gambaran kebiasaan merokok orang tua yang …repository.unjaya.ac.id/2468/1/adiar hafidh nurrohim...
TRANSCRIPT
GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA YANG MEMILIKI BALITA PNEUMONIA DI PUSKESMAS PIYUNGAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
ADIAR HAFIDH NURROHIM
2213036
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2017
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Gambaran Kebiasaan Merokok Orang Tua yang Memiliki Balita Pneumonia di
Puskesmas Piyungan”
Penelitian ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dengan setulus-tulusnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Kuswanto Harjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Tetra Sartika Adinugraha, M.Kep,. Sp.,Kep.M.B selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan.
4. Yanita Trisetiyaningsih, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam
penyusunan penelitian.
5. Dwi Yati, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam penyusunan penelitian
6. Responden orang tua yang memiliki balita pneumonia di wilayah kerja
Puskesmas Piyungan Kab.Bantul.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, atas
segala amal kebaikan dan bantuanya. Akhirnya besar harapan penulis semoga dapat
bermanfaat bagi semua.
Yogyakarta, 2017
Adiar Hafidh Nurrohim
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i LEMBAR PERSETUJUAN ii LEMBAR PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii INTISARI ix ABSTRACK x BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1 B. Rumusan masalah 4 C. Tujuan penelitian 4 D. Manfaat penelitian 4 E. Keaslian penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 8
1. Kebiasaan merokok 8 a. Definisi 8 b. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok 9
2. Orang tua 10 a. Definisi orang tua 10 b. Fungsi orang tua 11 c. Peran orang tua 11
3. Kejadian pneuomonia pada balita 11 a. Definisi pneumonia 11 b. Etiologi pneumonia 12 c. Penanganan pneumonia 12 d. Faktor yang berhubungan dengan Pneumonia pada Balita.. 13
B. Kerangka teori 16 C. Kerangka konsep 19 D. Pertanyaan Penelitian 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana penelitian 20 B. Tempat dan waktu penelitian 20 C. Populasi dan sampel 20 D. Variabel penelitian 21 E. Definisi operasional 21
vi
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data 22 G. Analisa dan model statistik 22 H. Etika penelitian 23 I. Rencana Pelaksanaan Penelitian 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 29
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 29 2. Gambaran Karakteristik Responden 29 3. Gambaran Kebiasaan Merokok 30
B. Pembahasan 30 1. Karakteristik Responden 30 2. Kebiasaan Merokok Orangtua 32
C. Keterbatasan Penelitian 34
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 38 B. Saran 39
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional 19 Tabel 4.1 Karakteristik Orangtua Yang Memiliki
Balita Pneumonia 28 Tabel 4.2 Karakteristik Balita Pneumonia 29 Tabel 4.3 Kebiasaan Merokok Orang Tua 30
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori 18 Gambar 2.2 Kerangka konsep 19 Gambar 4.1 Denah Lokasi Wilayah Kerja Puskesmas
Piyungan.. 30
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan menjadi responden Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Data Karakteristik Balita Lampiran 4. Kuesioner Kebiasaan Merokok Orang Tua yang Memiliki Balita
Pneumonia Lampiran 5. Hasil Karakteristik Responden Lampiran 6. Hasil Uji Statistik menggunakan SPSS
x
GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA YANG MEMILIKI BALITA PNEUMONIA DI PUSKESMAS PIYUNGAN.
Adiar Hafidh Nurrohim1, Yanita Trisetyaningsih2
INTISARI
Latar Belakang : Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut pada jaringan paru-paru (alveoli) Angka kematian balita akibat pneumonia dinyatakan menjadi penyebab kematian terbesar sekitar 1,2 juta balita setiap tahun. Indonesia juga merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi dan produksi rokok yang tinggi. Tujuan Penelitian : Mengetahui Gambaran Kebiasaan Merokok Orang Tua yang Memiliki Balita Pneumonia di Puskesmas Piyungan. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 41 responden dengan mengunakan tehnik total sampling. Tehnik pengambilan data mengunakan kuesioner kebiasaan merokok. Hasil : Sebagian besar orang tua dari balita yang memiliki penyakit pneumonia di Puskesmas Piyungan memiliki kebiasaan merokok sebesar 82,9%. Kesimpulan : Diketahui gambaran kebiasaan merokok orang tua balita yang memiliki penyakit pneumonia di Puskesmas Piyungan lebih dari 50%. Yaitu dari 41 responden 34 responden menyatakan memiliki kebiasaan merokok dan 7 responden menyatakan tidak memiliki kebiasaan merokok. Kata Kunci : Kebiasaan merokok orang tua, balita pneumonia ___________________________________ 1Mahasiswa SI Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Dosen SI Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xi
DESCRIPTION OF PARENTS SMOOKING HABIT WHO HAVE PNEUMONIA IN TODDLERS AT PIYUNGAN COMMUNITY HEALTH CENTER
Adiar Hafidh Nurrohim1, Yanita Trisetyaningsih2
ABSTRACK
Background : Pneumonia is an acute infection of the lung tissue (Alveoli). Toddlers mortality rate cause pneumonia is which cause a high rate of 1,2 million toddlers mortality every years. Indonesia is also one of developing countries that has level consuraption and high of cigarettes production. Objectives of the research : To find out the description of parents smoking habit who have pneumonia in toddlers at Piyungan Community Health Center. Research method : This research was an description method using cross sectional design. The sample consisted of 41 respondents was using total sampling technique. Data collection was done using of smoking habit questionnaire. Result : Most of the parents who have pneumonia in toddlers at Piyungan Community Health Center is 82,9 %. Conclusion : There is known description of parents smoking habit who have pneumonia in toddlers at Piyungan Community Health Center more than 50 %. Namely from 41 respondents 34 respondents claimed to have smoking habits and 7 respondents stated no smoking habit.
