gangguan mental organik

38
BAB I PENDAHULUAN Diskusi kami berlangsung 4 jam, dibagi dalam 2 sesi pertemuan diskusi. Diskusi bertempat di Ruang Biologi (201) lantai 2 Kampus B Fakultas Kedokteran Trisakti. Diskusi diikuti oleh 15 orang mahasiswa. Diskusi sesi 1 yang dilaksanakan pada hari Kamis, 1 November 2012 Pkl 08.00 – 10.00 WIB dengan diketuai oleh Hidris Damanik dengan sekretaris Bayu Adiputro, serta tutor Dr. Suleiman Sutanto, MS. Pada diskusi sesi 1 kami membahas dari keluhan utama pasien (Tn Taufik yang berusia 35 tahun) yaitu bicara kacau dan badan panas tinggi. Dari gejala-gejala yang ada kami mulai menganalisis gejala-gejala tersebut berdasarkan koordinat psikiatri dan mencari informasi-informasi yang penting yang belum terungkap. Lalu dilanjutkan dengan diskusi sesi ke 2 yang jatuh pada hari Rabu, 7 November 2012 Pkl 08.00 – 10.00 WIB dengan ketua Hidris Damanik dan sekretaris Hani Aqmarina, serta tutor Dr. Hj. Martiem Mawie, MS. Pada sesi 2 kali ini kami membuat status mental dari informasi yang baru didapatkan 1

Upload: miria-noor-shintawati

Post on 30-Nov-2015

296 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jenis - jenis ggan jiwa mnrt dsm iv

TRANSCRIPT

Page 1: gangguan mental organik

BAB I

PENDAHULUAN

Diskusi kami berlangsung 4 jam, dibagi dalam 2 sesi pertemuan diskusi. Diskusi

bertempat di Ruang Biologi (201) lantai 2 Kampus B Fakultas Kedokteran Trisakti. Diskusi

diikuti oleh 15 orang mahasiswa. Diskusi sesi 1 yang dilaksanakan pada hari Kamis, 1

November 2012 Pkl 08.00 – 10.00 WIB dengan diketuai oleh Hidris Damanik dengan

sekretaris Bayu Adiputro, serta tutor Dr. Suleiman Sutanto, MS. Pada diskusi sesi 1 kami

membahas dari keluhan utama pasien (Tn Taufik yang berusia 35 tahun) yaitu bicara kacau

dan badan panas tinggi. Dari gejala-gejala yang ada kami mulai menganalisis gejala-gejala

tersebut berdasarkan koordinat psikiatri dan mencari informasi-informasi yang penting yang

belum terungkap. Lalu dilanjutkan dengan diskusi sesi ke 2 yang jatuh pada hari Rabu, 7

November 2012 Pkl 08.00 – 10.00 WIB dengan ketua Hidris Damanik dan sekretaris Hani

Aqmarina, serta tutor Dr. Hj. Martiem Mawie, MS. Pada sesi 2 kali ini kami membuat status

mental dari informasi yang baru didapatkan dan mendiagnosis pasien ini berdasarkan

multiaksial. Pada diskusi sesi 1 dan 2, semua peserta diskusi cukup aktif dalam memberikan

kontribusinya pada jalannya diskusi.

1

Page 2: gangguan mental organik

BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario ke-1

Tn. Taufik, 35 tahun diantar oleh isteri dan tetangganya ke UGD RSUD dengan bicara kacau

dan panas tinggi. Sejak seminggu ia menderita panas yang makin tinggi sejak kemarin,

berkeringat banyak, batuk dan diare enam kali sehari. Di samping itu ia menunjukan gejala

gaduh gelisah, bicara kacau, sukar tidur, pernah telanjang dan ingin lari dari rumah. Pasien

pernah diberikan obat anti panas tiga kali sehari, tapi panas tidak turun dan kemudian tak mau

minum obat dan tak mau makan.

Skenario ke-2

Pada inspeksi pasien tampak pucat, tidak rapih, kulit keriput, banyak keringat, lemah dan

batuk. Rongga mulut terdapat lapisan putih pada lidah dengan tepi merah.

Hepar teraba 2 jari dan limpa 1 jari di bawah iga. Pada auskultasi terdapat ronchi basah pada

kedua paru bawah.

Nadi: 60/menit T: 110/70 t: 39 0C

Laboratorium: lekosit= 5.000, Hb= 12,5 gram%

Widal: Anti O= 1/160 dan Anti H= 1/320

2

Page 3: gangguan mental organik

Pemeriksaan status mental:

Gelisah, tidak ada kontak mata, bicara inkoheren, jawaban tak sesuai dengan pertanyaan.

