gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan...

125
GAMBARAN TINDAKAN K STROKE PU Diaju PROGR FAKULTAS UNIVERSITAS N KELUARGA DALAM MEMUT KESEHATAN PADA KELUARGA E BERULANG DI WILAYAH KE USKESMAS CIPUTAT TIMUR SKRIPSI ukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: NINING RATNASARI 109104000035 RAM STUDI ILMU KEPERAWATA KEDOKTERAN DAN ILMU KESE S ISLAM NEGERI SYARIF HIDAY JAKARTA 1435 H/2014 M TUSKAN A DENGAN ERJA TAN EHATAN YATULLAH

Upload: buidang

Post on 03-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA DENGAN

STROKE BERULANG PU

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA DENGAN

STROKE BERULANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

NINING RATNASARI

109104000035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN AKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H/2014 M

GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA DENGAN

WILAYAH KERJA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN AKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

SYARIF HIDAYATULLAH

Page 2: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

i

LEMBAR PERNHYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nining Ratnasari

NIM : 109104000035

Judul Skripsi : Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan

Kesehatan Pada Keluarga dengan Stroke Berulang di

Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam skripsi ini:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Ciputat, Januari 2014

Nining Ratnasari

Page 3: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

ii

Page 4: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

iii

Page 5: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

iii

Page 6: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nining Ratnasari

Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 05 Juli 1991

Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Ujung Menteng Rt.004/008 No.35 Medan Satria,

Bekasi Barat 17132

Telepon : 085711140649

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Medan Satria VII Bekasi Barat [1996-2002]

2. SMP Negeri 256 Jakarta Timur [2002-2005]

3. SMA Negeri 89 Jakarta Timur [2005-2008]

Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:

1. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization

Era” tahun 2009

2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”

pada tahun 2009

3. Seminar “Produk yang Aman, Bergizi dan Halal untuk Kemandirian

Bangsa” tahun 2009

4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”

pada tahun 2009

Page 7: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

vi

5. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di

Rumah” tahun 2010

6. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco”

tahun 2010

7. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment

Method Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The

Future” tahun 2011

8. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”

tahun 2012

9. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012

10. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan

Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan

Global” tahun 2012

11. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam

Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012

12. Seminar Keperawatan “Update Diagnsa NANDA, Aplikasi ISDA dan

Diagnostic Reasoning” tahun 2012

13. Workshop Keperawatan “Update Diagnsa NANDA, Aplikasi ISDA dan

Diagnostic Reasoning” tahun 2012

14. Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept,

Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in

Indonesia” tahun 2013

Page 8: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Pelajarilah olehmu akan ilmu, sebab mempelajari ilmu akan memberikan rasa takut kepada

Allah SWT. Menuntutnya merupakan ibadah, mengulang-ulang merupakan tasbih,

membahasnya merupakan jihad, mengajarkannya kepada orang-orang yang belum mengetahui

merupakan sedekah, dan menyerahkan kepada ahli-Nya merupakan pendekatan diri kepada

Allah SWT”. (HR. Ibnu Abdul)

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan

karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan,

dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan

selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah

awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.

Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...

My Big and Little Brother

Untuk kakak dan adikku, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian,

walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa

tergantikan, Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu menjadi yang

terbaik untuk kalian semua...

My Best friend’s

(Land-J tercinta: Nurqom, Erin, Nurul, Novia, Sandra, Fifo, Tami)

Buat sahabatku, terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran, ojekkan, dan

semangat yang kalian berikan selama kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah

kalian berikan selama ini. Sayang kalian semua. Semoga keakraban kita selalu terjaga.

Land-J Fighting!

PSIK Angkatan 2009

‘Empat tahun” waktu itu cukup untuk ku mengatakan aku bangga pernah berada di tengah-

tengah kalian.

.……..”Your Dreams Today, Can Be Your Future Tomorrow”…….

NINING RATNASARI

Page 9: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2014 Nining Ratnasari, NIM: 109104000035 Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur xvii + 82 halaman + 7 lampiran

ABSTRAK

Kemampuan keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada anggota keluarga dengan stroke berulang. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dan pengambilan data penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam. Partisipan dipilih dengan tehnik purposive sampling. Partisipan dalam penelitian ini adalah anggota keluarga yang bertugas dalam membuat keputusan, terutama terkait masalah kesehatan dalam keluarga. Data dianalisis menggunakan langkah-langkah analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi: reduksi data, display data, analisa isi, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian ini didapatkan pengambilan keputusan keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan meliputi tema-tema sebagai berikut, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, proses pengambilan keputusan, keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan, keluarga dalam memutuskan penggunan pelayanan kesehatan, dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan, cara untuk pencegahan stroke berulang, dan ketidakpatuhan pengobatan. Pengambilan keputusan dalam keluarga merupakan faktor penting dalam menentukan bagaimana pasien akan mendapatkan pengobatan dan perawatan. Pelayanan kesehatan sendiri perlu pemahaman dalam proses pembuatan keputusan keluarga, hal ini penting dalam memberikan perawatan kesehatan efektif, terutama jika keluarga mempunyai masalah dalam memutuskan kebutuhan perawatan kesehatan.

Kata kunci: keluarga, pengambilan keputusan, stroke berulang Daftar bacaan 70 (1993-2013)

Page 10: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

ix

SCHOOL OF NURSING FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, January 2014 Nining Ratnasari, NIM: 109104000035 Description of Family in Deciding Health Action in Families with Recurrent Stroke in Puskesmas Ciputat Timur Working Area xvii + 82 pages + 7 attachments

ABSTRACT

Family's ability to make appropriate health decisions are influenced by knowledge of the family in identifying health problems of family members. This study aims to determine how the family in deciding health action in family members with recurrent stroke. The method used is qualitative research with descriptive phenomenological approach and data research retrieval done with in-depth interviews. Participants were selected by purposive sampling technique. Participants in this study were family members who served in making decisions, especially related health problems in the family. Data were analyzed using the steps of data analysis in qualitative research include: data reduction, data display, content analysis, and conclusions. The results of this study showed family decision making in deciding health measures include the following themes: the factors that influence decision-making, decision making process, family in deciding treatment financing, family in deciding to use of health services, the psychological impact of delegating decision -making, how to prevent recurrent stroke, and treatment adherence. Decision making in the family is an important factor in determining how a patient will receive treatment and care. The health service have to understanding of family decision-making process, it is important to provide effective health care, especially if the family has a problem in deciding health care needs.

Keywords: family, decision making, recurrent stroke Reading list 70 (1993-2013)

Page 11: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang

benderang. Puji syukur atas nikmat dan kebesaran-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Keluarga dalam Memutuskan

Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja

Puskesmas Ciputat Timur” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu

persyaratan untuk memeperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi.

Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai

pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin

mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak yang

tidak terhingga, kepada:

1. Bapak Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku pembimbing

Page 12: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

xi

kedua yang banyak sekali memberikan masukan, pengetahuan dan

membimbing penulisan.

3. Ibu Ita Yuanita, S. Kp, M. Kep selaku pembimbing pertama yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk meberikan bimbingan,

petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi.

4. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing akademik yang

selalu memberikan nasehat dan dukungan selama proses pendidikan di

Program Studi Ilmu Keperawatan.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

mengajarkan dan membimbing penulis, serta staf akademik Bapak Azib

Rosyidi, S,Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah membantu urusan di kampus.

6. Ucapan terimakasihku yang teristimewa kepada keluarga, terutama orang tua

penulis yang tercinta (Jerisman Johan dan Siti Chotimatun) yang selalu

mendoakan anaknya serta memberikan dorongan baik materi maupun moril

dan kakak dan adik penulis yang tercinta (Juliardi Johan dan Febri Oktavian)

yang selalu meberikan support dan doa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna kerena

keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun guna perbaikan skripsi ini. semoga rahmat

Allah SWT selalu tercurah untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, Januari 2014

Penulis

Page 13: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................5

C. Pertanyaan Penelitian ...............................................................................6

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................6

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................6

F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga ..................................................................................................8

1. Definisi keluarga ..............................................................................8

Page 14: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

xiii

2. Bentuk Keluarga ...............................................................................8

3. Struktur Keluarga .............................................................................10

4. Fungsi Keluarga ...............................................................................11

5. Tugas Kesehatan Keluarga ...............................................................12

B. Konsep Kekuasaan dan Pembuatan Keputusan.......................................15

1. Definisi Kekuasaan Keluarga ...........................................................15

2. Landasan Kekuasaan Keluarga ........................................................15

3. Pembuatan Keputusan Keluarga ......................................................17

4. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan ....................................18

5. Dasar Pengambilan Keputusan.........................................................19

6. Etika Pengambilan Keputusan .........................................................21

C. Stroke .....................................................................................................22

1. Definisi Stroke..................................................................................22

2. Definisi Stroke Berulang ..................................................................23

3. Faktor Resiko Stroke ........................................................................23

4. Klasifikasi Stroke .............................................................................28

5. Patofosiologi Stroke .........................................................................29

6. Penatalaksanaan Stroke Berulang ....................................................31

D. Kerangka Teori ........................................................................................40

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep ....................................................................................41

B. Definisi Istilah .........................................................................................41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian .....................................................................................43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................43

C. Partisipan Penelitian ................................................................................44

D. Instrumen Penelitian ................................................................................45

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................45

Page 15: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

xiv

F. Teknik Analisa Data ................................................................................49

G. Validasi Data ...........................................................................................50

H. Etika Penelitian .......................................................................................51

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...................................................52

B. Hasil Penelitian ......................................................................................53

1. Karakteristik Partisipan ....................................................................53

2. Gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan ...........54

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................................64

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ............65

2. Proses pengambilan keputusan.........................................................68

3. Keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan ...................70

4. Keluarga dalam memutuskan penggunan pelayanan kesehatan ......71

5. Dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan .73

6. Cara untuk pencegahan stroke berulang ...........................................74

7. Ketidakpatuhan pengobatan .............................................................76

B. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................77

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................79

B. Saran .......................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam kerangka kerja pengambilan

keputusan (decision-making framework)……………...

22

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on

Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of

High Blood Pressure)………………………………….

25

Table 5.1 Karakteristik Partisipan……………………………….. 53

Page 17: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

xvi

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 41

Page 18: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 2 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Dinas Kesehatan Tangerang

Selatan

Lampiran 3 Permohonan izin penelitian

Lampiran 4 Lembar perizinan peneliti untuk melakukan wawancara

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Informan

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Mendalam

Lampiran 7 Matriks AnalisisTematik

Page 19: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular/ non-communicable diseases (NCD), terutama

penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes

merupakan ancaman utama bagi kesehatan dan perkembangan manusia.

Keempat penyakit tersebut adalah pembunuh terbesar di dunia, diperkirakan

menyebabkan 35 juta kematian setiap tahun, 60% dari semua kematian secara

global dan 80% terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan

menengah (World Health Organization, 2008). WHO memperkirakan tahun

2015 akan terjadi peningkatan kematian akibat NCD sekitar 23% di negara

berpenghasilan menengah dan rendah (WHO, 2010).

Stroke merupakan salah satu dari empat penyakit tidak menular

(NCD) yang menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Stroke mengacu pada

setiap gangguan neurologis mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau

terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price, 2005). Stroke

atau cedera serebrovaskular/ cerebrovascular accident (CVA) adalah

kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh berhentinya suplai darah ke

bagian otak yang berkembang cepat (Smeltzer, 2001). Stroke adalah suatu

gejala klinis yang muncul akibat gangguan suplai darah ke otak yang dapat

bersifat irreversible dan dapat menyebabkan kematian.

Setiap tahunnya ±795.000 orang mengalami stroke baru atau berulang

(iskemik atau hemoragik). Sekitar 610.000 di antaranya adalah serangan

Page 20: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

2

pertama, dan 185.000 adalah serangan berulang, dari semua stroke yang

terjadi, 87% adalah stroke iskemik, 10% stroke hemoragik intraserebral, dan

3% stroke hemoragik subaraknoid (American Heart Association, 2013).

Dalam 5 tahun dari kejadian stroke pertama, resiko stroke berulang

meningkat lebih dari 40%. Prevalensi nasional stroke di Indonesia adalah

0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Prevalensi stroke

di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah

didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Prevalensi

stroke di Provinsi Banten ditemukan sebesar 7,2 per 1000 penduduk, dan

yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 5,9 per 1000 penduduk

(Riset Kesehatan Dasar, 2007).

Stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian setelah penyakit

jantung dan kanker, dengan laju mortalitas 18%-37% untuk stroke pertama

dan 62% untuk serangan stroke selanjutnya (Smeltzer, 2001). Perth

Community Stroke Study menyatakan kematian pada 30 hari setelah stroke

berulang pertama adalah 41%, yang secara signifikan lebih besar dari pada

kasus kematian pada 30 hari setelah stroke pertama kalinya (22%) (Hardie et

al, 2004). Berdasarkan studi tersebut terlihat bahwa serangan stroke berulang

memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dari serangan pertama. Di

Indonesia, stroke tanpa menyebut infark atau perdarahan intrakranial

merupakan penyebab kematian terbanyak di rumah sakit pada tahun 2007

masing-masing 5,24% dan 3,99% dari seluruh kematian di rumah sakit (Profil

Kesehatan Indonesia, 2008).

Page 21: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

3

Laporan Global Burden Disease 2000 (GBD 2000) menyatakan

bahwa penyakit serebrovaskular merupakan penyebab utama kecacatan pada

orang dewasa dan jutaan orang yang bertahan dari serangan stroke mengalami

kecacatan ringan sampai berat. Terdapat kira-kira dua juta orang pasien stroke

yang mampu bertahan hidup mempunyai beberapa kecatatan. Sekitar 40%

dari mereka memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

(Smeltzer, 2001). Perth Community Stroke Study menyatakan risiko

kumulatif terjadinya kecacatan pada 30 hari setelah serangan stroke adalah

87% (Hardie et al, 2004).

Kekuasaan keluarga sebagai karakteristik sistem keluarga merupakan

kemampuan / potensi aktual dari individu anggota keluarga untuk mengubah

perilaku anggota keluarga yang lain (Olson & Cromwell, 1975 dalam

Friedman, 2010). Struktur kekuasaan sangat berbeda antara satu keluarga dan

keluarga yang lain. Beberapa pengaturan kekuasaan dalam keluarga yang

bersifat disfungsional, selanjutnya akan menimbulkan maladaptif dan

gangguan kesehatan dalam keluarga (Friedman, 2010). Komponen utama

kekuasaan keluarga adalah pembuatan keputusan (Friedman, 2010), terutama

dalam hal ini adalah kemampuannya dalam memutuskan tindakan kesehatan

yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita stroke berulang.

Pilot Study di California menyatakan penderita stroke yang tiba di

rumah sakit dalam waktu 3 jam setelah onset stroke, 4,3% menerima terapi

trombolisis. Tingkat keseluruhan pasien yang menerima terapi trombolisis

akan meningkat menjadi 28,6%. Jika semua pasien dengan onset stroke tiba

dalam waktu 1 jam, 57% bisa menerima pengobatan trombolitik (California

Page 22: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

4

Acute Stroke Pilot Registry, 2005). Stroke dapat menyerang tiba-tiba dan bisa

berakibat fatal jika bantuan tidak segera dicari (WHO, 2005). Berdasarkan

penelitian tersebut peran keluarga adalah membuat keputusan untuk mencari

dan membawa pasien stroke kepada peayanan kesehatan yang tepat.

Kegagalan keluarga dalam membuat keputusan ketika onset stroke terjadi

dapat berakibat buruk bagi pasien dan keluarga sendiri, seperti peningkatan

ketergantungan pasien.

Sebuah penelitian kuantitatif tentang tugas kesehatan keluarga

menyatakan sebanyak 87,1% keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,

61,3% keluarga mampu mengambil keputusan dengan baik, 80,6% keluarga

mampu memberikan perawatan, 67,7% keluarga mampu memodifikasi

lingkungan dengan baik, 98,8% keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan dengan baik (Amelia, 2012). Berdasarkan hasil tersebut

keluarga tampak kurang mampu dalam memutuskan keputusan yang tepat

untuk anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga untuk membuat

keputusan kesehatan yang tepat dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam

mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit (Stanhope, 2004).

Kesulitan pengenalan masalah ini bergantung pada informasi yang didapat

dan bagaimana keluarga menginterpretasikan informasi tersebut (Drummond,

1993).

Pembuatan/ pengambilan keputusan dalam keluarga merupakan faktor

penting dalam menentukan bagaimana pasien akan mendapatkan pengobatan

dan perawatan. Karena itu, peneliti ingin melihat lebih dalam tentang

Page 23: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

5

Gambaran Keluarga dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga

dengan Stroke Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur.

B. Rumusan Masalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar pasien datang ke

rumah sakit lebih dari 24 jam pasca serangan stroke mencapai 46%. Hanya

13% pasien yang datang ke rumah sakit kurang dari 3 jam setelah onset

serangan (Pinzon, 2012). Interval waktu antara onset stroke dan kedatangan

ke rumah sakit (time-to-hospital) merupakan faktor kunci untuk pengobatan

segera dan hasil yang lebih baik dari pasien stroke. Penelitian yang dilakukan

oleh Martini, dkk. (2000) maupun Martini (2002) menunjukkan bahwa

kecepatan mendapat terapi merupakan faktor yang protektif terhadap kejadian

demensia atau gangguan kognitif setelah serangan stroke.

