gambaran umum wilayah penelitian 4.1 gambaran umum kota...
TRANSCRIPT
36
BAB IV Gambaran Umum Wilayah Penelitian
4.1 Gambaran Umum Kota Palangka Raya
Palangka Raya adalah kota yang menjadi Ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah. Secara geografis, Kota Palangka Raya terletak pada : 113°30′ – 114°07′
Bujur Timur dan 1°35' – 2°24′ Lintang Selatan. Wilayah administrasi Kota
Palangka Raya terdiri atas 5 (lima) wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan
Pahandut, Sabangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan Rakumpit yang terdiri dari 30
Kelurahan . Kota Palangka Raya mempunyai luas wilayah 2.678,51 Km2
(267.851 Ha) dibagi ke dalam 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut,
Sabangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan Rakumpit dengan luas masing-masing
117,25 Km2, 583,50 Km2, 352,62 Km2, 572 Km2 dan 1.053,14 Km2.
Palangka Raya adalah kota yang masih cukup muda umurnya di
bandingkan kota lain yang menjadi ibukota provinsi. Pembentukan Provinsi
Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957,
Lembaran Negara Nomor 53 berikut penjelasannya (Tambahan Lembaran Negara
Nomor 1284) berlaku mulai tanggal 23 Mei 1957, yang selanjutnya disebut
Undang-undang Pembentukan Daerah Swatantra Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958, Parlemen Republik
Indonesia tanggal 11 Mei 1959 mengesahkan Undang-undang Nomor 27 Tahun
1959, yang menetapkan pembagian Provinsi Kalimantan Tengah dalam 5 (lima)
Kabupaten dan Palangka Raya sebagai Ibukotanya. Dengan berlakunya Undang-
undang Nomor 27 Tahun 1959 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia tanggal 22 Desember 1959 Nomor Des. 52/12/2-206, maka
ditetapkanlah pemindahan tempat dan kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan
Tengah ke Palangka Raya terhitung tanggal 20 Desember 1959. Selanjutnya,
Kecamatan Kahayan Tengah yang berkedudukan di Pahandut secara bertahap
37
mengalami perubahan dengan mendapat tambahan tugas dan fungsinya, antara
lain mempersiapkan Kotapraja Palangka Raya. Kahayan Tengah ini dipimpin oleh
Asisten Wedana, yang pada waktu itu dijabat oleh J. M.Nahan
Peningkatan secara bertahap Kecamatan Kahayan Tengah tersebut dalam
rangka pembentukan provinsi dan ibukota provinsi, lebih nyata lagi setelah
dilantiknya Bapak Tjilik Riwut sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Kalimantan Tengah pada tanggal 23 Desember 1959 oleh Menteri Dalam Negeri,
dan Kecamatan Kahayan Tengah di Pahandut dipindahkan ke Bukit Rawi. Pada
tanggal 11 Mei 1960, dibentuk pula Kecamtan Palangka Khusus Persiapan
Kotapraja Palangka Raya yang dipimpin oleh J.M. Nahan. Selanjutnya sejak
tanggal 20 Juni 1962 Kecamatan Palangka Khusus Persiapan Kotapraja Palangka
Raya dipimpin oleh W. Coenrad dengan sebutan Kepala Pemerintahan Kotapraja
Administratif Palangka Raya.
Dari sisi populasi, jumlah penduduk kota Palangka Raya sendiri tergolong
kota yang tidak pada penduduk. Kota yang memiliki luas 276,851 ha ini hanya
memiliki populasi sebanyak 224.663 jiwa, yang mana 51,14% laki-laki dan 48,86
% perempuan. Berdasarkan luas wilayah dibanding dengan jumlah penduduk
yang ada, kepadatan penduduk Palangka Raya tergolong jarang, dimana ada
hanya sekitar 84 orang per km perseginya. Dari keseluruhan penduduk Palangka
Raya, 68,73 % berumur 15 tahun ke atas yang merupakan penduduk usia
produktif secara ekonomis.
Tabel 1
Data jumlah Penduduk Palangka Raya
Agama & Aliran
Kepercayaan
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan Jumlah
Islam 89 557 85 081 174 638
Kristen 36 912 37 056 73 968
Katolik 2 347 2 262 4 609
Hindu 2 023 2 081 4 104
Budha 247 200 447
Konghucu 13 7 20
Aliran Kepercayaan 1 178 1 172 2 350
Total 132 277 127 859 260 136
Sumber : Buku Palangka Raya Dalam Angka 2010
Penduduk di Palangka Raya sendiri terdiri dari berbagai macam etnis, yaitu Suku
Dayak sebagai masyarakat lokal, dan berbagai etnis pendatang lain seperti Suku
Banjar, Jawa, Batak, Bugis, Ambon, Padang, dan lain-lain
4.2 Dewan Adat Dayak (DAD)
Dewan ada dayak (DAD) adalah organisasi etnis yang ditujukan untuk
masyarakat yang bersuku bangsa Dayak. Organisasi ini bertujuan untuk
melestarikan kebudayaan-kebudayaan Dayak yang saat ini berhadap dengan
tantangan jaman dan era modern. Organisasi ini tidak hanya berupaya
mengupayakan keletarian kebudayaan tidak hanya dari bidang kesenian semata,
tetapi kebudayaan dayak secara menyeluruh hingga sampai pada kehidupan
masyarakat dayak sehari-hari dan hukum adat.