Kesadaran biologis menurun, sedangkan kesadaran psikologis dan sosial terganggu.

Disorientasi ringan pada waktu, tempat dan orang.

Ekspresi afektif: lokal, dangkal, tak dapat diraba-rasakan dan skala diferensiasi sempit.

Tilikan derajat 1. Terdapat halusinasi visual dan oditorik serta waham kejar.

Menurut alloanamnesis, pasien pada enam bulan yang lalu menabrak seorang pejalan kaki

dengan motornya hingga luka parah. Ia dituntut membayar kerugian yang besar nilainya bagi

pasien.

Pasien bekerja sebagai petugas sekuriti pada perusahaan asing dengan prestasi dan

kesejahteraan yang baik. Dalam tugasnya sangat teliti, rapih tetapi mudah iri hati, ragu dan

curiga terhadap loyalitas serta kejujuran teman dan anak buahnya serta kalau berdebat tidak

mau mengalah.

I. STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

3

Page 4: gangguan mental organik

Nama : Taufik

Jenis kelamin : Pria

Usia : 35 tahun

Pekerjaan : Petugas sekuriti perusahaan asing

Status pernikahan : Menikah

B. KELUHAN UTAMA

Bicara kacau dan panas tinggi.

Keluhan tambahan : Berkeringat banyak, batuk dan diare enam kali sehari. Di

samping itu ia menunjukkan gejala gaduh gelisah, sukar tidur, pernah telanjang

dan ingin lari dari rumah.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Sejak seminggu menderita panas yang makin tinggi hingga kemarin, berkeringat

banyak, batuk, dan diare enam kali sehari. Di samping itu ia menunjukkan gejala

gaduh gelisah, bicara kacau, sukar tidur, pernah telanjang dan ingin lari dari

rumah.

Pada keterangan di atas terdapat kedaruratan psikiatri pada pasien ini karena terdapat

keadaan gaduh-gelisah dari anamnesis. Keadaan gaduh-gelisah ini termasuk kedaruratan

psikiatri karena dapat membahayakan dirinya, orang lain, maupun barang miliknya, ditandai

dengan pernah telanjang dan ingin lari dari rumah (psikomotorik meningkat). Rencana

tindakannya adalah dengan melakukan pengamanan diri dengan memanggil petugas yang

kompeten, injeksi neuroleptika (haloperidol 5mg) dan diikat bila perlu dipasang IV line.

Kemungkinan-kemungkinan penyakit yang diderita pasien menurut hirarki diagnosis dalam

psikiatri :

4

Page 5: gangguan mental organik

a. . Gangguan mental organik :

1. Hipertiroid. Pada pasien hipertiroid terjadi peningkatan metabolisme sehingga

dapat menyebabkan berkeringat banyak dan demam tinggi, yang akan menyebabkan

gangguan perilaku. Diare juga dapat terjadi karena hiperperistaltik usus.

2. Infeksi. Demam yang terjadi dapat merupakan gejala dari infeksi sebagai hasil dari

respon imun mengeluarkan sitokin-sitokin. Kemungkinan diare dan demam berkepanjangan

dapat menjadi gejala dari infeksi gastrointestinal seperti demam tifoid. Pada demam tifoid

juga dapat terjadi perubahan perilaku karena terjadi penurunan neurotransmitter asetilkolin.

Infeksi pada sistem saraf pusat seperti ensefalitis dapat menyebabkan gangguan fungsi otak

sehingga menyebabkan perubahan perilaku.

3. Tumor otak. Tumor yang terjadi pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan efek

masa, sehingga tekanan intrakranial meningkat yang menyebabkan fungsi otak terganggu dan

dapat menyebabkan perubahan perilaku.

b. Gangguan penyalahgunaan obat atau zat :

Tidak ada keterangan penyalahgunaan obat.

c. Gangguan fungsional (mental emosional) :

Gejala gaduh gelisah, bicara kacau, sukar tidur, pernah telanjang dan ingin lari dari rumah

kemungkinan pasien menderita skizofrenia paranoid.

D. RIWAYAT GANGGUAN DAHULU

Riwayat psikiatri : Tidak ada.5

Page 6: gangguan mental organik

Riwayat medis : Tidak ada.

Riwayat medikasi : Pasien pernah diberikan obat anti panas tiga kali

sehari, tetapi panas tidak turun, dan kemudian pasien tidak mau minum obat dan

tidak mau makan.