Salah satu penyebab kematian dan peningkatan disabilitas diduga

keterlambatan dalam mengambil keputusan oleh keluarga dalam membuat

keputusan untuk membawa pasien ke pelayanan kesehatan. Pengambilan

keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa

alternatif yang akan digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah

kesehatan tersebut. Keluarga mempertimbangkan berbagai kemungkingan

dalam pengambilan keputusan ini, karena keputusan itu diambil dengan

sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan (Syamsi, 1995).

Pembuatan keputusan keluarga terdapat proses dan factor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan. Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang

terkait dengan pengambilan keputusan tindakan kesehatan. Dengan demikian,

peneliti merasa perlu untuk mengetahui Gambaran Keluarga dalam

Page 24: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

6

Memutuskan Tindakan Kesehatan pada Keluarga dengan Stroke

Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan

kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan

kesehatan pada anggota keluarga dengan stroke berulang.

2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan gambaran bagaimana keluarga mengenali masalah

kesehatan anggota keluarga dengan stroke berulang.

b. Mendapatkan gambaran bagaimana keluarga memutuskan tindakan

kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga dengan stroke berulang.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi pelayanan kesehatan

Manfaat penelitian bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai bahan

masukan dan pertimbangan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya

dalam memahami struktur kekuasaan keluarga yang penting dalam

memberikan perawatan kesehatan efektif, terutama jika keluarga

Page 25: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

7

mempunyai masalah dalam mengimplementasikan perilaku sehat atau

memperoleh kebutuhan perawatan kesehatan.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dan

perkembangan aplikasi keperawatan terutama terkait dengan perawatan

pasien stroke yang menjalani perawatan di rumah.

3. Bagi penelitian keperawatan

Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar bagi

penelitian lain untuk kepentingan pengembangan ilmu keperawatan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

informasi yang mendalam tentang gambaran keluarga dalam memutuskan

tindakan kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara mendalam (depth interview) menggunakan

pedoman wawancara. Wawancara dilakukan pada pembuat keputusan dalam

keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami stroke berulang.

Page 26: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Definisi keluarga

Friedman (2010) menyatakan keluarga adalah dua orang atau lebih

yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang

mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga.

Bailon dan Maglaya (1989) dalam Effendy (1998) mengatakan

keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang

berinteraksi satu dengan lainnya dan peran dan menciptakan serta

mempertahankan satu budaya.

2. Bentuk keluarga

Friedman (2010) menguraikan beberapa tipe bentuk keluarga, antara lain:

a. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak

yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya

(Suprajitno, 2004). Variasi yang saat ini berkembang di antara

keluarga inti adalah dual-earning (kedua pasangan bekerja di luar

rumah) dan dyadic nuclear (keluarga tanpa anak)

b. Keluarga adopsi

Adopsi merupakan cara lain dalam membentuk keluarga. Dengan

menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua

seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya

Page 27: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

9

menimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi orang tua

maupun anak.

c. Keluarga asuh

Pengasuhan keluarga asuh adalah sebuah layanan kesejahteraan

anak, yaitu anak ditempatkan di rumah yang terpisah dari salah satu

orang tua atau kedua orang tua kandung untuk menjamin keamanan

dan kesejahteraan fisik serta emsional mereka.

d. Extended family

Extended family adalah keluarga inti ditambahkan dengan anggota

keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah, misalnya:

nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan

sebagainya.

e. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari salah

satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal

pasangannya. Saat ini, keluarga orang tua tunggal juga dapat

diartikan dengan ibu atau ayah dengan anak tanpa pernikahan

f. Dewasa lajang yang tinggal sendiri (single adult)

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri tanpa keinginan untuk

menikah.

g. Keluarga orang tua tiri

Keluarga orang tua tiri atau keluarga campuran dikenal sebgai

keluarga yang menikah lagi, yang dapat terbentuk dnegan atautanpa

anak, dan keluarga yang terbentuk kembali. Tipe keluarga ini

Page 28: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

10

biasanya terdiri atas seorang ibu, anak kandung ibu tersebut, dan

seorang ayah tiri.

h. Keluarga binuklir

Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian

yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang

terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal, denagn

keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan

dalam setiap rumah tangga (Ahrons & Perlmutter, 1982 dalam

Friedman, 2010).

i. Cohabiting family

Cohabiting family adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal

bersama tanpa menikah.

j. Keluarga homoseksual

Allen dan Demon (1995) dalam Friedman (2010) menyatakan

keluarga homoseksual adalah dua atau lebih individu yang berbagi

orientasi seksual yang sama (pasangan) atau minimal ada satu

homoseksual yang memelihara anak.

3. Struktur keluarga

Struktur keluarga menunjukan cara pengaturan keluarga, cara

pengaturan unit-unit dan bagaimana unit-unit ini saling mempengaruhi.

Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman (2010)

menyatakan ada empat dimensi struktural keluarga, yaitu:

Page 29: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

11

a. Sistem nilai, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan

diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan

kesehatan.

b. Jaringan komunikasi, menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi ayah—ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak

dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dan

keluarga inti.

c. Sistem peran, menggambarkan peran masing-masing anggota

keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan

masyarakat atau peran formal dan informal.

d. Kekuasaan dan pengambilan keputusan, menggambarkan

kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang

mendukung kesehatan

4. Fungsi keluarga

Secara umum, fungsi keluarga menurut Friedman (2010) dalam adalah

sebagai berikut.

a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang

utama untuk megajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan

anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini

dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota

keluarga.

Page 30: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

12

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and sosial

placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat

untuk melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar

rumah.

c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan hidup.

d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healt care

function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.

Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga.

5. Tugas Kesehatan Keluarga

Baiton dan Maglaya (1998) dalam Efendi & Makhfuldi (2009) tugas

kesehatan keluarga meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga mempengaruhi pengenalan dan interpretasi masalah

kesehatan/penyakit. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang

tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak

Page 31: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

13

akan berarti dan kerena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan

sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal

keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota

keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian anggota keluarga.

Mengenali masalah kesehatan keluarga dimulai ketika suatu gejala

individu (1) dikenali; (2) ditafsirkan terkait dengan keparahannya,

kemungkinan penyebab, dan makna atau artinya; (3) dirasakan

menganggu oleh individu yang mengalami gejala tersebut dan

kelurganya. Tahap ini terdiri atas keyakinan keluarga akan gejala

atau penyakit seorang angota keluarga dan bagaimana menangani

penyakit tersebut (Doherty & Campbell, 1988; Campbell, 2000

dalam Friedman, 2010).

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan (pengobatan atau perawatan) yang tepat sesuai dengan

keadaan keluarga. Pencarian keperawatan dimulai ketika keluarga

memutuskan bahwa anggota keluarga yang sakit benar-benar sakit

dan membutuhkan pertolongan. Individu yang sakit dan keluarga

mulai mencari pengobatan, informasi, saran , dan validasi

professional dari extended family, teman, tetangga, pihak

nonprofessional lainnya (struktur rujukan awam), dan internet.

Keputusan menyangkut apakah penyakit anggota keluarga sebaiknya

ditangani di rumah atau di klinik atau di rumah sakit, cenderung

Page 32: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

14

dinegosiasikan di dalam keluarga (Doherty, 1992 dalam Friedman,

2010).

Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika

keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta batuan kepada

orang di lingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh

bantuan.

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Ketika keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarganya

yang sakit, keluarga harus mengetahui bagaimana keadaan

penyakitnya, sifat dam perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

fasilitas yang dibutuhkan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga,

dan bagaimana sikap keluarga terhadap sakit.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga

yang dimiliki, keuntungan atau menfaat pemeliharaan lingkungan,

pentingnya higiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan

bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan bagi keluarga dimulai

saat dilakukan kontak dengan pelayanan kesehatan professional

Page 33: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

15

dan/atau praktisi pengobatan tradisional atau rakyat. Banyak

penelitian telah menunjukan secara jelas bahwa keluarga berfungsi

sebagai lembaga yang membantu dalam menentukan tempat terapi

yang harus diberikan dan oleh siapa (de Souza & Gualda, 2000;

Pratt, 1976 dalam Friedman 2010). Keluarga bertindak sebagai agen

perujukan kesehatan utama dan akan merujuk anggotanya ke jenis

layanan atau praktisi yang dinilai sesuai.

B. Konsep Kekuasaan dan Pembuatan Keputusan Keluarga

1. Definisi kekuasaan keluarga

Keluarga sama halnya dengan sistem social, mempunyai struktur

yang menetapkan siapa yang memegang kekuasaan dan bagaimana

hierarki keluarga atau perintah “urutan kekuasaan”. Cromwell dan Olson

(1975) dalam Friedman (2010) menuliskan bahwa kekuasaan adalah

suatu aspek fundamental terpenting semua interaksi social. Kekuasaan

sendiri memiliki berbagai pengertian, meliputi kapasitas untuk

mempengaruhi, mengendalikan, mendominasi, dan membuat keputusan

(Friedman, 2010).

2. Landasan kekuasaan keluarga

Raven dan rekan (1975) serta Safilios-Rothschild (1976) dalam

Friedman (2010) mengidentifikasi berbagai tipe landasan kekuasaan yang

bisa terdapat pada keluarga, yaitu:

a) Kekuasaan legitimasi (kadang-kadang disebut otoritas primer)

berkenaan dengan keyakinan dan persepsi bersama dari anggota

Page 34: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

16

keluarga dan ditandai dengan adanya satu orang yang mempunyai

hak untuk mengendalikan perilaku anggota yang lain.

b) Kekuasaan yang lemah dan tak-berdaya adalah suatu bentuk dari

kekuasaan legitimasi yang seringkali tidak di perhatikan. Tipe

kekuasaan ini dilandasi pada penerimaan hak secara umum bagi

mereka yang membutuhkan atau bagi mereka yang tidak berdaya

untuk mengharapkan bantuan dari mereka yang berada dalam posisi

yang memungkinkan untuk membantu.

c) Kekuasaan referen berlaku pada kekuasaan yang dimiliki seseorang

terhadap orang lain karena identifikasi ositif dari mereka, seperti

identifikasi positif seorang anak pada orang tuanya.

d) Kekuasaan sumber berasal dari adanya sejumlah sumber yang

bernilai dalam suatu hubungan. Kepemilikan dilihat sebagai penetu

utama kemampuan untuk mempengaruhi atau menekan orang lain

(Osmond, 1977 dalam Friedman, 2010).

e) Kekuasaan ahli merupakan tipe kekuasan dimana seseorang

mempersepsikan bahwa orang lain (ahli) mempunyai pengetahuan,

keterampilan, dan keahlian khusus atau berpengalaman.

f) Kekuasaan penghargaan berpegang pada harapan bahwa orang yang

dominan dan berpengaruh akan melakukan sesuatu yang positif

dalam merespon kepatuhan orang lain.

g) Kekuasaan memaksa atau dominan didasarkan pada persepsi dan

keyakinan bahwa orang yang memiliki kekuasaan tersebut bisa atau

Page 35: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

17

akan menghukum manggota keluarga lain melalui ancaman, paksaan

atau kekerasan apabila mereka tidak mematuhi.

h) Kekuasaan informasional berpegang pada isi yang berpengaruh.

Kekuasaan ini terletak pada petunjuk, informasi, dan saran

mempengaruhi seseorang untuk bertindak tanpa upaya nyata untuk

mempengaruhi.

i) Kekuasaan afektif adalah kekuasaan yang diperoleh melalui

manipulasi anggota keluarga dengan memberikan atau menarik

afeksi dan kehangatan, serta dalam hal hubungan intim orang

dewasa.

j) Kekuasaan menejemen ketegangan berasal dari kendali bahwa

anggota keluarga mencapai sesuatu dengan mengeola ketengan di

dalam konflik di dalam keluarga.

3. Pembuatan keputusan keluarga

Kekuasaan keluarga di teliti terutama dengan memfokuskan

pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan berkenaan dengan suatu

proses yang diarahkan pada pencapaian persetujuan dan komitmen dari

anggota keluarga untuk melaksanakan serangkaian tindakan atau

mempertahankan status quo (Friedman, 2010). Pembuatan keputusan

adalah teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya

mereka untuk memperoleh kendali dalam bernegosiasi atau proses

pembuatan keptusan (McDonald, 1980 dalam Friedman, 2010). Ada tiga

Page 36: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

18

tipe proses pembuatan keputusan, antara lain, pembuatan keputusan

konsesus, akomodasi, dan de facto.

a. Tipe pertama pembuatan keputusan disebut dengan konsesus. Dalam

tipe ini, serangkaian tindakan tertentu secara timbal balik disetujui

oleh semua yang terlibat. Terdapat komitmen yang sama untuk

memutuskan, begitu pula kepuasan dengan anggota keluarga.

Keputusan konsesus disetujui melalui diskusi dan negosiasi.

b. Tipe kedua pembuatan keputusan disebut akomodasi. Anggota

keluarga mengalami pertentangan dalam pembuatan keputusan.

Seseorang atau lebih anggota keluarga selanjutnya membuat

kesepakatan, hal ini mungkin dapat melalui kompromi secara

sukarela yaitu kesepakatan dibuat oleh semua orang yang peduli atau

bersedia berkorban. keputusan akomodatif dibuat dalam satu

kontinum dari paksaan hingga kompromi.

c. Pembuatan keputusan de facto terjadi apabila sesuatu hal dibolehkan

terjadi begtu saja tanpa perencanaan. Pada suatu pembuatan

keputusan aktif dan sukarela, atau efektif, keputusan terjadi begitu

saja. Keputusan de facto dapat saja terjadi ketika terdapat

argumentasi yang tidak ada resolusi atau jika permasalahan tidak

diangkat atau didiskusikan.

4. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

Menurut Hasan (2002), pengambilan keputusan sebagai suatu

kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain:

Page 37: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

19

a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan

terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara

institusional maupun secara organisasional.

b. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut masa yang akan

datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Tujuan dari pengambilan keputusan itu sendiri dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. Tujuan yang bersifat tunggal

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya

bahwa sekali diputusakan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain.

b. Tujuan yang bersifat ganda

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah,

artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus

memecahkan dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif

atau yang bersifat tidak kontradiktif.

5. Dasar pengambilan keputusan

Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari

permasalahan yang dihadapi dan individu yang membuat keputusan.

Dasar dalam pengambilan keputusan dijelaskan sebagai berikut:

Page 38: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

20

a. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan akan lebih

bersifat subjektif, karenanya mudah terkena sugesti atau pengaruh

luar dan factor kejiwaan yang lain. Sifat subjektif dari keputusan

intuitif ini memiliki beberapa keuntungan: 1) karena yang

memutuskan itu satu orang, maka dapat segera di putuskan; 2) jika

pembuat keputusan memiliki ‘olah rasa’ yang tinggi, maka

keputusan yang diambil banyak yang tepat; 3) keputusan intutif ini

lebh cepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.

b. Pengambilan keputusan rasional

Keputusan yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan

pertimbangan dari segi daya guna. Masalah-masalah yang

dihadapinya juga merupakan masalah-masalah yang memerlukan

pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan

pertimbangan rasional ini lebih bersifat objektif.

c. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta berarti pengambilan

keputusan yang didasarkan pada informasi yang dikumpulkan.

Keputusan yang diambil dikatakan baik, jika informasi yang

didapkan cukup. Kesulitan dalam pengambilan keputusan

berdasarkan fakta adalah pembuat keputasan sulit mendapatkan

informasi atau data yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.

Page 39: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

21

d. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman

Pembuat keputusan sebelum mengambil keputusan melihat apakah

permasalahan yang sama atau mirip pernah terjadi sebelumnya. Jika

terdapat permasalahan yang sama, kemudian pembuat keputusan

menerapkan cara sebelumnya untuk mengatasi masalah yang timbul.

Dalam hal ini pengalaman dijadikan pedoman dalam pengambilan

keputusan.

e. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang

Keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimiliki. Keputusan

yang didasarkan atas wewenang mempunyai beberapa keuntungan:

1) usully readily accepted; 2) process authenticity; dan 3) provide

permanency.

(Syamsi, 1995)

6. Etika pengambilan keputusan

Etika pengambilan keputusan adalah komponen etika yang

berfokus pada proses bagaimana keputusan etis dibuat. Kerangka kerja

pengambilan keputusan sangat membantu dalam proses berfikir untuk

pengambilan keputusan yang etis. Kerangka kerja pengambilan

keputusan menggunakan prose pemecahan masalah. Ini digunakan

sebagai panduan dalam membuat keputusan yang sehat. Menurut Watson

(2002), “apakah kita mengakuinya atau tidak, kita membuat keputusan

kita sendiri. kita tidak bisa berpura-pura bahwa kita hanya mematuhi

Page 40: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

22

beberapa aturan (atau otoritas) yang menyelesaikan masalah kita.

Memilih tidak bisa dihindari” (Stanhope, 2004).