Key Words : Parent smoking habit, pneumonia in toddlers.
___________________________________ 1 Student of Nursing Study Program S1 of Institute oh Health Science of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Lecturer of Nursing Study Program S1 of Institute oh Health Science of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut pada jaringan paru-paru
(alveoli). Pneumonia ini merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematian sangat tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Angka kematian balita akibat pneumonia dinyatakan menjadi penyebab
kematian terbesar sekitar 1,2 juta balita setiap tahun. Setiap jam terdapat 230
balita di dunia yang meninggal karena pneumonia (WHO, 2013). WHO
memperkirakan angka kejadian pneumonia suatu negara dengan kematian
bayi diatas 40 jiwa per 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun pada
usia balita. Kejadian pneumonia balita di Indonesia diperkirakan 10% - 20%
pertahun. Program P2 ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Akut)
menetapkan angka 10% balita sebagai target penemuan pneumonia balita
pertahun pada suatu wilayah kerja. Diperkirakan 10% dari penderita
pneumonia akan meninggal bila tidak diberi pengobatan. Atau sekitar 250.000
kematian akibat pneumonia setiap tahunya. Pneumonia merupakan penyebab
utama kematian balita yaitu sekitar 2 juta kematian (1 kematian setiap 15
detik) dari 9 juta kematian setiap tahunnya pada usia tersebut (Susanto, 2016).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) sejak tahun 2010 –
2013 pneumonia selalu masuk 10 besar penyakit di Indonesia. Tahun 2013
pravelansi balita yang menderita pneumonia di Indonesia sebanyak 23,42%
atau sekitar 549.708 balita. Kasus pneumonia balita tidak mengalami
penurunan setiap tahunya yaitu antara 23% - 27%, dan kematian akibat
pneumonia pada balita sebesar 1,19% ( Balitbangkes RI, 2013).
Berdasarkan hasil Profil Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2015 bahwa jumlah kasus pneumonia balita yang di
2
temukan dan ditangani mengalami fluktuatif, secara keseluruhan angka
pneumonia di DIY tahun 2012 sebanyak 15,7% atau 2.936 kasus, mulai
meningkat yaitu dari 1.739 pada tahun 2011. Tahun 2014 Dinkes DIY
mencatat angka penderita pneumonia balita paling banyak berada di
Kabupaten Bantul yaitu 6.805 kasus. Kabupaten sleman sebanyak 6.316
kasus, Kulon Progo sebanyak 2.216 kasus, Gunung Kidul sebanyak 4.104
kasus, dan terendah di Kota Yogyakarta sebanyak 1.937 kasus (Dinkes DIY,
2015).
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia balita
adalah faktor-faktor yang terdiri dari usia balita, riwayat pemberian ASI,
status gizi, dan kebiasaan merokok orangtua ataupun keluarga. Menurut
penelitian Mokoginta, et.al. (2012) menunjukkan bahwa pemberian ASI
eksklusif, jenis lantai, kondisi lantai, status gizi serta paparan asap rokok dan
ventilasi rumah merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada anak balita.
Menurut Hartati (2012) didapatkan tiga variabel faktor anak balita yang paling
berpengaruh terhadap kejadian pneumonia yaitu usia, riwayat pemberian ASI
dan status gizi. Faktor perilaku yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia adalah kebiasaan merokok. Faktor yang paling berpengaruh besar
terhadap kejadian pneumonia pada anak balita adalah kebiasaan merokok.