Kemungkinan terjadi refraktur obat (obat tidak berkhasiat). Penyebab tidak nafsu

makan sendiri banyak, antara lain karena pengaruh sitokin (contohnya IL-1) dan

neurotransmitter (contohnya serotonin).

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai petugas sekuriti pada perusahaan asing

dengan prestasi dan kesejahteraan yang baik. Dalam tugasnya pasien merupakan

orang yang sangat teliti dan rapi.

Kemungkinan pasien memiliki sifat yang perfeksionis sehingga apapun yang

dikerjakannya harus teliti dan rapi.

Sosial : Pasien merupakan orang yang mudah iri hati, ragu, dan curiga

terhadap loyalitas serta kejujuran teman dan anak buahnya serta tidak mau

mengalah jika dalam berdebat.

Pasien mungkin memiliki sikap yang paranoid sehingga timbul rasa ragu dan curiga.

Pasien mungkin juga bersifat keras kepala dilihat dari tidak mau mengalah dalam

berdebat.

Riwayat forensik : Dari alloanamnesis, diketahui bahwa enam bulan yang lalu

pasien menabrak seorang pejalan kaki dengan motornya hingga luka parah dan

dituntut membayar kerugian yang besar nilainya bagi pasien.

Kejadian ini bisa menjadi suatu stressor terjadinya gangguan pikiran, perasaan, dan

perilaku. Mungkin pasien merasa tertekan dengan kejadian tersebut karena tuntutan

membayar kerugian yang besar nilainya bagi pasien.

F. RIWAYAT KELUARGA

Tidak ada keterangan.

6

Page 7: gangguan mental organik

G. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Tidak ada keterangan.

II. STATUS MENTAL

Diperiksa pada hari Rabu tanggal 7 November 2012 pukul 08.00-10.00.

A. DESKRIPSI UMUM

o Penampilan : Tidak rapi

o Kesadaran

Kesadaran biologis : Menurun

Kesadaran psikologis : Terganggu

Kesadaran sosial : Terganggu

o Perilaku/aktivitas motorik : Gaduh gelisah, bicara kacau, sukar tidur, pernah

telanjang, dan ingin lari dari rumah

o Pembicaraan : Bicara inkoheren, jawaban tidak sesuai dengan

pertanyaan.

B. MOOD DAN AFEK

o Mood : Tidak ada keterangan.

o Ekspresi afektif

- Lokal

- Dangkal: intensitasnya kurang1

- Tak dapat dirabarasakan: pemeriksa tidak dapat merasakan mood dan afek

dari pasien.

7

Page 8: gangguan mental organik

- Skala diferensiasi sempit: Hanya bisa memberikan satu atau dua jenis

emosi

C. GANGGUAN PERSEPSI

o Halusinasi visual dan auditorik

D. BENTUK PIKIR

Pasien ini bentuk pikirnya terganggu (tidak sistematis, logis, dan informatif) karena

didapatkan dari autoanamnesis bahwa jawaban pasien tidak sesuai dengan pertanyaan

pemeriksa.

E. PROSES PIKIR

Pada pasien ini proses pikirnya termasuk inkoherensi yaitu kalimatnya sulit ditangkap

atau diikuti maksudnya, serta ditemukan ketidaksesuaian antara pertanyaan yang diberikan

dengan jawaban dari pasien.

F. ISI PIKIR

Pasien ini memiliki isi pikir berupa waham kejar yaitu waham dengan tema utama

pasien diserang, diganggu, ditipu, disiksa atau dilawan komplotan.2 Pasien memiliki

keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana

membahayakan dirinya.Waham ini menjadikan pasien selalu curiga akan segala hal dan

berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.

G. FUNGSI INTELEKTUAL

8

Page 9: gangguan mental organik

Pasien mengalami gangguan atensi karena tidak didapatkan kontak mata saat

dilakukan autoanamnesis dan disorientasi ringan pada waktu, tempat, dan orang. Tilikan

derajat 1 artinya terdapat penyangkalan pada pasien terhadap penyakitnya.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUT

A. PEMERIKSAAN FISIK

Pada inspeksi pasien tampak pucat , tidak rapih, kulit keriput, banyak keringat,

lemah dan batuk. Rongga mulut terdapat lapisan putih pada lidah dengan tepi

merah.