Table 2.1 : Langkah-langkah dalam kerangka kerja pengambilan keputusan (decision-making framework)

Langkah-langkah Rasional 1. Mengidentifikasi berbagai masalah dan

dilema yang ada 2. Menempatkan masalah-masalah

tersebut dalam konteks yang bermakna 3. Memperoleh semua fakta yang sesuai 4. Merumuskan masalah 5. Mempertimbangkan pendekatan yang

tepat untuk tindakan atau pilihan

6. Membuat keputusan dan mengambil tindakan

7. Mengevaluasi keputusan dan tindakan

Seseorang tidak dapat membuat keputusan jika mereka tidak dapat menidentifikasi masalah yang ada. Konteks sejarah, sosiologis, budaya, psikologis, ekonomi, politik, komunal, lingkungan, dan demograpi mempengaruhi bagaimana cara masalah dirumuskan. Fakta mempengaruhi bagaimana cara masalah di rumuskan. Masalah mungkin perlu dimodifikasi atau diubah atas dasar isi dan fakta. Sifat dari masalah menentukan pendekatan yang akan digunakan. Seorang profesional tidak dapat menghindari pilihan dan tindakan dalam menerapkan keputusan

evaluasi menentukan apakah atau tidaknya pengambilan keputusan yang digunakan tepat

Sumber: Stanhope, 2004

C. Stroke

1. Definisi Stroke

WHO (2006) mengatakan stroke adalah suatu tanda klinis yang

berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat

Page 41: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

23

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler. Termasuk disini perdarahan subarachnoid, perdarahan

intraserebral, dan infark serebral.

Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan perdarahan

otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa

defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun

infeksi sisinan saraf pusat (Dewanto, 2007).

Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perubahan neurologis yang disebabkan oleh gangguan suplai darah pada

bagian otak (Bowman dalam Black & Hawks, 2009).

2. Definisi Stroke Berulang (Recurrent Stroke)

Kejadian baru dari gejala yang muncul dapat dihitung sebagai

kejadian baru atau stroke berulang, kriteria stroke secara umum dapat

didefinisikan seperti hal diatas dan harus memenuhi:

a. Kejadian sebelumnya pada arteri yang sama dan terjadi pada 29 hari

atau lebih dari serangan sebelumnya.

b. Kejadian baru pada arteri yang berbeda dari sebelumnya dan terjadi

pada 28 atau beberapa hari dari serangan sebelumnya.

(WHO, 2006)

3. Faktor Risiko stroke

Zomorodi dalam Lewis et al (2011) menyatakan bahwa faktor

risiko stroke dapat dikategorikan kedalam faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi (non-modifiable) dan dapat dimodifikasi (modifiable).

Page 42: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

24

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, jenis

kelamin, ras, dan herediter/keturunan (WHO, 2006).

1) Risiko stroke meningkat seiring dengan pertambahan usia, dua

kali lipat lebih besar ketika seseorang berusia 55 tahun. Namun,

stroke dapat terjadi juga pada semua usia. Prevalensi kejadian

stroke terhadap usia adalah sekitar 13% bagi individu 60-79

tahun, dan 27% setelah 80 tahun (Shang et al dalam Ross,

2012). Kejadian stroke pada anak di Amerika sekitar 6,4 per

100.000 anak (0-15 tahun), dan 4,6 per 100.000 anak (0-19

tahun) (American Heart Association, 2013).

2) Sroke juga lebih umum terjadi pada laki-laki dari pada wanita,

namun lebih banyak wanita meninggal akibat stroke dari pada

laki-laki.

3) Prevalensi kejadian stroke terhadap etnik/ras adalah 88/100.000

ras kulit putih, 149/100.000 Hispanik, dan 191/100, 000 ras kulit

hitam (Shang et al dalam Ross, 2012). Ras Africa- America

(berkulit hitam) memiliki risiko yang lebih besar mengalami

stroke daripada ras yang berkulit putih. Hal ini berhubungan

dengan tingginya insiden hipertensi, obesitas, dan diabetes

mellitus pada ras Africa- America (Zomorodi dalam Lewis et al,

2011).

4) Riwayat keluarga terhadap kejadian stroke, serangan TIA

sebelumnya, atau stroke sebelumnya juga meningkatkan risiko

Page 43: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

25

terjadinya stroke (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).

Framingham Heart Study menyatakan orang tua yang pernah

mengalami stroke dikaitkan dengan peningkatan risiko 3 kali

lipat kejadian stroke pada keturunannya (American Heart

Association, 2013) .

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor-faktor yang

berpotensi dapat diubah melalui perubahan gaya hidup dan tindakan

medis, sehingga mengurangi risiko terjadinya stroke. Faktor risiko

yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi, penyakit jantung,

merokok, konsumsi alkohol, obesitas, diabetes mellitus, kurang

aktivitas fisik, sleep apnea, penggunaan obat-oban, dan pola makan

yang buruk.

1) Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg

(Smelzer & Bare, 2001). Lee (2011) menyatakan prehipertensi

memiliki hubungan yang erat terhadap insiden stroke. rata-rata

77% mereka yang menderita stroke memiliki riwayat tekanan

darah > 140/90 mmHg (AHA, 2013).

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe

on Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High

Blood Pressure)

Klasifikasi tekanan darah

SBP mmHg

DBP mmHg

Normal < 120 ≤80 prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Stage 1 140-159 90-99 Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥ 100

Sumber: JNC 7 Express, 2003

Page 44: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

26

2) Penyakit jantung meliputi fibrilasi atrial, infark miokard,

kardiomiopati, abnormalitas katup jantung, dan kelainan jantung

conginetal juga temasuk kedalam faktor risiko stroke. Fibrilasi

atrium adalah faktor risiko yang paling penting diobati. Kejadian

fibrilasi atrium meningkat sejalan dengan peningkatan usia,

1,5% pada 50 sampai 59 tahun untuk 23,5% pada 80 sampai 89

tahun (American Heart Association, 2013). Fibrilasi atrium

bertanggung jawab terhadap sekitar 20% dari semua kejadian

stroke (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).

3) Dibetes melitus (DM) didefinisikan sebagai keadaan dimana

kadar gula darah puasa 126 mg/dl atau lebih besar yang diukur

dalam dua kesempatan pada hari yang berlainan. DM

merupakan faktor risiko yang penting terhadap kejadian stroke,

dan meningkatkan risiko kejadian stroke pada semua usia.

Individu dengan diabetes mellitus memiliki risiko lima kali lebih

besar terserang stroke dari pada individu yang tidak menderita

diabetes mellitus (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011).

4) Peningkatan kolesterol serum (hiperlipidemia) didefinisikan

sebagai kondisi dimana kadar kolesterol total lebih atau sama

dengan 240 ml/dl. Kadar kolesterol yang tinggi merupakan

faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan

sebrovaskular. Data dari Honolulu Heart Program/ NHLBI

menemukan bahwa pada pria Jepang 71-93 tahun, memiliki

konsentrasi kolesterol HDL yang rendah, hal ini dihubungkan

Page 45: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

27

dengan risiko stroke tromboemboli di masa depan daripada yang

konsentrasi kolesterol HDL tinggi (American Heart Association,

2013).

5) Merokok merupakan faktor risiko untuk stroke, karena dapat

meningkatkan efek terbentuknya thrombus dan pembentukan

aterosklerosis pada pembuluh darah. Merokok meningkatkan

hampir dua sampai emapt kali lipat risiko stroke. Risiko stroke

akibat merokok berkurang secara substansial dari waktu ke

waktu setelah perokok berhenti, dan setelah 5 sampai 10 tahun,

perokok yang telah berhenti memiliki risiko yang sama dengan

individu yang tidak merokok (American Heart Association,

2013)

6) Efek alkohol terhadap risiko stroke tergantung pada jumlah yang

alcohol dikonsumsi. Mengkonsumsi lebih dari 1-2 minuman

beralkohol setiap hari memiliki risiko tinggi terhadap hipertensi,

yang juga meningkatkan risiko mereka menderita stroke.

7) Obesitas adalah keadaan dimana indeks massa tubuh > 25

kg/m2. Individu yang kelebihan berat badan atau obesitas

mengalami penurunan yang signifikan dalam harapan hidup. Di

samping itu, obesitas juga berkaitan dengan hipertensi, gula

darah tinggi, dan kadar lipid darah, yang semuanya

meningkatkan risiko stroke.

8) Hubungan ketidakaktifan fisik dan peningkatan risiko stroke

sama besar baik pada pria maupun wanita, tanpa memandang

Page 46: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

28

etnis/ras. Manfaat aktivitas fisik yang rutin dilakukan baik

ringan maupun sedang dapat memberikan efek yang

menguntungkan terutama untuk menurunkan faktor risiko.

Dalam case-control studi di Denmark, pasien yang mengalami

stroke iskemik adalah mereka yang kurang aktif secara fisik

pada minggu-minggu sebelumnya (American Heart Association,

2013).

9) Pengaruh diet pada stroke belum demikian jelas, meskipun diet

tinggi lemak jenuh dan rendah konsumsi buah dan sayuran dapat

meningkatkan risiko stroke. Penggunaan obat-obatan terlarang,

terutama penggunaan kokain, telah dikaitkan dengan risiko

stroke.

10) Sleep apnea merupakan faktor risiko independen untuk stroke

dan dapat meningkatkan risiko stroke atau kematian 2 kali lipat.

Selain itu, keparahan Sleep apnea dikaitkan dengan risiko stroke

yang lebih besar, pasien dengan sleep apnea parah memiliki 3

sampai 4 kali lipat kemungkinan stroke (American Heart

Association, 2013)

4. Klasifikasi Stroke

Ada dua klasifikasi utama stroke, yaitu stroke iskemik dan

hemoragik (Corwin, 2009), hal ini didasarkan pada penyebab dan temuan

patofisiologis (Zomorodi dalam Lewis et al, 2011). Stroke iskemik atau

“brain attack” adalah kehilangan fungsi yang tiba-tiba sebagai akibat

Page 47: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

29

dari gangguan suplai darah ke bagian-bagian otak, akibat sumbatan baik

sebagian atau total pada arteri. Tipe stroke ini terjadi hampir 80% dari

kejadian stroke (Goldszmidt & Caplan, 2011). Stroke iskemik dapat

dibagi menjadi lima jenis berdasarkan penyebabnya: thrombosis arteri

besar, penetrasi tombosis arteri kecil (stroke lakunar), stroke embolik

kardiogenik, kriptogenik (penyebab yang belum diketahui), dan stroke

akibat penggunaan kokain, koagulopati atau pembedahan karotid

(Smeltzer & Bare, 2003).

Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah

sehingga menyebabkan iskemi (penurunan aliran darah) dan hipoksia

pada bagian otak (Corwin, 2009). Stroke hemoragik terjadi sekitar 10% -

15% dari semua stroke (Shang et al, 2012) dan yang diakibatkan dari

perdarahan ke dalam jaringan otak itu sendiri (hemoragik intraserebral

atau intraparenchymal) atau ke dalam ruang subarachnoid atau ventrikel

(subarachnoid hemoragik atau perdarahan intraventricular) (Zomorodi,

2011).

5. Patofisiologi Stroke

Pada prinsipnya, baik stroke iskemik ataupun stroke perdarahan,

akan meyebabkan otak mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang

pada akhirnya akan menyebabkan gangguan metabolisme otak. Aliran

darah ke otak terhambat karena adanya thrombus dan embolus pada

stroke iskemia atau karena ekstravasasi darah di otak pada stroke

hemoragik, maka terjadilah kekurangan oksigen ke jaringan otak (Price,

Page 48: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

30

2005). Kekurangan selama satu menit dapat mengarah pada gejala-gejala

yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran. Kekurangan oksigen

dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik

neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut sebagai infark (Hudak,

2010).

Sebagian besar stroke, berakhir dengan kematian sel-sel neuron.

Penurunan terhadap cerebral blood flow (CBF), antara 20%-50% dari

normal (10 sampai 25 ml/100g jaringan otak/menit) akan terbentuk

daerah penumbra. Sel-sel neuron dalam daerah penumbra ini akan

mengalami kerusakan yang masih bersifat reversible (Price, 2005). Pada

daerah penumbra, kematian sel-sel otak akan semakin berkembang. Sel-

sel otak kehilangan kemampuan untuk menghasilkan energi (ATP),

karena metebolisme otak beralih ke metabolisme anaerob (Smeltzer &

Bare, 2003). Jika energi otak berkurang, maka pompa natrium-kalium

akan berhenti berfungsi dan mengakibatkan pembengkakan neuron. Otak

akan berespon terhadap kondisi kekurangan energy ini, salah satunya

dengan peningkatan konsentrasi kalsium intrasel, yang kemudian

merangsang pelepasan neurotransmiter eksitatorik glutamate. Glutamat

bebas ini akan melekat di neuron otak lain yang pada akhirnya memicu

pengaktivan enzim nitrat oksida sintetase (NOS) yang kemudian

membentuk gas nitrat oksida (NO). Pembentukan NO ini akan

merangsang pengrusakan struktur sel-sel otak secara besar-besaran

(Price, 2005).

Page 49: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

31

6. Penatalaksanaan Stroke Berulang

Penatalaksanaan stroke berulang dibagi kedalam terapi farmakologis,

terapi non-farmakologis dan terapi pembedahan.

a. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah terapi antiplatelet,

terapi antiplatelet secara signifikan mengurangi risiko gangguan

vascular berikutnya, seperti stroke dan infark miokard (National

Stroke Foundation, 2007). Agen terapi antiplatelet yang umum

digunakan antara lain, aspirin, dipiridamol, dan clopidogrel (Hankey,

2007).

Agen terapi antikoagulan antara lain warfarin dan heparin. Suatu

fakta yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak artinya bilamana

stroke telah terjadi, baik apakah stroke itu berupa infark lakuner atau

infark massif dengan hemiplegia. Risiko pemberian antikoagulan

termasuk perdarahan intrakranial, perdarahan sistemik hingga

kematian. Oleh karena itu, penggunaan heparin pada semua pasien

dengan stroke iskemik akut sudah tidak direkomendasikan. Heparin

diindikasikan untuk mencegah stroke berulang pada pasien yang

memiliki risiko kardiak emboli (Bowman dalam Black & Hawks,

2009).

b. Terapi Non-farmakologis

Salah satu bentuk terapi non-farmakologis untuk mencegah kejadian

stroke dan stroke berulang adalah dengan perubahan perilaku

Page 50: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

32

(behaviour change). Perubahan perilaku untuk mencegah kejadian

stroke ini mencakup perubahan kebiasaan kesehatan yang buruk

dengan mengubah gaya hidup (lifestyle change). Mengubah gaya

hidup untuk mencegah stroke berulang antara lain dengan

mengontrol tekanan darah, mengontrol kolesterol darah, mengontrol

gula darah, olahraga, diet, mereduksi stress, dan menghentikan

penggunaan rokok.

1) Mengontrol tekanan darah

Tekanan darah tinggi dikenal sebagai faktor risiko stroke yang

paling penting, dengan dua kali lipat risiko stroke untuk setiap

kenaikan tekanan darah sistolik 10-12 mmHg atau kenaikan

tekanan darah diastolik 7-8 mmHg (Lawes et al, 2004 dalam

Williams et al, 2010). Risiko stroke dapat direduksi hingga 50%

dengan perawatan yang tepat pada hipertensi (Zomorodi dalam

Lewis, Sharon L et al, 2011). Pada kebanyakan orang, hipertensi

dapat dikontrol melalui diet, obat-obatan, dan olahraga atau

kombinasi dari ketiganya. (National Stroke Association, 2013).

Berbagai obat antihipertensi memiliki kerja yang berbeda, yaitu

diuretik mengurangi volume darah dengan meningkatkan

ekskresi natrium. Pengobatan lain yang umum adalah beta

adrenergik blocker, yang mempengaruhi penurunan cardiac

output dan penurunan aktivitas plasma renin. Inhibitor

adrenergik sentral juga digunakan untuk mengurangi tekanan

darah dengan mengurangi aliran simpatis dari sistem saraf pusat.

Page 51: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

33

Inhibitor adrenergik perifer juga digunakan untuk menghabiskan

katekolamin dari otak dan medula adrenal. Alpha adrenergic

blocker, vasodilator, angiotensin converting inhibitor enzim

(ACE inhibitor), dan calcium channel blocker juga telah

digunakan dalam pengobatan hipertensi (Taylor, 2006)

Dalam studi PROGRESS, pengobatan dengan kombinasi

perindopril dan indapamide untuk menurunkan tekanan darah

tekanan darah dengan 12 mmHg (sistolik) dan 5 mmHg

(diastolik) dan pengurangan risiko relatif stroke 43%

(PROGRESS Collaborative Group, 2001 dalam Williams et al,

2010). Pemeriksaan terhadap perawatan stroke telah

menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang buruk adalah

faktor yang paling penting dalam kematian akibat stroke,

ditambah lagi tekanan darah merupakan faktor risiko yang dapat

dihindari dan diobati (Rashid et al, 2003; Rudd et al, 2004

dalam Williams et al, 2010).

2) Mengontrol kolesterol darah

Kolesterol dan lipid yang tinggi dalam darah berhubungan

dengan risiko tinggi dari stroke dan serangan jantung.

Pengurangan agresif dari low-density lipoprotein kolesterol

cenderung menghasilkan manfaat yang lebih besar. Pengurangan

risiko relatif terhadap kejadian vaskular untuk pasien dengan

riwayat stroke tanpa penyakit arteri koroner yang dirawat

dengan agen statin.adalah sekitar 20%-30% (Lindsay et al,

Page 52: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

34

2012; Humphrey et al dalam Williams et al, 2010).

Pengurangan risiko tersebut diterapkan tidak hanya untuk pasien

dengan peningkatan total kolesterol lebih dari 5,2 mmol/l tetapi

juga untuk pasien dengan total kolesterol yang tidak teratur

serendah 3,5 mmol/l.