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dimana-mana mudah menemukan orang
merokok khususnya lelaki dan lainya wanita, anak kecil – tua renta, kaya
miski – miskin, dan tidak ada terkecuali (Bustan, 2007). Indonesia juga
merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi
dan produksi rokok yang tinggi. Rerata proporsi perokok saat ini di Indonesia
adalah 29,3%. Proporsi perokok saat ini terbanyak di Kepulauan Riau dengan
perokok setiap hari 27,2% dan kadang-kadang merokok 3,5%. Proporsi
penduduk umur ≥15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau
cenderung meningkat, berdasarkan Riskesdas 2007 sebesar 34,2%, Riskesdas
3
2010 sebesar 34,7% dan Riskesdas 2013 menjadi 36,3%. Provinsi tertinggi
pada 2013 adalah Nusa Tenggara Timur 55,6% (Riskesdas, 2013).
Menurut data dari Dinkes DIY (2008), banyak penyakit telah terbukti
akibat dari merokok, baik secara langsung maupun tidak. Kebiasaan merokok
telah menimbulkan masalah kesehatan di DIY dilaporkan pravalensi perokok
mencapai 30% dari total penduduk. Pada tahun 2008 terdapat 56% rumah
tangga di DIY tidak bebas asap rokok. Hasil tersebut semakin bertambah
karena banyaknya jumlah penduduk dan adanya pengaruh pergaulan.
Merokok sudah menjadi hal biasa di masyarakat Indonesia. Rokok dijual
murah dan bebas di toko-toko sehingga hal tersebut mempermudah
masyarakat untuk mengkonsumsi rokok. Pabrik rokok di Indonesia sudah
semakin menjamur membuat distribusi rokok meluas. Iklan rokok yang
provokatif beredar di media elektronik, media cetak, bahkan di media luar
ruang memicu remaja dan anak-anak untuk tidak merokok. Penelitian
mengenai dampak asap rokok terhadap anak telah banyak dilakukan. Bahwa
asap rokok berdampak buruk bagi kesehatan anak. Dampak yang ditimbulkan
bisa dalam jangka pendek dan jangka panjang, mulai dari sekedar batuk-batuk
sampai kematian. Masalah rokok merupakan masalah yang kompleks
sehingga dampak rokok bisa dihindari dengan kerjasama dari berbagai pihak.
Namun, yang terpenting adalah peran dari orang tua dan masyarakat dalam
menciptakan lingkungan yang sehat (Poltekkes Depkes Jakarta 2010).
Anak-anak yang orang tuanya merokok bisa mengalami batuk, pilek,
dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru yang lebih tinggi. Balita
yang tinggal serumah dengan anggota keluarga yang merokok beresiko 5,743
kali lebih besar menderita pneumonia dibanding dengan balita yang serumah
dengan anggota keluarga yang tidak merokok (Sugihartono dan Nurjazuli,
2012).
Penyakit pneumonia ini dinyatakan sebagai pembunuh teganas bagi
anak dibawah usia 5 tahun di dunia. Kematian pada anak usia balita akibat
4
pneumonia lebih banyak bila dibandingkan akibat penyakit lain termasuk
malaria, AIDS, dan campak. Bahaya yang mengancam balita sangat serius.
Seringkali orang tua menyepelekan tanda awal yang nampak seperti gejala flu
biasa. Angka kematian balita akibat pneumonia dinyatakan menjadi penyebab
kematian terbesar sekitar 1,2 juta balita setiap tahun. Setiap jam terdapat 230
balita di dunia yang meninggal karena pneumonia (WHO, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di puskesmas
Piyungan Kabupaten Bantul pada bulan mei 2017 didapatkan data bahwa
penderita pneumonia pada balita pada tahun 2016 mencapai 155 anak dan
merupakan terbanyak yang berada di Kabupaten Bantul, dan data bulan
januari sampai maret 2017 terdapat 36 anak yang menderita pneumonia. Dan
dari 100% keluarga yang belum melaksanakan PHBS sebesar 47,87%
termasuk keluarga yang masih memiliki kebiasaan merokok yang tercatat di
Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah
“bagaimana gambaran kebiasaan merokok orang tua yang memiliki balita
pneumonia di Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahui bagaimana gambaran kebiasaan merokok orang tua yang
memiliki balita pneumonia di Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui karakteristik responden keluarga yang memiliki balita
pneumonia
5
b. Diketahui gambaran orangtua balita pneumonia yang memiliki
kebiasaan merokok.
c. Diketahui gambaran orangtua balita pneumonia yang tidak memiliki
kebiasaan merokok
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memberi manfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Manfaat Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber
informasi dalam pengembangan penelitian selanjutnya khususnya
mengenai gambaran kebiasaan merokok orang tua yang memiliki balita
pneumonia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi keluarga
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai motivasi orang tua untuk
tidak merokok di dekat balita.
b. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan pedoman
dalam melakukan asuhan keperawatan serta menjadi acuan untuk
melakukan pendidikan kesehatan khususya pada balita dan PHBS
kepada orangtua.
c. Bagi instansi Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan dapat
sebagai pedoman dalam menyusun langkah dan strategi untuk
meningkatkan kerjasama antara puskesmas dengan orang tua guna
melatih orang tua untuk tidak merokok di dekat anak.
