gawat janin

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan gawat janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan gawat janin ? 2. Bagaimana pengaruh dari gawat janin pada kehamilan dan persalinan ? 3. Bagaimana cara mendiagnosa gawat janin ? 4. Ada berapa klasifikasi gawat janin ? 5. Bagaimana penatalaksanaan gawat janin ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dari gawat janin pada ibu bersalin 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gawat janin pada ibu hamil dan bersalin 3. Untuk mengetahui cara mendiagnosa persalinan dengan gawat janin dan mengetahui klasifikasi dari gawat janin 4. Untuk mengetahiu cara penatalaks anan dari ga wat janin dan peran b idan dalam menangani distosia karena gawat janin

Upload: noviani-hendayani-purnama

Post on 10-Oct-2015

174 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangPersalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan.Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan gawat janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.1.2Rumusan Masalah1.Apa yang dimaksud dengan gawat janin ?2.Bagaimana pengaruh dari gawat janin pada kehamilan dan persalinan ?3.Bagaimana cara mendiagnosa gawat janin ?4.Ada berapa klasifikasi gawat janin ?5.Bagaimana penatalaksanaan gawat janin ?1.3TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :1.Untuk mengetahui apa yang di maksud dari gawat janin pada ibu bersalin2.Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gawat janin pada ibu hamil dan bersalin3.Untuk mengetahui cara mendiagnosa persalinan dengan gawat janin dan mengetahui klasifikasi dari gawat janin4.Untuk mengetahiu cara penatalaksanan dari gawat janin dan peran bidan dalam menangani distosia karena gawat janin

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Pengertian Gawat JaninGawat janinterjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia.(AbdulBariSaifuddin dkk.2002). Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya.Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ).Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan. Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanyaoleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin.Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis.sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur , atau keluarnya mekonium ysng kental pada awal persalinan.2.2 EtiologiPenyebab dari gawat janin yaitu:a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat) :1)Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.2)Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.3)Solusio plasenta.4)Plasenta previa dengan pendarahan.b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) :1)Penyakit hipertensi2)Diabetes melitus3)Postmaturitas atau imaturitasc. Kompresi (penekanan) tali pusat1. Oligihidramnion2.Prolaps tali pusat3. Puntiran tali pusatd. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal2.Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi3. skor APGAR 0-3 selam > 5 menit4. Sekuele neorologis neonatal5. Disfungsi multi organ neonatal6. PH arteri tali pusat 7,02.3PatofisiologiAda beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:1. Dahulu janin dianggap mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena janin dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis yang kronik, tetapi sebenarnya janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa, kecuali bila janin mengalami stress.2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglabin, dan kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari padaorang dewasa. Dengan demikian penyaluran oksigen melalui plasenta kepadajanin dan jaringan perifer dapat terselenggara dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, sementara CO2danair diekskresi melalui plasenta. Bila plasenta mengalami penurunan fungsiakibat dari perfusi ruang intervilli yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO2akan terganggu yang berakibat penurunan PH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik menambah asidosis metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau arus darah tali pusat.3. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redidtribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung) akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer. Bradikardi mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.2.4 Tanda dan GejalaGejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/ kick count . Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutamadiminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yangmengeluh terdapat pengurangan gerakan janin.Bila ternyata tidak tercapai jumlah minimal sebanyak 10 gerakan maka ibuuntuk segera datang ke RS atau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tanda-tanda gawat janin:1.Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala2.Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janinUntuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan pemantauanmenggunakan kardiotokografi3.Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin

2.5Pengaruh Pada Kehamilan dan Persalinana. Pada KehamilanGawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat janin, maka harus segera dikeluarkan.b. Pada persalinanGawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :1) Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan2) Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)2.6DiagnosaDiagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.2.7KlasifikasiJenis gawat janin yaitu :a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiahb. Gawat janin iatrogenicGawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.Kejadian yang dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah:1.Posisi tidur ibuPosisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.2.Infus oksitosinBila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.3.Anestesi EpiduralBlokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.c.Gawat janin sebelum persalinanGawat janin kronikDapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.Gawat janin akutSuatu kejadian bencana yang tiba tiba mempengaruhi oksigenasi janin.d. Gawat janinselama persalinanMenunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi, 1994 : 211-213)KomplikasiKomplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :1.Asfiksia2.Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.Komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dandisertai oligohidramnion yang lama menyebabkan terjadinya deformitas janin a.l : Hipoplasia pulmonal Potter s fasciaDeformitas ekstrimitas.2.8Penatalaksanaana.Penanganan umum:1)Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancer.2)Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.3)Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.4)Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan hal sebagai berikut:b.Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.c.Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:

Prinsip Umum :1)Bebaskan setiap kompresi tali pusat2)Perbaiki aliran darah uteroplasenter3)Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi.Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.b.Penatalaksanaan Khusus1) Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.2) Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.3)Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.4) Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.5) Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan.6) Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.