Interpretasi : pasien tampak pucat bisa disebabkan oleh karena gangguan dari

oksigenisasi atau dari gangguan vaskularisasi, kulit keriput bisa terjadi karena pada

pasien terdapat riwayat diare yang menyebabkan pasien dehidrasi dan terjadi

penurunan turgor kulit, banyak keringat karena kompensasi tubuh terhadap demam

yang tinggi pada pasien ini, lemah karena diare & dehidrasi, batuk merupakan gejala

prodormal dari tifoid, rongga mulut terdapat lapisan putih pada lidah dengan tepi

merah merupakan ciri khas dari coated tongue.3

Hepar teraba 2 jari dan limpa 1 jari di bawah iga. Pada auskultasi terdapat ronchi

basah pada kedua paru bawah.

Interpretasi : Hepar teraba 2 jari dan limpa 1 jari di bawah iga menandakan adanya

pembesaran dari hepar dan lien atau yang biasa disebut dengan hepatosplenomegali.3

Pada auskultasi terdapat ronchi menunjukannya adanya cairan yang mengarah kepada

pneumonia.

Nadi : 60x/menit Tekanan darah = 110/70 suhu =39oC

9

Page 10: gangguan mental organik

Interpretasi : Nadi normal (60-100x/menit), tekanan darah normal (120/80), suhu

febris (36,5-37,2oC).3

B. PEMERIKSAAN NEUROLOGI

Tidak ada keterangan.

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium : leukosit = 5.000, Hb = 12,5 gram%

Widal : Anti O = 1/160 dan Anti H = 1/320

Interpretasi : leukosit normal masih dalam batas bawah, Hb menurun (N:13-18 gr%)4

Tes Widal : Anti O 1/160 menggambarkan positif infeksi akut oleh kuman S. Typhi.

Anti H 1/320 menandakan bahwa pasien pernah mengalami tifoid.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada keterangan.

IV. DIAGNOSIS

Diagnosis Multiaksial, terdiri dari 5 aksis :5

Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis

F00-09 : Gangguan mental organik (simptomatik). Pada pasien ini, ditemukan adanya

gangguan organik, yaitu demam tifoid dengan gejala demam yang sangat tinggi, berkeringat

banyak dan diare, serta didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang yang ada. Selain itu,

terdapat pula batuk dan temuan ronkhi basah di basal paru, yang diduga sebagai gejala dari

pneumonia.

F05.0 : Tak betumpang-tindih dengan demensia. Kesadarannya delirium akibat dari

tingginya suhu badan pasien yaitu 39oC, tapi tidak ada gejala demensia. Kesadaran biologis

pasien juga disebutkan mengalami penurunan.

Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental10

Page 11: gangguan mental organik

F60.0 : Gangguan kepribadian paranoid. Pada pasien ini ditemukan sejumlah gejala

paranoid, yaitu jika berdebat ia tidak mau mengalah, mudah curiga terhadap rekan kerja dan

bawahannya. Kemungkinan, pasien memiliki memori atau kenangan tidak menyenangkan

pada kasus di mana ia harus membayar mahal akibat kecelakaan yang terjadi.

Aksis III : Kondisi Medik Umum

A00-B99 : Penyakit infeksi dan parasit tertentu. Pasien diduga menderita penyakit

sistem pencernaan yaitu demam tifoid (tifoid abdominalis) dan penyakit sistem pernapasan

berupa pneumonia, yang ditemukan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.

Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan

Psikososial dan Ekonomi : Dari alloanamnesis diketahui pasien enam bulan lalu

menabrak seorang pejalan kaki hingga luka parah sehingga menyebabkan pasien dituntut

membayar kerugian yang besar nilainya bagi pasien yang hanya memiliki pekerjaan sebagai

sekuriti di perusahaan asing.

Aksis V : Penilaian fungsi secara global

GAF 45 (mutakhir) : Gejala berat dengan disability berat, gejala berat dilihat dari pasien

ini tilikan 1 dimana terdapat juga halusinasi auditorik serta waham kejar, serta disability

beratnya dilihat dari pasien yang pernah telanjang dan ingin keluar rumah, yang itu berarti

menunjukkan pasien tidak mampu mengkoordinir dirinya lagi.