6
d. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk
meningkatkan pengetahuan bagaimanakah gambaran kebiasaan
merokok orang tua yang memiliki balita pneumonia.
E. Keaslian Penelitian
1. Hartati, S. (2012), dengan judul faktor risiko terjadinya pneumonia pada anak
balita dengan mengambil sampel 138 anak balita dengan desain cross
sectional dengan hasil regresi holistic didapatkan 4 faktor risiko yang
berhubungan secara bermakna yaitu, usia balita, riwayat pemberian ASI,
status gizi balita, dan kebiasaan merokok orang tua. Perbedaannya dengan
peneliti adalah terdapat pada variabel dan jumlah sampel. Sedangkan
persamaanya adalah jenis pendekatannya yaitu cross sectional.
2. Jelita, N. (2016), dengan judul gambaran karakteristik balita yang mengalami
pneumonia di puskesmas piyungan Bantul, dengan hasil dari 134 responden
balita yang mengalami pneumonia sebagian besar usia balita (1-3 tahun) yaitu
sebanyak 53 balita (39.6%). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
deskriptif dengan desain cross sectional.
Perbedaanya dengan peneliti adalah variabel dan jumlah sampel penelitian.
Sedangkan persamaan dengan peneliti adalah lokasi dilakukan penelitian serta
jenis pendekatan cross sectional.
3. Mokoginta, D, et.al. (2012), dengan judul faktor resiko terjadinya pneumonia
pada anak balita dengan mengambil sampel 61 anak balita dengan metode
purposive sampling dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ASI eksklusif, jenis lantai, kondisi lantai, status gizi dan ventilasi rumah
merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada anak balita dengan nilai
OR masing-masing 4,47; 3,21; 1,97; 1,18 2,03. Variabel kebiasaan merokok
7
dan pengetahuan ibu bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian
pneumonia pada anak balita.
Perbedaan dengan peneliti adalah cara pengambilan sampel. Sedangkan
persamaan dengan peneliti adalah variabel pneumonia pada balita yang akan
diteliti.
4. Efni, Y. (2014), dengan judul faktor resiko yang berhubungan dengan
kejadian pneumonia pada balita dengan sampel 27 kasus dan 27 kontrol
dengan menggunakan desain case control study dengan hasil penelitian
mendapatkan balita pada kelompok kasus yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif (81,5%), paparan asap rokok (74,1%), riwayat bayi berat lahir
rendah (3,7%), tidak mendapatkan imunisasi campak (40,7%) dan gizi kurang
(25,9%).
Perbedaan dengan peneliti adalah desain penelitian. Sedangkan persamaan
dengan peneliti adalah variabel yang diteliti adalah pneumonia.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Keadaan geografis wilayah kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten
Bantul adalah berada di Kecamatan Piyungan dimana Kecamatan
Piyungan merupakan satu dari 17 kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul
yang terletak di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakara, dengan luas
wilayah seluruhnya 32,554 Km2 dan merupakan 6,38% dari seluruh luas
wilayah Kabupaten Bantul. Kontur geografis meliputi dataran rendah pada
bagian tengah, perbukitan pada bagian timur, dengan bentang alam relatif
membujur dari timur ke barat. Tata guna lahan yaitu Pekarangan 36,16 %,
Sawah 33,19 %, Tegalan 14,90 % dan Tanah Hutan 3,35 %. Wilayah kerja
Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul merupakan jalur trnsportasi
wisata yang cukup padat, sehingga dengan padatnya transportasi tersebut
diikuti tingginya polusi udara di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Piyungan Kabupaten Bantul. Dan sebagian besar dari masyarakat
memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani baik disawah dan dikebun.
Dan sebagian besar ibu dari balita hanya sebagai ibu rumah tangga yang
mengakibatkan kurang pengetahuan tentang penyebab pneumonia pada
balita.
Batas wilayah kerja Puskesmas Piyungan adalah : Sebelah Utara
berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Berbah dan Prambanan Sleman,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Patuk Gunungkidul,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pleret dan Dlingo Bantul,
dan Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Banguntapan
Bantul.
