanto, 2013: 110-111). Tarigan juga Menyebutkan ritme

adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima adalah persamaan bunyi

(Tarigan, 2011: 35).

2.4 Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah

style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk

menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan

mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu

penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu

berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan

kata-kata secara indah (Keraf, 2000: 112).

Style (gaya bahasa) menurut Abrams adalah cara pengucapan bahasa atau

bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan

(Nurgiyantoro, 2010: 276). Pradopo (2012: 93) juga mengemukakan gaya bahasa

ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup

dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati

pembaca.

Page 23: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

13

Gorys Keraf (2000: 113) memberikan batasan tentang pengertian style

atau gaya bahasa yaitu cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas

yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Berikut

dipaparkan pembagian gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan gaya

berdasarkan langsung tidaknya makna menurut Gorys keraf.

2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Sruktur Kalimat

1. Klimaks

Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik.

Klimaks adalah gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap

kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.

Contoh:.

1) Di samping itu, sastrawan mempunyai waktu yang cukup panjang untuk

memilih, merenungkan bahkan menciptakan cara-cara baru dan bentuk-

bentuk tertentu dalam penyampaian maksudnya, mereka juga mempunyai

kebebasan yang luas untuk menyimpang dari tulisan biasa

(Keraf, 2000: 124).

2. Antiklimaks

Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur.

Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-

gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang

penting.

1) Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak di Ibu kota negara,

Page 24: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

14

ibu kota – ibu kota propinsi , kabupaten, kecamatan, dan semua desa di

seluruh Indonesia (Keraf, 2000: 125).

3. Paralelisme

Paralelisme (persejajaran) ialah mengulang isi kalimat yang maksud

tujuannya serupa. Kalimat yang berikut hanya dalam satu atau dua kata berlainan

dari kalimat yang mendahului. Contoh:

1) Segala kulihat segala membayang,

Segala kupegang segala mengenang (Pradopo, 2012 : 97).

4. Antitesis

Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan

yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang

berlawanan. Gaya ini timbul dari kalimat berimbang. Contoh:

1) Hingga kini kusimpan engkau dalam lubuk hatiku. Tetapi mulai kini

engkau kuenyahkan jauh-jauh bagai musuh yang kejam.

2) Ia sering menolak, tapi sekali pun tak pernah melukai hati

(Keraf, 2000: 126).

5. Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat

yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang

sesuai. Contoh:

1) Maukah kau pergi bersama serangga-seranga tanah, pergi bersama

kecoak-kecoak, pergi bersama mereka yang menyusupi tanah,

Page 25: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

15

menyusupi alam? (Keraf 2000: 127).

2.4.2 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

2.4.2.1 Gaya Bahasa Retoris

1. Aliterasi

Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang

sama. Dipergunakan untuk perhiasan atau untuk penekanan. Contoh:

1) Takut titik lalu tumpah.

2) Keras-keras kerak kena air lembut juga (Keraf, 2000: 130).

2. Asonansi

Asonansi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang

sama. Dipergunakan untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan.

Contoh:

1) Ini muka penuh luka siapa punya.

2) Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. (Keraf, 2000: 130).

3. Anastrof

Anastrof atau inversi adalah gaya retoris yang diperoleh dengan

pembalikan susunan kata yang dalam kalimat. Contoh:

1) Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya

(Keraf, 2000: 130).

Page 26: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

16

4. Apofasis

Apofasis atau disebut juga preterisio merupakan sebuah gaya di mana

penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.

Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal

itu. Berpura-pura melindungi atau menyembunyikan sesuatu, tetapi sebenarnya

memamerkannya. Contoh:

1) Jika saya tidak menyadari reputasimu dalam kejujuran, maka sebenarnya

saya ingin mengatakan bahwa anda pasti membiarkan anda menipu diri

sendiri.

2) Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah

menggelapkan ratusan juta rupiah uang Negara (Keraf, 2000: 130).

5. Apostrof

Apostrof adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para

hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dipergunakan oleh

orator klasik. Dalam pidato yang disampaikan kepada suatu massa, sang orator

secara tiba-tiba mengarahkan pembicaraannya langsung kepada sesuatu yang

tidak hadir: kepada mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau obyek

khayalan atau sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara kepada

para hadirin. Contoh:

1) Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air

tercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan

seperti yang pernah kamu perjuangkan. (Keraf, 2000: 131).

Page 27: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

17

6. Asindenton

Asindenton adalah gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan

mampat dimana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak

dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja

dengan koma, seperti ucapan terkenal dari Julius Caesar: Veni, vidi, vici, “saya

datang, saya lihat, saya menang”.

Perhatikan pula contoh berukut:

1) Dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik

penghabisan orang melepaskan nyawa. (Keraf, 2000: 131).

7. Polisindeton

Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton.

Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain

dengan kata-kata sambung. Contoh:

1) Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak

mengerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya?

(Keraf, 2000: 131).

8. Kiasmus

Kiasmus ialah sarana retorika yang menyatakan sesuatu diulang, dan salah satu

bagian kalimatnya dibalik posisinya. Contoh:

1) Begitu banyak maaf, buat begitu banyak dosa

Begitu banyak dosa, buat begitu banyak maaf (Pradopo, 2012: 100).

Page 28: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

18

9. Elipsis

Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur

kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafisirkan sendiri oleh pembaca atau

pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang

berlaku. Contoh:

1) Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa,

badanmu sehat; tetapi psikis …(Keraf, 2000: 132).

10. Eufemismus

Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata yunani euphemizein

yang berarti “ mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan

tujuan yang baik”. Sebagai gaya bahasa, eufemisme adalah acuan berupa

ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-

ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan

menghina, menyinggung perasaan atau menyugestikan sesuatu yang tidak

menyenangkan. Contoh:

1) Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (= mati).

2) Pikiran sehatnya semakin merosot saja akhir-akhir ini (= gila)

(Keraf, 2000: 132).

11. Litotes

Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan

tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya.

Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya. Contoh:

Page 29: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

19

1) Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.

2) Rumah yang buruk inilah yang merupakan hasil usaha kami bertahun-

tahun lamanya. (Keraf, 2000: 133).

12. Histeron proteron

Histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari

sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. Misalnya

menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa. Contoh:

1) Jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk berteduh dengan

tenang.

2) Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya

(Keraf, 2000: 133).

13. Pleonasme dan tautologi

Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang

mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk

menyatakan satu pikiran atau gagasan. Walaupun secara praktis kedua istilah itu

disamakan saja, namun ada yang ingin membedakan keduanya. Suatu acuan yang

disebut pleonasme bila kata yang berleihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh.

Sebaliknya acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya

mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain. Contoh:

1) Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.

2) Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.

3) Darah yang merah itu melumuri seluruh tubuhnya.

Page 30: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

20

Ungkapan di atas adalah pleonasme karena semua acuan itu kerap utuh

dengan makna yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata: dengan telinga saya,

dengan mata kepala saya, dan yang merah itu. Contoh:

1) Ia tiba jam 20.00 malam waktu setempat.

2) Globe itu bundar bentuknya.

Acuan di atas disebut tautologi karena kata berlebihan itu sebenarnya

mengulang kembali gagasan yang sudah disebut sebelumnya., yaitu malam sudah

tercakup dalam jam 20.00, dan bundar sudah tercakup dalam globe

(Keraf, 2000: 134).

14. Perifrasis

Perifrasis adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu

mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak

dalam hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan

satu kata saja. Contoh:

1) Ia telah beristirahat dengan damai. (= mati atau meninggal).

2) Jawaban bagi permintaan saudara adalah tidak (= ditolak)

(Keraf, 2000: 134).

15. Prolepsis

Prolepsis atau antisipasi adalah gaya bahasa di mana orang

mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau

gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya dalam mendeskripsikan peristiwa

kecelakaan dengan pesawat terbang, sebelum sampai kepada peristiwa itu sendiri,

Page 31: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

21

penulis sudah mempergunakan kata pesawat yang sial itu. Padahal kesialan baru

terjadi kemudian. Perhatikan pula kalimat-kalimat berikut yang mengandung

gaya prolepsis atau antisipasi itu:

1) Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sedan biru (keraf, 2000: 134).

16. Erotesis

Erotesis atau pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang dipergunakan

dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya

suatu jawaban. Gaya ini biasanya dipergunakan sebagai salah satu alat yang

efektif oleh para orator. Contoh:

1) Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing menghendaki

pula imbalan jasa. Herankah Saudara kalau harga-harga itu terlalu tinggi?

2) Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua korupsi dan manipulasi

di negara ini? (Keraf, 2000: 134).

17. Silepsis

Silepsis dan zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua

kontruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang

sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.

Dalam silepsis, kontruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar, tetapi

secara semantik tidak benar. Contoh:

1) Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

2) Fungsi dan sikap bahasa.

Page 32: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

22

Kontruksi yang lengkap adalah kehilangan topi dan kehilangan semangat,

yang satu memiliki makna denotasional, yang lain memiliki makna kiasan;

demikian ada juga konstruksi fungsi bahasa dan sikap bahasa namun makna

gramatikalnya berbeda, yang satu berarti “fungsi dari bahasa” dan yang lain

“sikap terhadap bahasa”.

Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata

berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu daripadanya (baik secara

logis maupun secara gramatikal). Contoh:

1) Dengan membelalak mata dan telinganya, ia megusir orang itu.

2) Ia menundukkan kepala dan badannya untuk member hormat kepada kami

(Keraf, 2000: 135).

18. Koreksio

Koreksio atau Epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula

menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Contoh:

1) Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali

(Keraf, 2000: 135).

19. Hiperbol

Hiperbol adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang

berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (Keraf, 2000: 135). Pradopo

(2012: 98) juga menyatakan bahwa hiperbola merupakan sarana yang melebih-

lebihkan suatu hal atau keadaan. Maksudnya untuk menyangatkan, untuk

intensitas dan ekspresivitas. Contoh:

Page 33: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

23

1) Jangan tantang lagi aku

Nanti darahku jadi beku (Pradopo, 2012: 98).

20. Paradoks

Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata

dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik

perhatian karena kebenarannya (Keraf, 2000: 136). Pradopo juga mengemukakan

paradoks adalah sarana retorika sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara

berlawanan, tetapi sebetulnya tidak bila sungguh-sungguh dipikirkan dan

dirasakan (Pradopo, 2012: 99) Contoh:

1) Hidup yang terbaring mati (Pradopo, 2012: 99).

21. Oksimoron

Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-

kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan,

oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan

mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu

sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks. Contoh:

1) Keramah-tamahan yang bengis.

2) Untuk menjadi manis seseorang harus menjadi kasar.

3) Dengan membisu seribu kata, mereka sebenarnya berteriak-teriak agar

diperlakukan dengan adil (Keraf, 2000: 136).