DAD pertama kali bentuk pada bulan Mei 2001, yang diprakarsai oleh
beberapa orang tokoh Dayak yang berasal dari Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, yang berdomisili di
Balikpapan. DAD mulai melakukan berbagai kegiatan yang berupaya untuk
melestarikan kebudayaan dayak, namun belum hingga menyeluruh Kalimantan.
Pengembangan dan perluasan DAD sendiri terus menerus diupayakan hingga ke
38
39
seluruh kalimantan. Akhirnya pada tahun 2004, DAD di sahkan dalam lingkup
seluruh Kalimantan dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) Dewan Adat Dayak
se Kalimantan (DADK), di Pontianak Kalimantan Barat. Disahkan DAD ini
ternyata mempercepat meluasnya keberadaan DAD di Seluruh Kalimantan.
Dengan segera kemudian berbagai cabang DAD didirikan di berbagai daerah.
Keberadaan DAD di berbagai daerah di Kalimantan membawa berbagai
pergerakan dari masyarakat dayak sendiri dalam berbagai bidang, mulai dari
pemberdayaan masyarakat, pendidikan, ekonomi, bahkan pemecahan berbagai
konflik dan masalah HAM. Tetapi pergerakan DAD di tiap daerah ini belum
menuju gerakan bersama yang benar-benar terkoordinir dan mengarah pada
gerakan bersama dengan tujuan bersama yang jelas. DAD di tiap daerah masaiah
bergerak dengan berbagai permasalahan yang terjadi di daerah masing-masing dan
belum punya gerakan bersama, terutama yang terwujud dalam program bersama.
Pada tahun 2006 DAD kembali mengadakan Munas, dengan nama
Musyawarah II Dewan Adat Dayak se Kalimantan, dengan salah satu keputusan
penting untuk membentuk satu organisasi Dayak lainnya yang memiliki cakupan
nasional, yaitu Majelis Adat Dayak Nasional (MADN). Organisasi ini bukanlah
organisasi yang kemudian benar-benar terlepas dari DAD sebagai
pemprakarsanya. MADN berdiri dengan tujuan untuk mengkoordinasikan
keberadaan seluruh lembaga adat dan organisasi masyarakat Dayak yang dalam
lingkup nasional. Pada kenyataannya lembaga dan organisasi Dayak, tidak hanya
terdapat di Kalimantan, tetapi juga di daerah lain seperti di Jakarta, Jawa tengah,
Yogyakarta, dan berbagai kota lain. Organisasi Dayak di luar Kalimantan ini
adalah organisasi yang didirikan oleh orang-orang dayak yang tinggal dan
berdomisili di luar Kalimantan.
MADN yang terbentuk dari Munas II DADK merupakan lembaga
tertinggi dari segi hirarkis di semua Lembaga Adat Dayak yang ada di
Kalimantan. MADN menjadi wadah bagi hubungan antara semua DAD se
Kalimantan dan Lembaga Adat lainnya Di kalimantan Tengah sendiri Lembaga
40
Ada Dayak memiliki hirarki, yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah No. 16 Tahun 2008, pasal 4. Hirarki tersebut adalah :
1. Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) adalah lembaga adat tingkat
nasional yang bertugas sebagai lembaga koordinasi, sinkronisasi,
komunikasi, pelayanan, pengkajian, wadah menampung dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan semua tingkat Lembaga Adat
Dayak.
2. Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah merupakan Lembaga
Adat Dayak tingkat Provinsi, bertugas melaksanakan program kerja
dari MADN, menjalankan fungsi koordinasi dan supervisi terhadap
seluru Dewan Adat Dayak kabupaten/Kota di wilayah Kalimantan
Tengah.
3. Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten/Kota adalah Lembaga Adat
Dayak tingkat Kabupaten/Kota, bertugas melaksanakan program kerja
dari Dewan Adat Dayak tingkat Provinsi, menjalankan fungsi
koordinasi dan supervisi terhadap seluruh Dewan Adat tigkat
Kecamatan dan Lembaga Kedemangan di wilayahnya.