30
Puskesmas Piyungan memiliki visi yaitu Menjadi Puskesmas
pilihan bagi masyarakat Piyungan dan sekitarnya. Untuk mewujudkan visi
tersebut Puskesmas Piyungan memiliki misi Memberikan pelayanan
kesehatan dasar yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan,
Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau, Memberikan
pelayanan kesehatan dasar yang komprehensif (pelayanan dasar yang
lengkap sesuai dengan standart Puskesmas). Serta Motto dari Puskesmas
Piyungan adalah “KEPUASAN ANDA ADALAH KEBAHAGIAN
KAMI”.
Gambar 4.1 denah lokasi dari wilayah kerja Puskesmas Piyungan
Kabupaten Bantul.
2. Gambaran Karakteristik Responden
a) Karakteristik Orangtua Yang Memiliki Balita Pneumonia
Ditampilkan dalam tabel 4.1 karakteristik orangtua yang memiliki
balita pneumonia di Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.
31
Tabel 4.1 Karakteristik Orang Tua Yang Memiliki Balita Pneumonia di Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.
Karakteristik Frekuensi
(F) Presentase
(%) Pekerjaan Orang Tua
PNS
13
31.7 Swasta 18 43.9 Buruh 9 22.0
Tidak Bekerja 1 2.4 Usia Orang Tua
20 – 35 tahun 13 31,7 36 – 45 tahun 19 46,3 46 – 55 tahun 9 22,0
Total 41 100 Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa karakteristik
orangtua yang memiliki balita pneumonia sebagian besar memiliki
pekerjaan swasta sebanyak 43,9 %. Dan dengan rentang usia sebagian
besar berusia antara 36 – 45 tahun sebanyak 46,3 %.
b) Karakteristik Balita Pneumonia
Ditampilkan dalam tabel 4.2 karakteristik balita pneumonia di
Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.
Tabel 4.2 Karakteristik Balita Pneumonia di Puskesmas Piyungan
Bantul
Karakteristik Frekuensi
(F) Persentase
(%) Usia Balita Pneumonia 1 – 2 Tahun 26 63,4 2,1 – 3 Tahun 11 26,8 3,1 – 4 Tahun 4 9,8 Jenis Kelamin Balita Pneumonia Laki – Laki 19 46,3 Perempuan 22 53,7 BBL Balita Pneumonia BBLR < 2500 gram 8 19,5 Normal 2500 gram – 4000 gram 33 80,5 Riwayat Pemberian ASI ≥ 6 Bulan 15 36.6
32
< 6 Bulan 26 63.4 Status Gizi Balita Pneumonia Kurang 5 12.2 Baik 34 82.9 Lebih 2 4.9 Total 41 100 Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan karakteristik usia balita
pneumonia yaitu sebagian besar adalah responden dengan rentang usia 1
– 2 tahun sebanyak 63,4 %. Jenis kelamin balita pneumonia yaitu
sebagian besar adalah responden dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 53,7 %. Berat Badan Lahir balita pneumonia yaitu sebagian
besar adalah responden dengan berat badan lahir normal sebanyak 80,5
%. Riwayat Pemberian ASI sebagian besar adalah responden dengan
riwayat pemberian ASI <6 bulan (tidak eksklusif) sebanyak 63,4 %.
Status gizi sebagian besar responden adalah dengan status gizi yang baik
sebanyak 82,9 %.
3. Kebiasaan Merokok
Ditampilkan dalam tabel 4.3 gambaran kebiasaan merokok orangtua yang
memiliki balita pneumonia.
Tabel 4.3 Kebiasaan Merokok Orang Tua yang Memiliki Balita Pneumonia.
Karakteristik Frekuensi
(F) Presentase
(%) Merokok 34 82.9
Tidak Merokok 7 17.1 Total 41 100.0
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kebiasaan
merokok orangtua yang memiliki balita yaitu sebagian besar adalah
responden yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 34 responden
dengan presentase 82,9 %.
33
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa orangtua dari balita
pneumonia di Puskesmas Piyungan sebagian besar bekerja sebagai swasta.
Dan dengan rentang usia sebagian besar berusia antara 36 – 45 tahun
sebanyak 19 responden dengan presentase 46,3 %. Serta dari penelitian ini
menunjukan bahwa balita pneumonia dengan karakteristik responden
berdasarkan usia balita pneumonia yaitu sebagian besar adalah responden
dengan rentang usia 1 – 2 tahun sebanyak 26 responden. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Jelita Nurariyani (2016), dengan judul gambaran
karakteristik balita yang mengalami pneumonia di puskesmas piyungan
Bantul, dengan hasil dari 134 responden balita yang mengalami
pneumonia sebagian besar usia balita (1-2 tahun) yaitu sebanyak 53 balita
(39.6%). Selain itu Depkes RI (2009) menyatakan anak-anak yang berusia
0-24 bulan lebih rentan terhadap pneumonia dibanding anak-anak yang
berusia di atas 2 tahun hal ini dipengaruhi oleh kekebalan (imunitas) bayi.