Page 34: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

24

2.4.2.2 Gaya Bahasa Kiasan

1. Simile

Simile atau persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang

dimaksud perbandingan eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu

sama dengan hal lain. Untuk itu ia memerlukan upaya yang secara eksplisit

menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata : seperti, sama, sebagai, bagaikan,

laksana, dan sebagainya (Keraf, 2000: 138). Contoh:

1) Bibirnya seperti delima merekah

2) Matanya seperti bintang timur

Kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan obyek pertama yang

mau dibandingkan. Ccontoh:

1) Seperti menating minyak penuh

2) Bagai air di daun talas

3) Bagai duri di dalam daging

2. Metafora

Metafora adalah suatu gaya bahasa yang membandingkan satu benda dengan

benda lainnya secara langsung (Minderop, 2005: 53). Keraf (2000: 139) juga

menyatakan Metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara

langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati,

cindera mata, dan sebagainya.

Page 35: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

25

3. Alegori, Parabel, dan Fabel

Bila sebuah metafora mengalami perluasan, maka ia dapat berwujud

alegori, parabel, atau fabel. Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung

kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam

alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya

selalu jelas tersurat.

Parabel (parabola) adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh

biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral.

Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di

mana binatang-binatang bahkan makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-

olah sebagai manusia. Tujuan fabel seperti parabel ialah menyampaikan ajaran

moral atau budi pekerti. Fabel menyampaikan suatu prinsip tingkah laku melalui

analogi yang transparan dari tindak-tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan atau

makhluk yang tak bernyawa (Keraf, 2000: 140).

4. Personifikasi

Personifikasi atau prosopopoeia adalah gaya bahasa kiasan yang

menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa

seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanaan) merupakan

suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak,

berbuat, berbicara seperti manusia. (Keraf, 2000: 140). Minderop (2005: 53) juga

mengemukakan Personifikasi adalah suatu proses penggunaan karakteristik

manusia untuk benda-benda non manusia, termasuk abstraksi atau gagasan.

Contoh:

Page 36: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

26

1) Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi

ketakutan kami.

2) Kulihat ada bulan di kotamu lalu turun di bawah pohon belimbing depan

rumahmu barangkali ia menyeka mimpimu. (Keraf, 2000: 140).

5. Alusi

Alusi adalah acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang,

tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit

atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam

kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra yang terkenal. Misalnya

dulu sering dikatakan bahwa Bandung adalah Paris Jawa. Demikian dapat

dikatakan: Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya. Kedua

contoh ini merupakan alusi (Keraf, 2000: 141).

6. Eponim

Eponim adalah gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering

dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan

sifat itu. Misalnya: Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan: Hellen dari

Troya untuk menyatakan kecantikan (Keraf, 2000: 141).

7. Epitet

Epitet (epiteta) adalah acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang

khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa

deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau sutu barang.

Contoh:

Page 37: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

27

1) Lonceng Pagi untuk ayam jantan.

2) Puteri malam untuk bulan

3) Raja rimba untuk singa, dan sebagainya (Keraf, 2000: 141).

8. Sinekdoke

Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani

synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah bahasa

figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk keseluruhan (pars

pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum

pro parte) (Keraf, 2000: 141). Pradopo (2012: 78) juga mengemukakan sinekdoke

adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda

(hal) untuk benda atau hal itu sendiri. Contoh:

1) Ku jelajah bumi dan alis kekasih

Bumi itu totum pro parte, sedangkan alis kekasih itu pars pro toto.

2) Kupanjat dinding dan hati wanita

Keduanya adalah pars pro toto (Pradopo, 2000: 78).

9. Metonimia

Kata metonimia diturunkan dari kata Yunani meta yang berarti

menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti nama. Dengan demikian,

metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk

menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.

Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang

yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan

Page 38: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

28

kulitnya, dan sebagainya (Keraf, 2000: 142). Contoh pada penggalan puisi

dibawah ini:

1) Tak ada perisai terhadap nasib

Kematian meletakkan tangannya yang dingin pada raja-raja

Tongkat kerajaan dan mahkota

Harus runtuh

Dan di debu disamaratakan

Dengan sabit dan sekop miskin bengkok.

Tongkat kerajaan dan mahkota untuk menggantikan pemerintah (raja-raja),

sedangkan sabit dan sekop untuk menggantikan orang kebanyakan

(Pradopo, 2012: 78).

10. Antonomasia

Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang

berwujud penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, atau gelar

resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Contoh:

1) Yang mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.

2) Pangeran yang meresmikan pembukaan seminar itu (Keraf, 2000: 142).

11. Hipalase

Hipalase adalah gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan

untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata

lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu kebalikan

dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan. Contoh:

Page 39: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

29

1) Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah

manusianya, bukan bantalnya) (Keraf, 2000: 142).

12. Ironi, Sinisme, dan sarkasme.

Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura.

Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin

mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang

terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Ironi merupakan suatu upaya literer

yang efektif karena ia menyampaikan impresi yang mengandung pengekangan

yang besar. Entah dengan sengaja atau tidak, rangkaian kata-kata yang

dipergunakan itu mengingkari maksud yang sebenarnya. Sebab itu, ironi akan

berhasil kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di balik

rangkaian kata-katanya. Contoh:

1) Tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga semua

kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!

2) Saya tahu anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang

perlu mendapat tempat terhormat!

Kadang-kadang dipergunakan juga istilah sinisme yang diartikan sebagai

suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap

keikhlasan dan ketulusan hati. Bila contoh mengenai ironi diatas diubah, maka

akan dijumpai gaya yang bersifat sinis.

1) Tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga semua

kebijaksanaan akan lenyap bersamamu!

2) Memang anda adalah seorang gadis yang tercantik di seantero jagad ini

Page 40: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

30

yang mampu menghancurkan seluruh isi jagad ini.

Dengan kata lain, sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatnya. Sarkasme

merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari dari ironi dan sinisme. Ia adalah

suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dapat

saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu

akan menyakiti hati dan kurang enak didengar. Contoh:

1) Mulut kau harimau kau.

2) Kelakuanmu memuakkan saya (Keraf, 143-144).

13. Satire

Uraian yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya disebut

satire. Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang penuh berisi

macam-macam buah-buahan. Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau

menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung

kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan

perbaikan secara etis maupun estetis (Keraf, 2000: 144).

14. Inuendo

Inuendo adalah sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering tampaknya

tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu. Contoh:

1) Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu

kebanyakan minum.

2) Ia menjadi kaya-raya karena sedikit mengadakan komersialisasi

Page 41: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

31

jabatannya (Keraf, 2000: 144).

15. Antifrasis

Antifrasis adalah ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan

makna kebalikannya. Contoh:

1) Lihatlah sang Raksasa telah tiba (maksudnya si Cebol).

2) Engkau memang orang yang mulia dan terhormat! (Keraf, 2000: 145).

16. Paronomasia

Paronomasia atau Pun adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan

bunyi. Ia merupakan permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi,

tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya. Contoh:

1) Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

2) “Engkau orang Kaya!” “Ya, Kaya monyet!” (Keraf, 2000: 145).

Page 42: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

32

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Metode deskriptif mengandung pengertian bahwa penelitian ini

menguraikan data secara objektif sesuai dengan data yang ditemukan dalam puisi.

Sementara itu, kualitatif mengandung pengertian bahwa dalam menjelaskan

konsep-konsep yang berkaitan satu sama lain digunakan kata-kata atau kalimat,

bukan mengandung angka-angka statistik. Jadi metode deskriptif kualitatif adalah

metode yang digunakan untuk menguraikan data secara objektif dengan

menggunakan kata-kata atau kalimat.

3.1.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan (library research).

Dikatakan penelitian kepustakaan karena data penelitian diperoleh dari buku

kepustakaan yaitu kumpulan puisi Ritus Konawe Karya Iwan Konawe.

Page 43: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

33

3.2 Data dan Sumber Data

3.2.1 Data

Data penelitian ini diambil dari kumpulan puisi Ritus Konawe karya Iwan

Konawe yang diterbitkan oleh Framepublishing, Yogyakarta pada tahun 2014

dengan 104 halaman. Kumpulan Puisi Ritus Konawe Karya Iwan konawe

merupakan buku kumpulan puisi perdana Karya Iwan Konawe. Sebelumnya puisi-

puisi iwan konawe diantologikan pada beberapa antologi bersama yaitu Sendiri,

Sendiri 2, Malam Bulan Puisi, Tanah Merah Tanah Sorume Tanah Mekongga, dan

Teluk Bahasa. Puisinya juga dimuat di berbagai media, diantaranya Kendari Pos,

majalah Gong, dan rumahlebah ruangpuisi.

3.2.2 Sumber Data

Sumber Data dalam penelitian ini adalah data tertulis, yaitu Tujuh puisi

yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Ritus Konawe karya Iwan Konawe

yaitu Enam Pecah Batu, Kau Ingatkah Tentang Pesta Kita, Kembali Ia akan

Memintal Waktu, Musim Kemarau, Perawan Gunung, Ritus Konawe, dan Ritus

Molulo dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik baca-catat.

Adapun langkah kerja teknik baca-catat dalam pengumpulan data ini adalah

sebagai berikut:

a. Membaca puisi Iwan Konawe sebagai objek kajian yang akan dianalisis.

b. Mencatat seluruh data hasil pembacaan yang mengenai gaya bahasa.

Page 44: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

34

3.4 Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan

Struktural. Pendekatan sruktural yaitu pendekatan yang menelaah karya sastra dari

segi unsur demi unsur secara terpisah dengan tetap memperhatikan hubungan

unsur yang satu dengan unsur yang lainnya karena segala unsur itu saling terikat,

saling berkaitan, dan saling bergantung (Pradopo, 2012:118-119). Pradotokusumo

(2002: 47) juga menyebutkan bahwa pendekatan struktural yaitu pendekatan di

mana segala aspek bentuk dan isi karya sastra kait-mengait.

Pendekatan strukturalisme menempatkan karya sastra atau peristiwa di

dalam masyarakat menjadi satu keseluruhan karena adanya reaksi timbal balik

antara bagian-bagiannya dan antara bagian dari keseluruhan (Wahid, 2004: 78).

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis yaitu (1) mengidentifikasi

gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Enam Pecah Batu, Kau Ingatkah Tentang

Pesta Kita, Kembali Ia akan Memintal Waktu, Musim Kemarau, Perawan

Gunung, Ritus Konawe, dan Ritus Molulo. (2) menginterpretasi data.