V. PATOFISIOLOGI

Adapun mekanisme terjadinya gangguan pada pasien ini adalah diawali dengan

infeksi Salmonella typhi (S. typhi). Infeksi dapat terjadi melalui makanan yang

terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos

11

Page 12: gangguan mental organik

masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Respons imunitas humoral

mukosa (IgA) usus kurang baik sehingga kuman dapat menembus sel-sel epitel (terutama

sel-M) dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria, kuman berkembang dan

difagositosis oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag.6

Kuman dapat hidup dan berkembang biak dalam makrofag, karena sifatnya yang

fakultatif intraseluler, dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan kemudian

ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya, melalui duktus torasikus kuman yang

terdapat di dalam makrofag tersebut masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan

bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial

tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit

dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke

dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai

tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.6

Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan

bersama cairan empedu dieksresikan secara intermitten ke dalam lumen usus. Sebagian

kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah

menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah

teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman S. typhi, terjadi pelepasan beberapa

mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik,

seperti yang ditemukan pada pasien ini, yakni demam , sakit perut dan gangguan mental.6

Bakteri S. thypi memiliki endotoksin yang dapat menempel di reseptor sel endotel

kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatri. Gangguan

neuropsikiatri yang ditemukan pada pasien ini, antara lain kesadaran fluktuatif dan

psikosis. Diduga faktor ekonomi yang buruk mempermudah terjadinya hal tersebut..6

VI. PENATALAKSANAAN

1. Istirahat dan perawatan

Pasien dianjurkan rawat inap dan diisolasi tujuan mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan.

12

Page 13: gangguan mental organik

Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan

perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus

dan pneumonia ortostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan

dijaga.

2. Diet dan terapi penunjang

Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam

tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi

penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan semakin lama.

Pemberian bubur atau makanan rendah serat bertujuan untuk mencegah terjadinya

komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus.

3. Infus Nacl fisiologis 0,9 %

Hal ini bertujuan untuk mengurangi gejala dehidrasi pada pasien, dimana pasien

mengalami pengeluaran keringat yang berlebihan, diare 6x sehari dan pada

pemeriksaan fisik diketahui kulit tampak keriput. Infus diharapkan juga dapat

membantu menurunkan suhu tubuh pasien.

4. Terapi kombinasi

Diberikan terapi kombinasi 2 antimikroba dan steroid karena memiliki manifestasi

neuropsikiatrik atau disebut pula tifoid toksik, yaitu kloramfenikol 4 x 400 mg

ditambah ampisilin 4 x 1 gram dan deksametason 3 x 5 mg.7

5. Clozapine

Adalah golongan dibenzodiazepine. Diberikan atas indikasi psikosis yang

berhubungan dengan sindrom otak organik misalnya delirium dan memiliki efek

sedasi yang kuat karena pasien mengalami kesulitan tidur. Pemberian tidak dianjurkan

lebih dari 4 minggu karena mempunyai efek samping agranulositosis. Initial dose

12,5 mg 1-2 x sehari.8

6. Haloperidol

Merupakan antipsikosis yang kuat, indikasi psikosis paranoid dalam keadaan gaduh

gelisah (kedaruratan psikiatri). Di injeksi 5 mg tiap 30 menit.

7. Konseling dan edukasi keluarga pasien.

VII. PROGNOSIS

a. Prognosis Gangguan Organik

- Ad Vitam : dubia ad Bonam

13

Page 14: gangguan mental organik

Prognosis demam tifoid tergantung pada ketepatan terapi, usia penderita,

keadaan kesehatan sebelumnya, serotip Salmonella penyebab dan ada tidaknya

komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka

mortalitasnya < 1%. Di negara berkembang, angka mortalitasnya > 10%, biasanya

karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan. Munculnya komplikasi,

seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan

pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

-Ad Functionam : ad Bonam

Fungsi organ yang terkena pada pasien ini menunjukan prognosis ke arah baik.

-Ad Sanationam : dubia ad Bonam

Relaps sesudah respon klinis awal terjadi pada 4-8% penderita yang tidak

diobati dengan antibiotik. Pada penderita yang telah mendapat terapi anti mikroba

yang tepat, manifestasi klinis relaps menjadi nyata sekitar 2 minggu sesudah

penghentian antibiotik dan menyerupai penyakit akut namun biasanya lebih ringan

dan lebih pendek.

b. Prognosis Gangguan Jiwa

Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam di karenakan beberapa faktor berikut :

Faktor-faktor yang mendukung ke arah yang lebih baik :

1. Umur pertama kali menderita gangguan jiwa.

Umur pasien pada saat ini adalah 35 tahun semakin dewasa seseorang terkena

gejala-gejala seperti ini, semakin baik prognosisnya.

2. Kepribadian premorbid

Kepribadian pasien dan peranannya sebelum onset penyakitnya adalah baik,

sehingga mendukung prognosis ke arah yang lebih baik pula.