Berdasarkan data karakteristik responden lain yaitu menurut jenis
kelamin balita pneumonia yaitu sebagian besar adalah responden dengan
jenis kelamin perempuan sebanyak 22 responden dengan persentase 53,7
%. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang Hartati (2011) di RSUD
Pasar Rebo Jakarta bahwa balita berjenis kelamin laki-laki yang sebanyak
55,8% atau 77 responden. Jenis kelamin (seks) menurut Hananto (2014)
adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak
seseorang lahir. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Depkes RI (2009) menyebutkan laki – laki adalah salah satu resiko
kejadian pneumonia pada balita. Beberapa penelitian menemukan
sejumlah penyakit saluran pernapasan yang dipengaruhi oleh adanya
perbedaan fisik anatomi saluran pernapasan pada anak laki – laki dan
34
perempuan . Secara umum dalam ukuran tertentu saluran pernapasan anak
laki – laki lebih kecil dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini dapat
meningkatkan frekuensi penyakit saluran pernapasan.
Selain data karakteristik responden diatas masih ada data
karakteristik berdasarkan berat badan lahir balita. Diketahui bahwa
karakteristik responden berdasarkan Berat Badan Lahir balita pneumonia
yaitu sebagian besar adalah responden dengan berat badan lahir normal
sebanyak 33 responden. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Kusmilarsih (2015) dengan hasil bahwa riwayat berat badan lahir balita
pneumonia sebagian besar adalah tidak BBLR yaitu sebanyak 88,6%.
Rata-rata distribusi berat badan lahir balita pneumonia yang paling
banyak yaitu 3100 gram yang tergolong tidak BBLR, sedangkan berat
badan lahir yang tergolong BBLR paling banyak yaitu 2400 gram
sebesar 11,4%. Namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Efni (2014) yang mengatakan BBLR merupakan salah
satu factor penyebab pneumonia.
Karakteristik balita pneumonia dengan riwayat pemberian ASI
sebagian besar adalah responden dengan riwayat pemberian ASI <6 bulan
(tidak eksklusif) sebanyak 26 responden dengan persentase 63,4 %. Hasil
ini sejalan dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chovron
(2015) yang menyatakan ada hubungan pemberian ASI ekslusif dengan
kejadian pneumonia pada balita yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Pedan Klaten. Dikarenakan ASI adalah makanan terbaik bagi
bayi yang baru lahir hingga usia 6 bulan. ASI memiliki banyak kandungan
seperti vitamin, mineral, lemak, karbohidrat, dan protein sehingga
memiliki peran yang sangat penting untuk melindungi anak dari infeksi
seperti pneumonia dan diare.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik status gizi sebagian
besar responden adalah dengan status gizi yang baik sebanyak 34
35
responden dengan persentase 82,9 %. Namun hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Surasmi (2012) yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara status gizi balita dengan kejadian
Pneumonia. Kejadian pneumonia dapat disebabkan karena daya tahan
tubuh lemah, dan keadaan gizi buruk merupakan faktor risiko yang
penting untuk terjadinya ISPA. Balita dengan status gizi lebih/gemuk
mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik dari balita dengan status gizi
kurang maupun status gizi buruk.
2. Kebiasaan Merokok Orang Tua
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa dari 41 responden orangtua
yang memiliki balita pneumoni 34 responden menyatakan memiliki
kebiasaan merokok, sedangkan 7 responden menyatakan tidak merokok.
Dari hasil ini tergambarkan bahwa kebiasaan merokok adalah salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita. Kebiasaan
merokok orang tua sebagian besar adalah kepala keluarga dengan perokok
aktif, hal ini dapat mengganggu perokok pasif yaitu anggota keluarga
yang tidak merokok namun terkena asap rokok, terutama balita-balita
yang sering terkena dampaknya. Karena perokok pasif lebih sering berada
di dekat keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok sehingga udara
yang dihirupnya sudah terkontaminasi oleh asap rokok yang
mengakibatkan penyakit pada pernafasan lainnya.
Menurut penelitian yang dilakukan Hartati (2012) mengatakan
bahwa kebiasaan merokok orangtua merupakan faktor yang menyebabkan
balita menderita pneumonia. Efni (2014) juga menyatakan bahwa dari 27
kasus balita pneumonia sebanyak 74,1 % paparan asap rokok dari
kebiasaan merokok orangtua merupakan faktor pencetus dari pneumonia
pada balita. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mokoginta (2012) yang menyatakan bahwa variabel
36
kebiasaan merokok dan pengetahuan ibu bukan merupakan faktor risiko
terhadap kejadian pneumonia pada anak balita. Jelita (2016) juga tidak
mencantumkan kebiasaan merokok orangtua kedalam faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita dimana hasil
penelitian tersebut juga tidak sesuai dengan hasil penelitian ini.