Page 45: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sekilas Tentang Penyair Kumpulan Puisi Ritus Konawe

Iwan Konawe bernama asli Irawan Tinggoa, lahir di Anggaberi 8 Oktober

1980. Belajar kesenian sejak bergiat di Teater Kesenian Kendari tahun 1999

sampai sekarang. Pernah melakukan pameran tunggal instalasi yang bertajuk

“Topeng Indonesia” di Taman Budaya Sulawesi Tenggara tahun 2000. Bersama

teater sendiri telah melakukan pertunjukan teater di Kendari, Banjarmasin, Bali,

Mataram, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Menjadi penata

cahaya dan artistik diberbagai sanggar dan kegiatan kesenian di Sulawesi

Tenggara. Mengikuti kegiatan Temu Sastra Kepulauan dan Kampung Budaya IV

di Takalar tahun 2004 dan Temu Teater Kawasan Timur Indonesia (Katimuri) di

Banjarmasin, Surabaya, dan Mataram. Puisinya diantologikan pada beberapa

antologi bersama, yaitu Sendiri, Sendiri 2, Malam Bulan Puisi, dan Tanah Merah

Tanah Sorume Tanah Mekongga, dan Teluk Bahasa. Puisinya juga dimuat di

berbagai media, di antaranya Kendari Pos, majalah Gong, dan rumahlebah

ruangpuisi. Tahun 2005 mengikuti program Magang Nusantara Yayasan Kelola di

Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), khusus bidang tata artistik dan tata cahaya. Ia

juga aktif mendorong kegiatan sastra terutama di pelosok Uepai, Kabupaten

Konawe dan Kolaka. Membentuk Komunitas Rumput Kendari, Studio

Page 46: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

36

Dokumentasi Pertunjukan, Teater Kolaka, Rumah Puncak Puisi Kolaka,

dan Kelompok Teras Budaya (KLOTER-B), Kendari. Kini ia bergiat di Rumah

Pengetahuan, Kendari, sebuah ruang publik dengan layanan Pendidikan dan

Kesenian yang merupakan bagian dari pengembangan IDEA Project, Kendari.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil dari penelitian ini adalah Tujuh Puisi Iwan Konawe yang terdapat

dalam kumpulan puisi Ritus Konawe Mengenai gaya bahasa. Pemaparan hasil

penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

4.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

4.3.1 Gaya Bahasa Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat

yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang

sesuai. Penggunaan gaya bahasa ini dalam kumpulan puisi Ritus Konawe

diuraikan sebagai berikut.

a. Enam Pecah Batu

Bait pertama

Tuan beri aku

Patahan-patahan kata

Sebagai tanda cinta

Katamu,”Carilah enam pecahan batu

Untuk kau tancapkan membatu

Digetir kalbumu”

Seraya menggiring

Petualang

Page 47: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

37

Menyusuri jejak tradisi tabuhan gendang

Menyusuri jejak sejarah yang hampir petang

……………………………………………..

Gaya bahasa repetisi terdapat pada bait pertama baris ke-9 dan ke-10.

Repetisi yang digunakan berupa perulangan bunyi yang sama yaitu frasa

menyusuri jejak. frasa tersebut terulang untuk memberi tekanan atau penegasan

tentang pentingnya melestarikan tradisi atau budaya agar tidak tergerus arus

globalisasi. Karena dalam tradisi itu sendiri terdapat pembelajaran yang begitu

berharga.

b. Musim kemarau

Bait ketiga

Matahari berkobar di angkasa

Api-api melahap bumi, melahap kering tubuh

Membumihanguskan kota-kota di tubuhku, aku ringsek

Kota kendari terasa membara panas, begitu beringas

Dermaga dan lautan memeram sunyi kekecewaan

Tanpa kapal-kapal seberang yang menepikan segala harapan

Tanpa ada truk-truk kontainer yang begitu nyinyir

Mengangkuti kesedihan

………………………..

Puisi musim kemarau diatas puisi menggunakan gaya bahasa repetisi.

Repetisi yang digunakan berupa perulangan bunyi yang sama pada kata melahap

dan tanpa. Kata-kata tersebut diulang untuk memberikan tekanan atau penegasan

pada baris puisi yang dianggap penting. Kata melahap terulang sebanyak dua kali

pada baris yang sama yakni pada baris ke-2. Kata melahap “Api-api melahap

Page 48: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

38

bumi, melahap kering tubuh” memberikan penegasan bahwa peristiwa yang

terjadi dibumi akan berdampak pada manusia itu sendiri. Kata tanpa terulang

sebanyak dua kali pada baris ke-6 dan baris ke-7. Pada baris tersebut penyair

menyatakan ketiadaan. Ketiadaan kapal yang datang berlabuh dan truk kontainer

akan membuat pekerja yang berprofesi sebagai buruh akan mengalami

kemelaratan.

c. Perawan Gunung

Bait kedua

Perawan gunung dengan matanya yang api

Menerkam bulan sabit diatas tugu menara yang sepi

Yang mati

Bait ketiga

Bunga kembang yang tumbuh di rok dan bajunya

Yang menguncup putik birahi di bibir dan alis

Meruntuhkan gemuruh pasar malam

Menaklukkan hingar diskotek

Café-café, hotel-hotel sepanjang pantai by pass

Bait keempat

Jam dinding kota dan kerlap-kerlip lampu reklame

Masih terus berlarian, memburu yang hampa

Mengejar yang tiada

Tapi bunga kembang telah gugur sebelum waktunya

Cinta telah mati lebih dulu

Bait kelima

Page 49: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

39

Perawan gunung, berlumuran getir

Di sudut taman kota

Pada sepi bangku gelagar

Matanya yang api

Dipadamkan dengan kembang roknya yang berdarah

Penggunaan gaya bahasa repetisi ditandai dengan perulangan frasa

perawan gunung, bunga kembang, dan matanya yang api. Frasa perawan gunung

terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-2 baris pertama dan bait ke-5 baris

pertama. Frasa perawan gunung pada bait ke-2 baris pertama yakni “perawan

gunung dengan matanya yang api” menekankan bahwa seorang perempuan yang

masih remaja menduga kehidupan atau pergaulan yang akan dijalaninya akan

selamanya sesuai dengan yang ia kehendaki. Sedangkan frasa perawan gunung

pada bait ke-5 baris pertama yakni “perawan gunung, berlumuran getir”

menegaskan bahwa seorang perempuan yang masih remaja itu menderita dalam

menjalani kehidupannya.

Frasa bunga kembang terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-3

baris pertama dan bait ke-4 baris ke-4. Frasa bunga kembang pada bait ke-3 baris

pertama yakni “bunga kembang yang tumbuh di rok dan bajunya” menegaskan

bahwa seorang perempuan harus menjaga kehormatannya. Sedangkan frasa bunga

kembang pada bait ke-4 baris ke-4 yakni “Tapi bunga kembang telah gugur

sebelum waktunya” menegaskan bahwa seorang perempuan yang tak mampu

menjaga kehormatannya, ia menyerahkan kehormatannya sebelum waktunya yaitu

sebelum adanya ikatan pernikahan.

Page 50: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

40

Frasa matanya yang api terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-2

baris pertama dan bait ke-5 baris ke 4. Frasa matanya yang api pada bait ke-2

baris pertama yakni “Perawan gunung dengan matanya yang api” menegaskan

dugaan seorang perempuan yang begitu angkuh dengan penuh kebebasan bahwa

kehidupan atau pergaulan yang akan dijalaninya akan selamanya sesuai dengan

yang ia kehendaki. Sedangkan frasa matanya yang api pada bait ke-5 baris ke-4

yakni “matanya yang api” menegaskan bahwa dugaan seorang perempuan tentang

kehidupannya tak sesuai seperti apa yang ia harapkan. Hal ini dijelaskan pada

baris berikutnya yaitu baris ke-5 yakni “dipadamkan dengan kembang roknya

yang berdarah”.

d. Kau Ingatkah Tentang Pesta Kita?

Bait pertama

Kau ingatkah?

Pesta kawin terdahulu

Saat itu musim kawin merekah

Bait kedua

Tonomotuo terus menitir tiga gong

Hanyut kedalam sungai sunyi

Remaja pun tetua menarikan lulo

Kita sendiri timpuh

Di riang-riang yang rantak

Di lingkaran persaudaraan yang balau

Bait ketiga

Kau ingatkah?

Page 51: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

41

Ibu-ibu pengelana pesta

Di hadapannya sepiring dodol dan wajik

…………………………………………

Bait keempat

Selama sepekan

Kita kenakan baju terbaik

Kita sandangkan pula senyum terbaik

Menyapa yang datang dan pulang

Bait kelima

Diantara hentakan kaki yang melantang

Berseliweran anyir sate kerang dan aroma kembang

Kita hirup aroma itu sedalamnya

Sedalam makna wangi undangan

Sedalam luasan baris saung

Sedalam jantung orang bergandengan

Sedalam gemuruh tetabuhan gong

Sedalam hati kita yang jatuh ke dalam sukacita

Bait keenam

Kau ingatkah?

Setiap detik dari ritus-ritus pesta itu

Di mana tubuh kita larungkan, dahulu

Kini kita meretas, menjelma upacara kota

Menjelma hingar bingar swara elekton

Menjarah tabere dan karandu

Menjarah yang sebenarnya kita rindukan

…………………………………………..

Page 52: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

42

Gaya bahasa repetisi pada puisi kau ingatkah tentang pesta kita diatas

tampak pada perulangan bunyi yang sama, yakni kau ingatkah, kawin, kita, di,

terbaik, aroma, sedalam, menjelma, dan menjarah. Frasa kau ingatkah terulang

sebanyak 3 kali yaitu pada bait pertama baris pertama, bait ke-3 baris pertama,

dan bait ke-6 baris pertama. Pengulangan ini mempertanyakan pada seseorang

masihkah ia mengingat keadaan pesta terdahulu yang sarat dengan tradisi

kemudian membandingkan dengan pesta yang ada sekarang ini yang jauh berbeda

dengan yang terdahulu. Kata kawin diulang sebanyak dua kali yakni pada bait

pertama, baris ke-2 dan baris ke-3. Kata kawin pada baris ke-2 yakni “pesta kawin

terdahulu” memberikan penegasan untuk mengingat acara pernikahan terdahulu.

Pada saat itu banyak orang melangsungkan pesta pernikahan seperti di jelaskan

pada baris ke-3 bait pertama “saat itu musim kawin merekah”. Kata kita terulang

sebanyak tujuh kali yakni pada bait ke-2 baris ke-4, bait ke-4 baris ke-2 dan ke-3,

bait ke-5 baris ke-3 dan baris ke-8, dan bait ke-6 baris ke-3 dan ke-7. Pengulangan

kata kita menegaskan sesuatu yang dilakukan pada pesta pernikahan terdahulu.

Kata di terulang sebanyak lima kali yakni pada bait ke-2 baris ke-5 dan

baris ke-6. Bait ke-3 baris ke-3, bait ke-5 baris pertama, dan bait ke-6 baris ke-3.