Statin bertindak sebagai inhibitor enzim HMG-CoA reduktase

yang mengontrol sintesis kolesterol dalam hati. Statin juga

memberikan efek perlindungan tambahan dengan menstabilkan

plak ateromatosa pada arteri, sehingga mengurangi risiko

pecahnya plak dan trombosis. Terapi statin yang lebih intensif

yaitu dengan menggunakan statin dosis tinggi, misalnya

atorvastatin 80 mg, akan memberikan manfaat yang lebih besar

(Amarenco et al, 2006; Topol, 2004 dalam Williams et al,

2010). Simvastatin 40 mg per hari direkomendasikan untuk

pasien dengan TIA dan stroke yang memiliki kolesterol total

lebih dari 3,5 mmol/l, kecuali dengan kontraindikasi (Drugs and

Therapeutic Bulletin, 2007; Hankey, 2006 dalam Williams et al,

2010).

Selain penggunaan statin, pengontrolan kadar kolesterol darah

dapat dilakukan dengan makan makanan rendah lemak terutama

makanan rendah lemak jenuh, termasuk sayuran, buah-buahan,

daging tanpa lemak seperti ayam dan ikan, produk susu rendah

lemak dan kuning telur. Makanan yang kaya serat, termasuk

Page 53: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

35

biji-bijian atau kacang kering (National Stroke Association,

2013).

3) Mengontrol gula darah

Diabetes merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung

dan diakui sebagai faktor risiko independen untuk iskemik

stroke. Kebanyakan orang dewasa dengan diabetes tipe 1 atau 2

memiliki risiko tinggi untuk penyakit vaskular (Lindsay et al,

2012). Dalam review stroke dan diabetes, Idris et al menyatakan

bahwa kombinasi antara diabetes dan stroke merupakan

penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

Bukti dari uji klinis yang dilakukan pada pasien dengan diabetes

mendukung kebutuhan untuk intervensi dini dan agresif untuk

pasien dengan gangguan kardiovaskular untuk mencegah

timbulnya, kekambuhan dan perkembangan stroke akut (Idris et

al, 2006 dalam Lindsay et al, 2012 )

Diabetes merupakan faktor risiko stroke yang dapat diubah.

Penanganan diabetes tipe I dapat dialkukan dengan memonitor

gula darah dan insulin. Tipe II, yang kadang diperburuk dengan

obesitas, sering dapat dikendalikan melalui penurunan berat

badan, olahraga, dan perubahan dalam kebiasaan makan.

Suntikan insulin tidak selalu dibutuhkan (National Stroke

Association, 2013).

Page 54: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

36

4) Olahraga

Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko stroke karena memiliki

efek menguntungkan pada tekanan darah, diabetes dan berat

badan (Lee et al 2003, Wendel-Vos et al 2004 dalam Lawrence

et al, 2011). Pelatihan kebugaran fisik setelah stroke memiliki

manfaat kesehatan yang positif tetapi, manfaat terhadap

kesehatan tersebut hilang jika latihan berhenti (Saunders et al,

2009). Pedoman merekomendasikan aktivitas fisik selama 20

sampai 30 menit setiap hari dalam seminggu (SIGN 2008 dalam

Lawrence et al, 2011). Sebuah penelitian baru menunjukkan

bahwa orang yang berolahraga 5 kali atau lebih per minggu

memiliki risiko stroke berkurang (National Stroke Association,

2013).

5) Diet

Banyak faktor makanan yang berhubungan dengan risiko stroke.

Risiko stroke diturunkan dengan mengurangi jumlah asupan

lemak (Hooper et al 2011 dalam Lawrence et al, 2011). Diet

yang rendah garam dan kaya dengan sayuran, buah-buahan dan

rendah lemak dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Studi terbaru juga menunjukkan bahwa peningkatan asupan

potasium, (misalnya, buah-buahan segar dan sayuran), dapat

membantu menurunkan tekanan darah (National Stroke

Association, 2013).

Page 55: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

37

Sebuah studi di Universitas Harvard baru-baru ini

menyimpulkan bahwa makan lima porsi harian buah-buahan dan

sayuran dapat menurunkan risiko stroke sebesar 30%. Buah

jeruk dan sayuran seperti brokoli atau kembang kol sangat

bermanfaat. Konsentrasi yang lebih tinggi dari asam folat, serat,

dan potasium mungkin menjadi kunci untuk mengurangi

penyakit jantung dan stroke (National Stroke Association,

2013). Banyak penelitian mendukung hubungan antara kadar

homosistein dan penyakit pembuluh darah. Untuk mengurangi

kadar homosistein yaotu dengan asam folat dan vitamin B

sejauh belum memperoleh hasil yang memuaskan (Goldstein &

Rothwell, 2007 dalam Williams et al, 2010)

6) Stres

Jood et al (2009) mengidentifikasi asosiasi antara subtipe

tertentu stroke iskemik dan self-stress yang dirasakan dalam

lima tahun sebelum stroke (Lawrence M et al 2011).

Menghindari stress dan istirahat yang cukup merupakan salah

satu cara untuk mengurangi risiko stroke berulang. Hal ini

antara lain dapat dilakukan dengan istirahat cukup dan tidur

teratur antara 6-8 jam sehari. Menurut WHO, mengendalikan

stress dengan cara berpikir positif dan meningkatkan

spiritualitas pasien (PERDOSSI, 2004). Konseling, sedative, dan

tranquilizer diberikan ketika stress dan kecemasan terlalu

berlebihan.

Page 56: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

38

7) Menghentikan penggunaan rokok

Merokok adalah faktor independen untuk stroke (Donnan et al,

1993; Shinton & Beevers, 1989 dalam Williams et al, 2010).

Menghentikan penggunaan rokok akan mengurangi risiko

stroke. Pengalaman memiliki stroke atau TIA dapat

meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti merokok.

Dukungan sosial dan menejemen stress juga dapat membantu

perokok untuk dapat berhenti menggunakan rokok. Mantan

perokok lebih mungkin untuk berhasil dalam jangka pendek jika

mereka memiliki mitra yang mendukung dan teman yang tidak

merokok. Bagi beberapa orang, merokok sebagai penenang,

karena itu, latihan relaksasi juga telah dimasukkan ke dalam

beberapa program berhenti merokok (Williams et al, 2010).

Bantuan farmakologis seperti penggantian nikotin, bupropion,

dan Varenicline akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan

dan biasanya dapat digunakan secara aman setelah TIA atau

stroke.

c. Terapi Pembedahan

Pasien yang dipertimbangkan untuk menjalankan pembedahan adalah

mereka yang memiliki risiko rendah morbiditas dan mortalitas post

operasi dan salah satu dari: (1) penyakit arteri karotis asimtomatik

dengan 50% atau lebih stenosis atau (2) penyakit arteri karotis dengan

70% atau lebih stenosis. Pada pasien tersebut, insiden stroke dengan

penatalaksaan bedah secara signifikan berkurang dibandingkan

Page 57: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

39

dengan penatalaksaan medis (Bowman dalam Black & Hawks, 2009).

Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien post stroke

antara lain karotis endarterektomi, Extracranial/Intracranial Arterial

Bypass, Angioplasti dan Sten Intraluminal.

Page 58: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

40

D. Kerangka Teori

Pemahaman keluarga terhadap adanya masalah

Mengenal masalah kesehatan

Kemampuan merawat anggota keluarga

Memodifikasi lingkungan keluarga

Memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan

Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Baiton dan Maglaya (1998) dalam Efendi & Makhfuldi (2009) dan

Quain et al (2008)

Penggunaan keputusan/tindakan yang

diambil keluarga

Pengalaman dan ingatan: Serangan stroke berulang

(iskemik/hemoragik)

Terlambat pengambilan keputusan

Terlambat mengenali masalah kesehatan

Peningkatan

disabilitas atau

kematian

Disabilitas minimal

Page 59: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

41

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variable (baik variable yang diteliti maupun variable

yang tidak diteliti) (Nursalam,2008). Berdasarkan tujuan penelitian, maka

kerangka konsep penelitian ini adalah ingin mengeksplorasi dan

mengidentifikasi lebih dalam tentang gambaran keluarga dalam

memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga yang memiliki anggota

keluarga dengan stroke berulang di rumah.

B. Definisi Istilah

1. Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan darah

ataupun tidak, hidup bersama dan memiliki kedekatan emosional.

2. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan adalah proses melakukan sebuah penilaian

terhadap masalah yang dihadapi keluarga untuk menghasilkan sebuah

tindak lanjut untuk masalah tersebut.

Page 60: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

42

3. Stroke berulang

Stroke berulang adalah gangguan neurologis yang terjadi akibat

kurangnya suplai darah ke area otak setelah sebelumnya pernah

mengalami stroke.

Page 61: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

43

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oeh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, dan lain-lain, secara

holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah (Moleong, 2010). Penelitian ini biasanya digunakan untuk

menggali fenomena yang dibahas secara mendalam.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

fenomenologi. Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang

bertujuan menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh individu

dalam kehidupannya, termasuk interaksinya dengan orang lain (Danim,

2003). Pendekatan yang sesuai untuk menginvestigasi fenomena penting

seseorang yang berguna bagi bidang keperawatan (Streubert dan Carpenter,

2003). Pendekatan fenomenologis dalam penelitian ini diharapkan dapat

menemukan fakta mengenai pengalaman keluarga dalam memutuskan

tindakan kesehatan yang tepat saat mereka memiliki anggota keluarga yang

sakit .

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.

Tempat tersebut dipilih dikarenakan belum ada penelitian tentang hal tersebut

Page 62: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

44

di daerah ini dan daerah Tangerang Selatan. Penelitian ini akan diadakan pada

bulan Juni - Agustus 2013.

C. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah pembuat keputusan dalam

keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami stroke berulang yang

menjalani perawatan di rumah di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.

Partisipan dalam penelitian ini adalah partisipan yang ditetapkan denga

purposive sampling berdasarkan atas prinsip-prinsip kesesuaian

(appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2010). Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka sumber informasi

atau partisipan dalam penelitin ini adalah:

1. Partisipan utama

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan focus penelitian

pada kedalaman informasi, sehingga hanya melibatkan pada jumlah

partisipan yang sedikit. Partisipan utama dalam penelitian ini adalah

pembuat keputusan dalam keluarga yang memiliki anggota keluarga

dengan stroke berulang. Setelah melakukan studi pendahuluan di

Puskesas Ciputat Timur, peneliti mendapatkan partisipan berjumlah 3

orang. Partisipan penelitian memenuhi criteria inklusi berikut:

a. Pembuat keputusan dalam keluarga

b. Memiliki anggota keluarga dengan penyakit stroke berulang yang

dilakukan perawatan di rumah.

Page 63: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

45

c. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua

pertanyaan peneliti

d. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian

2. Partisipan pendukung

Partisipan pendukung dalam penelitian ini adalah petugas Puskesmas

Ciputat Timur. Peneliti melakukan wawancara terhadap petugas

puskesmas untuk mendapatkan informasi tentang partisipan penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data yang dapat

memperkuat hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif, instrumen kunci

penelitian adalah peneliti sendiri (Moleong, 2010). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat

pencatat dan alat perekam (tape recorder).

2. Catatan lapangan (field note) yang berguna sebagai alat perantara yaitu

antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba selama

berlangsungnya wawancara dengan partisipan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpuan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2013.

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan bantuan rekan peneliti,

menggunakan alat perekam (tape recorder), alat pencatat, serta membuat

Page 64: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

46

catatan lapangan. Wawancara mendalam dilakukan pada partisipan

dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disiapkan

sebelumnya.

2. Proses pengumpulan data

a) Tahap persiapan pengumpulan data

Rangkaian proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin

penelitian kepada pihak-pihak terkait, seperti petugas Puskesmas

Ciputat Timur.

2) Setelah mendapat persetujuan dari pihak puskesmas, peneliti

menemui kader-kader yang bertugas di posyandu lansia disekitar

wilayah kerja pskesmas untuk menjelaskan bahwa peneliti ingin

melakukan penelitian di tempat tersebut serta mendapatkan

informasi terkait partisipan penelitian.

3) Setelah mendapat informasi terkait alamat partisipan penelitian,

peneliti turun ke lapangan dan mendata partisipan sesuai

kriteria. Partisipan yang berhasil didata dan sesuai dengan

kriteria inklusi penelitian sejumlah enam orang. Tiga calon

partisipan menolak diikutsertakan dalam penelitian ini,

sedangkan tiga yang lain menyatakan kesediaannya.

4) Partisipan yang bersedia kemudian diberika informed concent,

serta peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

Page 65: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

47

5) Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada partisipan

sesuai kesepakatan waktu dan tempat, setelah mendapat hasil

rekaman wawancara mendalam, peneliti mentranskrip data yang

diperoleh.

b) Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Tahap pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian

menggunakan cara atau metode pengumpulan data yang dapat

dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian

kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan

sekunder.

1) Data sekunder didapatkan dari wawancara dengan petugas

kesehatan Puskesmas Ciputat Timur. Tujuan awal wawancara

adalah untuk mengetahui alamat dari calon partisipan.

Puskesmas Ciputat Timur belum terdapat data statistik terkait

kasus cerebrovascular accident/stroke. Petugas Puskesmas

Ciputat Timur menyatakan hal ini karena pasien tidak

melakukan kunjungan ke puskesmas atau melaporkan anggota

keluarganya yang menderita stroke pada petugas puskesmas.

Petugas selanjutnya memberikan data kegiatan posyandu lansia

yang diadakan diwilayah tersebut. Setelah dilakukan

wawancara, petugas puskesmas mengizinkan peneliti untuk

melakukan pengambilan data langsung ke lapangan di wilayah

kerja Puskesmas Ciputat Timur.

Page 66: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

48

2) Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara

mendalam kepada partisipan. Wawancara mendalam (in-depth

interview) secara umum adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2008).

Peneliti menggunakan jenis wawancara semi terstruktur,

dengan menggunkan pedoman wawancara, tetapi

memungkinkan pengembangan pertanyaan yang lebih leluasa

dan tidak terikat. Peneliti saat melakukan wawancara

memperhatikan proses pelaksanaan wawancara, seperti

memperhatikan penampilan, memperkenalkan diri terlebih

dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan peneliti.

Wawancara mendalam dilakukan sebanyak 3-4 kali pertemuan,

dengan waktu antara 20-40 menit. Pengambilan data dilakukan

sampai tercapai saturasi data atau peneliti sudah tidak lagi

menemukan informasi baru dari partisipan. Hasil wawancara di

rekan dengan tape recorder untuk mempermudah peneliti

dalam proses berikutnya. Peneliti dibantu dengan seorang

teman yang bertugas membuat hasil wawancara secara tertulis,

terutama ekspresi non verbal dari partisipan (field note).

Page 67: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

49

F. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh (Sugiono, 2010). Langkah-langkah analisis

data dalam penelitian kualitatif meliputi:

1. Reduksi data

Hasil wawancara didengarkan berulang-ulang dan dibuat catatannya oleh

peneliti kedalam bentuk transkrip wawancara. Peneliti membaca kembali

transkrip wawancara hingga memahami isi wawancara. Transkrip

wawancara ini masih berisi berbagai hal yang diungkapkan oleh

partisipan. Reduksi dilakukan dengan memilah hal-hal yang menurut

peneliti merupakan hal-hal pokok, mengkategorikan hal-hal tersebut

hingga membentuk gambaran yang lebih jelas. Masing-masing hal

tersebut kemudian di kelompokkan sesuai kategorinya masing-masing.

Setelah di lakukan pengelompokan tersebut, peneliti mulai melampirkan

arti dari unsur-unsur data.

2. Display data

Setelah menentukan masing-masing arti dari unsur-unsur data penelitian,

peneliti menggunakan matriks untuk menyajikan data. Matrik ini akan

mempermudah peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan

merencanakan proses berikutnya.

Page 68: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

50

3. Analisis isi

Analisis yaitu dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori

pada tinjauan kepustakaan (content analisis). Analisis isi dilakukan

dengan cara membandingkan hasil penelitian yang dilakukan dengan

teori-teori yang ada sebelumnya.

4. Pengambilan keputusan

Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Peneliti

menentukan temuan baru dalam penelitian ini yang belum pernah ada

sebelumnya. Hasil temuan tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk

deskriptif dalam penelitian ini

G. Validasi data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data perlu diuji validitas dan

reliabilitas untuk mengukur nilai kepercayaan data. Hal ini dikarenakan hal

yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya

(Sugiyono, 2010). Hasil penelitian dikatakan valid apabila tidak ada

perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti. Pada penelitian kualitatif pengukuran nilai

kepercayaan menggunakan empat kriteria yaitu, uji credibility,

transferability, dependability, dan confirmability (Guba dan Lincoln, 1981

dalam Graneheim, 2004; Moleong, 2007; Polit & Beck, 2004; Sugiyono,

2010).

Peneliti menggunakan Member Check untuk menentukan kredibilitas

data dalam penelitian ini. Member Check adalah proses pengecekan data yang

Page 69: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

51

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan Member Check adalah untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data. Cara ini yaitu dengan menguji kemungkinan

dugaan-dugaan yang berbeda antara peneliti dan pemberi data. Apabila data

yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, terutama yang menjadi subjek

penelitian ini adalah manusia, maka peneliti menggunakan etika penelitian

meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi respnden (inform consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada partisipan sebelum penelitian

dilakukan. Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian

yang akan dilakukan, jaminan kerahasiaan partisipan, dan terbebas dari

bahaya seperti nyeri. Jika partisipan bersedia di teliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesediaan partisipan.

Namun, jika partisipan menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak partisipan.

2. Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama partisipan pada lembar pedoman wawancara atau

hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti hanya akan menggunkan

kode pada lembar pedoman wawancara dan mengunakan inisial dalam

penyajian hasil penelitian.