3. Perhatian keluarga

14

Page 15: gangguan mental organik

Pasien masih memiliki dukungan keluarga yang baik, sehingga kami

menyimpulkan bahwa prognosisnya baik

4. Lamanya gangguan jiwa

Gejala pasien ini terjadi selama seminggu, sehingga mendukung prognosis ke arah

yang lebih baik.

5. Herediter

Pada pasien ini tidak diketahui terdapatnya riwayat herediter gangguan jiwa.

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

15

Page 16: gangguan mental organik

A. ANAMNESIS TAMBAHAN

Karena informasi yang kami dapatkan belum lengkap, maka untuk menegakan sebuah

diagnosis, kami memerlukan anamnesis tambahan, yaitu :

1. Melengkapi identitas pasien

Contohnya menanyakan tentang tempat tinggal. Karena kami memiliki hipotesis

demam tifoid yang merupakan penyakit yang menular secara fecal – oral, maka tempat

tinggal pasien sangat penting ditanyakan untuk memperkuat diagnosis. Sebagai

ilustrasi :

“seseorang yang tinggal di bantaran sungai dan melakukan aktifitas sehari – hari

seperti mencuci bahan makanan, buang air besar,dsb yang dilakukan di sungai akan

memiliki risiko tertular demam tifoid lebih besar”

2. Sudah berapa lama gejala- gejala gangguan prilaku yang dialami oleh pasien?

Hal ini untuk menentukan prognosis pasien, apabila semakin cepat onset timbul, maka

prognosis semakin buruk

3. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa seperti pasien?

Hal ini bertujuan apakah pasien memiliki faktor herediter terhadap gangguan yang

sedang dialaminya.

4. Sudah pernah timbul gejala seperti ini sebelumnya?

Hal ini juga untuk menentukan prognosis, apabila penyakitnya bersifat berulang, maka

prognosisnya semakin buruk

5. Riwayat kebiasaan ( pola makan, rokok, alkohol, obat – obatan terlarang)

Ini untuk mencari kaitan antara pola makan dengan gangguan jiwa yang dialami oleh

pasien, contohnya : ada gangguan jiwa yang diakibatkan oleh penyalahgunaan obat –

obatan.

B. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

16

Page 17: gangguan mental organik

Menurut kami, pada pasien ini diperlukan pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan

penunjang foto rontgen thorax untuk memastikan penyebab ronkhi basah dan mengulang tes

Widal

C. DEMAM TIFOID

Latar Belakang

Demam Tifoid, juga dikenal sebagai demam enterik, adalah penyakit multisistemik yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Presentasi klinis meliputi demam, malaise, sakit perut, dan

sembelit. Bila tidak diobati, demam tifoid dapat berkembang menjadi delirium, obtundation,

perdarahan usus, perforasi usus, dan kematian dalam waktu satu bulan onset. Komplikasi

lainnya seperti neuropsikiatri jangka panjang atau permanen.

Transmisi

Bakteri ini akan menyebar melalui pola penularan yang:

1. Fecal-oral

Melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi langsung atau oleh carrier

asimptomatik kronik.

2. Hand-to-mouth

Jika tidak mencuci tangan sebelum makan dengan tangan yang terkontaminasi oleh

bakteri ini.

3. Oral

Jika memakan buah atau sayuran mentah yang dipupuki dengan pupuk yang

terkontaminasi oleh bakteri ini. 

4. Seksual

17

Page 18: gangguan mental organik

Jika berhubungan seksual dengan orang yang merupakan carrier atau dengan yang

berpenyakit aktif atau yang tidak mencuci tangan sebelum berhubungan setelah

kontak dengan orang yang menderita penyakit ini.

Epidemiologi

Demam tifoid terjadi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang yang kondisi

sanitasi miskin. Demam tifoid adalah endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, dan

Oceania, tetapi 80% kasus berasal dari Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Laos, Nepal,

Pakistan, atau Vietnam. Di negara-negara tersebut, demam tifoid paling sering terjadi pada

daerah tertinggal. Demam Tifoid menginfeksi sekitar 21,6 juta orang (kejadian 3,6 per 1.000

penduduk) dan membunuh 200.000 orang setiap tahun.