Pengulangan kata di bermaksud menegaskan suasana dan keedaan pesta

pernikahan terdahulu. Kata terbaik terulang sebanyak dua kali yakni bait ke-4

baris ke-2 dan baris ke-3. Kata terbaik menegaskan bahwa yang menggelar pesta

pernikahan melakukannya dengan sangat baik dan menyambut yang datang

dengan sikap yang sangat ramah. Kata aroma terulang sebanyak dua kali yakni

pada bait ke-5 baris ke-2 dan baris ke-3. Kata aroma pada baris ke-2 yakni

Page 53: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

43

“berseliweran anyir sate kerang dan aroma kembang” menegaskan bahwa orang-

orang yang menghadiri pesta satu sama lain memiliki bau wewangian yang begitu

berbeda. Sedangkan kata aroma pada baris ke-3 yakni “kita hirup aroma itu

sedalamnya” menegaskan orang yang melangsungkan pesta sangat menikmati

suasana pesta tersebut. Kata sedalam terulang sebanyak enam kali yakni pada bait

ke-5 baris ke-4, baris ke-5, baris ke-6, baris ke-7, dan baris ke-8. Pengulangan

kata sedalam menegaskan bahwa begitu bahagianya orang yang melangsungkan

pernikahan kala itu disaksikan banyak orang dan diringi dengan tradisi yang

begitu indah. Kata menjelma terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-6 baris

ke-4 dan baris ke-5. Pengulangan kata menjelma menegaskan bahwa tradisi dalam

pernikahan terdahulu banyak terlupakan zaman sekarang ini. Pernikahan sekarang

ini hanya sebagai pemandangan rutinitas seperti “upacara Kota” dan tradisi

terdahulu seperti tetabuhan gong telah berganti dengan “suara elekton” yang

keras. Kata menjarah terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-6 baris-6 dan

baris ke-7. Hal ini menegaskan bahwa kebiasan yang sekarang ini menggerus

tradisi terdahulu yang nantinya kita hanya bisa mengenangnya tanpa bisa

menyaksikannya lagi “menjarah sebenarnya yang kita rindukan”.

e. Kembali Ia akan Memintal Waktu

Bait pertama

Telah ia sepuh segala

Suka serta duka

Cita serta cinta

Di gedung besar sana

Sebulan ia kenang lampau yang meriak

Page 54: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

44

Bait kedua

“Sembari pamit kepada malam yang berarak

Kuteteskan pula setetes bening di kelopak

Bukan karena bara dada telah menetak

Tapi kesabaran mesti kudendangkan kendati telah retak”

Bait ketiga

Pada lantai ubin

Ia dilahirkan

Pada bilik beton

Ia dibesarkan

Pada gedung tegar

Segala kebersamaan ia tebar

Bait keempat

Hanya sesaat saja asa berhembus

Hengkang ke belantra luas

Ketika tiba memanggil waktu

Kembali ia akan memintal waktu

Pada puisi diatas kata yang mengandung gaya bahasa repetisi yaitu telah,

ia, pada, gedung, dan waktu. Kata telah terulang sebanyak tiga kali yakni pada

bait pertama baris pertama, bait ke-2 baris ke-3 dan baris ke-4. Kata telah diulang

untuk menegaskan seseorang yang berusaha terbebas dari penderitaannya dan

tetap sabar dan terus berusaha atas rintangan yang dihadapi. Kata ia terulang

sebanyak enam kali yakni pada bait pertama baris pertama dan baris ke-5, bait ke-

3 masing-masing pada baris ke-2, baris ke-4, baris ke-6, dan bait ke-4 baris ke-4.

Page 55: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

45

Kata ia menekankan kejadian atau perisitwa yang dialami seseorang. Kata pada

terulang sebanyak tiga kali yakni pada bait ke tiga baris pertama, baris ke-3, dan

baris ke-5.Pengulangan kata pada menekankan suatu tempat peristiwa.

Sendangkan kata waktu terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-4 baris ke-3

dan ke-4. Pengulangan kata waktu menekankan bahwa ketika tiba waktu yang

tepat maka ia akan kembali memperbaiki sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.

f. Ritus Konawe

Bait pertama

Kubiarkan engkau larungkan tubuh di iring-iringan tarian

Terbenam ke dalam palung jantung lulo

Kubiarkan engkau menjamah tradisi haluoleo

Yang hampir ranggas

Menghentak-hentakan bumi, seperti bercakap

Kepada rahasia ritus konawe

Rahasia gelombang sukma orang tolaki yang terkubur waktu

Bait kedua

Kawanan penabuh genderang yang bergerombol

Melarikkan gelegar karandu yang saling berperang

Tiba-tiba kau roboh sambil menyeka derai luka

Membakar dupa dan menyebar doa

Serupa tonomotuo upacara mosehe

Bersila dengan guratan wajah misterius, dengan kalosara

Meletakkan upacara sederhana

Mereka menyeka gelisahnya sendiri

…………………………………….

Page 56: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

46

Puisi ritus konawe terdapat gaya repetisi didalamnya. Hal ini ditandai

dengan pengulangan bunyi yang sama yaitu kubiarkan engkau, rahasia, menyeka,

upacara, dan dengan. Frasa kubiarkan engkau terulang sebanyak dua kali yakni

pada bait pertama baris pertama dan baris ke-2. Frasa kubiarkan engkau

menegaskan bahwa seseorang diberi kebebasan untuk ikut menyaksikan ritual

tradisi ataupun berpartisipasi di dalamnya. Kata rahasia terulang sebanyak dua

kali yakni pada bait pertama baris ke-6 dan baris ke-7. Kata rahasia menekankan

bahwa suatu kebudayaan (ritus konawe) mempunyai makna tersendiri untuk etnik

tolaki tetapi saat sekarang ini banyak etnik tolaki yang telah melupakannya atau

tidak tau lagi makna yang sesungguhnya dari tradisi-tradisinya. Kata menyeka

terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-2 baris ke-3 dan baris ke-8. Kata

menyeka pada bait ke-2 baris ke-3 yakni “tiba-tiba kau roboh sambil menyeka

derai luka” menegaskan bahwa seseorang yang ingin menyelesaikan suatu

permasaalahan. Sedangkan kata menyeka pada baris ke-8 yakni “mereka menyeka

gelisahnya sendiri” menegaskan bahwa mereka menyelesaikan sendiri

permasaalahan yang mereka hadapi. Kata upacara terulang sebanyak terulang

sebanyak dua kali yakni pada bait ke-2 baris ke-5 dan baris ke-7. Pengulangan

kata upacara menegaskan suatu upacara adat yang dilakukan. Kata dengan

terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-2 pada baris yang sama yaitu baris

ke-6. Pengulangan kata dengan menekankan sesuatu hal dalam pelaksanaan salah

satu upacara adat.

g. Ritus Molulo

Bait pertama

Page 57: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

47

Bumi mengubah nasib

Pesta kawin, panen, dan kematian

Tiba-tiba menjemput

Bait kedua

Bumi dijajal

Kedua telapak kaki menari

Jemari adam erat menganyam jemari hawa

…………………………………………….

Bait ketiga

Bumi bersaksi

Demi cucu merukun

Tiga bunyi karandu

Dititipkan tono motuo

Demi kami

Inggomiu

Kata bumi terulang sebanyak tiga kali yaitu bait pertama baris pertama,

bait ke-2 baris pertama, dan bait ke-3 baris pertama. Kata bumi pada bait pertama

baris pertama yakni “bumi mengubah nasib” menegaskan bahwa bumi merupakan

tempat manusia untuk menentukan kehidupannya sendiri. Kata bumi pada bait ke2

baris pertama yakni “bumi dijajal” menekankan bahwa bumi tempat kita berpijak

ini merupakan tempat kita di uji oleh sang pencipta. Sedangkan kata bumi pada

bait ke-3 baris pertama yakni “bumi bersaksi” menekankan bahwa segala sesuatu

yang dilakukan manusia diatas bumi ini maka bumi ini pun akan menjadi saksi

atas perbuatan itu. Kata jemari terulang sebanyak dua kali pada baris yang sama

Page 58: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

48

yakni pada baris ke-3 bait ke-2. Kata jemari menekankan bahwa tata cara “ritus

molulo” yaitu bergandengan dan perpegangan tangan antara laki-laki dan

perempuan. Sedangkan kata demi terulang sebanyak dua kali yakni pada bait ke-3

baris ke-2 dan baris ke-5. Kata demi menekankan bahwa tradisi “ritus molulo” itu

bertujuan agar orang-orang menjadi rukun.

4.4 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

4.4.1 Gaya Bahasa Retoris

4.4.1.1 Gaya Bahasa Aliterasi

a. Enam Pecah Batu

Bunyi aliterasi yang terdapat dalam puisi Enam Pecah batu (lihat lampiran

puisi 1), yaitu:

- Bait Pertama

1) Baris kedua terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “patahan-patahan

kata”

2) Baris ketiga terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan t dan n secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “sebagai tanda cinta”.

3) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan h, m, dan t secara

dominan, masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “katamu,” carilah enam pecahan batu”.

Page 59: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

49

4) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan k, n, dan t secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “untuk kau tancapkan membatu”.

5) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan r dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “seraya menggiring”.

6) Baris kesembilan terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan d, j, n, dan r

secara dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi

pada kutipan “menyusuri jejak tradisi tabuhan gendang”.

7) Baris kesepuluh terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan j, m, r dan ng

secara dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi

pada kutipan “menyusuri jejak yang hampir petang”.

- Bait Kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kaki-kaki

melimbang”

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “merayu diberang

kota dan ramah desa”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “ tak hentinya

kurayapi gua-gua cinta”

Page 60: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

50

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak empat kali seperti digaris bawahi pada kutipan “ yang

terselubung di dasar pikiran mereka”

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak dua empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bersemayam

jantungnya”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jauh kedalam, ke

palung hati yang tak dapat kuselami”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “ataukah berserak

ditempat lain”.

8) Baris delapan terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan s secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di pesisir pantai

raga yang sunyi”.

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di ujung jalan,

pada jeda azan dan ikamah magrib”.

2) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b dan k secara

dominan, masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “kesabaran kalbu”.

Page 61: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

51

3) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan l dan n secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “dan selamat jalan angkuh”.

4) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan h, l, r, dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “kudulang dari pecahan beling amarah”.

5) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “orang kendari”.

6) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan konsonan r secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “persinggahan

orang-orang berwajah timur”.

- Bait keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “satu pecahan batu

selanjutnya”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “perenungan sukma

pada malammalam suka duka”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n dan r secara dominan

masing-masing sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“menjadi partitur batin dari geriap kerinduan cinta”.

Page 62: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

52

- Bait kelima

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n dan t secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “satu pecahan batu yang lain”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan n, r, dan s secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “bertebaran di siluet senja sepanjang dermaga”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “mekongga-

sorume”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b, n, t, dan r secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digaris bawahi pada

kutipan “dan anyir birahi pantai tamboli”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “berikan apa yang

kau miliki, meski sebenarnya kau tak rela”.

- Bait keenam

1) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pecahan batu yang

lain”.

2) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “persaudaraan

jadilah sebenarnya saudara”.

Page 63: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

53

3) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan p secara dominan

sebanyak empat kali seperti digaris bawahi pada kutipan “kurasakan pada

pusar perjumpaan”.

4) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “manusia dengan

dirinya”.

5) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di setiap hari raya”.

- Bait ketujuh

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “satu pecah batu”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan b secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tergolek di buih-

buih ombak pantai”.

3) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digaris bawahi pada

kutipan “suatu waktu, sungai darah dalam tubuh akan mengering”.

4) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan d, h, m, n, dan r

secara dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi

pada kutipan “hendaklah darahmu menjadi air untuk mereka”.