Page 70: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

52

3. Kerahasiaan (confidentialy)

Kerahasiaan informasi partisipan dan hasil penelitian, termasuk masalah-

masalah lainnya dijamin sepenuhnya oleh peneliti. Informasi hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

(Hidayat, 2008)

Page 71: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

kepada tiga partisipan dengan wawancara mendalam. Hasil dari wawancara

mendalam dilakukan analisa data dan ditemukan tema- tema esensial yang

selanjutnya oleh peneliti dideskripsikan kedalam bentuk naratif dengan penyajian

hasil penelitian sebagai berikut.

Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama

menguraikan mengenai gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua

memaparkan hasil penelitian yang meliputi karakteristik partisipan dan hasil

analisa tematik. Paparan hasil penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil

wawancara mendalam yang telah disusun berdasarkan tema yang telah ditemukan.

A. Gambaran umum wilayah penelitian

Ciputat timur adalah sebuah kecamatan di kota Tangerang Selatan.

Kecamatan ini berbatasan dengan Kelurahan Pondok Pinang,Karang

Tengah, Ciputat, Pondok Aren, Bintaro, Pamulang, Cinere, Sawangan,

Depok. Kecamatan Ciputat Timur memiliki enam kelurahan, yaitu: Rengas,

Rempoa, Cireundeu, Pondok Ranji, Cempaka Putih, Pisangan. Kecamatan

ciputat timur memiliki luas 1.543 Ha. Kepadatan penduduk di kecamatan ini

pada tahun 2007, merupakan yang tertinggi di Tangerang Selatan yaitu,

10.396 orang/Km2.

Terdapat dua Puskesmas di Kecamatan Ciputat Timur, yaitu di

Kelurahan Rempoa dan Kelurahan Pisangan. Penelitan ini dilakukan

Page 72: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

54

diwilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur, termasuk dalam wilayah kerja ini

adalah Kelurahan Cireunde, Rempoa, dan Cempaka Putih. Luas wilayah kerja

Puskesmas Ciputat Timur adalah 741 Ha.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan

kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang di wilayah kerja Puskesmas

Ciputat Timur secara rinci menjelaskan uraian tujuh tema yang teridentifikasi

dari hasil wawancara mendalam, tema-tema tersebut meliputi: (1) faktor-

faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, (2) proses pengambilan

keputusan, (3) keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan, (4)

keluarga dalam memutuskan penggunaan pelayanan kesehatan, (5) dampak

psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan, (6) cara untuk

mencegah stroke berulang, dan (7) ketidakpatuhan pengobatan.

1. Karakteristik partisipan

Karakteristik partisipan meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan terakhir, dan hubungan partisipan dengan pasien. Partisipan

penelitian adalah pembuat keputusan terutama dalam keluarga terhadap

masalah kesehatan pasien.

Tabel 5.1 Karateristik Partisipan

No. Inisial Umur (tahun)

Pekerjaan Pendidikan Terakhir

Hubungan dengan pasien

Stroke berulang

1 Tn. S (P1) 70 Ketua RT SD Suami Ke-2 2 Ny. J (P2) 62 Ibu rumah

tangga SD Istri Ke-5

3 Tn. M (P3)

40 Wiraswasta SI Anak pertama Ke-2

Page 73: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

55

2. Gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan

Berdasarkan tujuh tema yang teridentifikasi dalam penelitian ini,

berikut adalah uraian dari masing-masing tema tersebut:

a. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Faktor-faktor ini mempengaruhi bagaimana pembuat keputusan

menggambil keputusannya. Faktor-faktor ini teridentifikasi

berdasarkan latar belakang bagaimana partisipan penelitian membuat

keputusannya. Faktor tersebut antara lain pertimbangan berdasarkan

kondisi pasien, pengetahuan keluarga terhadap penyakit, persepsi

terhadap pelayanan kesehatan, pengalaman partisipan dan keluarga,

informasi orang lain, dan perasaan partisipan.

1) Pertimbangan berdasarkan kondisi pasien

Ketiga partisipan penelitian ini sepakat menyatakan bahwa faktor

yang dapat mempengaruhi pegambilan keputusan adalah

pertimbangan berdasarkan kondisi pasien. Berikut pernyataan

partisipan:

“Yang pasti tentang penyakit ibu nih. mengenai kesehatan ibu, penyakit ibu gimana kira-kira, kondisinya gimana”. (P1) “Stroke yang ke dua, ayah saya jatuh, lalu pingsan. Saya ga langsung di bawa ke rumah sakit. Setelah sadar, saya kasih minum teh manis anget. Bapak bilang badannya berat, saya siapin kendaraan baru saya bawa ke rumah sakit”. (P3) “Waktu kena stroke langsung di bawa ke rumah sakit, soalnya udah ga bisa jalan, jadi ga di bawa ke puskesmas”. (P2)

Page 74: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

56

2) Persepsi terhadap pelayanan kesehatan

Dua partisipan juga menunjukan persepsinya terhadap

pelayanan kesehatan, yang tampak menjadi pertimbangan

mereka dalam mengambil keputusan. Persepsi partisipan

meliputi pelayanan kesehatan yang pernah di terima dimasa lalu

dan dilihat dari kemampuan tenaga kesehatan. Berikut

pernyataan dari dua partisipan tersebut:

“Saya ga bawa ke rumah sakit karena dirumah sakit kan hanya untuk kalo tensinya turun, udah pulang. Ga ada solusinya. Jadi saya bawa ke klinik dokter”. (P3)

“Yang abis stroke pertama, alternatif kan memang pernah juga yaa. Karena kan denger-denger ada orang yang sembuh kesana, saya coba-boba waktu itu. Tapi waktu itu ga ada perubahan. Keluarga juga bilang lebih baik ke dokter aja. Dokter kan lebih tau penyakitnya gimana nanganinnya”. (P1) “Saya sih yang bilang udah ikut terapi aja. Abis berobat rutin ke rumah sakit tiap bulan itu, ga banyak perubahan tangan sama kakinya itu kan masih kaku kaya apa yaa kaya lumpuh gitu sih. Ya udah coba aja terapinya, itu kan terapi totok. Yaa terusin aja kalo emang di terapi jadi enakan mah. Yaa biaya juga sih. Terapikan engga terlalu mahal yaa”. (P1)

3) Pengalaman partisipan dan keluarga

Seorang partisipan juga menunjukan adanya pengalaman

sebelumnya yang mendasarinya dalam membuat keputusan.

Pengalaman tersebut seperti pernah mengurus orang sakit

sebelumnya dan pengalaman yang didapat dari kejadian stroke

sebelumnya. Berikut pernyataan partisipan tersebut:

“Karena saya sering ngalamin, anak saya juga sering sakit jadi karena udah sering ngurusin orang sakit”. (P3) “Karena udah ada kesan ayah saya kena stroke”. (P3)

Page 75: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

57

4) Informasi orang lain

Sumber informasi yang didapatkan partisipan menjadi

pertimbangan dalam membuat keputusan. dua partisipan

menyatakan mendapatkan informasi dari orang lain. Berikut

pernyataan partisipan:

“Tetangga saya memberi keyakinan coba aja di bawa ke klinik dokter”. (P3) “Yaa saya kadang-kadang nanyakan juga sama orang-orang gimana ibu sakitnya gini istri saya sakitnya ini-ini-ini, yaa nantikan saya pikirin juga kalo ntar dikasi tau sama orang bawa kesini aja ya entar saya pikirin lagi. Baiknya kemana atau gimana gitu.” (P1)

5) Perasaan partisipan

Seorang partisipan mengungkapakan menggunakan perasaan

dalam memutuskan keputusan. Berikut pernyataan partisipan

tersebut:

“Perasaan aja. Kaya gini, ya pas, ya udah”. (P2)

b. Proses pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan berkaitan dengan bagaimana cara

partisipan dan keluarganya dalam mengambil keputusan. Dalam

penelitian ini, pengambilan keputusan dilakukan dengan diskusi

keluarga dan membuat keputusan sendiri tanpa mendiskusikan

dengan anggota keluarga lain. Berikut pernyataan partisipan terkait

proses pengambilan keputusan:

Page 76: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

58

1) Diskusi dengan anggota keluarga

Dua partisipan menggungkapkan menggunakan cara berdiskusi

dalam mengambil keputusan.

“Yaa konsultasi dengan anak-anak. Bagaimana cara jalan keluarnya, bagaimana cara pengobatannya, gitu.” (P1) “Yaa… Ibu si dilimpahkannya ke anak-anak aja, tanggung jawabnya. Diomongin bareng sama anak-anak. Masalah keuangan, apakan, Ibu kan ga bisa nyari, nungguin Bapak kayak gini.” (P2)

2) Keputusan dibuat individu

Seseorang yang biasanya menjadi pembuat keputusan dalam

keluarga adalah kepala keluarga. Namun, jika kepala keluarga

atau pembuat keputusan mengalami gangguan dalam menjalankan

tanggung jawabnya tersebut bisanya akan dialihkan pada anggota

keluarga yang lain. Satu orang partisipan mengaku sebagai

pembuat keputusan tunggal, dan membuat keputusan tanpa

membicarakan dengan orang lain. Berikut pernyataan partisipan:

“Saya sendiri. Sampe sekarang saya sendiri yang buat keputusan. Saya punya ade dua tapi keliatannya engga terlalu ini lah sama orang tua. Juga kan mereka ga tinggal deket sini. Ya masalah biayanya, masalah waktu dari pada saya anak pertama itu ribut sama keluarga karena orang tua, yaa saya ngambil tindakan, keputusan sendiri.” (P3)

3) Modifikasi cara pengambilan keputusan

Dalam kondisi yang tidak memungkinkan terjadinya diskusi atau

mendesak terjadi modifikasi proses pembuatan keputusan. berikut

pernyataan partisipan:

Page 77: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

59

“Bapak pernah membuat keputusan tanpa membicarakan dulu dengan anak-anak, keluarga hanya di informasikan melalui telepon…. Pernah jugaa anak yang membawa ke rumah sakit, setelah itu saya baru di beritahu”. (P1) “Langsung di bawa ke rumah sakit waktu itu, Saya yang ambil keputusan baru telpon anak-anak”. (P2)

c. Keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan

Cara pembiayaan pengobatan ini menyatakan bagaimana keluarga

akan membiayai pengobatan pasien selama sakit, atau sumber dana

untuk pengobatan pasien. Dua partisipan menyatakan pembiayaan

pengobatan dijadikan tanggungan bersama. Berikut pernyataan

partisipan:

“Pembiayaan sih ya saya sama-sama aja. Kalo anak ada, ya anak. Kebetulan kan saya juga masih kerja. Tar kurangannya anak nambahin”. (P1) “Ya masalah pengobatan bapaknya, gimana pembiayaanya, masalah pengobatankan kan udah di tunjang ama anak-anak. Misalnya sakit yaudah manggil anak-anak.” (P2) Sedangkan terdapat satu pertisipan yang menjadi orang tunggal yang

membiayai pengobatan pasien. Berikut pernyataan partisipan:

“Biaya orang tua, saya yang nanggung”. (P3)

d. Keluarga dalam memutuskan penggunan pelayanan kesehatan

Saat terdapat anggota keluarga yang sakit, maka pembuat keputusan

akan menentukan bagaimana keluarga akan memutuskan dalam

memilih pelayanan kesehatan selama tahap sehat-sakit anggota

keluarga. Hasil penelitian ini menyatakan pembuatan keputusan

Page 78: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

60

keluarga dalam memilih layanan kesehatan bagi anggota

keluarganya. Berikut adalah urian sub tema:

1) Pelayanan kesehatan yang dipilih saat serangan stroke

Dua partisipan menyatakan bahwa mereka memilih pelayanan

rumah sakit saat pasien terkena stroke maupun serangan stroke

berulang. Berikut pernyataan partisipan:

“Waktu ibu sakit itu, langsung di bawa aja ke rumah sakit, kebetuan juga waktu itu anak-mantu disini semuanya jadi ga nyampe lama dibiarinya.” (P1)

“Jadi tuh setiap bapak sakit kita bawanya ke rumah sakit ga pernah ke tempat lain, rumah sakit dulu, kan dokter yang tau harus bagaimana”. (P2)

Sedangkan terdapat satu partisipan yang menyatakan tidak

membawa pasien ke rumah sakit, namun membawa ke klinik

dokter saat serangan stroke pertama. Berikut pernyataan

partisipan:

“Kena stroke yang sebelah badah itu, yang pertama kena tahun 1996 kemudian berobat ke klinik dokter di pondok indah, setiap minggu”. (P3)

Pada serangan stroke berulang, ketiga partisipan mengungkapkan

membawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

2) Pelayanan kesehatan yang dipilih pasca serangan stroke

Setelah sakit, pasien membutuhkan pengobatan yang

berkelanjutan untuk memulihkan kembali kondisinya. Keluarga

berkewajiban untuk membatu pasien dalam hal tersebut. Keluarga

memilih beberapa tempat pelayanan kesehatan yang sebagai

Page 79: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

61

pengobatan rutin pasien. Dua partisipan menggunakan pelayanan

rumah sakit sebagai tempat pengobatan rutin. Berikut pernyataan

partisipan:

“Dari dulu sih pas sakit yang pertama, kalo ibu berobat gitu nyampe sekarang tiap bulan mah rutin ke dokter di rumah sakit”. (P1)

“Sekarang ke klinik dokter udah engga, tapi ke dokter yang di rumah sakit, tiap tiga bulan sekali.” (P3)

Selain rumah sakit, seorang partisipan memilih untuk

menggunakan home visit. Berikut pernyataan partisipan:

“Kalo sekarang udah engga ke rumah sakit, kan biaya nya gede. Dokter aja yang datang ke rumah buat periksa sebulan sekali.” (P2)

Satu partisipan mengungkapkan juga menggunakan terapi

alternative sebagai upaya pengobatan pasien. Berikut pernyataan

partisipan

“Sekarang sih ikut terapi juga, tukang terapinya ke rumah udah

2-3 bulan ini lah terapinya”. (P1)

e. Dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan

Pengalihan tugas dalam membuat keputusan akan menimbulkan

perubahan pada psikologis anggota kelurga yang dilimpahkan tugas

tersebut. Berikut adalah pernyataan partisipan yang merasakan takut,

binggung dan sulit saat menerima tanggung jawab dalam menjadi

pembuat keputusan:

“Iyaa, takut ini, dari dulu kan saya cuma ngikutin suami. Binggung awalnya, suami sakit kan. Trus gimana kalo saya mutusinya salah,

Page 80: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

62

dari dulu kan saya ngikutin bapak doang. Ga pernah gitu harus mikirin kaya gini, ya takutnya gitu sih mba. Ngerasa sulit ngadepin segalanya sendiri, anak-anakkan masih pada perlu biaya tar kalo bapaknya ga ada gimana, kan kerjanya swasta bukan pegawai negeri. Sedangkan anaknya masih kuliah ada yang masih SMP, SMA gitu, biayanya kan masih banyak. Bapaknya udah sakit.” (P2)

Sedangkan satu partisipan lain tidak merasakan takut atau binggung

dalam membuat keputusan. berikut pernyataan pertisipan tersebut:

“Saya ngambil hikmahnya ja sih mba, artinya kalo memang waktu itu sampe stroke juga yaa saya terima. Kalo nyampe ajal dateng juga saya terima. Tapi karena kewajiban kan saya jadi saya buat enjoy aja.” (P3)

f. Cara untuk mencegah stroke berulang

Partisipan membuat keputusan dalam hubungannya dengan

pencegahan stroke berulang. Cara untuk mencegah stroke meliputi

pembatasan diet dan perubahan gaya hidup. Hal tersebut mencakup

beberapa uraian sub tema yang berupa:

1) Pembatasan diet

Salah satu cara untuk mencegah agar stroke berulang tidak terjadi

adalah dengan pembatasan diet. Partisipan menyatakan

melakukan pengontrolan terhadap konsumsi makanan dan

mengolah sendiri makanan yang dikonsumsi pasien sebagai cara

untuk mengatur diet pasien. Berikut pernyataan partisipan terkait

pembatasan diet dengan mengolah sendiri makanan pasien:

“Daging-daging, ikan asin, kambing, garam agak dikurangi”. (P1) “Waktu stroke itu, makan sih Ibu yang masak tetep tapi kalo untuk nyuapin makan kadang saya kadang Ibu.” (P3)

Page 81: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

63

Dua partisipan mengungkakan mengontrol konsumsi makanan

pasien sebagai bentuk pembatasan diet. Berikut pernyataan

partisipan:

“Terutama dari makanannya, harus kontrol makanan apa yang kira-kira memang yang bisa menyebabkan darah tinggi atau stroke ya itu jangan di apa ibaratnya jangan dimakan. Kalo memang perlu ya ga papa, tapi hanya nyobain aja sedikit.” (P1) “Menghindari makanan yang terlalu asin, trus seperti kopi walaupun kopi susu itu udah saya ga ijinkan lagi”. (P3)

2) Perubahan gaya hidup

Partisipan menyatakan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat

pun dilakukan untuk mencegah stroke berulang. Perubahan gaya

hidup mereka lakukan mengikuti instruksi dan saran dari tenaga

kesehatan. Berikut pernyataan partisipan:

“Emang dari dokter disaranin jalan-jalan pagi aja, sekitar setengah jam, lima kali seminggu paling engga. Sekitar-sekitar sini aja tiap pagi gitu ya. Sebetulnya kalo itu sih ga perlu dia jalan-jalan memang kalo di rumah aja udah jalan-jalan terus.” (P1) “Dokter sih pernah ngomong buat istirahat, ga kecapean. Tapi kalo olah raga dari dulu emang bapak jarang. Sekarang ini yang abis sakit, paling sesekali pagi jalan dari sini ke situ, ama dokter yaa ga apa-apa asal jangan kecapean tapi ga rutin setiap pagi.” (P3)

g. Ketidakpatuhan pengobatan

Kepatuhan pasien terhadap pengobatan memberikan pengaruh

terhadap pengambil keputusan dalam membuat keputusannya.