Udara yang bersih merupakan komponen yang utama didalam
rumah yang sangat diperlukan manusia untuk hidup sehat. Sirkulasi udara
yang bersih berkaitan dengan ventilasi. Paparan asap rokok dari orang tua,
keluarga ataupun lingkungan sekitar dan asap hasil pembakaran bahan
bakar untuk memasak dan pemanasan dengan konsentrasi tinggi dapat
merusak mekanisme pertahanan paru sehungga akan memudahkan
timbuknya ISPA bahkan Pneumonia. Asap rokok merupakan penyebab
paling dominan terhadap polusi dalam ruangan. Beberapa gas yang
dihasilkan dari perilaku merokok seperti SO2, NO2, CO dan CO2. Selain
itu juga dihasilkan partikel debu PM2,5 dan PM10 yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan, salah satunya adalah pneumonia
(Kemenkes RI, 2013)
Anak-anak yang orang tuanya merokok bisa mengalami batuk,
pilek, dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru yang lebih tinggi.
Balita yang tinggal serumah dengan anggota keluarga yang merokok
beresiko 5,743 kali lebih besar menderita pneumonia dibanding dengan
balita yang serumah dengan anggota keluarga yang tidak merokok
(Sugihartono dan Nurjazuli, 2012).
C. Keterbatasan Penelitian
1) Kesulitan
Penelitian ini memiliki keterbatasan ataupun kesulitan dalam
melaksanakanya. Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak
maksimalnya pra penelitian atau kurang ekektifnya study pendahuluan
37
dikarenakan terbatasnya akses yang diberikan saat study pendahuluan
yang dikarenakan sedang adanya renovasi di Puskesmas sehingga
peneliti kesulitan untuk mendapatkan data lengkap dari responden
yang akan diteliti. Selain itu saat melakukan penelitian kendala jalanya
penelitian adalah alamat / data responden yang tidak lengkap yang
menyebabkan peneliti serta asisten peneliti terkendala untuk
menemukan rumah responden, serta tidak semua responden selalu
berada dirumah dikarenakan bekerja atau aktifitas lain diluar rumah
yang mengakibatkan peneliti ataupun asisten peneliti harus menunggu
untuk mendapatkan data dari responden.
2) Kelemahan
Kelemahan dari penelitian ini adalah penelitian ini hanya
menggambarkan kebiasaan merokok orangtua yang memiliki balita
pneumonia tanpa menghubungkan kebiasaan merokok orangtua
dengan kejadian pneumonia pada balita.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran kebiasaan merokok orangtua
yang memiliki balita di Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Diketahui gambaran kebiasaan merokok orangtua yang memiliki balita
pneumonia sebanyak 82,9 % yaitu 34 dari 41 orangtua yang memiliki
balita pneumoni menyatakan memiliki kebiasaan merokok.
2. Diketahui gambaran kebiasaan merokok orangtua yang memiliki balita
pneumonia sebanyak 17,1 % yaitu 7 dari 41 orangtua yang memiliki balita
pneumoni menyatakan tidak memiliki kebiasaan merokok.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian mengenai gambaran
kebiasaan merokok orangtua yang memiliki balita pneumonia di Puskesmas
Piyungan Kabupaten Bantul, maka ada beberapa saran yang diajukan sebagai
bahan pertimbangan, yaitu:
1. Bagi keluarga
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai motivasi
orang tua untuk tidak merokok di dekat balita. Serta bisa lebih
meningkatkan pola hidup sehat sesuai dengan PHBS dan dapat berhenti
untuk merokok.
2. Bagi Perawat
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan pedoman
dalam melakukan asuhan keperawatan serta menjadi acuan untuk
39
melakukan pendidikan kesehatan khususya pada balita dan PHBS kepada
orangtua.
3. Bagi instansi Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah referensi dan dapat
sebagai pedoman dalam menyusun langkah dan strategi untuk
meningkatkan kerjasama antara puskesmas dengan orang tua guna melatih
orang tua untuk menjalankan PHBS terutama tentang merokok.
4. Bagi peneliti lain
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
untuk meningkatkan pengetahuan bagaimana gambaran kebiasaan
merokok orang tua yang memiliki kebiasaan merokok. Dan peneliti dapat
menghubungan antara kebiasaan merokok orang tua dengan kejadian
pneumonia pada balita.
40
DAFTAR PUSTAKA
Bambang. (2012). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Umur 12 - 48 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.
Bustan, M. (2007). Epidemologi Penyakit Menular. Rineka Cipta. Yogyakarta
Chovron. (2015). Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI. Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2010). Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dinas Kesehatan DIY. (2008). Riset Kesehatan DIY. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Republik Indonesia
Dinkes Daerah Istimewa Yogyakarta. (2013a). Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta
_________. (2013b). Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta
Dinkes Daerah Istimewa Yogyakarta. (2015a). Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta.