Page 64: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

54

- Bait kedelapan

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jalanan lindap”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan l, m, s, dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “semangat mulai lingsir”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “enam pecahan batu

terus kubawa berlalu”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b dan r secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “berkembara di perbukitan”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di gunung-gunung

masa depan”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan r, s, dan t secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “berluruhan satu-satu”

b. Musim Kemarau

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan ng secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Musim kemarau

yang berdatangan di penghujung bulan”.

Page 65: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

55

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan” Begitu mencekam

bagai di masa perang. Satu-satu”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan l secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Daun palem

berguguran oleh lesak peluru waktu”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n dan r secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “Warna-warni bangku taman digerogoti sepi”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan l secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Jalan-jalan

setapak menyisa nganga lubang, begitu pilu”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d, k, dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “Di penghujung bulan di waktu kemarau”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan d secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan” Juga tiba di

dalam kamar, dalam diriku”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Daun-daun saku

celana kosong lompong”.

Page 66: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

56

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Tiada renceng

koin dan helai-helai uang kertas yang koyak”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan p secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Celengan dan

dompet hanya menyisa sepi berbau perih”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k dan s secara

dominan masing-masing sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “Gelas-gelas kopi serta bungkus rokok berserak kosong”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan d secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Di meja yang

berdebu dan rantak”.

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Matahari berkobar

di angkasa”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan p secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan” Api-api melalap

bumi, melahap kering tubuh”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“Membumihanguskan kota-kota di tubuhmu, aku ringsek”.

Page 67: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

57

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Kota kendari

terasa membara panas, begitu beringas”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Dermaga dan

lautan memeram sunyi kekecewaan”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi konsonan p secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Tanpa kapal-kapal

seberang yang menepikan segala harapan”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Tanpa ada truk-

truk kontainer yang begitu nyinyir”.

8) Baris kedelapan terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan k dan ng secara

dominan sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“Mengangkuti kesedihan”.

- Bait keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan ng secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Musim kemarau

yang datang di penghujung bulan”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan l secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan” Adalah padang

ilalang bagiku”.

Page 68: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

58

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Padang kering

kerontang tanpa mata air dan hujan”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan ng secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Dengan lenguh

anoa yang meritih di atasnya”.

a. Perawan Gunung

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d, m, g, dan r secara

dominan sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Kendari di

gigir malam”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “denting waktu”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “gemuruh jalanan”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tiada henti

beradu, seperti saling berperang”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “mengumbar

kegelisahan”.

Page 69: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

59

- Bait Kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “perawan gunung dengan matanya yang api”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan m, n, dan t secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “menerkam bulan sabit di atas tugu menara”.

- Bait Ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bunga kembang

yang tumbuh di rok dan bajunya”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan b dan n secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “yang menguncupkan putik birahi di bibir dan alis”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “meruntuhkan

gemuruh pasar malam”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menaklukkan

hingar diskotek”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan p dan s secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “café-café, hotel-hotel sepanjang pantai by pass”.

Page 70: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

60

- Bait Keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jam dinding kota

dan kerlap-kerlip lampu reklame”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan”masih terus

berlarian, memburu yang hampa”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan ng secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “mengejar yang

tiada”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tapi bunga

kembang telah gugur sebelum waktunya”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan l dan t secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“cinta telah mati lebih dulu”.

- Bait Kelima

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal konsonan r secara

dominan sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“perawan gunung, berlumuran getir”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan”di sudut taman

kota”.

Page 71: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

61

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan g dan p secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pada sepi bangku

gelagar”

4) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d secara dominan

sebanyak empat kali seperti digaris bawahi pada kutipan “dipadamkan

dengan kembang roknya yang berdarah”.

b. Kau Ingatkah tentang Pesta Kita?

- Bait Pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kau ingatkah”.

2) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “saat itu, musim

kawin merekah”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tonomotuo terus

menitir tiga gong”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan ny secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “hanyut kedalam

sungai bunyi”.

Page 72: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

62

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi koonsonan n secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “remaja pun tetua

menarikan lulo”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kita sendiri

timpuh”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “di riang-riang yang rantak”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di lingkaran

persaudaraan yang balau”.

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kau ingatkah”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan b dan p secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “ibu-ibu pengelana pesta”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di hadapannya

sepiring dodol dan wajik”.

Page 73: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

63

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tetap saja mereka

memamah sekapur sirih”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan ng secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “merubung

gunjing”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “menyayat rebung dan daging”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m dan r secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “seperti merajam hatinya yang galau”.

- Bait keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan s secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “selama sepekan”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kita kenakan baju

terbaik”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kita sandangkan

pula senyum terbaik”

Page 74: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

64

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan ng secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menyapa yang

datang dan pulang”.

- Bait kelima

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di antara

hentakan kaki yang melantang”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “berseliweran anyir

sate kerang dan aroma kembang”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m, r, dan t secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “kita hirup aroma itu sedalamnya”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sedalam makna

wangi undangan”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan s secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sedalam luasan

baris saung”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “sedalam jantung orang bergandengan”

Page 75: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

65

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi konsonan g, m, h, dan t secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “sedalam gemuruh tetabuhan gong”.

8) Baris kedelapan terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sedalam hati kita

yang jatuh ke dalam sukacita”.

- Bait keenam

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kau ingatkah”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “setiap detik dari

ritus-ritus pesta itu”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d, h, k, l, n, dan t secara

dominan sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di mana

tubuh kita larungkan, dahulu”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kini meretas,

menjelma upacara kota”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menjelma hingar

bingar swara elekton”.

Page 76: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

66

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n dan r secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “menjarah tabere dan karandu”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menjarah yang

sebenarnya kita rindukan”.

8) Baris kedelapan terdapat pemanfaatan bunyi konsonan j, k, m, dan r secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “jejak tradisi ama, remuk”.

9) Baris kesembilan terdapat pemanfaatan bunyi konsonan s dan t secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “tergilas mesin waktu”.

c. Kembali ia akan Memintal Waktu

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan h, l, dan s secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “telah ia sepuh segala”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan k dan s secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “suka serta duka”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “cita serta cinta”

Page 77: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

67

4) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k, m, n, dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “sebulan, ia kenang lampau yang meriak”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sembari pamit

kepada malam yang pahit berarak”

2) Baris kedua terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k dan t secara dominan

masing-masing sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“kuteteskan pula setetes bening di kelopak”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k dan n secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“bukan karena bara dada telah menetak”.

4) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k dan t secara dominan

masing-masing sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“tapi kesabaran mesti kudendangkan kendati telah retak”.

- Bait ketiga

1) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pada bilik beton”

2) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b, r, dan s secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “segala kebersamaan ia tebar”.

Page 78: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

68

- Bait keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan s secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “hanya sesaat saja

asa berhembus”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k, l, dan ng secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “hengkang ke belantara luas”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k dan t secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“ketika tiba memangil waktu”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k dan m secara

dominan masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “kembali ia akan memintal waktu”.

d. Ritus Konawe

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kubiarkan engkau

larungkan tubuh di iring-iringan tarian”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan l secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “terbenam ke

dalam palung jantung lulo”.

Page 79: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

69

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kubiarkan engkau

menjamah tradisi haluoleo”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak dua kali seperti digaris bawahi pada kutipan “yang hampir

ranggas”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t dan k secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“menghentak-hentakan bumi, seperti bercakap”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k, r, dan s secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “kepada rahasia ritus konawe”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k dan r secara

dominan masing-masing sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “rahasia gelombang sukma orang tolaki yang terkubur waktu”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kawanan

penabuh genderang yang bergerombol”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “melarikkan gelagar

karandu yang saling berperang”.

Page 80: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

70

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tiba-tiba kau roboh

sambil menyeka derai luka”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d dan m secara

dominan masing-masing sebanyak masing-masing tiga kali seperti

digarisbawahi pada kutipan “membakar dupa dan menyebar doa”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m, p, s, t, dan r secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “serupa tonomotuo upacara mosehe”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bersila dengan

guratan wajah misterius, dengan kalosara”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi konsonan n, k, dan r secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “meletakkan upacara sederhana”.

8) Baris kedelapan terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k, m, r, s, dan ny

secara dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi

pada kutipan “mereka menyeka gelisahnya sendiri”.

9) Baris kesembilan terdapat pemanfaatan bunyi konsonan d secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pada sisa doa,

kerbau putih, dan juga kumandang”.

10) Baris kesepuluh terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak dua kali seperti digaris bawahi pada kutipan “tangis tikaian”.

Page 81: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

71

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan h dan s secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “adakah ritus mosehe itu”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan h, k, l, m, n, dan r

secara dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi

pada kutipan “telah meluruhkan pikiranmu”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “hingga sebelum

fajar menyeruak ke bumi anoa”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b, d, h, l, dan r secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “kau sudah lebih dulu bergetir”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan r secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “meronta-ronta

berhasrat di tanah leluhur”.

e. Ritus Molulo

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bumi mengubah

nasib”.

Page 82: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

72

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan n secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pesta kawin,

panen, dan kematian”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tiba-tiba

menjemput”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan j secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bumi dijajal”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan k secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kedua telapak

kaki menari”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jemari adam erat

menganyam jemari hawa”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan l secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “luluh-lantakkan

tanah”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan k dan r secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digaris bawahi pada kutipan

“pada pusar lingkar kekerabatan”.

Page 83: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

73

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi konsonan b dan s secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “bumi bersaksi”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi konsonan c dan m secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “demi cucu merukun”.

3) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi konsonan t secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di titipkan tono

motuo”.

4) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi konsonan m secara dominan

sebanyak dua kali seperti digaris bawahi pada kutipan “demi kami”.

4.4.2.1 Gaya Bahasa Asonansi

a. Enam Pecah Batu

Bunyi asonansi yang terdapat dalam puisi Enam Pecah Batu (lihat

lampiran puisi 1), yaitu:

- Bait Pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan u secara dominan

sebanyak masing-masing dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “

tuan beri aku”

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “patahan-

patahan kata”.

Page 84: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

74

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “ sebagai tanda cinta”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digaris bawahi pada kutipan “ katamu,”

carilah enam pecahan batu”

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “untuk kau

tancapkan membatu”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi vokal i dan u secara dominan

masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“digetir kalbumu”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a, i, dan e secara

dominan masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “seraya menggiring”.

8) Baris delapan terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “petualang”.

9) Baris kesembilan terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menyusuri jejak

tradisi tabuhan gendang”.

10) Baris kesepuluh terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menyusuri jejak

yang hampir petang”.

Page 85: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

75

- Bait Kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan i secara dominan

sebanyak masing-masing tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “

kaki-kaki melimbang”

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “merayu diberang

kota dan ramah desa”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tak hentinya kurayapi gua-

gua cinta”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “yang terselubung

di dasar pikiran mereka”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bersemayam

jantungnya”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sepuluh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jauh kedalam,

ke palung hati yang tak dapat kuselami”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “ataukah berserak

ditempat lain”.

Page 86: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

76

8) Baris delapan terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a dan i secara dominan

masing-masing sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di

pesisir pantai raga yang sunyi”.