DAFTAR PUSTAKAPrawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr. SPOG.1997.Ilmu Kebidanan Edisi III. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.Mochtar, Rustam, Prof. Dr. M. Ph,1998.Synopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2,EGC: JakartaAbdul Bari Saifuddin dkk.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka: JakartaSupridi, Teddy. 1994.Kedokteran Observasi Dan Gynekologi. EGD: JakartaMatrin, Tucker Susan. 1997.Pemantauan Janin. EGC: Jakarta

DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengankurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.2. Nyeri akut berhubungan denganinjury fisik jalan lahir.3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.4. Defisit perawatan diri berhubungan dengankelelahan sehabis bersalin5. Retensi urine berhubungan denganspinkter yang kuat dan kaku6. Resiko infeksi berhubungan denganluka operasi.RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNODIAGNOSAKEPERAWATANPERENCANAAN

TUJUANINTERVENSI

1.Nyeri akut b.d agen injuri fisik (luka insisi operasi)

NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu untukMengontrol nyeri dengan indikator:Mengenal factor-faktor penyebab nyeriMengenal onset nyeriMelakukan tindakan pertolongan non-analgetikMenggunakan analgetikMelaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatanMengontrol nyeri

Keterangan:1 = tidak pernah dilakukan2 = jarang dilakukan3 =kadang-kadang dilakukan4 =sering dilakukan5 = selalu dilakukan pasien

Menunjukan tingkat nyeriIndikator:Melaporkan nyeriMelaporkan frekuensi nyeriMelaporkan lamanya episode nyeriMengekspresi nyeri: wajahMenunjukan posisi melindungi tubuhkegelisahanperubahan respirasi rateperubahan Heart RatePerubahan tekanan DarahPerubahan ukuran PupilPerspirasiKehilangan nafsu makan

Keterangan:1 :Berat2 :Agak berat3 : Sedang4 : Sedikit5 : Tidak adaManajemen Nyeri-Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi-observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif-Berikan analgetik sesuai dengan anjuran-Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri-Kaji latar belakang budaya pasien-Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran-Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,keluarga dengan nyeri kronis-Evaluasitentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan-Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga-Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan-kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan(seperti: temperatur ruangan, penyinaran, dll)-Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri-Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)-Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri-Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien-Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup-Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat-Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan-Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif-Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeriPemberian Analgetik-Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan-Berikan obat dengan prinsip 5 benar-Cek riwayat alergi obat-Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan-Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah diresepkan-Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri-Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah pemberian analgetik-Monitor reaksi obat dan efeksamping obat-Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan efek sampingnya-Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi lambung)

2.Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen

Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat memperoleh1.Pengetahuan:Kontrol infeksiIndikator:-Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi-Menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan penyebaran-Menjelaskan tanda-tanda dan gejala-Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksiKeterangan:1 : tidak pernah2 : terbatas3 : sedang4 : sering5 : selalu2.Status Nutrisi-Asupan nutrisi-Asupan makanan dan cairan-Energi-Masa tubuh-Berat badanKeterangan:1 : sangat bermasalah2 : bermasalah3 : sedang4 : sedikit bermasalah5 : tidak bemasalah

Kontrol InfeksiBersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasienGanti peralatan pasien setiap selesai tindakanBatasi jumlah pengunjungAjarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individuAnjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepatGunakan sabun antimikrobial untuk cuci tanganAnjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasienCuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasienLakukan universal precautionsGunakan sarung tangan sterilLakukan perawatan aseptic pada semua jalur IVLakukan teknik perawatan luka yang tepatAjarkan pasien untuk pengambilan urin porsi tengahTingkatkan asupan nutrisiAnjurkan asupan cairan yang cukupAnjurkan istirahatBerikan terapi antibiotikAjarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksiAjarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi

3.Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d kurangnya sumber informasi

1.Pengetahuan : proses penyakit-Mengenal nama penyakit-Deskripsi proses penyakit-Deskripsi faktor penyebab atau faktor pencetus-Deskripsi tanda dan gejala-Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit-Deskripsi komplikasi penyakit-Deskripsi tanda dan gejala komplikasi penyakit-Deskripsi cara mencegah komplikasiSkala :1 : tidak ada2 : sedikit3 : sedang4 : luas5 : lengkap2.Pengetahuan : prosedur perawatan-Deskripsi prosedur perawatan-Penjelasan tujuan perawatan-Deskripsi langkah-langkah prosedur-Deskripsi adanya pembatasan sehubungan dengan prosedur-Deskripsi alat-alat perawatanSkala :1 : tidak ada2 : sedikit3 : sedang4 : luas5 : lengkap1.Pembelajaran : proses penyakit-Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit-Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan fisiologi tubuh-Deskripsikan tanda dan gejala umum penyakit-Identifikasi kemingkinan penyebab-Berikan informasi tentang kondisi klien-Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik-Diskusikan tentang pilihan terapi-Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas

2.Pembelajaran : prosedur/perawatan-Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan-Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan-Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan-Jelaskan tujuan prosedur/perawatan-Instruksikan klien untuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan-Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin,, 2001 ,Buku Acuan NasionalPelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, JakartaAbdul Bari Saifuddin,, 2002 ,Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, JakartaHacher/Moore, 2001,Esensial Obstetric Dan Ginekologi, Hypokrates , JakartaIowaOutcome Project, 2000,Nursing Outcome Classification (NOC),Mosby-Year Book

IowaIntervention Project, 1996,Nursing Intervention Classification (NOC),Mosby-Year BookManuaba,Ida Bagus Gede, 1998,Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana,EGC, JakartaMarlyn Doenges,Dkk, 2001,Rencana Perawatan Maternal/Bayi, EGC , JakartaSarwono, 1989,Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Sarwono, Jakarta.