Partisipan mengungkapkan ketidak patuhan pasien terhadap

pengobatan meliputi kebiasaan yang tidak sehat dan pasien yang

Page 82: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

64

kurang kooperatif dalam pengobatan. Hal tersebut mencakup

beberapa uraian sub tema yang berupa:

1) Kebiasaan yang tidak sehat

Kebiasaan pasien yang tidak sehat diungkapkan meliputi sulit

berhenti merokok dan menyukai makanan yang asin. Berikut

pernyataan partisipan terkait kebiasaan yang tidak sehat:

“Masih merokok sampai saat ini tidak bisa dibilangin untuk berhenti merokok”. (P2) “Pantang doang kalo lagi sakit. Tapi kalo dah sembuh ya begitu lagi. Bapak ga mau makan kalo saya masaknya agak kurang asinnya.” (P2)

2) Kurang kooperatif dalam pengobatan

Partisipan menceritakan bahwa pasien kurang menunjukan

kerjasama saat pengobatan. Berikut pernyataan partisipan:

“Bapak kalo ke rumah sakit marah-marah mulu, kan nunggunya lama”. (P2) “Bapak tidak mau di dokter yang lain”. (P3)

Page 83: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

65

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan interpretasi hasil penelitian yang telah diperoleh

dan keterbatasan dalam penelitian. Interpretasi hasil penelitian yang dilakukan

yakni menguraikan hasil penelitian dan membandingkannya dengan teori yang

ada serta berbagai hasil penelitian sebelumnya yang terkait sehingga dapat

memperkuat interpretasi penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini akan

membahas tentang keterbatasan peneliti dalam proses penelitian yang telah dilalui

dengan proses yang seharusnya dilakukan sesuai aturan.

A. Interpretasi Hasil Penelitian

Peneliti telah mengidentifikasi tujuh tema yang merupakan hasil dari

penelitian ini sesuai dengan analisa data yang peneliti lakukan. Tujuh tema

tersebut teridentifikasi sesuai dengan tujuan penelitian yakni mendapatkan

gambaran bagaimana keluarga memutuskan tindakan kesehatan yang tepat

bagi anggota keluarga dengan stroke berulang. Tema pertama dalam

penelitian ini mengangkat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan. Keluarga dalam cara menentukan keputusan

terhadap masalah kesehatan dapat digambarkan dalam tema kedua proses

pengambilan keputusan. Cara keluarga dalam membiayai pengobatan pasien

stroke berulang digambarkan dengan tema ketiga keluarga dalam

memutuskan pembiayaan pengobatan. Tema keempat menggambarkan

bagaimana keluarga dalam memutuskan penggunaan pelayanan kesehatan.

Pengaruh psikologis terhadap pengalihan pembuat keputusan digambarkan

Page 84: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

66

dengan tema kelima dampk psikologis terhadap pendelegasian pembuatan

keputusan. Keluarga dalam membuat keputusan untuk mencegah stroke

berulang digambarkan dalam tema keenam cara pencegahan stroke berulang.

Sikap pasien selama pengobatan digambarkan dalam tema ketujuh

ketidakpatuhan pengobatan.

Berikut uraian penjelasan masing-masing tema yang diperoleh dalam

penelitian ini :

1. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Dalam penelitian ini teridentifikasi beberapa factor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan partisipan. Faktor-faktor tersebut

antara lain pertimbangan kondisi pasien, pengetahuan keluarga terhadap

penyakit, persepsi terhadap pelayanan kesehatan, pengalaman partisipan

dan keluarga, informasi orang lain, dan perasaan partisipan. Berikut

pembahasan masing-masing sub tema:

a. Pertimbangan berdasarkan kondisi pasien

Menurut Campbell, keluarga mempertimbangkan keseriusan kondisi

pasien dan adekuasi perawatan yang diberikan dalam menentukan

penyedia pelayanan kesehatan (Campbell dalam Friedman, 2010).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua partisipan

mempertimbangkan kondisi pasien sebelum membuat keputusan

terkait tindakan kesehatan. Kondisi pasien ini nantinya juga

mempengaruhi keputusan dalam menentukan tempat pengobatan

yang sesuai.

Page 85: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

67

b. Persepsi terhadap pelayanan kesehatan

Persepsi terhadap pelayanan kesehatan mencerminkan perasaan,

gagasan, dan keyakinan yang seseorang miliki tentang sistem

pelayanan kesehataan. Ketidakpercayaan, perbedaan budaya dalam

memahami dan menjelaskan penyakit, sejarah rumah sakit/ klinik,

dan diskriminasi mempengaruhi persepsi individu terhadap sistem

pelayanan kesehatan secara keseluruhan dan karenanya dapat

menjadi hambatan untuk akses ke pelayanan kesehatan dikemudian

hari (Berry dalam Kon, 2010). Dalam penelitian ini persepsi atau

pandangan partisipan terhadap pelayanan kesehatan memberikan

pengaruh dalam membuat keputusan. Hasil penelitian ini terlihat

bahwa persepsi partisipan dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan

terhadap pelayanan, dan kualitas layanan kesehatan yang diterima di

masa lalu. Salah satu partisipan memilih tidak membawa pasien ke

rumah sakit saat serangan stroke pertama dan lebih memilih klinik

dokter. Ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa

persepsi terhadap pelayanan mengindikasikan kepuasan terhadap

pelayanan kesehatan yang diterima dan mempengaruhi masyarakat

dalam mencari prioritas pelayanan kesehatan (Kon, 2010).

c. Pengalaman partisipan dan keluarga

Pengalaman pribadi bersama anggota keluarga berkontribusi

terhadap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

kesehatan (Thompson, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengalaman personal yang dimiliki partisipan dan keluarga

Page 86: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

68

mempengaruhi dalam membuat keputusan. Pengalaman partisipan

ini terkait dengan serangan stroke sebelumnya dan interaksi dengan

pelayanan kesehatan yang diterima. Peran pengalaman sebelumnya

memunculkan perbedaan dalam memutuskan untuk mencari

perawatan atau memilih perawatan.

d. Informasi orang lain

Model Johnson's Comprehensive menunjukkan bahwa karakteristik

demografi pasien, keluarga, teman-teman mereka, pengalaman

pribadi, keyakinan dan arti penting masalah akan mempengaruhi

persepsi dalam mencari sumber informasi dan kegunaan informasi

(Johnson dalam Thompson, 2012). Sumber informasi yang

digunakan partisipan dalam penelitian ini adalah orang terdekat. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Thompson (2008), informasi dari

seseorang biasanya menarik dan mudah dimengerti secara

emosional, kognitif, dan dapat mempengaruhi tanggapan terhadap

perilaku kesehatan dan pilihan pengobatan (Thompson, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan mendapatkan

informasi terkait stroke berulang dari orang-orang di sekitar mereka.

Seorang partisipan cenderung bertanya terkait masalah penyakit

yang dialami anggota keluarga pada orang terdekat dan kemudian

menjadikannya pertimbangan sebelum membuat keputusan. hasil

penelitian ini diperkuat dengan penelitian lain yang menunjukkan

bahwa cerita yang diperkuat dengan bukti, dapat mempengaruhi

Page 87: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

69

kepercayaan seseorang tentang bagaimana perilaku kesehatan,

penyakit, atau pencarian pengobatan mempengaruhi seseorang

melalui pengalaman orang lain yang serupa (Cialdini, 2007).

e. Perasaan partisipan

Perasaan merupakan pertimbangan subjektif seseorang terhadap

suatu hal. Perasaan lebih cenderung mendominasi dalam situasi

tertentu dan tampaknya memberikan kekuatan pendorong penting

dalam memutuskan. Seorang partisipan cenderung menggunakan

perasaan dalam sebelum membuat keputusan. Perasaan partisipan

ini mempengaruhi pendekatan mereka dalam membuat keputusan,

terutama pada saat-saat rentanan, stress dan kehilangan. Kondisi

stroke yang tiba-tiba menyerang salah satu anggota keluarga

tentunya menjadi tekanan tersendiri bagi partisipan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Schwarz (1990, p. 538) menyatakan bahwa

sedikitnya informasi yang ada, keputusan yang sulit dibuat, dan

kendala waktu yang membatasi ruang untuk berpikir memungkinkan

seseorang akan menggunakan perasaan mereka sebagai alternatif,

atau sebagai jalan pintas untuk membuat suatu putusan (Brown,

2011).

2. Proses pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan dianggap penting dalam keluarga

karena memiliki dampak pada keluarga sebagai kelompok dan anggota

Page 88: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

70

individu (Schaber, 2004). Keluarga dalam mengambil keputusan

berbeda-beda bergantung pada kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi

negaranya. Keluarga di Indonesia, umumnya dipimpin oleh suami

sebagai kepala rumah tangga yang dominan dalam mengambil keputusan

walaupun prosesnya melalui musyawarah dan mufakat (Ali, 2010). Teori

tersebut mendukung hasil temuan yang di temukan peneliti yang

menunjukan bahwa pasangan baik suami maupun istri yang mengambil

keputusan terkait masalah kesehatan. Dua partisipan yang merupakan

suami atau istri pasien menjadi pengambil keputusan walaupun dalam

prosesnya partisipan membutuhkan musyawarah untuk memutuskan

tindakan yang tepat. Musyawarah hanya merupakan salah satu metode

pembuatan keputusan tertentu dalam menghasilkan sebuah keputusan.

Keputusan demikian disebut dengan keputusan konsensus (Chang et al,

2010).

Penggunaan satu atau dua metode yang lain dalam pembuatan

keputusan mungkin terjadi (Friedman, 2010). Teori ini mendukung hasil

dari penelitian yang mana dua partisipan yang menggunakan

musyawarah dalam pembuatan keputusan menggunakan metode lain.

Metode tersebut adalah dengan mengambil keputusan terlebih dahulu

tanpa adanya musyawarah. kondisi ini terjadi jika sulit bagi keluarga

untuk berkumpul dan berdiskusi, pembuat keputusan cenderung

membuat keputusan sendiri yang selanjutnya di informasikan kepada

anggota keluarga yang lain. Kedua cara tersebut digunakan secara

bergantian.

Page 89: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

71

Satu partisipan cenderung membuat keputusan sendiri, tanpa

membicarakan dulu dengan anggota keluarga. Metode pembuatan

keputusan ini dengan de facto. Sebuah keputusan yang dibuat oleh

seorang anggota keluarga terhadap masalah yang dihadapi keluarga dan

mempengaruhi kelompok keluarga (Schaber, 2004). Partisipan dalam

membuat keputusan tidak terlebih dahulu merundingkan dengan anggota

keluarga yang lain. Partisipan menganggap anggota keluarga yang lain

kurang terlalu mampu atau peduli dengan masalah kesehatan pasien.

3. Keluarga dalam memutuskan pembiayaan pengobatan

Stroke menimbulkan dampak yang sangat besar dari segi ekonomi

karena biaya pengobatan dan perawatan sangat tinggi (Yastroki, 2011).

Biaya tersebut untuk sektor kesehatan, misalnya, visit dokter, kunjungan

ke rumah sakit, dan obat-obatan. Perlu diketahui bahwa pertisipan dalam

penelitian ini tidak menggunakan asuransi kesehatan jenis apapun dan

program bantuan pemerintah dibidang kesehatan. Hasil penelitian ini

mengemukakan bagaimana cara keluarga dalam membiayai pengobatan

pasien tanpa menggunakan asuransi atau jaminan kesehatan, terutama

untuk keluarga di Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa

partisipan membiayai pengobatan dengan dana yang berasal dari

keluarga dekat. Anak-anak pasien yang sudah bekerja secara bersama

menanggung biaya pengobatan. Pasangan pasien lah yang mengolah dana

tersebut untuk pemeriksaan rutin dan biaya obat-obatan. Sedangkan pada

Page 90: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

72

satu partisipan lain biaya pengobatan ditanggung sendiri tanpa dukungan

dari anggota keluarga lain.

4. Keluarga dalam memutuskan penggunaan pelayanan kesehatan

a. Pelayanan kesehatan yang dipilih saat serangan stroke

Keluarga tidak hanya mendefinisikan sehat atau sakit anggota

keluarganya, tetapi mereka juga menekankan seorang anggota

keluarga yang sakit untuk mencapai tahap dimana mereka mencari

perawatan (Friedman, 2010). Keluarga bertindak sebagai agen

perujukan utama dan akan merujuk anggotanya ke jenis pelayanan

atau praktisi kesehatan yang dianggap sesuai. Keputusan

menyangkut apakah penyakit anggota keluarga sebaiknya di tangani

di rumah atau di klinik atau di rumah sakit, cenderung di

negosiasikan di dalam keluarga (Doherty dalam Friedman, 2010).

Teori diatas mendukung hasil penelitian. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa partisipan merujuk anggota keluarganya yang

sakit ke pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan klinik dokter

saat serangan stroke pertama terjadi. Dalam penelitian ini tampak

adanya perbedaan pemilihan pelayanan kesehatan saat serangan

stroke pertama dengan serangan stroke berulang. Dua partisipan

mengungkapkan memilih rumah sakit sebagai tempat rujukan saat

serangan stroke pertama maupun berulang. Sedangkan satu

partisipan mengungkapkan menggunakan klinik dokter sebagai

tempat rujukan saat serangan stroke pertama beralih membawa

pasien kerumah sakit saat serangan stroke berulang. Hal ini dapat

Page 91: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

73

diakibatkan karena pengalaman yang pernah dimiliki terhadap

pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

mengatakan pengalaman personal sebelumnya mempengaruhi dalam

memilih pelayanan kesehatan (Wainwright et al, 2011).

b. Pelayanan kesehatan yang dipilih pasca serangan stroke

Setelah terserang stroke, beberapa pasien mengalami

berbagai gangguan seperti kelumpuhan, penurunan kemampuan

komunikasi, perubahan mental hingga depresi (Harnowo, 2012).

Pasien pasca stroke yang dirawat di rumah, salah satu yang dapat

dilakukan oleh keluarga seperti mengantar rawat jalan dan

membantu untuk mencari pengobatan / akses pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan oleh pasien (Sustrani, et. al 2003). Sesuai dengan

teori tersebut, hasil penelitian ini menyatakan bahwa semua

partisipan membantu pasien dalam mendapatkan pemeriksaan rutin.

Pada dua partisipan, mereka membawa pasien ke rumah sakit setiap

bulannya dan mendapatkan obat dari dokter. Satu partisipan

menyatakan lebih memilih untuk mendatangkan dokter ke rumah/

home visit, hal ini dilakukan karena beberapa berbagai alasan. Salah

satu alasan tersebut adalah karena biaya yang lebih murah dan

kepraktisannya.

Satu partisipan mengatakan menggunakan terapi alternative

selain pemeriksaan rutin di rumah sakit. Minat keluarga dalam

memutuskan menggunakan pengobatan alternatif dapat di rangsang

Page 92: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

74

oleh berbagai sumber termasuk teman atau keluarga yang pernah

mendapatkan pengobatan alternatif dan berhasil, serta ada keyakinan

bahwa terapi alternative bisa menawarkan perawatan lebih

disesuaikan pada individual (Nichol et al, 2011). Teori tersebut

sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pengobatan

dari rumah sakit dirasakan partisipan kurang memberikan pengaruh

besar besar terhadap penyembuhan pasien. Pernyataan ini di perkuat

oleh penelitian yang menyatakan terapi alternatif digunakan ketika

mereka merasakan kurang adekuatnya pelayanan kesehatan utama

yang digunakan (Nichol et al, 2011). Partisipan menyatakan pasien

merasa lebih baik setelah menerima terapi laternatif tersebut. alas an

tersebut yang menjadikan partisipan dan pasien tetap melanjutkan

terapi alternative. Temuan ini sesuai dengan teori yang diungkapkan

Nguyen (2010), terdapat hubungan yang signifikan antara

penggunaan terapi aternatif dengan status kesehatan yang sangat

baik dibandingkan pada tahun sebelumnya (Nguyen et al, 2010).

5. Dampak psikologis terhadap pendelegasian pembuatan keputusan

Kebutuhan keadaan dan situasi individu merupakan pencetus

terjadinya perubahan peran dalam keluarga. kondisi ini akan

menyebabkan individu lain dalam keluarga tersebut secara sementara

membangun peran mereka sebagai respon terhadap perubahan (Friedman,

2010). Hal ini mendukung hasil penelitian dimana peran kepala

keluarga/suami sebagai pembuat keputusan berubah ketika terjadi

Page 93: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

75

perubahan status kesehatan. Anggota keluarga yang lain yang dalam

penelitian ini adalah pasangan dan anak menggambil alih peran sebagai

pengambil keputusan. Hal ini terjadi saat tanggung jawab dalam

pembuatan keputusan tersebut didelegasikan atau dilimpahkan kepada

pasangan atau anggota keluarga yang dominan (Friedman, 2010).

Peran anggota keluarga saat ini telah semakin kompleks, sehingga

memungkinkan perubahan peran menjadi fleksibel (Friedman, 2010).