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sebelas kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di ujung jalan,

pada jeda azan dan ikamah magrib”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “dua pecahan

batu”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kesabaran kalbu”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digaris bawahi pada kutipan “dan selamat jalan

angkuh”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kudulang dari

pecahan beling amarah”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “orang kendari”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “persinggahan

orang-orang berwajah timur”.

Page 87: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

77

- Bait keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “satu pecahan batu

selanjutnya”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sepuluh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “perenungan

sukma pada malammalam suka duka”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan i secara dominan

masing-masing sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“menjadi partitur batin dari geriap kerinduan cinta”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal i secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di uepai”.

- Bait kelima

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “satu pecahan batu

yang lain”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bertebaran di

siluet senja sepanjang dermaga”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal e dan o secara dominan

masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“mekongga-sorume”.

Page 88: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

78

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “dan anyir birahi

pantai tamboli”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sepuluh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “berikan apa

yang kau miliki, meski sebenarnya kau tak rela”.

- Bait keenam

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan i secara dominan

masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“berikutnya lagi”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pecahan batu yang

lain”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

sebelas kali seperti digarisbawahi pada kutipan “persaudaraan jadilah

sebenarnya saudara”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kurasakan pada

pusar perjumpaan”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “manusia dengan

dirinya”.

Page 89: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

79

6) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di setiap hari

raya”.

- Bait ketujuh

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “satu pecah batu”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal i secara dominan sebanyak

empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tergolek di buih-buih

ombak pantai”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “topejawa-makasar”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “suatu waktu,

sungai darah dalam tubuh akan mengering”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “hendaklah

darahmu menjadi air untuk mereka”.

- Bait kedelapan

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak ampat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jalanan lindap”.

Page 90: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

80

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a dan i secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“semangat mulai lingsir”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “enam pecahan batu terus

kubawa berlalu”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan e secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“berkembara di perbukitan”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal u secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di gunung-

gunung masa depan”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatkan bunyi vokal u secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “berluruhan satu-

satu”.

f. Musim Kemarau

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Musim kemarau

yang berdatangan di penghujung bulan”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan” Begitu

mencekam bagai di masa perang. Satu-satu”.

Page 91: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

81

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal u secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Daun palem berguguran

oleh lesak peluru waktu”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Warna-warni

bangku taman digerogoti sepi”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sepuluh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Jalan-jalan

setapak menyisa nganga lubang, begitu pilu”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal u secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Di penghujung

bulan di waktu kemarau”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a sebanyak secara

dominan sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan” Juga

tiba di dalam kamar, dalam diriku”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Daun-daun saku celana

kosong lompong”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Tiada renceng

koin dan helai-helai uang kertas yang koyak”.

Page 92: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

82

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal e secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Celengan dan

dompet hanya menyisa sepi berbau perih”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal e dan o secara dominan

masing-masing sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“Gelas-gelas kopi serta bungkus rokok berserak kosong”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Di meja yang

berdebu dan rantak”.

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Matahari berkobar

di angkasa”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan” Api-api melalap

bumi, melahap kering tubuh”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal u secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Membumihanguskan kota-

kota di tubuhmu, aku ringsek”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Kota kendari

terasa membara panas, begitu beringas”.

Page 93: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

83

5) Baris kelima terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Dermaga dan

lautan memeram sunyi kekecewaan”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empatbelas kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Tanpa

kapal-kapal seberang yang menepikan segala harapan”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Tanpa ada truk-

truk kontainer yang begitu nyinyir”.

8) Baris kedelapan terdapat pemanfaatkan bunyi vokal e secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Mengangkuti

kesedihan”.

- Bait keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Musim kemarau

yang datang di penghujung bulan”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Adalah padang

ilalang bagiku”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

sepuluh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Padang kering kerontang

tanpa mata air dan hujan”

Page 94: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

84

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Dengan lenguh

anoa yang meritih di atasnya”.

g. Perawan Gunung

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal i secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “Kendari di gigir

malam”.

2) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “gemuruh jalanan”

3) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal e secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tiada henti

beradu, seperti saling berperang”.

4) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan e secara dominan

masing-masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“mengumbar kegelisahan”.

- Bait Kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “perawan

gunung dengan matanya yang api”.

Page 95: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

85

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menerkam

bulan sabit di atas tugu menara”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “yang mati”

- Bait Ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bunga kembang

yang tumbuh di rok dan bajunya”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal i secara dominan sebanyak

tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “yang menguncupkan putik

birahi di bibir dan alis”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “meruntuhkan gemuruh pasar

malam”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menaklukkan

hingar diskotek”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “café-café, hotel-

hotel sepanjang by pass”.

Page 96: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

86

- Bait Keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jam dinding kota

dan kerlap-kerlip lampu reklame”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan”masih terus

berlarian, memburu yang hampa”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “mengejar yang tiada”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tapi bunga

kembang telah gugur sebelum waktunya”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan i secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“cinta telah mati lebih dulu”.

- Bait Kelima

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal u secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “perawan gunung,

berlumuran getir”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan”di sudut taman

kota”.

Page 97: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

87

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pada sepi bangku gelagar”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “matanya yang

api”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “dipadamkan

dengan kembang roknya yang berdarah”.

h. Kau Ingatkah tentang Pesta Kita?

- Bait Pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kau ingatkah”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan”pesta kawin

terdahulu”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “saat itu, musim kawin

merekah”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal o secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tonomotuo terus

menitir tiga gong”.

Page 98: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

88

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “hanyut kedalam

sungai bunyi”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “remaja pun tetua menarikan

lulo”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal i secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kita sendiri

timpuh”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di riang-riang yang

rantak”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di lingkaran

persaudaraan yang balau”.

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kau ingatkah”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a dan e secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan”ibu-

ibu pengelana pesta”.

Page 99: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

89

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di hadapannya sepiring

dodol dan wajik”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tetap saja mereka

memamah sekapur sirih”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal u secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “merubung

gunjing”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menyayat rebung

dan daging”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “seperti merajam

hatinya yang galau”.

- Bait keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan e secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“selama sepekan”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan”kita kenakan baju

terbaik”.

Page 100: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

90

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kita sandangkan pula

senyum terbaik”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menyapa yang

datang dan pulang”.

- Bait kelima

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di antara

hentakan kaki yang melantang”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “berseliweran

anyir sate kerang dan aroma kembang”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kita hirup aroma itu

sedalamnya”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sedalam makna

wangi undangan”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sedalam luasan

baris saung”.

Page 101: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

91

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sedalam jantung

orang bergandengan”

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sedalam

gemuruh tetabuhan gong”.

8) Baris kedelapan terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sepuluh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sedalam hati

kita yang jauh ke dalam sukacita”.

- Bait keenam

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kau ingatkah”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal i secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “setiap detik dari ritus-ritus

pesta itu”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di mana tubuh kita

larungkan, dahulu”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kini meretas,

menjelma upacara kota”.

Page 102: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

92

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menjelma hingar

bingar swara elekton”.

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menjarah tabere

dan karandu”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “menjarah yang

sebenarnya kita rindukan”.

8) Baris kedelapan terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jejak tradisi ama,

remuk”.

9) Baris kesembilan terdapat pemanfaatan bunyi vokal a, i, dan e secara

dominan masing-masing sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada

kutipan “tergilas mesin waktu”.

i. Kembali ia akan Memintal Waktu

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “telah ia sepuh

segala”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan”suka serta duka”.

Page 103: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

93

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “cita serta cinta”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di gedung besar

sana”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sebulan, ia kenang

lampau yang meriak”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sepuluh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “sembari pamit

kepada malam yang pahit berarak”

2) Baris kedua terdapat pemanfaatan bunyi vokal e secara dominan sebanyak

tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kuteteskan pula setetes

bening di kelopak”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bukan karena bara dada

telah menetak”.

4) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tapi kesabaran mesti

kudendangkan kendati telah retak”.

Page 104: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

94

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pada lantai

ubin”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a dan i secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan”ia

dilahirkan”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan i secara dominan

masing sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pada bilik

beton”

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “ia dibesarkan”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “segala

kebersamaan ia tebar”.

- Bait keempat

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “hanya sesaat

saja asa berhembus”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “hengkang ke belantara luas”.

Page 105: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

95

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “ketika tiba memangil

waktu”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kembali ia akan

memintal waktu”.

j. Ritus Konawe

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kubiarkan

engkau larungkan tubuh di iring-iringan tarian”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “terbenam ke

dalam palung jantung lulo”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

delapan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kubiarkan engkau

menjamah tradisi haluoleo”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak empat kali seperti digaris bawahi pada kutipan “yang hampir

ranggas”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal e secara dominan sebanyak

enam kali seperti digaris bawahi pada kutipan “menghentak-hentakan

bumi, seperti bercakap”.

Page 106: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

96

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kepada rahasia

ritus konawe”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “rahasia

gelombang sukma orang tolaki yang terkubur waktu”.

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kawanan penabuh

genderang yang bergerombol”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak Sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “melarikkan

gelagar karandu yang saling berperang”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

tujuh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tiba-tiba kau roboh sambil

menyeka derai luka”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “membakar dupa

dan menyebar doa”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal o secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “serupa tonomotuo

upacara mosehe”.

Page 107: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

97

6) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sepuluh kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bersila dengan

guratan wajah misterius, dengan kalosara”.

7) Baris ketujuh terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “meletakkan

upacara sederhana”.

8) Baris kedelapan terdapat pemanfaatan bunyi vokal e secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “mereka menyeka

gelisahnya sendiri”.

9) Baris kesembilan terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pada sisa doa,

kerbau putih, dan juga kumandang”.

10) Baris kesepuluh terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan i secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digaris bawahi pada kutipan

“tangis tikaian”.

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan “adakah ritus

mosehe itu”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a dan u secara dominan

masing-masing sebanyak tiga kali seperti digarisbawahi pada kutipan

“telah meluruhkan pikiranmu”.

Page 108: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

98

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “hingga sebelum fajar

menyeruak ke bumi anoa”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal e secara dominan

sebanyak tiga kali seperti digaris bawahi pada kutipan “kau sudah lebih

dulu bergetir”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digaris bawahi pada kutipan “meronta-ronta

berhasrat di tanah leluhur”.

j. Ritus Molulo

- Bait pertama

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a, i, dan u secara

dominan sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bumi

mengubah nasib”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak enam kali seperti digarisbawahi pada kutipan “pesta kawin,

panen, dan kematian”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a, i, dan e secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “tiba-tiba

menjemput”.

Page 109: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

99

- Bait kedua

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal a dan i secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bumi dijajal”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “kedua telapak kaki

menari”.

3) Baris ketiga terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan sebanyak

sembilan kali seperti digarisbawahi pada kutipan “jemari adam erat

menganyam jemari hawa”.

4) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak lima kali seperti digarisbawahi pada kutipan “luluh-lantakkan

tanah”.

5) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal a secara dominan

sebanyak tujuh kali seperti digaris bawahi pada kutipan “pada pusar

lingkar kekerabatan”.