4. Dewan Adat Dayak (DAD)Kecamatan adalah Lembaga Adat Dayak
di tingkat Kecamatan, bertugas melaksanakan program kerja dari
Dewan Adat Dayak kabupaten/Kota, menjalankan fungsi koordinasi
dan supervisi terhadap seluru Dewan Adat Dayak tingkat Desa dan
Kelurahan; Kedamangan dipimpin oleh seluruh Dewan Adat Dayak
tingkat Desa/Kelurahan sebagai Ketua Kerapatan Mantir/Let
Perdamaian Adat tingkat Kecamatan.
5. Dewan Adat Dayak (DAD) Desa/Kelurahan adalah Lembaga Adat
Dayak tingkat Desa/Kelurahan, bertugas melaksanakan program kerja
DAD tingkat Kecamatan; Kerapatan Mantir/Let Perdamaian Adat
Desa/Kelurahan.
Gambar 2
Struktur Lembaga Adat Dayak
41
4.3 Musyawarah Penolakan FPI
Penolakan FPI di Palangka Raya pertama kali berawal bukan pada tataran
masyarakat biasa. Penolakan ini berawal dari info tentang akan akan didirikan dan
diresmikannya pendirian FPI Cabang Kalimantan Tengah di Palangka Raya pada
tanggal 11 Februari 2012. Info ini bersumber dari Komunitas Intelejen Daerah
(KOMINDA) cabang Kalimantan Tengah. Info ini kemudian di teruskan ke
KESBANGPOLINMAS Kalimantan Tengah1.
Bersama dengan KESBANGPOLIMAS, KOMINDA kemudian
mengadakan pertemuan dengan berbagai kelompok masyarakat dan tokoh-tokoh
masyarakat yang ada di kalimantan tengah pada tanggal 9 Februari 2012. Pada
1 Hasil dari wawacancara dengan Yansen Binti, Ketua Gerakan Pemuda Dayak Indonesia (GPDI), organisasi binaan dari DAD. Penuturan Yansen Binti kemudian Dibenarkan oleh Sabran Achmad, Ketua DAD Kalimantan Tengah.
MAJELIS ADAT DAYAK NASIONAL
DEWAN ADAT DAYAK PROVINSIKALIMANTAN TENGAH
DEWAN ADAT DAYAK PROVINSIKabupaten/Kota
DEWAN ADAT DAYAK PROVINSIKecamatan
DEWAN ADAT DAYAK PROVINSIDesa/Kelurahan
Kedamangan dan Kerapatan Mantir Perdamaian Adat
Kecamatan
Kerapatan MantirPerdamaian Adat Desa/Kelurahan
Garis hitam : Hubungan KoordinasiGaris Putus‐putus : Hubungan Hirarki
42
pertemuan ini tercatat dihadiri seluruh kelompok dan tokoh yang ada di Palangka
Raya, dari semua kelompok etnis, agama, dan kelompok masyarakat lainnya.
Salah satu organisasi yang diundang dan ikut dalam pertemuan tersebut adalah
MADN, yang kemudian di wakili oleh DAD Kalimantan Tengah. Tujuan dari
pertemuan ini adalah memberikan info terkait kegiatan peresmian FPI Cabang
Palangka Raya dan semua kelompok dimintai pandangannya.
Pada pertemuan tersebut setiap kelompok kemudian menyampaikan
pandangannya terkait info yang telah diberikan. Setelah satu persatu pihak yang
ikut dalam pertemuan tersebut, kemudian didapatkan kesimpulan bahwa setiap
pihak yang hadir belum merasa bahwa FPI berdiri di Kalimantan Tengah,
khususnya di Palangka Raya. Pernyataan yang dikeluarkan tersebut di dasari
alasan bahwa FPI adalah organisasi yang kerap menggunakan kekerasan di tengah
masyarakat. Semua pihak yang hadir dalam pertemuan itu khawatir dengan
masuknya FPI di Kalimantan Tengah akan merusak kerukunan masyarakat dan
antar umat beragama yang sudah terjalin dengan baik.
Keesokan harinya, DAD Kalimantan Tengah dan MADN mengadakan
rapat Pleno yang berlokasi Rumah Betang di Sekretarian MADN/DAD yang
kebetulan berada di area komplek kantor Gubernur Kalimantan Tengah. Ada
beberapa agenda yang dibicarakan dalam rapat tersebut, salah satunya agenda
utama adalah persiapan peresmian organisasi Dayak baru yang bernama Barisan
Pertahanan Masyarakat Adat Dayak (BATAMAD). Sementara itu, hasil
pertemuan yang diadakan KESBANGPOLINMAS hanyalah info pada akhir rapat
dan direncanakan sebagai agenda untuk rapat pleno selanjutnya.