_________. (2015b). Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta
Dinkes Kabupaten Bantul. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2015.
Dharma, K,K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian Edisi Revisi. Trans Info Media. Jakarta
Efni, Y. (2014), Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita, UNAND. Padang
Elizabeth, L.A. (2010). Stop Merokok Sekarang atau Tidak Sama Sekali. Garai Ilmu. Yogyakarta.
Hananto. (2014). Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada
Balita. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta
41
Ita, K. (2010) Hubungan antara status merokok anggota keluarga dengan lama pengobatan ISPA Balita di Kecamatan Jenawi, Tesis.
Kusmilarsih. (2014). Hubungan berat badan lahir (BBL) dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia pada balita di puskesmas tawangsari kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Mokoginta, D. (2012), Faktor Risiko Kejadian Pneumonia pada Anak Balita, Universitas Hasanudin. Makasar.
Muktasim, A. (2012). Hubungan Status Gizi Dengan Rawat Inap Pasien Pneumonia Balita Di RSUD Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Munir, Z. (2010). Pengertian Orang Tua. PT Refika Aditama. Bandung.
Notoadmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nurariyani, J. (2016), Gambaran karakteristik balita yang mengalami pneumonia. Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Yogyakarta.
Pamungkas. (2012). Analisis Faktor Resiko Pneumonia pada Balita di 4 Provinsi di Wilayah Indonesia Timur [Skripsi]. Universitas Indonesia. Jakarta.
Pertiwi, I. (2010). Pengertian Orang Tua. PT Refika Aditama. Bandung.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar Penelitian. Badan Pengembangan Jakarta: Balitbangkes Kemenkes RI
Riyadi, S. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Anak, Jakarta.
Machmud, R. (2006). Pneumonia balita di Indonesia dan Peran Kabupaten dalam Penanggulangannya. Padang: Andalas University Press
Sobur, A. (2011). Psikologi Umum. Bandung. Pustaka Setia.
Soekanto, S (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers
Sugihartono dan Nurjazuli. (2012). Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol 11. No 1. April 2012
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dn R&D. Alfabeta. Bandung.
Surasmi, A. (2012). Status Gizi Balita Pada Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Surakarta
Susi, H. (2012), Faktor Risiko Terjadinya Pneumonia pada Anak Balita. Universitas Indonesia. Depok.
42
Sutomo, B. (2010). Menu sehat alami untuk batita dan balita. Jakarta. PT. Agro Media Pustaka
Tantry, F. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesakitan Pneumonia pada Balita usia 0-59 Bulan di Propinsi NTB. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.
WHO (2013). World Health Statitic Geneva.
Zaldy. (2010). Hubungan Antara Perilaku Merokok Orang Tua dan Anggota Keluarga Yang Tinggal Dalam Satu Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan
45
Lampiran 3. Data Karakteistik Balita
DATA KARAKTERISTIK BALITA
Nama Balita :
Usia Balita : bulan/tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Berat Badan Lahir : Kg
Riwayat Pemberian ASI : < 6 bulan ≥ 6 bulan
Lama Terdiagnosa Pneumonia :
KUESIONER KEBIASAAN MEROKOK
46
Lampiran 4. Kuesioner Kebiasaan Merokok Orang Tua yang Memiliki Balita Pneumonia
Petunjuk umum pengisian :
a. Jawablah pertanyaan yang ada secara obyektif
b. Silahkan coret atau lingkari pilihan jawaban menurut pilihan anda
c. Kami menjamin kerahasiaan informasi yang akan anda berikan sesuai
dengan kode etik penelitian ilmiah.
Daftar Pertanyaan 1. Apakah anda (orang tua) merokok ?
(Apabila jawaban (Ya) lanjutkan ke pertanyaan berikutnya)
(Apabila jawaban (Tidak) lanjutkan ke pertanyaan no.2)
a. Ya b. Tidak
2. Apakah ada anggota keluarga lain yang serumah yang merokok ?
(Apabila jawaban (Tidak) cukupkan dan tidak perlu dilanjutkan ke
pertanyaan berikutnya)
a. Ya b. Tidak
3. Apakah orang tua / anggota keluarga lain merokok di dalam rumah?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah orang tua / anggota keluarga lain merokok setiap hari ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah orang tua / anggota keluarga lain selalu merokok di dekat
balita?
a. Ya b. Tidak
6. Ketika ada yang merokok di dalam rumah, apakah pintu dan jendela
dibuka?
a. Ya b. Tidak
KUESIONER KEBIASAAN MEROKOK