- Bait ketiga

1) Baris pertama terdapat pemanfaatan bunyi vokal i secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “bumi bersaksi”.

2) Baris kedua terdapat pemanfaatkan bunyi vokal u secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “demi cucu

merukun”.

Page 110: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

100

3) Baris keempat terdapat pemanfaatan bunyi vokal o secara dominan

sebanyak empat kali seperti digarisbawahi pada kutipan “di titipkan tono

motuo”.

4) Baris kelima terdapat pemanfaatan bunyi vokal i secara dominan sebanyak

dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “demi kami”.

5) Baris keenam terdapat pemanfaatan bunyi vokal i secara dominan

sebanyak dua kali seperti digarisbawahi pada kutipan “inggomiu”.

4.3.1.3 Hiperbol

Hiperbol adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang

berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal atau keadaan. Penggunaan

gaya bahasa hiperbol pada kumpulan puisi Ritus Konawe karya Iwan Konawe

dijabarkan berikut ini.

a. Musim Kemarau

Bait ketiga

Matahari berkobar di angkasa

Api-api melalap bumi, melahap kering tubuh

Penggunaan gaya bahasa hiperbol pada puisi musim kemarau tedapat pada

bait ketiga seperti pada penggalan diatas yakni “Matahari berkobar diangkasa”

seakan matahari menbakar apa saja yang terdapat diangkasa. Pernyataan ini

melebih-lebihkan dan membesar-besarkan suatu hal dengan maksud memberikan

makna yang lebih hebat sekaligus menguatkan arti. Bait tersebut tidak akan

memiliki kekuatan makna jika kata berkobar diganti dengan kata bercahaya atau

bersinar.

Page 111: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

101

b. Perawan Gunung

Bait pertama

Kendari di gigir malam

Denting waktu

Gemuruh jalanan

Tiada henti beradu, seperti saling berperang

Mengumbar kegelisahan

………………………...

Bait keempat

Jam dinding kota dan kerlap-kerlip lampu reklame

Masih terus berlarian, memburu yang hampa

Mengejar yang tiada

Cinta telah mati lebih dulu

Perawan gunung, berlumuran getir

…………………

Penggunaan gaya bahasa hiperbol pada puisi perawan gunung tampak

pada bait pertama baris ke-5 dan bait ke-4 baris kelima yakni ungkapan

“menggumbar kegelisahan” dan “Perawan gunung, berlumuran getir”. Ungkapan

tersebut sangat melebih-lebihkan.

c. Kembali Ia Akan Memintal Waktu

Bait kedua

“Sembari pamit kepada malam yang pahit berarak

Kuteteskan pula setetes bening di kelopak

Bukan karena bara dada telah menetak

Tapi kesabaran mesti kudendangkan kendati telah retak

Page 112: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

102

Penggunaan gaya bahasa hiperbol pada puisi kembali ia akan memintal

waktu tampak pada bait ke-2 baris ke-4 yakni “tapi kesabaran mesti

kudendangkan kendati telah retak”.

d. Ritus Molulo

Bait kedua

Kedua telapak kaki menari

Jemari adam erat menganyam jemari hawa

Luluh-lantakkan tanah

Pada pusar lingkar kekerabatan

Kata luluh-lantakan tanah pada penggalan puisi diatas sangat melebih-

lebihkan suatu hal yaitu seakan kaki orang-orang yang melakukan tradisi lulo

menghancurkan tanah yang mereka injak.

4.4.2 Gaya Bahasa Kiasan

4.4.2.1 Simile

Simile atau persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang

dimaksud perbandingan eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu

sama dengan hal lain. Untuk itu ia memerlukan upaya yang secara eksplisit

menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan,

laksana, dan sebagainya. Dari tujuh puisi iwan konawe yang dianalisis hanya tiga

puisi yang terdapat gaya bahasa simile dialamnya. Berikut diuraikan penggunaaan

gaya bahasa simile pada kumpulan puisi ritus konawe karya iwan konawe.

a. Musim Kemarau

Bait pertama

Page 113: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

103

Musim kemarau yang berdatangan di penghujung bulan

Begitu mencekam bagai di masa perang

…………………………………………

Pada penggalan puisi musim kemarau diatas orang yang belum menerima

gaji atau belum menerima upah kerja di penghujung bulan begitu menyiksa karena

tidak bisa membeli atau memenuhi kebutuhan hidup. Ia disimbolkan dengan

“musim kemarau” seperti halnya jika musim kemarau terjadi untuk memuhi

kebutuhan air bersihpun sangatlah susah. Sehingga hal itu disamakan dengan saat

dimasa perang. Semua serba susah dan sulit untuk memenuhi kebutuhan.

b. Perawan Gunung

Bait pertama

Kendari di gigir malam

Denting waktu

Gemuruh jalanan

Tiada henti beradu, seperti saling berperang

Pada penggalan puisi diatas suara dentuman jam “denting waktu” dan

suara bising kendaraan dijalanan “gemuruh jalanan” bertumbukan “beradu”

seakan-akan kedua hal tesebut sedang berperang.

c. Tentang Pesta Kau ingatkah Kita?

Bait ketiga

Kau ingatkah?

Ibu-ibu pengelana pesta

Di hadapannya sepiring dodol dan wajik

Tetap saja mereka memamah sekapur sirih

Page 114: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

104

Merubung gunjing

Seperti merajam hatinya yang galau

Pada penggalan puisi diatas ibu-ibu yang datang membantu dalam acara

pesta pernikahan selalunya jika sudah berkumpul pasti akan membicarakan hal-

hal yang sedang terjadi dimasyarakat. Hal itu disamakan seperti menyiksa dirinya

sehingga membuat ia galau.

4.4.2.2 Personifikasi

Personifikasi merupakan gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-

benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat

kemanusiaan. Penggunaan gaya bahasa personifikasi dalam kumpulan puisi ritus

konawe karya iwan konawe adalah sebagai berikut.

a. Musim Kemarau

Bait keempat

Matahari berkobar di angkasa

Api-api melalap bumi, melahap kering tubuh

Membumihanguskan kota-kota di tubuhmu, aku ringsek

Kota kendari terasa membara panas, begitu beringas

Dermaga dan lautan memeram sunyi kekecewaan

Tanpa kapal-kapal seberang yang menepikan segala harapan

Tanpa ada truk-truk kontainer yang begitu nyinyir

Mengangkuti kesedihan

Baris kelima puisi diatas yaitu pada kalimat “Dermaga dan lautan

memeram sunyi kekecewaan” seakan-akan dermaga dan lautan mengalami

kekecewaan, mempunyai perasaan seperti halnya manusia.

Page 115: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

105

b. Perawan Gunung

Bait keempat

Jam dinding kota dan kerlap-kerlip lampu reklame

Masih terus berlarian, memburu yang hampa

Mengejar yang tiada

Tapi bunga kembang telah gugur sebelum waktunya

Cinta telah mati lebih dulu

Pada penggalan puisi perawan gunung diatas, seakan-akan jam dinding

dan lampu bisa berlari dan mengejar sesuatu seperti halnya manusia.

4.5. Interpretasi Data

Gaya bahasa dalam puisi ritus konawe karya iwan konawe mengandung

imajinasi yang sangat kuat. Tujuh puisi yang dianalisis gaya bahasanya, yakni

puisi: (1) “Enam Pecah Batu”, (2) “Musim Kemarau”, (3) “Perawan Gunung”, (4)

“Kau Ingatkah Tentang Pesta Kita”, (5) “Kembali Ia Akan Memintal Waktu”, (6)

“Ritus Konawe”, dan (7) “Ritus Molulo” menggunakan pilihan kata yang sangat

baik. Kepandaian memilih dan menggunakan diksi dalam ketujuh puisi tersebut

menunjukkan kemampuan penyair mengolah gaya bahasa.

Pengolahan gaya bahasa dalam tujuh puisi iwan konawe berupa

perulangan bunyi yang sama pada suku kata, kata, dan frasa. Perulangan kata-kata

tesebut menandai penggunaan gaya bahasa repetisi dalam ketujuh puisinya. Selain

itu, perulangan bunyi konsonan yang sama atau disebut asonansi didominasi

dengan konsonan r. sedangkan aliterasi atau perulangan bunyi vokal yang sama

ditiap baris didominasi oleh vokal a.

Page 116: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

106

Dari ketujuh puisi iwan konawe yang dianalisis, juga menonjol

penggunaan gaya bahasa simile, yaitu gaya bahasa yang menyamakan satu hal

dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding seperti: bagai,

sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana dan kata-kata pembanding yang

lain.

Disamping itu, penggunaan gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu hal

(hiperbol) pada puisi iwan konawe juga diemukan. Pelukisan-pelukisan imajnatif

berhasil mencapai kedalaman rasa dan bermuatan makna dengan memanfaatkan

gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu hal. Selain itu, penggunaan gaya bahasa

personifikasi juga ditemukan. Gaya bahasa personifikasi dalam puisi iwan konawe

seolah-olah memberikan nyawa pada pada peristiwa sederhana atau bahkan pada

benda.

4.6. Relevansi Hasil Penelitian Terhadap Pengajaran Di Sekolah

Pembelajaran sastra pada dasarnya ialah suatu proses panjang dalam

rangka melatih dan meningkatkan keterampilan. Pengajaran sastra lebih banyak

dikaitkan dengan pengalaman lingkungan siswa dengan jenjang tingkatan usia dan

pengalaman sehari-hari. Karya Sastra yang baik dapat membekali siswa dengan

sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan dan lingkungannya. Materi sastra pada

jenjang pendidikan disekolah di harapkan dapat meningkatkan minat dan apresiasi

siswa terhadap karya sastra seperti puisi, novel, dan drama.

Karya sastra akan sangat menarik apabila kita memiliki pemahaman

terhadapnya, pemahaman inilah yang perlu bagi siswa, jika kita ingin memahami

karya sastra yang terlebih dahulu kita lakukan adalah memunculkan rasa

Page 117: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

107

ketertarikan dan ingin memahami puisi secara mendalam serta menyukainya.

Maka secara perlahan siswa akan mampu merasakan jiwa yang dimiliki oleh puisi

sehingga memudahkan untuk memahaminya. Hal inilah yang perlu di tanamkan

pada siswa agar mereka mencintai karya sastra.

Pembelajaran sastra khususnya puisi di sekolah pada prinsipnya bertujuan

mengembangkan potensi siswa sesuai kemampuannya. Pembelajaran sastra di

sekolah dimaksudkaan untuk mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai

indrawi, nilai akali, nilai efektif, nilai sosial ataupun gabungan dari

keseluruhannya.

Berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hasil

penelitian tentang Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Ritus Konawe Karya Iwan

Konawe dapat dijadikan bahan ajar di SMA kelas X. Pembelajaran dikelas X

berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki kompetensi

dasar siswa mampu Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang

disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. Berdasarkan muatan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hasil penenlitian tentang Gaya

Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Ritus Konawe Karya Iwan Konawe dapat

dijadikan bahan pembelajaran di SMA.