Perubahan peran dalam keluarga tidak terjadi tanpa menimbulkan dampak

terhadap individu yang terlibat. Keluarga sering kali mengalami tekanan

yang bermakna selama transisi peran (Friedman, 2010). Berdasarkan teori

tersebut, partisipan mengungkapkan mengalami kesulitan dan merasa

khawatir saat pertama kali menggantikan sebagai pembuat keputusan

dalam keluarga. Kekhawatiran ini menyangkut keputusan yang akan

diambil. Anggota keluarga yang menghadapi keputusan kesehatan yang

penting mungkin merasa kewalahan atau takut dalam menghadapi

pengambilan keputusan kesehatan (Shepherd dalam Thompson, 2012)

6. Cara untuk mencegah stroke berulang

Tema ke empat dalam penelitian ini adalah adalah cara untuk

pencegahan stroke berulang yang dilakukan keluarga. Setelah pasien

mengalami stroke, ada beberapa cara untuk mencegah kekambuhan.

Mengendalikan faktor risiko sangat penting dan berlaku dalam

pencegahan stroke berulang. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti

gaya hidup dapat diubah untuk stroke dan stroke berulang, diantaranya

Page 94: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

76

penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, konsumsi alkohol yang

berlebihan, aktivitas fisik dan stres psikologis (Lawrance, 2011).

Pengendalian factor resiko ini dapat di ikuti dengan medikasi yang sesuai.

Modifikasi gaya hidup telah dikaitkan dengan penurunan resiko stroke

dan harus dimasukkan sebagai bagian dari terapi pengobatan yang

komprehensif (Sacco et al, 2006).

Menurut Agustina (2009) bahwa diperlukan bantuan dari orang

terdekat untuk pemenuhan kebutuhan termasuk pengaturan nutrisi

(makan). Orang terdekat dalam hal ini adalah keluarga memberikan

dukungan yang penting dalam proses penyambuhan. Dukungan dalam

penelitian ini tampak dari keluarga yang melakukan pengaturan diet

pasien pasca stroke. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mencegah

stroke berulang. Pengaturan diet ini dilakukan dengan keluargalah yang

mengolah sendiri makanan pasien dan melakukan pembatasan pada

makanan yang dikonsi pasien. Pembatasan dilakukan seperti jenis

makanan atau minuman yang dikonsumsi. Partisipan mengungkapkan

mengurangi konsumsi makanan yang asin, daging, dan minuman seperti

kopi. Sedangkan menurut partisipan lain dengan mengurangi makanan

yang dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi tidak hanya faktor risiko

utama untuk stroke primer, tetapi juga meningkatkan risiko stroke

berulang pada pasien (McEvoy, 2012).

Defisit neurologis pasca stroke menyebabkan pasien rentan

terhadap intoleransi aktivitas, maka dibutuhkan suatu terapi latihan yang

aman yang memungkinkan pasien untuk mencapai aktivitas fisik yang

Page 95: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

77

cukup sehingga dapat mengurangi kekambuhan stroke (Sacco et al, 2006).

Pasien dengan stroke iskemik atau TIA yang mampu melakukan aktivitas

fisik, setidaknya 30 menit latihan fisik intensitas sedang hampir setiap

hari dapat dipertimbangkan untuk mengurangi faktor risiko dan kondisi

komorbiditas yang meningkatkan kemungkinan terulangnya stroke

(Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008; Sacco et al, 2006 ).

Sesuai dengan teori tersebut, hasil penelitian didapatkan bahwa partisipan

membantu pasien dalam berolahraga sesuai dengan instruksi dokter.

Partisipan membantu pasien dengan membawa pasien untuk jalan pagi

paling tidak lima hari dalam seminggu setiap hari selama sekitar 30 menit.

7. Ketidakpatuhan pengobatan

Kepatuhan pasien menjadi hal utama dalam menjamin keberhasilan

pengobatan pada pasien stroke. Ketidakpatuhan mungkin disengaja dan

tidak disengaja. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja (misalnya lupa)

sering merupakan konsekuensi dari penurunan kognitif. Ketidakpatuhan

yang disengaja terjadi ketika pasien dengan sengaja tidak mengikuti

nasihat medis yang diberikan (O’Carroll et al, 2010).

Sesuai dengan teori tersebut, hasil penelitian menunjukan bahwa

pasien kesulitan dalam mengikuti pembatasan makan yang pada akhirnya

mereka tidak patuh terhadap diet yang di tetapkan. Ini ditunjukan dengan

pernyataan satu partisipan yang mengungkapkan pasien sulit berhenti

merokok dan tetap menginginkan makanan yang dikonsumsi asin,

walaupun dokter mereka telah menganjurkan untuk berhenti merokok dan

Page 96: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

78

melakukan diet garam. Pasien ini sudah mengalami lima kali serangan

stroke berulang, sehingga semakin hari kondisi pasien menjadi lemah dan

kelumpuhan bertambah parah, dan partisipan mengatakan apabila

keinginan pasien tidak dituruti pasien akan marah dan tidak mau makan,

maka dari itu partisipan tidak bisa melarang pasien. Temuan tersebut

didukung oleh hasil penelitian yang memberikan bukti bahwa faktor

psikologis mempengaruhi ketidakpatuhan pengobatan setelah stroke

(O’Carroll et al, 2010).

B. Keterbatasan penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti masih memiliki

keterbatasan yaitu :

1. Penelitian terfokus pada keputusan keluarga dalam memilih pelayanan

kesehatan, sehingga hal-hal lain yang berkaitan dengan keputusan

dalam kepatuahan minum obat pasien, olahraga, pengelolaan stress,

menghentikan penggunaan rokok belum tergali lebih dalam.

2. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini tidak

menggunakan FGD (focus group discussion), sehingga memungkinkan

keluarga memberikan informasi yang tidak akan diperoleh melalui

wawancara individu seperti perasaan dan pandangan yang berbeda pada

pengambilan keputusan dihadapan anggota keluarga.

3. Kesulitan dalam pengambilan sampel dikarenakan alamat partisipan

yang tidak jelas mempersulit pencarian partisipan dan tidak terdapat

data pasien yang menderita stroke berulang di puskesmas setempat.

Page 97: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

79

BAB VII

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan yang mencerminkan

refleksi dari temuan penelitian dan saran yang merupakan tindak lanjut dari

penelitian ini.

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman

secara mendalam mengenai gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan

kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang di wilayah kerja puskesmas

ciputat timur. Berdasarkan tema-tema yang teridentifikasi pada penelitian ini

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengambilan keputusan kesehatan sebagian besar dilakukan oleh

keluarga dekat pasien stroke berulang baik pasangan pasien dan anak

laki-laki pertama pasien.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan antara

lain kondisi pasien, persepsi terhadap pelayanan kesehatan, pengalaman

partisipan dan keluarga, informasi dari orang lain, dan perasaan

partisipan.

3. Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah dan

diambil sendiri oleh anak laki-laki pertama dalam keluarga. Dalam

kondisi tertentu terdapat perubahan cara bagaimana keputusan diambil.

Pengambilan keputusan dapat mengunakan gabungan dari dua cara

pengambilan keputusan.

Page 98: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

80

4. Pembiayaan pengobatan dengan dana yang berasal dari keluarga dekat

menjadi pilihan ketika keluarga tidak menggunakan jaminan atau

asuransi kesehatan.

5. Perubahan psikologis terjadi akibat pendelegasian pembuat keputusan

dalam keluarga berupa kesulitan dan merasa khawatir dalam

memutuskan.

6. Keluarga dalam mencegah stroke berulang memutuskan pengaturan

diet pasien dengan cara makanan yang diolah keluarga dan membatasi

konsumsi makanan. Cara lain dilakukan dengan perubahan gaya hidup

sesui dengan instruksi tenaga kesehatan.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan

hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan kesehatan

a) Pelayanan kesehatan perlu pemahaman struktur kekuasaan keluarga

yang komponen utamanya adalah pembuatan keputusan, hal ini

penting dalam memberikan perawatan kesehatan efektif, terutama

jika keluarga mempunyai masalah dalam memutuskan kebutuhan

perawatan kesehatan. Tenaga kesehatan yang memahami teknik

yang digunakan dalam pembuatan keputusan keluarga, akan lebih

mampu mengidentifikasi kekuasaan dari tiap anggota keluarga dan

peran serta mereka dalam pembuatan keputusan.

Page 99: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

81

2. Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi

landasan dalam mengembangkan kompetensi pembelajaran pada

mahasiswa mengenai family decision making terutama dalam kaitannya

dengan kesehatan.

3. Penelitian keperawatan

a) Perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam lagi tentang

gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan untuk

waktu yang lebih lama dan karakteristik partisipan yang lebih

beragam. Selain itu, penelitian terkait pembuatan keputusan

keluarga yang berkaitan dengan keputusan dalam kepatuahan

minum obat pasien, olahraga, pengelolaan stress, menghentikan

penggunaan rokok dapat dilakukan untuk melihat begaimana

keluarga dalam membuat keputusan.

b) Menggunakan focus group discussion (FGD) dan wawancara,

sehingga memungkinkan terlihatnya lingkup pada proses

pengambilan keputusan dalam keluarga.

Page 100: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin Haji. (2010). Pengantar perawatan keluarga. Jakarta: EGC

Amelia, Susi. (2012). Hubungan Antara Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian Stroke Berulang Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang 2012. Universitas Andalas [dikutip pada 21 Mei 2013]. Tersedia di URL: http://www.thedigilib.com/go/out/src/111983

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008. Riskesdas 2007. [dikutip pada 2 November 2012]. Tersedia di URL: http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007

Basyaib, Fachmi. (2006). Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta: PT Grasindo

Bowman, Lisa. (2009). Management Of Client With Acute Stroke. In: Black, Joice M. & Jane Hokanson Hawks, Medical Surgical Nursing: Clinical Management For Positive Outcome (8th ed., pp 1843-1871). Philadelpia: WB. Saunders Company

Bungin, Burhan. (2008). Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers

Burns, Nancy dan Susan K. Grove. (2008). The Practice of Nursing Reasearch: Conduct, Critique, and Utilization 5th ed . Missouri: Elsevier Saunders

Brown, Hilary. (2011). The Role of Emotion in Decision-Making. The Journal of Adult Protection, Vol. 13, pp. 194-202 doi: 10.1108/14668201111177932

Cialdini Robert B. (2007). Descriptive Social Norms as Underappreciated Sources of Social Control. Psychometrika, 72:263-268. DOI: 10.1007/s11336-006-1560-6

Denim, Sudarwan. (2003). Riset Keperawatan: sejarah dan metodologi. Jakarta: EGC

Dewanto, G., Suwono W., Ryanto B., Turana Y. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC

Drummond, Helga. (1993). Pengambilan Keputusan yang Efektif: Petunjuk Praktis dan Komprehensif untuk Manajemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Ed 2. Jakarta: EGC

Page 101: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

Ennen, Kathleen Ann. (2004). Knowledge of Stroke Warning Symptoms and Risk Factors: Variations By Rural and Urban Categories. UMI Number: 3140123

Friedman, Marilyn M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta : EGC

Friedman, Marilyn M. (2010). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta : EGC

Go, Alan S., Mozaffarin, D., Roger, Veronique L., Benjamin, Emelia J., Berry, Jarett D., Borden, William D. (2013). Heart Disease and Stroke Statistics—2013 Update: A Report From the American Heart Association. 127, e132-e139.

Goldszmidt, Adrian J & Caplan, Louis R. (2011). Esensial Stroke. Jakarta: EGC

Graneheim, U. H. and B. Lundman. (2004). Qualitative Content Analysis in Nursing Research: Concept, Procedures, and Measures to Achieve Thruthworthiness. Elsevier Nurse Education Today 24, 105-112 doi: 10.1016/j.nedt.2003.10.001

Hankey, Graeme J. (2007). Antiplatelet Therapy For The Prevention Of Recurrent Stroke And Other Serious Vascular Enents – A Review Of The Clinical Trial Data And Guidelines. Current Medical Reserch and opinion Vol. 23,6, pp 1453 – 1462.

Hardie, Kate.,Hankey, Graeme J., Jamrozik, Konrad., Broadhurst, Robin., Craig, Anderson. (2004). Ten-Year Risk of First Recurrent Stroke and Disability After First-Ever Stroke in the Perth Community Stroke Study. United States of America

Harnowo, Putro Agus. (2012). Terapi untuk Pemulihan Pasien Stroke. [dikutip pada 20 Desember 2013]. Tersedia di URL: http://health.detik.com/read/2012/07/04/151429/1957605/775/terapi-untuk-pemulihan-pasien-stroke

Hashmi, Saman K., Maria B. Afridi., Kanza Abbas., et al. (2007). Factors Associated with Adherence to Anti-Hypertensive Treatment in Pakistan. PLoS ONE 2 (3), e280 doi:10.1371/journal.pone.0000280

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika

Holloway, Immy. (2008). A-Z of Qualitative Research in Nursing and Healthcare.

Humphrey, Peter., Jo Gibson., Stephanie Jones. (2010). Reducing The Risk Of Stroke. In: Williams, Jane et al, Acute Stroke Nursing. United States of America: Wiley – Blackwell

Page 102: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

JNC 7 Express. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. United States of America: U.S. Depertement of Health and Human Service. [dikutip pada 5 Maret 2013]. Tersedia di URL : www.nhlbi.nih.gov

Kon, Zeida Rojas. (2010). Ethnic Disparities in Obtaining Medical Care and Perceptions of Health Care in Post-Apartheid South Africa. UMI Number: 3432627

Lawrence, M., Fraser, H., Woods, C., McCall, J. (2011). Secondary Prevention Of Stroke And Transient Ischaemic Attack. Nursing Standard. 26, 9, 41-46

Lindsay, M. P., Gubitz G., Bayley M., Phillips S. (2012). Canadian Best Practice Recommendations For Stroke Care Fourth Edition. [Dikutip pada 21 April 2013]. Tersedia di URL : www.strokebestpractices.ca

McEvoy, Claire T., Norman Temple and Jayne V Woodside. (2012). Vegetarian Diets, Low-Meat Diets and Health: A Review. Public Health Nutrition: 15(12), 2287–2294

Moleong, Lexy Dr. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyatsih, Enny dan Airiza Ahmad. (2008). Stroke: Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

National Stroke Association. (2012). STARS - Steps Against Recurrent Stroke. [dikutip pada 24 Desember 2012]. Terdapat di URL: http://www.stroke.org/site/PageServer?pagename=stars

National Stroke Association. (2013). Caregivers and Families. [dikutip pada 31 Maret 2013]. Terdapat di URL: http://www.stroke.org/site/PageServer?pagename=care

National Stroke Foundation. (2007). Clinical Guidelines for Acute Stroke Management. [dikutip pada 15 Maret 2013]. Terdapat di URL www.nhmrc.gov.au/publications.

Nichol, James., Elizabeth A. Thompson and Alison Shaw. (2011). Beliefs, Decision-Making, and Dialogue About Complementary and Alternative Medicine (CAM) Within Families Using CAM: A Qualitative Study. The Journal of Alternative and Complementary Medicine, Volume 17, Number 2, pp. 117–125 DOI: 10.1089/acm.2010.0171

Nguyen, Long T., Roger B. Davis., Ted J. Kaptchuk and Russell S. Phillips. (2010). Use of Complementary and Alternative Medicine and Self-Rated Health Status: Results from a National Survey. J Gen Intern Med, 26(4):399–404 doi: 10.1007/s11606-010-1542-3

Page 103: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

O’Carroll, Ronan., Jennifer Whittaker., Barbara Hamilton., Marie Johnston., Cathie Sudlow., Martin Dennis. (2010). Predictors of Adherence to Secondary Preventive Medication in Stroke Patients. Ann Behav Med, (2011) 41:383–390 doi 10.1007/s12160-010-9257-6

Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Pinzon, Rizaldy. (2012). Mengapa Pasien Stroke Datang Terlambat ke Rumah Sakit?. Jurnal Medicinus Volume 25, Nomor 1. Edition April 2012

Quain, Debbi A., et al. (2008). Improving access to acute stroke therapies: a controlled trial of organized pre-hospital and emergency care. MJA Volume 189 Number 8

Sacco, Ralph L., et al. (2006). Guidelines for Prevention of Stroke in Patients With Ischemic Stroke or Transient Ischemic Attack. Stroke, 37:577-617 [dikutip pada 19 Desember 2013]. Terdapat di URL: http://stroke.ahajournals.org/content/37/2/577.full

Saleha, Qoriah., Hartoyo., Dwi Hastuti. (2002). Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan Timur. [dikutip pada 20 November 2013]. Tersedia di URL : ikk.fema.ipb.ac.id

Schaber, Patricia Louise. (2004). Family Decision Making: Examining the Decision Context, Process, and Outcome when Employees are Offered Long Term Care Insurance. United State of America

Scottish Intercollegiate Guidelines Network. (2008). Management of Patients With Stroke or TIA: Assessment, Investigation, Immediate Management and Secondary Prevention. ISBN: 978 1 905813 40 7

Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana: Bogor

Shang, Ty Tiesong., Dileep R. Yavagal., Jose G. Romano., Ralph L. Sacco. (2012). Acute Stroke Evaluation and Management. In: Roos, Karen L. Emergency Neurology (pp. 154 - 171). New York: Springer

Smelzer, Suzanne C dan Brenda Bare. (2003). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing 10th ed. Philadelpia: Lippincot Williams & Wilkins

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC

Page 104: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

Smith, Wade S., Joey D. English., S. Claiborne Johnston. (2012). Cerebrovascular Diseases. In: Longo, Dan L., Dennis L. Kasper., J. Larry Jameson., Anthony S. Fauci., Stephen L. Hauser., Joseph loscalzo. Harrison’s Principles Of Internal Medicine (18th pp 3270 - 3299). USA: McGraw-Hill