Di Amerika Serikat, sebagian besar kasus demam tifoid muncul dalam wisatawan

internasional. Insiden tahunan rata-rata dari demam tifoid per juta wisatawan dari 1999-2006

oleh daerah atau wilayah keberangkatan adalah sebagai berikut:

Kanada - 0

Belahan Barat di luar Kanada / Amerika Serikat - 1,3

Afrika - 7,6

Asia - 10,5

India - 89 (122 tahun 2006)

Total (untuk semua negara kecuali Kanada / Amerika Serikat) - 2,2

Mortalitas / Morbiditas

Dengan terapi antibiotik cepat dan tepat, demam tifoid adalah demam jangka pendek yang

membutuhkan rata-rata 6 hari rawat inap. Bila diobati, korban memiliki beberapa gejala sisa

18

Page 19: gangguan mental organik

jangka panjang dan risiko kematian 0,2%. Demam tifoid yang tidak diobati adalah penyakit

yang mengancam jiwa dalam beberapa minggu, dengan morbiditas jangka panjang sering

melibatkan sistem saraf pusat. Angka kematian di Amerika Serikat di era pra-antibiotik

adalah 9% -13%.

Ras

Demam Tifoid tidak memiliki predileksi ras.

Seks

Lima puluh empat persen dari kasus demam tifoid di Amerika Serikat dilaporkan antara

tahun 1999 dan 2006 adalah laki-laki.

Usia

Kasus tifoid yang paling didokumentasikan melibatkan anak-anak usia sekolah dan dewasa

muda. Namun, kejadian yang sebenarnya antara anak-anak yang sangat muda dan bayi

dianggap lebih tinggi. Presentasi dalam kelompok usia mungkin atipikal, mulai dari penyakit

demam ringan sampai kejang-kejang yang parah, dan infeksi S typhi mungkin tidak dikenali.

Hal ini mungkin menjelaskan laporan yang saling bertentangan dalam literatur bahwa

kelompok ini memiliki tingkat yang sangat tinggi atau sangat rendah morbiditas dan

mortalitas.

Faktor resiko

Faktor-faktor yang dapat mempermudah seseorang tertular penyakit ini adalah:

Kerja atau bepergian di/ke daerah endemik atau pekerjaannya berhubungan langsung

dengan bakteri tersebut, seperti dokter, pekerja lab yang menangani langsung

Salmonella typhi, atau turis yang bepergian kenegara-negara endemik.

19

Page 20: gangguan mental organik

Kontak langsung dengan penderita atau orang yang baru sembuh

Sistem imunitas yang lebih

Tidak tersedianya sanitasi dan air bersih yang layak

Banjir

Pernah terkena infeksi Helicobacter pylori. Infeksi bakteri ini dan pengobatannya

akan meningkatkan pH asam lambung, sehingga tidak adekuat untuk membunuh

bakteri yang masuk kedalam lambung

Gejala

Incubation Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Post

Systemic Recovery

phase or death

(15% of

untreated

cases)

10%-20%

relapse; 3%-4%

chronic carriers;

long-term

neurologic

sequelae

(extremely

rare);

gallbladder

Stepladder fever pattern

or insidious onset fever

Very

common

Very common

Acute high fever Very rare

Chills Almost all

Rigors Uncommon

Anorexia Almost all

Diaphoresis Very common

Neurologic

Malaise Almost all Almost all Typhoid

state

(common)

Insomnia Very

common

Confusion/delirium Common Very

20

Page 21: gangguan mental organik

common cancer

(RR=167;

carriers)

Psychosis Very rare Common

Catatonia Very rare

Frontal headache

(usually mild)

Very

common

Meningeal signs Rare Rare

Parkinsonism Very rare

Ear, nose, and throat

Coated tongue Very

common

Sore throatf

Pulmonary

Mild cough Common

Bronchitic cough Common

Rales Common

Pneumonia Rare (lobar) Rare Common

(basal)

Cardiovascular

Dicrotic pulse Rare Common

Myocarditis Rare

Pericarditis Extremely

rare

21

Page 22: gangguan mental organik

Thrombophlebitis Very rare

Gastrointestinal

Constipation Very

common

Common

Diarrhea Rare Common (pea soup)

Bloating with tympany Very

common

(84%)

Diffuse mild abdominal

pain

Very

common

Sharp right lower

quadrant pain

Rare

Gastrointestinal

hemorrhage

Very rare;

usually trace

Very common

intestinal perforation Rare

Hepatosplenomegaly Common

Jaundice Common

Gallbladder pain Very rare

Urogenital

Urinary retention Common

Hematuria Rare

Renal pain Rare

Musculoskeletal

22

Page 23: gangguan mental organik

Myalgias Very rare

Arthralgias Very rare

Rheumatologic

Arthritis (large joint) Extremely rare

Dermatologic

Rose spots Rare

Miscellaneous

Abscess (anywhere) Extremely

rare

Extremely

rare

Extremely

rare

a Very common: Symptoms terdapat lebih dari setengah kasus (antara 65%-95%).

b Very rare: Symptoms terdapat kurang dari 5% kasus.

c Almost all: Symptoms terdapat hampir di semua kasus.

d Common: Symptoms terdapat di 35%-65% kasus.

e Rare: Symptoms terdapat di 5%-35% kasus.

f Blank cells: Symptoms tidak diketahui

g Extremely rare: Symptoms hanya terdapat di beberapa kasus.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul (dari yang paling sering ke yang paling jarang) adalah:

Pendarahan gastrointestinal (10-20%), Perforasi usus (1-3%), yang paling sering

muncul pada minggu ketiga dan keempat.