Page 118: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

108

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa dalam puisi

karya iwan konawe terdapat gaya bahasa repetisi, aliterasi, asonansi, hiperbol,

simile, dan personifikasi. Hal itu dapat dilihat pada puisi perawan gunung

terdapat gaya bahasa repetisi seperti pada kutipan “Bunga kembang yang tumbuh

di rok dan bajunya” Bait ke-3 baris pertama dan kutipan “Tapi bunga kembang

telah gugur sebelum waktunya” bait ke-4 baris ke-4, gaya bahasa asonansi yang

didominasi oleh vokal a seperti yang digarisbawahi pada kutipan “perawan

gunung dengan matanya yang api”, gaya bahasa aliterasi yang didominasi dengan

konsonan r seperti pada kutipan “perawan gunung, berlumuran getir”, gaya

bahasa hiperbol seperti pada kutipan “Mengumbar kegelisahan”, gaya bahasa

simile seperti pada kutipan “Tiada henti beradu, seperti saling berperang”, serta

gaya bahasa personifikasi seperti pada kutipan “Jam dinding kota dan kerlap-

kerlip lampu reklame//Masih terus berlarian, memburu yang hampa”. Selain itu

gaya bahasa yang dominan dari tujuh puisi yang dianalisis adalah gaya bahasa

repetisi. Gaya bahasa repetisi terdapat pada ketujuh puisi yang dianalisis.

Page 119: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

109

5.2 Saran

Mengacu pada hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai

berikut.

1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini kedepannya akan bertambah

banyak penelitian mengenai puisi terutama pada Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Disebabkan oleh keterbatasan waktu penulis, diharapkan kedepannya akan

ada peneliti lain yang meneliti makna secara menyeluruh puisi Iwan

Konawe.

Page 120: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

110

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Hasanuddin. 2002. Membaca dan Menilai Sajak. Bandung: Angkasa.

Husba, Zakiyah M. 2010. Ragam Diksi dalam Terjemahan Syair Bula Malino.

Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara.

Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Konawe, Iwan. 2014. Ritus Konawe. Yogyakarta: Framepublishing.

Mindorop, Arbertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pradotokusumo, Partini Sadjono. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar Teori Sastra. Malang: Aditya Media

Publishing.

Tarigan, Henry Guntur . 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar: UNM.

Wikipedia. 2015. “Puisi”. Id. Wikipedia.org/wiki/puisi. Diakses tanggal 02

September 2015.

Page 121: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

111

Page 122: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

112

Puisi 1

Enam Pecah Batu

Tuan beri aku

Patahan-patahan kata

Sebagai tanda cinta

Katamu,”Carilah enam pecahan batu

Untuk kau tancapkan membatu

Digetir kalbumu”

Seraya menggiring

Petualang

Menyusuri jejak tradisi tabuhan gendang

Menyusuri jejak sejarah yang hampir petang

Kaki-kaki melimbang

Merayu diberang kota dan ramah desa

Tak hentinnya kurayapi gua-gua cinta

Yang terselubung di dasar pikiran mereka

Bersemayam jantungnya

Jauh kedalam, ke palung hati yang tak dapat kuselami

Ataukah berserak di tempat lain

Di pesisir pantai raga yang sunyi

Di ujung jalan, pada jeda azan dan ikamah magrib

Dua pecahan batu

“kesabaran kalbu

Dan selamat jalan angkuh”

Kudulang dari pecahan beling amarah

Orang kendari

Page 123: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

113

Persinggahan orang-orang berwajah timur

Satu pecahan batu selanjutnya

“Perenungan sukma pada malammalam suka dua”

Menjadi partitur batin dari geriap kerinduan cinta

Di uepai

Satu pecahan batu yang lain

Bertebaran di siluet senja sepanjang dermaga

Mekongga-sorume

Dan anyir birahi pantai Tamboli

“Berikan apa yang kau miliki, meski sebenarnya kau tak rela”

Berikutnya lagi

Pecahan batu yang lain

“Persaudaraan jadilah sebenarnya saudara”

Kurasakan pada pusar perjumpaan

Manusia dengan dirinya

Di setiap hari raya

Satu pecah batu

Tergolek di buih-buih ombak pantai

Topejawa-Makassar

“Suatu waktu,sungai darah dalam tubuh mengering

Hendaklah darahmu menjadi air untuk mereka”

Jalanan lindap

Semangat mulai lingsir

Enam pecahan batu terus kubawa berlalu

Page 124: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

114

Berkembara di perbukitan

Di gunung-gunung masa depan

Berluruhan satu-satu

Kendari, 2004

Puisi 2

Musim Kemarau

Musim kemarau yang berdatangan di penghujung bulan

Begitu mencekam bagai di masa perang. Satu-satu

Daun palem berguguran oleh lesak peluru waktu

Warna-warni bangku taman digerogoti sepi

Jalan-jalan setapak menyisa nganga lubang, begitu pilu

Di penghujung bulan di waktu kemarau

Juga tiba di dalam kamar, dalam diriku

Daun-daun saku celana kosong lompong

Tiada renceng koin dan helai-helai uang kertas yang koyak

Celengan dan dompet hanya menyisa sepi berbau perih

Gelas-gelas kopi serta bungkus rokok berserak kosong

Di meja yang berdebu dan rantak

Matahari berkobar di angkasa

Api-api melalap bumi, melahap kering tubuh

Membumihanguskan kota-kota di tubuhmu, aku ringsek

Kota kendari terasa membara panas, begitu beringas

Dermaga dan lautan memeram sunyi kekecewaan

Tanpa kapal-kapal seberang yang menepikan segala harapan

Tanpa ada truk-truk kontainer yang begitu nyinyir

Page 125: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

115

Mengangkuti kesedihan

Musim kemarau yang datang di penghujung bulan

Adalah padang ilalang bagiku

Padang kering kerontang tanpa mata air dan hujan

Dengan lenguh anoa yang meritih di atasnya

Kendari, Mei 2014

Puisi 3

Perawan Gunung

Kendari di gigir malam

Denting waktu

Gemuruh jalanan

Tiada henti beradu, seperti saling berperang

Mengumbar kegelisahan

Perawan gunung dengan matanya yang api

Menerkam bulan sabit di atas tugu menara yang sepi

Yang mati

Bunga kembang yang tumbuh di rok dan bajunya

Yang menguncupkan putik birahi di bibir dan alis

Meruntuhkan gemuruh pasar malam

Menaklukkan hingar diskotek

Café-café, hotel-hotel sepanjang pantai by pass

Jam dinding kota dan kerlap-kerlip lampu reklame

Masih terus berlarian, memburu yang hampa

Page 126: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

116

Mengejar yang tiada

Tapi bunga kembang telah gugur sebelum waktunya

Cinta telah mati lebih dulu

Perawan gunung, berlumuran getir

Di sudut taman kota

Pada sepi bangku gelagar

Matanya yang api

Dipadamkan dengan kembang roknya yang berdarah

Kendari, Mei 2014

Puisi 4

Kau ingatkah tentang pesta kita?

Kau ingatkah?

Pesta kawin terdahulu

Saat, itu musim kawin merekah

Tonomotuo terus menitir tiga gong

Hanyut kedalam sungai bunyi

Remaja pun tetua menarikan lulo

Kita sendiri timpuh

Di riang-riang yang rantak

Di lingkaran bersaudaraan yang balau

Kau ingatkah?

Ibu-ibu pengelana pesta

Di hadapannya sepiring dodol dan wajik

Tetap saja mereka memamah sekapur sirih

Page 127: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

117

Merubung gunjing

Menyayat rebung dan daging

Seperti merajam hatinya yang galau

Selama sepekan

Kita kenakan baju terbaik

Kita sandangkan pula senyum terbaik

Menyapa yang datang dan pulang

Di antara hentakan kaki yang melantang

Berseliweran anyir sate kerang dan aroma kembang

Kita hirup aroma itu sedalamnya

Sedalam makna wangi undangan

Sedalam luasan baris saung

Sedalam jantung orang bergandengan

Sedalam gemuruh tetabuhan gong

Sedalam hati kita yang jatuh ke dalam sukacita

Kau ingatkah?

Setiap detik dari ritus-ritus pesta itu

Di mana tubuh kita larungkan, dahulu

Kini meretas, menjelma upacara kota

Menjelma hingar bingar swara elekton

Menjarah tabere dan karandu

Menjarah yang sebenarnya kita rindukan

Jejak tradisi ama, remuk

Tergilas mesin waktu.

Konawe, Juni 2009-2013

Page 128: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

118

Puisi 5

Kembali Ia akan Memintal Waktu

Telah ia sepuh segala

Suka serta duka

Cita serta cinta

Di gedung besar sana

Sebulan, ia kenang lampau yang meriak

“Sembari pamit kepada malam yang pahit berarak

Kuteteskan pula setetes bening di kelopak

Bukan karena bara dada telah menetak

Tapi kesabaran mesti kudendangkan kendati telah retak”

Pada lantai ubin

Ia dilahirkan

Pada bilik beton

Ia dibesarkan

Pada gedung tegar

Segala kebersamaan ia tebar

Hanya sesaat saja asa berhenbus

Hengkang ke belantara luas

Ketika tiba memanggil waktu

Kembali ia akan memintal waktu

Makassar 2004

Page 129: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

119

Puisi 6

Ritus Konawe

Kubiarkan engkau larungkan tubuh di iring-iringan tarian

Terbenam ke dalam palung jantung lulo

Kubiarkan engkau menjamah tradisi Haluoleo

yang hampir ranggas

Menghentak-hentakan bumi, seperti bercakap

kepada rahasia ritus konawe

Rahasia gelombang sukma orang tolaki yang terkubur waktu

Kawanan penabuh genderang yang bergerombol

Melarikkan gelagar karandu yang saling berperang

Tiba-tiba kau roboh sambil menyeka derai luka

Membakar dupa dan menyebar doa

Serupa tonomotuo upacara Mosehe

Bersila dengan guratan wajah misterius, dengan kalosara

meletakkan upacara sederhana

Mereka menyeka gelisahnya sendiri

Pada sisa doa, kerbau putih, dan juga kumandang

tangis tikaian

Adakah ritus Mosehe itu

Telah meluruhkan pikiranmu

Hingga sebelum fajar menyeruak ke bumi anoa

Kau sudah lebih dulu bergetir

Meronta-ronta berhasrat di tanah leluhur

Konawe, 2013

Page 130: GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI RITUS KONAWEsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/A1D110132_sitedi_BAHRIN (A1D1 10... · 2.4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan ... teknik analisis data menggunakan

120

Puisi 7

Ritus Molulo

Bumi mengubah nasib

Pesta kawin, panen, dan kematian

Tiba-tiba menjemput

Bumi dijajal

Kedua telapak kaki menari

Jemari adam erat menganyam jemari hawa

Luluh-lantakkan tanah

Pada pusar lingkar kekerabatan

Bumi bersaksi

Demi cucu merukun

Tiga bunyi karandu

Dititipkan Tono Motuo

Demi Kami

Inggomiu

Konawe, 2004