Di saat rapat sedang berlangsung, secara mendadak ada massa yang datang dan
berkumpul Betang. Massa yang datang ternyata adalah masyarakat Dayak yang
tidak hanya datang dari Palangka Raya, tetapi juga dari daerah-daerah di
sekitarnya. Masyarakat tersebut berkumpul di luar rencana dan tanpa undangan.
Kebanyakan datang karena mobilisasi dan info melalui sms dan info dari mulut ke
mulut. Massa yang berjumlah lebih dari seratus (100) orang ini kemudian
menanyakan apakah benar pada tanggal 11 akan diadakan pelantikan pengurus
dan peresmian FPI Cabang Kalimantan Tengah di Palangka Raya.
Gambar/Foto 3 dan 4
Situasi pada saat massa datang ke kesekretariatan MADN/DAD
43
Gambar/Foto 4
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
Pihak MADN/DAD membenarkan info yang massa tanyakan. Jawaban
tersebut membuat massa menjadi riuh dan mulai bangkit emosinya. Bahkan massa
sempat mengekspresikan emosinya dengan menari-nari dan memainkan alat
musik yang memang sengaja di bawa. Melihat keadaan ini maka kemudian rapat
pleno dihentikan dan MADN, melalui DAD, mengadakan musyawarah bersama
masyarakat yang sudah hadir di rumah betang. Hal ini dilakukan agar dapat
menampung pendapat dan aspirasi masyarakat Dayak yang sudah hadir pada saat
itu2. DAD langsung membuka rumah Betang dan mempersilahkan massa yang
sudah hadir untuk masuk. Seketika saat itu juga ruma betang menjadi penuh dan
bahkan ada banyak orang yang tidak bisa masuk ke dalam rumah betang.
Gambar/Foto 5
Kondisi diluar Betang saat musyawarah dimulai
44
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
2 Musyawarah Ini Langsung ditangani Oleh DAD Provinsi Kalimantan Tengah.
Gambar/Foto 6
Pihak DAD sedang menyampaikan sambutan kepada masyarakat yang hadir
dalam msuyawarah
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
Pada pelaksanaan musyawarah mendadak tersebut, DAD memberikan info
yang sebenarnya mulai terkait info pelantikan pengurus dan peresmian FPI di
Palangka Raya, serta pertemuan yang diselengggarakan oleh
KESBANGPOLINMAS. Selesai memberikan info, DAD memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada massa untuk berbicara dan memberikan
pendapat dan menyampaikan aspirasinya.
Hasil dari musyawarah mendadak yang diadakan oleh DAD akhirnya tetap
sama dengan hasil yang didapat dari pertemuan yang diselengarakan
KESBANGPOLINMAS. Masyarakat dayak yang ikut musyawarah di Betang
menolak kehadiran FPI di Kalimantan Tengah, khususnya di Palangka Raya. FPI
dianggap sebagai organisasi yang menggunakan kekerasan. Kehadiran FPI yang
merupakan organisasi yang dekat dengan label kekerasan membuat masyarakat
yakin bahwa kehadiran FPI hanya akan merusak kerukunan yang sudah ada.
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
45
46
Masyarakat menolak kehadiran FPI karena mereka merasa kearifan lokal
yang ada, yang di kemas dengan semboyan “budaya betang” sudah cukup baik
menciptakan kerukunan. Budaya huma betang (rumah panjang) adalah budaya
hidup rukun yang diangkat dari budaya dayak. Pada zaman dulu orang dayak
tinggal di rumah panjang secara komunal. Meskipun didalamnya terdapat
perbedaan secara ekonomi, status sosial, atau bahkan kepercayaan, penghuninya
tetap rukun dan hidup dengan solidaritas. Budaya inilah yang kemudian dan
dikembangkan di Kalimantan Tengah, termasuk di Palangka Raya. Kerukunan
yang di dasarkan pada pemahamn inilah yang dikhawatirkan akan rusak dengan
kehadiran FPI.
Masyarakat Dayak yang hadir tidak hanya sampai pada kesepakatan untuk
menolak kehadiran FPI. Pada penghujung musyawarah, DAD diminta untuk
membuat surat pernyataan sikap dan pers release terkait kesepakatan yang dibuat
dalam musyawarah. Surat pernyataan dalam pers release tersebut memuat 16
point yang berisi tentang kronologis pembuatan surat tersebut dan point yang
memuat tentang pernyataan Penolakan FPI oleh DAD atas nama masyarakat
Dayak di Palangka Raya dan sekitarnya
Gambar/Foto 7
Pihak DAD Membacakan Surat Pernyataan Hasil Musyawarah
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
Gambar/Foto 8,9 dan 10
47
Surat Pernyataan Sikap Menolak Kehadiran FPI di Kalimantan Tengah
Gambar/Foto 9 Sumber : Dayan, 10 februari 2012
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
48
Gambar/Foto 10
Sumber : Dayan, 10 februari 2012
49