Sugiono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sumantri, Arif. (2011). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Kencana

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC

Stanhope, Marcia., Jeanette Lancaster. (2004). Community & Public Health Nursing (6th ed., 132-133). United States of America: Elsevier Mosby

Syamsi, Ibnu. (1995). Pengambilan Keputusan dan System Informasi. Jakarta: Bumi Aksara

Taylor, Shelley E. (2006). Health Psychology 6th ed. America: McGraw Hill

Teanu, Aurora Dragomiri., Constanta Mihaescu-Pintia. (2010). Decision Makers’ Perception Of The Relevance Of Health Information In Romania. Romanian Journal of Bioethics, Vol. 8, No. 4

Thompson, Vetta L Sanders., Cavazos-Rehg P., Jupka K., Caito N., Gratzke J., Tate KY., Deshpande A., Kreuter MW. (2008). Evidential Preferences: Cultural Appropriateness Strategies in Health Communications. Health Educ Res,23:549-559

Thompson, Vetta L Sanders. (2012). Making decisions in a complex information environment: evidential preference and information we trust. BMC Medical Informatics and Decision Making, doi:10.1186/1472-6947-13-S3-S7

Wainwright, Susan Flannery., Katherine F. Shepard., Laurinda B. Harman., James Stephens. (2011). Factors That Influence the Clinical Decision Making of Novice and Experienced Physical Therapists. American Physical Therapy Association Vol. 91

West, Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan Aplikasi ed 3. Jakarta: Salemba Humanika

Williams, Jane., Lin Perry., Carolin Watkins. (2010). Acute Stroke Nursing. United Kingdom: Wiley-Blackwell

Wiszniewska, Malgorzata et al. (2011). Knowledge of Risk Factors and Stroke Symptoms Among Nonstroke Patient. Eur Neurol 2012;67:220–225 doi: 10.1159/000335569

Page 105: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

World Health Organization. (2005). WHO STEPS Stroke Manual: the WHO STEPwise approach to stroke surveillance / Noncommunicable Diseases and Mental Health. [dikutip pada 5 Maret 2013]. Tersedia di URL : http://www.who.int/chp/steps/Stroke/en/

World Health Organization. (2006). Neurological Disorders : Public Health Challenges. pp 151-162. Switzerland: WHO Press

World Health Organization. (2013). STEPwise approach to stroke surveillance. [dikutip pada 5 Januari 2013]. Tersedia di URL : http://www.who.int/chp/steps/stroke/en/

Yayasan Stroke Indonesia. (2011). Sekilas Tentang Stroke. [dikutip pada 19 Desember 2013]. Tersedia di URL: http://www.yastroki.or.id/berita.php

Zomorodi, Meg. (2011). Nursing Management Stroke. In: Lewis, Sharon L et al, Medical Surgical Nursing: Assessment And Management Of Clinical Problem (8th ed., pp. 1459-1484). United States of America: Elsevier Mosby

Page 106: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

Lampiran 1

Page 107: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

Lampiran 2

Page 108: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

Lampiran 3

Page 109: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

Kepada Yth, Ciputat, Juni 2013

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari

Di Tempat

Assalamu’alaykum, Wr. Wb

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang saya hormati,

Sehubungan dengan tugas akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan

gelar sarjana (S.Kep), saya sebagai peneliti:

Nama : Nining Ratnasari

NIM : 109104000035

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Kontak : 081283057270

Mohon kiranya Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menjadi informan dalam

penelitian saya dengan judul Gambaran Keluarga Dalam Memutuskan Tindakan

Kesehatan Pada Keluarga Dengan Stroke Berulang Di Wilayah Kerja Pukesmas

Ciputat Timur. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan sebagai

responden sangat berharga dalam penelitian ini. Jika ada pertanyaan berkaitan

penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menghubungi peneliti.

Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, peneliti

mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaykum, Wr. Wb.

Ciputat, Juni 2013

Hormat Saya,

Nining Ratnasari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 4

Page 110: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN

Saya telah diminta dan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian ini

dan berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang berjudul Gambaran

Keluarga Dalam Memutuskan Tindakan Kesehatan Pada Keluarga Dengan Stroke

Berulang Di Wilayah Kerja Pukesmas Ciputat Timur yang dilakukan oleh

peneliti. Peneliti telah menjelasakan tentang penelitian yang akan dilakasanakan

dan wawancara mendalam berlangsung selama satu jam. Saya mengetahui bahwa

tujuan penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Saya mengerti bahwa informai yang saya berikan akan direkam dengan

tape recorder dan catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Kerahasiaan

ini dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan identitas subyek

peneliti hanya akan digunakan untuk keperluan pengelolaan data penelitian dan

bila sudah tidak digunakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti yang dapat

mengetahui kerahasiaan data. Saya telah diberitahukan bahwa saya memiliki hak

untuk menghentikan wawancara ketika saya merasa ada ketidaknyamanan selama

proses wawancara berlangsung.

Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,

saya berperan sebagai responden dalam penelitian ini.

Ciputat, Juni 2013

Informan

......................

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 5

Page 111: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

INFORMAN

A. Petunjuk Umum

1. Tahap Perkenalan

2. Tahap Pencairan

3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam

B. Petunjuk Wawancara Mendalam

1. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dan didampingi oleh

seorang pencatat

2. Anggota keluarga mempunyai kebebasan untuk menyampaikan pendapat,

pengalaman, saran, dan komentar.

3. Pendapat, pengalaman, saran dan komentar dari anggota keluarga tidak

ada yang salah/benar

4. Jawaban untuk kepentingan penelitian dan tidak mempengaruhi tugas dari

anggota keluarga.

5. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin

kerahasiaannya.

6. Izin untuk akan direkam oleh tape recorder untuk membantu pencatatan

agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan akan dimintakan dari setiap

partisipan

7. Partisipan dapat menarik informasi yang diberikan kapan aja tanpa sanksi

apapun.

Lampiran 6

Page 112: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

C. Identitas Pewawancara

1. Nama Pewawancara :

2. Tanggal Pewawancara :

3. Waktu Wawancara :

4. Tempat Wawancara :

D. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan :

5. Alamat :

6. Waktu :

E. PanduanWawancara

1. Pertanyaan mengenai mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.

a. Apakah bapak/ibu mengetahui sakit yang diderita oleh pasien?

b. Apakah Bapak/Ibu mengetahui penyebab sakit yang diderita

pasien?

c. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika sudah pernah terkena serangan

stroke, pasien memiliki kemungkinan untuk terserang stroke

kembali?

d. Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mencegah agar tidak terjadi

serangan stroke berikutnya?

Page 113: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

e. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika pasien sakit kembali dengan

diagnosa yang sama?

2. Pertanyaan seputar memutuskan tindakan kesehatan yang tepat.

a. Siapakah yang biasanya membuat keputusan terutama terkait

dengan masalah kesehatan di keluarga Bapak/Ibu?

b. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika harus menjadi pengganti

dalam membuat keputusan?

c. Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan Bapak/Ibu dalam

membuat keputusan?

d. Dapatkah Bapak/Ibu menceritakan / menjelaskan bagaimana cara

Bapak/Ibu membuat keputusan?

e. Coba ceritakan Bapak/Ibu, mengenai hambatan-hambatan /

kesulitan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pembuatan?

Page 114: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

MATRIKS ANALISIS TEMATIK

PERNYATAAN

SIGNIFIKAN

KATEGORI SUB TEMA TEMA P1 P2 P3

“Yang pasti tentang penyakit

ibu nih. mengenai kesehatan

ibu, penyakit ibu gimana kira-

kira, kondisinya gimana”.

Kondisi penyakit

pasien

Pertimbangan

berdasarkan kondisi

pasien

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pengambilan keputusan

“Stroke yang ke dua, ayah saya

jatuh, lalu pingsan. Saya ga

langsung di bawa ke rumah

sakit. Setelah sadar, saya kasih

minum teh manis anget. Bapak

bilang badannya berat, saya

siapin kendaraan baru saya

bawa ke rumah sakit”.

Gangguan fisik yang

dialami pasien saat

stroke

“Waktu kena stroke langsung di

bawa ke rumah sakit, soalnya

udah ga bisa jalan, jadi ga di

Lampiran 7

Page 115: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

bawa ke puskesmas”.

Saya ga bawa ke rumah sakit

karena dirumah sakit kan hanya

untuk kalo tensinya turun, udah

pulang. Ga ada solusinya. Jadi

saya bawa ke klinik dokter.

Pelayanan rumah sakit Persepsi terhadap

pelayanan kesehatan

“Saya sih yang bilang udah ikut

terapi aja. Abis berobat rutin ke

rumah sakit tiap bulan itu, ga

banyak perubahan tangan sama

kakinya itu kan masih kaku kaya

apa yaa kaya lumpuh gitu sih.

Ya udah coba aja terapinya, itu

kan terapi totok. Yaa terusin aja

kalo emang di terapi jadi enakan

mah. Yaa biaya juga sih.

Terapikan engga terlalu mahal

yaa”

“Yang abis stroke pertama, Kemampuan tenaga √

Page 116: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

alternatif kan memang pernah

juga yaa. Karena kan denger-

denger ada orang yang sembuh

kesana, saya coba-boba waktu

itu. Tapi waktu itu ga ada

perubahan. Keluarga juga bilang

lebih baik ke dokter aja. Dokter

kan lebih tau penyakitnya

gimana nanganinnya”.

kesehatan

“Karena saya sering ngalamin,

anak saya juga sering sakit jadi

karena udah sering ngurusin

orang sakit”.

Sudah sering

mengurus orang sakit

Pengalaman

partisipan dan

keluarga

“Karena udah ada kesan ayah

saya kena stroke”.

Kejadian stroke

sebelumnya

“Tetangga saya memberi

keyakinan coba aja di bawa ke

klinik dokter”.

Masukan dari tetangga Informasi orang lain √

“Yaa saya kadang-kadang √

Page 117: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

nanyakan juga sama orang-

orang gimana ibu sakitnya gini

istri saya sakitnya ini-ini-ini, yaa

nantikan saya pikirin juga kalo

ntar dikasi tau sama orang bawa

kesini aja ya entar saya pikirin

lagi. Baiknya kemana atau

gimana gitu.”

Perasaan aja. Kaya gini, ya pas,

ya udah

Perasaan partisipan √

“Yaa konsultasi dengan anak-

anak. Bagaimana cara jalan

keluarnya, bagaimana cara

pengobatannya, gitu.”

Meminta

pertimbangan dari

orang lain

Diskusi dengan

anggota keluarga

Proses pengambilan

keputusan

√ √

“Yaa… Ibu si dilimpahkannya

ke anak-anak aja, tanggung

jawabnya. Diomongin bareng

sama anak-anak. Masalah

keuangan, apakan, Ibu kan ga

Page 118: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

bisa nyari, nungguin Bapak

kayak gini.”

“Saya sendiri. Sampe sekarang

saya sendiri yang buat

keputusan. Saya punya ade dua

tapi keliatannya engga terlalu ini

lah sama orang tua. Juga kan

mereka ga tinggal deket sini. Ya

masalah biayanya, masalah

waktu dari pada saya anak

pertama itu ribut sama keluarga

karena orang tua, yaa saya

ngambil tindakan, keputusan

sendiri.”

Keputusan diambil

oleh anak pertama

laki-laki

Keputusan dibuat

individu

“Bapak pernah membuat

keputusan tanpa membicarakan

dulu dengan anak-anak,

keluarga hanya di informasikan

melalui telepon”.

Cara lain kelurga

dalam membuat

keputusan

Modifikasi cara

pengambilan

keputusan

Page 119: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

“Anak yang membawa ke

rumah sakit, setelah itu saya

baru di beritahu”.

“Langsung di bawa ke rumah

sakit waktu itu, Saya yang ambil

keputusan baru telpon anak-

anak.”

“Pembiayaan sih ya saya sama-

sama aja. Kalo anak ada… ya

anak. Kebetulan kan saya juga

masih kerja. Tar kurangannya

anak nambahin”

Pembiayaan

pengobatan secara

bersama-sama

Sumber pembiayaan

pengobatan pasien

Keluarga dalam

memutuskan pembiayaan

pengobatan

“Ya masalah pengobatan

bapaknya, gimana

pembiayaanya, masalah

pengobatankan kan udah di

tunjang ama anak-anak.

Misalnya sakit yaudah manggil

anak-anak.”

Page 120: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

“Biaya orang tua, saya yang

nanggung”.

Pembiayaan

pengobatan

ditanggung anak

pertama

“waktu ibu sakit itu, langsung di

bawa aja ke rumah sakit,

kebetuan juga waktu itu anak-

mantu disini semuanya jadi ga

nyampe lama dibiarinya.”

Rumah sakit Pelayanan kesehatan

yang dipilih saat

serangan stroke

Keluarga dalam

memutuskan penggunan

pelayanan kesehatan

“Jadi tuh setiap bapak sakit kita

bawanya ke rumah sakit ga

pernah ke tempat lain, rumah

sakit dulu, kan dokter yang tau

harus bagaimana”.

“Kena stroke yang sebelah

badah itu, yang pertama kena

tahun 1996 kemudian berobat ke

klinik dokter di pondok indah,

setiap minggu”.

Klinik dokter √

Page 121: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

“Dari dulu sih pas sakit yang

pertama, kalo ibu berobat gitu

nyampe sekarang tiap bulan

mah rutin ke dokter di rumah

sakit”.

Rumah sakit Pelayanan kesehatan

yang dipilih pasca

serangan stroke

“Sekarang ke klinik dokter udah

engga, tapi ke dokter yang di

rumah sakit, tiap tiga bulan

sekali.”

“kalo sekarang udah engga ke

rumah sakit, kan biaya nya gede.

Dokter aja yang datang ke

rumah buat periksa sebulan

sekali.

Visit dokter √

“Sekarang sih ikut terapi juga,

tukang terapinya ke rumah udah

2-3 bulan ini lah terapinya”.

Pengobatan alternatif √

“Iyaa, takut ini, dari dulu kan

saya cuma ngikutin suami.

Perasaan setelah

pengalihan pembuat

Respon pembuat

keputusan yang baru

Dampak psikologis

terhadap pendelegasian

Page 122: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

Binggung awalnya, suami sakit

kan. Trus gimana kalo saya

mutusinya salah, dari dulu kan

saya ngikutin bapak doang. Ga

pernah gitu harus mikirin kaya

gini, ya takutnya gitu sih mba.

Ngerasa sulit ngadepin

segalanya sendiri, anak-anakkan

masih pada perlu biaya tar kalo

bapaknya ga ada gimana, kan

kerjanya swasta bukan pegawai

negeri. Sedangkan anaknya

masih kuliah ada yang masih

SMP, SMA gitu, biayanya kan

masih banyak. Bapaknya udah

sakit.”.

keputusan pembuatan keputusan

“Saya ngambil hikmahnya ja sih

mba, artinya kalo memang

waktu itu sampe stroke juga yaa

Page 123: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

saya terima. Kalo nyampe ajal

dateng juga saya terima. Tapi

karena kewajiban kan saya jadi

saya buat enjoy aja.”

“Daging-daging, ikan asin,

kambing, garam agak

dikurangi”

Makanan diolah oleh

keluarga sendiri

Pengaturan diet Cara untuk pencegahan

stroke berulang

√ √

“Waktu stroke itu, makan sih

Ibu yang masak tetep tapi kalo

untuk nyuapin makan kadang

saya kadang Ibu.”

“Terutama dari makanannya,

harus kontrol makanan apa yang

kira-kira memang yang bisa

menyebabkan darah tinggi atau

stroke ya itu jangan di apa

ibaratnya jangan dimakan. Kalo

memang perlu ya ga papa, tapi

hanya nyobain aja sedikit.”

Ada yang membatasi

konsumsi makanan

pasien

Page 124: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

“Menghindari makanan yang

terlalu asin, trus seperti kopi

walaupun kopi susu itu udah

saya ga ijinkan lagi”.

“Emang dari dokter disaranin

jalan-jalan pagi aja, sekitar

setengah jam, lima kali

seminggu paling engga. Sekitar-

sekitar sini aja tiap pagi gitu ya.

Sebetulnya kalo itu sih ga perlu

dia jalan-jalan memang kalo di

rumah aja udah jalan-jalan

terus.”

Menjalankan instruksi

dokter terkait olahraga

Perubahan gaya

hidup

“Dokter sih pernah ngomong

buat istirahat, ga kecapean. Tapi

kalo olah raga dari dulu emang

bapak jarang. Sekarang ini yang

abis sakit, paling sesekali pagi

jalan dari sini ke situ, ama

Page 125: GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25610/1/Nining... · GAMBARAN KELUARGA DALAM MEMUTUSKAN TINDAKAN KESEHATAN PADA KELUARGA

dokter yaa ga apa-apa asal

jangan kecapean tapi ga rutin

setiap pagi.”

“Masih merokok sampai saat ini

tidak bisa dibilangin untuk

berhenti merokok”.

Sulit berhenti

merokok

Kebiasaan yang

tidak sehat

Ketidakpatuhan

pengobatan

“Pantang doang kalo lagi sakit.

Tapi kalo dah sembuh ya begitu

lagi. Bapak ga mau makan kalo

saya masaknya agak kurang

asinnya.”

Suka makanan asin √

“Bapak kalo ke rumah sakit

marah-marah mulu, kan

nunggunya lama”.

Marah-marah Pasien kurang

kooperatif