23

Page 24: gangguan mental organik

Gejala neurologis seperti meningitis,Guillain-Barre syndrome, neuritis, gejala-gejala

neuropsikiatrik (delirium dengan mengigau, coma vigil) dengan menjumput seprei

atau selimut dan benda-benda khayalan.

Disseminated Intravascular Coagulation, sindrom hematofagositik, pancreatitis, abses

dan granuloma hepatik dan splenik, endocarditis, pericarditid, myocarditid, orchitis,

hepatitis,glomerulonefritis, pyelonefritis, hemolytic uremic syndrome, pneumonia,

arthritis, osteomyelitis,dan parotitis

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran atau tertular penyakit ini

adalah:

1. Vaksinasi ada dua tipe vaksin yang saat ini beredar untuk masyarakat, yaitu:

a. Vaksin Ty21a, yang diberikan pada hari 1, 3, 5, 7, dengan booster tiap 5 tahun.

Usia minimum adalah 6 tahun karena vaksin ini merupakan yang tipe oral live

attenuated, yang jika diberikan pada anak yang sistem pertahanan tubuhnya

belum baik, malah akan menyebabkan penyakit.

b. Vaksin ViCPS, yang diberikan per IV dalam satu kali suntikan, dengan

booster tiap 2 tahun sekali. Vaksin ini merupakan purified Vi polisaccharides

dari kapsul bakteri. Dan usia minimum pemberian adalah dua tahun.

2. Untuk mencegah diri sendiri tidak tertular anda harus mencuci tangan dengan baik

dan benar, jangan meminum air mentah, dan jika harus membeli makanan matang,

pilihlah makanan yang panas, serta bersihkan rumah anda tiap hari.

3. Untuk mencegah penularan ke orang lain, pasien jangan menyentuh atau mengolah

makanan atau minuman, pisahkan barang-barang yang dipakai pasien, selalu cuci

tangan, dan bersihkan rumah tiap hari.9

24

Page 25: gangguan mental organik

BAB IV

KESIMPULAN

Pada kasus ini, pasien kami yang bernama Tn. Taufik berusia 35 tahun datang dengan

keluhan utama bicara kacau dan badan panas tinggi. Berdasarkan hasil anamnesis baik

25

Page 26: gangguan mental organik

autoanamnesis dan alloanamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium kami

dapat membuat suatu diagnosis. Diagnosis yang kami tegakkan menggunakan kriteria

diagnosis secara multiaksial sesuai dengan PPDGJ-III. Penatalaksanaan yang kami lakukan

adalah penanganan eklektik-holistik yaitu meliputi bidang organobiologik, psikoedukatif dan

sosiokultural serta mengikuti kaedah-kaedah ilmu kedokteran yang mutakhir.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Laporan Psikiatri. In: Muttaqin H, Sihombing RNE, editors. Buku

Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2010.p.14.

2. Yager J, Gitlin MJ. Clinical Manifestations of Psychiatric. In: Sadock BJ, Sadock VA,

editors. Kaplan & Sadocks’s Comprehensive Textbook of Psyhiatry. 7th ed. Philadelphia:

Lippincott Williams and Wilkins; 2000.p.797.

26

Page 27: gangguan mental organik

3. Natadidjaja H. Pemeriksaan Fisik. In: Saputra L, editor. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Penyakit Dalam. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher; 2012.p.30, 97.

4. Priyana A. Patologi Klinik. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2010.p.7, 17.

5.Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma

Jaya. 2001.p.11-9.

6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Ed 6 th. Jakarta:

EGC; 2005.

7.Widodo D. Demam Tifoid. In: Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Editors. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.2803.

8.Drug.com. Clozapine. Available from : http://www.drugs.com/clozapine.html. Accesed at

: 7 November 2012.

9.John LB. Typhoid Fever. Update at: 21 September 2011. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview#a0199. Accessed at: 7

November 2012.

27